Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
MASALAH
a. Metode skoring
Metode skoring menggunakan beberapa kriteria pengukuran
sehingga disebut sebagai metode Multiple Criteria Utility
Assement. Langkah-langkah metode skoring :
1) Penetapan tujuan
Tujuan dalam metode skoring lebih dipusatkan pada sasaran
yang dapat diukur atau target. Sasaran dapat diukur dalam
satuan jumlah dan dalam satuan waktu tertentu (dalam satu
tahun).
2) Penetapan kriteria
Kriteria adalah refleksi atau penjabaran indikator yang
digunakan untuk mengukur adanya masalah. Masalah adalah
adanya kesenjangan antara kenyataan (hasil rencana) dengan
tujuan normative (rencana). Kriteria ini dianjurkan apabila data
atau informasi masalah bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Apabila data atau informasi sudah kuantitatif maka kriteria
tidak diperlukan dan langsung pada penghitungan menurut
besarnya masalah. Kriteria yang perlu dipertimbangkan
didalam penentuan prioritas dengan metode skoring, antara
lain:
a) Prevalensi masalah
Kriteria yang menunjukkan besarnya masalah. Besarnya
masalah dikaitkan dengan tingkat status kesehatan
masyarakat yaitu besarnya angka kesakitan (morbiditas),
angka kematian (mortalitas) dan angka kelumpuhan
(disabilitas) pada suatu saat tertentu. Prevalensi masalah
lebih ditekankan pada besarnya angka kesakitan di
masyarakat.
b) Kegawatan
Kegawatan atau emergency atau tingkat bahaya
menunjukkan adanya wabah, penyakit-penyakit yang
serius, penyakit yang menyerang golongan umur/seks
tertentu. Kegawatan diukur atas pengaruhnya terhadap
individu dan lingkungan yang umumnya dikaitkan dengan
mati hidupnya seseorang. Case Fatality Rate (CFR) adalah
indikator untuk emergency
c) Expanding scope
Kriteria ini mempertimbangkan adanya meluasnya atau
menyebarnya masalah di masa mendatang baik menurut
jumlah maupun tempat.
d) Perhatian masyarakat
Ditujukan pada pengetahuan, sikap dan keterlibatan emosi
masyarakat terhadap masalah dan urgensinya menurut
mereka untuk segera dipecahkan. Partisipasi masyarakat
dalam keterlibatan penyelesaian masalah adalah contoh
perhatian masyarakat yang positif.
e) Kelayakan administrasi
Kelayakan administrasi atau feasibilitas atau kemungkinan
suatu masalah layak atau dapat ditanggulangi/dipecahkan
ditentukan oleh pertimbangan beberapa faktor, antara lain:
(1) Adanya cara atau tekhnologi pemecahannya (technical
feasibility)
(2) Adanya sumber daya khususnya manusia yang bisa
menyelesaikan masalah (administrative feasibility)
(3) Adanya sumber pembiayaan untuk program (financial
feasibility)
(4) Externality adalah adanya manfaat program bagi
lingkungan atau program lain yang lebih besar
f) Pollitical will
Kriteria ini dikaitkan dengan sikap penguasa setempat
terhadap masalah yang dihadapi. Bila program
penanggulangan masalah tersebut akan mendapat dukungan
dari para pengambil keputusan, maka masalah yang dibahas
akan mendapat prioritas. Pollitical will dalam penentuan
prioritas sangat menentukan dan dominan. Karena itu
sebaiknya kriteria ini dihindarkan saja
3) Penetapan bobot kriteria atau skor nilai
Bobot menggambarkan derajat kepentingan kriteria. Umumnya
masing-masing kriteria pada metode skoring bobotnya sama.
Bila bobot kriteria dipertimbangkan, maka hasil akhir nilai
merupakan perkalian bobot x nilai.
4) Inventarisasi masalah atau alternative pemecahan
Inventarisasi masalah adalah daftar masalah yang telah di
identifikasi pada analisis situasi. Untuk menyusun prioritas
masalah maka buat matrik antara masalah dan kriteria yang
digunakan.
