Вы находитесь на странице: 1из 6

I.

PENDAHULUAN

Selama perawatan di NCCU, klien sebagian besar mengalami

penurunan kesadaran dan gagal napas, begitu pula yang dialami Tn. S yang

mengalami penurunan kesadaran GCS E2M4Vt, respon klien membuka mata

apabila dirangsang nyeri dibagian dada, selama perawatan, kondisi mata

Tn.S selalu terbuka dan tidak berkedip, tidak saja Tn.S yang mengalami hal

demikian ada beberapa pasien yang mengalami hal yang sama dengan Tn.S,

selama perawatan di NCCU tidak ada intervensi yang dilakukan untuk

perawatan mata.

Kasus yang dialami Tn.S menjadi kekhawatiran terhadap berbagai

kelainan mata, pasien dalam perawatan intensif berisiko mengalami kondisi

ini, penggunaan sedative dan kelumpuhan otot orbocularis yang terlibat

dalam penutupan kelopak mata. Selain itu kurangnya berkedip gagal untuk

memperbaharui tear film menyebabkan ke potensi retensi mikro-organisme

dan terjadi penurunan produksi air mata hal ini yang dapat menyebabkan

ancaman serius pada mata diantaranya kornea yang terekspos menjadi

kering, keratitis terjadi jika mikro-organisme menempel pada permukaan

kornea yang rusak dan kornea defect yang menyakitkan berpotensi menjadi

buta bahkan kerusakan penglihatan permanen (Guler et al, 2011).

Seluruhnya perawat NCCU sudah mengetahui pentingnya perawatan

mata pada pasien-pasien yang mengalami penurunan kesadaran dan

intervensi yang dilakukan dengan menutup mata meggunakan

plester/hipaviks kemudian ditutup dengan kasa lembab baik dengan Nacl

1
0.9% atau air bersih, hal ini jarang dilakukan dengan alasan tertentu, hal ini

seiring dengan hasil penelitian Puspasari.S (2011) bahwa 54,8% perawat

intensif di RSUP dr Hasan Sadikin Bandung tidak mendukung dengan

pelaksanaan tindakan perawatan mata pada pasien koma. Berdasarkan hal

tersebut, penulis ingin mengetahui evidence terkini terkait pelaksanaan

perawatan mata.

II. ANALISIS JURNAL

Jurnal dengan judul Effectiveness of polyethylene covers versus

carbomer drops (Viscotears) to prevent dry eye syndrome in the critically

ill diakses melalui website EBSCOHOST dengan metode pencariaan

advanced search melalui jurnal medline dan cinahl dengan kata kunci : eye

care, cornea, dry eye syndrome, intensive care units, nursing, prevention.

Jurnal dipublikasikan tanggal 17 Agustus 2010 di Turki dengan sebagian

besar penulis berlatar belakang perawat.

Tujuan dilakukannya studi tentang perawatan mata pada pasien kritis

yang yang mengalami penurunan kesadaran terutama dengan kondisi mata

yang terbuka dan tidak ada reflex mengedip adalah untuk mengetahui

apakah pelaksanaan tindakan perawatan mata dengan menggunakan

pelembab dengan zalp mata dan tetes mata, penutup mata dengan kasa

lembab, penutup mata dengan plester dan apakah tatalaksananya sudah

sesuai dan tepat sasaran sehingga dapat diharapkan untuk mengurangi

timbulnya chemosis konjungtiva, sindroma mata kering dan kerusakan

kornea.

2
Dalam jurnal ini membandingkan keefektifan antara penutup

polietilena dengan obat tetes mata karbomer dilakukan dengan metode

prospektif acak pada 36 mata atau 18 pasien terdiri dari 5 perempuan dan 13

laki-laki dengan memiliki kriteria terpasang ventilasi mekanik, dan

penurunan kesadaran (Glascow Coma Score < 7) selama lebih 24 jam

dirawat di unit perawatan intensif. Salah satu mata pasien ditutup dengan

polietilen setiap 12 jam dan pada mata sebelahnya diberikan tetes mata

setiap 6 jam, kemudian semua mata diperiksa oleh dokter mata yang sama

setiap harinya untuk melihat adanya kelainan mata, implementasi penelitian

ini dilakukan selama 5 hari. Hasilnya obat tetes mata efektif dalam

pencegahan sindrom mata kering hanya 3 dari 18 pasien, sedangkan penutup

polietilen menunjukan efek yang lebih besar terhadap 18 dari 18 pasien, hal

ini menunjukan bahwa penutup polietilen secara signifikan efektif dalam

pencegahan sindrom mata kering di ruangan intensif.

