Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
K DENGAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN
RUMAH SAKIT DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
\
Disusun Oleh:
Puspita Sari
Dita Retno Wulandari
Pujiati
Imas Meilia Hardiah
Ratih Yulianingsih
Resha Pahlevi
Alfiani
Putri Vidia Tamara
Maryam Zakiyyah M.
Jessita Putri Dhiary
Table of Contents
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4
A. Latar Belakang ..............................................................................................4
A. Tujuan ...........................................................................................................5
B. Sistematika Penulisan ...................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................6
A. Definisi ..........................................................................................................6
B. Etiologi ..........................................................................................................6
C. Manifestasi Klinik .........................................................................................8
D. Sumber Koping .............................................................................................9
E. Asuhan Keperawatan ....................................................................................9
BAB III TINJAUAN KASUS ..............................................................................13
A. Pengkajian ...................................................................................................13
1. Identitas dan Alasan Masuk ....................................................................13
2. Faktor Predisposisi ..................................................................................13
3. Fisik .........................................................................................................14
4. Psikososial ...............................................................................................14
5. Status Mental ...........................................................................................14
6. Kebutuhan Persiapan Pulang ...................................................................15
7. Mekanisme Koping .................................................................................15
8. Masalah Psikososial dan Lingkungan .....................................................16
9. Aspek Medik ...........................................................................................16
10. Daftar Diagnosa Keperawatan .................................................................17
B. Pohon Diagnosa ..........................................................................................17
C. Analisa Data ................................................................................................17
D. Diagnosa Keperawatan................................................................................18
E. Evaluasi .......................................................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................25
A. Pengkajian ...................................................................................................25
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................29
C. Rencana Keperawatan .................................................................................29
D. Implementasi dan Evaluasi .........................................................................29
BAB V PENUTUP ................................................................................................31
A. Kesimpulan .................................................................................................31
B. Saran ............................................................................................................31
2
3
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah
suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental, dan sosialyang tidak
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan jiwa sendiri, dalam
Undang-undang No. 3 Tahun 1966, dapat diartikan sebagai keadaan jiwa yang
sehat yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional
yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan
keadaan orang lain. Kesehatan jiwa pun dapat digambarkan bukan hanya
sekedar bebas dari gangguan tetapi lebih kepada perasaan sehat, sejahtera, dan
bahagia (well being), ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat
merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta mampu
mengatasi tantangan hidup sehari-hari (Effendi & Makhfudli, 2009).Banyak
orang tidak menyadari jika mereka mungkin mengalami masalah kesehatan
jiwa karena kehidupan yang semakin kompleks disaat mereka belum siap
menghadapi tekanan tersebut. Diperkirakan 26 juta penduduk di Indonesia
mengalami gangguan kejiwaan, dari tingkat ringan hingga berat (Depkes,
2008). Salah satu contoh gangguan kejiwaan adalah risiko perilaku kekerasan
(RPK).
Resiko perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang
melakukan tindakan yang dapat mencederai orang lain dan lingkungan akibat
ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif (CMHN, 2006).
Resiko perilaku kekerasan terjadi ketika individu kesulitan mengungkapkan
