Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
4. Riwayat keluarga/masyarakat: Riwayat keluhan serupa dan penyakit lain pada anggota
keluarga disangkal
Daftar Pustaka:
1. American College of Surgeons. Thermal Injuries. Advanced Trauma Life Support Ninth
Edition. Chicago. Heartside publishing service, 2012.
2. Williams, N. S, Bulstrode C. J. K, O’ Connell P. R. Burn Injury. Bailey and Love’s : Short
Practice of Surgery 26th Edition. New York. Taylor and Francis Group, 2013
3. Jeschke M. G, Herndon D. N. Burns. Sabiston Text Book of Surgery. Amsterdam. Elsevier.
2016
Hasil pembelajaran:
Subjektif
Pasien datang ke UGD RS Bhayangkara dengan keluhan tangan kanan melepuh dan terasa
panas setelah terkena tumpahan minyak goreng panas saat memasak di rumah sekitar 15 menit
sebelum ke rumah sakit.
Objektif
Pemeriksaan fisik
Tanda Vital:
Nadi : 88 kali/menit
Suhu : 36,6 oC
Pernafasan : 20 kali/menit
Status Generalis
Status Lokalis
Lengan kanan bawah depan : 2,25%
Lengan kanan bawah belakang : 2,25%
Telapak tangan kanan : 1%
Punggung tangan kanan : 1%
Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium
Assessment
Setelah dilakukan anamnesis (subjektif), pemeriksaan fisik (objektif) dan pemeriksaan
penunjang pada pasien, ditegakkan diagnosis Luka Bakar Derajat II.
Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar
merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak langsung,
misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu,
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka
bakar.
Etiologi
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin ataupun zat kimia. Ketika
kulit terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat panas, durasi kontak
panas pada kulit dan ketebalan kulit.
Luka Bakar Termal (Thermal Burns)
Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas(scald), jilatan api ketubuh (flash),
kobaran apai di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas
lainnya (misalnya plastik logam panas, dll).
Luka Bakar Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan
dalam bidang industri , militer, ataupun bahan pembersih yang sering dipergunakan untuk
keperluan rumah tangga.
Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan. Aliran listrik
menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah, dalam hal ini
cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak, baikkontak dengan sumber arus maupun ground.
Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif.
Klasifikasi Luka Bakar
Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu :
a. Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak jaringan untuk dapat
melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh
secara sempurna. Luka biasanya tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan
atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.
b. Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih terdapat epitel vital
yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan tersebut misalnya sel epitel basal,
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya jaringan yang masih
“sehat” tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gambaran luka bakar berupa
gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh darah karena perubahan
permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri. Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak
ditangani dengan baik, dapat timbul edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga
cedera berkembang menjadi full-thickness burn atau luka bakar derajat III.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya meningkat, dan
penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan dalam persen
terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar,
yaitu:
Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak
tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung
pada pasien dengan derajat luka II atau III.
Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa
Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,
pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha
kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya
1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh
yang terbakar pada orang dewasa.
PEMBAGIAN LUKA BAKAR
1. Prehospital
Hal pertama yang harus dilakukan jika menemuikan pasien luka bakar di tempat
kejadian adalah menghentikan proses kebakaran. Maksudnya adalah membebaskan
pasien dari pajanan atau sumber dengan memperhatikan keselamatan diri sendiri.
Kemudian lepaskan semua bahan yang dapat menahan panas (pakaian, perhiasan,
logam), hal ini untuk mencegah luka yang semakin dalam karena tubuh masih terpajan
dengan sumber. Bahan yang meleleh dan menempel pada kulit tidak boleh dilepaskan.
Air suhu kamar dapat disiramkan ke atas luka dalam waktu 15 menit sejak kejadian,
namun air dingin tidak boleh diberikan untuk mencegah terjadinya hipotermia dan
vasokonstriksi.
