Вы находитесь на странице: 1из 39

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITASPADA NY. O DENGAN


DIAGNOSA MEDIS PARTUS PREMATURUS IMMINENS (PPI)
DI RUANG VK IRD LANTAI 2 RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA

Disusun Oleh :
1. Yohana Eka R Resbal, S. Kep. NIM. 131623143001
2. Adib Huda Mujtaba, S. Kep. NIM. 131623143035
3. Agus Saputro, S. Kep. NIM. 131623143036
4. Sri Hani Setyowati, S. Kep. NIM. 131623143037
5. Rum Setyowati, S. Kep. NIM. 131623143047
6. Nur mahfuzah Zein, S. Kep. NIM. 131623143084

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Asuhan Keperawatan Maternitas pada Ny. O dengan Diagnosa Medis


Partus Prematurus Imminens (PPI) di Ruang VK IRD Lantai 2 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
Telah disetujui untuk dilakukan seminar kasus di Ruang VK IRD Lantai 2 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada hari Kamis, 13 Juli 2017.

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Tyas Kusumaningrum, S, Kep., Ns., M. Kep. Lilik Hidayati, Amd. Keb


NIP. 198307032014042001 NIP. 197408152007012010

Kepala Ruangan,

Lilik Hidayati, Amd. Keb


NIP. 197408152007012010

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan berkat rahmat dan
bimbingan-Nya. Sholawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada baginda besar
Rasulullah SAW kami dapat menyelesaikan makalah seminar kasus “Asuhan
Keperawatan Maternitas pada Ny. O dengan Diagnosa Medis Partus Prematurus
Imminens (PPI) di Ruang VK IRD Lantai 2 RSUDDr. Soetomo Surabaya.
Dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapat
bimbingan, asuhan, bantuan, serta fasilitas lainnya dari berbagai pihak. Bersama ini
perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati
yang tulus kepada:
1. Prof. Dr. Nursalam, M. Nurs (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan, fasilitas
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
2. Dr. Kusnanto, S.Kp, M.Kes,selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan
dorongan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Makhfudli, S.Kep., Ns., M.Ked.Trop., selaku Kepala Program Studi Pendidikan
Profesi Ners (P3N) Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah
memberikan kesempatan untuk mengikuti program Profesi Ners.
4. Lilik Hidayati, Amd. Keb, selaku kepala ruangan dan pembimbing klinik di ruang
VK IRD Lantai 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang telah meluangkan waktu
dan tenaga dalam memberikan arahan dan bimbingan penyusunan dan
penyelesaian makalah ini.
5. Tyas Kusumaningrum, S, Kep., Ns., M. Kep.,selaku pembimbing akademik yang
telah sabar dalam memberikan bimbingan, masukan, arahan dan saran kepada
kami sehingga makalah ini akhirnya terselesaikan.

iii
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah jauh dari sempurna, tetapi
kami berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Surabaya,12Juli2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan .................................................................................................... ii


Kata Pengantar .......................................................................................................... iii
Daftar Isi ...................................................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4


2.1. Konsep TeoriPartus Prematurus Imminens (PPI) ........................................... 4
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Partus Prematurus
Imminens (PPI) ............................................................................................. 14

BAB 3 TINJAUAN KASUS...................................................................................... 19


3.1 Pengkajian ..................................................................................................... 19
3.2 Analisa Data .................................................................................................. 25
3.3 Diagnosa Keperawatan ................................................................................. 26
3.4 Intervensi Keperawatan ................................................................................ 27
3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ..................................................... 30

BAB 4 PENUTUP...................................................................................................... 33
4.1 Kesimpulan ................................................................................................... 33
4.2 Saran ............................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 34

...................................................................................................................................... 8

