Вы находитесь на странице: 1из 75

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

PERCOBAAN I
KARBOHIDRAT

Disusun Oleh :
Rina Febrina 1530221003

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


SUKABUMI PROGRAM STUDI KIMIA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karbohidrat memegang peranan penting dalam tubuh karena merupakan sumber energi
utama. Selain itu Karbohidrat juga bertindak sebagai bahan bakar, dan zat antara
metabolisme. Karbohidrat ada dalam berbagai bahan pangan : bebijian, kentang, daging
tanpa lemak, ikan dan bahkan bayam. Karbohidrat yang berlebihan dalam makanan
berubah menjadi lemak dan disimpan.
Sebagian besar karbohidrat diperoleh dari makanan akan tetapi terkadang kita tidak
mengetahui bahwa karbohidrat jenis apa yang kita makan dan bagaimana sifat-sifat serta
fungsi dari karbohidrat tersebut. Berbagai uji telah dikembangkan untuk analisis baik
kualitatif maupun kuantitatif terhadap keberadaan karbohidrat. Mulai dari yang
membedakan karbohidrat dari senyawa lain sampai yang mampu membedakan jenis-jenis
karbohidrat secara spesifik.
Oleh karena itu Pada percobaan ini dilakukan analisa kualitatif terhadap suatu analit
yang mengandung karbohidrat dengan uji molisch, reaksi glukosa dengan pereaksi fehling,
benedict, tollens, basa kuat, dengan reaksi sukrosa, laktosa, reaksi pati dan reaksi pati yang
dihidrolisis.
1.2 Tujuan
1. Mengenal beberapa karbohidrat yang lazim dan sifat fisisnya.
2. Mempelajari perbedaan penting sifat fisis dan kimia dari monosakarida, disakarida
dan polisakarida.
3. Menghubungkan reaksi karbohidrat dengan kimiawi dasar dari gugus fungsinya.
4. Mempelajari beberapa reaksi karbohidrat yang penting dalam metabolisme.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau
senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat
mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus
hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang
mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak
terhidrasi oleh n molekul air. Namun, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki
rumus demikian struktur pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula
sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa.
Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang
terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut
polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida,
terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian
beberapa monosakarida).

2.2 Jenis – Jenis karbohidrat


Zat Karbohidrat merupakan sumber struktur utama bagi tubuh. Jika
kebutuhan akan karbohidrat tidak terpenuhi, maka fungsi karbohidrat akan diambil
alih oleh protein yang menyebabkan kinerja protein menjadi kurang optimal.
Karbohidrat tersedia dalam jumlah yang melimpah di muka bumi. Zat karbohidrat
merupakan nutrisi yang penting bagi tubuh. Dewasa ini banyak orang yang
menghindari makan yang mengandung karbohidrat demi struktur kesehatan. Tentu
saja karena tidak semua jenis karbohidrat baik dikonsumsi apalagi dalam jumlah
yang berlebihan. Berdasarkan panjang rantai karbonnya, karbohidrat dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu :

1.) Monosakarida
Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana karena molekulnya
hanya terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis
menjadi karbohidrat yang lain. Monosakarida di klasifikasikan menjadi 6 jenis,
yaitu: Diosa (C2H4O2), Triosa (C3H6O3), Tetrosa (C4H8O4), Pentosa
(C5H10O5), Heksosa (C6H12O6), dan Heptosa (C7H14O7) . Namun sebagian
besar monosakarida yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah dari
kelompok Heksosa dan Pentosa.
 Glukosa

Glukosa adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber
tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis
dan awal bagi respirasi. Glukosa merupakan komponen utama gula darah, menyusun
0,065- 0,11% darah kita. Glukosa dapat terbentuk dari hidrolisis pati, glikogen, dan
struktur. Glukosa sangat penting bagi kita karena sel tubuh kita menggunakannya langsung
untuk menghasilkan 4truct. Glukosa dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut seperti
pereaksi Tollens sehingga sering disebut sebagai gula pereduksi.
Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa, monosakarida yang
mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus –
CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut ―cincin
piranosa‖, bentuk paling stabil untuk struktur berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap
karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan struktur kecuali atom kelimanya, yang
terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur
cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya
0.0026% pada pH 7.

 Galaktosa

Galaktosa merupakan suatu aldoheksosa. Monosakarida ini jarang terdapat bebas di


alam. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat
dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis jika dibandingkan dengan glukosa
dan kurang larut dalam air. Seperti halnya glukosa, galaktosa juga merupakan gula
pereduksi. Glukosa dan galaktosa bereaksi positif terhadap Larutan fehling, yaitu dengan
menghasilkan endapan merah bata dari Cu2O.
 Fruktosa

Fruktosa adalah suatu heksulosa, disebut juga levulosa karena memutar bidang polarisasi
ke kiri. Merupakan satu-satunya heksulosa yang terdapat di alam. Fruktosa murni rasanya
sangat manis, warnanya putih, berbentuk struktur padat, dan sangat mudah larut dalam air.
Fruktosa merupakan gula termanis, terdapat dalam madu dan buah-buahan bersama
glukosa. Di tanaman, fruktosa dapat berbentuk monosakarida dan/atau sebagai komponen
dari sukrosa. Sukrosa merupakan molekul disakarida yang merupakan gabungan dari satu
molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Sama seperti glukosa, fruktosa adalah suatu
gula pereduksi.

 Manosa

Manosa adalah gula aldehida yang dihasilkan dari oksidasi manitol dan memiliki
sifat-sifat umum yang serupa dengan glukosa. Manosa, jarang terdapat di dalam makanan.
Di gurun pasir, seperti di Israel terdapat di dalam manna yang mereka olah untuk membuat
roti.
 Ribosa
Ribosa adalah gula struktur yang ditemukan dalam semua sel tumbuhan dan hewan
dalam bentuk furanosa. Ribosa merupakan komponen RNA yang digunakan untuk
transkripsi genetika. Selain itu Ribosa juga berhubungan erat dengan deoksiribosa, yang
merupakan komponen dari DNA. Ribosa juga meupakan komponen dari ATP, NADH, dan
beberapa kimia lainnya yang sangat penting bagi struktural.
 Xilosa

Xilosa suatu gula struktur, yaitu monosakarida dengan lima atom karbon dan
memiliki gugus aldehida. Gula ini diperoleh dengan menguraikan jerami atau serat nabati
lainnya dengan cara memasaknya dengan asam sulfat encer. Xilosa berbentuk serbuk
hablur tanpa warna yang digunakan dalam penyamakan dan pewarnaan dan dapat juga
digunakan sebagai bahan pemanis untuk penderita kencing manis (diabetes mellitus).
 Arabinosa

Arabinosa disebut juga gula 6truct atau pektinosa. Arabinosa bersumber dari Getah
Arab , Plum, dan Getah Ceri , namun tidak memiliki fungsi Fisiologis. Arabinosa berupa
struktur putih yang larut dalam air dan gliserol namun tidak larut dalam alkohol dan eter.
Arabinosa digunakan dalam obat-obatan dan medium pembiakan bakteri. Arabisa dalam
reaksi Orsinol – HCl memberi warna : Violet , Biru , dan Merah , dengan memberi
Floroglusional- HCl.

2.) Oligosakarida Dan Disakarida


Oligosakarida adalah karbohidrat yang merupakan gabungan 2 – 8 satuan
monosakarida. Penyatuan antar molekul monosakarida dilakukan oleh sebuah ikatan yang
disebut ikatan glikosidik. Olisakarida dapat dijumpai dalam bentuk disakarida dan
trisakarida. Kebanyak ditemukan dari hasil hidrolisa (Pemecahan) polisakarida, dan hanya
sedikit yang terbentuk secara alami di alam. Olisakarida yang paling banyak terdapat
dalam bentuk disakarida, seperti sukrosa dan struktur.
Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari 2 molekul monosakarida, yang
dihubungkan oleh ikatan glikosida. Ikatan glikosida terbentuk antara atom C 1 suatu
monosakarida dengan atom O dari OH monosakarida lain. Hidrolisis 1 mol disakarida akan
menghasilkan 2 mol monosakarida. Berikut ini beberapa disakarida yang banyak terdapat
di alam.

 Maltosa

Maltosa atau gula gandum, adalah disakarida yang terbentuk dari dua unit glukosa
bergabung dengan ikatan α(1 → 4), terbentuk dari reaksi kondensasi. Para isomaltose
isomer memiliki dua molekul glukosa dihubungkan melalui ikatan α(1 → 6). Maltosa
adalah anggota kedua dari seri biokimia penting dari rantai glukosa. Maltosa adalah
disakarida dihasilkan ketika struktur memecah pati. Hal ini ditemukan dalam biji
berkecambah seperti gandum. Hal ini juga dihasilkan ketika glukosa terbakar.
Maltosa dapat dipecah menjadi dua molekul glukosa dengan hidrolisis. Dalam
organisme hidup, enzim maltase dapat mencapai ini dengan sangat cepat. Di laboratorium
pemanasan dengan asam yang kuat untuk beberapa menit akan mendapatkan hasil yang
sama. Maltosa memiliki rasa yang manis, sekitar setengahnya glukosa dan sekirat
seperenam manisnya fruktosa.
 Sukrosa
Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya yang
berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul C12H22O11. Senyawa ini
dikenal sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain
seperti hewan.
Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan gula bit. Dalam kehidupan sehari-hari sukrosa
dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun oleh molekul glukosa dan fruktosa yang
dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α. Sukrosa terhidrolisis oleh enzim invertase menghasilkan
α-D-glukosa dan β-D-fruktosa. Campuran gula ini disebut gula inversi, lebih manis
daripada sukrosa.
Jika kita perhatikan strukturnya, karbon anomerik (karbon karbonil dalam
monosakarida) dari glukosa maupun fruktosa di dalam air tidak digunakan untuk berikatan
sehingga keduanya tidak memiliki gugus hemiasetal.
Akibatnya, sukrosa dalam air tidak berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid
atau keton sehingga sukrosa tidak dapat dioksidasi. Sukrosa bukan merupakan gula
pereduksi.
 Laktosa

Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah menjadi bentuk
lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Laktosa ada di dalam kandungan susu, baik
pada air susu ibu maupun susu struktur merupakan 2-8 persen bobot susu keseluruhan.
Mempunyai rumus kimia C12H22O11.
3.) Polisakarida
Polisakarida adalah molekul karbohidrat polimerik yang tersusun atas rantai
monosakarida yang panjang dan terikat oleh ikatan glikosidik. Polisakarida merupakan
suatu makromolekul (molekul besar). Jika polisakarida mengalami hidrolisis, maka akan
menghasilkan monosakarida dan disakarida.
Polisakarida seringkali bersifat heterogen, mengandung sedikit modifikasi unit
berulangnya. Makromolekul ini dapat memiliki sifat yang berbeda dari para penyusunnya,
tergantung pada struktur.
Polisakarida dapat bersifat amorf (berbentuk tak beraturan). Beberapa polisakarida
bahkan tidak larut dalam air. Polisakarida mengandung lebih dari sepuluh unit
monosakarida. Pengkategorian karbohidrat masuk ke dalam oligosakarida atau polisakarida
memang terkadang bias, dan itu tergantung dari pendapat masing-masing ahli biokimia.
Rumus Umum Polisakarida
Sakarida alami umumnya berupa karbohidrat sederhana yang disebut monosakarida
dengan rumus umum (CH2O)n dimana n adalah tiga atau lebih. Contoh monosakarida
adalah glukosa, fruktosa, da, galaktosa. Sedangkan polisakarida memiliki rumus umum
Cx(H2o)y dimana x biasanya antara 200 dan 2500. Mengingat bahwa unit berulang dalam
ranai polimer sebagian besar adalah monosakarida enam karbon, rumus umum polisakarida
juga dapat direpresentasikan sebagai (C6H10O5)n dimana 40<n<3000.Jenis-jenis
Polisakarida
Polisakarida dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu polisakarida
penyimpanan dan polisakarida struktural. Berikut adalah beberapa contoh polisakarida :
a.) Polisakarida penyimpanan
 Pati (Amilosa)