kemarahan, kemarahan dipendam, atau pura-pura tidak marah. Kondisi ini
selanjutnya akan mempersulit individu dan mempengaruhi hubungan
intrapersonal individu dengan individu lain. Angka kejadian risiko perilaku
kekerasan (RPK) di Ruang Subadra menempati urutan kedua diagnosa
terbanyak yang terdapat di ruangan ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan data
diagnosa pasien selama 3 bulan terakhir, yaitu Juni, Juli, dan Agustus. Pada
bulan Juni, sekitar 39% pasien yang berada di ruangan ini memiliki diagnosa
risiko perilaku kekerasan (RPK)/ perilaku kekerasan (PK). Selanjutnya pada
4
5
bulan Juli, sekitar 23% pasien didiagnosa RPK/PK. Dan terakhir pada bulan
Agustus, 21,3% pasien didiagnosa RPK/PK.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kelompok memperoleh gambaran pengalaman langsung serta
mampu memahami dan memberikan asuhan keperawatan pada Tn K A
dengan diagnosa.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn K A di Ruang Subadra RSMM
Bogor
b. Mampu merumuskan diagnosa pada Tn K A di Ruang Subadra RSMM
Bogor
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada Tn K A di Ruang
Subadra RSMM Bogor
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada TN KA di Ruang
Subadra RSMM Bogor
e. Mampu melakukan evaluasi dan dokumentasi asuhan keperawatan
pada Tn K A di Ruang Subadra RSMM Bogor
B. Sistematika Penulisan
1. Bab I: Pendahuluan yang memiliki rincian isi, yaitu (1)Latar Belakang,
(2)Tujuan, (3)Metode Penelitian, dan (4)sistematika penulisan
2. Bab II: Tinjauan Pustaka yang memiliki rincian isi, yaitu (1)Pengertian,
(2)Penyebab, (3)Tanda dan Gejala, (4)Rentang Respon, (5)Faktor
Predisposisi, (6)Faktor Presipitasi, (7)Sumber Koping, (8)Aspek Medis,
dan (9)Asuhan Keperawatan
3. Bab III: Tinjauan Kasus yang memiliki rinsian isi, yaitu (1)Pengkajian,
(2)Diagnosa Keperawatan, (3)Implementasi, dan (4)Evaluasi
4. Bab IV: Pembahasan yang memiliki rincian isi, yaitu (1)Pengkajian,
(2)Diagnosa Keperawatan, (3)Implementasi, dan (4)Evaluasi
5. Bab V: Penutup yang memiliki rincian isi, yaitu (1)Kesimpulan dan
(2)Saran.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan (fitria, 2009). Perilaku kekerasan
adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan
individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba
dkk, 2008). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
melukai secara fisik maupun psikologis. Menurut Depkes RI tahun 2006,
Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan, ditujukan pada diri
sendiri maupun non verbal pada lingkungan. Perilaku kekerasan/ amuk
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik dan psikologis (berkolutz, 1993).
B. Etiologi
1. Faktor presdiposisi
a. Teori biologi
Berdasarkan penelitian pada hewan, adanya pemberian
stimulus elektris ringan pada hipotalamus ternyata menimbulkan
perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk
emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), lobus
temporal (untuk interprestasi indera penciuman dan memori) akan
menimbulakn mata terbuka lebar, pupil berdilatasi dan hendak
menyerang objek yang ada.
1) Faktor neurologic
Komponen sistem saraf seperti synap, neurotransmitter,
dendrit, axon terminalis mempunyai atau mengahambat
rangsangan dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifat
agresif.
6
7
2) Faktor genetik
Adanya gen yang diturunkan melalui orang tua menjadi
potensi perilaku agresif. Menurut penelitian genetik tipe
kkariotype XYY pada umunya dimiliki perilaku tindak kriminal.
3) Cyrcardian rhyt
Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia
menghalangi peningkatan cortisol terutama jam-jam sibuk. Pada
jam tertentu orang lebih mudah berperilaku agresif.
4) Biochemistry faktor
Peningkatan hormone androgen dan norephinephrin serta
penurunan serotonin dan GABA pada cairan serebrospinal
vertebra dapat menjadi faktor presdiposisi terjadinya perilaku
agresif.
5) Brain area disorder, Terjadi kerusakan pada area di otak
b. Teori psikologis
1) Teori psikoanalisis
Agresif dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang seseorang.
a) Imitation, modeling and information
Menurut teori ini perilaku kekerasan bias berkembang
dalam lingkungan yang menolelir kekerasan. Adanya contoh,
model dan perilaku yang ditiru ddari media atau lingkungan
sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut.
b) Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu
terhadap lingkungan terdekatmya.
2. Faktor presipitasi
a. Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau symbol
solidaritas seperti dalam konser, geng
b. Ekspresi diri tidak terpenuhinya kebuthan dasar dan kondisi sosial
ekonomi
7
8
C. Manifestasi Klinik
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut:
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/ pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
8
9
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam
dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
a) Intelektual, Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan,
sarkasme.
b) Spiritual, Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik
pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli
dan kasar.
c) Sosial, Menarikdiri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
sindiran.
