Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Pertanyaan Aneurisma:
Thaliah: Dari ke lima pemeriksaan diagnostik tersebut mana kah yang lebih jelas dalam
menggambarkan adanya aneurisma? Dan untuk pemeriksaan diagnostik aneurisma harus
menggunakan ke lima jenis pemeriksaan tersebut atau bisa hanya salah satu dari pemeriksaan
tersebut? Terima kasih
Tessa: Bagaimana nyeri yang dirasakan klien dengan aneurisma? Apakah sama dengan penyakit
yang memiliki tanda dan gejala nyeri atau nyeri yang dirasakan khas? Terima kasih
Senja Putrisia F. E. 131411131082
http://dokter-medis.blogspot.co.id/2014/02/cara-membaca-foto-rontgen-thorak-chest.html
19 FEBRUARY 2014
Cara membaca Foto Rontgen Thorak (Chest X-Ray) Dewasa
1. Perhatikan terlebih dahulu identitas pasien dan nomer rekam medis apakah sesuai atau tidak.
2. Perhatikan tanda R (right) dan L (left) apakah posisi foto rontgen sudah benar.
3. Apakah eksposure sinar X-ray cukup atau berlebih atau kurang. Eksposure yang cukup
ditandai dengan os vertebralis thorakalis tampak terlihat sampai thorakalis ke-5. Eksposure yang
berlebih akan menyebabkan hulangnya gambaran dari paru sehingga tidak bisa terbaca.
eksposure yang kurang akan menyebabkan paru tampak putih (radiolusen) sehingga tidak bisa
dibaca atau misdiagnosis.
4. Perhatikan posisi foto rontgen apakah berdiri atau berbaring. Bisa dilihat dari letak os
scapula.Jika os scapula di lateral maka posisi pasien berdiri. Posisi berdiri biasanya dengan
proyeksi posterior-anterior (PA). Posisi berbaring dengan proyeksi anterior-posterior (AP)
5. Perhatikan apakah foto thorak cukup inspirasi atau tidak. Inspirasi yang cukup bisa dilihat dari
batas diafragma di antara sela iga 5 dan 6.
5. Perhatikan jalan napas. Trakea tampak sebagai radioopage diantara os vertebralis. Normal
berada di tengah os vertebralis.
6. Perhatikan tulang-tulang clavicula, scapula, sternum dan iga. Apakah terdapat fraktur. Juga
lihat sela iga apakah simetris atau mengalami penyempitan atau pelebaran. sela iga yang
menyempit bisa disebabkan ateletaksis. Sela iga yang melebar bisa menggambarkan adanya
pneumothorak atau emfisema.
7. Lihat posisi diafragma apakah simetris. lihat sudut diafragma dengan sela iga (sudut
costophrenicus) kanan dan kiri. Normalnya kedua sudut costophrenicus tampak tajam. Jika
tumpul mungkin terdapat efusi pleura.
8. Lihat udara di lambung. Normal terdapat di sebelah kiri bawah foto rontgen thorak.
9. Perhatikan gambaran paru apakah terdapat radio opaque atau radio lusen. Gambaran radio
lusen dengan air fluid level bisa merupakan efusi plura atau kista paru. gambaran radio opaque
tanpa gambaran corakan pembuluh darah bisa merupakan pneumothorak. konfirmasi dengan
pemeriksaan fisik dan kalau perlu foto thorak lateral atau dekubitus.
2. Tentukan rasio cardiac-thorasic (Cardiac Thoracic Ratio). Normal pada posisi berdiri <
50% dan pada posisi berbaring < 55%. Jika lebih dari itu dikatakan kardiomegali. Jika
terdapat kardiomegali, lihat batas kiri bawah jantung dengan diafragma. Jika tampak tertanam
(grounded) dengan sudut yang tumpul dapat dikatakan pembesaran ventrikel kiri. Jika
tampak membulat (rounded) dengan sudut yang tajam dapat dikatakan pembesaran
ventrikel kanan. Kardiomegali berbentuk sepatu boot (Boot shape) merupakan gambaran
khas penyakit jantung hipertensi, kardiomegali berbentuk tabung enlemeyer bisa jadi
gambaran kardiomiopati atau efusi perikard masif
1. aortic knuckle; 2. main pulmonal artery; 3. left appendage atrium 4. left ventricle; 5. right
atrium; 6. ascending aorta; 7. superior vein cava; 8. left atrium under carina; 9. right ventricle;
10. arcus aorta; 11. bifurcation pulmonal artery; 12. left atrium; 13. left ventricle
A.ascenden aorta, AA. arcus aorta, Az. azigous vein, LB. left border pulmonal arteri, PA. main
pulmonal artery, LA. left atrium, LV. left ventricle, RA. right atrium, S. superior vein cava, SC.
subclavia artery
3. Nilai struktur jantung, dari batas kiri jantung kita bisa tentukan dari atas ke bawah : arcus
Aorta-conus Pulmonalis-Atrium kiri-Left Ventrikel (disingkat APAL). Aorta yang menonjol /
prominen bisa jadi mengalami elongatio aorta. juga sering ditemukan kalsifikasi aorta. biasanya
pada pasien hipertensi kronik. Conus pulmonalis merupakan gambaran dari main arteri pulmonal
yang jika menonjol bisa jadi terdapat hipertensi arteri pulmonal seperti pada pasien mitral
stenosis, Atrial Septal Defect (ASD) dan Primary Pulmonal Hypertension (PPH). Atrium kiri jika
membesar akan tampak gambaran double contour yang terlihat di batas jantung kanan. Double
contour terbentuk dari gambaran atrium kanan dan atrium kiri yang membesar. Gambaran mitral
heart configuration merupakan perpaduan gambaran kardiomegali rounded dengan double
contour yang merupakan ciri khas dari mitral stenosis. Dari batas kanan jantung, kita bisa
tentukan vena kava superior, aorta ascendens dan atrium kanan.
4. Selain struktur jantung, kita juga harus menilai pembuluh darah yang terdapat di paru.
Kardiomegali berbentuk grounded dengan gambaran paru cefalisasi atau bat wing bisa jadi gagal
jantung kiri disertai edema paru. Kardiomegali berbentuk tabung enlemeyer dengan gambaran
paru yang bersih merupakan gambaran efusi perikard massif atau tamponade jantung.
Diposkan oleh/posting by iman haryana di 3:58:00 PM
1. Foto Thoraks
Terdapat hubungan lemah antara ukuran jantung pada foto toraks dengan
fungsi ventrikel kiri. Pada gagal jantung akut sering tidak terdapat kardiomegali.
Kardiomegali mendukung diagnosis gagal jantung khususnya bila terdapat dilatasi
vena lobus atas. Foto rontgen adalah indicator penting untuk menentukan ukuran
jantung dan mendeteksi pembesaran. Yang paling umum digunakan adalah CTR
(cardiothoracic Ratio). Selain itu juga digunakan diameter tranversal jantung. CTR
adalah perbandingan diameter transversal jantung dengan diameter transversal
rongga thoraks. Rasio normalnya 50% (55% untuk orang Asia dan Negro). Rasio
ini meningkat pada orang tua dan pada neonates kadang mencapai 60%. Metode ini
tidak bisa dipakai pada orang yang letak jantungnya mendatar (horizontal) atau
vertical dan orang dengan pericardium penuh lemak (Malueka, 2008).
Penentuan CTR radiografi (RCTR) dilakukan sebagai berikut: Salah satu dari
tiga Ahli Radiologi diukur jarak dalam cm, menggunakan penggaris plastik standar
yang jelas, dari garis tengah tulang belakang horizontal untuk Aspek Kebanyakan
lateral puncak jantung. Prosedur ini dengan cara yang sama berulang-ulang dari
garis tengah tulang belakang pada aspek lateral atrium. Kedua pengukuran
ditambahkan dan dibagi dengan lebar terbesar dari dada horizontal, dari kiri ke
permukaan pleura yang tepat, diturunkan pada tingkat siluet hemidiaphragmatic kiri
(Gambar). Sebuah RCTR> 0,5 dianggap menunjukan kardiomegali (Miller et al,
2000).
𝐴+𝐵
CTR = 𝐶
1. Foto Thorax
Cord tampak besar ke kanan kiri, konus pulmonalis menonjol,CTR 70 %, pulmo
tampak vaskuler pulmonalis meningkat dengan sepalisasi (+). Tampak parukanan
tertutupterselubung dari bawah sampai ICS 6 belakang kanan, tampak
terselubungan 12 hemithorax kanan bawah sampai tajam, sinus prenikokostalis
kanan tampak terselubung kiri tajam
Kesimpulan : Kardio megali dengan kongesti pulmonus, efusi pleura kanan
http://ciwincemoot.blogspot.co.id/2012/06/angina-pectoris-infark-miokard-akut.html
Pemeriksaan sinar-x dilakukan untuk menentukan ukuran, kontur dan posisi jantung.
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya klasifikasi jantung dan pericardial dan
menunjukkan adanya perubahan fsikologis sirkulasi pulmonal. Pemeriksaan ini tidal membatu
diagnosis imfark miokardium akut, namun dapat menguatkan adanya komlikasi tertentu mis;
gagal jantung kongerstif). Pemasangan kateter, seperti pacu jantung atau kateter arteri pulmonal
dapat juga dilihat dari pemeriksaan sinar-x.
Interpretasi foto rontgen toraks tidak mudah dilakukan karena memerlukan pengetahuan
anatomi dan patologi, dan latihan pengenalan berbagai gambaran normal, dan dapat pengetahuan
mengenai kemungkinan perubahan-perubahan foto toraks yang terjadi pada proses-proses
patologis.
Tulang dan Bayangan putting susu sring kali Udara pada jarinagn lunak
jaringan lunak terlihat pada zona bawah dan kira- dapat menyertai
kira 5 mm diameternya pneumotoraks atau tibul
setelah torakotomi.
http://kampus-kedokteran.blogspot.co.id/2011/10/edema-paru.html
Foto thoraks Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan X-ray dada. Radiograph (X-ray)
dada yang normal terdiri dari area putih terpusat yang menyinggung jantung dan pembuluh-
pembuluh darah utamanya plus tulang-tulang dari vertebral column, dengan bidang-bidang paru
yang menunjukan sebagai bidang-bidang yang lebih gelap pada setiap sisi, yang dilingkungi oleh
struktur-struktur tulang dari dinding dada.
X-ray dada yang khas dengan pulmonary edema mungkin menunjukan lebih banyak
tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya. Kasus-kasus yang lebih parah
dari pulmonary edema dapat menunjukanopacification (pemutihan) yang signifikan pada paru-
paru dengan visualisasi yang minimal dari bidang-bidang paru yang normal. Pemutihan ini
mewakili pengisian dari alveoli sebagai akibat dari pulmonary edema, namun ia mungkin
memberikan informasi yang minimal tentang penyebab yang mungkin mendasarinya.
Kasus 2
Kasus Coronary Artery Disease (CAD)
Tn. O usia 45 tahun dirawat di ruang ICCU dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri. 2 bulan yang
lalu Tn. O merasakan dada kiri terasa panas, menjalar hingga leher dan kepala, badan terasa
sering lemah, jari-jari ekstermitas bawah kadang-kadang terasa kesemutan dan dibawa oleh
keluarga ke poli jantung dan didiagnosa Coronary Artery Disease (CAD). Tn. O mempunyai
kebiasaan merokok dan minum kopi. Orang tua (ayah) meninggal karena stroke.
Tanda Vital : Tekanan darah 150/100 mmHg, nadi = 64 x/menit, RR = 20 x/menit, suhu = 36oC.
Terapi : Aspilet 1 x 2 tablet, ISDN 3 x 1 menit, Diazepam 3 x 1, captopril 3 x1.
Hasil Laboratorium : Hb 13,6 gr%; leukosit 10 rb/mm3; GDS 65; kreatinin 1,22; ureum 29; uric
acid 7,2 mg/dl; trigliserida 263 mg/dl; kolesterol 205 md/dl; LDL 134 mg/dl; HDL 38 mg/dl.
Hasil foto rontgen : LVH (CTR 57%)
Hasil EKG : sinus bradicardi, left ventricular hypertrophy, non specific ST abnormality.
Hasil Echocardiography : CAD disfungsi diastolic ringan.