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO kematian ibu adalah kematian seorang wanita saathamil atau
sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, karenatuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhirikehamilan. Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia masih sangat tinggi.Gambaran penurunan AKI menurut Survey Demografi
dan KesehatanIndonesia (SDKI) dari tahun 1994, 1997, sampai 2000 adalah
390/100.000 kelahiran hidup, 334/ 100.000 kelahiran hidup, dan 307/
100.000kelahiran hidup.
Tingkat kematian secara umum berhubungan erat dengan tingkatkesehatan
walaupun penyebab kematian dapat dibedakan sebagaipenyebab secara langsung
maupun tidak langsung. Penyebab langsungtingginya AKI adalah perdarahan,
terutama perdarahan post partum (28%),keracunan kehamilan/eklamsia (24%),
infeksi (11%), komplikasi masapuerperieum (8%), persalinan macet (5%), abortus
(5%) dan lain-lain(11%). Sedangkan penyebab tidak langsung tingginya AKI adalah
karenakondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial-ekonomi, dan budaya
sertakeadaan sarana pelayanan yang kurang siap.
Persalinan prematur berpotensi meningkatkan kematian perinatalsekitar 65-
67%, umumnya berkaitan dengan berat badan lahir rendah(Nugroho, 2012).
Indonesia memiliki angka kejadian partus prematurussekitar 19% dan merupakan
penyebab utama kematian perinatal (Manuaba,2004). Partus prematurus dapat
diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterusyang disertai dengan perdarahan dan
dilatasi serviks serta turunnya kepalabayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya
kurang dari 37 minggu(Oxorn, 2003).Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak
ukur dalam menilaiderajat kesehatan suatu bangsa, oleh karena itu pemerintah
sangatmenekankan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi melaluiprogram-
program kesehatan.Dalam pelaksanaan program kesehatan sangatdibutuhkan sumber
daya manusia yang kompeten, sehingga apa yang menjaditujuan dapat tercapai.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil perumusan masalahsebagai
berikut :Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Maternitas pada Klien dengan Diagnosa
Medis Partus Prematurus Imminens (PPI) di Ruang VK IRD Lantai 2 RSUDDr.
Soetomo Surabaya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatanmaternitas secara
komprehensif pada pasien dengan diagnosa medis Partus Prematurus Imminens
(PPI) di ruang VK IRD Lantai 2 RSUDDr. Soetomo Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian Partus Prematurus Imminens (PPI)
2. Mahasiswa dapat memahami etiologi dan faktor risiko Partus Prematurus
Imminens (PPI).
3. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi Partus Prematurus Imminens
(PPI).
4. Mahasiswa dapat memahami WOC Partus Prematurus Imminens (PPI).
5. Mahasiswa dapat memahami manifestasi klinis Partus Prematurus
Imminens (PPI).
6. Mahasiswa dapat memahami diagnosis Partus Prematurus Imminens (PPI).
7. Mahasiswa dapat memahami komplikasiPartus Prematurus Imminens (PPI).
8. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan Partus Prematurus Imminens
(PPI).
9. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan padaPartus Prematurus
Imminens (PPI).
3

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan maternitas
pada pasien dengan diagnosa medisPartus Prematurus Imminens (PPI)
sehingga menunjang pembelajaran praktik lapangan keperawatan maternitas
program pendidikan profesi ners.
2. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan maternitaspada pasien
Partus Prematurus Imminens (PPI) sehingga dapat digunakan di kemudian
hari.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
Makalah ini dapat dijadikan refrensi atau kajian pustaka di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya jika akan dilakukan kegiatan ilmiah lainnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep TeoriPartus Prematurus Imminens (PPI)


2.1.1 Pengertian
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat
diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran
dan atau dilatasi servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama
kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid
terakhir. Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm atau partus prematur adalah
persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37
minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Partus preterm adalah
kelahiran setelah 20 minggu dan sebelum kehamilan 37 minggu dari hari pertama
menstruasi terakhir (Benson, 2012). Menurut Rukiyah (2010), partus preterm adalah
persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir
antara 500-2499 gram.
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diketahui bahwa Partus Prematurus
Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya
tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37
minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.

2.1.2 Etiologi dan Faktor Resiko


Faktor resiko PPI menurut Wiknjosastro (2010) yaitu :
1. Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum, KPD,
pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli, polihidramnion
2. Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk
uterus, riwayat partus preterm atau abortus berulang, inkompetensi serviks,
pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat, kelainan imun/resus

4
5

Namun menurut Nugroho (2010) ada beberapa resiko yang dapat


menyebabkan partus prematurus yaitu :
1. Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,
serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat
abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan pretem
sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi
konisasi, dan iritabilitas uterus.
2. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10
batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada
trimester I lebih dari 2 kali.
Sedangkan menurut Manuaba (2009), faktor predisposisi partus prematurus
adalah sebagai berikut:
1. Faktor ibu : Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35
tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti;
hipertensi, jantung, ganguan pembuluh darah (perokok), faktor pekerjaan yang
terlalu berat.
2. Faktor kehamilan : Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan
antepartum, komplikasi hamil seperti pre eklampsi dan eklampsi, ketuban
pecah dini.
3. Faktor janin : Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

2.1.3 Patofisiologis
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan
atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani
jalur persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara
dini. Empat jalur terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan perdarahan (Norwintz,
2007).
6

Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran


darah ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas
yang menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada
janin, menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjailah
imaturitas jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang
menyebabkan resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada
kesehatan yang menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan
mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat
kehamilan.
7