2. Tatalaksana resusitasi luka bakar
a. Tatalaksana resusitasi jalan nafas:
Intubasi
Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan manifestasi
obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas
pemelliharaan jalan nafas.
Krikotiroidotomi
Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan menimbulkan
morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi memperkecil dead space,
memperbesar tidal volume, lebih mudah mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan
pasien dapat berbicara jika dibanding dengan intubasi.
Pemberian oksigen 100%
Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi jalan nafas
yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian oksigen dosis besar
karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga akan terbentuk radikal bebas yang
bersifat vasodilator dan modulator sepsis.
Perawatan jalan nafas
Penghisapan sekret (secara berkala)
Pemberian terapi inhalasi
Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen jalan nafas dan
mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan. Terapi inhalasi umumnya
menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9% ditambah dengan bronkodilator bila
perlu. Selain itu bias ditambahkan zat-zat dengan khasiat tertentu seperti atropin sulfat
(menurunkan produksi sekret), natrium bikarbonat (mengatasi asidosis seluler) dan
steroid (masih kontroversial)
Bilasan bronkoalveolar
Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki kompliansi paru
b. Tatalaksana resusitasi cairan
Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada beberapa cara
untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
Cara Evans
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam
16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama.
Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Perawatan luka
Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas, mekanisme bernapas
dan resusitasi cairan dilakuakan. Tindakan meliputi debridement, nekrotomi dan pencucian
luka. Tujuan perawatan luka adalah mencegah degradasi luka dan mengupayakan proses
epitelisasi. Mempertahankan atau menghilangkan bula masih meninggalkan perdebatan.
Pernyataan yang mendukung untuk mempertahankan bula menunjukkan bahwa cairan bula
menekan system imun, memperlambat kemotaksis dan pertahanan intraselular dan juga
bertindak sebagai media tumbuhnya bakteri. Sebaliknya, para ahli lainnya menganjurkan untuk
mempertahankan bula yang membentuk stratum spongiosum yang steril. Tidak disarankan
untuk memecahkan bula.
Untuk eskar yang melingkar dan mengganggu aliran atau perfusi dilakukan
eskarotomi. Pencucian luka dilakukan dengan memandikan pasien dengan air hangat mengalir
dan sabun mandi bayi. Lalu luka dibalut dengan kasa lembab steril dengan atau tanpa krim
pelembab. Perawatan luka tertutup dengan oclusive dressing untuk mencegah penguapan
berlebihan. Penggunaan tulle berfungsi sebagai penutup luka yang memfasilitasi drainage dan
epitelisasi. Sedangkan krim antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi pada luka.
Penggunaan antibiotik
Pemberian antibiotik pada kasus luka bakar bertujuan sebagai profilaksis infeksi dan
mengatasi infeksi yang sudah terjadi. Penggunaan antibiotik sebagai profilaksis masih
merupakan suatu kontroversi. Dalam 3-5 hari pertama populasi kuman yang sering dijumpai
adalah bakteri Gram positif non-patogen. Sedangkan hari 5-10 adalah bakteri Gram negatif
patogen. Dalam 1-3 hari pertama pasca cedera, luka masih dalam keadaan steril sehingga tidak
diperlukan antibiotik. Beberapa antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah silver
sulfadiazin, povidone-iodine 10%, gentamicin sulfate, mupirocin, dan bacitracin/polymixin.
Non-Farmakologi :
a. Siram luka bakar dengan Nacl 0,9% suhu ruangan secara mengalir untuk
menghilangkan panas dari luka bakar
b. Bersihkan luka
c. Pertahankan bula
d. Rawat luka dengan salep burnazin
e. Balut luka dengan kasa kering
f. Memberitahu kepada pasien untuk mengganti perban dan kontrol luka setiap
hari
Farmakologi :
a. Burnazin zalf
b. Vit c 3x1 tablet
c. Dotramol 3x1 tablet
Edukasi :
Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit, dan komplikasi yang dapat
timbul dari Luka Bakar Derajat II.