Вы находитесь на странице: 1из 12

PORTOFOLIO

Topik: Luka Bakar Derajat II

Tanggal (kasus): 27 Desember 2017 Presenter: Heri Kurniawan

Tangal presentasi: Pendamping: dr. Avia Atryka

Tempat presentasi: RS Bhayangkara Anton Soedjarwo

Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka

□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi: Perempuan 23 tahun, tangan kanan melepuh, luka bakar derajat II


□ Tujuan: Melakukan penegakkan diagnosis serta penatalaksanaan awal pada pasien dengan
luka bakar derajat II
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit

Cara membahas: □ Diskusi □Presentasi dan □ E‐mail □ Pos


diskusi

Data pasien: Nama: Ny. L Umur : 25 tahun

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: Luka Bakar Derajat II


Tangan kanan melepuh setelah terkena tumpahan minyak goreng panas. Pada pemeriksaan
fisik, sensorium compos mentis, GCS E4 V5 M6, terdapat bula dan dasar luka hiperemis

2. Riwayat Pengobatan : Riwayat mengkonsumsi obat disangkal

3. Riwayat kesehatan/penyakit : Riwayat penyakit sebelumnya disangkal

4. Riwayat keluarga/masyarakat: Riwayat keluhan serupa dan penyakit lain pada anggota
keluarga disangkal

5. Riwayat pekerjaaan : Mahasiswa

6. Lain‐lain : tidak ada

Daftar Pustaka:
1. American College of Surgeons. Thermal Injuries. Advanced Trauma Life Support Ninth
Edition. Chicago. Heartside publishing service, 2012.
2. Williams, N. S, Bulstrode C. J. K, O’ Connell P. R. Burn Injury. Bailey and Love’s : Short
Practice of Surgery 26th Edition. New York. Taylor and Francis Group, 2013
3. Jeschke M. G, Herndon D. N. Burns. Sabiston Text Book of Surgery. Amsterdam. Elsevier.
2016
Hasil pembelajaran:

1. Definisi Luka Bakar Derajat II


2. Etiologi, faktor risiko, dan patogenesis Luka Bakar Derajat II
3. Manifestasi klinis Luka Bakar Derajat II
4. Penegakkan diagnosis Luka Bakar Derajat II
5. Penatalaksanaan Luka Bakar Derajat II
6. Edukasi Luka Bakar Derajat II

Subjektif

Pasien datang ke UGD RS Bhayangkara dengan keluhan tangan kanan melepuh dan terasa
panas setelah terkena tumpahan minyak goreng panas saat memasak di rumah sekitar 15 menit
sebelum ke rumah sakit.

Objektif

Pemeriksaan fisik

Tanda Vital:

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis (E4 V5 M6)

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 88 kali/menit

Suhu : 36,6 oC

Pernafasan : 20 kali/menit

Status Generalis

- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Refleks Cahaya


Langsung dan Tidak Langsung (+/+), pupil bulat, isokor, perdarahan
subkonjungtiva (-/-)
- Hidung : Septum ditengah, sekret (-/-)
- Telinga : Normotia, sekret (-/-)
- Mulut : Lidah kotor (-), mukosa bibir kering (-)
- Leher : KGB tidak teraba membesar
- Paru :
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi sela iga (-)
- Palpasi : fremitus kiri = kanan
- Perkusi : sonor kedua lapangan paru
- Auskultasi : vesikuler, wheezing -/- , rhonki -/-
- Jantung :
- Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS ICS V
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), pulsus deficit (-)
- Abdomen : Supel, bising usus (+), hepatomegali (-), splenomegali (-)
- Ekstremitas : Akral dingin (-), oedem (-), CRT < 2 detik

Status Lokalis
Lengan kanan bawah depan : 2,25%
Lengan kanan bawah belakang : 2,25%
Telapak tangan kanan : 1%
Punggung tangan kanan : 1%

Terdapat luka bakar dilokasi tersebut


dengan dasar superfisial, hiperemis dan
terdapat bula seluas 6,5%.

Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium

Assessment
Setelah dilakukan anamnesis (subjektif), pemeriksaan fisik (objektif) dan pemeriksaan
penunjang pada pasien, ditegakkan diagnosis Luka Bakar Derajat II.
Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar
merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.

Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak langsung,
misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu,
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka
bakar.