d) Perhatian, Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
D. Sumber Koping
Sumber koping dibagi menjadi 4 (Yosep, 2011), yaitu:
1. Personal ability, meliputi: kemampuan untuk mencari informasi terkait
masalah, kemampuan mengidentifikasi masalah, pertimbangan alternatif,
kemampuan mengungkapkan/ konfrontasi perasaan marah, semangat
untuk menyelesaikan masalah, kemampuan mempertahankan hubungan
interpersonal, mempunyai pengetahuan dalam pemecahan masalah secara
asertif, intelegensi dalam menghadapi stressor, identitas ego yang adekuat
2. Sosial support, meliputi: dukungan dari keluarga dan masyarakat,
keterlibatan atau perkumpulan di masyarakat dan pertentangan nilai
budaya
3. Material assets, meliputi: penghasilan yang layak, adanya benda atau
barang yang bisa dijadikan asset, mempunyai tabungan untuk
mengantisipasi hidup, ampu menjangkau pelayanan kesehatan
4. Positive belief, meliputi: tidak adanya distress spiritual, adanya motivasi,
penilaian terhadap pelayanan kesehatan
E. Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan
2. Tujuan Keperawatan pada Klien Risiko Perilaku Kekerasan
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
9
10
10
11
SP 2 :
1. Evaluasi jadual kegiatan harian tentang mengendalikan perilaku
kekerasan dengan tarik nafas dalam.
2. Latih klien klien mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik
kedua (pukul bantal),
3. Menganjrkan klien memasukkan kegiatan pukul bantal dalam jadual
kegiatan harian.
SP 3 :
1. Evaluasi jadual kegiatan harian tentang mengendalikan perilaku
kekerasan dengan tarik nafas dalam dan pukul bantal,
2. Latih klien mengendalikan perilaku kekerasan (mengungkapkan rasa
marah) secara sosial/ verbal (menolak dengan baik, meminta dengan
baik, mengungkapkan perasaan dengan baik),
3. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan cara verbal ke dalam
jadwal kegiatan harian.
SP 4 :
1. Evaluasi jadual kegiatan harian tentang mengendalikan perilaku
kekerasan dengan tarik nafas dalam, pukul bantal, dan cara verbal,
2. Latih klien mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual
(beribadah dan berdoa),
3. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan spiritual dalam jadual
kegiatan harian.
11
12
SP 5 :
1. Evaluasi jadual kegiatan harian tentang mengendalikan perilaku
kekerasan dengan tarik nafas dalam, pukul bantal, cara verbal, dan
spiritual,
2. Jelaskan dan bantu klien mengendalikan perilaku kekerasan dengan
obat (bantu klien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
[benar nama klien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar
waktu minum obat, dan benar dosis obat], disertai penjelasan manfaat
obat dan akibat berhenti minum obat,
3. Menganjurkan klien memasukkan minum obat secara teratur ke dalam
jadwal kegiatan harian.
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas dan Alasan Masuk
Tn.K laki-laki usia 21 tahun masuk RSMM pada tanggal 31
Agustus 2018, diantar oleh temannya dalam keadaan banyak luka. Klien
sebelumnya mengkonsumsi tramadol 25 butir sehingga dalam pengaruh
sedatif, klien mengamuk dan memukul warga di daerah Gunung Putri,
Bogor, yang memancing emosi warga dan akhirnya klien dipukuli.Klien
berasal dari Lampung dan merantau ke Bogor dengan tujuan untuk
bekerja di tempat steam motor yang dijanjikan temannya. Klien merantau
ke Bogortanpa persetujuan dari orang tua dengan membawa uang orang
tua yang diambil tanpa sepengatahuan orang tuanya. Klien memilih
merantau ketempat temannya karena klien lebih nyaman berkumpul
dengan temannya dibandingkan dengan keluarga. Sejak kelas 1 SMP
klien memiliki riwayat minum minuman keras dan konsumsi obat
terlarang. Penyebab awalnya adalah klien putus cinta dan banyak pikiran.
Ayah klien memiliki sifat keras dalam mendidik anaknya, sehingga klien
tumbuh menjadi anak yang mudah marah, menyelesaikan sesuatu tanpa
pikir panjang dan mudah memukul orang lain.Pada tanggal 4September
2018 pasien dipindahkan dari ruangan kresna ke keruangan subadra
dengan keadaan klien terdapat tanda lebam kebiruan diarea wajahnya.
2. Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya tidak pernah mengalami gangguan jiwa bahkan
dari keluarganya pun tidak memiliki riwayat yang mengalami gangguan
jiwa. Klien menceritakan saat SMP kelas 1 pernah mengikuti tawuran dan
sering berkelahi untuk membela adiknya yang sering di bully serta
mengalami tindakan kekerasan dari ayahnya. Klien mengenal minuman
keras sejak kelas 1 SMP semester 1 serta konsumsi obat terlarang
tujuannya supaya senang, tenang dan melupakan semua masalahnya.Klien
13
14
pernah putus cinta dan mengalami depresi. Dari data diatas muncul
diagnosa resiko perilaku kekerasan.