2.1.4 WOC
Faktor resiko plasenta dan janin : perdarahan trimester awal, gemeli

Faktor resiko ibu : DM, HT, preeclampsia, infeksi, demam riwayat abortus, stres

Kehamilan 20-37 minggu

Neuroendokrin, aktivasi premature axis HPA

CRH plasenta mensstimulasi kortisol

Menstimulasi plasenta untuk menstimulasi


esteriol edteriol dan prostaglandin

Kegagalan mempertahankan kondisi tenang uterus

Terdapat tanda-tanda persalinan

PARTUS PREMETARUS IMINEN

IBU JANIN

Lahir BB <2500gr
Kkontraksi uterus Perdarahan
pervaginam/keluar Kondisi paru Kulit tipis
Imunitas rendah
nya cairan ketuban imatur
Disertai dilatasi atau
pendataaran servik Terpapar Surfaktan Kemampuan
bedrest lingkungan luar belum termoregula
uterus matur si janin blm
Respon local serabut sempurna
saraf kelemahan Kemampuan
MK: resiko infeksi pemngemban
gan paru blm
Diteruskan ke otak MK: intoleransi MK:
sempurna
aktivitas hipotermi

Respon nyeri Respiratory


distress
syndrome
MK: Nyeri akut
MK: Gg. Pertukaran
gas
8

IBU

Perubahan ph Perasaan takut dan KOMPLIKASI


vagina ancaman kematian janin

Berkebangnya Kurang informasi Lamanya


bakteri vagina penyembuhan luka
episiotomi
MK: ansietas
Perdarahan/ keluarnya Infeksi endometrium
cairan pervaginam

MK: Resiko infeksi


Port de entry
kuman

MK: Resiko
infeksi
9

2.1.5 Manifestasi Klinis


Partus prematurus iminen ditandai dengan :
1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
2. Rasa berat dipanggul
3. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
4. Keluarnya cairan pervaginam
5. Nyeri punggung
Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari
kewaspadaan tenaga medis.Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan
berkelanjutan akan terjadi tanda klinik sebagai berikut :
1. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam
2. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm,
perlunakan sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks.

2.1.6 Diagnosis
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman PPI (Wiknjosastro,
2010), yaitu:
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari,
2. Kontraksi uterus (his) teratur, yaitu kontraksi yang berulang sedikitnya setiap
7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit,
3. Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa
tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain),
4. Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah,
5. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau
telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm,
6. Selaput amnion seringkali telah pecah,
7. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika.
10

Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The
American Collage of Obstetricians and Gynecologists (1997) untuk mendiagnosis
PPI ialah sebagai berikut:
1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau
delapan kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks,
2. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm,
3. Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendukung ketepatan
diagnosis PPI :
1. Pemeriksaan Laboratorium: darah rutin, kimia darah, golongan ABO, faktor
rhesus, urinalisis, bakteriologi vagina, amniosentesis : surfaktan, gas dan PH
darah janin.
2. USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin, kativitas
biofisik, cacat kongenital, letak dan maturasi plasenta, volume cairan tuba dan
kelainan uterus

2.1.7 Komplikasi
Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi
pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi
endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka
episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko infeksi neonatal lebih
tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan
perdarahan intraventikuler.
Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan.
11

Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada


persalinan prematuritas adalah :
1. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
2. Gangguan respirasi
3. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan
immaturitas jaringan otak
4. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi
aterm
5. Cerebral palsy
6. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi prematur
(meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).

2.1.8 Penatalaksanaan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas neonatus preterm ialah:
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu :
a. Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan
tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul
kontaksi berulang. dosis maintenance 3x10 mg.
b. Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol
dapat digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping yang lebih
kecil.Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50 µg/menit, sedangkan per
oral: 4 mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per
infus: 10-15 µg/menit, subkutan: 250 µg setiap 6 jam sedangkan dosis per
oral: 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance). Efek samping dari golongan
obat ini ialah: hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi
miokardial, edema paru.
c. Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv,
secara bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-
4gr/jam (maintenance). Namun obat ini jarang digunakan karena efek
12

samping yang dapat ditimbulkannya pada ibu ataupun janin. Beberapa efek
sampingnya ialah edema paru, letargi, nyeri dada, dan depresi pernafasan
(pada ibu dan bayi).
d. Penghambat produksi prostaglandin: indometasin, sulindac, nimesulide
dapat menghambat produksi prostaglandin dengan
menghambat cyclooxygenases(COXs) yang dibutuhkan untuk produksi
prostaglandin. Indometasin merupakan penghambat COX yang cukup kuat,
namun menimbulkan risiko kardiovaskular pada janin. Sulindac memiliki
efek samping yang lebih kecil daripada indometasin. Sedangkan
nimesulide saat ini hanya tersedia dalam konteks percobaan klinis.Untuk
menghambat proses PPI, selain tokolisis, pasien juga perlu membatasi
aktivitas atau tirah baring serta menghindari aktivitas seksual.
Kontraindikasi relatif penggunaan tokolisis ialah ketika lingkungan
intrauterine terbukti tidak baik, seperti:
a. Oligohidramnion
b. Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c. Preeklamsia berat
d. Hasil nonstrees test tidak reaktif
e. Hasil contraction stress test positif
f. Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan pasien
stabil dan kesejahteraan janin baik
g. Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
h. Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan beta-mimetik.
2. Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid,
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru
janin, menurunkan risiko respiratory distress syndrome (RDS), mencegah
perdarahan intraventrikular, necrotising enterocolitis, dan duktus arteriosus, yang
akhirnya menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana
usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
13