Etiologi
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin ataupun zat kimia. Ketika
kulit terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat panas, durasi kontak
panas pada kulit dan ketebalan kulit.
 Luka Bakar Termal (Thermal Burns)
Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas(scald), jilatan api ketubuh (flash),
kobaran apai di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas
lainnya (misalnya plastik logam panas, dll).
 Luka Bakar Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan
dalam bidang industri , militer, ataupun bahan pembersih yang sering dipergunakan untuk
keperluan rumah tangga.
 Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan. Aliran listrik
menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah, dalam hal ini
cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak, baikkontak dengan sumber arus maupun ground.
 Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif.
Klasifikasi Luka Bakar
Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu :
a. Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak jaringan untuk dapat
melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh
secara sempurna. Luka biasanya tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan
atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.
b. Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih terdapat epitel vital
yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan tersebut misalnya sel epitel basal,
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya jaringan yang masih
“sehat” tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gambaran luka bakar berupa
gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh darah karena perubahan
permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri. Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak
ditangani dengan baik, dapat timbul edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga
cedera berkembang menjadi full-thickness burn atau luka bakar derajat III.

 Superficial partial thickness:


- Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis
- Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada luka bakar grade I
- Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka
- Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang basah
- Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena tekanan
- Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak terkena infeksi ), tapi
warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.

 Deep partial thickness


- Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis
- Disertai juga dengan bula
- Permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari vaskularisasi
pembuluh darah (bagian yang putih punya hanya sedikit pembuluh darah dan yang
merah muda mempunyai beberapa aliran darah
- Luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.
c. Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau jaringan yang
lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat menjadi dasar
regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit harus
dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula, karena
pada dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak intak.

Berat Dan Luas Luka Bakar

Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya meningkat, dan
penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan dalam persen
terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar,
yaitu:

 Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak
tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung
pada pasien dengan derajat luka II atau III.
 Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa
Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,
pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha
kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya
1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh
yang terbakar pada orang dewasa.
PEMBAGIAN LUKA BAKAR

1. Luka bakar berat (major burn)


a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50
tahun
b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama
c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka
bakar
e. Luka bakar listrik tegangan tinggi
f. Disertai trauma lainnya
g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi
2. Luka bakar sedang (moderate burn)
a. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III
kurang dari 10 %
b. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40
tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum
3. Luka bakar ringan
a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum

Indikasi Rawat Inap


Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk dirawat inap bila:
1. Luka bakar derajat III > 5%
2. Luka bakar derajat II > 10%
3. Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan, kaki,
genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama)  risiko signifikan untuk masalah
kosmetik dan kecacatan fungsi
4. Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas
5. Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma mayor lainnya,
atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada sebelumnya
6. Adanya trauma inhalasi

Tatalaksana Luka Bakar

1. Prehospital
Hal pertama yang harus dilakukan jika menemuikan pasien luka bakar di tempat
kejadian adalah menghentikan proses kebakaran. Maksudnya adalah membebaskan
pasien dari pajanan atau sumber dengan memperhatikan keselamatan diri sendiri.
Kemudian lepaskan semua bahan yang dapat menahan panas (pakaian, perhiasan,
logam), hal ini untuk mencegah luka yang semakin dalam karena tubuh masih terpajan
dengan sumber. Bahan yang meleleh dan menempel pada kulit tidak boleh dilepaskan.
Air suhu kamar dapat disiramkan ke atas luka dalam waktu 15 menit sejak kejadian,
namun air dingin tidak boleh diberikan untuk mencegah terjadinya hipotermia dan
vasokonstriksi.
2. Tatalaksana resusitasi luka bakar
a. Tatalaksana resusitasi jalan nafas:
 Intubasi
Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan manifestasi
obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas
pemelliharaan jalan nafas.
 Krikotiroidotomi
Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan menimbulkan
morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi memperkecil dead space,
memperbesar tidal volume, lebih mudah mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan
pasien dapat berbicara jika dibanding dengan intubasi.
 Pemberian oksigen 100%
Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi jalan nafas
yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian oksigen dosis besar
karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga akan terbentuk radikal bebas yang
bersifat vasodilator dan modulator sepsis.
 Perawatan jalan nafas
 Penghisapan sekret (secara berkala)
 Pemberian terapi inhalasi
Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen jalan nafas dan
mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan. Terapi inhalasi umumnya
menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9% ditambah dengan bronkodilator bila
perlu. Selain itu bias ditambahkan zat-zat dengan khasiat tertentu seperti atropin sulfat
(menurunkan produksi sekret), natrium bikarbonat (mengatasi asidosis seluler) dan
steroid (masih kontroversial)
 Bilasan bronkoalveolar
 Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
 Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki kompliansi paru
b. Tatalaksana resusitasi cairan
Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada beberapa cara
untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
 Cara Evans
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
 Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam
16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama.
Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