Pati adalah polimer glukosa dimana unit glukopiranosa terikat oleh ikatan alfa. Pati
tersusun atas campuran amilosa (15-20%) dan amilopektin (80-85%). Amilosa terdiri dari
rantai linier dari beberapa ratus molekul glukosa, sedangkan amilopektin adalah molekul
bercabang yang terdiri dari beberapa ribu unit glukosa(setiap rantai 24-30 unit glukosa
merupakan satu unit amilopektin). Pati tidak larut dalam air. Pati dapat dicerna oleh
organisme yang dapat mematahkan ikatan alfa (glikosidik). Manusia dan hewan memiliki
amilase, sehingga bisa mencerna pati, kentang, beras, gandum, dan jagung merupakan
sumber utama pati dalam makanan manusia.
 Glikogen

Glikogen berfungsi sebagai cadangan energi jangka panjang pada hewan. Glikogen
merupakan energi primer yang disimpan di jaringan adiposa. Glikogen dibuat oleh hati dan
otot, tetapi juga dapat dibuat melalui glikogenesis dalam otak dan perut.
Glikogen merupakan analog dari pati. Glikogen memiliki struktur yang mirip dengan
amilopektin tetapi lebih bercabang dan rapi daripada pati. Glikogen merupakan polimer
dari α(1→4) ikatan glikosidik, dengan α(1→6) cabang yang terhubung. Glikogen
ditemukan dalam bentuk butiran dalam sitosol/sitoplasma di banyak jenis sel, dan
memainkan peran penting dalam siklus glukosa. Glikogen membentuk energi cadangan
yang dapat dengan cepat dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan glukosa mendadak.
Glikogen lebih cepat tersedia sebagai cadangan energi daripada trigliserida (lemak)
b.) Polisakarida struktural
 Selulosa

Komponen struktural tanaman kebanyakan terbentuk dari selulosa. Kandungan kayu


sebagian besar adalah selulosa dan lignin, sedangkan kertas dan kapas adalah selulosa
hampir murni. Selulosa adalah polimer yang dibuat dari unit glukosa berulang disatukan
oleh ikatan beta. Manusia tidak mempunyai enzim untuk memecah selulosa, karena ada
bakteri yang menghasilkan glukosa. Selulosa adalah karbohidrat paling melimpah di alam.
 Kitin
Kitin merupakan salah satu polimer alam. Kitin membentuk komponen struktural
banyak hewan. Kitin dapat diuraikan secara alami, namun membutuhkan waktu cukup
lama. Kitin dapt dipecah oleh enzim yang diuraikan secara alami, namun membutuhkan
waktu cukup lama. Kitin dapat dipecah oleh enzim yang disebut kitinase. Kitinase
disekresikan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur, dan diproduksi oleh beberapa
tanaman. Secara kimia, kitin berkaitan erat dengan kitosan. Kitosan adalah turunan kitin
yang lebih larut di dalam air. Kitin juga terkait erat dengan selulosa rantai panjang
bercabang turunan glukosa.
 Pektin

Pektin adalah salah satu kelompok polisakarida kompleks yang mengandung ikatan 1,4
residu asam α-D-galaktosiluronik. Pektin ada di sebagian besar dinding sel primer dan di
bagian non-kayu tanaman terestril.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung rekasi, pipet tetes,
penangas air, pengduk, stopwatch, gelas kimia 200ml, gelas kimia 100ml, pipet ukur,
dan thermometer.

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah laritan gula (glukosa,
sukrosa, zat pati atau selulosa dalam air), peraksi molisch, pereaksi benedict, pereaksi
tollens, larutan fehling, asam sulfat pekat, air, glukosa, NaOH, sukrosa, laktosa, pati,
HCl dan larutan iodium.

3.3 Cara kerja


3.3.1 Uji molisch
Menyiapkan beberapa tabung reaksi yang bersih, kemudian mengisis masing-
masing tabung dengan 5 ml larutan gula (glukosa, sukrosa, zat pati atau selulosa dalam
air). Menambahkan 1 tetes peraksi molisch (alfa-naftol dalam alcohol), dan kocok
perlahan.
Memiringkan tabung dan menambahkan kedalamnya 5 ml asam sulfat pekat
dengan hati-hati dan perlahan-lahan melalui dinding tabung. Perhatikan warma
lingkaran yang terbentuk pada batas pertemuan dari dua lapisan cairan dalam tabung
(cincin merah atau violet). Bila campuran ini dikocok dan diencerkan dengan 5 ml air
akan terbentuk warna ungu tua.

3.3.2 Reaksi glukosa


A. Dengan pereaksi fehling
Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, lalu masukkan 2 ml larutan fehling
A dan 2 ml larutan fehling B, lalu menambahkan beberapa tetes larutan
glukosa. Kemudian mengocok perlahan-lahan, lalu masukkan tabung tersebut
kedalam penangas air mendididh. Mengamati dan mencatat perubahan yang
terjadi dan tulis reaksinya.
B. Dengan pereaksi benedict
Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, masukan 2 ml pereaksi benedict,
lalu menambahkan beberapa tetes glukosa. Lalu aduk perlahan dam masukkan
kedalam penangas air yang sedang mendidih. Mengamati dan mencatat
perubahan yang terjadi, dan tulis reaksinya.

C. Dengan pereaksi tollens


Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, lalu masukkan 2 ml pereaksi tollens
dan eberapa tetes larutan glukosa. Lalu mengocok perlahan dan panaskan
kedalam penangas air sampai terbentuk cermin perak pada dinding tabung.
Tulis reaksi pembentukkan cermin tersebut.

D. Dengan basa kuat


Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, lalu masukkan 2 ml larutan glukosa
10% dan 0,5 ml NaOH 25%, aduk perlahan dan panaskan dalam air mendidih
selama 5 menit. Perhatikan rupa dan bau dari zat yang terbentuk dan tulis
reaksinya.

E. Reaksi sukrosa
Larutkan 1,5 gram sukrosa dalam 200 ml air. Lakukan seperti percobaan B
(1, 2, 3 dan 4) dengan menggunakan sukrosa sebagai pengganti glukosa.

F. Reaksi laktosa
Larutkan 1,5 gram laktosa dalam 200 ml air. Lakukan seperti percobaan B
(1, 2, 3 dan 4) dengan menggunakan laktosa sebagai pengganti glukosa.

3.3.3 Reaksi pati


Dalam sebuah lumping (mortar) kecil gerus sebanyak 0,5 gram pati dengan
sedikit air hingga terbentuk pasta. Memindahkan pasta itu kedalam gelas piala,
menambahkan air, melakukan dekantasi sebanyak 3 kali dengan air sampai cairan diatas
endapan menjadi bening.
Pati yang telah dicuci tadi dipindahkan kedalam gelas piala berisi 100 ml air
mendidih sambil dikocok perlahan. Melakukan percobaan terhadap pati tersebut dengan
menggunakan pereaksi fehling, basa kuat, dan pereaksi iod. Menggunakan 2 ml larutan
suspensi zat pati tadi untuk setiap percobaan. Mengamati dengan seksama dan catat
setiap perubahan yang terjadi pada pereaksi yang digunakan.
3.3.4 Reaksi pati yang dihidrolisis
Masukkan 10 ml larutan pati sisa percobaan 3.3.3 diatas kedalam tabung reaksi
yang bersih lalu menambahkan 1 ml HCl pekat dan panaskan perlahan dengan api kecil.
Bila suhu mencapai 800oC, teteskan sedikit cairan tersebut pada larutan iodium dalam
sebuah lempeng penguj warna. Pemanasan dilanjutkan sampai larutan mendidih sambil
setiap menit dilakukan uji warna. Melakukan uji ini 5 atau 6 kali atau sampai tidak terjadi
lagi perubahan warna larutan.
Amati dan catat setiap perubahan warna. Zat apakah yang terbentuk dalam
hidrolisis pati? Netralkan larutan zat pati yang telah dihidrolisis tadi dengan larutan
NaOH 10% kemudian lakukan uji menggunakan perekasi fehling.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan


4.1.1 Uji Molish
Perlakuan Hasil pengamatan Keterangan
Glukosa + Pereaksi Molisch Membentuk cincin ungu +
Fruktosa + Pereaksi Membentuk cincin ungu +
Molisch
Laktosa + Pereaksi Molisch Membentuk cincin ungu +
Selulosa + Pereaksi Molisch Membentuk cincin ungu +
Sukrosa + Pereaksi Molisch Membentuk cincin ungu +

4.1.2 Reaksi Glukosa


Perlakuan Hasil pengamatan Keterangan
Glukosa + Pereaksi ↓ merah bata +
Fehling
Glukosa + Pereaksi ↓ merah bata +
Benedict
Glukosa + Pereaksi Bening -
Tollens
Glukosa + Basa kuat Coklat +

4.1.3 Reaksi Sukrosa


Perlakuan Hasil pengamatan Keterangan
Sukrosa + Pereaksi Fehling 2 fasa,biru diatas dan bening di bawah -

Sukrosa + Pereaksi Benedict Biru -


Sukrosa + Pereaksi Tollens Bening -
Sukrosa + Basa kuat Bening -
4.1.4 Reaksi Laktosa
Perlakuan Hasil pengamatan Keterangan
Laktosa + Pereaksi ↓ merah bata +
Fehling
Laktosa + Pereaksi ↓ merah bata +
Benedict
Laktosa + Pereaksi Bening -
Tollens
Laktosa + Basa kuat Coklat +

4.1.5 Reaksi Pati


Perlakuan Hasil pengamatan Keterangan
Pati + Pereaksi Fehling Larutan Biru -
Pati + Pereaksi Basa Coklat +
kuat
Pati + Pereaksi Iod Larutan Biru +

4.1.6 Reaksi Pati yang dihidrolisis


No. Perlakuan Pengamatan Keterangan
1 Larutan pati + HCl + pemanasan Larutan putih berubah jadi
bening
2 + iodium T = 80°C, lar.iod berubah
jadi biru kehitaman pekat
T=100°C, lar.iod berubah
ke warna semula (kuning)
3 Mengukur pH awal pH = 1
4 Mengukur pH setelah +NaOH 10% pH netral = 7
5 Larutan pati + pereaksi fehling Terbentuk endapan merah +
bata

Keterangan : (+) Ada karbohidrat


(-) Tidak ada karbohidrat
4.2 Pembahasan
A. Uji Molisch
Uji Molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Uji ini efektif untuk senyawa –
senyawa yang dapat didehidrasi oleh asam pekat menjadi senyawa furfural atau
senyawa furfural yang tersubstitusi, seperti Hidroksimetil furfural. Prinsip reaksi ini
adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat.. Uji positif jika timbul
cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil
furfural dengan alpha-naftol dalam pereaksi molish.

Pereaksi ini dibuat dari α-naftol dengan etanol. Karbohidrat oleh asam sulfat
pekat akan terhidrolisis menjadi monosalarida dan selanjutnya monosakarida
mengalami dehidrasi oleh asam sulfat pekat menjadi furfural atau hidroksi metil
furfural. Furfural dengan α-naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks
yang berwarna ungu. Apabila pemberian asam sulfat pada larutan karbohidrat yang
telah diberi α-naftol melalui dinding gelas dengan hati-hati maka warna ungu yang
terbentuk berupa cincin pada batas antara larutan karbohidrat dengan asam sulfat.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua karbohidrat yang diujikan (glukosa,
fruktosa, laktosa, selulosa, dan sukrosa) menghasilkan cincin berwarna ungu. Warna
yang terjadi disebabkan oleh kondensasi furfural atau derifatnya dengan a-Naftol
Baik karbohidrat aldosa (-CHO) maupun kelompok ketosa (C=O) akan memberikan
reaksi positif dengan pereaksi ini dengan menghasilkan cincin warna ungu.