5) Penetapan skor (skoring)
Setiap masalah dalam kriteria yang ditetapkan harus ditentukan
nilai atau rating. Rating dapat dimulai dari 1 sampai 5. Rating
kriteria untuk suatu masalah :
5 artinya memberikan konstribusi sangat besar pada timbulnya
masalah
4 artinya memberikan konstribusi besar pada timbulnya
masalah
3 artinya memberikan konstribusi cukup pada timbulnya
masalah
2 artinya memberikan konstribusi kurang pada timbulnya
masalah
1 artinya tidak ada konstribusi pada timbulnya masalah
6) Matriks keputusan
Keputusan didasarkan pada nilai komposit atau pertalian atau
penjumlahan nilai kriteria. Nilai komposit terbesar diberi urutan
pertama. Demikian untuk selanjutnya.
7) Keputusan final (prioritas)
Keputusan final umumnya mengacu pada prioritas pemecahan
masalah, karena faktor tenaga, dana, tekhnologi merupakan
kriteria apakah bisa dilaksanakan program tersebut atau di
bawah kendali pemegang program.
b. Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah sebuah teknik
pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian
kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut
pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk
mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil
diskusi yang terpusat pada satu permasalahan tertentu. FGD juga
dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari
seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.
Didalam proses FGD, peneliti melibatkan berbagai pihak
yang dipandang dapat memberi sumbangan pemikiran terhadap
persoalan yang didiskusikan. Namun karena kapasitas merupakan
pertimbangan kualitas diskusi, maka peneliti juga harus
mempertimbangkan siapa saja yang akan menjadi peserta FGD,
siapa pula narasumber. Pertimbangan menentukan siapa saja yang
akan dalam FGD berkaitan dengan beberapa hal; (a) keahlian atau
kepakaran seseorang dalam kasus yang akan didiskusikan; (b)
pengalaman praktis dan kepedulian terhadap fokus masalah; (c)
” pribadi terlibat” dalam fokus masalah; (d) tokoh otoritas
terhadap kasus yang didiskusikan; (e) masyarakat awam yang
tidak tahu menahu dengan masalah tersebut namun ikut merasakan
persoalan sebenarnya.
Pelaksanaan diskusi dipimpin oleh seorang pemimpin diskusi
dan juga bisa dibantu oleh sekretaris yang akan mencatat jalannya
diskusi. Namun bisa saja pimpinan diskusi mencatat sendiri
jalannya diskusi. Pada awal diskusi pimpinan diskusi
mengarahkan fokus dan jalannya diskusi serta hal-hal yang akan
dicapai pada akhir diskusi. Peserta benar-benar dihadapkan
dengan satu fokus persoalan yang sedang dihadapi dan dibahas
bersama. Sasaran diskusi dapat dirumuskan sendiri oleh pimpinan
diskusi agar peserta melakukan diskusi secara terfokus. Dan pada
saat diskusi berlangsung, pimpinan diskusi selain menjadi
katalisator, ia selalu menjaga dinamika diskusi agar diskusi
berjalan dengan lancar.
Bahan diskusi dicatat dalam transkrip yang lengkap, semua
percakapan dicatat sebagaimana adanya, termasuk komentar
peserta kepada peserta lain, dan kejadian-kejadian khusus saat
diskusi. Transkrip FGD dibuat berdasarkan kronologis
pembicaraan agar memudahkan analisis (Bungin, 2005)
4. Menyusun rencana program
Langkah-langkah penyusunan rencana program:
a. Menetapkan program
Penetapan program (programming) adalah suatu upaya menetapkan
rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan, yang juga merupakan ciri
perencanaan. Tetapi penetapan program bukan perencanaan karena
rangkaian kegiatan yang disusun dapat dilakukan tidak dari tahap
awal (Azwar, 1996).
b. Menentukan tujuan program
Kriteria penentuan sebuah tujuan harus SMART yaitu, Spesific (jelas
sasarannya dan mudah dipahami oleh staf pelaksana), Measurable
(dapat diukur kemajuannya), Appropiate (sesuai dengan strategi
nasional, tujuan program dan visi/misi institusi dan sebagainya),
Realistic (dapat dilaksanakan sesuai dengan kapasitas organisasi yang
tersedia), Time bound (sumber daya dapat dialokasikan dan kegiatan
dapat direncanakan untuk mencapai tujuan program sesuai dengan
target waktu yang telah ditetapkan) (Muninjaya, 2004)
c. Menentukan sasaran (target group) program
Lazimnya pada setiap program kesehatan ditemukan adanya
kelompok sasaran (target group) yakni kepada siapa program
kesehatan tersebut ditujukan. Kelompok sasaran tersebut banyak
macamnya, jika disederhanakan dapat dibedakan atas dua macam:
1) Kelompok sasaran langsung, yaitu anggota masyarakat yang
memanfaatkan langsung program kesehatan.