Kasus 3
Kasus Gagal Jantung
Tn. A usia 50 tahun, seorang supir, masuk ke ICCU dengan keluhan utama sesak nafas dan
berkurang jika posisi setengah duduk atau tidur menggunakan 2 bantal atau lebih, sesak napas
terkadang dirasakan pada malam hari batuk kadang-kadang. Pada didiagnosa : Decompensasi
Cordis
Tn. A mempunyai kebiasaan merokok. 5 tahun yang lalu Tn. A didiagnosa hipertensi, tetapi
pernah memeriksakan diri secara teratur. Orang tua Tn. A (ayah) menderita hipertensi dan DM.
Pada peneriksaan fisik ditemukan : tanda vital 140/90 mmHg, Hr 100 x/menit, RR 24 x/menit,
suhu 36oC Tb 160 cm, BB 75 kg, bunyi jantung S1 & S2 normal, murmur (-), gallop (+), JVP
meningkat, suara napas, wheezing -/-, ronchi +/+, akral dingin, CRT >2 detik, edema pedis
(2+/2+).
Hasil laboratorium : Hb 11,9 gr%: leukosit 5.200/menit3, GDS 100 md/dl, kolesterol 235 mg/dl,
trigliserida 251 mg/dl, HDL: 49 mg/dl, LDL 150 mg/dl, SGOT 32 U/L, natrium 144 mmol/L,
kalium 3.9 mmol/L, klorida 101 mmol/L.
Analisa gas darah (AGD) : pH7.437, PCO2 33.9, PO2 102, HCO3 22.8, O2 Sat 97.7, BE -0.3,
total CO2 23.9.
Hasil ECG : gelombang QRS membesar
Hasil foto thorax : + 75%
Hasil USG Jantung : LV dilatasi, mitral stenosis, aorta stenosis/aorta insufisiensi.
Terapi : Oksigen 3 ltr/menit, Infus D5% : 15 tts/mnt, inhalasi ventolin : bisolvon : NaCl 0,9%
(1:1:1), digoxin 1 x 1 tab, furosemin 1 x 40 mg, ceptopril 2 x 12,5 mg, Simvastatin 10 mg 1 x 1,
Antasida syrup 3 x1.
JAWABAN KASUS
Jawaban
Kasus I
A. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
B. Fokus anamnesa yang perlu di gali lagi pada Tn. S adalah Apakah Tn. S memiliki riwayat
penyakit hipertensi
1. Pemeriksaan penunjang
1) EKG: adanya pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri, adanya penyakit jantung
koroner atau aritmia
2) Hemoglobin/hematokrit: bukan diagnostik tetapi mengkaji hubngan dari sel-sel terhadap
terhadap volume cairan(viskositas)dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkogulabilitas, anemia
3) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
4) Glukosa: hiperglikemia (Diabetes Millitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi)
5) Kalium serum: hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretic
6) Kalsium serum: peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi
7) Kolesterol dan trigliserida serum: peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
8) Asamm urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya
hipertensi
9) Foto rontgen: adanya pembesaran jantung, vaskularisasi atau aorta yang melebar
10) Echocardiogram: tampak adanya penebalan dinding ventrikel kiri, mungkin juga sudah
terjadi dilatasi dan gangguan fungsi sistolik dan diastolik (Diklat PJT-RSCM, 2008).
2. Do = TD : 160/110 mmHg
N : 80 x/m
S : 36 oC
RR : 20 x/m
Ds = Pasien mengeluh sakit kepala dan tengkuk terasa tegang sejak 5 hari yang lalu
6. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan
penglihatan, episode epistaksis
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal
proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan,
sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural
10. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : faktor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit
ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon
7. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
• Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c). Penurunan berat badan
d). Penurunan asupan etanol
e). Menghentikan merokok
f). Diet tinggi kalium
• Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus
220 – umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
• Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan
biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard
Intervensi keperawatan :
1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5. Catat edema umum
6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
8. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
10. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
11. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Nyeri dada (angina) adalah ketidaknyamanan yang terjadi ketika tidak cukup darah yang kaya
oksigen mengalir ke otot jantung.Rasa sakit juga dapat terjadi di bahu, lengan, leher, rahang, atau
punggung (seperti pada Tn.O).Kondisi ini berawal dari kondisi dimana terdapat plak yang
terbentuk di dalam pembuluh darah jantung.Sedangkan pembuluh darah jantung berfungsi
menyuplai darah otot jantung dengan darah yang kaya mengandung oksigen. Dengan adanya
plak, maka arteri koroner menyempit sehingga aliran darah ke otot jantung akan berkurang.
Akibatnya suplai oksigen juga akan berkurang.
Tiga tipe angina :
a. Angina stabil : Tipe angina yang ditimbulkan oleh ketidak-seimbangan antara keperluan
jantung akan darah beroksigen dan jumlah yang tersedia. "Stabil", berarti aktivitas yang sama
menimbulkannya; terasa sama setiap kali; dan reda dengan istirahat dan/atau obat minum.
Angina stabil adalah tanda peringatan penyakit jantung, dan harus dievaluasi oleh dokter.Jika
pola angina berubah, maka dapat meningkat menjadi angina tak-stabil.
b. Angina tak stabil : Tipe angina ini dianggap sindrom koroner akut. Mungkin merupakan
gejala baru atau perubahan dari angina stabil.Angina mungkin muncul lebih sering, lebih mudah
muncul saat istirahat, terasa lebih parah, atau berlangsung lebih lama.Meskipun angina ini sering
dapat diredakan dengan minum obat, tetapi bersifat tak stabil dan mungkin meningkat menjadi
serangan jantung.Biasanya dibutuhkan pengobatan medis yang lebih mendalam, atau suatu
prosedur perlu dilakukan.Angina tak-stabil merupakan sindrom koroner akut, dan harus diobati
sebagai gawat-darurat.
c. Angina varian (kejang koroner) : Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang mengganggu
aliran darah ke otot jantung (iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa penyakit arteri koroner yang
signifikan, Namun, dua per tiga dari orang dengan angina varian mempunyai penyakit parah
dalam paling sedikit satu pembuluh, dan kekejangan terjadi pada tempat penyumbatan.Tipe
angina ini tidak umum dan hampir selalu terjadi bila seorang beristirahat - sewaktu tidur. Anda
mempunyai risiko meningkat untuk kejang koroner jika Anda mempunyai: penyakit arteri
koroner yang mendasari, merokok, atau menggunakan obat perangsang atau obat terlarang
(seperti kokain). Jika kejang arteri menjadi parah dan terjadi untuk jangka waktu panjang,
serangan jantung bisa terjadi.
2. Faktor resiko yang dapat digali lagi dari Tn.O antara lain:
Semakin banyak seseorang mempunyai faktor risiko, semakin tinggi risiko ia akan mengalami
penyakit jantung jantung koroner. Sebagian faktor risiko dapat dimodifikasi dan diobati sebagian
lagi tidak. Pengontrolan faktor risiko baik dengan modifikasi gaya hidup maupun dengan obat-
obatan, maka risiko terkena penyakit jantung koroner dapat diturunkan.
Faktor-faktor risiko tersebut adalah:
a. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
b. Kadar kolesterol darah
c. Kencing manis (diabetes melitus)
d. Overweight dan obesitas
e. Kebiasaan merokok
f. Inaktivitas fisik
g. Jenis Kelamin
h. Herediter
i. Usia
j. Stress
k. Hormon seks
l. Obat KB
m. Alkohol
n. Apo B / Apo A-1
o. Psikososial
a. Aspilet
Aspilet merupakan salah satu nama obat paten dari Aspirin. Aspirin termasuk dalam kategori
obat non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID).NSAID memiliki efek anti-inflamasi,
analgesik, dan antipiretik, serta dapat menghambat agregasi trombosit.
Obat ini efektif untuk pencegahan primer penyakit kardiovaskular dan pencegahan sekunder
infark miokard.
Indikasi
1) Rheumatoid arthritis
2) Demam selama penyakit menular dan inflamasi
3) Untuk mengatasi nyeri
4) Neuralgia
5) Mialgia
6) Sakit kepala
7) Pencegahan penyakit berbasis trombosis dan emboli
8) Pencegahan primer dan sekunder infark miokard
Kontraindikasi
1) Pasien yang sensitif dengan aspirin
2) Asma
3) Tukak lambung
4) Perdarahan subkutan
5) Hemofilia
6) Trombositopenia
7) Pasien dengan terapi antikoagulan
Dosis
Untuk dosis melalui mulut (per oral) tergantung dari indikasi penggunaannya, misalnya:
1) Untuk antipiretik (penurun demam) dan analgesik (pereda nyeri) Dewasa: 3 x 500-1000
mg/hari
2) Pencegahan primer dan sekunder infark miokard 1 x 40-325 mg/hari (biasanya 160 mg)
3) Sebagai inhibitor agregasi trombosit 300-325 mg/hari
Efek samping
1) Sistem pencernaan: Mual, muntah, anoreksia, nyeri epigastrium, diare, luka erosif dan
ulseratif.
2) Sistem saraf pusat: Penggunaan jangka panjang mungkin dapat menyebabkan pusing, sakit
kepala, gangguan penglihatan reversibel, tinnitus, meningitis aseptik.
3) Sistem Hemopoietik: Trombositopenia dan anemia, namun jarang terjadi.
4) Sistem pembekuan darah: Perpanjangan waktu perdarahan.
5) Sistem urine: Dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal, gagal
ginjal akut, sindrom nefrotik, namun jarang terjadi.
6) Reaksi alergi: Ruam kulit, edema, bronkospasme, "aspirin triad" (kombinasi dari asma
bronkial, poliposis hidung kambuhan, sinus paranasal, intoleransi asam asetilsalisilat, dan obat-
obatan seri pirazolonic).
7) Efek samping lain: Dalam beberapa kasus dapat menyebabkan sindrom Reye dan pada
penggunaan jangka panjang dapat meningkatkan gejala gagal jantung kronis. (Sumber: Drugs-
About.com, Drugs.com(ir/ir))
b. ISDN
Deskripsi
- Sifat Fisikokimia : Isosorbid berbentuk kristal roset berwarna putih, sedikit larut dalam air
dan mudah larut dalam alcohol
- Keterangan : Isosorbid dinitrat merupakan nitrat organik yang mudah meledak, diperlukan
penambahan suatu bahan inert (mis, laktosa) agar bersifat non eksplosif.
Golongan/Kelas Terapi
Obat Kardiovaskuler
Indikasi
Pencegahan dan pengobatan angina pektoris; untuk gagal jantung kongestif; untuk mengurangi
rasa nyeri, disfagia dan spasme pada esofagus dengan reflak gastroesofagus.
Stabilitas Penyimpanan
Simpan dalam temperatur kamar, sekitar 25°C. Hindari cahaya. Tutup wadah rapat-rapat dan
jangan gunakan obat bila telah melampaui tanggal kadaluwarsa.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap isosorbid dinitrat atau komponen lain dalam formulasi; hipersensitif
terhadap nitrat organik; penggunaan bersama penghambat phosphodiesterase-5 (PDE-5)
(sildenafil, tadalafil, or vardenafil); glaukoma angle-closure( peningkatan tekanan intraocular);
trauma kepala atau perdarahan serebral (peningkatan tekanan intrakranial); anemia berat.
Efek Samping
Kardiovaskuler: Hipotensi, hipotensi postural, pallor, kolaps kardiovaskuler, takikardi, syok,
kemerahan, edema perifer. SSP: sakit kepala (paling sering), pusing (karena perubahan tekanan
darah), tidak bisa tidur.
Gastrointestinal: Mual, muntah, diare.
Genitourinari: inkontinensia urin.
Hematologi: Methemoglobinemia (jarang, bila overdosis).
Neuromuskuler & skelet: Lemah/letih. Mata: Pandangan kabur.
Insiden hipotensi dan efek yang tidak diharapkan akan meningkat bila digunakan bersama
sildenafil (Viagra®).
Efek samping lain(1-10% paisne) : bengkak, CHF, hipertensi, takikardi, aritmia, hypotensi,
miocardial infark, demam, infeksi,sepsis, perubahan berat badan, asma, sindrom seperti flu,
hipergikemi, hipoglikemi, pneumonia, depresi pernafasan.
