Вы находитесь на странице: 1из 15

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi skizofrenia
Skizofrenia adalah penyakit otak neurobiological yang serius dan menetap,

ditandai dengan kognitif dan persepsi serta afek yang tidak wajar (Laraia, 2009).

Penyakit ini bersifat kronik dan melalui 3 fase, yaitu fase prodromal, fase aktif,

dan fase residual. Fase prodromal dimulai dengan perubahan perasaan dan mood,

fase aktif biasanya disebut dengan psikosis yaitu munculnya gejala halusinasi,

delusi, dan ilusi (Sadock & Sadock, 2010) Skizofrenia bisa menyerang siapa saja

tanpa memandang jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi

(Maramis,2005). Skizofrenia dikarakteristikan dengan psikosis, halusinasi,delusi,

disorganisasi pembicaraan dan perilaku, afek datar, penurunan kognitif,

ketidakmampuan bekerja atau kegiatan dan hubungan sosial yang memburuk

(Bustillo,2008)
2.2 Etiologi skizofrenai
Menurut Maramis (2009)teori mengenai skizofrenia yang saat ini banyak

dianut adalah sebagai berikut :


1. Genetik
Faktor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan

dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama

anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah 0,9-1,8 %;

bagi saudara kandung 7-15%;bagi anak dengan salah satu orangtua yang

menderita skizofrenia 7-16%;bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40-

68%;bagi kembar dua telur (heterozigot) 2-15%;bagi kembar satu

telur(monozigot) 61-86%.

2. Neurokimia
a. Hipotesis dopamin
5

Skizofrenia disebabkan oleh neuroaktifitas pada jaras dopamin mesolimbik. Hal

ini didukung oleh temuan bahwa amfetamin yang kerjanya meningkatkan

pelepasan dopamin dapat menginduksi psikosis yang mirip skizofrenia; dan obat

psikotik(terutama obat tipe tipikal/klasik) bekerja dengan cara memblok reseptor

dopamin terutama reseptor D2. Keterlibatan neurotransmitter lainnya seperti

serotonin, noradrenalin, GABA, glutamat dan neuropeptid lain masih terus diteliti

oleh para ahli.

b. Hipotesis perkembangan saraf

Studi autopsi dan pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas struktur dan

morfologi otak penderita skizofrenia antara lain berupa berat otak yang rata-rata

lebih kecil 6% daripada otak normal dan ukuran anterior-posterior yang 4% lebih

pendek;pembesaran ventrikel otak non spesifik;gangguan metabolisme di daerah

frontal dan temporal; dan kelainan susunan seluler pada struktur saraf di beberapa

daerah kortex dan subkortex tanpa adanya gliosis yang menandakan kelainan

tersebut terjadi pada saat perkembangan. Studi neuropsikologis mengungkapkan

defisit di bidang atensi, pemilihan konseptual, fungsi eksekutif dan memori pada

penderita skizofrenia. Semua bukti tersebut melahirkan hipotesis perkembangan

saraf yang menyatakan bahwa perubahan patologis gangguan ini terjadi pada

tahap awal kehidupan, mungkin sekali akibat pengaruh genetik dan dimodifikasi

oleh faktor maturasi dan lingkungan.

2.3 Klasifikasi
6

Maramis membagi skizofrenia menjadi beberapa jenis. Penderita

digolongkan ke dalam salah satu jenis menurut gejala utama yang terdapat

padanya (Maramis, 2009)


1. Skizofrenia Simplex
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis

simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan

proses berfikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali

terdapat. Jenis skizofrenia ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada

permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau

mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam

pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran. Bila idak ada

orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau

“penjahat” (Maramis, 2009)


2. Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia paranoid adalah tipe skizofrenia dimana pasien skizofrenia

merasa dikejar-kejar orang dan akan dibunuh. Gejala gejala yang mencolok

adalah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan

halusinasi. Baru dengan pemeriksaan yang teliti ternyata ada juga gangguan

proses berfikir, gangguan afek, emosi, dan kemauan. Jenis skizofrenia ini

sering mulai sesudah umur 30 tahun. Permulaannya mungkin subakut, tetapi

mungkin juga akut. Kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat

digolongkan skizoid.

