Вы находитесь на странице: 1из 1

Pengelolaan sekolah di satu sisi dapat menampilkan kondisi yang kontradiktif jika ditinjau

dari sudut pelestarian lingkungan. Hal ini terutama ditengarai dengan perilaku guru dan
murid sekolah yang tidak berwawasan lingkungan seperti pemakaian air bersih berlebihan,
membuang sampah di sembarang tempat, lingkungan sekolah yang gersang tanpa tumbuhan
dan sebagainya. Disisi lain sarana dan prasarana lingkungan binaan yang diharapkan dapat
mendukung fasilitas sekolah terkadang direncanakan dengan mengabaikan prinsip pelestarian
lingkungan hidup misalnya pembangunan lapangan sekolah yang masif sehingga mengurangi
luasan area resapan air. Polusi lingkungan terjadi pada sekolah terutama diakibatkan oleh
perilaku kebersihan lingkungan yang negatif seperti berbagai bentuk pengotoran/pembuangan
sampah sembarangan, vandalism terhadap obyek lingkungan binaan atau lingkungan alami,
adanya banalisme terhadap tumbuhan yang berpengaruh terhadap daur hidup tumbuhan
merupakan fakta yang terjadi pada setiap sarana dan prasarana sekolah.
Pengelolaan sekolah pada kondisi dan situasi tertentu ternyata disikapi oleh guru dan murid
dengan budaya yang “kurang sadar lingkungan” akibat tidak disertakannya mereka
berpartisipasi aktif terhadap pengelolaan sekolah, sikap cenderung masa-bodoh apatis dan
tidak mendukung terhadap keberadaan sekolah di daerahnya. Hal ini secara psikologis
menimbulkan perasaan kurang nyaman dan aman ketika siswa melaksanakan kegiatan belajar
mengajarsementara disisi lain Pemerintah melalui program Sekolah Adiwiyata yang
berwawasan lingkungan mengandalkan peranan murid dan seluruh pelaku kegiatan belajar
mengajar sebagai pelaku utama pencapaian Mutu Sekolah Adiwiyata tersebut.
Oleh sebab itu diadakan program Sekolah Adiwiyata yang diselenggarakan oleh BLHD
Banjarbaru guna menjalankan UU no. 05 tahub 2013. Dan mahasiswa dilibatkan dalam
penilaian dan verifikasi Sekolah Adiwiyata di Banjarbaru.

Вам также может понравиться