Peringatan
Dapat terjadi hipotensi yang berat.Gunakan hati-hati pada hipovolemia, hipotensi,dan infark
ventrikel kanan. Selain hipotensi, juga disertai bradikardi paradoksal dan angina pektoris. Dapat
juga terjadi hipotensi postural. Dapat terjadi toleransi terhadap nitrat, diperlukan dosis yang tepat
untuk meminimalkan efek ini. Keamanan dan efikasi tidak diketahui bila digunakan pada pasien
anak-anak. Nitrat dapat memperparah angina yang disebabkan oleh kardiomiopati
hipertropik.Hindari penggunaan bersama sildenafil.
Informasi Pasien
Minum obat sesuai petunjuk dan jangan minum obat lain tanpa sepengetahuan dokter. Jangan
menghentikan obat dengan tiba-tiba dan simpan obat dalam wadah aslinya. Jangan minum
alkohol berlebihan karena dapat menyebabkan hipotensi yang berlebihan. Dapat menyebabkan
hipotensi postural (minum obat sambil duduk dan hati-hati sewaktu bangkit dari posisi duduk
atau berbaring); sakit kepala, pusing, lemah, atau pandangan kabur (hati-hati mengendarai
kendaraan bermotor atau menjalankan mesin), mual atau muntah (makan porsi sedikit namun
lebih sering). Bila nyeri dada, segera minum obat, laporkan bila mengalami sakit kepala akut,
jantung berdebar-debar, pusing dan tidak bisa tidur, lemah otot.
c. Diazepam
Diazepam termasuk obat dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan, dan
sedatif.Indikasi dari diazepam adalah untuk status epileptikus, ansietas atau insomnia, konvulsi
akibat keracunan, kejang demam, dan untuk spasme otot.Diazepam dikontraindikasikan pada
pasien yang hipersensitifitas terhadap diazepam atau komponen lain dalam formulasi (misalnya
hipersensitif terhadap benzodiazepin yang masih ada dalam formulasi), glaukoma, anak-anak di
bawah 6 bulan (per oral), atau di bawah 30 hari (parenteral), ibu hamil, insufisiensi pulmonar
akut depresi pernapasan, kondisi fobia dan obsesi.Efek samping dari penggunaan diazepam
antara lainmengantuk, kelemahan otot, ataksia, gangguan mental, amnesia, ketergantungan,
depresi pernapasan, bingung, kadang nyeri kepala, vertigo, hipotensi.
d. Captopril
Captopril adalah grup obat yang disebut angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, yang
bekerja dengan cara mengurangi zat kimia yang menyempitkan pembuluh darah.
Indikasi:
Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), gagal jantung kongestive, masalah ginjal
yang disebabkan oleh diabetes, dan untuk meningkatkan kelangsungan hidup setelah serangan
jantung.
Dosis:
1. Dosis awal: 6.25-12.5 mg melalui mulut (per oral), 3 kali sehari.
2. Sesuaikan dosis secara bertahap berdasarkan reaksi yang muncul.
3. Dosis rumatan: 25-50 mg melalui mulut (per oral), 2-3 kali sehari atau 75 mg melalui mulut
(per oral), 2 kali sehari
4. Dosis maksimum: 150 mg/hari
Efek Samping:
Efek CV (hipotensi, angioedema); Efek CNS (kelelahan, sakit kepala); Efek GI (gangguan
perasa); Efek lainnya (batuk kering;upper resp tract symptomps); Efek dermatologis (ruam
kulit,erythemamultiforme, toxic epidermal necrolysis); Reaksi hipersensitif; efek ginjal
(kerusakan ginjal); gangguan electrolyte(hyperkalemia, hyponatremia); gangguan darah.
Instruksi Khusus:
1. Pasien dengan HF dan mereka yang kekurangan garam atau air (mengalami diuretik atau
dialisis) mungkin mengalami hipotensi selama tingkatan awal terapi ACE inhibitor. (Mulai
pengobatan hanya dalam pengawasan ahli; pada pasien ini gunakan dosis rendah dan pastikan
pasien dalam posisi terlentang)
2. Mulai dengan dosis rendah dan tingkatkan dosis secara bertahap jika dosis yang lebih rendah
tersebut sudah dapat diterima.
3. Hindari pada pasien dengan aortic stenosis atau outflow tract obstruction dan biasanya harus
dihindari pada pasien yang diduga memiliki penyakit renovaskuler aktual (actual renovascular
disease).
4. Tidak boleh diberikan pada pasien jika pasien tersebut pernah mengalami efek samping yang
mengancam nyawa (angioedema atau gagal ginjal) selama pemberian obat sebelumnya, pasien
hipotensif yang berada pada risiko sedang dari syok kardiogenik.
5. Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang memiliki riwayat keturunan atau idiophatic
angioedema.
6. Periksa tekanan darah (BP), fungsi ginjal dan elektrolit 1-2 minggu setelah penambahan tiap
dosis, pada waktu 3 bulan kemudian lakukan setiap 6 bulan. (Diperlukan lebih banyak
pengawsaan pada pasien yang pernah atau yang baru mengalami disfungsi ginjal)
7. NSAIDs harus dihindari karena hal tersebut bisa menutup manfaat dan meningkatkan efek
samping dari ACE inhibitor dan mungkin secara sinergis membahayakan fungsi gin
(ir/ir)
5. Hasil permeriksaan laboratorium yang bermasalah
Hasil laboratorium :
Hb 13,6 gr%
13,0 – 16,0 (L) (normal)
Leukosit 10 rb/mm3
5,0 – 10,0 rb/mm3 (normal)
GDS 65
< 150 mg/dl (normal)
kreatinin 1,22
70 – 160 U/L (L) (normal)
ureum 29
10 – 50 mg/dl (normal)
uric acid 7,2 mg/dl
2,4 – 5,7 mg/dL (L) (normal)
trigliserida 263 mg/dl
120 – 190 mg/dl (normal)
Kolesterol 205 mg/dl
150 – 200 mg/dl (normal)
LDL 134 mg/dl
62 - 130 mg/dl (normal)
HDL 38 mg/dl
35 – 55 mg/dl (L) (normal)
Hasil Echocardiography:
CAD disfungsi diastolic ringan
disfungsi/gangguan relaksasi diastolik atau pengisian ventrikel, biasanya dikaitkan dengan
kekakuan dinding ventrikel/cardiac remodelling. Akibatnya pengisian diastolik menjadi tidak
optimal dan volume sekuncup yang tidak adekuat.Dapat mengakibatkan disfungsi sistolik.
2) Curah jantung, menurun yang berhubungan dengan gangguan pada frekuensi/irama dan
konduksi elektrikal yang ditandai dengan Tn. O merasakan badan terasa sering lemah, jari-jari
ekstremitas bawah kadang-kadang terasa kesemutan.
Rencana keperawatan :
a. Auskultasi bunyi napas dan bunyi jantung. Dengarkan mur-mur.
R : S3, S4 atau krekels dapat tejadi dengan dekompensasi jantung atau beberapa obat (khususnya
penyekat beta). Terjadinya mur-mur dapat menunjukkan katup karena nyeri dada.
b. Dorong pelaporan cepat adanya nyeri untuk upaya pengobatan sesuai indikasi.
R: intervensi sesuai waktu menurunkan konsumsi oksigen dan kerja jantung dan mencegah dan
meminimalkan komplakasi jantung.
c. Berikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan.
R: meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk memperbaiki kontraktilitas,
menurunkan iskemia, dan kadar asam laktat.
3) Ansietas yang behubungan dengan ancaman terhadap atau perubahan status kesehatan
yang ditandai dengan citra diri sebagai orang tak berpengaruh pada keluarga atau masyarakat.
Rencana keperawatan :
a. Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh menolak, depresi dan marah. Biarkan
pasien/orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi normal. Catat pernyataan masalah, contoh
“serangan jantung tak dapat dielakkan”
R : perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri.
Pernyataan masalah menurunkan tegangan,mengklarifikasi tingkat koping, dan memudahkan
pemahaman perasaan. Adanya bicara tentang diri negative meningkatkan tingkat cemas dan
eksaserbasi serangan angina.
b. Dorong keluarga dan teman untuk menganggap pasien seperti sebelumnya.
R : meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah.
c. Beritahu pasien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan/membatasi serangan
akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung.
R : mendorong pasien untuk mengontrol tes gejala (contoh, tak ada angina dengan tingkat
aktivitas tertentu), untuk meningkatkan kepercayaan pada program medis dan mengintegrasika
kemampuan dalam persepsi diri.
d. Berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi.
R : mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk
membuat strategi koping adekuat.
5) Nyeri akut yang berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
koroner yang ditandai dengan keluhan nyeri dada dengan/tanpa penyebaran.
Rencana keperawatan :
a. Pantau/catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk non verbal, dan respon
hemodinamik (contoh meringis, menangis, gelisah, berkeringat, mencengkram dada, napas cepat,
frekuensi jantung berubah.
R : variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri yang terjadi sebagai temuan
pengkajian. Kebanyakan pasien dengan IM akut tampak sakit, distraksi, dan berfokus pada nyeri.
Riwayat verbal dan penyelidikan lebih dalam terhadap faktor pencetus harus ditunda hingga
nyeri hilang. Pernafasan mungkin meningkat sebagai akibat nyeri dan berhubungan dengan
cemas, sementara hilangnya stres menimbulkan katekolamin akan meningkatkan kecepatan
jantung dan TD.
b. Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi; intensitas (0-10);
lamanya; kualitas; dan penyebaran.
R : nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh pasien. Bantu pasien untuk
menilai nyeri dengan membandingkannya dengan pengalaman yang lain.
c. Kaji ulang riwayat angina sebelumny, nyeri menyerupai angina atau nyeri IM.
R : dapat membandingkan nyeri yang ada dari pola sebelumnya, sesuai dengan identifikasi
komplikasi seperti meluasnya infark, emboli paru, atau parikardiris.
d. Bantu melakukan tekhnik relaksasi, misalnya napas dalam/perlahan , perilaku distraksi,
visualisasi, bantu berimajinasi.
R : membantu dalam penurunan persepsi/respon nyeri. Memberikan kontrol situasi,
meningkatkan perilaku positif.
e. Periksa tanda-tanda vital sebelum dan sesudah memberikan obat narkotik.
R : hipotensi/depresi pernapasan dapat terjadi sebagai akibat pemberian narkoik.masalah ini
dapat menyebabkan kerusakan pada miokardia pada adanya kegagalan ventrikel.
f. Berikan oksigen tambahan sesuai instruksi dokter bila diperlukan.
R : meningkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokadia dan mengurangi
ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemia jaringan.
6) Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan efek obat depresan jantung (penyekat-β,
antidisritmia) yang ditandai dengan kelemahan umum.
Rencana keperawatan :
a. Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD sebelum, selama, dan sesudah aktivitas
sesuai indikasi. Hubungkan dengan laporan nyeri dada/ napas pendek.
R : kecenderungan menentukan respon pasie terhadap aktivitas dan dapat mengindikasikan
penurunan oksigen miokardia yang memerlukan penurunan tingkat aktivitas kembali/tirah
baring. Perubahan program obat dan penggunaan oksigen tambahan.
b. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas pada dasar nyeri / respon hemodinamik.
R : menurunkan kerja miokardia/konsumsi oksigen, menurunkan resiko komplikasi.
c. Batasi pengunjung pada pasien.
R : pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasien.
d. Anjurkan pasien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen , seperti mengedan
saat defakasi.
R : aktivitas menahan napas dan menunduk dapat mengakibatkan bradikardi, juga menurunkan
curah jantung, dan takikardi dengan peningkatan TD.
e. Kaji ulang gejala yang menunjukkaan tidak toleran terhadap aktivitas atau memerlukan
pelaporan pada perawat/dokter.
R : palpitasi, nadi tidak teratur, adanya nyeri dada, atau dispnea dapat mengindikasikan
kebutuhan perubahan program olah raga atau obat.
f. Rujuk keprogram rehabilitasi jantung bila diintruksikan.
R : memberikan dukungan/pengawasan tambahan berlanjut dan berpartisipasi proses
penyembuhan dan kesejahteraan.
