Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Anatomi
Kelenjar tiroid merupakan organ yang berbentuk seperti kupu – kupu yang
terletak di anterior dari trakea pada cincin trakea kedua sampai ketiga. Kelenjar ini
terdiri dari dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus pada bagian tengahnya.
Setiap lobus berukuran panjang sekitar 3 – 4 cm, lebar 2 cm, dan tebalnya hanya
beberapa milimeter Pada beberapa individu juga terdapat lobus ketiga, yaitu lobus
piramidalis yang berlokasi di tengah, superior dari isthmus. Berat kelenjar tiroid
sehat hanya sekitar 25 gram dan tidak teraba dari luar.3
5
Terdapat otot – otot infrahyoid (strap muscles) bilateral pada bagian anterior dari
kelenjar tiroid. Otot – otot tersebut adalah muskulus sternohyoid, sternothyroid,
omohyoid, dan thyrohyoid. Pada bagian lateral kelenjar tiroid, terdapat arteri
karotis dan muskulus sternokleidomastoideus. Kelenjar tiroid terbungkus oleh
lapisan fascia yang berasal dari fascia servikalis profunda. Kapsul tiroid terbentuk
dari lapisan fibrosa padat yang membentuk septa sehingga menghasilkan
pseudolobules.8
Vaskularisasi tiroid disuplai oleh arteri tiroidalis superior bilateral, yang
berasal dari arteri karotis eksterna, dan arteri tiroidalis inferior bilateral yang
berasal dari trunkus tiroservikalis dari arteri subklavia. Arteri tiroidalis superior
bercabang ke bagian anterior dan posterior pada bagian apikal lobus tiroid. Arteri
tiroidalis inferior berjalan di bagian posterior dari arteri karotis kemudian menuju
ke kelenjar tiroid bagian tengah lobus ipsilateral. Pada beberapa kasus yang
jarang, terdapat arteri tiroidalis ima, yang berasal langsung dari aorta dan
memasuki isthmus.3,8
6
Gambar 2.3 Vaskularisasi (A) dan Struktur di Sekitar Kelenjar Tiroid (B)
Sumber: Schwartz S, Brunicardi F. Schwartz’s Principles of Surgery. 10th Ed.
New York: McGraw-Hill Medical.2015.Hlm:1523
Kelenjar paratiroid berada pada bagian posterior dari lobus lateral kelenjar
tiroid, dan nampak sebagai beberapa massa kecil yang berbentuk bulat. Umumnya
terdapat satu kelenjar paratiroid superior dan satu inferior pada setiap sisi,
sehingga keseluruhan terdapat empat kelenjar paratiroid pada sisi kanan dan kiri.
Kelenjar paratiroid mensekresikan hormon paratiroid (PTH) yang diproduksi oleh
chief cell atau principal cell. Terdapat pula jenis sel lain dalam kelenjar paratiroid,
yaitu oxyphil cell, namun fungsinya belum diketahui secara jelas.9
9
2.1.3. Histologi
Parenkim tiroid yang terdiri atas jutaan struktur epitel bulat yang disebut
dengan folikel tiroid. Setiap folikel terdiri atas selapis epitel dengan lumen sentral
yang terisi dengan suatu substansi gelatinosa yang disebut koloid. Tiroid adalah
satu – satunya kelenjar endokrin dengan sejumlah besar simpanan produk
sekretoris. Selain itu, akumulasi tersebut berada di luar sel, yaitu di koloid.