2) Kelompok sasaran tidak langsung, yaitu kelompok sasaran antara.
Dalam program kesehatan, peranan kelompok sasaran antara
banyak ditemukan. (Azwar, 1996)
d. Menentukan rencana kegiatan program
Sebuah rencana kegiatan program yang baik harus dilengkapi dengan
berbagai informasi yakni 5W (what, who, why, where dan when)
dan 1H (how). Yaitu:
1) Why, merupakan alasan utama disusunnya program ini. Latar
belakang penyusunan rencana kegiatan adalah masalah utama
yang akan dipecahkan, dituangkan dalam bentuk tujuan yang
ingin dicapai, berisi penjelasan terhadap pertanyaan mengapa
kegiatan program penting dilaksanakan
2) What, merupakan tujuan program atau hasil yang ingin dicapai.
Dalam program harus jelas ada target yang dipakai. Target ini
dapat dipakai oleh manajer program untuk mengukur
keberhasilan program
3) Who, merupakan penanggung jawab dan staf yang akan
melaksanakan rencana kegiatan tersebut. Pada bagian ini perlu
ada penjelasan tentang jumlah dan jenis kualifikasi staf (jenis
ketrampilannya) yang perlu dimiliki oleh staf pelaksana
4) Where, merupakan penjelasan tentang tempat kegiatan program
dilaksanakan. Hal ini penting untuk dijelaskan transport, dana,
dan jenis komunikasi yang dibuttuhkan untuk mendukung
kegiatan program
5) When, merupakan penjelasan tentang kapan dimulai dan kapan
berakhirnya kegiatan program. Untuk kegiatan tahunan, fase
kegiatannya dibagi dalam bulan. Kegiatan bulanan dibagi ke
dalam fase mingguan atau harian
6) How, merupakan langkah-langkah praktis yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan program termasuk bagaimana mengatasi
berbagai hambatan dan kendala yang mungkin muncul selama
kegiatan berlangsung.
e. Menyusun rencana pelaksanaan program
Berisi kegiatan atau aktivitas, sarana, dana, tenaga yang dibutuhkan,
jadwal waktu, pembagian tugas, tanggung jawab para pelaksana
(Muninjaya, 2004)
f. Menetapkan kriteria evaluasi program
Ada 4 kriteria evaluasi yang dapat digunakan, yaitu:
1) Evaluasi masukan (input) yaitu evaluasi yang menyangkut
pemanfaatan berbagai sumber daya baik sumber dana, tenaga dan
sumber sarana.
2) Evaluasi proses lebih dititik beratkan pada pelaksanaan program,
apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak
3) Evaluasi keluaran (output) adalah evaluasi terhadap hasil yang
dicapai dari dilaksanakannya suatu program
4) Evaluasi dampak mencakup pengaruh yang ditimbulkan dari
dilaksanakannya suatu program (Azwar,1996).
2.6 Tahapan menentukan diagnosis
1. Identifikasi masalah
Dalam mengidentifikasikan permasalahan terkait PIS-PK yang ada di
masyarakat harus didasarkan pada data, fakta, informasi, baik secara
langsung (dengan data primer) maupun tidak langsung (menggunakan data
sekunder). Hal pertama kali yang dilakukan dalam mengidentifikasikan
masalah kesehatan di Pamulang adalah dengan mencari data sekunder di
Puskesmas Pamulang (berupa : profil PKM, Laporan bulanan PKM,
Laporan PKM terkait PIS-PK, Laporan tentang sepuluh besar penyakit).
Setelah data sekunder didapatkan. Kemudian dicocokkan dengan data
primer yang didapatkan dari wawancara terhadap Key person (Ketua RT,
RW, kader, bidan dan petugas puskesmas) guna meyakinkan bahwa
masalah tersebut sampai sekarang masih menjadi permasalahan di
masyarakat. Tujuan wawancara dengan Key person adalah untuk
melakukan konfirmasi mengenai banyaknya, kegawatannya, distribusinya
(orang, tempat, dan waktu) dan penyakit yang telah terdaftar pada data
sekunder.