3. Skizofrenia Hebefrenik
7

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa

remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah : gangguan

proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double

personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau

perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada skizofrenia hebefrenik.


4. Skizofrenia Katatonik

Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut serta

sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh-gelisah

katatonik atau stupor katatonik. Gejala yang penting dari skizofrenia tipe ini

berupa gejala-gejala psikomotor seperti mutisme, muka tanpa mimik seperti

topeng, Stupor(suatu

kondisi dimana penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama,

beberapa hari, bahkan kadang-kadang beberapa bulan), makanan ditolak, air

ludah tidak ditelan sehingga terkumpul di dalam mulut dan meleleh keluar, ari

seni dan feses ditahan

5. Skizofrenia Residual

Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya

satu episode psikotik yang jelas dan gejala gejala berkembang ke arah gejala

negatif yang lebih menonjol. Gejala negatif terdiri dari kelambatan

psikomotor, penurunan aktivitas, penumpulan afek, pasif dan tidak ada

inisiatif, kemiskinan dalam pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun,

serta buruknya rawat diri.

2.4 Rentang respon skizofrenia


8

Gambar 2.1 Rentan Respon Skizofrenia

2.5 Patofisiologi skizofrenia

Patologi anatomi dari Penyakit Alzheimer meliputi dijumpainya

Neurofibrillary Tangles (NFTs), plak senilis dan atropi serebrokorteks yang

sebagian besar mengenai daerah asosiasi korteks khususnya pada aspek medial

dari lobus temporal. Meskipun adanya NFTs dan plak senilis merupakan

karakteristik dari Alzheimer, mereka bukanlah suatu patognomonik. Sebab, dapat

juga ditemukan pada berbagai penyakit neurodegeneratif lainnya yang berbeda

dengan Alzheimer, seperti pada penyakit supranuklear palsy yang progresif dan

demensia pugilistika dan pada proses penuaan normal.

Distribusi NFTs dan plak senilis harus dalam jumlah yang signifikan dan

menempati topograpfik yang khas untuk Alzheimer. NFTs dengan berat molekul

yang rendah dan terdapat hanya di hippokampus, merupakan tanda dari proses

penuaan yang normal. Tapi bila terdapat di daerah medial lobus temporal, meski
9

hanya dalam jumlah yang kecil sudah merupakan suatu keadaaan yang abnormal.

Selain NFTs dan plak senilis, juga masih terdapat lesi lain yang dapat dijumpai

pada Alzheimer yang diduga berperan dalam gangguan kognitif dan memori,

meliputi :

1. Degenerasi granulovakuolar Shimkowich

2. Benang-benang neuropil Braak, serta

 Degenerasi neuronal dan sinaptik.

Berdasarkan formulasi di atas, tampak bahwa mekanisme patofisiologis yang

mendasari penyakit Alzheimer adalah terputusnya hubungan antar bagian-bagian

korteks akibat hilangnya neuron pyramidal berukuran medium yang berfungsi

sebagai penghubung bagian-bagian tersebut, dan digantikan oleh lesi-lesi

degeneratif yang bersifat toksik terhadap sel-sel neuron terutrama pada daerah

hipokampus, korteks dan ganglia basalis. Hilangnya neuron-neuron yang bersifat

kolinergik tersebut, meneyebabkan menurunnya kadar neurotransmitter asetilkolin

di otak. Otak menjadi atropi dengan sulkus yang melebar dan terdapat peluasan

ventrikel-ventrikel serebral.
10

2.6 Pohon masalah

Resiko tinggi mencederai diri sendiri dan orang lain

Deficit perawatan diri Perubahan persepsi sensori : Halusinasi


Engan melakukan aktivitas Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis


Gambar 2.2. pohon masalah skizofrenia
2.7 Inefektif
Manifestasi koping individu
klinis Inefektif koping keluarga
Bleuler membagi gejala-gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok :
1. Gejala-gejala primer:
a. Gangguan proses pikir
b. Gangguan emosi
c. Gangguan kemauan
d. Autisme
2. Gejala-gejala Sekunder:
a. Waham
b. Halusinasi
c. Gejala Katatonik atau gangguan psikomotor yang lain.
Secara general gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi 3 yaitu gejala

