Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Pengertian SGN
Whalley dan Wong dalam (Surasmi, Asrining, dkk. 2003) istilah yang digunakan
untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan perkembangan maturitas paru.
Kumpulan gejala yang terdiri dari frekuensi nafas bayi lebih dari 60x/i atau kurang
dari 30x/i dan mungkin menunjukan satu atau lebih dari gejala tambahan gangguan nafas
(PONED, 2004) sebagai berikut:
Bayi dengan sianosis sentral (biru pda lidah dan bibir)
Ada tarikan dinding dada
Merintih
Apnea (nafas berhenti lebih dari 20 detik)
Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak
nafas berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat (tachypnea), sianosis yang menetap
dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru, adanya gambaran infiltrat
alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vascular,
perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline membran pada saat otopsi
Menurut Murray et.al (1988) disebut RDS apabila ditemukan adanya kerusakan
paru secara langsung dan tidak langsung, kerusakan paru ringan sampai sedang atau
kerusakan yang berat dan adanya disfungsi organ non pulmonar
Menurut Bernard et.al (1994) apabila onset akut, ada infiltrat bilateral pada foto
thorak, tekanan arteri pulmonal =18mmHg dan tidak ada bukti secara klinik adanya
hipertensi atrium kiri, adanya kerosakan paru akut dengan PaO2 : FiO2 kurang atau sama
dengan 300, adanya sindrom gawat napas akut yang ditandai PaO2 : FiO2 kurang atau sama
dengan 200, menyokong suatu RDS
B. Etiologi
C. Faktor Predisposisi
Penyebab kelainan ini secara garis besar adalah kekurangan surfaktan, suatu zat aktif
pada alveoli yang mencegah kolaps paru. RDS seringkali terjadi pada bayi prematur,
karena produksi surfaktan, yang dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, baru mencapai
jumlah cukup menjelang cukup bulan. Makin muda usia kehamilan, makin besar pula
kemungkinan terjadinya RDS. Kelainan merupakan penyebab utama kematian bayi
prematur.
6. Tersedak makanan.
Bisa karena tersedak susu atau makanan lain, semisal kacang.
7. Infeksi.
Bila anak mengalami ISPA (Infeksi saluran Pernapasan Akut) bagian atas, semisal flu
harus ditangani dengan baik.
D. Patofisiologi
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap
mengembang.
Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan
seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk
mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bagian
distal menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan
desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi
tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif
dengan barotrauma atau volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan kerusakan pada
endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi
matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk
dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai
dibentuk pada 36-72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi
yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat
yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas
disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan
mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%).
E. Manifestasi Klinis
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh tingkat
maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala
klinis yang ditujukan.
Menurut Surasmi, dkk (2003) tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Takhipneu (> 60 kali/menit)
2. Pernafasan dangkal
3. Mendengkur
4. Sianosis
5. Pucat
6. Kelelahan
7. Apneu dan pernafasan tidak teratur
8. Penurunan suhu tubuh
9. Retraksi suprasternal dan substernal
10. Pernafasan cuping hidung
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan
sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga
menghambat fungsi surfaktan.
Gejala klinis yang timbul yaitu : adanya sesak napas pada bayi prematur segera
setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/menit), pernapasan cuping hidung,
grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama
setelah lahir.
Gejala klinis yang progresif dari RDS adalah :
Takipnea diatas 60 x/menit
Grunting ekspiratoar
Subkostal dan interkostal retraksi
Cyanosis
Nasal flaring
Pada bayi extremely premature (berat badan lahir sangat rendah) mungkin dapat
berlanjut apnea, dan atau hipotermi. Pada RDS yang tanpa komplikasi maka surfaktan akan
tampak kembali dalam paru pada umur 36-48 jam. Gejala dapat memburuk secara bertahap
pada 24-36 jam pertama. Selanjutnya bila kondisi stabil dalam 24 jam maka akan membaik
dalam 60-72 jam. Dan sembuh pada akhir minggu pertama.
Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu:
a. Stadium 1 :
Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara
b. Stadium 2 :
Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan
airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi
bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru.
c. Stadium 3 :
Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat
lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih
luas.
d. Stadium 4 :
Seluruh thorax sangat opaque (white lung) sehingga jantung tak dapat dilihat.
F. Klasifikasi
Secara klinis gangguan nafas dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Gangguan nafas berat
b. Gangguan nafas sedang
c. Gangguan nafas ringan
G. Komplikasi
b. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan
adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena
tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat respirasi.
d. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi
dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya.
G. Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan untuk mengatasi
masalah kegawatan pernafasan meliputi :
1. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
2. Mempertahankan keseimbangan asam basa.
3. Mempertahankan suhu lingkungan netral.
4. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5. Mencegah hipotermia.
6. Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Penatalaksanaan medis:
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran paru
Fenobarbital
Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian
dari pemakaian ventilasi mekanik. (cusson,1992)
Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan RDS
adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber alami misalnya manusia,
didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan buatan)
Pendidikan Kesehatan
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada
bayi resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan
seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang
tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi.
Asuhan Keperawatan Teoritis
A. Pengkajian
Pengkajian Fisik
a) Refleks
1). Refleks moro adalah reflek memeluk pada saat bayi dikejutkan dengan tangan.
Reflek moro (+) ditandai dengan ketika dikejutkan oleh bunyi yang keras dan tiba
– tiba bayi beraksi dengan mengulurkan tangan dan tungkainya serta
memanjangkan lehernya.
2). Refleks menggenggam (+) tapi lemah, ditandai dengan membelai telapak tangan,
bayi menggenggam tangan gerakan tangan lemah.
3) Refleks menghisap (+) ditandai dengan meletakan tangan pada mulut bayi, bayi
menghisap jari, hisapan lemah.
4) Refleks rooting (-) ditandai dengan bayi tidak menoleh saat tangan ditempelkan di
pipi bayi.
5) Refleks babynsky (+) ditandai dengan menggerakan ujung hammer pada bilateral
telapak kaki.
b) Tonus otot
Gerakan bayi sangat lemah tetapi pergerakan bayi aktif ditandai dengan bayi sering
menggerek-gerakan tangan dan kakinya.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan, defisiensi surfaktan, atelektasis
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas oleh penumpukan lendir,
reflex batuk.
4. Konflik peran orang tua b/d home care anak dengan kebutuhan khusus.
D
x NANDA NOCs NICs
.
1 Pola nafas tidaka. Status pernapasan Manajemen Jalan Napas
efektif b/d : Kepatenan jalan
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
imaturitas organ napas
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
pernafasan, Indikator :
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
defisiensi Pernapasan dalam
Pasang mayo bila perlu
surfaktan, batas normal (16-
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
atelektasis 24x/i)
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Irama pernpasan
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Definisi : normal
Lakukan suction pada mayo
Pertukaran Kedalaman
Berikan bronkodilator bila perlu
udara inspirasi inspirasi (batasan
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
dan/atau normal)
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
ekspirasi tidak Tidak ada suara
Monitor respirasi dan status O2
adekuat napas tambahan
Tidak terjadi