Obat yang diberikan ialah deksametason atau betametason. Pemberian steroid


ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin terhambat. Pemberian siklus
tunggal kortikosteroid ialah:
a. Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.
b. Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.
Selain yang disebutkan di atas, juga dapat diberikan Thyrotropin releasing
hormone 400 ug iv, yang akan meningkatkan kadar tri-iodothyronine yang
kemudian dapat meningkatkan produksi surfaktan. Ataupun pemberian suplemen
inositol, karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid yang berperan
dalam pembentukan surfaktan.
3. Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan antibiotik.
Mercer dan Arheart (1995) menunjukkan, bahwa pemberian antibiotika yang
tepat dapat menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis
neonatorum. Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko
terjadinya infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan
ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lainnya ialah ampisilin 3 x
500 mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin.
Tidak dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf karena risikonecrotising enterocolitis.
14

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Partus Prematurus Imminens
(PPI)

2.2.1. Pengkajian
Fokus pengkajian keperawatan yaitu :
1. Sirkulasi
Hipertensi, Edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK),
penyakit sebelumnya.
2. Intregitas Ego
Adanya ansietas sedang.
3. Makanan/cairan
Ketidakadekuatan atau penambahan berat badan berlebihan.
4. Nyeri/Katidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit
selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
5. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi
vagina)
6. Seksualitas : Tulang servikal dilatasi, Perdarahan mungkin terlihat, Membran
mungkin ruptur (KPD), Perdarahan trimester ketiga, Riwayat aborsi,
persalinan prematur, riwayat biopsi konus, Uterus mungkin distensi
berlebihan, karena hidramnion, makrosomia atau getasi multiple.
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai
2500 gram)
b. Tes nitrazin : menentukan KPD
c. Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu
menandakan adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap
sfingomielin (L/S) mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru
janin, atau infeksi amniotik
15

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik, biologis, kimia,
psikologis),kontraksi otot dan efek obat-obatan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipersensitivitas otot/seluler, tirah
baring, kelemahan
3. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng
dirasakan atau aktual pada diri dan janin.
4. Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan
danprognosis berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari
informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

2.2.3. Intervensi Keperawatan

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan dengan a. Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri
agen injuri (fisik, b. pain control, secara komprehensif termasuk
biologis, kimia, c. comfort level lokasi, karakteristik, durasi,
psikologis), kontraksi Setelah dilakukan tinfakan frekuensi, kualitas dan faktor
otot dan efek obat- keperawatan selama 1x24 jam presipitasi
obatan. diharapkan pasien tidak 2. Observasi reaksi nonverbal
mengalami nyeri, dengan kriteria dari ketidaknyamanan
hasil: 3. Bantu pasien dan keluarga
a. Mampu mengontrol nyeri untuk mencari dan
(tahu penyebab nyeri, menemukan dukungan
mampu menggunakan tehnik 4. Kontrol lingkungan yang dapat
nonfarmakologi untuk mempengaruhi nyeri seperti
mengurangi nyeri, mencari suhu ruangan, pencahayaan
bantuan) dan kebisingan
b. Melaporkan bahwa nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi
berkurang dengan nyeri
menggunakan manajemen 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
nyeri untuk menentukan intervensi
16

c. Mampu mengenali nyeri 7. Ajarkan tentang teknik non


(skala, intensitas, frekuensi farmakologi: napas dala,
dan tanda nyeri) relaksasi, distraksi, kompres
d. Menyatakan rasa nyaman hangat/ dingin
setelah nyeri berkurang 8. Berikan analgetik untuk
e. Tanda vital dalam rentang mengurangi nyeri
normal 9. Tingkatkan istirahat
f. Tidak mengalami gangguan 10. Berikan informasi tentang
tidur nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
11. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan dengan a. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan
hipersensitivitas b. Toleransi aktivitas klien dalam melakukan
otot/seluler, tirah baring, c. Konservasi eneergi aktivitas
kelemahan Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji adanya faktor yang
keperawatan selama 3x24 jam menyebabkan kelelahan
diharapkan pasienbertoleransi 3. Monitor nutrisi dan sumber
terhadap aktivitas dengan Kriteria energi yang adekuat
Hasil : 4. Monitor pasien akan adanya
a. Berpartisipasi dalam aktivitas kelelahan fisik dan emosi
fisik tanpa disertai secara berlebihan
peningkatan tekanan darah, 5. Monitor respon
nadi dan RR kardivaskuler terhadap
b. Mampu melakukan aktivitas aktivitas (takikardi, disritmia,
sehari hari (ADLs) secara sesak nafas, diaporesis, pucat,
mandiri perubahan hemodinamik)
c. Keseimbangan aktivitas dan 6. Monitor pola tidur dan
istirahat lamanya tidur/istirahat pasien
17