positif, gejala negatif dan gejala kognitif ( Maramis, 2005 & Sinaga,2007)

yaitu :
1. Gejala positif
Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu

menginterpretasikan dan merespons pesan atau rangsangan yang datang. Klien

skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang

sebenarnya tidak ada atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada

tubuhnya. Auditory
hallucinations, gejala yang biasanya timbul yaitu klien merasakan ada suara dari

dalam dirinya. Kadang suara itu dirasakan menyejukan hati, memberi kedamaian,

tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat berbahaya,

seperti bunuh diri.


Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam

menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan.


11

Misalnya penderita skizofrenia, lampu traffic di jalan raya yang berwarna merah,

kuning, hijau, dianggap sebagai suatu isyarat dari luar angkasa. Beberapa

penderita skizofrenia berubah menjadi paranoid, mereka selalu merasa sedang di

amat-amati, diikuti atau hendak diserang. Kegagalan berpikir mengarah kepada

masalah dimana klien skizofrenia tidak mampu mengatur pikirannya. Kebanyakan

klien tidak mampu memahami hubungan antara kenyataan dan logika.

Ketidakmampuan dalam berpikir mengakibatkan ketidakmampuan mengendalikan

emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang penderita skizofrenia tertawa atau berbicara

sendiri dengan keras tanpa mempedulikan sekelilingnya. Semua itu membuat

penderita skizofrenia tidak bisa memahami siapa dirinya, tidak berpakaian, dan

tidak bisa mengerti apa itu manusia, juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir,

dimana dia berada dan sebagainya.


2. Gejala negatif
Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis yaitu kehilangan minat

dalam hidup yang membuat klien menjadi orang pemalas. Karena klien hanya

memiliki minat sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal lain selain tidur dan

makan. Perasaan yang tumpul membuat emosinya menjadi datar. Klien

skizofrenia tidak memiliki ekspresi yang baik dari raut muka maupun gerakan

tangannya, seakan-akan dia tidak memiliki emosi apapun. Mereka mungkin bisa

menerima perhatian dari orang lain tapi tidak bisa mengekspresikan perasaan

mereka. Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu

menjadi bagian dari hidup klien skizofrenia. Mereka tidak merasa memiliki

perilaku yang menyimpang, tidak bisa membina hubungan relasi dengan orang

lain. Depresi yang berkelanjutan akan membuat klien menarik diri dari

lingkungannya dan merasa aman bila sendirian. Dalam beberapa kasus skizofrenia
12

sering menyerang pada usia antara 15-30 tahun dan kebanyakan menyerang saat

usia 40 tahun ke atas.


3. Gejala kognitif ; yaitu permasalahan yang berhubungan dengan perhatian,

tipe-tipe ingatan tertentu dan fungsi yang memungkinkan kita untuk

merencanakan mengorganisasikan sesuatu.


2.8 Pemeriksaan penunjang
Kriteria diagnostik di Indonesia menurut PPDGJ-III yang menuliskan

bahwa walaupun tidak ada gejala-gejala patognomonik khusus, dalam praktek dan

manfaatnya membagi gejala-gejala tersebut ke dalam kelompok-kelompok

yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapat secara bersama-sama

yaitu:
1. Thought echo yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun

kualitas berbeda atau thought insertion or withdrawal yaitu isi pikiran yang

asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya

diambil keluar oleh sesuatu diluar dirinya (withdrawal) dan tought

broadcasting yaitu isi pikiran tersiar keluar sehingga orang lain

mengetahuinya.
2. Waham atau Delusinasi
a. Delusion of control yaitu waham tentang dirinya sendiri dikendalilkan

oleh suatu kekuatan tertentu.


b. Delusion of influen yaitu waham tentang dirinya sendiri dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar.


c. Delusion of passivity yaitu waham tentang gerakan tubuh, pikiran

maupun tindakan tak berdaya terhadap suatu kekuatan dari luar.


d. Delusion of perception yaitu pengalaman indrawi yang tidak wajar yang

bermakna sangat khas dan biasanya bersifat mistik atau mukjizat.