DAFTAR PUSTAKA
Kasus III
a. Patofisiologi Sesak Napas
1. Oksigenasi jaringan berkurang
Penyakit yang menyebabkan kecepatan pengiriman oksigen ke jaringan berkurang seperti
perdarahan
2. Kebutuhan oksigen meningkat
Peningkatan kebutuhan oksigen secara tiba-tiba akan memerlukan oksigen yang lebih banyak
untuk proses metabolisme
3. Kerja pernapasan meningkat
Otot pernapasan dipaksa bekerja lebih kuat karena adanya penyempitan saluran pernapasan
4. Rangsangan pada sistem syaraf pusat penyakit-penyakit menyerang sistem syaraf pusat
5. Penyakit nonmuskuler
Penyakit yang menerang diafragma
b. Hipertensi
1. Digoxin
Deskripsi:
Digoxin diperoleh dari daun tumbuhan digitalis (daun-daunan yang dipakai sebagai obat
memperkuat jantung). Digoxin membantu membuat detak jantung lebih kuat dan dengan irama
yang lebih teratur.
Komposisi :
Tiap tablet mengandung digoksin 0,25 mg.
Kemasan :
Botol berisi 100 tablet
Kotak berisi 10 strip @ 10 tablet
Mekanisme Kerja Obat :
Digoksin merupakan prototipe glikosida jantung yang berasal dari Digitalis lanata. Mekanisme
kerja digoksin melalui 2 cara, yaituefek langsung dan tidaklangsung. Efek langsung yaitu
meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (efek inotropik positif). Hal ini terjadi
berdasarkan penghambatan enzim Na+, K+ -ATPasedan peningkatan arus masuk ionkalsium
keintra sel. Efektidak langsung yaitu pengaruh digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan
sensitivitas jantung terhadap neurotransmite
Indikasi :
Untuk payah jantung kongestif, fibrilasi atrium, takikardia atrium proksimal dan flutter atrium.
Kontra indikasi :
BlokAVtingkat 2 dan blok AVtotal.
Aritmia supra ventrikular yang disebabkan sindroma Wolff - Parkinson - White.
Fibrilasi ventrikel.
Hipersensitif terhadap digoksin dan penderita dengan riwayat intoleransi terhadap preparat
digitalis.
Posologi :
Dewasa:
Dosis digitalisasi rata-rata 3-6 tablet sehari dalam dosis terbagi.
Untuk digitalisasi cepat dimulai2 - 3 tablet, diikuti 1 -2 tablet tiap 6-8 jam sampai tercapai
digitalisasi penuh. Untuk digitalisasi lambat dan dosis penunjang 1/2-2 tablet
sehari (1/2 - 1 tablet pada usia lanjut), tergantung pada berat badan dan kecepatan
bersihan kreatinin.
Dosis harusdikurangi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
Anak-anak dibawah 10 tahun :
0.025 mg/kg BB sehari dalam dosis tunggalatau terbagi.
Peringatan dan Perhatian :
• Dosis lebih rendah pada pasien dengan berat badan rendah.usia lanjut, hipokalemia dan
hipotiroid. Setelah pemberian selama 14 hari, dosis hams diturunkan dan disesuaikan dengan
respon pasien. Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan menyusui.
• Hati-hati pemberian pada penderita gagal jantung yang menyertai glomerulonefritis akut,
karditis berat, gangguan fungsi ginjal sedang sampai berat, hipokalsemia, hipomagnesemia,
aritmia atrium yang disebabkan keadaan hipermetabolik, penyakit nodus SA, Sindroma Wolff -
Parkinson - White, perikarditis konstriktif kronik, bayi neonatus dan bayi prematur. Blok AV
tidak lengkap pada pasien dengan serangan Stokes - Adams dapat berianjut menjadi Blok AV
lengkap. Jangan digunakan untuk terapi obesitas atau takikardia sinus, kecuali jika disertai
gagal jantung.
• Digoksin dapat menimbulkan perubahan ST-T yang pgsitjf semu pada EKG selama
testlatihan. Anoreksia, mual, muntan dan aritmia dapat merupakan gejala penyerta gagal jantung
atau gejala-gejala keracunan digitalis. Bila timbul keracunan digitalis maka pemberian obat
digitalis dandiuretik dihentikan.
Efek Samping :
Dapat terjadi anoreksia, mual, muntah dan sakitkepala.
Gejala toksik pada jantung : kontraksi ventrikel prematur multiform atau unifocal,takikardia
ventrikular, desosiasi AV, aritmia sinus, takikardia atrium dengan berbagai derajat blokAV.
Gejala neurologik : depresi, ngantuk, rasa lemah, letargi, gelisah, vertigo, bingung
dan halusinasi visual.
Gangguan pada mata: midriasis, fotofobia, dan berbagai gangguan visus.
Ginekomastia, ruam kulit makulopopularatau reaksikulit yang lain.
Interaksi Obat :
Kuinidin, verapamil, amiodarondan propafenon dapat meningkatkan kadar digitalis. Diuretik,
kortikosteroid, dapat menimbulkan hipokalemia, sehingga mudah terjadi intoksikasi digitalis.
Antibiotik tertentu menginaktivasi digoksin melalui metabolisme bakterial di usus bagian bawah.
Propantelin, difenoksilat, meningkatkan absorpsi digoksin. Antasida, kaolin-peptin, sulfasalazin,
neomisina, kolestiramin, beberapa obat kanker, menghambat absorpsi digoksin.
Simpatomimetik, meningkatkan resiko aritmia. Beta - bloker, kalsium antagonis, berefek aditif
dalam penghambatan konduksiAV.
Cara Penyimpanan :
Simpan di tempat sejuk dan kering, dalam wadah tertutup rapat.
2. Furosemide
Indikasi
Furosemida efektif untuk pengobatan berbagai edema seperti:
Edema karena gangguan jantung.
Edema yang berhubungan dengan ganguan ginjal dan sirosis hati.
Supportive measures pada edema otak.
Edema yang disebabkan luka bakar.
Untuk pengobatan hipertensi ringan dan sedang.
Pendukung diuresis yang dipaksakan pada keracunan.
Komposisi
Tiap tablet mengandung furosemida 40 mg
Tiap ml injeksi mengandung furosemida 10 mg
Injeksi
Dewasa atau > dari 15 tahun : dosis awal : 20 – 40 mg i.v. atau i.m.
Bila hasilnya belum memuaskan, dosis dapat ditingkatkan 20 mg tiap interval waktu 2 jam
sampai diperoleh hasil yang memuaskan.
Dosis individual : 20 mg, 1 - 2 kali sehari.
Edema paru – paru akut
Dosis awal : 40 mg i.v.
Bila diperlukan dapat diberikan dosis lanjutan 20 – 40 mg setelah 20 menit.
Forced diuresis (diuresis yang dipaksakan)
20 – 40 mg furosemida diberikan sebagai tambahan dalam infus elektrolit.
Selanjutnya tergantung pada eliminasi urin, termasuk penggantian cairan dan elektrolit yang
hilang.
Pada keracunan karena asam atau basa, kecepatan eliminasi dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan keasaman atau kebasaan urin.
Bayi dan Anak – anak < 15 tahun
Pemakaian parenteral hanya diberikan pada kondisi yang mengancam jiwa.
i.v. atau i.m. : sehari 1 mg/kg bb, maksimum 20 mg sehari.
Selanjutnya terapi parenteral harus secepatnya diganti secara oral.
Peringatan dan Perhatian
Pemberian furosemida pada pasien diabetes melitus, gula darah dan urin harus diperiksa secara
teratur.
Pemberian perlu pengawasan ketat dan dosis harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Dianjurkan untuk memulai dosis kecil.
Perlu dilakukan pemeriksaan berkala terhadap susunan elektrolit untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan.
Pasien diharuskan melapor bila terjadi gejala penurunan level serum kalium (diare, muntah,
anoreksia).
Penderita yang diketahui sensitif terhadap sulfonamida dapat menunjukkan reaksi alergi dengan
furosemida.
Hindari penggunaan pada penderita edema paru – paru dan tekanan darah menurun sebagai
akibat dari infark miokard, diuresis berlebih karena dapat menimbulkan shock.
Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan relatif ringan seperti : mual, muntah, diare, ruam kulit, pruritus
dan penglihatan kabr, pemakaian furosemida dengan dosis tinggi atau pemberian dengan jangka
waktu lama dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan elektrolit.
Hiperglikemia.
Reaksi dermatologik seperti : urtikaria dan eritema multiforma.
Gangguan hematologik seperti : agranulositosis, anemia, trombositopenia.
Kontraindikasi
Pasien dengan gangguan defisiensi kalium, glomerolunefritis akut, insufisiensi ginjal akut,
wanita hamil dan pasien yang hipersensitif terhadap furosemida.
Anuria.
Ibu menyusui.
3. Captrofil
Captopril
. Kemasan & No Reg :
• Captopril 12,5 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0608511410B1.
• Captopril 25 mg kaptab (1 box berisi 5 strip @ 10 kaptab), No. Reg : GKL0408511304A1.
• Captopril 50 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0408511410A1.
Farmakologi :
Captopril merupakan penghambat yang kompetitif terhadap enzim pengubah angiotensin-I
menjadi angiotensin-II / angiotensin converting enzyme (ACE). Captopril mencegah terjadinya
perubahan dari angiotensin-I menjadi angiotensin II, salah satu senyawa yang dapat menaikkan
tekanan darah. Captopril dan metabolitnya diekskresi terutama melalui urin. Eliminasi waktu
paruh Captopril meningkat dengan menurunnya fungsi ginjal dimana kecepatan eliminasi
berhubungan dengan bersihan kreatinin.
Indikasi :
• Pengobatan hipertensi ringan sampai sedang. Pada hipertensi berat digunakan bila terapi
standar tidak efektif atau tidak dapat digunakan.
• Pengobatan gagal jantung kongestif, digunakan bersama dengan diuretik dan bila mungkin
dengan digitalis.
Kontra Indikasi :
• Penderita yang hipersensitif terhadap Captopril atau penghambat ACE lainnya (misalnya
pasien mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).
• Wanita hamil atau yang berpotensi hamil.
• Wanita menyusui.
• Gagal ginjal.
• Stenosis aorta.
Dosis :
• Hipertensi ringan sampai sedang.
Dosis awal 12,5 mg, 2 kali sehari. Dosis pemeliharaan 25 mg, 2 kali sehari, yang dapat
ditingkatkan selang 2–4 minggu, hingga diperoleh respon yang memuaskan. Dosis maksimum
50 mg, 2 kali sehari.
Diuretik tiazida dapt ditambahkan jika belum diperoleh respon yang memuaskan. Dosis diuretik
dapat ditingkatkan selang 1–2 minggu hingga diperoleh respon optimum atau dosis maksimum
dicapai.
• Hipertensi berat.
Dosis awal 12,5 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan bertahap menjadi maksimum 50 mg ,
3 kali sehari.
Captopril harus digunakan bersama obat anti hipertensi lain dengan dilakukan penyesuaian dosis.
Dosis Captopril jangan melebihi 150 mg sehari.
• Gagal jantung.
Captoril digunakan bila terapi dengan diuretik tidak memadai untuk mengontrol gejala-gejala.
Dosis awal 6,25 mg atau 12,5 mg dapat meminimalkan efek hipotensif sementara. Dosis
pemeliharaan 25 mg, 2–3 kali sehari, dapat ditingkatkan bertahap dengan selang paling sedikit 2
minggu. Dosis maksimum 150 mg sehari.
• Usia lanjut
Dianjurkan penggunaan dosis awal yang rendah, mengingat kemungkinan menurunnya fungsi
ginjal atau organ lain pada penderita usia lanjut.
• Anak-anak
Dosis awal 0,3 mg/kg berat badan sampai maksimum 6 mg/kg berat badan perhari dalam 2–3
dosis, tergantung respon.
Efek Samping :
• Proteinuria, peningkatan ureum darah dan kreatinin.
• Idiosinkrasi, rash, terutama pruritus.
• Neutropenia, anemia, trombositopenia.
• Hipotensi.
Interaksi Obat :
• Obat-obat imunosupresan dapat menyebabkan diskrasia darah pada pengguna Captopril
dengan gagal ginjal.
• Suplemen potassium atau obat diuretik yang mengandung potassium, dapat terjadi
peningkatan yang berarti pada serum potassium.
• Probenesid, dapat mengurangi bersihan ginjal dari Captopril.
• Obat antiinflamasi non steroid, dapat mengurangi efektivitas antihipertensi.
• Obat diuretik meningkatkan efek antihipertensi Captopril.
• Captopril dilaporkan bekerja sinergis dengan vasodilator perifer seperti minoxidil.
4. Simvastatin
.Kemasan& No Reg :
Simvastatin 10 mg (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0108504917A1.