2. Prioritas masalah
Data sekunder yang telah dicocokkan dengan wawancara Key person
(data primer) kemudian dianalisis kembali agar mendapatkan masalah
yang benar-benar dirasakan masyarakat, sehingga nantinya dapat diambil
suatu tindakan tepat.
Dari masalah kesehatan yang telah didiskusikan selanjutnya dipilih 3
besar masalah kesehatan yang banyak dirasakan masyarakat yang ada
didua Kecamatan Pamulang. Selanjutnya dari 3 masalah kesehatan
tersebut diprioritaskan lagi menjadi 1 masalah dengan mempertimbangkan
aspek-aspek kegawatan masalah, besarnya masalah, luasnya distribusi
penyakit, kecepatan penyebaran dan lain sebagainya dengan menggunakan
tabel MCUA.
Dalam menganalisis prioritas masalah kesehatan tersebut
digunakanlah metode Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA). Tata
cara penggunaan Matriks MCUA dalam penentuan prioritas masalah,
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menetapkan kriteria
Yang dimaksud dengan kriteria adalah sesuatu hal yang dianggap
sebagai akibat atau pengaruh yang sangat signifikan dan spesifik dari
suatu masalah terhadap masyarakat sehingga dapat membedakan
masalah. Kriteria yang digunakan antara lain kegawatan masalah,
besarnya masalah, trend (kecenderungan)
b. Melakukan pembobotan kriteria
Merupakan pemberian kisaran bobot (nilai) terhadap masing-masing
yang ada. Kriteria ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok.
Nilai (bobot) yang disepakati adalah untuk kegawatan masalah diberi
bobot 4, gawat diberi skor 3, cukup gawat diberi 2, dan kurang atau
tidak gawat 1. Kita berikan empat kecenderungan pemilihan angka
yang berada ditengah, misalnya kalau rangenya 1 sampai 3, orang
cenderung memilih angka 2 dibanding angka 1 atau angka 3.
c. Memberikan skor masing-masing kriteria terhadap masing-masing
masalah
Artinya estimasi berapa besarnya pengaruh masalah terhadap masing-
masing kriteria. Dalam pemberian skor setiap anggota kelompok
memberikan skor secara subjektif dan selanjutnya jumlah semua skor
dibagi banyaknya jumlah anggota dalam kelompok. Jika pengaruh
kriteria besar maka skornya juga diberikan besar, dan jika kriteria kecil
maka diberi skor kecil. Hasil skor yang telah dibagi dengan jumlah
anggota tiap bagian.
d. Mengalikan nilai skor dengan bobot
Masing-masing masalah yang dikalikan dengan bobot untuk tiap-tiap
kriteria kemudian dijumlahkan dengan hasil perkalian tersebut.
3. Kerangka akar faktor resiko
Masalah kesehatan terkait denga 12 indikator program PIS-PK telah
didapatkan yaitu kurangnya masyarakat yang mengikuti keluarga
berencana, namun faktor resiko dari kurang minatnya masyarakat dalam
keikutsertaan keluarga berencana tersebut belum dikertahui. Faktor-faktor
resiko dapat berdiri sendiri dalam mempengaruhi kejadian suatu masalah
kesehatan atau faktor tersebut saling tekait sehingga menimbulkan
permasa;ahan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan proses penelusuran
akar faktor resiko masalah dengan cara sistematis dan berdasarkan teori,
data atau fakta atau pikiran yang logis berdasarkan teori
4. Identifikasi faktor resiko masalah
5. Alternatif penyelesaian masalah
Untuk penanggulangan dan pencegahan masalah kesehatan terkait
program PIS-PK di Pamulang, maka perlu adanya alternatif penyelesaian
masalah kesehatan tersebut dengan mempertimbangkan kondisi yang ada
di masyarakat atau di lapangan. Disamping itu, dalam memberikan
alternatif penyelesaian masalah perlu melibatkan pihak lain yang terkait
seperti puskesmas, pemerintahan daerah maupun desa sesuai kebijakan,
relevansi program, ketersediaan sumber daya, yang kemudian untuk
diterapkan sehingga diharapkan penyelesaian masalah yang diberikan telah
memenuhi kebutuhan dari berbagai pihak. Metoda yang digunakan untuk
mengidentifikasi alternatif penyelesaian masalah adalah dengan cara
brainstroming. Selanjutnya dianaliasis menggunakan Multiple Criteria
Utility Assessment (MCUA).