3. Halusinasi Auditorik
a. Suara halusinasi yang berkomentar terus menerus terhadap perilaku

pasien.
13

b. Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (dia antara

berbagai suara yang berbicara).


c. Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya dianggap tidak

wajar dan mustahil seperti waham bisa mengendalikan cuaca. Atau paling

sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas.
e. Halusinasi yang menetap dari setiap panca indera baik disertai waham

yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan

afektif yang jelas atau ide-ide berlebihan yang menetap atau terjadi setiap

hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus menerus.


f. Arus fikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolasi)

yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan tidak relevan atau

neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh, gelisah (excitement) sikap tubuh

tertentu (posturing) atau fleksibilitas serea, negattivisme, mutisme dan

stupor.
h. Gejala-gejala negative seperti apatis, bicara jarang serta respon emosional

yang menumpul atau tidak wajar biasanya mengakibatkan penarikan diri

dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social, tetapi bahwa semua

hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau neuroleptika. Adanya

gejala-gejala khas diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan

atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase non psikotik prodormal). Harus

ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi,

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat

sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara social.

2.9 Penatalaksanaan
14

Maramis (2009) menyatakan bahwa pengobatan pada pasien skizofrenia

haris dilakukan secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama

menimbulkan kemungkinan lebih besar penderita menuju ke kemunduran mental.


1. Farmakoterapi
Pengobatan antipsikotik, yang diperkenalkan awal 1950-an, telah merevolusi

penanganan skizofrenia. Kurang lebih dua sampai empat kali lipat pasien

mengalami relaps bila diobati dengan plasebo dibandingkan mereka yang diobati

dengan obat
antipsikotik. Namun obat-obat ini hanya menyembuhkan gejala, bukan

menyembuhkan skizofrenia (Sadock, et al., 2015). Obat-obat tersebut, antara lain :


a. Antagonis Reseptor Dopamin.

Obat ini terutama digunakan untuk gejala-gejala positif skizofrenia. Obat

ini memiliki persentase kecil untuk mengembalikan fungsi mental pasien

skizofrenia.obat ini juga memiliki efek samping mengganggu dan serius. Efek

samping yang paling sering mengganggu adalah akatisia dan gejala lir-

parkinsonian berupa rigiditas dan tremor.

b. Antagonis Serotonin-Dopamin (SDA).

Antagonis Serotonin-Dopamin (SDA) menimbulkan gejala

ekstrapiramidal yang minimal atau tidak ada, berinteraksi dengan subtipe reseptor

dopamin yang berbeda dibanding antipsikoti standar, dan mempengaruhi baik

reseptor glutamat maupun serotonin. Obat ini juga disebut obat antipsikotik

atipikal yang tampaknya efektif untuk pasien skizofrenia dalam kisaran yang

lebih luas dibanding agen antipsikotik antagonis reseptor dopamin yang tipikal.

Golongan ini setidaknya sama efektifnya dengan halpoperidol untuk gejala positif

skizofrenia, secara unik efektif untuk gejala negatif skizofrenia. Indikasi

pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia adalah untuk 2 tujuan yaitu:


15

mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan. Pemilihan obat lebih

banyak berdasarkan profil efek samping dan respons pasien pada pengobatan

sebelumnya. Beberapa kondisi khusus dalam pemberian farmakoterapi, misal

pada wanita hamil lebih dianjurkan haloperidol karena obat ini mempunyai data

keamanan yang paling baik. Pada pasien yang sensitif terhadap efek samping

ekstrapiramidal lebih baik diberi antipsikotikatipik, demikian pula pada pasien

yang menunjukkan gejala kongnitif atau gejala negatif yang menonjol. Untuk

pasien yang baru pertama kali mengalami episode skizofrenia, pemberian obat

harus diupayakan agar tidak terlalu memberikan efek samping.yang merugikan

pada pasien.