7. Kolaborasikan dengan Tenaga


Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi
yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
9. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas, ketakutan NOC : NIC:
berhubungan dengan a. Anxiety control Coping Enhancement
krisis situasional, b. Fear control 1. Jelaskan pada pasien tentang
ancaman yng dirasakan Setelah dilakukan tindakan proses penyakit
atau aktual pada diri dan keperawatan selama 1x24 jam 2. Jelaskan semua tes dan
janin. diharapkan takut klien teratasi pengobatan pada pasien dan
dengan kriteria hasil : keluarga
a. Memiliki informasi untuk 3. Sediakan reninforcement
mengurangi takut positif ketika pasien
b. Menggunakan tehnik melakukan perilaku untuk
relaksasi mengurangi takut
c. Mempertahankan hubungan 4. Sediakan perawatan yang
sosial dan fungsi peran berkesinambungan
b. d. Mengontrol respon takut 5. Kurangi stimulasi lingkungan
yang dapat menyebabkan
misinterprestasi
6. Dorong mengungkapkan
secara verbal perasaan,
persepsi dan rasa takutnya
7. Perkenalkan dengan orang
yang mengalami penyakit yang
sama
8. Dorong klien untuk
mempraktekan tehnik relaksasi
18

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kurang pengetahuan NOC: NIC :
mengenai persalinan a. Kowlwdge : disease process 1. Kaji tingkat pengetahuan
preterm, kebutuhan b. Kowledge : health Behavior pasien dan keluarga
tindakan dan prognosis Setelah dilakukan tindakan 2. Jelaskan patofisiologi dari
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam penyakit dan bagaimana hal ini
kurangnya keinginan diharapkan pasien menunjukkan berhubungan dengan anatomi
untuk mencari informasi, pengetahuan tentang proses dan fisiologi, dengan cara yang
tidak mengetahui penyakit dengan kriteria hasil: tepat.
sumber-sumber a. Pasien dan keluarga 3. Gambarkan tanda dan gejala
informasi. menyatakan pemahaman yang biasa muncul pada
tentang penyakit, kondisi, penyakit, dengan cara yang
prognosis dan program tepat
pengobatan 4. Gambarkan proses penyakit,
b. Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
melaksanakan prosedur yang 5. Identifikasi kemungkinan
dijelaskan secara benar penyebab, dengan cara yang
c. Pasien dan keluarga mampu tepat
menjelaskan kembali apa 6. Sediakan informasi pada
yang dijelaskan perawat/tim pasien tentang kondisi, dengan
kesehatan lainnya cara yang tepat
7. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
19

BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian

Pengkajian tanggal: 05 Juli 2017 Jam MRS : 18.30 WIB

Tanggal MRS : 05 Juli 2017 No. RM : 12600XXX

Ruang/Kelas :VK IRD Lantai 2 Dx. Medis: GIV P2012 + PPI

Nama Ibu: Ny. O Nama Suami: Tn. SKe: 1

Umur: 38 tahun Umur: 40 tahun

Agama: Islam Agama: Islam


Identitas

Pendidikan: SLTA Pendidikan: SLTA

Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Pekerjaan: Wiraswasta

Suku/Bangsa: Jawa / Indonesia Suku/Bangsa: Jawa / Indonesia

Alamat: Jemursari, Surabaya Alamat: Jemursari, Surabaya

Keluhan Utama:
Klien mengeluh kenceng-kenceng

Riwayat prenatalsaat ini:


Klien mengeluh kenceng-kenceng sejak kehamilan 7 bulan, kemudian dibawa ke
Puskesmas Jagir pada tanggal 04 Juli 2017 dinyatakan pembukaan 1. Kemudian
Riwayat Sakit dan Kesehatan

klien dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Penyakit pernah diderita dan riwayat operasi:


Klien memiliki riwayat penyakit ISK >8 bulan, pasien tidak pernah melakukan
operasi

Penyakit yang pernah diderita keluarga:


Klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang sakit seperti klien. Klien juga
mengatakan bahwa keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular maupun
penyakit keturunan.