B. Reaksi Glukosa
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi
senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung
dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto
bebas. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida
(laktosa,maltosa), kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula
pereduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan
aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula
pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi
diukur dengan menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat/dinitrosalycilic
acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm. Semakin tinggi nilai absorbansi yang
dihasilkan, semakin banyak pula gula pereduksi yang terkandung.

1. UJI FEHLING
Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent yang
digunakan dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH
dan KNa tartarat).Reaksi yang terjadi dalam uji fehling adalah :

Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada sampel
terbongkar ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam
karboksilat. Cu2O (endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil
sampingan dari reaksi pembentukan asam karboksilat.
Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga
diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion
Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai
larutan CuO. Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam
suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Hasil praktikum karbohidrat yang
diujikan (glukosa,laktosa,pati) dengan pereaksi Fehling menghasilkan endapan
berwarna merah bata. Hal ini menunjukan adanya gula pereduksi, Sedangkan
untuk sukrosa membentuk 2 fasa, biru di atas dan bening di bawah. Sukrosa tidak
termasuk gula pereduksi karena ujung dari gugusnya tidak mengandung gugus
aldehid ataupun keton. Sehingga tidak menunjukan mutarotasi.

2. Ui Benedict
Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan
natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari kuprisulfat menjadi ion
Cu+ yang kemudian mengendap sebagai CuO (Kupro Oksida). Adanya natrium
karbonat dan natrium sitrat membuat pereduksi benedict bersifat basa lemah.
Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning, atau merah bata. Hasil
praktikum karbohidrat yang diujikan (glukosa, pati dan laktosa) menunjukan
endapan merah bata. Hal ini menunjukan adanya gula pereduksi karena Benedict
dengan gula reduksi akan terjadi reaksi oksidasi dan dihasilkan endapan merah dari
kupro oksida
O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata

Tidak seperti glukosa dan laktosa, sukrosa tidak dapat mereduksi Benedict,
karena ia tidak memiliki gugus aldehida atau gugus keto bebas.

Reaksi yang terjadi :


Penyebab terjadinya endapan pada monosakarida (glukosa). Hal ini disebabkan
oleh adanya gugus aldehid (glukosa) bebas dalam molekul karbohidrat yang diuji
tersebut. Dalam asam polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis pasial menjadi
sebagian kecil monomernya. Hal inilah yang dijadikan dasar untuk membedakan
polisakarida, disakarida, dan monosakarida.

3. Uji Tollens
Pereaksi tollens merupakan suatu oksidator / pengoksidasi lemah yang dapat
digunakan untuk mengoksidasi gugus aldehid, -CHO menjadi asam karboksilat, -
COOH. Senyawa-senyawa yang mengandung gugus aldehid dapat dikenali melalui
uji tollens. Contoh senyawa-senyawa yang sering diuji dengan tollens adalah
formalin, asetaldehid, dan glukosa. Karena sifat pengoksidasinya lemah, maka
tollens tidak dapat mengoksidasi senyawa keton.
Pereaksi tollens ini dapat dibuat dari larutan perak nitrat, AgNO3. Mula-mula
larutan ini direaksikan dengan basa kuat, NaOH(aq), kemudian endapan coklat
Ag2O yang terbentuk dilarutkan dengan larutan amonia sehingga membentuk
kompleks perak amoniakal, Ag(NH3)2+(aq)
2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq) → Ag2O(s) + 2NaNO3(aq) + H2O(l)

Ag2O(s) + 4NH3(aq) + 2NaNO3(aq) + H2O(l) → 2Ag(NH3)2NO3(aq) + 2NaOH(aq)

Larutan kompleks perak beramoniak inilah yang dapat mengoksidasi gugus


aldehid menjadi asam yang disertai dengan timbulnya cermin perak.

Oleh sebab itu, larutan perak amoniakal ini sering ditulis secara sederhana sebagai
larutan Ag2O. Hasil pengamatan didapat pereaksi Tollens direaksikan dengan
karbohidrat (glukosa, sukrosa,laktosa,pati) tidak terbentuk cermin perak, larutan
masih tetap bening tidak terjadi reaksi.
Hasil tidak sesuai dengan Literatur. Seharusnya Tollens yang mengandung
perak nitrat akan bereaksi positif dengan karbohidrat yang diujikan (glukosa,
sukrosa,laktosa,pati) dan setelah dipanaskan karbohidrat yang diuji akan
mereduksi Ag2+ menjadi Ag+ dan menghasilkan endapan yang menempel pada
dinding tabung, yaitu endapan cermin perak. Hal ini tidak terjadi karena pereaksi
Tollens yang digunakan sudah kadaluarsa sehingga tidak terbentuk cermin perak.

4. Dengan Basa Kuat


NaOH (alkali/basa) yang berfungsi sebagai sumber ion OH- (alkali) yang akan
berikatan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol aldehid (aldehida dengan
cabang gugus alkanol) yang berwarna kekuningan. Pemanasan bertujuan untuk
membuka ikatan karbon dengan hidrogen dan menggantikannya dengan gugus –
OH.
Hasil karbohidrat yang diuji untuk sukrosa berwarna bening sedangkan
(glukosa,laktosa) diperoleh terbentuknya endapan berwarna coklat. Hal ini
merupakan akibat proses karamelisasi. Ketika pereaksi dicampurkan dan dididihkan
akan terbentuk warna coklat dan mengental seperti karamel. Di dasar tabung
membentuk endapan. Endapannya berwarna coklat. Uji ini positif, terbukti bahwa
dalam air tebu terjadi proses karamelisasi yang merupakan salah satu sifat
karbohidrat. Reaksi yang Terjadi :

5. Reaksi Dengan Pati


Pati dalam bentuk serbuk di tambahkan dengan air hingga membentuk pasta
atau disebut Glatinisasi. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan struktur Kristal,
dan volum pembengkakan yang disebut pembentukan pati nonkristal, dimana
molekulnya berbentuk lurus atau bercabang.
Pengujian pertama yaitu dengan pereaksi Fehling, uji ini digunakan untuk
memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi. Berdasarkan literatur semua
monosakarida (glukosa, fruktosa, laktosa) dapat mereduksi oksidator lemah. Pada
sampel Pati yang telah dihidrolisis diuji dengan pereaksi Fehling (Fehling A +
Fehling B) dan kemudian dipanaskan ternyata larutan berwarna biru. Hal ini
disebabkan karena Pati atau amilum merupakan polisakarida yang tidak dapat
bereaksi positif dengan Fehling. Amilum bukan gula pereduksi yang tidak
mempunyai gugus aldehid dan keton bebas, sehingga tidak terjadi oksidasi antara
amilum + larutan Fehling, maka tidak terbentuk endapan dan larutan tetap berwarna
biru setelah dipanaskan.
Pengujian kedua yaitu dengan basa kuat, uji ini dinamakan uji moore, bertujuan
untuk mengetahui adanya gugus alkali. Reaksi ini disebut juga reaksi pendamaran.
Uji moore menggunakan NaOH (alkali/basa) yang berfungsi sebagai sumber ion
OH- (alkali) yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol
(aldehida dengan gugus alkanol) yang berwarna kuning kecokelatan. Dari hasil
praktikum memberikan hasil positif (+), karena tiap molekul karbohidrat pasti
memiliki gugus alkali.
Pengujian ketiga yaitu dengan pereaksi Iod, uji ini untuk menguji identifikasi
kandungan pati pada suatu sampel. Prinsip dari uji ini adalah larutan Iodium dalam
bentuk triiodida akan masuk pada struktur helikal pati sehingga akan terbentuk
warna biru pekat. Warna biru pekat terbebut merupakan suatu warna kompleks
yang dihasilkan karena Iodium punya amilosa. netral,asam dan basa. Hasil yang
didapat dalam praktikum kondisi netral diperoleh (+2 tetes air) tidak terjadi
perubahan warna, dengan basa (+ 2 tetes NaOH) tidak mengalami
perubahan warna (warna tetap keruh) atau dengan kata lain tidak terbentuk ikatan
koordinasi antara ion iodida pada heliks. Hal ini disebabkan karena dengan basa
I2 akan mengalami reaksi sebagai berikut:
2 I2 + 6 NaOH → 5 NaI + NaIO3 + 3 H2O
Sehingga pada larutan tidak terdapat I2 yang menyebabkan tidak terjadinya
ikatan koordinasi sehingga warna tetap keruh, sedangkan dengan kondisi asam (+ 2
tetes HCl) terjadi perubahan warna dari keruh menjadi bening.
Pada kondisi asam NaI dan NaIO3 diubah menjadi I2 kembali oleh asam
klorida . Jadi pada kondisi asam-lah memberikan hasil uji terbaik. Dengan reaksi:
5 NaI + NaIO3 + 6 HCl → 3 I2 + 6 NaCl + 3 H2O
6. Reaksi Dengan Pati yang Terhidrolisis
Dalam percobaan ini, sampel yang digunakan adalah tepung jagung.
Penambahan HCl pada sampel bertujuan untuk mengaktifkan air karena larutan
HCl mempunyai ion H+ dan sebagai katalisator. Setelah itu dilakukan pemanasan
yang bertujuan agar pati dapat menyerap air sehingga terjadi reaksi gelatinasi
(berkurangnya viskositas) sehingga dapat larut dalam air, dengan reaksi sebagai
berikut :
(C6H10O5)n + n H2O nC6H12O6
Pada pengujian pertama yaitu pati yang telah dihidrolisis tadi di uji dengan
larutan Iod, Uji yodium ini adalah untuk menguji identifikasi kandungan pati yang
merupakan Polisakarida pada suatu sampel. Polisakarida adalah golongan
karbohidrat kompleks yang merupakan polimer dari molekul-molekul
monosakarida yang sangat banyak yang membentuk rantai panjang lurus atau
bercabang dan dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih sederhana seperti
oligosakarida.

Struktur Pati

Iodin yang ditambahkan berfungsi sebagai indikator suatu senyawa


polisakarida. Pada kondisi asam NaI dan NaIO3 diubah menjadi I2 kembali oleh
asam klorida Jadi pada kondisi asam-lah memberikan hasil uji terbaik. Dengan
reaksi:
5 NaI + NaIO3 + 6 HCl → 3 I2 + 6 NaCl + 3 H2O
Uji iodium ini menunjukan reaksi yang positif terhadap Pati, karena Pati
merupakan salah satu contoh dari molekul polisakarida. Pati terdiri dari banyak
monomer glukosa. Pada uji iodium Pati dapat menghasilkan reaksi positif dengan
menghasilkan warna biru karena pada Pati terdapat unit-unit glukosa yang
membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi tiap unit
glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan
molekul iodium yang masuk kedalam spiralnya.

Sebelum pengujian selanjutnya, larutan zat pati yang telah dihidrolisis tadi
dinetralkan terlebih dahulu dengan NaOH. Pengujian ini merupakan analisis
Glukosa yang diuji dengan pereaksi fehling. Preaksi fehling ini digunakan untuk
memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi. Berdasarkan literatur semua
monosakarida (glukosa, fruktosa, laktosa) dapat mereduksi oksidator lemah.

Reaksi :
O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O↓
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata

Pada sampel Pati yang telah dihidrolisis tadi diuji dengan pereaksi Fehling (Fehling
A + Fehling B) menunjukan positif (+) dengan menandakan terbentuknya endapan
merah bata, hasil tersebut menunjukan bahwa pati terhidrolisis oleh HCl dalam
suasana panas menjadi Glukosa.
BAB V
KESIMPULAN

 Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sifat


karbohidrat berbeda sesuai dengan struktur dan gugus fungsinya.
 Uji Benedict menunjukkan bahwa glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi
yang memiliki gugus fungsi aldehida atau hemiasetal.
 Monosakarida dapat mereduksi pereaksi Fehling karena pada monosakarida terdapat
gugus aldehid, yang akan dioksidasi oleh pereaksi Fehling menjadi karboksilat.
 Uji tollens ini dapat digunakan untuk membedakan senyawa-senyawa yang
mengandung gugus karbonil, senyawa karbonil ini berupa aldehid, -CHO atau berupa
keton –CO-.
LAMPIRAN

Gambar 1. Uji Molisch Gambar 2. Uji Benedict

Gambar 3. uji Pereaksi Tollens Gambar 4.Uji Pereaksi Fehling

Gambar 5. Reaksi dengan Basa Kuat Gambar 6.Uji Pereaksi Fehling terhadap Pati
PERTANYAAN PRAPRAKTIK
1. Apakah contoh aldeheksosa dan ketoheksosa yang umum ?
2. Apakah maltose diperkirakan akan mereduksi ion tembaga dalam pereaksi Fehling
pada percobaan ?
3. Dapatkan larutan iod encer digunakan untuk membedakan amilosa dan
amilopekton? Jelaskan
4. Bandingkan struktur molekul yang ada dalam campuran kesetimbangan fruktosa
dalam larutan air ?
5. Gambarkan struktur dari segmen molekul amilopektin.