Terapi Oksigen
Batasan dipsnea
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
karakteristik : Tidak terlihat
Penurunan penggunaan otot Pertahankan jalan nafas yang paten
Orthopnea (batasan normal) Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Perubahan Kedalaman
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
penyimpangan inspirasi (batasan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
dada normal)
Bunyi perkusi Monitor kualitas dari nadi
Nafas pendek
(batasan normal) Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Assumption of
Tidal volum Monitor suara paru
3-point position
(batasan normal) Monitor pola pernapasan abnormal
Pernafasan
Kapasitas vital
pursed-lip Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
(batasan normal)
Tahap ekspirasi Monitor sianosis perifer
Hasil pemeriksaan
berlangsung Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
X-Ray (batasan
sangat lama Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
normal)
Peningkatan
Tes fungsi paru
diameter
(batasan normal)
anterior-
posterior
a. Status tanda-
Pernafasan rata-
tanda vital sign
rata/ minimal
Indikator :
- Bayi : < 25 atau
Suhu tubuh 36,50-
> 60
37,50C
- Usia 1-4 : < 20
Denyut jantung
atau > 30
(batasan normal)
- Usia 5-14 : < 14
Irama jantung
atau > 25
(batasan normal)
- Usia > 14 : < 11
Tekanan dan
atau > 24
Denyut nadi
Kedalaman
(batasan normal)
pernafasan Pernapasan
- Dewasa volume (batasan normal)
tidalnya 500 ml Sistol dan diastol
saat istirahat (batasan normal)
- Bayi volume Kedalaman
tidalnya 6-8 inspirasi (batasan
ml/Kg normal)
Timing rasio
Penurunan
kapasitas vital
Faktor yang
berhubungan :
Hiperventilasi
Deformitas
tulang
Kelainan bentuk
dinding dada
Penurunan
energi/kelelahan
Perusakan/pele
mahan muskulo-
skeletal
Obesitas
Posisi tubuh
Kelelahan otot
pernafasan
Hipoventilasi
sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi
Neuromuskuler
Kerusakan
persepsi/kognitif
Perlukaan pada
jaringan syaraf
tulang belakang
Imaturitas
Neurologis
2 Bersihan jalan a. Status pernapasan Airway suction
nafas tidak : Kepatenan jalan Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
efektif b/d napas Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
obstruksi jalan Indikator : Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
nafas oleh Pernapasan 16- Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion
penumpukan 24x/i
Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
lendir, reflek Irama pernpasan
Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dike
batuk. normal
Monitor status oksigen pasien
Kedalaman
Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
Definisi : inspirasi (batasan
Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukka
Ketidakmampua normal)
saturasi O2, dll.
n untuk Tidak ada suara
membersihkan napas tambahan
Airway Management
sekresi atau Tidak terjadi
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
obstruksi dari dipsnea
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
saluran Tidak terlihat
pernafasan penggunaan otot Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
untuk bantu napas Pasang mayo bila perlu
wheezing) normal)
Bunyi perkusi
Kesulitan
(batasan normal)
berbicara
Tidal volum
Batuk, tidak
(batasan normal)
efekotif atau
Kapasitas vital
tidak ada
(batasan normal)
Mata melebar
Hasil pemeriksaan
Produksi
X-Ray (batasan
sputum
normal)
Gelisah
Tes fungsi paru
Perubahan
(batasan normal)
frekuensi dan
irama nafas
c. Kontrol Aspirasi
Indikator :
Faktor yang
Identifikasi faktor
berhubungan:
resiko minimal
Lingkungan :
Faktor resiko tidak
merokok, ditemukan
menghirup asap Pemeliharaan oral
rokok, perokok hyiegiene baik
pasif-POK, Posisi tidak selalu
infeksi tegak lurus /
Fisiologis : menyamping saat
disfungsi makan dan
neuromuskular, minum
hiperplasia Penyeleksian
dinding bronkus, makanan dan
alergi jalan minuman sesuai
nafas, asma. dengan
Obstruksi jalan kemampuan
nafas : spasme menelan
jalan nafas, Penggunaan
sekresi tertahan, kekentalan cairan
banyaknya sesuai kebutuhan
mukus, adanya Posisi tegak
jalan nafas selama 30 menit
buatan, sekresi setelah makan
bronkus, adanya dilakukan
eksudat di
alveolus, adanya
benda asing di
jalan nafas.