Farmakologi :
Simvastatin merupakan obat yang menurunkan kadar kolesterol (hipolidemik) dan merupakan
hasil sintesa dari hasil fermentasi Aspergillus terreus. Secara invivo simvastatin akan dihidrolisa
menjadi metabolit aktif. Mekanisme kerja dari metabolit aktif tersebut adalah dengan cara
menghambat kerja 3-Hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase),
dimana enzim ini mengkatalisa perubahan HMG Co-A menjadi asam mevalonat yang
merupakan langkah awal dari sintesa kolesterol.
Indikasi :
• Terapi dengan “lipid-altering agents” dapat dipertimbangkan penggunaannya pada individu
yang mengalami peningkatan resiko “artherosclerosis” vaskuler yang disebabkan oleh
hiperkolesterolemia.
• Terapi dengan “lipid-altering agents” merupakan penunjang pada diet ketat, bila respon
terhadap diet dan pengobatan non-farmakologi tunggal lainnya tidak memadai.
• Penyakit jantung koroner.
Pada penderita dengan penyakit jantung koroner dan hiperkolesterolemia, simvastatin
diindikasikan untuk :
o Mengurangi resiko mortalitas total dengan mengurangi kematian akibat penyakit jantung
koroner.
o Mengurangi resiko infark miokardial non fatal.
o Mengurangi resiko pada pasien yang menjalani prosedur revaskularisasi miokardial.
• Hiperkolesterolemia.
Menurunkan kadar kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer (Tipe IIa
dan IIb).
Rekomendasi umum :
Sebelum memulai terapi dengan simvastatin, agar disingkirkan terlebih dahulu penyebab
sekunder dari hiperkolesterolemia (seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol, hipotiroid,
sindrom nefrotik, disproteinemia, penyakit hati obstruktif, terapi dengan obat lain, alkoholism),
dan lakukan pengukuran profil kolesterol total, kolesterol HDL dan trigliserida (TG).
Kontra Indikasi :
• Hipersensitif terhadap simvastatin atau komponen obat.
• Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase serum yang menetap yang tidak jelas
penyebabnya.
• Wanita hamil dan menyusui.
Dosis :
Pasien harus melakukan diet pengurangan kolesterol sebelum dan selama pengobatan dengan
simvastatin.
• Dosis awal yang dianjurkan 5-10 mg sehari sebagai dosis tunggal pada malam hari. Dosis
awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5 mg sehari. Pengaturan
dosis dilakukan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimum 40 mg sehari
sebagai dosis tunggal malam hari. Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak kurang
dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan respon penderita.
• Pasien yang diobati dengan immunosupresan bersama HMG Co-A reduktase inhibitor, agar
diberikan dosis simvastatin terendah yang dianjurkan.
• Bila kadar kolesterol LDL turun dibawah 75 mg/dl (1,94 mmol/l) atau kadar total kolesterol
plasma turun dibawah 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka perlu dipertimbangkan pengurangan dosis
simvastatin.
• Penderita gangguan fungsi ginjal : tidak diperlukan penyesuaian dosis, karena simvastatin
tidak diekskresikan melalui ginjal secara bermakna. Walaupun demikian, hati-hati pemberian
pada insufisiensi ginjal parah, dosis awal 5 mg sehari dan harus dipantau ketat.
• Terapi bersama obat lain : simvastatin efektif diberikan dalam bentuk tunggal atau bersamaan
dengan “bile-acid sequestrants”.
Efek Samping :
• Abdominal pain, konstipasi, flatulens, astenia, sakit kepala, miopati, rabdomiolisis. Pada
kasus tertentu terjadi angioneurotik edema.
• Efek samping lain yang pernah dilaporkan pada golongan obat ini :
o Neurologi : disfungsi saraf cranial tertentu, tremor, pusing, vertigo, hilang ingatan,
parestesia, neuropati perifer, kelumpuhan saraf periferal.
o Reaksi hipersensitif : anafilaksis, angioedema, trombositopenia, leukopenia, anemia
hemolitik.
o Gastrointestinal : anoreksia, muntah.
o Kulit : alopecia, pruritus.
o Reproduksi : ginekomastia, kehilangan libido, disfungsi ereksi.
o Mata : mempercepat katarak, optalmoplegia.
Interaksi Obat :
• Pemakaian bersama-sama dengan immunosupresan, itrakonazol, gemfibrozil, niasin dan
eritromisin dapat menyebabkan peningkatan pada gangguan otot skelet (rabdomiolisis dan
miopati).
• Dengan antikoagulan kumarin dapat memperpanjang waktu protrombin.
• Antipirin, propanolol, digoksin
5. Antasida
Antasid adalah zat yang berfungsi untuk menetralisir asam lambung.
Antasid digunakan untuk membantu menyembuhkan gangguan pencernaan yaitu maag. Maag
bisa disebakan jika makan terlalu banyak atau jika makan terlalu cepat. Seseorang yang
menderita maag, cairan dalam lambungnya akan menjadi lebih asam.
Reaksi yang terjadi disebut netralisasi. Hal ini karena tablet adalah basa dan cairan dalam perut
yang asam.
Antasida digunakan untuk meredakan rasa perih akibat kandungan asam yang berlebihan pada
lambung seperti yanng terjadi pada penderita tukak lambung.
Cara kerja
Antasida secara langsung akan menetralisir keasaman, peningkatan pH, atau secara reversibel
mengurangi atau menghalangi sekresi asam lambung oleh sel untuk mengurangi keasaman di
perut.
Rasa pedih terasa ketika asam klorida lambung mencapai saraf di mukosa saluran cerna. Lalu
saraf tersebut mengirim sinyal rasa sakit ke sistem saraf pusat. Hal ini terjadi pada bagian saraf
yang terkena asam.
Indikasi
Antasida yang diminum untuk meredakan sakit maag, gejala utama penyakit gastroesophageal
refluks, ataupun gangguan asam pencernaan. Pengobatan dengan antasida dan hanya ditujukan
untuk gejala ringan saja. Pengobatan ulkus akibat keasaman yang berlebihan mungkin
memerlukan antagonis reseptor H2 atau pompa proton untuk menghambat asam, dan mengurangi
H. pylori.
Efek samping
Efek samping yang terjadi ada seseorang bisa bervariasi. Efek samping yang umumnya terjadi
adalah sembelit, diare, dan kentut terus-menerus.
Berkurangnya keasaman perut dapat menyebabkan mengurangi kemampuan untuk mencerna dan
menyerap nutrisi tertentu, seperti zat besi dan vitamin B. Kadar pH yang rendah di perut
biasanya membunuh bakteri yang tertelan, tetapi antasida meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi karena kadar pHnya naik. Hal ini juga bisa mengakibatkan berkurangnya kemampuan
biologis dari beberapa obat. Misalnya, ketersediaan hayati ketokonazol (antijamur) berkurang
pada pH lambung yang tinggi (kandungan asam rendah).
Peningkatan pH dapat mengubah kemampuan biologis obat lain, seperti tetrasiklin dan
amfetamin. Ekskresi obat-obatan tertentu juga dapat terpengaruh. Perpaduan tetracycline dengan
aluminium hidroksida dapat menyebabkan mual, muntah, dan ekskresi fosfat, sehingga
kekurangan fosfat.
Merek antasid
• Alka-Seltzer - NaHCO3 dan / atau KHCO3
• Andrews antacid - CaCO3 MgCO3
• Brioschi - NaHCO3
• Equate - Al (OH) 3 dan Mg (OH) 2
• Gaviscon - Al (OH) 3
• Maalox (cair) - Al (OH) 3 dan Mg (OH) 2
• Maalox (tablet) - CaCO3
• Milk of Magnesia - Mg (OH) 2
• Pepto-Bismol (Dewasa)- C7H5BiO4
• Pepto-Bismol (Anak-anak) - CaCO3
• Rennie (tablet) - CaCO3 MgCO3
• Rolaids - CaCO3 dan Mg (OH) 2
• Tums - CaCO3
• Mylanta - berisi Al (OH) 3
• Eno - NaHCO3, asam sitrat, Na2CO3
• Gelusil (tersedia dalam bentuk tablet dan sirup)
6. Bisolvon Tablet
Indikasi:
Obat batuk pengencer dahak.
Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini
Deskripsi:
Bekerja sebagai mukolitik untuk meredakan batuk berdahak, Bisolvon bekerja dengan
mengencerkan sekret pada saluran pernafasan dengan jalan menghilangkan serat-serat
mukoprotein dan mukopolisakarida yang terdapat pada sputum sehingga lebih mudah
dikeluarkan.
Jenis:
Table
b. Kompleks QRS
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan reflek batuk, penumpukan
secret yang ditandai dengan Tn.A mengeluh sesak nafas dan berkurang jika posisi setengah
duduk atau tidur menggunakan 2 bantal atau lebih.
Rencana keperawatn :
a. Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, missal mengi, krekels, ronki.
R : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/ tak
dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronchitis) ;
bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau tak nya bunyi nafas (asma berat).
b.Pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
R :Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama distress.
c.Diskusikan dengan pasien untuk posisi yang nyaman misal peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur.
R:Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan
gravitasi .
d.Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
R:Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea.
e. Memberikan air hangat.
R :Hidrasi air membantu menurunkan kekentalan secret, mempermudah pengeluaran.
2.Gangguan pola nafas berhubungan dengan sesak nafas yang ditandai Tn.A mengeluh sesak
napas dan berkurang jika posisi setengah duduk atau tidur menggunakan 2 bantal atau lebih.
Rencana keperawatan :
a.Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi, dan ekspansi dada.
R:Mengetahui pergerakan dada simetris atau tidak.pergerakan dada tidak simetris
mengindikasikan terjadinya gangguan pola nafas.
b.Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu nafas
R:Penggunaan otot bantu nafas mengindikasikan bahwa suplai O2 tidak adekuat.
c.Kolaborasi pemberian Oksigen dan px GDA
R:Pasien dengan gangguan nafas membutuhkan oksigen yang adekuat.GDA untuk mengetahui
konsentrasi O2 dalam darah.
d.Pantau tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi, pernafasan).
R:Tanda vital menunjukan keadaan umum pasien. Pada pasien dengan gangguan pernafasan
TTV meningkat maka perlu dilakukan tindakan segera.
3.Sindrom perawatan diri berhubungan dengan sesak nafasyang ditandai Tn.A mengeluh sesak
napas dan berkurang jika posisi setengah duduk atau tidur menggunakan 2 bantal atau lebih.
Rencana keperawatan :
a.Observasi kemampuan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari
R:Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual.
b.Pertahankan dukungan,sikap yang tegas. Beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan
tugasnya.
R:Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan
membantu pasien secara konsisten.
c.Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya.