Terdapat sejumlah hormon di folikel untuk menyuplai tubuh selama tiga bulan
tanpa sintesis tambahan. Koloid tiroid mengandung glikoprotein besar, yakni
tiroglobulin, prekusor untuk hormone tiroid aktif.10
Kelenjar tiroid dilapisi oleh suatu kapsula fibrosa dan dari kapsula tersebut
terjulur ke dalam parenkim, dan membaginya menjadi lobules dan membawa
pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfatik. Folikel terkemas rapat, yang
terpisah satu sama lain hanya oleh jaringan ikat retikular. Stroma ini sangat
tervaskularisasi dengan jalinan kapiler ekstensif yang mengelilingi folikel, yang
mempermudah transfer molekul antara sel folikel dan darah.10
10
2.1.4. Fisiologi
2.1.4.1.Kebutuhan Yodium
Untuk membentuk hormone metabolik tiroid, yaitu tiroksin /
tetraiodotoronin (T4) dan triiodotironin (T3) dalam jumlah normal, setiap tahunnya
dibtuhkan kira – kira 50 mg yodium (iodine) yang dikonsumsi atau ditelan dalam
bentuk iodida (I-), atau kira – kira 1 mg per minggu. Agar tidak terjadi defisiensi
yodium, garam dapur yang umum dipakai diiodisasi dengan kira – kira 1 bagian
natrium iodide untuk setiap 100.000 bagian natrium klorida.11
11
Idodida yang dikonsumsi per oral akan diabsorbsi dari saluran cerna ke
dalam darah dengan pola yang kira – kira mirip dengan klorida. Biasanya,
sebagian iodida tersebut dengan cepat dikeluarkan oleh ginjal, namun hal itu
setelah kira – kira 20% iodida tersebut dipindahkan dari sirkulasi darah menuju
kelenjar tiroid secara selektif dan dipergunakan untuk sintesis hormon tiroid.9
2.1.4.5.Kalsitonin
Hormon yang diproduksi oleh sel parafolikel ada kalsitonin. Kalsitonin
dapat menurunkan kadar kalsium di dalam darah. Saat kalsium tinggi di dalam
darah, maka kalsitonin menurunkan kadar kalsium dan fosfat dengan cara
16
menginhibisi resorpsi oleh osteoklas dan mempercepat uptake kalsium dan fosfat
ke dalam matriks ekstrasel tulang.9
2.2.3.2.Kanker Tiroid
Pembesaran kelenjar tiroid atau goiter tidak selalu merujuk pada suatu
keganasan, sebab bisa juga disebabkan oleh lesi jinak (benign) atau pun akibat
dari suatu lesi jinak, penyakit tiroid primer, tingginya kadar hormon dalam darah
yang menyebabkan peningkatan stimulasi kelenjar tiroid, autoantibodi, atau pun
faktor lain. Pada tumor jinak tiroid, juga terdapat mutasi gen yang menyebabkan
terjadi proliferasi sel yang berlebihan, yaitu mutasi genetik pada gen yang
mengkode thyroid stimulating hormone receptor (TSHR) atau pada GNAS1 yang
mengkode subunit GSα pada guanine-nucleotide binding proteins (G-proteins)
yang berikatan dengan TSHR. Kedua mekanisme tersebut dapat mengaktivasi
kaskade cyclase – cyclic – AMP (C-AMP), sehingga meregulasi pertumbuhan sel
folikel. Gen yang diketahui mengalami mutasi pada tumor jinak tiroid adalah rat
sarcoma oncogene (RAS; suatu molekul transduksi sinyal intrasel), serta
translokasi kromosomal yang menyababkan fusi antara gen paired box gene 8
(PAX8; transcription factor) dengan peroxisome proliferator activated receptor- γ
(PPAR- γ; transcription factor) .14,15
Kanker tiroid diklasifikasikan menjadi empat kelompok utama, yaitu
papillary thyroid cancer (PTC), follicular thyroid cancer (FTC), medullary
thyroid cancer (MTC), serta anaplastic thyroid cancer / undifferentiated (ATC).
Klasifikasi tersebut dibuat berdasarkan jenis sel ganasnya, dimana terjadinya
22
Peristiwa genetik yang terjadi pada PTC antara lain perubahan atau
rearrangement dari protoonkogen RET dan tyrosine receptor kinase (TRK),
mutasi B-type Raf kinase (BRAF; efektor sinya intrasel), dan RAS:15,16
Rearrangement pada RET paling umum menghasilkan onkogen
RET/PTC1 dan RET/PTC3 Hal tersebut terjadi melalui inversi
kromosom 10 pada RET, kemudian terjadi fusi antara RET dengan
gen histone H4 atau gen nuclear receptor coactivator 4( NCOA4).
Kejadian ini paling sering diinduksi oleh paparan radiasi.