JAWAB
1. Isomer aldoheksosa antara lain adalah:
D/L-Alosa, D/L-Altrosa, D/L-Glukosa, D/L-Manosa, D/L-Gulosa, D/L-Idosa, D/L-
Galaktosa, D/L-Talosa.
Isomer ketoheksosa antara lain adalah:
D/L-Fruktosa, D/L-Psicosa, D/L-Sorbosa, D/L-Targatosa
2. Maltosa adalah disakarida yang terbentuk dari dua unit glukosa bergabung dengan
ikatan α(1 → 4), terbentuk dari reaksi kondensasi. Disakarida akan mereduksi
pengoksida lemah seperti Cu dalam perekasi Fehling.
3. Bisa. Uji Iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida khusunya pati. Reagent
yang digunakan adalah larutan iodine yang merupakan I2 terlarut dalam potassium
iodide. Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai poliiodida.
Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar), sehingga dapat
berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti disakarida
dan monosakaraida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan
dengan iodin
4.

Amilosa

Dekstrin
Berdasarkan struktur nya, dekstrin dan maltose memiliki struktur yang sama
Sedangkan dekstrin dan amilosa berbeda. Amilosa memiliki struktur 2x struktur dekstrin.
5.

6. Amilopektin
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
PERCOBAAN II
LEMAK DAN MINYAK

Disusun Oleh :
Rina Febrina 1530221003

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


SUKABUMI PROGRAM STUDI KIMIA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Lemak dan minyak merupaka zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan
tubuh manusia. Selain itu minyak dan lemak merupakan sumber energi yang lebih efektif
dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak dapat menhasilkan 9 kkal
sedangkan karbohidrat dan protein menghasilkan 4 kkal/gram. Khususnya minyak nabati
mengandung asam – asam lemak esensial seperti linoleat, lrnoleat, dan arakidonat.
. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber danpelarut bagi vitamin-vitamin
A, D, E, dan K.Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan
dengankandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak sering kali
ditambahkandengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam
pengolahanbahan pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar
panas,seperti minyak goreng, lemak (gajih), metega, margarine.

1.2 Tujuan
1. Melakukan dan mengamati penyabunan pada trigliserida
2. Membuat sabun dan mempelajari sifat-sifatnya
3. Mengisolasi campuran asam lemak yang diperoleh dengan mengasamkan larutan
sabun dan menentukan kadarnya
4. Memahami aksi pembersih sabun dalam air lemak dan air sadah
5. Menentukan fosfat dalam detergen
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid,
yaitu senyawa organik yang terdapat dialam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena
dan hidrokarbon lainya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan
diatas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut.
Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau triasgliserol, hasil
hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini
juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak
bercabang.

Gliserol Trigliserida

Ketiga gugus R dalam satu molekul dapat sama atau berbeda, jika berbeda
dinamakan trigliserida campuran, dan bilamana ketiganya sama disebut trigliserida
sederhana. Jarang dijumpai trigliserida sederhana dialam. Beberapa asam lemak yang
umun didalam trigliserida adalah :

CH3−(CH2)14−COOH CH3−(CH2)7−CH═CH−(CH2)7−COOH
Asam palmitat Asam oleat

CH3−(CH2)4−CH═CH−CH2−CH═CH−(CH2)7−COOH
Asam linolenat
Jika diperhatikan, sam palmitat bersifat jenuh, sedangkan dua lainnya tak jenuh.
Trigliserida yang tersusun dari gliserida dan tiga asam lemak tersebut adalah molekuk khas
dalam minyak biji kapas.
Asam lemak yang umum lainnya mempunyai nama dan struktur berikut :
C11H23−COOH C13H27−COOH C17H35−COOH
Asam laurat Asam miristat Asam stearat

C17H29−COOH C19H31−COOH
Asam linolenat Asam arakidonat

2,2 Sifat fisis


Asam lemak jenuh berwujud padat pada suhu kamar, sedangkan asam lemak tak
jenuh berbentuk cair. Terdapat hubungan umum yang sama diantara ketakjenuhan dan titik
leleh trigliserida. Titik leleh menuruh jika proporsi residu asam lemak tak jenuh dalam
trigliserida meningkat. Karena itu, trigliserida seperti lemak hewan yang kaya akan residu
asam lemak jenuh (sekitar 90%), berwujud padat. Sebaliknya, minyak zaitun yang
mengandung sekitar 86% residu asam oleat dan lioneat adalah cairan. Dapat disimpulkan
bahwa keadaan fisis, yaitu cair atau padat, memberikan gambaran mengenai jenis residu
asam lemak yang ada. Telah menjadi kebiasaan untuk menamakan trigliserida padat
sebagai lemak dan yang cair sebagai minyak.

2.3 Sponifikasi
Sponifikasi adalah hidrolisa lemak dan minyak dengan suatu basa kuat. Hasilnya
adalah gliserol dan garam dari asam lemak itu sendiri yang dikenal sebagai sabun. Angka
penyabunan menunjukan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. Minyak yang
disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek mempunyai berat molekul yang
relatif kecil, mempunyai angka penyabunan yang besar, sedangkan minyak mempunyai
berat molekul yang besar, sehingga angka penyabunan relatif kecil.
Bilangan penyabunan suatu lemak/minyak adalah banyaknya mg KOH atau NaOH
yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Alkohol yang ada dalam
KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa supaya mempermudah reaksi
dengan basa sehingga terbentuk sabun.

2.4 Reaksi brominasi digunakan untuk menentukan derajat ketakjenuhan minyak


Asam-asam lemak tak jenuh dari minyak atau lemak dapat mengikat oksigen pada
ikatan rangkapnya dan membentuk suatu peroksida. Peroksida yang dihasilkan pada
autooksida atau suatu permulaan ketengikan ini sangat reaktif dan ditetapkan secara
idometri. Ada hubungan antara sifat minyak (bilangan iod) dengan bilangan peroksida.
Minyak dengan bilangan iod tinggi akan menghasilkan peroksida yang tinggi pula. Begitu
pula sebaliknya untuk minyak dengan bilangan iod rendah.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum, yaitu timbangan, pendingin tegak, Erlenmeyer,
buret, tabung reaksi, dan Beaker gelas.

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum, yaitu Etanol 35%, Na2CO3,
Minyak, KOH, Alkohol 0,5 N, HCl 0,5 N, Indikator PP, Benzena, NaOH 0,01 N,
Kloroform, KI 10%, Na2S2O3 0,01 N ; 0,1 N, Akuades, Brom, Batu didih, Amilum 1%,
dan Asam Asetat.

3.3 Prosedur kerja


3.3.1 Pemisahan Asam lemak bebas
Lemak dicuci dengan campuran 1,5 ml etanol 35% dan 7,5 ml larutan Na2CO3.
Lakukan pencairan 3 kali. Residu yang ada adalah trigliserida.

3.3.2 Bilangan penyabunan


Pertama menimbang ± 2 gram minyak ke dalam Erlenmeyer 250 ml. tambahkan 25
ml larutan KOH dalam alcohol 0,5 N serta batu didih. Hubungkan Erlenmeyer dengan
pendingin tegak dan didihkan selama 1 jam, sambil sesekali digoyangkan. Setelah itu
Erlenmeyer diangkat dan ditambahkan 1 ml indikator PP dan dititrasi dengan HCl 0,5 N.
buat pula menentuan blanko seperti diatas.

3.3.3 Bilangan asam dan asam lemak bebas (FFA)


Timbang dengan teliti ± 2,5 gram contoh minyak di dalam Erlenmeyer 250 ml (3
kali). Disamping itu 25 ml campuran alcohol : benzene (1 : 1) dinetralkan dengan
keadaan panas dititar dengan larutan NaOH 0,01 N sampai warna kemerah-merahan
(lakukan 3 kali). Larutan yang telah dinetralkan tersebut dicampur dengan contoh di atas,
kocok dan didihkan. Dalam keadaan panas campuran dititar dengan larutan NaOH 0,01
N sampai warna kemerah-merahan.

3.3.4 Bilangan peroksida


± 5 gram contoh minyak dalam erlenmeyer bertutup basah dan tambahkan 30 ml
larutan asetat : kloroform (3 : 2). Goyangkan larutan sampai bahan terlaut semua.
Tambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh. Diamkan selama 1 menit dengan kadangkala
digoyang, kemudian tambahkan 30 ml akuades. Titrasi dengan 0,1 N Na2S2O3 sebanyak
2 tetes sampai warna kuning hampir hilang. Bilangan peroksida dinyatakan dalam
ekivalen dari peroksida dalam setiap 1000 gram contoh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Tabel pengamatan
4.1.1 Pemisahan Asam lemak bebas
Perlakuan Hasil pengamatan
Mencuci lemak dengan campuran 1,5 Warna kuning dari mentega memudar,
ml etanol 35% dan 7,5 ml larutan warna pencuci dari bening menjadi
Na2CO3. kekuningan, residu hasil pencucian
berupa trigliserida

4.1.2 Bilangan penyabunan


Perlakuan VHCl (ml)
Minyak + KOH dalam Alkohol 6,3
KOH – alcohol (Blanko) 19

4.1.3 Bilangan Asam dan Asam lemak


NO Perlakuan VNaOH (ml)
1 Alcohol – Benzene (1:1) + 0,5
Indikator PP
2 Minyak + no 1 + pemanasan 1

4.1.4 Bilangan peroksida


Perlakuan Hasil pengamatan
5 gram minyak + 30 ml larutan asetat : Sampel larut dalam kloroform
kloroform (3 : 2)
Volum HCl (titrasi) 49+

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pemisahan Asam lemak bebas
Percobaan ini dilakukan dengan cara mencuci sampel yang merupakan mentega
dengan campuran larutan etanol 35% dengan Na2CO3. Hasil yang didapat, adanya
perubahan warna yakni warna kuning dari mentega memudar, dan warna pencuci dari
bening menjadi warna kekuning-kuningan. Hasil tersebut disimpulkan bahwa residu hasil
pencucian tersebut merupakan trigliserida.
Pemisahan Asam lemak bebas dengan natrium karbonat memiliki keuntungan
yaitu karena trigliserida tidak ikut tersabunkan, sehingga nilai refining factor dapat
diperkecil. Suatu kelemahan dari pemakaian senyawa ini adalah karena sabun yng
terbentuk sukar dipisahkan. Hal ini disebabkan karena gas CO2 yang dibebaskan dari
karbonat akan menimbulkan busa dalam minyak. Namun, kelemahan ini dapat diatasi
karena gas CO2 yang dihasilkan dapat dihilangkan dengan cara mengalirkan uap panas
atau dengan menurunkan tekanan udara di atas permukaan minyak dengan menggunakan
pompa vakum.

