Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
f. Konfidensialitas
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua
informasi tentang pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus dapat
menerima bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga professional
kesehatan akan dihargai dan tidak disampaikan/diberbagikan kepada pihak
lain secara tidak tepat. Perlu dipahami bahwa berbagi informasi tentang
pasien/klien dengan anggota kesehatan lain yang ikut merawat
pasien/klien tersebut bukan merupakan pembeberan rahasia selama
informasi tersebut relevan dengan kasus yang ditangani.
Dalam praktek klinik perawat sering menemukan prinsip-prinsip yang
bertentangan, sehingga mendapatkan kesulitan dalam menanganinya.
Sebagai contoh : adanya seorang pasien yang tidak diberitahu tentang
diagnose penyakitnya, sehingga bertanya pada perawat. Jika perawat tidak
mempunyai kewenangan untuk menyampaikan informasi tersebut, maka
perawat akan mengalami dilemma etik, antara memberitahu pasien sesuai
dengan penghargaan terhadap otonomi atau tidak akan menceritakan
kebenaran yang berarti melanggar prinsip kejujuran.
g. Fedelity
Merupakan prinsip moral yang menjelaskan kewajiban perawat untuk
tetap setia pada komitmennya, yaitu kewajiban mempertahankan
hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Kewajiban ini
meliputi meenepati janji, menyimpan rahasia dan “caring”
h. Justice
Merupakan prinsip moral untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap
individu mendapat pperlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang
sama tidak selalu identik tetapi dalam hal ini persamaan berarti
mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidup seseorang
2.1.4 Dilema Etik
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu
kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada
dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benara atau salah dan dapat
menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan,
tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat
nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga
timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson &
Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak
ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan
atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau
yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung
pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
1. Kerangka Proses Pemecahan Masalah Dilema Etik
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada
dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah
secara ilmiah, antara lain :
2. Model Pemecahan masalah (Megan, 1989)
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik, yaitu
:
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
3. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 1989 )
a. Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi
sebanyak mungkin meliputi :
1) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana
keterlibatannya
2) Apa tindakan yang diusulkan
3) Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
4) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan
yang diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa
pengambil keputusan yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
4. Model Murphy dan Murphy
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.
5. Model Curtin
a. Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang menyebabkan
masalah
b. Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan keputusan.
c. Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
d. Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari pilihan itu.
e. Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan.
f. Memecahkan dilema
g. Melaksanakan keputusan
6. Model Levine – Ariff dan Gron
a. Mendefinisikan dilema
b. Identifikasi faktor-faktor pemberi pelayanan
c. Identifikasi faktor-faktor bukan pemberi pelayanan
d. Pikirkan faktor-faktor tersebut satu persatu
e. Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi
f. Identifikasi pengambil keputusan
g. Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik
h. Tentukan alternatif-alternatif
i. Menindaklanjuti
7. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel (1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilema
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
8. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang
diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
2.1.5 Strategi Penyelesaian Masalah Etik
Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan dokter
tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut dapat
menyebabkan masalah komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat
perawatan pada pasien dan kenyamanan kerja. (Mac Phail, 1988)
Salah satu cara menyelesaikan permasalahan etis adalah dengan melakukan
rounde (Bioetics Rounds) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini
tidak difokuskan untuk menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan
diskusi secara terbuka tentang kemungkinan terdapat permasalahan etis.
2.2 PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
COMPETENCY UNIT 14
PROVIDES AN ADVOCACY ROLE FOR PATIENTS’ RIGHTS AND EMPOWERS
PATIENTS/CLIENTS TO MAKE DECISIONS REGARDING THEIR CARE
Protects and safeguards the interests and wellbeing of the patients /clients.
Recognises and respects patients’/clients’ and carers’ involvement in the planning and
delivery of care.
Respect patients’/clients’ rights to access information.
d) Professional
COMPETENCY UNIT 15
MAINTAINS COMPETENCE BY UNDERTAKING ACTIONS FOR PROFESSIONAL
DEVELOPMENT AND EDUCATION
Applies evidence-based and/or best practice knowledge and technical skills.
Participates in and contributes to research.
Contributes to the education and professional development of others.
Takes steps to remedy any de.cits in skill or personal knowledge.