3. Fisik
Berdasarkan pemeriksaan fisik klien didapatkan TD: 110/70, N:
82x/menit, RR: 18x/menit, S: 36,50C. Klien mengeluh pusing dan
mengantuk sehingga badan terasa lemas sehingga tidak mengikuti
kegiatan, tidak ada nyeri dan sesak.
4. Psikososial
Klien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Adik nya laki-
laki semua dan masih sekolah dan klien memiliki peran sebagai kakak
yang memiliki tanggung jawab terhadap adiknya. Klien dirumah tinggal
bersama semua keluarga nya, tetapi di tempat rantau klien tinggal bersama
temannya. Klien mendapat didikan yang keras dari ayahnya dan sering
dipukul serta pernah diusir dari rumah. Sehingga klien lebih nyaman
bersama teman dibandingkan keluarga. Dari data tersebut muncul diagnosa
koping keluarga inefektif. Dengan kejadianklien masuk RSMM, klien
merasa bodoh karena telah mecoba meminum minuman keras dan
memakai obat-obatan.Klien malu jika pulang ke kampung karena
tetangganya sudah tahu bahwa dirinya masuk rumah sakit jiwa, klien
merasa dirinya merupakan anak yang nakal dan menyesal serta ingin
merubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik, dan berharap bisa segera
mengikuti program rehabilitasi. Orang yang paling terdekat dengan klien
adalah ibu kandungnya, klien tidak pernah mengikuti kegiatan masyarakat
tetapi tidak ada hambatan dalam berhungan dengan orang lain. Dalam
kegiatan keagamaan klien mepercayai adanya Allah dan meyakini agama
islam, klien melaksanakan shalat tetapi belum 5 waktu dan mengatakan
malas shalat. Diagnosa keperawatan yang uncul adalah Harga Diri
Rendah.
5. Status Mental
Penampilan klien rapi dan dapat memakai pakaian yang sesuai
secara mandiri.Ketika wawancara, klien menjawab pertanyaan seperti
14
15
berfikir dahulu dan berbicara lambat serta nada bicara tinggi dengan
ekspresi muka datar serta aktivitas motoriknya tegang, mata melotot. Klien
merasa sedih dan merasa ingin cepat pulang untuk berkumpul dengan
keluarganya. Respon klien dalam keadaan labil, saat melakukan
wawancara klien terlihat curiga, dan mengulang-ngulang jawaban yang
sama. Dari tanda-tanda tersebut diagnosa yang muncul yaitu resiko
perilaku kekerasan. Klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat,
dan orang. Kesadaran klien pun kompos mentis, tidak ada gangguan
memori jangka panjang maupun jangka pendek dan konsentrasi klien
mudah beralih jika ada stimulasi eksternal sehingga mudah terdistraksi.
Klien sadar dan paham mengenai penyakit yang klien alami saat ini.
7. Mekanisme Koping
Adaptasi klien dalam mengatasi masalah menggunakan koping
yang maladaptif seperti meminum-minuman keras dan penyalahgunaan
obat. ketika klien disekolah klien sering mendapatkan banyak masalah
karena sering berkelahi. Dirumah, ayahnya mendidik klien dengan keras
baik secara verbal dan fisik dengan memukul, keadaan tersebut yang
menyebabkan klien memiliki sikap yang keras serta juga membuat klien
merasa tidak nyaman dirumah yang membuat selalu berada diluar rumah
15
16
9. Aspek Medik
Psikotik Akut dengan terapi yang diberikan Rizperidon 2 mg per
12 jam, Chlozapin 10 mg per 24 jam.
16
17
B. Pohon Diagnosa
C. Analisa Data
Data objektif:
1. Klien memukuli 2 orang yang ditemuinya,
kemudian warga memukulinya dan
mengikatnya
2. Berkata kasar ketika emosinya terpancing
Resiko perilaku kekerasan
3. Terdapat luka lebam di mata sebelah kanan
4. Ada bekas ikatan di pergelangan tangan
5. Terdapat bekas luka sayatan di lengan kiri
akibat tawuran
6. Terlihat tegang ketika berbicara mengenai
masalahnya dan tentang keluarganya.
7. Ketika pembagian makanan, klien sering
mengambil jatah makanan temannya secara
paksa
8. Meminta paksa uang jajan temannya
9. Berbicara dengan nada suara keras
10. Emosi labil
11. Tampak masih bingung dan kacau
17
18
Data subjektif:
1. Mengatakan dirinya bodoh karena telah
mencoba obat-obatan terlarang dan minuman
keras.