4.2.2 Bilangan penyabunan

Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang di perlukan untuk


menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel minyak atau lemak
disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi
dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau
lemak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan HCL
sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui.
Dalam penetapan bilangan penyabunan, miasalnya larutan alkali yang digunakan
adalah larutan KOH , yang diukur dengan hati-hati kedalam tabung dengan buret atau
pipet. Besarnya jumlah ion yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau
ikatan tak jenuh , ikatan rangkap yang terdapat pada minyak yang tak jenuh akan bereaksi
dengan iod. Gliserida dengantingkat ketidak jenuhan yang tinggi akan mengikat iod dalam
jumlah yang lebih besar. Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang
diperlukan
Untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel
minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH
akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi denngan satu molekul
minyak atua lemak, larutan alkali yang tinggi ditentukan dengan titrasi menggunakan HCL
sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui.
Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar.
Minyak yang disusun oleh sam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai
berat molekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan
sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan
relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak
Perlakuan uji coba ini diawali dengan merefluks campuran antara sampel minyak
sebanyak 2 gram, berdasarkan SNI, untuk pengujian angka penyabunan adalah antara 1,5-
5,0 gram. Selanjutnya ditambahkan dengan larutan KOH dalam Alkohol sebanyak 25 mL
selama ±1 jam. Penambahan alkohol dimaksudkan untuk melarutkan asam lemak hasil
hidrolisis agar dapat membantu mempermudah reaksi dengan basa dalam pembentukan
sabun.
Apabila sample yang akan diuji disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam
alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi
dengan satu molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggal tersebut kemudian
ditentukan dengan titrasi dengan menggunakan asam, sehingga jumlah alkali yang turut
bereaksi dapat diketahui.
Proses refluks ini bertujuan untuk mereaksikan sampel minyak dengan larutan
KOH dalam Alkohol agar proses saponifikasi tersebut dapat berlangsung secara
sempurna. Karena dalam proses saponifikasi tersebut, reaktan yang digunakan yaitu
KOH-alkohol bersifat mudah menguap bila dipanaskan, sehingga untuk mencegah reaktan
tersebut menguap selama proses pemanasan maka dilakukanlah proses refluks. Sedangkan
ditambahkan alkohol pada KOH bertujuan sebagai pelarut untuk memudahkan
pencampuran KOH dengan sampel minyak selama proses refluks.
Selanjutnya campuran hasil refluks tersebut dititrasi dengan HCl 0,5 N dan
menggunakan indikator Phenolphtalein (PP). Untuk mengetahui kelebihan larutan KOH,
maka dilakukan titrasi blanko, yaitu titrasi tanpa adanya sample dengan prosedur yang
sama.
Persamaan reaksi yang berlansung :

Kesalahan yang timbul pada saat titrasi adalah penentuan titik akhir, kesalahan ini
disebabkan karena perubahan warna yang seharusnya terjadi adalah dari coklat pekat,
kemudian kuning, lalu berubah menjadi putih pucat. Perubahan warna dari kuning ke
putih tersebut tidak terlalu kontras dan menyebabkan titik akhir sulit ditentukan.
Berdasarkan percobaan volume HCl yang dibutuhkan hingga sampai titik akhir
titrasi (terjadi perubahan warna) yaitu 19 mL. Penentuan ini juga hanya dilakukan 1 kali
(simplo), sehingga nilai rata-ratanya tidak dapat diketahui. Untuk mengetahui hasil
pengujian tersebut benar atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan titrasi blanko yang
diperoleh sebanyak 6,3 mL HCl yang terpakai.Sehingga melalui perhitungan dapat
ditentukan angka penyabunan dari percobaan ini sebesar 56,947 mg.
4.2.3 Bilangan Asam dan Asam lemak bebas (FFA)
Penentuan asam lemak dapat dipergunakan untuk mengetahui kualitas dari minyak
atau lemak, hal ini dikarenakan bilangan asam dapat dipergunakan untuk mengukur dan
mengetahui jumlah asam lemak bebas dalam suatu bahan atau sample.
Semakin besar angka asam maka dapat diartikan kandungan asam lemak bebas dalam
sample semakin tinggi, besarnya asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel dapat
diakibatkan dari proses hidrolisis ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik.
Sample yang dipergunakan pada saat praktikum ditimbang dalam keadaan cair,
sehingga sample terlebih dahulu dicairkan, proses pencairan dilakukan untuk
mempermudah proses titrasi selanjutnya, karena apabila sample dalam keadaan padat
akan menyulitkan proses titrasi selanjutnya. Dengan pengecilan ukuran, maka asam lemak
yang terkandung dalam bahan akan lebih banyak keluar daripada sample dalam keadaan
padat.
Pada penentuan kadar asam lemak bebas, pelarut yang dipergunakan adalah
campuran alcohol dan Benzene, campuran ini harus dalam kondisi panas dan netral.
Dalam kondisi yang panas campuran ini akan lebih baik dan cepat melarutkan sampel
yang juga nonpolar dan kondisi netral dilakukan agar data akhir yang diperoleh benar-
benar tepat.
Pada titrasi pertama yaitu merupakan campuran alcohol dan benzene yang
ditambahkan indikator PP, volume NaOH yang dibutuhkan untuk mecapai perubahan
warna yaitu sebanyak 0,5 ml, dan pada titrasi sampel, volume NaOH yang dibutuhkan
untuk mencapai perubahan warna adalah sebanyak 1 ml. Dari hasil titrasi tersebut asam
lemak bebas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Normalitas yang dipergunakan adalah normalitas NaOH yang telah distandarisasi.


Sementara BM (berat molekul) asam lemak yang dipergunakan adalah BM dari asam
palmitat. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan teori dalam margarine kandungan lemak
yang banyak adalah palmitat karena margarin terbuat dari minyak kelapa sawit. Dari hasil
perhitungan, kadar asam lemak bebas yang diperoleh sebesar 2.84%

4.2.4 Bilangan peroksida


Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami
oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak.
Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen
yang menghasilkan suatu senyawa peroksida.
Prinsip dari percobaan ini, yaitu bilangan peroksida sebagai jumlah asam lemak
teroksidasi ditentukan berdasarkan jumlah iodine (I2) yang terbentuk dari reaksi peroksida
dalam minyak dengan ion Iodine (I-) yang sebanding dengan kadar peroksida sample.
Reaksi : 1. R-OOH + 2KI + H2O → R-OH + I2 + 2KOH
2. I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen diambil
dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk bereaksi
dengan oksigen membentuk radikal peroksi, selanjutnya dapat mengambil hidrogen dari
molekul tak jenuh lain menghasilkan peroksida dan radikal bebas yang baru.
Bilangan peroksida didefinisikan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap 1000
g (1 kg) minyak atau lemak. Bilangan peroksida menunjukkan derajat kerusakan pada
minyak atau lemak. Asam lemak tak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan
rangkapnya membentuk peroksida dan selanjutnya terbentuk aldehid hal inilah yang
menyebabkan bau dan rasa tidak enak serta ketengikan minyak.
Semakin besar nilai bilangan peroksida berarti semakin banyak peroksida yang
terdapat pada sampel. Pada minyak baru hanya sedikit diperlukan larutan Na2S2O3 untuk
menitrasi I2 yang terbentuk. Berarti hanya sedikit peroksida yang terbentuk dibandingkan
pada minyak bekas. Semakin kecil bilangan peroksida yang didapat, maka semakin kecil
kerusakan yang terjadi pada miyak tersebut. Dengan reaksi :
CH3CH2CHCOOH + O2 → CH3CH2COOCH2COOH
Asam lemak tak jenuh Peroksida
Dari percobaan ini, penentuan bilangan peroksida dilakukan dengan mengetahui
banyaknya volume titrasi untuk mencapai titik ekivalen titrasi yang kemudian dilakukan
perhitungan dengan rumus :

Dari hasil praktikum, pada titrasi dengan larutan tiosianat tidak terjadi perubahan warna,
hal ini terjadi karena adanya beberapa factor kesalahan, salah satunya yaitu volume
campuran antara asam asetat dengan kloroform yang kurang sesuai dengan prosedur karena
kurangnya kelarutan antara 2 senyawa tersebut sehingga terjadi kesalahan dalam
pemipetan. Sehingga hasil tidak dapat disimpulkan.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan :
1. Pencucian asam lemak bebas dengan Na2CO3 menghasilkan residu trigliserida
2. Bilangan penyabunan yang diperoleh ialah 56,947 mg
3. Kadar asam lemak bebas yang diperoleh sebesar 2.84%
DAFTAR PUSTAKA

Bima Chem. 2011. Uji Asam Lemak Bebas.


http://bimachem.blogspot.com/2012/05/uji-asam-lemak-bebas.html
Wikipedia. 2010. Bilangan Peroksida.
http://www.wikipedia.com/search/bilangan-peroksida/864304/
Riski Y. 2012. Pemisahan Asam lemak bebas.
http://riskiy.blogspot.com/2012/02/pemisahan-asam-lemak-bebas
PERTANYAAN PRAPRAKTIKUM
1. Keuntungan cara ekstraksi dengan pelarut organic dari segi lemak maupun
ampasnya
2. Apakah bagian alcohol dari semua trigliserida sama ?
3. Apa Arti residu asam lemak ?
4. Struktur lengkap miristat, linolenat, dan laurat. Asam mana yang tak jenuh
5. Perbedaan lemak dan minyak
6. Manfaat bilangan iod. Arti bilangan iod yang tinggi ?

Jawab:
1. Keuntungan dari metode ini :
1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam
2. Beaya operasionalnya relatif rendah
3. Prosesnya relatif hemat penyari
4. Tanpa pemanasan

2.Sama, yaitu alkohol jenis glisero

3. Residu yang terbentk dala asam lemak adalah trigliserida

4.

C11H23−COOH C13H27−COOH
Asam laurat Asam miristat

C17H29−COOH
Asam linolenat

5.Perbedaan lemak dan minyak

Lemak merupakan jenis trigliserida yang dalam suhu ruang berwujud padat

Minyak merupakan trigliserida yang dalam suhu ruang berwujud cair.

6.Uji iod berfungsi untuk menentukan tingkat kejenuhan lemak. Lemak atau minyak
dengan bilangan iod tinggi akan menghasilkan peroksida yang tinggi
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
PERCOBAAN III
SABUN DAN DETERGEN

Disusun Oleh :
Rina Febrina 1530221003

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH SUKABUMI PROGRAM STUDI KIMIA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Trigliserida adalah lemak dan minyak (ester) berbobot molekul tinggi yang dapat
disabunkan dalam larutan basa dan gliserol.

Seperti tergambar dalam persamaan, sabun adalah garam yang terdiri atas
campuran anion karbosilat dan kation bervalensi satu. Campuran anion terbentuk karena
pada dasarnya setiap molekul trigliserida mengandung residu lemak dan minyak atau
lemak tertentu adalah campuran molekul trigliserida.
Sabun kalium lebih larut dibanding sabun natrium dan mudah menghasilkan busa.
Karena itu sabun kalium digunakan untuk membuat sabun cair dan krim cukur. Sabun
lemak jenuh dan padat seperti lemak hewan, bersifat keras. Penyabunan lemak tak jenuh
seperti minyak zaitun, menghasilkan sabun lunak.
Bagaimana sabun dan detergen ―melarutkan‖ zat nonpolar seperti lemak dan
minyak? Molekul sabun dan detergen memiliki bagian hidrokarbon mengelilingi tetes
minyak yang kecil dan secara persial melarutkannya, sedangkan bagian polar dari molekul,
yang sangat larut air, melarutkan air atau mengemulsikan seluruh tetes minyak. Maka
dilakukan percobaan praktikum kali ini. kita dapat mengetahui dan mempelajari bagaimana
reaksi saponifikasi/penyabunan pada proses pembuatan sabun serta membuat sabun dalam
skala laboratorium.
1.2 Tujuan
6. Melakukan dan mengamati penyabunan pada trigliserida
7. Membuat sabun dan mempelajari sifat-sifatnya
8. Mengisolasi campuran asam lemak yang diperoleh dengan mengasamkan larutan
sabun dan menentukan kadarnya
9. Memahami aksi pembersih sabun dalam air lemak dan air sadah
10. Menentukan fosfat dalam detergen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri
tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara
senyawa alkali dan lemak/minyak. Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu
bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak
atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun
digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya
tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya
natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
Perlakuan larutan sabun dengan asam hidroklorida encer menghasilkan campuran
lemak. Asam lemak ialah asam karboksilat berantai panjang (C10 sampai C18) yang jenuh
atau tak jenuh.
Detergen sintetik berbeda dengan sabun, karena detergen adalah garam dari alkali
sulfat atau asam alkilbenzenasulfonat berantai panjang, bukan dari asa karboksilat.
Detergen adalah garam dari alkali sulfat, asam alkilbenzenasulfonat berantai panjang atau
garam natrium dari asam sulfonat (Sumarlin, 2010:19). Detergen merupakan campuran
berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-
bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan
antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan
air (Wasitaatmaja, 1997).
O