3 Ketidakseimbana. Status gizi Manajemen Nutrisi
gan nutrisi Indikator : Kaji adanya alergi makanan
kurang dari Masukan nutrisi Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
kebutuhan tubuh (makanan dan pasien.
b/d cairan) adekuat Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
ketidakmampua Berat badan Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
n normal
ingest/digest/abs Hematokrit Berikan substansi gula
orb normal Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk menceg
Hidrasi dan tonus Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli g
Definisi : otot normal Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
Intake nutrisi
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
tidak cukup b. Status gizi:
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
untuk keperluan Asupan makanan
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
metabolisme dan cairan
tubuh. Indikator :
Nutrition Monitoring
Masukan makanan
BB pasien dalam batas normal
Batasan dan cairan oral
Monitor adanya penurunan berat badan
karakteristik : adekuat
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
Berat badan 20 Asupan via NGT
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
% atau lebih di adekuat
bawah ideal Asupan cairan IV Monitor lingkungan selama makan
Dilaporkan adekuat Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
adanya intake Asupan nutrisi Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
kekurangan normal
Dilaporkan normal
perubahan normal
sensasi rasa
Perasaan
ketidakmampua
n untuk
mengunyah
makanan
Miskonsepsi
Kehilangan BB
dengan makanan
cukup
Keengganan
untuk makan
Kram pada
abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri
abdominal
dengan atau
tanpa patologi
Kurang
berminat
terhadap
makanan
Pembuluh darah
kapiler mulai
rapuh
Diare dan atau
steatorrhea
Kehilangan
rambut yang
cukup banyak
(rontok)
Suara usus
hiperaktif
Kurangnya
informasi,
misinformasi
Faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampua
n pemasukan
atau mencerna
makanan atau
mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan
dengan faktor
biologis,
psikologis atau
ekonomi.
4 Konflik peran a. Tingkatan Kurangi Kecemasan
orang tua b/d
kecemasan Gunakan pendekatan yang meyakinkan dengan tenang
home care anak
dengan b. Koping keluarga Nyatakan harapan yang jelas pada perilaku pasien
kebutuhan c. Tampilan peran
Jelaskan semua prosedur
khusus. d. Pengetahuan
tentang perawatan Berikan pengertian terhadap perspektif orang tua dalam situasi penuh
Definisi : anak
Berikan informasi tentang diagnose, pengobatan dan prognosis
Kebingungan
Temani klien untuk keselamatan dan mengurani ketakutan
peran dan
Dorong keluarga untuk menemani klien
konflik
Menyediakan objek yang melambangkan perasaan aman
pengalaman
Dorong ungkapan perasaan, persepsi dan ketakutan
orang tua dalam
Identifikasi kapan terjadi perubahan anxietas
menanggapi
Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi yang menjadi pencetus anx
Batasan Kontrol stimulasi sesuai kebutuhan klien
karakteristik :
Motivasi klien untuk menggunakan mekanisme pertahanan yang tepat
Ansietas
Tentukan pengambilan keputusan terhadap klien
Menunjukkan
Instruksikan klien dengan teknik relaxasi
adanya
Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
gangguan dalam
Kaji secara verbal dan non verbal manifestasi anxietas
perawatan
Kekhawatiran
mengenai
kehilangan dan
kontrol
keputusasaan
yang berkaitan
dengan anaknya
Ketakutan
Orang tua
mengekspresika
n tentang
perubahan peran
sebagai orang
tua
Orang tua
mengekspresika
n terhadap
keluarga
(misalnya
fungsi,
komunikasi,
kesehatan)
Orang tua
mengekspresika
n perasaan tidak
adekuat
terhadap
pemenuhan
kebutuhan
anaknya
(misalnya fisik
dan emosional)
Keengganan
untuk
berpartisipasi
dalam aktivitas
perawatan
Ungkapan
perasaan frustasi
Ungkapan
perasaan
bersalah
Faktor yang
berhubungan :
Perubahan
status marital
Homecare anak
dengan
kebutuhan
khusus
Tanggapan
keluarga selama
pelaksanaan
homecare
(pengobatan,
pelayanan/asuha
n, kekurangan
istirahat)
Intimidasi
dengan cara
yang invasif
(intubasi)
Intimidasi
dengan cara
yang membatasi
(isolasi)
Memisahkan
anak-anak
karena penyakit
kronik