R:Meningkatkan perasaan makna diri. Meningkatkan kemandirian, dan mendorong pasien untuk
berusaha secara kontinu
DAFTAR PUSTAKA
http://www.farmasiku.com/index.php?target=products&product_id=30030
http://st284602.sitekno.com/article/12254/peran-perawat-dalam-pemberian-obat.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokardiogram
SENIN, 19 OKTOBER 2009
Resume KKD Radiologi 2009
http://panji1102.blogspot.co.id/2009/10/resume-kkd-radiologi-2009.html
Thorax PA
1. CTR < 50%
a. Non spesifik
- tampak corakan bronkovaskular meningkat di kedua lapang paru = bronkitis akut
- tampak corakan bronkovaskular meningkat di kedua lapang paru, diafragma letak rendah,
jantung teardrop = bronkitis kronis
- tampak bercak eksudat menyebar di basal paru kanan = bronkopneumonia kanan
- tampak bercak eksudat menyebar di basal paru kanan-kiri = BP duplex
- tampak perselubungan homogen dengan garis Ellis di Lobus inferior hemithorax kanan, disertai
bercak eksudat di parahiller kanan = bronkopneumonia + efusi pleura (pleuropneumonia)
- tampak bercak eksudat di lobus media kanan&inferior paru dengan batas tegas di fisura minor
= pneumonia lobaris kanan
- tampak kavitas multipel berdinding tipis di basal paru kanan (dengan/tanpa air fluid level) =
pneumonia stafilokokus kanan
- tampak kavitas berdinding tebal di basal paru kanan (dengan/tanpa air fluid level di dalamnya)
disertai bercak eksudat di sekelilingnya = abses paru kanan
- tampak bercak kasar di lobus superior kanan = pneumonia aspirasi (pada anak kecil)
- tampak bercak eksudat tersebar halus merata di kedua lapang paru tanpa fokus primer =
alveolitis/bronkiolitis
c. Efek tarikan
- Atelektasis (kanan) = tampak perselubungan homogen di apex paru kanan disertai efek tarikan
(pada ) sampai dengan fisura minor
- Schwarte + Fibrosis (kiri) = tampak perselubungan homogen di apex paru kanan disertai efek
tarikan (pada )
- Bronkiektasis = tampak gambaran Honeycomb dengan fibrosis disekitarnya
- Fibrosis
d. Efek dorongan
- Pneumothorax (kanan)= tampak gambaran hiperlusent tanpa corakan bronkovaskuler di
lateral/seluruh hemithorax kanan, disertai gambaran paru kanan yang kolaps ke arah hilus, efek
dorongan (jantung, dll) kontralateral dan pelebaran sela iga
- impending decomp et causa Cardiomiopati = CTR > 50%, batas kiri jantung > 2/3 hemithorax
kiri, pinggang jantung normal, dengan kumis terbalik, koma terbalik, (tanpa bercak transudat di
basal paru kanan)
- Decompensatio cordis kiri et causa Cardiomiopati = CTR > 50%, batas kiri jantung > 2/3
hemithorax kiri, Apex tertanam, kumis terbalik, koma terbalik, bercak transudat di basal paru
kanan
- impending decomp et causa kelainan katup mitral = CTR > 50%, batas kiri jantung > 2/3
hemithorax kiri, pinggang jantung (mendatar/mencembung), gambaran kumis terbalik, koma
terbalik, (tanpa bercak transudat di basal paru kanan)
- Decompensatio cordis kiri et causa kelainan katup mitral = CTR > 50%, batas kiri jantung >
2/3 hemithorax kiri, pinggang jantung (mendatar/mencembung), gambaran kumis terbalik, koma
terbalik, bercak transudat di basal paru kanan
- Uremic lung = CTR > 50%, batas kiri jantung > 2/3 hemithorax kiri, tampak bercak kesuraman
cranialisasi di hemithorax kanan & kiri simetris halus membentuk gambaran batwings (Tanpa
kumis terbalik, tanpa koma terbalik)
BNO
B=
jumlah udara usus meningkat (meteorismus) -> distensi usus = Coil spring, Hearing bone
(suspect ileus) -> stepladder (ileus obstruktif) -> free air sickle pada diafragma kanan (ileus
perforasi)
Distribusi udara tidak normal (sentinel loop, udara di usus halus)
Peritoneal Fatline (menghilang pada peritonitis), Psoas line
Kalsifikasi = cholelithiasis (batu multipel, mozaic di luar pelviocalices)
N = Contour ginjal (tampak/tidak tampak/tampak sebagian), nefrolith (dalam contour ginjal),
uretrolith
IVP 120 menit belum mengisi vesica urinaria = gangguan fungsi ekskresi
Colon inloop
kontras mengisi sampai ileum terminalis
Haustra terlihat (baik/tidak baik)
Filling defect = Ca colon (annular, polipoid, fungiting)
Indentasi (massa di luar organ yang mendesak), contoh splenomegali
Additional defect = divertikel/divertikulosis
String sign = pada post evakuasi, gambaran colitis kronik
Schuller
1. Mastoiditis akut
d = perselubungan homogen sebagian pd mastoid aircell kanan/dg pneumatisasi
k = mastoiditis akut
2. Mastoiditis kronis
d = perselubungan homogen pd seluruh mastoid air cell kanan dengan gambaran sklerotik
(dengan/tanpa kolesteatom)
k = mastoiditis kronis kanan (dg/tanpa kolesteatom)
f = cruris AP
d = tampak kloaka, involucrum, squester pada 1/3 (proksimal/distal) tibia kanan
k = osteomielitik kronis kanan
f = Pelvis
d = bergesernya caput femur kanan dari acetabulum ke inferior medial
k = dislokasi coxae kanan ke medioinferior
f = pelvis
d = simpisis pubis meregang
k = simfisiolisis
(biasa pd wanita postpartum)
f = pedis
d = diskontinuitas
k = fraktur os tarsal
f = pedias
d = diskontinuitas komplit digiti 5, posisi buruk, terdapat kalus
k = fraktur digiti 5 pedis
f = cruris kiri
d = terpasang plate&screw os tibia 1)3 distal&terdapat diskontinuitas os fibula 1/3 distal, posisi
baik,tidak terdapat kalus
k = fraktur os fibula 1/3 distal, posisi baik, baru
f = cruris kiri
d = diskontinuitas komplit os fibula 1/3 distal, posisi baik, tdk terdapat kalus
k = fraktur cruris kiri
f = cruris kiri
d = diskontinuitas komplit os fibula 1/3 distal, posisi baik, terdapat kalus (1 bulan kemudian)
k = fraktur os fibula 1/3 distal, posisi baik, sudah lama, struktur tulang normal
f = femur
d = diskontinuitas komplit os femur, posisi buruk, tdk terdpt kalus = fraktur femur
d = diskontinuitas komplit os femur, terpasang gips = imobilisasi
d = terpasang pen&wire dg posisi baik = reposisi
f = femur
d = diskontinuitas komplit os femur 1/3 proximal, posisi buruk, tdk ada kalus
k = fraktur os. Femur
f = manus (AP-oblique)
d = diskontinuitas inkomplit metakarpal 4 di 1/3 distal, posisi baik, tdk ada calus
k = fraktur metacarpal 4 baru
f = thorax AP
d = diskontinuitas costae posterior 4-8, terdpt hiperlusen di soft tissue
k = fraktur costae posterior 4-8 dengan emfisema subkutis
f = gelang bahu/shoulder
d = diskontinuitas os skapula dextra, tdk terdpt kalus
k = fraktur os scapula dextra, baru
f = shoulder AP
d = diskontinuitas komplit 1/3 os clavikula kiri, posisi buruk, calus (-). Terpasang pen di os.
Clavicula dg posisi baik
k = reposisi fraktur os. Clavicula
f = cranium lateral
d = diskontinuitas os frontal sampai os. Pareital
k = fraktur linear os. Frontal&os. Parietal
F = lumbosacral AP-lateral
D = corpus vertebra L3 kecil
K = kompresi vertebra L3
F = lumbosakral AP-Lateral
D = struktur tulang normal, diskus menyempit
K = Hernia Nucleus Pulposus
F = antebrachii
D = diskontinuitas inkomplit di ½ os. Radius & os. Ulna, posisi baik, tidak ada kalus, struktur
tulang baik, garis epifisis masih ada
K = fraktur Greenstick
F = Lumbosacral lateral
D = tampak L3 bergeser ke anterior
K = spondilolistesis
Jenis foto
1. BNO
Udara usus = normal di gaster&colon, usus kecil tdk boleh ada udara, klo ada udara =
meteorismus/kembung
foto polos abdomen 1 posisi (puasa dl) utk kholik abdomen, utk traktus urinarius
d = terdpt struktur moderately radioopaque sebelah kiri setinggi L3 medial psoas line, terdpt spur
dg lipping (L2, L3, L4)
k = batu ureter kiri setinggi L3 & spondilosis (degeneratif)
Batu/kalsifikasi
PSOAS line = batu di medial psoas line (batu ureterolith), batu di lateral psoas line (batu
nefrolith)
peritoneal fat line = menghilang pd peritonitis
d = peritoneal fat line menghilang&dinding usus menebal
k = peritonitis
2. BNO 3 posisi
utk akut abdomen, ileus obstruktif, ileus paralitik, perforasi
- supine = terdpt Coil spring appereance (bila 1), terdpt Hearing bone sign (bila >1). Tanda dari
ileus paralitik
- lateral left decubitus = terdpt air fluid level, bila ada multiple air fluid level akan membentuk
gambaran stepladder. Tanda dari ileus obstruktif
- tegak = terdpt free air sickle di subdiafragma kanan. Tanda perforasi/pneumoperitoneum.
Biasanya krn appendisitis, thypoid, ulcus gaster/duodenum
3. OMD/Oesofagus-Mag-Duodenum
- berdiri
- supine
- prone/setengah duduk
4. Colon in Loop
- polos/plain
- kontras spot/bagian perbagian
- overall
- post evakuasi
Mukosa usus
Ukuran usus
awalnya BNO dulu, spot 3 foto, overall
indikasi = divertikel (additional defect), colitis (filling defect)
d = barium mengisi seluruh colon dengan lancar sampai ileum terminalis, terdapat additional
defect pada colon caecum, haustra baik.
k = divertikel, (klo ada banyak = divertikulosis)
5. CT Scan
6. USG
Hepar
Vesica Felea
Lien
Pancreas
fatty liver = hiperechoic (putih)
abses hepar = dinding tebal dengan air fluid level
batu empedu = gambaran massa (hiperechoic bulat dengan posterior accoustic shadow)
kholesistitis akut = dinding tebal, terdapat batu (hiperechoic bulat dengan posterior accoustic
shadow)
kholesistitis kronik = dinding tebal dengan bentuk deformitas
Foto kontras
Esofagogram = biasa dilakukan pd bayi baru lahir, muntah2 terus saat diberi ASI
d = kontras mengisi esofagus setinggi/sampai cervical 4
k = striktur esofagus
Kasus
1. Fatty liver (USG)
2. Hepatitis (USG)
3. Abses hepar (USG)
4. Striktura Esophagus, penyempitan lumen esofagus dengan batas ireguler setinggi Cervical (?)
5. Ileus
6. Perforasi (free air sickel pd diafragma kanan)
7. Cholecystitis
8. NEC (ga ada fotonya)
9. Colitis kronik = dilihat saat post evakuasi, tampak String sign
10. Divertikel = additional filling/defect
11. Peritonitis = peritonel fatline menghilang
Jenis foto
1. BNO
Contour ginjal
Batu/kalsifikasi
f = BNO
d = jumlah udara usus meningkat, distribusi udara usus tidak normal, tampak gambaran sentinel
loop.
Tampak batu (jumlah, bentuk, struktur, lokasi) radioopaque, berjumlah 1, bentuk bulat di contour
ginjal kanan
k = nefrolith kanan dengan distensi abdomen
f = BNO
d = gambaran batu radioopaque bentuk (lonjong/oval), struktur (lamelar/radier), jumlah 1 dlm
rongga pelvis di linea mediana
k = vesicurelith
2. IVP
- 7 menit
Fungsi ekskresi - Pelviocalices
Nephrogram
-15 menit
Pelviocalices
Ureter
- 30 menit
Ureter
Vesika urinaria
- Post miksi = Evaluasi pengosongan
- 60/120 menit
3. Cystografi
4. RPG/retrograde pyelografi
5. CT Scan
6. USG
Ginjal
Vesika Urinaria
Prostat
Kasus
1. Batu urinarius
2. BPH
3. Striktur Ureter
4. Ruptur ginjal/ureter/buli
F = ivp 30 menit
D = Tampak gbran batu radioopaque di kiri. Pelviocalises&ureter kiri tdk terisi kontras
K = batu ginjal kiri dg gang.fungsi ekskresi
F = Bno
D = Jumlah udara usus sangat bertambah,tampaik hering bone
k = Suspect ileus obstruktif
f = ivp 15 menit
d = pelebaran pelviocalises kiri, kingking di pangkal ureter kiri
k = ureter kingking dg hidronefrosis kiri
f = IVP 7 menit
d = kontras tdk mengisi pelviocalices kanan dg gambaran batu memenuhi pelviocalises
k = batu Stockhorn dlm ginjal kanan
f = IVP 15 menit
d = pelebaran pelviocalises kiri dg penyempitan lumen ureter tepi ireguler. Tampak batu multipel
mozaic diluar pelviocalises kanan
k = hidronefrosis et causa striktur uretra. Cholelithiasis
f = IVP 30 menit
d = tampak gambaran sklerotik dengan spur formation/lipping
k = spondiloartrosis/spondilosis (krn proses degeneratif)
F = cystogram
D = mukosa v. Urinaria ireguler, tampak additional filling, tampak identasio
K = cystitis oleh krn BPH&divertikel
F = IVP 7 menit
D = tampak pelviocalises kiri normal, tampak bayangan batu berbentuk corong dg contour ginjal
kanan membesar
K = batu pelvis renalis kanan dg gangguan ekskresi& suspect hidronefrosis
derajat hidronefrosis
normal = cupping lancip tajam
1. Cupping tumpul = sumbatan parsial
2. Cupping rata/flattening
3. Clubbing/mencembung
4. Kistik/Medulla tdk terlihat lagi
Densitas
1. Very opaque/sangat putih = logam
2. Moderately radioopaque = tulang, kalsifikasi, batu
3. Intermediate = soft tissue, jantung, pembuluh darah, payudara
4. Moderately radiolusent = lemak, udara usus, udara paru, kartilago
5. Very lusent/sangat hitam = udara bebas
Pembacaan foto
1. Hemithorax, dibagi hemithorax kiri dan kanan
moderately radiolusent (hitam krn ada udara di jaringan paru)
intermediate (putih krn soft tissue jantung)
parenkim paru&pleura tdk terlihat
2. Corakan bronkovaskuler, = gambaran a.pulmonalis&percabangannya. Dilihat 1/3 lateral,
apabila makin ke lateral makin berkurang = normal. Apabila meningkat = penyakit kronis.