3.1 Kasus
Continue or Stop Treatment
A severe asphyxia patient was in ICU for a couple days and there was no progression. Patient's
family knew that the patient was still alive because of ventilator assistance. The family decided
to stop the ventilator. "Let the patient die. We could not afford for the cost." It was a dilemma for
me. I believed the treatment must be continued because I had duties to help the patient to
survive. If the patient would die, it was not our will. But, I had to follow the patient's family. Why
didn't they want to continue the treatment? Even though the possibility of surviving for the
patient was low, I did not want to disconnect the tube. It seemed like I killed the patient.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Clarify of Ethical Dilemma
Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik
dalam bertindak. Dalam kasus ini dilemma etik yang muncul adalah ketika seorang perawat
harus menghadapi keluarga pasien yang meminta menghentikan perawatan yaitu pelepasan
ventilator pada keluarganya yang sudah tidak ada harapan untuk sembuh padahal perawat
mempunyai kewajiban untuk menolong nyawa pasien meskipun harapan hidup pasien
sangat rendah. Namun, pihak keluarga tidak menyetujui dilakukan untuk perawatan tindak
lanjut untuk pemasangan ventilator di karenakan keluarga tidak mampu dalam finansial.
3.2.5 Act
Asuhan memiliki tradisi memberikan komitmen utamanya terhadap pasien dan
belakangan ini mengklaim bahwa advokasi terhadap pasien merupakan salah satu peran
yang sudah dilegimitasi sebagai peran dalam memberikan asuhan keperawatan. Advokasi
adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak pasien. Hal
tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat, dalam menemukan kepastian
tentang dua sistem pendekatan etika yang dilakukan yaitu pendekatan berdasarkan prinsip
dan asuhan.
Pengambilan tindakan yang dilakukan harus memperhatikan presentasi tingkat
kebermanfaatan. Dalam kasus ini terdapat dilema untuk mengambil sebuah keputusan
apakah akan mematikan alat bantu pernafasan sang klien atau membiarkan alat pernafasan
itu begitu saja yang mungkin lama-kelamaaan akan merusak kinerja jantung pasien dan
berujung kematian. Juga menimbang seberapa besar kemungkinan pasien untuk pulih.
Jika mengambil keputusan melanjutkan treatment ventilator (alat nantu pernafasan)
hanya media sementara untuk memanjangkan umur pasien karena kemungkinan klien
untuk pulih sangat rendah, dan akan menjadi beban untuk keluarga klien karena biaya yang
diperlukan tidak murah padahal pengobatan yang diberikan sudah tidak efektif lagi. Jika
mengambil keputusan menghentikan treatment ventilator (alat bantu pernafasan), kita dapat
meringankan beban penderitaan klien karena klien akan mengalami kematian alami.
Keluarga klien juga tidak terbebani dengan masalah finansial akibat pengobatan pada klien
yang kemungkinan pulih sangat rendah.
Maka, yang harus kita lakukan sebagai advokat adalah memberikan informasi secara
spesifik kepada keluarga klien kekurangan dan kelebihan dari kedua alternatif pilihan
tidakan tersebut, dan mengembalikan semua keputusan ke pihak pasien dan keluarga pasien
tentang pemasangan ventilator, jika keluarga pasien tetap menyetujui tindakan pelepasan
ventilator berarti harus ada bukti persetujuan secara tertulis antara dokter, perawat, dan
keluarga pasien.
3.2.6 Evaluate
Implikasi dari setiap tindakan yang dilakukan harus dievaluasi, sehingga perkembangan
kesehatan pasien bisa diukur. Evaluasi yang diharapkan dari tindakan keperawatan dalam
masalah dilemma etik adalah keluarga klien tidak merasa cemas dan perawat dapat melakukan
tugas tanpa melanggar etik keperawatan. Perawat menerima permintaan keluarga untuk
pelepasan ventilator dengan persyaratan melakukan penandatanganan surat persetujuan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengambilan tindakan yang dilakukan harus memperhatikan presentasi tingkat kebermanfaatan.
Yang harus kita lakukan sebagai advokat adalah memberikan informasi secara spesifik kepada
keluarga klien kekurangan dan kelebihan dari kedua alternatif pilihan tidakan tersebut, dan
mengembalikan semua keputusan ke pihak pasien dan keluarga pasien.
4.2 Saran
Yang diharapkan dari tindakan keperawatan dalam masalah dilemma etik adalah keluarga klien
tidak merasa cemas dan perawat dapat melakukan tugas tanpa melanggar etik keperawatan.