2. Psikoterapi dan Rehabilitasi

Studi mengenai efek psikoterapi individual dalam penangan skizofrenia

telah memberikan data bahwa terapi ini bermanfaat dan bersifat tambahan

terhadap efek terapi farmakologis (Sadock, et al., 2015). Psikoterapi dalam bentuk

psikoanalisis tidak membawa hasil yang diharapkan bahkan ada yang berpendapat

tidak boleh dilakukan pada penderita skizofrenia karena justru menambah isolasi

dan autisme. Yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif

individual atau kelompok, serta bimbingan praktis dengan maksud

mengembalikan penderita ke masyarakat (Maramis, 2009).

Teknik terapi perilaku kongitif belakangan dicoba pada penderita

skizofrenia dengan hasil yang menjanjikan. Terapi kerja sangat baik untuk

mendorong penderita bergaul dengan orang lain, penderita lain, perawat dan

dokter dengan tujuan agar pasien tidak lagi mengasingkan diri. Perlu juga

diperhatikan lingkungan penderita. Bila mungkin, diatur sedemikian rupa


16

sehingga ia tidak mengalami stres terlalu banyak. Lingkungan sekitar yang tidak

stabil serta hostilitas dan ikut campur emosional yang dialami pasien dari orang-

orang yang dekat dengannya akan membawa resiko tinggi untuk kambuh. Untuk

itu terapi keluarga dapat bermanfaat

2.10 Pengkajian keperawatan keluarga

Pengkajian keluarga menurut fredman

1. Data pengenalan keluarga

Skizofrenia dapat terjadi karena faktor genetic atau keturunan, jika seorang

anak dibesarkan dalam lingkungan dengan orangtua skizofrenia

kemungkinan anak dapat menderita skizofrenia.

Komposisi keluarga

Prefalensi kejadian atara laki-laki dan perempuan sama, Skizofrea dapat

terjadi pada seluruh usia dan tingkat pendidikan.

2. Tipe keluarga

anak dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7-16%;bila

kedua orangtua menderita skizofrenia 40-68% menderita skizofrenia.

3. Suku bangsa

Tidak dapat di pastikan apakah ras dapat menjadi penyebab skizofrenia.

4. Agama

Agama tidak mempengaruhi kejadian skizofrenia

5. Status sosial ekonomi

Status sosial tidak mempengaruhi kejadian skizofrenia

6. Aktivitas keluarga
17

Aktivitas keluarga tidak mempengaruhi kejadian skizofrenia

7. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a. Pada kasus keluarga dengan skizofrenia keluarga cenderung pada tahap

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

b. Riwayat kesehatan keluarga inti

anak dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7-

16%;bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40-68% menderita

skizofrenia.

2.11 Analisa data

Data Etiologi Problem

2.12 Skoring prioritas masalah

Halusinasi berhubungan dengan proses penyakit

Kriteria Skala Bobot (tidak Skoring Pembenaran


(melihat dapat di
nilai dari ubah)
kriteria
Sifat masalah
Aktual : 3 3
Resiko: 2
Kesejahteraan :1

Kemungkinan masalah
dapat di ubah 0
Mudah : 2
Sebagian 1
Tidak dapat :0
Potensial masalah
untuk di cegah 1
Tinggi : 3
Cukup rendah : 2
18

Rendah : 1
Meninjolnya masalah
Segera : 2 2
Tidak perlu segera : 1
Tidak di rasakan : 0