Apabila menghilang = curiga kolaps paru
3. Hilus = tempat keluar masuknya pembuluh darah, kelenjar limfe, bronkus, vena. Wajib dibaca
pada anak2, curiga TB anak (pembesaran KGB bisa dg/tanpa infiltrat, TB milier bs merupakan
infeksi primer). Pada dewasa = pembesaran vena pulmonalis pd decomp cordis. Penyakit paru
akibat kerja = Pnemokoniosis
d = fibrosis disekitar bronkovaskular, nodul tersebar dikedua lapang paru, kelenjar hilus
membesar dg kalsifikasi egg shell, penebalan pleura, paru emfisematus
k = Pneumokoniosis
4. Sinus Costofrenicus. Normal tajam, bila tumpul = ada garis Ellis Damessoe, tanda efusi pleura
jenis cairan = eksudat, transudat, hemothorax, chilothorax
bila meningkat sedikit = sinus costofrenicus tumpul dengan garis meniscus cairan
bila meningkat cukup banyak = perselubungan homogen di basal dengan permukaan cekung dari
lateral atas ke medial bawah (Garis Ellis Dammeseou)
5. Diafragma. Normal berbentuk lengkung, diafragma kanan lebih tinggi dr kiri,berada di iga VI,
dibawah iga VI = penyakit kronis/tanda-tanda emfisema
6. Pleura. Normal tidak terlihat, yang masih mungkin terlihat = pleura minor
7. Trakea. Terlihat garis lusent, normal berada ditengah vertebra lurus/tinea mediana, apabila
tidak lurus = kemungkinan terkena efek tarikan
bifurcatio trachealis setinggi thoracal V
8. Tulang-tulang. Intak/tidak, bila destruksi = Tumor Pancoast
9. Penamaan lapangan, batas kanan dan kiri
(gambar)
Kasus-kasus
1. TB paru dewasa & anak
A. Minimal lession
1. Aktif
- infiltrat pada 1 paru, sedikit, tidak luas, ada di apex, lobus superior, apical lobus lain/diatas
fissura minor
infiltrat = sebukan sel radang di parenkim paru, belum menular, bila sudah di bronkus bisa
menular
- kaverna/kavitas kecil
2. Inaktif = tanpa sisa
B. Moderately advance
- infiltrat pada 1 paru, luas (aktif)
- infiltrat pada 2 paru/duplex (aktif)
- kaverna besar (aktif)
- kalsifikasi, fibrosis, residual cavity (inaktif)
- Pneumothorax (aktif)
- Aktif bisa mengenai pleura (efusi pleura/hidropneumothorax/pleurisy TB)
- Schwarte, Plaque (inaktif)
- Atelektasis (aktif)
inaktif tidak meninggalkan sisa
- Spreding bronchogenik = tersebar di seluruh lapangan paru, kasar tidak merata (aktif)
- Spreading hematogenik = TB Milier/tersebar di seluruh lapangan paru, halus merata (aktif)
- Tuberkuloma = sel perkejuan dlm paru (inaktif)
C. Far advance
- Destroyed lung
TB pada anak
2. TB paru dengan Pleurasy/Hidrothorax
eksudat = keruh, Rivalta (+)
eksudat supuratif = pus/Piothorax, krn bakteri nonspesifik
infiltrat = xantochrom/Putih kekuningan
chylothorax = putih susu, bendungan di kelenjar limfe
hemothorax = darah (fraktur iga)
Xerosanguinis = seperti cucian daging/keganasan
transudat = bening seperti air, pada DBD, Decomp cordis kiri, gagal ginjal, Rivalta (-)
Foto Thorax PA
d = tampak paru kanan kolaps, hemithorax kanan menjadi lebih lusent tanpa corakan
bronkovaskuler, sinus costofrenikus tumpul dengan air fluid level (bukan garis Ellis)
k = hidropneumothorax kanan
d = tampak paru kanan kolaps, hemithorax kanan hiperlusen tanpa corakan bronkovaskuler,
diafragma letak rendah, sela iga melebar, tampak kavitas di lobus superior kanan, tampak
infiltrat paru kiri
k = TB duplex dengan pneumothorax
d = gambaran paru kanan menjadi hiperlucent tanpa corakan bronkovaskuler, paru kolaps ke arah
hilus, jantung terdesak ke sisi paru kontralateral, sela iga melebar, diafragma letak rendah
k = pneumothorax kanan
Foto thorax PA
d = tampak corakan brokovaskular meningkat di basal kedua lapang paru, gambaran paru
menjadi hiperlusent (lebih hitam), diafragma letak rendah, jantung teardrop
k = bronkitis kronis
Foto thorax PA
6. Emphysema
d = gambaran paru menjadi hiperlusent, diafragma letak rendah, jantung teardrop
k = emphysema
7. Asma bronkiale
bisa gambaran bronkitis kronis/emfisema. Merupakan penyakit yang berdiri sendiri dengan
patologi penyakit alergi
bronkitis asmatis=bronkitis yg disertai wheezing/gejala asma saat terkena infeksi bronkus
d = gambaran paru hiperlusen, diafragma menurun
k = paru emfisematus
8. Bronkiolitis
sesak, asidosis, tingkat kematian tinggi pada anak2
Thorax PA
d = tampak bercak kesuraman tersebar halus (berupa eksudat) merata di seluruh lapang pandang
paru kanan&kiri, CTR < 50%
k = alveolitis/bronkiolitis
(termasuk golongan penyakit Pneumonia)
9. Pneumonia aspirasi
biasa pada bayi sering tersedak saat makan& bisa pada aspirasi mekoneum/amnion
pada pasien dewasa=post trauma, hilang kesadaran, tenggelam, stroke
foto thorax AP
d = tampak bercak kasar di lobus superior kanan
k=pneumonia aspirasi
10. Pneumonia
Bronchopneumonia = bercak kesuraman difus/bercak eksudat tidak teratur/acak2an
Foto Thorax PA
d = bercak kesuraman di basal paru kanan/parakardial kanan, CTR < 50%
k = bronkopneumonia kanan
Foto Thorax PA
d = bercak kesuraman basal paru kanan&kiri, CTR < 50%
k = bronkopneumonia duplex
Pneumonia lobaris
konsolidasi yg cepat di satu lobus/segmen paru, biasa krn Pneumococcus
Foto Thorax PA
d = CTR< 50%, tampak bercak eksudat di lobus medial&inferior hemithorax kanan dengan batas
jelas di fissura minor
k = pneumonia lobaris kanan
d = tampak perselubungan homogen di Lobus inferior dan lobus medial hemithorax kanan,
tampak bercak kesuraman di parahiller kanan, CTR<50%
kesan = pleuropneumonia
pleuropneumonia = bronchopneumonia + efusi pleura
11. Bronkiektasis
corakan bronkovaskuler meningkat dan kasar, paru emfisematus, tampak gambaran honeycomb
di basal, disertai bercak kesuraman disekitarnya, kadang ada airfluid level di dlm rongga/kavitas
12. Atelektasis
bayangan suram homogen, kesuraman densitas tinggi, efek tarikan (mediastinum, diafragma,
fisura paru) ke arah atelektasis, sela iga menyempit
d = tampak perselubungan homogen hampir diseluruh hemithorax kanan, trakea tertarik ke
kanan, jantung tertarik ke kanan, sela iga menyempit, diafragma tertarik ke atas
k = atelektasis
Jenis Foto
Harus Thorax PA
Lateral utk menentukan lokasi kelainan
CT Scan
Pembacaan foto
1. Bentuk&ukuran jantung CTR = CardioThoracicRatio, membandingkan lebar jantung terlebar
dg thorax terlebar
CTR normal < 50%
CTR prominen = 50%
CTR > 50% kardiomegali
2. Situs
berada di hemithorax kiri
basis di kanan, apex di kiri
dextrocardia = kebalikannya
3. Batas jantung
kanan = atrium kanan, aorta ascenden, v. Cava superior
kiri = arkus aorta, pinggang jantung konkaf (tonjolan a. Pulmonalis), apeks jantung = ventrikel
kiri
4. A. Pulmonalis&corakan bronkovaskuler
vena pulmonalis dpt melebar pada kongesti = kumis terbalik
arteri Pulmonalis = dpt melebar pada kongesti (koma terbalik)
5. Pembesaran jantung
- pericardial efusi = menyeluruh/jantung kendi
- pembesaran lokal
Foto Thorax PA
1. Buat garis horizontal rongga thorax
2. Buat garis linea mediana
3. Bagi menjadi 3 bagian
atrium kanan = bentuk setengah bulatan, melebihi 1/3 diafragma atau 1/3 medial hemithorax
kanan
atrium kiri = pinggang jantung mendatar/mencembung
ventrikel kanan = melebihi 2/3 medial hemithorax kiri,apex terangkat ke atas, menempel ke
sternum / > 1/3 lateral
ventrikel kiri = melebihi 2/3 medial hemithorax kanan&apex tertanam, segitiga Holtznecht
mengecil
Kasus
1. Essential Hipertensi&Secondary
Hipertensi = LVH
2. Heart Failure
decomp kiri = pembesaran jantung kiri, bendungan v. Pulmonalis (kumis terbalik), bendungan a.