Perawatan luka
Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas, mekanisme bernapas
dan resusitasi cairan dilakuakan. Tindakan meliputi debridement, nekrotomi dan pencucian
luka. Tujuan perawatan luka adalah mencegah degradasi luka dan mengupayakan proses
epitelisasi. Mempertahankan atau menghilangkan bula masih meninggalkan perdebatan.
Pernyataan yang mendukung untuk mempertahankan bula menunjukkan bahwa cairan bula
menekan system imun, memperlambat kemotaksis dan pertahanan intraselular dan juga
bertindak sebagai media tumbuhnya bakteri. Sebaliknya, para ahli lainnya menganjurkan untuk
mempertahankan bula yang membentuk stratum spongiosum yang steril. Tidak disarankan
untuk memecahkan bula.

Untuk eskar yang melingkar dan mengganggu aliran atau perfusi dilakukan
eskarotomi. Pencucian luka dilakukan dengan memandikan pasien dengan air hangat mengalir
dan sabun mandi bayi. Lalu luka dibalut dengan kasa lembab steril dengan atau tanpa krim
pelembab. Perawatan luka tertutup dengan oclusive dressing untuk mencegah penguapan
berlebihan. Penggunaan tulle berfungsi sebagai penutup luka yang memfasilitasi drainage dan
epitelisasi. Sedangkan krim antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi pada luka.

Penggunaan antibiotik
Pemberian antibiotik pada kasus luka bakar bertujuan sebagai profilaksis infeksi dan
mengatasi infeksi yang sudah terjadi. Penggunaan antibiotik sebagai profilaksis masih
merupakan suatu kontroversi. Dalam 3-5 hari pertama populasi kuman yang sering dijumpai
adalah bakteri Gram positif non-patogen. Sedangkan hari 5-10 adalah bakteri Gram negatif
patogen. Dalam 1-3 hari pertama pasca cedera, luka masih dalam keadaan steril sehingga tidak
diperlukan antibiotik. Beberapa antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah silver
sulfadiazin, povidone-iodine 10%, gentamicin sulfate, mupirocin, dan bacitracin/polymixin.

Eksisi dan grafting


Luka bakar derajat dua dalam dan tiga tidak dapat mengalami penyembuhan spontan
tanpa autografting. Jika dibiarkan, jaringan yang sudah mati ini akan menjadi fokus inflamasi
dan infeksi. Eksisi dini dan grafting saat ini dilakukan oleh sebagian besar ahli bedah karena
memiliki lebih banyak keuntungan dibandingkan debridement serial. Setelah dilakukan eksisi,
luka harus ditutup, idealnya luka ditutup dengan kulit pasien sendiri. Pada luka bakar seluas
20-30%, biasanya dapat dilakukan dalam satu kali operasi dengan penutupan oleh autograft
split-thickness yang diambil dari bagian tubuh pasien. Sebagian besar ahili bedah melakukan
eksisi pada minggu pertama, biasanya dalam satu kali operasi dapat dilakukan eksisi seluas
20%. Eksisi tidak boleh melebihi kemampuan untuk menutup luka baik dengan autograft,
biologic dressing atau allograft.
Plan
 Diagnosis : Luka Bakar Derajat II 6,5%
 Pengobatan :

Non-Farmakologi :
a. Siram luka bakar dengan Nacl 0,9% suhu ruangan secara mengalir untuk
menghilangkan panas dari luka bakar
b. Bersihkan luka
c. Pertahankan bula
d. Rawat luka dengan salep burnazin
e. Balut luka dengan kasa kering
f. Memberitahu kepada pasien untuk mengganti perban dan kontrol luka setiap
hari

Farmakologi :
a. Burnazin zalf
b. Vit c 3x1 tablet
c. Dotramol 3x1 tablet

Edukasi :

Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit, dan komplikasi yang dapat
timbul dari Luka Bakar Derajat II.

Вам также может понравиться