2. Malu jika pulang ke kampung, karena tetangga
sudah tahu dirinya masuk RSJ
Harga Diri Rendah
3. Merasa dirinya nakal
4. Mengatakan malas sholat dan kegiatan olahraga
pagi
Data objektif:
1. Tampak malas-malasan
2. Penurunan produktivitas
Data subjektif:
1. Mendapat didikan keras dari ayahnya sejak
kecil, baik dalam segi verbal maupun fisik.
2. Sering dipukuli ketika nakal hingga diusir oleh
ayahnya.
3. Klien mengatakan lebih nyaman berada di dekat Koping Keluarga Inefektif
dengan teman-temannya dibandingkan dengan
keluarganya
Data objektif:
Tidak terkaji
D. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perilaku kekerasan
2. Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran
3. Koping individu inefektif
18
19
E. Evaluasi
Catatan Perkembangan
Implementasi Evaluasi
19
20
15. Agistasi
Dx Keperawatan:
Resiko perilaku kekerasan
Tindakan :
1. Risiko perilaku kekerasan/SP1 :
Mengkaji penyebab PK, tanda
gejala PK, PK yang pernah
dilakukan, akibat PK, dan cara
mengontrol PK, membantu cara
mengontrol fisik 1 tarik napas
dalam.
RTL :
SP 2 Resiko Perilaku Kekerasan:
mengontrol PK dengan cara fisik 2
(pukul bantal)
20
21
keras
9. Emosi labil
10. Pandangan tajam
11. Tampak masih bingung dan
kacau
12. Perhatian mudah beralih
13. Gelisah ketika diajak berbicara
14. Agitasi
Dx Keperawatan:
Resiko perilaku kekerasan
Tindakan :
Risiko perilaku kekerasan/SP2 :
mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien, melatih pasien mengontrol
PK dengan cara fisik 2 (memukul
batal), menganjurkan klien
memasukan dalam jadwal kegiatan
harian
RTL :
SP 3 Resiko Perilaku Kekerasan:
mengontrol PK dengan cara minum
obat
21
22
8. Bicara jelas
9. Afek baik
Dx. Keperawatan :
Resiko Perilaku Kekerasan
Tindakan :
RPK SP-3 Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian klien, Mengajarkan
klien cara mengontrol marah dengan
minum obat, Memasukan kegiatan
dalam jadwal kegiatan harian klien
RTL :
SP 4 Resiko Perilaku Kekerasan:
mengontrol PK dengan cara spiritual
Objektif O:
1. Ada bekas ikatan di pergelangan 1. Kontak mata ada
tangan 2. Kooperatif saat ditanya
2. Terdapat bekas luka sayatan di 3. Bisa menyebutkan kembali cara
lengan kiri akibat tawuran yang diajarkan dan
3. Berbicara dengan nada suara mempraktikannya
keras
4. Emosi labil A:
5. Kontak mata (+) Resiko perilaku kekerasan masih ada
6. Bicara jelas
7. Afek baik P:
Klien:
Dx Keperawatan: 1. SP 4 Resiko Perilaku Kekerasan :
Resiko perilaku kekerasan latih kemampuan spiritual istigfar
3x/ hari (jam 08.00, 12.00 dan
Tindakan : 18.00)
Risiko perilaku kekerasan/SP4 : Perawat:
mengevaluasi jadwal kgiatan harian 1. Validasi kemampuan
pasien, melatih pasien mengontrol
PK dengan cara spiritual,
menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
22
23
RTL :
SP 5 Resiko Perilaku Kekerasan :
melatih klien mengontrol PK dengan
cara verbal.
RTL :
Evaluasi kembali latihan cara
mengontrol PK (Tarik napas dalam,
pukul bantal, berbicara yang baik,
spiritual, dan obat)
23
24
RTL :
SP 2 Harga Diri Rendah : melatih
kemampuan selanjutnya.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
25
26
26
27
tiba dapat menyebabkan munculnya gejala putus obat seperti halusinasi dan
gangguan tidur(Tjay & Rahardja, 2007). Penggunaan obat-obatan berlebihan
atau minuman terlarang memiliki banyak konsekuensi yang berbahaya,
peristiwa yang sering terjadi, misalnya kecelakaan dan kekerasan. Pengguna
zat cenderung mengabaikan diri sehingga hal ini dapat menimbulkan penyakit
fisik dan gangguan jiwa (Stuart, 2016).