Pulmonalis (koma terbalik)
Cardiomyopathy -> Penyakit jantung koroner -> obstruksi a. Coronaria -> MCI -> decomp
Cardiomyopathy
1. LVH et causa hipertensi -> kongesti ventrikel -> kongesti vena pulmonalis = kumis
terbalik/inverted Moustache -> kongesti arteri pulmonalis = koma terbalik/inverted coma
- terjadi transudasi dari pembuluh darah ke jaringan parenkim paru -> tekanan hidrostatik
meningkat -> edema paru/interstitial
- terjadi transudasi ke cavum pleura = efusi pleura transudat
3. DHF
Peningkatan permeabelitas pembuluh darah -> kapiler bocor/lebih mudah dilewati cairan ->
transudasi -> udema interstitial, tapi hanya pada paru kanan, krn lebih banyak vaskularisasinya
drpd kiri, namun yg lebih mencolok adalah proses terjadinya efusi pleura yang lebih dominan
drpd kongesti vena-arteri pulmonal
4. Kelainan mitral
secara rontgen tdk dpt dibedakan et causa MS/MR -> perlu echo
MR -> LVH -> Kongesti -> LAH = pinggang jantung mendatar/mencembung -> kongesti vena
Pulmonal = kumis terbalik -> kongesti arteri pulmonal = koma terbalik
MS -> LAH = pinggang jantung mendatar/mencembung -> kongesti vena pulmonalis = kumis
terbalik -> kongesti arteri pulmonalis = koma terbalik
f = thorax PA
d = CTR > 50%, batas kiri jantung > 2/3 hemithorax kiri, pinggang jantung menghilang, bersak
kesuraman di basal paru, gambaran kumis terbalik, koma terbalik
k = decomp kiri et causa kelainan katup mitral
f = thorax PA
d = CTR> 50%, batas jantung kiri > 2/3 hemithorax kiri, Apex tertanam, bercak kesuraman di
basal paru
k = decomp kiri et causa kardiomiopati
f = thorax PA
d = CTR> 50%, batas jantung kiri > 2/3 hemithorax kiri, gambaran kumis terbalik, koma terbalik
k = impending decomp
Jenis foto
Orbita
Waters -> sinus2
Schuller
Eisller -> mandibula
Panoramic -> gigi geligi
CT scan
Pembacaan
Struktur tulang
Waters
1. Kavum nasi
2. Concha
3. Sinus-sinus
Kasus
Sinusitis
Mastoiditis
1. Mastoiditis akut =
f = Schuller
d = perselubungan sebagian pd mastoid aircell kanan/dg pneumatisasi
k = mastoiditis akut
2. Mastoiditis kronis =
f = Schuller
d = perselubungan homogen pd seluruh mastoid air cell kanan dengan sklerotik (dengan/tanpa
kolesteatom)
k = mastoiditis kronis kanan (dg/tanpa kolesteatom)
Adenoid Hipertrofi
f = lateral
d = massa densitas jaringan lunak/intermediate
k = adenoid hipertrofi
f = Eislerr kanan
d = tampak diskontinuitas pada (mentum/korpus/angulus/prosesus) mandibula kanan
k = fraktur mandibula kanan
I. AP = orbita = Caldwell
orbita = bisa melihat fraktur cranium& os. Orbita
II. Waters
bisa melihat ruang2 ke 4 sinus
concha nasalis&septum = lebih jelas dg pemeriksaan fisik
mulut mendongak -> sinus spenoid dpt terlihat/terbuka
sinus2
1. Sinus frontal
2. Sinus maxillaris
3. Sinus ethmoid
4. Sinus sphenoid
sinusitis
1. Dinding sinus menebal/penebalan mukosa
2. Airfluid level
3. Perselubungan seluruh sinus
paling sering sinusitis menyerang sinus Maxillaris, krn paling besar, bentuk seperti kantung baju
dengan muara sempit
pansinusitis bila sinus yg terkena > 2 sinus
f = waters
d = terdapat penebalan dinding mukosa pd sinus maxillaris kanan. Terdapat gambaran airfluid
level pd sinus maxillaris kiri
k = sinusitis maxillaris duplex
f = waters
d = terdpt penebalan dinding mukosa pd sinus maxilaris kanan
k = sinusitis maxilla kanan
utk menilai perselubungan sinus maxillaris, bandingkan dengan densitas orbitanya, bila masih =
orbita, berarti msh normal
f = waters
d = penebalan dinding mukosa pd sinus maxillaris kanan, sinus frontalis kiri kecil
k = sinus frontalis kanan rudimenter dg sinusitis maxillaris kanan
f = waters
d = Terdpt pembesaran concha cavum nasi kanan
k = concha hipertrofi kanan
f = waters
d = tampak perselubungan densitas jaringan lunak dg batas tdk jelas
k = suspect keganasan
f = Caldwell
d = sunray apperance di os. Cranium parietal kanan
k = osteosarkoma
Radiologi SSP
Jenis foto
1. Cranium = PA & lateral
2. Kolumna vertebralis = AP, lateral, oblique (utk foramen intervertebralis)
3. Mielografi. Pungsi lumbal L3-L4 (ga keluar ujian)
4. CT scan&mielografi bs digabung pemeriksaannya
Kranium
1. Struktur tulang. Diskontinuitas (linear, impresi, diastasis/pelebaran sutura)
2. Kalsifikasi. Fisiologis = falx cerebri menebal, patologis = toxoplasma di cortex cerebri
3. Vaskular marking = pada dewasa, digital marking = pada anak2
Columna vertebralis
1. Allignment. Normal = baik, spondilolistesis = manju columna vertebralisnya
kasus
1. TIA
2. infark cerebri
3. hemoraghic intracerebral
4. hemoraghic subarachnoid
5. hematoma subdural/epidural
6. hidrocephalus
7. tumor primer/sekunder
8. HNP
9. abses cerebri
Sistem Reproduksi - Endokrin (dr. Cecil)
Jenis foto
1. HSG
indikasi = infertilitas
waktu optinum = 9-10 post menstruasi atau tdk haid
utk hindari kemungkinan hamil&ekstravasasi kontras ke PD yg terbuka refluks (perdarahan)
kontraindikasi = perdarahan, kehamilan, infeksi di genitalia
Foto 2x (sblm ada spill, stlh ada spill -> tumpahan kontras ke cavum abdomen)
Yang dibaca
1. Cavum uterii
2. Tuba falopii
3. Spill
Memasukan kontras melalui canalis servicis sampai kavum uteri-tuba fallopii, ada efek terapi
kalau ada sumbatan -> spill (-), dengan kontras dapat membuka sumbatan
2. Sella tursika
proyeksi harus True Lateral
Ukuran/bentuk normal = 1x1
Struktur tulang
- menilai ada/tdknya erosi dorsum sela = dinding kasar
- menilai ada/tdknya destruksi prosesus clinoideus
3. USG
Uterus
Ovarium
Thyroid
Pancreas
Testis
Mammae = menggunakan transducer ke 4 area mammae.
Hiperechoic
Anechoic = hitam/cairan
Hipoechoic
USG abdomen reproduksi, vesica urinaria harus penuh
4. Mammografi
posisi foto = cranio-caudal&oblique. Jaringan ditekan 4-5 cm agar Scatter&blurring hilang
5. CT-scan
Kasus
1. Infertilitas
Foto HSG
d = kontras mengisi ke kavum uteri & kedua tuba, spill (+) di 2 tuba
k = tuba paten bilateral
Foto HSG
d = kontras mengisi cavum uteri, tuba kanan&kiri, spill (+) di tuba kanan, pembesaran tuba kiri,
spill (-) di tuba kiri
k = hidrosalpinx tuba kiri non paten, tuba kanan paten
foto HSG
d = kontras mengisi cavum uteri&tuba kanan kiri, pembesaran di tuba kanan kiri, spill (-) kanan
kiri
k = tuba non paten bilateral, hidrosalpinx bilateral
foto HSG
d = kontras mengisi cavum uteri, tuba kanan kiri, spill (+) di tuba kanan kiri
k = kelainan kongenital uterus bicornu dg tuba paten bilateral
foto HSG
d = kontras mengisi cavum uteri dg filling defect di fundus uteri, kontras mengisi kedua tuba
k = massa fundus uteri
2. FAM
Mammografi = hiperdens, berbatas rata tegas, terdapat Halo, bercak kalsifikasi kasar
USG = hipoechoic homogen, batas tegas rata, lateral echoic shadow, posterior enchancement
Ca Mammae
Mammografi
- primer = massa hiperdens dg batas stellata/komet, ada mikrokalsifikasi
- sekunder = retraksi kulit / papilla kepadatan asimetris. Pembesaran kelenjar limfe axiler, tidak
terdapat Halo
USG = massa berbatas ireguler, massa echo heterogen, dengan Posterior Acoustic Shadow
3. Kista mammae
Mammografi = hiperdens rata berbatas tegas
USG = anechoic, lateral echoic shadow, posterior enhancement
Abses mammae
Mammografi = hiperdens, batas tebal tidak rata, tidak berbatas tegas
USG = hipoechoic dg debris, dinding tebal tidak begitu rata, lateral echoic shadow, posterior
enchancement
4. Goiter/struma
5. Thyroid Cyst
6. Mioma uteri
7. Kista ovarium
8. Hidrokel testis
9. Epididimitis
Radiologi Jantung
10:24 PM jantung, kedokteran 2 comments
http://www.berbagimanfaat.com/2010/05/radiologi-dan-patologi-klinik.html
Radiologi
Cardiac imaging
1. Chest X-Ray
2. Ekokardiografi
3. Nuclear medicine
6. Cardiac arteriography
Foto toraks adalah pencitraan tubuh melalui penyinaran tubuh pasien dengan radiasi ionisisasi berenergi tinggi
(sinar-X) Perbedaaan penyerapan sinar radiasi oleh berbagai jaringan tubuh membentuk gambaran (bayangan) yang
berbeda di film foto toraks. Untuk jaringan yang berat struktur atomnya rendah (seperti pada paru-paru) maka sinar
radiasinya ditransmisikan secara baik ke film, oleh karena itu akan tampak gambaran berwarna warna hitam (radio
lusen). Sedangkan Untuk jaringan yang berat struktur atomya sangat tinggi seperti pada tulang, sinar radiasi akan
diserap dan diblok maka sinar ditransmisikan tidak sempurna/tidak ditransmisikan sama sekali sampai ke film
sehingga tidak menghasilkan gambaran di film atau menghasilkan gambaran yang transparan (radio opaq). Jantung
mudah dibedakan dari paru-paru karena jantung mengandung darah dengan densitas air lebih besar dibandingkan
udara. Karena darah melemahkan x-ray lebih kuat dibandingkan dengan udara, jantung relatif tampak berwarna putih
(namun kurang putih jika dibandingkan dengan tulang).
o Analisis mediastinumàukuran dan lokasi aorta dan vena sistemik yang besar (vena cava superior dan inferior)
• Jantung pada toraks berada pada tiga perempat ke kiri dan seperempat ke kanan dari tulang belakang.
1. Atrium Kanan
Perbesaran atrium kanan biasanya tidak terbatas (isolated) kecuali dengan adanya atresia tricuspid congenital atau
kelainan Ebstein. Atrium kanan dapat melebar dengan adanya hipertensi pulmonal atau regurgitasi tricuspid. Batas
kanan jantung melebihi sepertiga diafragma.
2. Ventrikel Kanan
Tanda klasik pembesaran ventrikel kanan adalah jantung boot-shaped dan pemenuhan (filling in) ruang udara
retrosternal. Pemenuhan tersebut disebabkan oleh pergeseran letak transversal apeks ventrikel kanan saat ventrikel
kanan melebar. Pembesaran ventrikel kanan sering terjadi pada penyakit katup mitral setelah terjadi hipertensi
pulmonal. Jantung membesar ke kiri dengan apeks terangkat (di atas diafragma) dan segmen pulmonal ( arteri dan
vena pulmonalis) menonjol.
3. Atrium Kiri
a. Pelebaran left atrial appendage di mana biasanya tampak sebagai cembungan fokal dalam keadaan normal
terdapat cekungan di antara arteri pulmonalis kiri dan batas kiri ventrikel kiri pada penampakan frontal.
b. Akibat pembesaran atrium kiri, mengangkat left main stem bronchus sehingga akan melebarkan sudut karina.
c. Akibat pembesaran atrium kiri secara posterior, aorta torakalis tengah membengkok sampai rendah ke arah kiri.
4. Ventrikel Kiri
Tanda khas nya adalah kontur apeks yang jelas mengarah ke bawah, yang dibedakan pada pergeseran letak
transversal seperti pada pembesaran ventrikel kanan. Apabila ada pembesaran ventrikel kiri, pada posisi lateral
tampak sebagai tonjolan posterior, di bawah tingkatan annulus mitral. Jantung membesar ke kiri dengan apeks
menekan/tertanam di diafragma, segmen pulmonal tidak menonjol.
5. Arteri pulmonalis
Pembesaran terlihat dengan hilus kiri yang jelas pada penampakan frontal dan prominent pulmonary outflow tract
pada penampakan lateral.
6. Aorta
Pada foto dada frontal, pelebaran aorta terlihat sebagai sebuah tonjolan mediastinum tengah kearah kanan. Terdapat
juga tonjolan pada anterior mediastinum pada penampakan lateral, dibelakang dan superior terhadap pulmonary
outflow tract. Pelebaran aortic root yang sering terlihat pada hipertensi sistemik lama yang tidak terkontrol.
Pada PA pencitraan ventrikel kanan kurang baik, lebih baik pencitraan ventrikel kanan pada gambaran lateral
jantung. Gambaran PA sering dikombinasikan dengan gambaran lateral sehingga menghasilkan penampakan 3
dimensi otot jantung. Gambaran PA lebih dipilih ketimbang gambaran AP, tetapi pada pasien2 yang terdapat di ruang
ICU/ tidak dapat beranjak dari tempat tidur, gambaran AP lebih dipilih. Gambaran PA lebih dipilih karena bayangan
sentral (penampakan jantung) lebih jelas terlihat/didefinisikan, gambaran paru-paru tidak begitu jelas sehingga tidak
mengganggu penampakan jantung dan ruang perikardial, dan radiasi pada jaringan payudara dapat dikurangi.
Pencitraan PA masih lebih baik daripada AP karena dapat memberi gambaran ukuran jantung yang mendekati
aslinya, berbeda dengan cara AP yang menghasilkan ukuran jantung yang lebih besar