Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Revolusi Industri 4.0 telah terjadi di dunia, semua kalangan akan merasakan dampak
yang ditimbulkan dari Industri 4.0. Oleh karena itu, Kementrian Perindustrian telah
mempersiapkan strategi untuk menerapkan Industri 4.0 agar Indonesia tidak tertinggal jauh
dengan negara-negara lainnya.
Seiring dengan tren globalisasi, teknologi yang ada telah semakin berkembang pesat
hingga saat ini. Perubahan teknologi dimulai dari revolusi industri pertama yang terjadi di
Inggris pada tahun 1780, yang telah mengubah sistem kerja manusia dari manual menjadi
otomatis menggunakan mesin. Perubahan tersebut mencangkup pada bidang manufaktur,
transportasi, pertanian, teknologi, dan pertambangan, sehingga mempengaruhi kehidupan
sehari-hari masyarakat dunia. Setelah revolusi industri pertama, lalu muncul era revolusi
industri generasi kedua dan ketiga. “Industri di dunia telah mengalami revolusi sebanyak
empat kali, yang pertama saat penemuan mesin uap dimana tenaga kerja hewan bisa
digantikan dengan tenaga mesin. Lalu yang kedua, ditemukannya teknologi listrik. Efeknya,
saat itu produksi barang sudah bisa dilakukan secara massal,” tutur Ngakan Timur Antara
selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri. Selain itu, Ngakan
menambahkan untuk pengembangan revolusi industri ketiga yakni telah ditemukannya
perangkat-perangkat elektronik, serta mesin yang digunakan untuk melakukan kegiatan
produksi sudah mulai terintegrasi dengan sistem di pabrik.
Kini, revolusi industri telah mencapai generasi keempat, yakni Industri 4.0. Revolusi
Industri 4.0 membawa berbagai dampak dan perubahan yang besar pada bidang manufaktur
dan sumber daya manusia. Dengan kata lain, nantinya akan lebih banyak tenaga manusia
yang digantikan oleh mesin dibandingkan dengan era sebelumnya. Industri 4.0 sendiri
pertama kali didengungkan oleh Profesor Klaus Schwab pada tahun 2011, ia juga merupakan
pendiri World Economic Forum (WEF). “Sejak saat itu, semua negara di dunia mulai
menyadari akan perubahan revolusi industri. Lalu, mereka menyusun langkah-langkah untuk
menerapkan industri 4.0 tersebut,” ungkap Ngakan Timur Antara. Secara umum Industri 4.0
akan mengembangkan lima kemajuan dalam teknologi. Seperti Internet of Things (IoT),
Artificial Intelligence (AI), Augmented Reality (AR), 3D Printing, dan Autonomous Robot.
“Pada revolusi industri keempat, mesin-mesin akan saling berkomunikasi dengan
berlandaskan teknologi IoT, meningkatnya penggunaan robotik, big data, serta adanya
perangkat-perangkat AI yang diaplikasikan pada dunia industri. Hal tersebut akan membuat
waktu proses produksi menjadi lebih efisien,” ujar Ngakan Timur Antara.
Pada dasarnya, IoT merupakan segala sesuatu yang saling terkoneksi dengan jaringan
internet. Misalnya, mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi di sebuah pabrik
telah terotomatisasi dan dapat saling berkomunikasi satu sama lainnya. “Dengan IoT, dalam
sebuah pabrik yang sebelumnya membutuhkan 15 orang, dapat direduksi menjadi 10 orang
saja untuk bertugas sebagai koordinator mesin,” tutur Firmasnyah selaku Pelaksana Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri dan Kekayaan Intelektual, Kemenperin.
Kemudian, Artificial Intelligence merupakan suatu kecerdasan buatan dalam
pengambilan sebuah keputusan, contohnya permintaan perbaikan mesin secara
predictive atau preventive maintenance berdasarkan data contohnya speech recognition
(baca: pengenalan suara) pada mesin untuk mengenali suara manusia untuk melakukan suatu
operasi. Lalu, Augmented Reality adalah visualisasi suatu objek secara nyata. “Contohnya
dalam suatu warehouse pekerja dapat mengetahui posisi tata letak alat secara presisi hanya
dengan menggunakan tablet atau smartphone,” tambah Firmansyah. Sedangkan 3D printing
merupakan pengembangan dari perencanaan produksi barang. Output yang dihasilkan dari
3D Printing adalah benda padat tiga dimensi dari suatu desain digital. Lalu yang terakhir
adalah Autonomous Robot, teknologi ini lebih dikenal sebagai robot yang mampu beroperasi
secara independen tanpa campur tangan manusia secara langsung. Autonomous Robot lebih
banyak berinteraksi dengan sesama robot atau sistem.
Namun, pada akhirnya Revolusi Industri 4.0 akan sangat berpengaruh terhadap tenaga
kerja di Indonesia. Jika tenaga kerja di Indonesia tidak dapat mengikuti perkembangan
teknologi yang ada, maka dipastikan akan sulit bersaing dengan tenaga kerja lokal lainnya
atau bahkan tenaga kerja asing. Hal tersebut juga diamini oleh Hizkia Yosie Polimpung,
Selaku Kepala Purusha Research Cooperative. “Karena semuanya sudah terotomatisasi
sehingga tenaga kerja harus lebih pintar dari mesin-mesin tersebut. Para pekerja harus
upgrade skill, dan upgrade skill pun membutuhkan biaya,” tuturnya. Menurut Yosie, Jika
pekerja tidak mampu untuk melakukan upgrade skill, maka dipastikan mereka akan
terhempas ke sektor yang lebih murah pendapatannya. “Pemerintah khususnya untuk
stakeholder terkait dengan tenaga kerja, mereka mempunyai pekerjaan rumah yang sangat
besar untuk mengembangkan kompetensi para pekerja,” tutup Hizkia Yosie Polimpung.
Deni Prasetiyo