Mutasi pada BRAF melibatkan inversi pada kromosom 7q yang
mengakibatkan fusi antara BRAF dengan gen A-kinase anchor
protein (AKAP9), dimana fusi tersebut meningkatkan aktivitas
23
Tabel 2.1 Onkogen, Tumor Supressor Gene, dan Perubahan Genetik Lain
yang Terlibat dalam Tumorigenesis Tiroid
2.2.4. Klasifikasi
Terdapat beberapa klasifikasi utama kanker tiroid, antara lain:
1. Papillary thryroid cancer (PTC)
Tipe ini merupakan golongan terbesar dari karsinoma tiroid (hampir
80%). Umumnnya tumbuh lambat, biasanya terdapat pada usia
dibawah 40 tahun dan jarang ditemukan pada anak – anak. Termasuk
golongan yang terdiferensiasi baik, multisentris (85%) dan memiliki
berbagai varian yang dapat menentukan prognosis, yaitu:
i. Papiler biasa (65% – 68%)
ii. Varian folikuler (15% - 20%)
iii. Tall cell (5% - 10%) mempunyai prognosis paling buruk
dan cenderung untuk rekuren serta metastasis jauh
iv. Diffuse sclerrosing (1% - 3%)
v. Solid (1% - 3%)
vi. Kolumnar (<1%)
26
2.2.5. Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis pada nodul tiroid diperlukan:3
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
4. Pemeriksaan computed tomography scan (CT–scan) tiroid
5. Pemeriksaan fine needle aspiration bipsy (FNAB)
6. Pemeriksaan potong beku (frozen section) dan imprint
7. Pemeriksaan histopatologi dari plok paraffin
2.2.5.2.Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan fungsi kelenjar tiroid dapat digunakan untuk membedakan
keadaan hipertiroid atau hipotiroid. Pemeriksaan laboratorium untuk membantu
diagnosis kanker tiroid, umumnya tidak ada, kecuali untuk karsinoma tiroid jenis
meduler. Pada MTC, pemeriksaan kadar kalsitonin penting baik untuk diagnostik
maupun pemantauan setelah terapi. Kadar serum T3, T4, dan TSH umumnya
normal pada kanker tiroid. Untuk skrining pada pasien tanpa gejala hipertiroid
atau hipotiroid, pemeriksaannya cukup free T4 dan TSHs saja.3
31
2.2.5.3.Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dapat mendeteksi nodul 2-3 mm, membedakan nodul
solid atau kistik, menentukan jumlah dan letak nodul, pembesarakan kelenjar
getah bening, perngarah bipsi, dan menilai respons terhadap terapi supresi. Oldhof
menganjurkan pemeriksaan awal, bila hasil USG kista murni dilakukan aspirasi
(FNAB) dan pemeriksaan sitology, bila hasil USG solid maka dilakukan CT-scan.
Menurut Worrisome, gambaran USG dari nodul tiroid yang menunjukkan
keganasan meliputi: vaskularisasi, intranodul, halo perifer inkomplet,
hipoekogenisiti yang jelas, mikrokalsifikasi sentral, batas ireguler, adenopati
servikal.3
2.2.5.5.FNAB
FNAB merupakan pemeriksaan yang aman, murah, dan cepat untuk
evaluasi nodul tiroid. Aschaft dan van herle menemukan false negative pada
FNAB sebesar 2,5% dan false positive sebesar 3%. Akurasi FNAB dapat
32
ditingkatkan bila diarahkan dengan USG dan ahli patologi berpengalaman. Hasil
yang dilaporkan dari FNAB melalui pemeriksaan sitologi bias berupa: positif
ganas, atipik mencurigakan keganasan, atipik condong neoplasma jinak, lesi jinak,
dan tidak representatif.3
2.2.5.7.Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan definitif atau gold standar. Gambaran
histopatologi karakteristik untuk karsinoma papiler adalah ditemukannya struktur
papiler dari sel – sel ganas yang uniform baik ukuran maupun intinya. Kadang –
kadang tipe ini disertai adanya folikuler atau badan psamoma di tengah – tengah
struktur yang papiler.3
Diagnosis karsinoma papiler varian folikuler pada sediaan parafin
ditentukan berdasarkan adanya perubahan di dalam inti sel, yaitu inti sel menjadi
besar dan jernih menyerupai dasar gelas (ground glass nuclear) atau adanya inti
beralur (nuclear group). Invasi kapsular dan infiltrasi vascular merupakan dasar
untuk kriteria karsinoma folikuler tiroid. Disamping itu, karsinoma folikular
mempunyai folikel yang teratur, bulat, kecil, dan sering membentuk suatu susunan
yang menempel satu dengan lainnya (back to back).3
2.2.5.8.Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan sebagai berikut:3
1. Foto toraks PA untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis jauh ke
paru, pleura, dan mediastinum, atau pun bila ada struma
retrosternal.