- +
H3C O Na

Natrium Stearat (sabun)


H3C
O
- +
(H 2C) 10H3C-H 3C S O Na

O
Garam alkil benzene sulfonat (detergen)

Sabun adalah hasil proses penetralan asam lemak dengan menggunakan alkali.
Deterjen adalah campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat
menarik zat pengotor dari media. Struktur antara sabun dan detergent juga berbeda, yakni:
Fungsi sabun dan detergen adalah untuk membuang lemak dan kotoran melalui
pengemulsian lemak (membawanya ke supsensi). Kotoran yang melekat pada pakaian atau
kulit adalah berupa lapisan minyak yang tipis ; minyak (lipid) ada kuit biasanya adalah
yang disekresikan oleh tubuh selama respirasi. Sabun dan detergen membuang lapisan tipis
ini sehingga kotoran tercuci.
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi
trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi
penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk
utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga
memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali.
Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun
yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut
menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan
alkali yang menghasilkan sabun dan gliserol.
O O
O CH 2OH R1 O
O OR O O- Na+
O
O OR
+ 3NaOH CHOH + R2 O
O O- Na+
O CH 2OH R3 O - +
OR O Na

Trigliserida Natrium Gliserol 3 molekul sabun


(lemak atau minyak) Hidroksida
Atau
O O
O + -
CH 2OH K O
O OR O R
O
O OR
+ KOH CHOH + +
K O
-

O R'
O CH 2OH +
K O
-
OR R''

Trigliserida Kalium Gliserol 3 molekul sabun


(lemak atau minyak) Hidroksida

Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.
Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi
pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH),
sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu,
jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak
kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak
kacang, dan minyak biji katun.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas piala 250 ml, lampu
alcohol, thermometer, kain blacu, timbangan, tabung reaksi, kertas saring, lau takar,
corong pisah dan Erlenmeyer.

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah etanol 95%, NaOH 25%,
NaCl jenuh, lemak/minyak, HCl 1N, Ca/Mg-karbonat, indicator PP, petroleum eter,
alcohol dan NaOH 0,005N.

3.3 Cara kerja


3.3.1 Pembuatan sabun Natrium
Menimbang 10 g contoh lemak/minyak dalam sebuah gelas piala 250 ml,
menambahkan 10 ml etanol 95% dan 10 ml NaOH 25%. Panaskan campuran
tersebut diatas penangas air yang suhunya Antara 80-90oC selama 30 menit sambil
diaduk. Setelah itu menambahkan 80 ml larutan NaCl jenuh, dinginkan campuran
tersebut dan saring melalui kain penyaring berlapis (kain blacu).
Sabun yang tertinggal dalam kain penyaring dipindahkan kedalam gelas
piala kecil (cetakan) dan timbang. Kira-kira 1gr sabun yang baru diabuat tadi
dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian dilarutkan dengan 10 ml air panas,
dan aduk sampai homogeny. Selanjutnya larutan tersebut dibagi dua.

3.3.2 Sifat-sifat sabun


Kedalam tabung reaksi pertama ditambahkan 5 ml HCl 1N dan again kedua
ditambahkan 5 ml Ca/Mg-karbonat. Memanaskan kedua tabung reaksi diatas
penangas air dan amati serta catat perubahan yang terjadi dalam setiap tabung
tersebuat. Jelaskan peristiwa yang terjadi dan tuliskan reaksi kimianya.
Dalam industri biasanya filtrate (hasil penyaringan sabun) yang
mengandung gliserol dipisahkan dengan cara penyaringan vakum atau denga cara
kimia, kemudian dimurnikan.
3.3.3 Penentuan Kadar Asam Lemak
Menimbang 0,5 g sabun yang telah dipotong kecil, larutkan dalam 400 ml
air suling, menambahkan 1-3 tetes fenolftalain, panaskan hingga mendidih,
kemudian didinginkan. Mengencerkan menjadi 500 ml dalam labu takar. Ambil 20
ml larutan sabun dengan pipet, masukkan dalam corong pemisah, tambahkan 10 ml
petroleum eter, lalu gojlog. Jika terbentuk emulsi, tambahkan 10 ml NaCl jenuh,
lalu gojlog lagi 10-15 menit dan dibiarkan beberapa menit. Lapisa petroleum eter
dipisahkan. Perlakuan ekstraksi dilakukan 3x.
Lapisan eter dimasukkan dalam corong pisah, tambahkan 20ml H2O dan 2
tetes indicator fenolftalain, kocok, dibiarkan, kemudian lapisan air tidak bersifat
basa lagi. Kedalam lapisan petroleum eter ditambahkan 20ml alcohol, lalu dikocok
selama 10-15menit lalu dibiarkan beberapa menit. Lapisan alcohol dipisahkan
kedalam Erlenmeyer 150ml, menambahkan 2 tetes fenolftalain lalu dititrasi dengan
NaOH 0,005N.
Hitung konsentrasi asam lemak dalam sabun sebagai asam stearate,
C17H35COOH dengan rumus :
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data tabel pengamatan


4.1.1 Pembuatan sabun natrium

No Perlakuan Pengamatan
1 10 g minyak + 10 ml etanol 95% Minyak berwarna kuning menjadi kuning
+10 ml NaOH 25%. pudar
2 Memanaskan larutan Terbentuk buih (busa)
3 + NaCl jenuh Terjadi emulsi larutan tidak
berwarna,endapan berwarna putih gading
4 Menyaring endapan Endapan berwarna putih gading, bobot
endapan 41.76 g

4.1.2 Sifat-sifat sabun


No Perlakuan Pengamatan
1  Tabung 1 + 5 ml  endapan menjadi berbentuk bulatan, dan larutan
HCl bening
 endapan larut, warna larutan menjadi keruh,
 Pemanasan pada bagian atas terbentuk lapisan kuning
 Bobot endapan 0.81 g
2  Tabung II + 5 ml  endapan menjadi berbentuk bulatan, dan larutan
CaCO3 keruh
 Pemanasan  endapan larut, warna larutan bagian bawah tak
berwarna, tengah keruh dan bagian atas lapisan
kuning
 Bobot endapan 3.62 g
4.1.3 Penentuan Kadar Asam Lemak

Perlakukan Pengamatan
Sabun dipotong-potong kemudian 0.5 gram
ditimbang
0.5 g sabun + Air + PP + ↑oC Larut, berbusa, larutan berwarna ungu
muda
Sabun + petroleum eter (ekstraksi) Terbentuk 2 fasa, atas petroleum eter,
bawah sabun
Terbentuk 2 fasa, atas petroleum eter,
bawah sabun
Lapisan Alkohol dititrasi V NaOH = 0.4 mL

4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini adalah Pembuatan sabun natrium dengan reaksi saponifikasi,
Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan
asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabun dan hasil
samping berupa gliserol. Sabun adalah garam logam alkali yang mempunyai rangkaian
karbon yang panjang dari asam-asam lemak, dimana dalam percobaan ini alkali yang
dimaksud adalah natrium (Na) dari basa kuat NaOH. Gugus induk lemak disebut fatty
acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C-18) yang berikatan
membentuk gugus karboksil. Sabun memiliki sifat yang unik, yaitu pada strukturnya
dimana kedua ujung dari strukturnya memiliki sifat yang berbeda. Pada salah satu
ujungnya terdiri dari rantai hidrokarbon asam lemak yang bersifat lipofilik (tertarik pada
atau larut lemak dan minyak) atau basa yang disebut ujung nonpolar sedangkan pada ujung
lainnya merupakan ion karboksilat yang bersifat hidrofilik (tertarik pada atau larut dalam
air) atau ujung polar.

Gambar 1 Struktur Sabun

Reaksi saponifikasi yang terjadi adalah sebagai berikut :


CH3(CH2)14CO2 H + 3 NaOH → 3 CH3(CH2)14CO2Na + C3H8O3
Larutan yang telah dicampurkan tersebut kemudian didukan agar larutan cepat
bereaksi. Pada saat dicampurkan, campuran membentuk 2 lapisan yang pada bagian
atas berwarna kuning dan bagian bawah berwarna putih pudar. Kemudian ditambahkan
80ml NaCl jenuh untuk mengendapkan sabun (Garam NaCl akan memisahkan antara
produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang
memisah dari gliserol). lalu didinginkan dan disaring sehingga didapat berat sabun
sebesar 41.76 gram.
Kemudian endapan pada kertas saring diambil kira-kira 1 gram dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan 10 ml air panas, dan diaduk sampai
homogen. Selanjutnya larutan sabun tersebut dibagi kedalam 2 taung reaksi.
Berdasarkan percobaan tersebut diperoleh endapat di masing – masing tabung reaksi
dengan bobot 0.8 g dengan penambahan HCl, dan 3.62 g dengan penambahan
karbonat.
Pada percobaan Selanjutnya merupakan uji sifat-sifat sabun atau uji kesadahan.
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila
dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah air dapat membentuk busa
apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan
membentuk busa. Kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam
hubungannya dengan usaha memanipulasi nilai pH.
Air sadah adalah air yang mengandung ion Ca2+ atau Mg2+ biasanya terbentuk
dari garam karbonat atau sulfat. Air sadah mempunyai sifat yaitu menyebabkan sabun
sukar berbuih dan timbulnya sejenis karang dan kerak.
Pada hasil percobaan pada kedua tabung setelah dipanaskan terbentuk endapan
sabun berwarna putih gading.
Sabun sukar berbuih dalam air sadah, karena ion Ca2+ yang terkandung
mengendapkan Sabun Natrium. Reaksinya sebagai berikut :
5
CaCO3 + 2C17H35COONa → (C17H35COO)2Ca + NaCO3
Ca-Karbonat stearate natrium endapan sabun Na Karbonat
Selain direaksikan dengan larutan ion Ca2+, sabun juga direaksikan dengan
larutan HCl. Dalam asam, sabun akan dihidrolisa menjadi asam lemak kembali.
Reaksi sebagai berikut :