Riwayat alergi:
Klien mengataakan tidak alergi terhadap obat dan makanan.
20

Menarche: 16 tahunSiklus: 28 hari

Menstruasi
Riwayat Banyaknya: -Lama: 7 hari

HPHT: 21 November 2016 Dismenorhea: -

Usia Kehamilan: 32 / 33 Minggu Taksiran Partus: 27 Agustus 2017

GIVP2012

Hamil Usia Jenis Usia anak KB/ Jenis/


Penolong Penyulit BB/PB
ke- kehamilan persalinan saat ini Lama

1 3 bulan
(abortus)

2 8 bulan Spontan Dokter Tidak 2450 8 tahun


Riwayat Obstetri

ada gram

3 8 bulan Spontan Bidan Tidak 2850 6 tahun


ada gram

Keterangan:

: Laki-laki
Genogram

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Tinggal serumah
21

Keadaan umum: baik;Kesadaran: composmentis

Berat badan: 46kg; Tinggi badan: 157 cm


Observasi
Tanda Vital:
TD: 110/70mmHg; Nadi: 88x/mnt ; Suhu: 37,40C; RR: 20x/mnt

CRT: 2 detik; Akral: hangat; GCS: 15,E4 V5 M6

Rambut: bersih, tidak rontok

Mata:
konjungtiva ananemis; Sklera putih; Pupil isokor, 3mm/ 3mm

Hidung:
bersih, tidak epiktasis
Kepala dan leher

Mulut:
mukosa bibir lembab; lidah bersih; gigi tidak ada karies

Telinga:
bersih, tidak gangguan pendengaran, tidak ada tinitus, tidak ada otorhea; O

Cloasma: tidak ada ; Jerawat: tidak ada

Tidak ada nyeri telan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
vena jugularis

Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan

Jantung:
Irama: sinus rhytm ;S1/S2: normal ;Nyeri dada: tidak ada;
Bunyi jantung: normal
Dada (Thoraks)

Paru:
Suara nafas: vesikuler; Batuk: tidak ada ; Sputum: tidak ada ;

Payudara:
konsistensi: tidak dikaji; areola: tidak dikaji; papilla : tidak dikaji Produksi ASI:
tidak dikaji

Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
22

 Prenatal dan Intranatal:


Inspeksi:
Striae: - ;Línea: -
Palpasi: Leopold I : TFU 29 cm
Leopold II : letak punggung kanan
Leopold III: presentasi kepala
Perut (Abdomen)

Leopold IV: sudut terbentuk oleh jari konvergen


DJJ: 12-11-12 (140x/menit)

 Postpartum:
Fundus uteri: - ;kontraksi uterus: -
Luka: - ;Lain-lain: -

Masalah keperawatan:
Ansietas
Intoleransi Aktivitas

Keputihan: - ;Perdarahan: -

Laserasi: - ;VT: Ø -eff: -

Miksi: ±300cc / hari; warna kuning jernih, bau khas urin


Genitalia

Defekasi: BAB 1x/ hari, konsistensi lembek, warna kuning feses

Lain-lain:
Swab vagina tanggal 05 Juli 2017 terdapat bakteri

Masalah keperawatan:
Resiko Infeksi

Kemampuan pergerakan: terbatas


Kekuatan otot:
5 5
Tangan dan kaki

5 5

Refleks: Patella positif ;Triceps positif ; Biceps positif ; Babinsky: negatif

Brudzinsky: negatif ;Kernig negatif


Edema: tidak ada; Luka: tidak ada

Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
23

Aspek Sebelum hamil Sesudah hamil

Nutrisi Makan 3x sehari, tidak mual Makan 3x sehari, tidak


dan tidak ada muntah. mual, tidak ada muntah,
minum 2500 cc/24 jam

Eliminasi BAK lancar, urin ±1000- Nyeri hilang timbul saat


1500cc BAK ±8 bulan, lancar,
BAB 1xsehari, konsistensi warna kuning jernih
lembek, warna khas feses BAB 1xsehari, lembek

Istirahat/tidur Tidur ±8 jam sehari Tidur ±8 jam sehari


Perubhan

Aktivitas Dapat melakukan ADL Kenceng-kenceng saat


secara mandiri beraktivitas, sejak
kehamilan 7 bulan

Seksual Tidak ada masalah Aktivitas seksual berkurang


selama hamil

Kebersihan Diri bersih bersih

Koping Tidak ada masalah Klien menerima kehamilan


dan kondisinya

Ibadah klien rajin beribadah Klien beribadah diatas


tempat tidur

Konsep diri Tidak ada masalah Tidak ada masalah

Kontrasepsi: KB suntik selama 3 bulan sebelum kehamilan


Pengetahuan dan Perilaku

Merokok: klien tidak pernah merokok


Kesehatan

Obat-obatan/Jamu: klien tidak mengkonsumsi obat-obatan dan jamu

Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah
24

Laboratorium Foto/Radiologi USG Lain-lain

Tgl 5 juli 2017 - - Swab vagina,


bakteri
WBC 10,09
RBC 3,19 Cervical length
HGB 9,9 35,5 cm
PLT 395
Pemeriksaan Penunjang

Urine lengkap
dan Terapi

GLU negatif
Bil negatif

Lab:
KET negatif
SG 1,010 (1,010-
1.015)
Ph 7,0
Pro negatif

Terapi/ Tindakan medis:


1. Nifedipin 2x30 mg selang 8 jam dilanjutkan
2. Nifedipin 20 mg selang 8 jam selama 2x24 jam
3. Dexamethason 6 mg IM selang 12 jam selama 2x24 jam
25

3.2 Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS: Partus prematurus imminens


Pasien mengatakan
perutnya kenceng-kenceng
dan nyeri Keluarnya cairan / darah
pervaginam
DO:
TD : 110/70 mmhg Intoleransi Aktivitas
Nadi : 88x/ menit bedrest
RR: 20x/ menit
Kelemahan
Suhu: 37,4 C
Pasien tampak bedrest
DJJ: 12-11-12 Intoleransi aktivitas

DS: Partus prematurus imminens


pasien mengatakan nyeri
saat BAK, hilang timbul,
badannya panas Keluarnya cairan / darah
pervaginam Resiko Infeksi
DO:
hasil swab vagina terdapat
bakteri Perubahan pH VAGINA
Suhu: 37,4 C
Port de entry

Resiko Infeksi

DS:
Klien mengatakan cemas
dengan kondisi bayinya Partus prematurus imminens

DO:
Usia kehamilan 32/33 Perasaan takut akan
ancaman kematian Ansietas
minggu pasien tampak
takut dan meringis
kesakitan kurang informasi
TD: 110/70 mmhg
Nadi: 88x/ menit
Ansietas
26

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer perubahan sekresi pH vagina
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
27

3.4 Intervensi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

05 Juli 2017 Intoleransi aktivitas NOC: NIC:


berhubungan dengan 1. Toleransi aktivitas 1. Monitor adanya pembatasan klien dalam
kelemahan 2. Konservasi energi aktivitas
Setelah dilakukan tindakan 2. Anjurkan pasien untuk tirah baring
keperawatan selama 3x24 jam 3. Monitor respon kardiovaskuler dan pernapasan
diharapkan pasien toleransi terhadap aktivitas
terhadap aktivitas dengan 4. Observasi TTV
kriteria hasil : 5. Observasi DJJ
1. TTV dalam rentang normal 6. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
(TD sistol <140 mmhg, spiritual
diastol <90 mmhg, Nadi: 7. Monitor adanya kontraksi dan perdarahan
60-100x/menit, RR: 16- 8. Edukasi keluarga untuk membantu aktivitas
20x/menit, Suhu: 36,5 C) pasien saat dirumah
2. DJJ dalam rentang normal
(120-160x/menit)

3. Tidak adanya perdarahan,


kontraksi
4. Keseimbangan aktivitas
dan istirahat.
28

05 Juli 2017 Resiko infeksi berhubungan NOC: NIC:


dengan ketidakadekuatan 1. Status imun 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
2. Pengendalian resiko 2. Lakukan pemeriksaan swab vagina
pertahanan tubuh primer
Setelah dilakukan tindakan 3. Monitor keluarnya cairan atau perdarahan
perubahan sekresi pH vagina keperawatan selama 1x24 jam pervaginam
diharapkan resiko infeksi tidak 4. Monitor leukosit, LED, kultur urin
terjadi dengan kriteria hasil : 5. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang
1. Terbebas dari tanda infeksi resiko infeksi
2. Leukosit dalam rentang 6. Ajarkan pasien untuk menjaga kebersihan diri
normal dan genitalia
3. TTV dalam rentang normal 7. Batasi pengunjung bila diperlukan
4. Menunjukkan personal 8. Ajarkan pasien dan keluarga untuk cuci tangan
hygiene yang adekuat dengan benar pakai sabun dan air mengalir
9. Dorong pasien untuk intake nutrisi yang
adekuat
10. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
instruksi dokter
29

05 Juli 2017 Ansietas NOC: NIC:


berhubungan dengan 1. Anxiety control 1. Berikan informasi tentang kondisi kesehatan
krisis situasional 2. Fear control ibu
Setelah dilakukan tindakan 2. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga
keperawatan selama 1x24 jam tentangprogram pengobatan, tindakan serta
diharapkan ansietas teratasi efek dari tindakan
dengan kriteria hasil : 3. Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam
4. Dorong pasien untuk mengungkapkan
1. Mendapatkan sumber perasaannya secara verbal
informasi yang sesuai 5. Berikan reinforcement positif dan dukungan
2. Mampu melakukan teknik kepada pasien
relaksasi 6. Dorong pasien untuk berdoa sesuai dengan
3. Pasien tampak tenang kepercayaannya
4. Mampu mengontrol respon 7. Modifikasi lingkungan untuk mengurangi
takut / kecemasan kecemasan.
30

3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Tanggal dan Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf


Keperawatan Jam dan Jam
1,2 05 Juli 2017 1. Memonitor TTV (TD, 05 Juli 2017 Diagnosa 1
21.00 suhu, nadi dan RR) 07.00 S : Klien mengeluh kenceng-kenceng
1,2 21.10 2. Mengobservasi DJJ O : Pasien bedrest
1 21.30 3. Membantu pasien BAK TD: 120/80mmhg, Nadi:
2 21.45 4. Memonitor adanya cairan / 90x/menit, RR: 20x/menit, Suhu:
perdarahan pervaginam 37,3 C
1,2 22.00 5. Mengobservasi DJJ A : Masalah belum teratasi
1 12.00 6. Memberikan Nifedipin P : Intervensi dilanjutkan
30mg peroral 1. Anjurkan pasien untuk istirahat
1 12.05 7. Memberikan / bedrest
Dexamethason 6mg IM
1 12.30 8. Menganjurkan pasien 07.00 Diagnosa 2
untuk istirahat S :-
1 02.00 9. Mengobservasi adanya O : Suhu: 37,3 C, tidak ada tanda-
kontraksi tanda infeksi, tidak ada tanda
1,2 02.10 10. Memonitor TTV (TD, cairan ketuban yang keluar
suhu, nadi dan RR) A : Masalah teratasi
1,2 02.20 11. Mengobservasi DJJ P : Intervensi dilanjutkan
12. Mendorong pasien untuk 1. Monitor TTV
3 05.30 mengungkapkan 2. Monitor tanda dan gejala infeksi
perasaannya secara verbal
31

13. Memberikan edukasi 07.00 Diagnosa 3


3 06.00 mengenai kondisi pasien S : Pasien mengatakan sudah paham
dan tindakan yang akan dengan kondisinya
dilakukan O : Pasien tampak lebih tenang
06.10 14. Mengajarkan teknik A : Masalah teratasi
distraksi dan relaksasi P : Intervensi dilanjutkan

3 06 Juli 2017 1. Memberikan lingkungan 06 Juli 2017 Diagnosa 1


08.00 yang nyaman untuk pasien S : klien mengeluh kenceng-kenceng
1,2 08.10 2. Memonitor TTV (TD, 14.00 berkurang
suhu, nadi dan RR) O : pasien bedrest
1,2 09.00 3. Mengobservasi DJJ TD: 120/80mmhg, Nadi:
2 09.10 4. Memonitor adanya cairan / 90x/menit, RR: 20x/menit, tidak
perdarahan pervaginam terdapat cairan/darah pervaginam
2 09.20 5. Menjelaskan pasien untuk A : Masalah belum teratasi
menjaga kebersihan diri P : Intervensi dilanjutkan
2 10.00 6. Menganjurkan pasien 1. Kolaborasi dengan dokter
untuk makan makanan dalam pemberian Nifedipin
yang bergizi seimbang
1 10.05 7. Menganjurkan pasien 14.00 Diagnosa 2
untuk tirah baring S : Klien mengatakan BAK tidak
11.00 8. Mendorong pasien untuk nyeri
3 selalu berdoa sesuai agama O : Tidak ada perdarahan/keluarnya
dan kepercayaan pasien cairan pervaginam
2 11.05 9. Membatasi jumlah A : Masalah teratasi
32

3 pengunjung P : Intervensi dilanjutkan


12.10 1. Monitor TTV
2. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian antibiotik

14.00 Diagnosa 3
S : Pasien mengatakan lebih tenang
O :Pasien mampu melakukan teknik
relaksasi mandiri, pasien tampak
lebih rileks. 120/80mmhg, Nadi:
90x/menit, RR: 20x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur
dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai
pendataran dan atau dilatasi servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang
lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari
pertama haid terakhir. Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm atau partus
prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu
(antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Partus
preterm adalah kelahiran setelah 20 minggu dan sebelum kehamilan 37 minggu
dari hari pertama menstruasi terakhir (Benson, 2012). Menurut Rukiyah
(2010), partus preterm adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37
minggu atau berat badan lahir antara 500-2499 gram.
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama
kehamilan atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan
atau membebani jalur persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses
persalinan secara dini. Empat jalur terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan
perdarahan (Norwintz, 2007).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan partus
prematurus Iminen (PPI) diantaranya intoleransi aktifitas b.d kelemahan;
Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
perubahan sekresi pH vagina; ansietas b.d krisis situasional

33
34

DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph C dan Pernoll, Martin L. 2012. Buku Saku Obsetri dan Ginekologi.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hariadi, R. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya : Himpunan Kedokteran
Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC
NANDA. 2012-2014, Nursing Diagnosis: Definitions and Classification,
Philadelphia, USA
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human
Labor and Birth). Yogyakarta : YEM.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuahan Kebidanan Patologi. Jakarta : Trans Info
Media
Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, Sarwono
Prawirohardjo.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R., 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa
NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan. Jakarta :
EGC.

Вам также может понравиться