2.13 Diagnosa keperawatan keluarga


2.14 Perencanaan keperawatan keluarga

Вам также может понравиться

  • Prevalensi Hipertensi
    Prevalensi Hipertensi
    Документ8 страниц
    Prevalensi Hipertensi
    Sri Retnowati
    Оценок пока нет
  • Intervensi Gero Kom
    Intervensi Gero Kom
    Документ5 страниц
    Intervensi Gero Kom
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Halusinasi Pendengaran
    Halusinasi Pendengaran
    Документ9 страниц
    Halusinasi Pendengaran
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Intervensi
    Intervensi
    Документ11 страниц
    Intervensi
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Sak Difteri
    Sak Difteri
    Документ3 страницы
    Sak Difteri
    Anonymous f8ueWafm2s
    Оценок пока нет
  • Pre Op Fraktur Femur - Docx WOC
    Pre Op Fraktur Femur - Docx WOC
    Документ4 страницы
    Pre Op Fraktur Femur - Docx WOC
    rika budii
    Оценок пока нет
  • HP - Askep
    HP - Askep
    Документ8 страниц
    HP - Askep
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Pengkajian Data Kesehatan Pada Kelompok Lansia Di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya
    Pengkajian Data Kesehatan Pada Kelompok Lansia Di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya
    Документ7 страниц
    Pengkajian Data Kesehatan Pada Kelompok Lansia Di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Penatalaksanaan
    Penatalaksanaan
    Документ2 страницы
    Penatalaksanaan
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Pengkajian Pneumonia
    Pengkajian Pneumonia
    Документ6 страниц
    Pengkajian Pneumonia
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Intervensi Pneumonia
    Intervensi Pneumonia
    Документ4 страницы
    Intervensi Pneumonia
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Sinusitis Fix
    Sinusitis Fix
    Документ9 страниц
    Sinusitis Fix
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Pre Op Fraktur Femur - Docx WOC
    Pre Op Fraktur Femur - Docx WOC
    Документ3 страницы
    Pre Op Fraktur Femur - Docx WOC
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Intervensi Pneumonia
    Intervensi Pneumonia
    Документ10 страниц
    Intervensi Pneumonia
    rika budii
    Оценок пока нет
  • 0 - Asuhan Keperawatan Pada TN A
    0 - Asuhan Keperawatan Pada TN A
    Документ25 страниц
    0 - Asuhan Keperawatan Pada TN A
    rika budii
    Оценок пока нет
  • BAB 2 Kusta Revisi
    BAB 2 Kusta Revisi
    Документ19 страниц
    BAB 2 Kusta Revisi
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Bab 1
    Bab 1
    Документ24 страницы
    Bab 1
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Sap TBC Print
    Sap TBC Print
    Документ18 страниц
    Sap TBC Print
    Obed Putra
    Оценок пока нет
  • Bab 1
    Bab 1
    Документ24 страницы
    Bab 1
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Bab 2
    Bab 2
    Документ16 страниц
    Bab 2
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Kanker Mulut Kelompok 4
    Kanker Mulut Kelompok 4
    Документ32 страницы
    Kanker Mulut Kelompok 4
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Intervensi Keperawatan CA MULUT
    Intervensi Keperawatan CA MULUT
    Документ3 страницы
    Intervensi Keperawatan CA MULUT
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Askep Ca Lambung
    Askep Ca Lambung
    Документ14 страниц
    Askep Ca Lambung
    Rika O'oy
    Оценок пока нет
  • Bab 3 Intoksikasi
    Bab 3 Intoksikasi
    Документ4 страницы
    Bab 3 Intoksikasi
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Terapi Farmakologi
    Terapi Farmakologi
    Документ4 страницы
    Terapi Farmakologi
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Bab 2 Intoksikasi
    Bab 2 Intoksikasi
    Документ12 страниц
    Bab 2 Intoksikasi
    Ayukurnya Arwonk
    Оценок пока нет
  • Bab 4
    Bab 4
    Документ4 страницы
    Bab 4
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Proposal Sap (Puskesmas)
    Proposal Sap (Puskesmas)
    Документ7 страниц
    Proposal Sap (Puskesmas)
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Документ17 страниц
    Abs Trak
    rika budii
    Оценок пока нет
  • Bab 4
    Bab 4
    Документ6 страниц
    Bab 4
    rika budii
    Оценок пока нет