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa sabun adalah garam alkali dari
asam lemak sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam
air bersifar basa. Jika larutan sabun dalam air diaduk akan menghasilkan buih. Sabun
dapat membersihkan, sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun digunakan untuk
mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunya
guguspolar dan non polar. Molekul sabun memiliki rantai CH3(CH2)16 yang bertindak
sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air), dan larut dalam senyawa
organic, sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dalam
larut dalam air.
Dalam percobaan tentang penentuan kadar asam lemak dari sabun
menggunakan alat ekstraksi yaitu dengan menggunakan corong pisah, yang
kemudian dititrasi untuk diketahui persentase asam lemak dari sabun Fresh
tersebut.
Pertama yang didahulukan yaitu sabun dipotong kecil-kecil, kemudian
ditimbang sebanyak 0,5 g. setelah itu dilarutkan dengan 400 mL air dan
menambahkan 1-3 indikator pp dalam hal ini agar mengetahui bahwa larutan
tersebut mengandung asam atau basa. Setelah penambahan indikator pp yaitu
terjadi perubahan warna ungu muda dan ini menandakan bahwa larutan tersebut
bersifat basa. Kemudian dipanaskan sambil dikocok, fungsi dipanaskan yaitu agar
dapat mempercepat larutnya sabun. Sabun yang telah larut tersebut diencerkan
menjadi 500 mL.
Selanjutnya yaitu diambil 20 mL larutan, kemudian dimasukkan kedalam
corong pisah, ditambahkan 10 mL petroleum eter lalu dikocok, petrolrum ini
berfungsi untuk mengikat asam lemak dari larutan air sabun tersebut. Ketika
dilakukan pengocokan terjadi emulsi dan adanya 2 fasa yaitu fasa organik dalam
hal ini petroleum eter yang berada lapisan atas yang dalam hal ini adalah petroleum
eter yang berada pada lapisan atas kuning dan lapisan air pada bagian bawah putih
keruh, dan beremulsi. Karena itu, ditambahkan 10mL larutan NaCl jenuh lalu di
kocok selama 10 menit untuk menghilangkan emulsi.
Reaksi antara stearat dan NaCl yaitu :
C17H35COOH + NaOH → C17H35COONa + H2O
Setelah itu lapisan petroleum eter dipisahakan. Lapisan eter dimasukan
dalam corong pisah kemudian ditambahkan 10 mL air dan 2 tetes indikator pp
dikocok. Perlakuan dilakukan sebanyak 3x yang bertujuan agar air tidak bersifat
basa lagi. Fungsi dari pengocokkan ini agar zat pelarut terdistribusi dalam kedua
pelarut yang tak saling campur.
Lapisan petroleum eter yang berada dalam corong pisah ditambahkan 20 mL
Alkohol lalu dikocok selama 10 menit dan dibiarkan beberapa menit. Fungsi penambahan
Alkohol ialah untuk menarik pengotor-pengotor yang masih tersisa dalam petroleum eter.
Lapisan petroleum eter tersebut kemudian dilakukan titrasi. volume yang diperoleh ketika
titrasi sebesar 0.4 ml titran NaOH, sehingga dapat diketahui persen asam lemak dari sabun
batang tersebut sebesar 2.84 %. Asam stearat berlaku sebagai zat asam yang nantinya
bereaksi dengan basa yaitu NaOH yang membentuk sabun atau disebut juga reaksi
penyabunan.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu baan dari campurannya, ekstraksi
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada
kelarutan komponen lain dalam campuran. Ekstraksi meliputi distribusi zat terarut diantara
dua pelarut yang tidak dapat bercampur. Pelarut umum yang dipakai adalah air dan pelarut
organik lain seperti CHCl3, etanol atau pentane. Garam anorganik, asam-asam dan basa-
basa yang dapat larut dalam air bisa dipisahkan dengan baik melalui ekstraksi ke dalam air
dari pelarut yang kurang padat. Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan beruang kali dengan
jumlah pelarut yang lebih kecil daripada jumlah pelarutnya yang banyak, tetapi
ekstraksinya hanya sekali.
Ekstraksi pelarut daam skala laboratorium dilakukan dalam suatu corong pisah.
Pemisahan dilakukan dengan mengocok sehingga terjadi kesetimbangan komponen yang
akan dipisahkan dalam pelarut air dan pelarut organik. Pelarut yang massa jenisnya lebih
besar akan berada di bawah sehingga akan terjadi dua lapisan, yaitu lapisan fasa air dan
fasa organik yang kemudian dipisahkan melalui kran corong. Pemisahan dapat dilakukan
dengan ekstraksi satu tahap atau lebih. Semakin banyak tahap ekstraksi banyaknya
komponen yang dapat terpisahkan akan semakin banyak.
Seperti pada perlakuan yang dilakukan pada percobaan kali ini yaitu larutan sabun
yang ditambahkan dengan pelarut organik yaitu kloroform yang dimasukkan dalam corong
pisah dan digojog. Bila terbentuk emulsi tambahkan NaCl jenuh. Penggojokan berfungsi
agar campuran dapat bercampur dan nantinya petroleum eter dapat mengikat lemak yang
terdapat dalam larutan sabun. Setelah lapisan petroleum eter didapat tambahkan pelarut
air agar sifat basanya berkurang dan indikator pp. apisan klororform ditambahkan lagi
dengan air sampai air tidak bersifat basa yang ditandai dengan hilangnya warna merah
muda yang menjadi indikator bahwa campuran sudah tidak basa lagi. Kemudian dalam
lapisan kloroform ditambahkan alkohol dan NaCl jenuh. Diambil lapisan alkohonya dan
ditambahkan dengan indikator pp dan dititrasi. Petroleum eter dan alkohol adaah senyawa
yang berfungsi untuk melarutkan lemak.

Prinsip dalam pelarutan yaitu like disolved like. Larutan satu akan mampu
bercampur sempurna dengan larutan lain apabila memiiki sifat (polaritas) yang sama atau
tidak jauh berbeda. Bila pencampuran dilakukan antar larutan yang memiliki tingkat
polaritas yang berbeda maka akan terbentuk lapisan antar muka (interface) yang
memisahkan kedua fase larutan. Peristiwa ini dapat dilihat dari pencampuran antara 2
pelarut organik yaitu petroleum eter dan alkohol. Salah satu hal yang dapat kita lakukan
agar larutan tidak saling campur tersebut menjadi campur yaitu dengan menggojoknya.
Menggojog bertujuan untuk mempercepat reaksi. Selain itu sifat dari petroleum eter adalah
pelarut non polar dan akohol adalah pelarut non polar.
BAB V
KESIMPULAN

 Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akandihidrolisis
parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa. Jika larutan sabun
dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwaini tidak akan terjadi
pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam
Mg atau Ca dalam air mengendap
 Pembuatan sabun dapat dilakukan dengan proses saponifikasi dengan mereaksikan
minyak kelapa (trigliserida) dengan alkali (NaOH). Berat sabun yang dihasilkan
pada praktikum ini adalah sebesar 41.76 gram.
 Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimiakoloid,
sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencucikotoran yang
bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non
polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak
sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic
sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut
dalam air.
 Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan
kotoran non polar) Polar : COONa+ (larut dalam air, hidrofilik dan juga
memisahkan kotoran polar). Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan
menurunkan tegangan permukaan sehingga kain menjadi bersih. meresap lebih
cepat ke permukaan kain. Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan
ekornya dan mengikat molekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena
antara molekul kotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi. Sedangkan
bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan menarik molekul
kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.
DAFTAR PUSTAKA

Banan. 2012. ―Laporan Saponifikasi‖.http://banansae.blogspot.com/2012/02/laporan-


saponifikasi.html. [Diakses 18 Mei 2014].
Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik. Jilid 2. Erlangga. Jakarta
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik. Jakarta. Erlangga
Hudin Uswana.2012. Laporan Praktikum Kimia Pembuatan Sabun http://hudin-
uswana.blogspot.com/2012/03/laporan-pratikum-kimia-membuat-sabun.html
Putri. 2012. Laporan Praktikum Kimia Dasar Reaksi Saponifikasi Serta Pengujian Sifat
Surfaktan Sabun Dan Detergen.http://putri.blogspot.com/[Diakses 18 Mei
2014]
LAMPIRAN
PERTANYAAN PRAPRAKTEK
1. Gambarlah molekul lemak padat dan persamaan penyabunannya menjadi sabun
natrium.
Jawab :

2. Gambarlah struktur lengkap yang menunjukan semua ikatan pada asam stearat dan
natrium stearate.
Jawab :
O

- +
H3C O Na

(natrium stearate)

3. Apa beda sabun natrium dan sabun kalium?


Jawab :
Sabun kalium (ROOCK) terbuat dari lemak dengan KOH, sifatnya lunak
dan umumnya digunakan untuk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian dan
perlengkapan rumah tangga. Struktur dari sabun natrium adalah C17H35-C-Na(O)-
O (Solomons, 2004).
Sabun natrium (RCOONa) terbuat dari lemak dengan NaOH sifatnya keras
dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam dan untuk
mengatur kekerasan sabun kalium. Struktur dari sabun kalium adalah C17H35-C-
K(O)-O (Solomons, 2004).
4. Gambarlah struktur ion karboksilat, ion alkali sulfat dan ion alkilbenzenasulfonat
Jawab :
Karboksilat Ion Sulfat

H3C
O
- +
(H 2C) 10H3C-H 3C S O Na

O Alkilbenzenaulfonat

5. Tuliskan struktur kalsium stearat. Apakah garam ini larut dalam air?
Jawab : struktur kalsium stearate : (Ca(C18H35O2)2)
Kelarutan dalam air : tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam
minyak bumi, benzena dan toluena.
PERHITUNGAN
Dik : Volume NaOH = 0.4 ml
Volume larutan sabun = 20 ml
Bobot sabun = 0,5 gram
Dit : konsentrasi asam lemak ?
Jawab :

= 2.84 %
LAMPIRAN

Gambar 1 Ekstraksi Kadar Asam Lemak


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
PERCOBAAN II
PROTEIN DAN ASAM AMINO