2. Foto polos servikal AP dan lateral dengan metode soft tissue
technique dengan posisi leher hiperekstensi dilakukan bila tumornya
besar untuk melihat ada tidaknya mikrokalsifikasi dan patensi
trakea.
3. Bone scan tidak rutin dikerjakan, dilakukan bila ada tanda – tanda
metastasis.
4. Esofagogram dilakukan bila klinis didapati tanda – tanda infiltrasi
esofagus.
34
2.2.5.9.Stadium
2.2.6 Penatalaksanaan
Pilihan pengobatan untuk kanker tiroid dapat berupa operasi, terapi iodium
radioaktif, dan terapi target molekular dengan tyrosine kinase inhibitor (TKIs).
Pilihan pengobatan bervariasi tergantung pada jenis dan stadium kanker. Dibawah
ini merupakan tabel rekomendasi tatalaksana kasinoma tiroid dari National
Cancer Institute (NCI)20
2.2.6.1.Pembedahan
Pilihan terapi pembedahan pada kanker tiroid dapat berupa
hemitiroidektomi, dengan atau tanpa isthmusectomy; near-total thyroidectomy
(meninggalkan <1 gram jaringan tiroid yang berdekatan dengan nervus laringeus
rekuren) dan total tiroidektomi (mengangkat seluruh jaringan tiroid). Secara
keseluruhan, near-total thyroidectomy atau total tiroidektomi direkomendasikan
untuk kanker tiroid dengan ukuran tumor primer ≥1 cm sampai 2 cm. Lobektomi
subtotal atau lobektomi unilateral saat ini tidak lagi digunakan sebagai pilihan
terapi pada kanker tiroid, sebagai gantinya saat ini diseksi ektraskapular lebih
direkomendasikan.20
Tiroidektomi juga direkomendasikan karena sekitar 5-10% kekambuhan
kanker tiroid ditemukan pada lobus kontralateral. Perkembangan teknologi terbaru
dalam perangkat yang digunakan untuk total tiroidektomi telah meningkatkan
keamanan prosedur dan keberhasilan pengangkatan jaringan pada pasien dengan
keganasan.20
Berikut indikasi operasi pada nodul tiroid menurut MD.Anderson Cancer Center:3
Hasil FNAB : curiga ganas atau lesi folikuler
Massa di tiroid disertai paralisis pita suara, metastasis kgb, invasi jaringan
regional atau fiksasi jaringan sekitarnya
Nodul tiroid pada pasien usia < 20 tahun atau > 60 tahun dengan
ditemukan sel atipik pada FNAB
Nodul tiroid dengan riwayat paparan radiasi pada leher
38
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi tiroidektomi, yaitu:3
1. Perdarahan
Perdarahan pasca operasi merupakan komplikasi operasi tiroid
yang paling serius. Insiden perdarahan pasca operasi 0.3 % - 1 %.
Perdarahan dapat terjadi segera (immediate) atau belakangan (delayed).
Immediate bleeding umumnya terjadi selama periode pasca anastetik yaitu
saat endotracheal tube dicabut. Pasien mungkin batuk atau muntah yang
mengakibatkan peningkatan tekanan vena yang mengakibatkan ligasi vena
terlepas. Delayed bleeding terjadi 2- 3 hari pasca operasi, umumnya
diakibatkan oleh pecahnya vena-vena kecil. Perdarahan yang semakin
memberat atau mengancam jalan napas diterapi dengan membuka luka
operasi, evakuasi hematom dan kontrol perdarahan.
2. Obstruksi Jalan Napas
Obstruksi dapat terjadi karena perdarahan, edema laring dan
paralisis dari pita suara (vocal cord). Biasanya diakibatkan oleh intubasi
yang tidak tepat dan dapat diterapi dengan trakeostomi.