Gangguan psikotik merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan
ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, orang tersebut
tidak menyadari yang dialami orang lain tentang hal yang sama dan ajaib
mengapa orang lain tidak bereaksi dengan cara yang sama, misalnya terdapat
reaksi waham, halusinasi, atau perilaku kacau (Stuart, 2016). Salah satu jenis
dari gangguan psikotik adalah gangguan psikotik akut, memiliki onset yang
akut (dalam 2 minggu), kesembuhan yang sempurna biasanyaterjadi dala 2-3
bulan, sering dalam beberapa minggu atau bahkan beberapa hari, danhanya
sebagian kecil dari pasien dengan gangguan ini berkembang menjadi keadaan
yangmenetap dan berhendaya. Gejala psikotik akut(Stuart, 2016),
diantaranya:
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau
lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa
alasan
Dalam gangguan psikotik, perlu diperhatikan faktor psikodinamik,
yaitu stresor pencetus dan lingkungan interpersonal klien.Penggunaan zat
psikoaktif merupakan penyebab yang umum dari sindroma psikotik (Stuart,
2016). Gangguan psikotik yang di alami klien Tn. K disebabkan karena
pengaruh penggunaan zat psikoaktif. Perilaku kekerasan yang dilakukan oleh
klien merupakan pengaruh dari tanda dan gejala gangguan psikotik, yaitu
halusinasi. Klien mengatakan mendengar suara-suara bisikan yang menjelek-
jelekan dirinya dan keluarga, hal ini dapat memicu terjadinya perilaku agresif.
27
28
28
29
29
30
nampak agresif, masih mudah terpancing emosi dan dan sering berkata kasar.
Setelah terbina hubungan saling percaya antara perawat dan klien, Pada
pertemuan-pertemua berikutnya klien dilakukan SP 1 sampai 5 resiko
perilaku kekerasan, setelah 5 p resiko perilaku kekerasan dilakukan, pada
pertemuan-pertemuan berikutya klien diminta untuk mengevaluasi latihan
cara-cara mengontrol emosi yang perrnah diajarkan, hingga hari ke 7 interaksi
dengan, klien mampu untuk mengulang latihan cara-cara mengontrol emosi.
Pada hari ke 8 interaksi klien diberikan SP 1 harga diri rendah, kemampuan
positif yang dimiliki oleh klien adalah bermain sepak bola. Hingga interaksi
hari ke 9, kondisi klien menunjukan perkembangan yang baik, yaitu klien
nampak lebih tenang, sudah mampu untuk mengontrol emosi, bicara jelas,
frekuensi tidur nampak lebih sering, dibandingkan ketika di awal-awal
masuk. Hal ini dapat dipengaruhi oleh keberhasilan perawat dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan.
30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 5 september 2018, Tn K
mengalami risiko perilaku kekerasan yang ditandai dengan pengakuan klien
bahwa masuk RSMM setelah dipukuli warga karena dirinya memukul warga
terlebih dahulu akibat meminum tramadol 25 butir dan merasa ada yang
bisikin menyuruhnya memukul, selain itu selama proses pengkajian terlihat
klien memiliki luka lebam pada mata sebelah kanan dan luka bekas ikatan di
kedua pergelangan tangan, berbicara dengan nada suara keras, pandangan
tajam, dan memiliki perhatian mudah beralih. Klien mengalami risiko
perilaku kekerasan akibat dari halusinasi yang dialaminya.
Penulis telah memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan
klien, klien juga sangat kooperatif selama masa perawatan di Ruang Subadra.
Oleh sebab itu, Risiko perilaku kekerasan (RPK) yang dialami klien bisa
teratasi dengan beberapa cara, kecuali cara spiritual (klien menolak dilakukan
intervensi ini). Pada kasus Tn K terdapat kesamaan antara konsep dasar teori
dengan kasus Tn K, karena penulis mengacu pada teori-teori yang ada.
Penulis menggunakan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respon klien dengan tujuan khusus dan tujuan umum
yang ditentukan.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit Marzoeki Mahdi
Dengan adanya makalah case conference ini diharapkan dapat
dapat meningkatkan kualitas pelayanan perawat ruangan sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan
masalah resiko perilaku kekerasan.
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi
mengenai resiko perilaku kekerasan dalam Mata Kuliah Keperawatan
Jiwa bagi mahasiswa Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
31
32
3. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan mahasiswa dalam menangani pasien dengan masalah resiko
perilaku kekerasan.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
33
34
LAMPIRAN
34