Penggunaan metode Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA)
adalah berupa sebuah tabel yang berisi (pada beris atau horizontal) bersisi
kriteria dan jumlah total untuk memprioritaskan masalah kesehatan
berdasarkan tiga prioritas yang telah didapat, sedangkan kolom atau
vertikal berisi nilai, bobot, jenis penyakit serta kolom dikalikan bobot.
Keputusan mendapatkan prioritas utama permasalahan terkait dengan 12
indikator program PIS-PK dengan melihat hasil total penjumlahan (SxB)
yang paling banyak.
2.7 Keluarga berencana
Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan
kemandulan dan penjarangan kehamilan, atau salah satu usaha untuk
membantu keluarga termasuk individu merencanakan kehidupan berkeluarga
dengan baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas.
Keluarga berencana merupakan program yang telah lama ada di
Indonesia serta merupakan salah satu indikator dari PIS-PK. Program KB
difokuskan untuk mereka para pasangan suami istri yang masih dalam usia
subur. Sebelumnya pelayanan KB merupakan salah satu target yang harus
dicapai dalam tujuan MDGs.
Manfaat keluarga berencana :
1. Perbaikan kesehatan badan ibu
2. Adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak, beristirahat, dan
menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan-kegiatan lain
3. Perkembangan fisik, mental dan social anak lebih sempurna
4. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik
Manfaat kontrasepsi :
1. Efektivitas tinggi
2. Tidak mengganggu senggama
3. Tidak ada efek samping secara sistemik
4. Tidak perlu obat atau alat
5. Tanpa biaya
Cara pemakaian :
1. Bayi disusui menurut kebutuhan bayi (ngeksel).
2. Biarkan bayi menghisap sampai melepaskan sendiri hisapannya.
3. Susui bayi anda juga pada malam hari, karena menyusu pada waktu
malam membantu mempertahankan kecukupan kebutuhan ASI.
4. Bayi terus disusukan walau ibu atau bayi sedang sakit.
5. Ketika mendapat haid pertanda ibu sudah subur kembali dan harus segera
mulai metode KB lainnya.
Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid. Setiap saat selama
siklus haid, asal bunda yakin tidak hamil. Ada bunda yang tidak haid atau
haid tidak teratur, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal Bunda
tidak hamil tetapi selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual terlebih dahulu. Bila ingin mengganti kontrasepsi dari
kontraspesi hormonal lain atau kontrasepsi nonhormonal maka suntikan
progestin dapat dilakukan saat haid atau dapat segera diberikan kapan saja
diluar haid asalkan yakin tidak hamil. Tetapi bila penyuntikan dilakukan
setelah hari ke-7 haid, maka dianjukan tidak melakukan hubungan seksual
selama 7 hari setelah suntikan.
Suntikan progestin diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik di
daerah bokong. Setelah penyuntikan, bunda akan dibantu oleh dokter atau
bidan untuk menentukan tanggal kunjungan ulang. Usahakan untuk tidak
terlambat melakukan kunjungan ulang, karena akan beresiko terjadi
penurunan efektifitas suntikan progestin sehingga ibu kemungkinan dapat
mengalami kehamilan.
Cara pemakaian suntik progestin:
a. Setiap saat selama siklus haid, asal tidak sedang hamil
b. Mulai hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid
c. Selama 7 hari setelah suntikan pertama tidak boleh melakukan
hubungan seksual
d. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik IM dalam didaerah pantat. suntikan diberikan setiap 90 hari
3. Implant
Implant atau disebut dengan susuk adalah suatu alat kontrasepsi
bawah kulit yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam
kapsul silastik silicon ( polydimethyl siloxane ) yang berisi hormon
golongan progesteron yang dimasukkan dibawah kulit lengan kiri atas
bagian dalam yang berfungsi untuk mencegah kehamilan hingga jangka
waktu 5 tahun dan adapula yang jangka waktu 3 tahun.
Cara kerja dari implant:
a. Lendir serviks menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
c. Mengurangi transportasi sperma
d. Menekan ovulasi