3. Cedera Nervus Laringeus
Cedera nervus laringeus superior mempengaruhi ketegangan pita
suara (vocal cord) yang mengakibatkan fatigued voice, perubahan timbre
suara sehingga pasien kesulitan bernyanyi atau berbicara lama. Paralisis
nervus laringeus superior bilateral dapat mengakibatkan suara lemah, berat
41
2.2.8. Prognosis
Karsinoma tiroid berdasarkan gambaran histopatologinya dibagi menjadi
karsinoma tipe papiler, folikuler, meduler, dan anaplastik. Angka kejadiannya
bervariasi, yakni: tipe papiler 60-80%, tipe folikuler 10-27,5%, tipe medular 3-
10%, dan tipe anaplastik 3-8%. Dari segi agresifitas, karsinoma tipe anaplastik
memiliki prognosis paling buruk, dimana angka kematiannya hampir 100%,
disusul oleh tipe meduler dengan angka harapan hidup dalam 10 tahun sebesar
65%.22
Karsinoma papiler dan folikuler dikenal sebagai differentiated thyroid
cancer (DTC) ,merupakan mayoritas dari karsinoma tiroid. Prognosis DTC
umumnya baik, tapi pada proporsi tertentu mengalami rekurensi dan bahkan
meninggal karena penyakit ini. Usia saat diagnosis ditegakan, jenis kelamin, tipe
histologi, ukuran tumor dan invasi ekstra tiroid berubungan erat dengan hasil
klinis terapi, sementara pengaruh prognosis dari metastasis kgb regional masih
kontroversi. Adanya metastasis jauh saat diagnosis merupakan faktor prognosis
yang buruk.3
Kewajiban ahli bedah untuk mengerti, mengenal, dan melakukan terapi
yang optimal terhadap karsinoma tiroid yang sangat bervariasi prognosisnya.
Kanker tiroid berasal dari sel monoklonal, yang dalam pertumbuhannya akan
menbentuk jaringan tumor yang heterogen (poli seluler), artinya tidak semua sel
44
kanker (tiroid) memiliki sifat, kemampuan yang berbeda-beda, dan juga berbeda
dalam ketergantungan pada hormon TSH.22
Beberapa scoring atau staging telah digunakan untuk membedahan low
risk atau high risk dari rekurensi DTC. Klasifikasi staging yang sering dipakai
adalah AMES, MACIS, EORTC dan UICC-TNM. Faktor prognosis ini digunakan
untuk memberikan prediksi akurat dari hasil terapi dalam jangka panjang.3
45
Tabel 2.5 Prognostic Scoring System for AGES, AMES, and MACIS
Sumber: Suyatno, Pasaribu ET. Bedah Onkologi: Diagnosis dan Terapi. Edisi Ke-
2. Jakarta: Sagung Seto. 2014. Hlm:35
EORTC : European Organization for Research on Treatment of Cancer; AGES:
patient age, histologic grade of the tumor, tumor extent (extrathyroidal invasion or
distant metastases), and size of the primary tumor; AMES : patient age, presence
of distant metastases, extent and size of the primary tumor; MACIS: metastasis,
patient age, completeness of resection, local invasion, and tumor size.
46
Sumber: Sumber: Suyatno, Pasaribu ET. Bedah Onkologi: Diagnosis dan Terapi.
Edisi Ke-2. Jakarta: Sagung Seto. 2014. Hlm:36
Tabel 2.7. Stage Specific Relative Survival for Thyroid Cancer AJCC 7
Stadium I II III IV
Pappilary
1-Year 99,9 100 97,7 77,6
5-Year 99,8 100 93,3 50,7
Follicular
1-Year 99,7 99,6 91,1 78,5
5-Year 99 99,7 71,1 50,4
Medullary
1-Year 100 100 96 64,3
5-Year 100 97,9 811 27,7
Anaplastic
1-Year n/a n/a n/a 18
5-Year n/a n/a n/a 6,9
Sumber: Sumber: Suyatno, Pasaribu ET. Bedah Onkologi: Diagnosis dan Terapi.
Edisi Ke-2. Jakarta: Sagung Seto. 2014. Hlm:37
Pada rerata survival pada barbagai kanker tiroid, walaupun hampir sama
dengan stadium 1, rerata survival FTC sedikit lebih buruk disbanding PTC
dikarenakan potensi penyebaran hematogen. Karsinoma anaplastik memiliki
rerata survival 1 tahun 17% dan 5 tahun adalah 6%. Secara umum prognosis
kanker tiroid adalah baik dengan rerata survival 85-90% untuk kebanyakan
stadium.3