Dalam jurnal ini, memberikan keyakinan positif bahwa penutup

polietilen mempunyai kelebihan lain dari perawatan mata lainnya

diantaranya penutup polietilen efektif dalam semua mata, tidak

mempengaruhi pada pasien pengguna ventilasi makanik, penggunaan sedasi

dan relaksan otot, kelembaban ruangan ICU, dirawat setiap 12 jam sekali,

polietilen mudah didapat dan polietilen adalah bahan plastic yang memiliki

ciri elastic/lentur, tidak tembus air, tidak berbau, transparan, tahan benturan,

daya tahan hingga 135 derajat celcius.

Selain hal diatas, dalam jurnal ini memberikan tatalaksana perawatan

mata sebelum dan sesudah dilakukan penutup polietile atau obat tetes mata,

3
mata terlebih dahulu dibersihkan dulu untuk menjamin keobjektifan hasil

penelitian tersebut, adapun perawatan mata yang dilakukan sesuai dengan

Developing Clinical Guidelines in Eye Care Intensive Care Units (Berry et

al,2009). Adapun langkah perawatan mata yaitu :

1. Pasang handscoen dan yakinkan area kerja bersih

2. Basahi dua lembar kasa dengan air steril/ Nacl 0,9%, pastikan kasa

jangan terlalu basah

3. Bersihkan kelopak mata dengan cara basuhkan kasa sekali dari inner

canthus eye kearah auter canthus eye, hati-hati untuk tidak tidak terlalu

menekan, hindari menyentuh kornea, ulangi menggunakan tambahan

kasa lembab sampai kelopak mata bersih

4. Keringkan mata dengan kasa steril

5. Ulangi prosedur yang sama pada mata yang sebelah

6. Cuci tangan sesudah melakukan tindakan pembersihan pada mata.

Setelah dilakukan tatalaksana diatas, dilanjutakan perawatan mata

yang efektif dengan tujuan untuk melindungi dan menjaga kelembaban

kornea.

III. PEMBAHASAN

Bila dibandingkan antara kasus yang diamati Tn.S dengan intisari

jurnal yang diperoleh, maka terlihat ada kesenjangan yang pada akhirnya

justru memperburuk kondisi mata klien.

Pertama adalah kurangnya perawatan mata dimana mata Tn S tampak

kotoran mata banyak pada mata dan sekitar mata dikedua mata klien yang

berarti kurangnya personal hygiene dan berisiko adanya mikroorganisme

4
baik bakteri, jamur, virus dan parasit yang dapat menimbulkan infeksi dan

peradangan.

Kedua adalah mata Tn.S dibiarkan terbuka, dimana kondisi mata Tn.S

terbuka terus/tampak melotot dan reflex mengedip tidak ada yang berarti

adanya ancaman sindrom mata kering dan keratitis. Hal ini tentunya akan

membuat keluhan serius pada mata dan berpotensi terjadinya kerusakan

penglihatan.

Dengan adanya tatalaksana dan keefektifan perawatan mata pada

pasien di unit perawatan intensif dari jurnal Guler, maka seharusnya, apabila

terjadi kondisi seperti yang dialami Tn.S dapat dilakukan sesuai prosedur

tindakan yang sudah diketahui dan dilaksanakan di NCCU, meskipun

penggunaan berbagai protocol perawatan mata telah dilakukan, belum ada

yang telah terbukti benar-benar efektif dan komplikasi mata terus menjadi

masalah yang signifikan pada pasien intensif, tetapi akan lebih baik lagi

apabila perawatan mata ini dilakukan sesuai evidence terkini yang

mempunyai kelebihan dari pelaksanaan tindakan perawatan mata lainnya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagai perawat, tindakan perawatan mata adalah salah satu tugas dan

tanggung jawab kita, namun seringkali masih sangat tergantung dengan

prilaku perawat dalam pelaksanaan perawatan mata di ruang perawatan

intensif dimana harus ada pengetahuan, pengalaman dan motivasi yang besar

tentunya akan sangat berperan dalam hal ini, sehingga pelaksanaan

perawatan mata pada pasien lebih optimal dan dapat membantu proses

pencegahan adanya kelainan sistem penglihatan.

5
Saran untuk perawat, diharapkan review journal dari Evidence Based

Practice ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan pengetahuan

tentang perawatan mata pada pasien koma secara rutin dan

berkesinambungan dan perlunya ada supervisi khusus tentang perawatan

mata pada pasien koma.

V. LAMPIRAN

Teks jurnal terkait

DAFTAR PUSTAKA

Guler et al. 2011. Effectiveness of polyethylene covers versus carbomer


drops (Viscotears) to prevent dry eye syndrome in the critically ill.
Journal of Clinical Nursing. University School of Nursing, Bornova,
Izmir 35100, Turki.

Puspasari. S. 2011. Hubungan faktor-faktor prilaku perawat dalam


pelaksanaan tindakan perawatan mata pada pasien koma di unit
perwatan intensif RSUP dr Hasan Sadikin Bandung. Universitas
Padjadjaran Bandung.

Вам также может понравиться