Disusun Oleh :
Rina Febrina 1530221003

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH SUKABUMI PROGRAM STUDI KIMIA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Asam amino merupakan monomer yang menyusun polimer polimer pada protein.
Asam amino dapat mengalami hidrolisis yang menghasilakan hidrolisat protein. Hidrolisat
protein diaumsikan sebagai protein yang mengalami degradasi hidrolitik dngan asam atau
basa kuat dengan hasil berupa campuran beberapa hasil. Tubuh dapat mensintesis beberapa
asam amino, tetapi tidak semua. Ada 8 sampai 10 asam amino esensial yang harus ada
dalam makanan. Asam-asam amino ini tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga harus
tersedia dalam makanan.
Dengan menggunakan teknik kromatografi, berbagai macam asam amino dalam
hidrolisat protein dapat diidentifikasi. Kromatografi digunakan untuk memisahkan
substansi campuran menjadi komponen-komponenya, selain teknik ini ada berbagai cara
untuk dalam pengujian terhadap protein yaitu dengan reaksi uji asam amino dan reaksi uji
protein. Reaksi uji asam amino terdiri dari 6 macam uji yaitu: uji milon, uji Hopkins cole,
uji beleranh, uji xantropoteat, uji ninhidart dan uji biuret. Sedangkan untuk uji protein
berdasarkan pada pengendapan garam, pengendapan oleh logam dan alkohol, serta uji
koagulasi dan denaturasi protein.
1.2 Tujuan
1. Mempelajari kimia gugus asam dan gugus amina pada asam amino dan protein.
2. Mengenal uji kimia yang membedakan asam amino dan protein.
3. Membandingkan sifat-sifat golongan primer alami (protein) dengan monomernya
(asam amino).
4. Mempelajari beberapa bahan pangan yang mengandung protein dan asam amino.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Asam amino terdiri dari sebuah gugus amino, sebuah gugus karboksil, sebuah atom
hydrogen, dan gugus R yang terikat pada sebuah atom C yang dikenal sebagai karbon α,
serta gugus R merupakan rantai cabang. (Winarno, 2008)
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N yang
tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein mengandung gula terpor
belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga.
(Winarnno, 1997).
Protein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar antara
ribuan hingga jutaan satuan(g/mol). Protein tersusun dari atom-atom C,H,O dan N
ditambah beberapa unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu membentuk unit-unit
asam amino. Urutan asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu
dengan yang lain, menentukan sifat biologis suatu protein. (Girinda, 1990).
Sifat-Sifat Fisikokimia Protein
 Sifat fisikokimia setiap protein tidak sama, tergantung pada jumlah dan jenis
asam aminonnya.
 Berat molekul protein sangat besar.
 Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi semua
protein tidak larut dalam pelarut lemak.
 Bila dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein akan
berkurang, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan
protein ini disebut salting out.
 Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol maka protein akan
menggumpal
 Protein dapat bereaksi dengan asam dan basa.
Fungsi Protein
 Sebagai Enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau di bantu oleh suatu senyawa
makromolekul spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang sangat sederhana seperti
reaksi transportasi karbondioksida yang sangat rumit seperti replikasi kromosom. Protein
besar peranannya terhadap perubahab-perubahan kimia dalam sistem biologis.
 Alat Pengangkut dan Penyimpanan
Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau
dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut oksigen
dalam eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam otot.
 Pengatur Pergerakan
Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya
dua molekul protein yang saling bergeseran.
 Penunjang Mekanik
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebebkan adanya kolagen, suatu
protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut.
 Pertahanan Tubuh atau Imunisasi
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus yang
dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke dalam
tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-sel asing lain. Dll (Lehninger, 1996)
Uji Biuret
Pada uji biuret, ketika beberapa tetes larutan CuSO4 yang sangat encer
ditambahkan pada alkali kuat dari peptida atau protein dihasilkan warna ungu, adalah test
yang umum untuk protein dan diberikan oleh peptida yang berisi dua atau lebih rantai
peptida. Biuret dibentuk dengan pemanasan urea dan mempunyai struktur mirip dengan
struktur peptida dari protein(Routh, 1969)
Uji Xanthoprotein
Uji xantoprotein dapat digunakan untuk menguji atau mengidentifikasi adanya
senyawa protein, karena uji xantoprotein dapat menunjukan adanya senyawa asam amino
yang memiliki cincin benzene seperti fenilalanin, tirosin, dan tripofan. Langkah
pengujianya adalah larutan yang diduga mengandung senyawa protein ditambahkan larutan
asam nitrat pekat sehingga terbentuk endapan berwarna putih. Apabila larutan tersebut
mengandung protein maka endapat putih tersebut apabila di[anaskan akan berubah menjadi
warna kuning.
Denaturasi Protein
Bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah, maka
dikatakan protein ini terdenaturasi. Sebagian besar protein globulermudah mengalami
denaturasi. Jika ikatan-ikatan yang membentuk konfigurasi molekul tersebut rusak,
molekul akan mengembang. Kadang-kadang perubahan ini memang dikehendaki dalam
pengolahan makanan, tetapi sering pula dianggap merugikan sehingga perlu dicegah.
(Winarno, 2008)
BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi, pipet, dan
termometer.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah albumin 5%, HCl pekat, HNO3
pekat, NaOH pekat, HCl 10%, NaOH 10%, CuSO4 10%, AgNO3 1%, albumin telur, asam
glutamate, kasein/gelatin, NaNO2 5%, dan HCl 5%.
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Koagulasi Protein
Menyediakan 5 buah tabung reaksi, kemudian mengisi masing-masing tabung
tersebut dengan 2 ml lautan albumin 5%. Pada tabung 1 memanaskan perlahan-lahan
dengan api kecil. Mencatat suhu pada saat protein mulai berkoagulasi. Pada tabung 2
menambahkan 4 ml etanol dan HCl pekat. Tabung 3 menambahkan beberapa tetes HCl
pekat. Pada tabung 4 menambahkan beberapa tetes HNO3 pekat. Pada tabung 5
menambahkan beberapa tetes NaOH pekat. Mengamati dan mencatat perubahan-perubahan
yang terjadi pada setiap tabung dan membedakan hasilnya satu sama lain.
3.3.2. Pengendapan Protein dan Kation
Menyediakan 5 buah tabung reaksi. Memasukkan 5 ml air pada tabung 1. Pada
tabung 2 mengisinya dengan larutan albumin 5%. Pada tabung 3 mengisinya dengan 5ml
air dan 4 tetes HCl 10%. Memasukkan 5ml larutan albumin 10% dan 4 tetes HCl 10% pada
tabung 4. Sedangkan pada tabung 5 mengisinya dengan 5ml air dan 4 tetes NaOH 10%,
dan pada tabung terakhir mengisi dengan 5ml albumin 10% dan 4 tetes NaOH 10%.
Selanjutnya menambahkan 2ml larutan CuSO4 10% ke dalam setiap tabung. Mengamati
dan mencatat setiap perubahan yang terjadi pada setiap tabung,

3.3.3. Pengaruh Logam Berat pada Protein dan Larutan Asam Amino
Mencampurkan beberapa tetes larutan AgNO3 1% dengan 1ml bagian dari albumin
telur, gelatin dan larutan asam glutamat pada tabung yang berbeda. Mencatat dan
mengamati perubahan yang terjadi.
3.3.4. Reaksi Warna Biuret Untuk Protein
Memasukkan 1 ml larutan albumin 5% ke dalam tabung reaksi dan menambahkan
1ml larutan NaOH 10%. Kemudian menambahkan 1 tetes larutan CuSO4 1%. Mengamati
dan mencatat warna yang terbentuk.
3.3.5. Reaksi Xanthoproteat dengan Protein
Memasukkan sejumlah kecil serbuk kasein atau gelatin ke dalam tabung reaksi.
Menambahkan 1ml HNO3 pekat, kemudian memanaskan perlahan-lahan. Mengamati
perubahan warna yang terjadi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Tabel pengamatan


2.1.1 Pengendapan protein dan kation
Perlakuan Pengamatan
Tabung 1 : 5 ml air + Cu SO4 10% dari warna bening menjadi warna biru
Tabung 2 : 5 ml larutan albumin warna biru muda dan terbentuk endapan
+ Cu SO 4 10% albumin yang berbentuk heliks
Tabung 3 : 5 ml air + 4 tetes HCl 10 % warna yang awalnya bening menjadi
+ Cu SO4 10% warna biru muda
Tabung 4 : 5 ml larutan albumin + 4 terjadi emulsi dan terdapat endapan
tetes HCl 10% + Cu SO4 10% albumin
Tabung 5 : 5 ml air 4 tetes NaOH 10%
+ Cu SO4 10%
abung 6 : 5 ml albumin + 4 tetes NaOH NaOH tidak bereaksi dengan albumin
10% + Cu SO4 10% dan terbentuk benang-benang, larutan
berubah warna jadi biru muda dan
terbentuk endapan albumin

2.2 Pembahasan
2.2.1 Koagulasi protein
Pada percobaan koagulasi protein, protein yang digunakan merupakan albumin
putih telur. Pada uji ini, albumin ditambahkan dengan asam asetat dan apabila dipanaskan
maka akan terbentuk endapan. Koagulasi yang dimaksud adalah merupakan proses
penggumpalan atau pembekuan sehingga membentuk endapan. Misalnya jika terjadi luka,
langkah awal koagulasi adalah dengan pelepasan komponen fosfolipid (en:phospholipid)
yang disebut faktor jaringan (en:tissue factor) dan fibrinogen sebagai inisiasi sebuah
reaksi berantai]. Segera setelah itu keping darah bereaksi membentuk penyumbat pada
permukaan luka, reaksi ini disebut hemostasis awal (en:primary). Hemostasis lanjutan
(en:secondary) terjadi hampir bersamaan:protein dalam plasma darah yang disebut faktor
koagulasi merespon secara berjenjang dan sangat rumit untuk membentuk jaring-jaring
fibrin yang memperkuat penyumbatan keping darah (Furie, 2005). Pada uji koagulasi,
panas digunakan untuk mengacaukan ikatan hydrogen dan interaksi hidrofobik nonpolar
pada protein sehingga protein albumin terdenaturasi dan terkoagulasi sehingga
kemampuan mengikat airnya menurun. Hal tersebut dapat terjadi karena suhu tinggi dapat
meningkatkan energy kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau
bergetar sangat cepat sehingga mangacaukan ikatan molekul tersebut. Hal ini terjadi
karena energy panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada
pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan
peptida.

2.2.2 Pengendapan protein dan kation


Selanjutnya adalah percobaan mengenai pengendapan protein, dimana pada
praktikum kali ini pengendapan yang dilakukan adalah pengendapan dengan amonium
sulfat dan pengendapan dengan mineral pekat. Dalam pemgendapan dengan amonium
sulfat pada semua sampel yang diuji menunjukkan adanya pengendapan larut. Hal tersebut
menunjukkan bahwa suatu protein dapat diendapkan. Sedangkan untuk pengendapan
dengan mineral pekat hanya dilakukan pada sampel susu dan susu kedelai. Dimana pada
sampel susu jika dengan 1 ml HNO3 telah terjadi endapan. Untuk sampel kedelai pada
percobaan kedua yaitu dengan 2 ml HCl baru terjadi pengendapan. Sesuai dengan teori
bahwa pengendapan protein terjadi dikarenakan adanya gugus fungsional dan bentuk ion
ganda (switzer ion) yang terdapat pada sruktur protein yang telah dicampurkan
sebelumnya.
Suatu asam amino mengandung baik suatu ion karboksilat (-COO2-) maupun suatu
ion ammonium (-NH3+) dalam suatu molekul. Oleh karena itu asam amino bersifat
amfoter.: asam ini dapat bereaksi dengan asam(HCl) ataupun dengan basa(NaOH) dalam
praktikum, masing-masing dengan menghasilkan suatu kation atau suatu anion.

Dalam Asam:
-
CO2 CO2H
+ + +
H3N C H + H H3N C H
R R
Suatu kation
Dalam Basa:
- -
CO2 CO2
+ -
H3N C H + OH H2N C H + H2O
H R R
Suatu anion
Pengendapan ini terjadi apabila protein yang berada dalam keadaan isoelektrik
bermuatan negative bertemu dengan logam yang bermuatan positif sehinggaa
menyebabkan netralisasi dan menghasilkan endapan garam proteinat yang mengendap dan
bersifat reversible. Larutan protein telur dan susu pada saat ditambah dengan CuSO4
membentuk endapan yang berwarna biru. Warna biru ini berasal dari logam Cu2+ yang
berwarna biru. Saat penambahan CuSO4 berlebih menyebabkan endapan biru tersebut
larut sehingga membentuk larutan yang berwarna biru. Berdasarkan hal ini berarti
pengendapan protein dengan logam berat bersifat reversible.
Reaksi secara umum :

2.2.3 Pengaruh logam berat pada protein dan asam amino


Percobaan ketiga yaitu pengendapan dengan logam dihasilkan tabung 1 PbNO3 +
1mL albumindan tabunng 2 PbNO3 + kasein hasil yang diperoleh kedua dua terdapat
endapan berwarna putih susu dan larutan keruh. Endapan yang terbentuk merupakan
endapan yang berasal dari protein yang diuji, endapan ini terjadi karena adanya reaksi
logam Pb dengan protein. Logam Pb ini merupakan logam yang mengandung ion positif.
Dimana salah satu sifat dari logam yang mengandung ion positif dapan menghasilkan
endapan jika direaksikan dengan protein. Sama halnya dengan Hg yang juga merupakan
logam yang mengandung ion positif yang juga dapat menghasilkan endapan jika
direaksikan dengan protein dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan
muatan. Dimana pengendapan akan terjadi bila protein berada dalam bentuk isoelektrik
yang bermuatan negatif, dengan adanya muatan positif dari logam berat akan terjadi reaksi
netralisasi dari protein dan dihasilkan garam protein yang mengendap.
Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa protein dapat terkoagulasi sebagai
akibat dari denaturasi protein. Denaturasi protein dapat terjadi karena adanya pengaruh
dari logam-logam berat. Jika terjadi denaturasi protein, akan terjadi pula penurunan
kelarutan protein dalam air, sehingga terbentuklah gumpalangumpalan putih.
Penambahan logam berat seperti AgNO3, Pb-asetat, dan HgCl akan membentuk
endapan logam proteinat. Ikatan yang terbentuk amat kuat dan akan memutuskan
jembatan garam, sehingga protein mengalami denaturasi. Secara bersamaan gugus –
COOH dan gugus –NH2 yang terdapat dalam protein dapat bereaksi dengan ion logam
berat dan membentuk senyawa kelat. Jumlah endapan yang yang dihasilkan dipengaruhi
oleh kereaktifan logam berat yang ditambahkan. Logam Ag dan Hg lebih reaktif daripada
Pb karena kedua logam tersebut merupakan logam transisi pada system periodic unsur.
Persamaan reaksi :

2.2.4 Reaksi warna biuret untuk protein


Pada praktikum ini hal pertama yang dilakukan adalah memasukan 1ml larutan
protein albumin pada masing-masing tabung reaksi, lalu ditambahkan dengan 1 ml NaOH
0,1 N pada larutan protein albumin. Setelah ditambah larutan NaOh, terdapat endapan
putih di dalam larutan dan bintik-bintik berwarna merah muda, yang sebelumnya albumin
(putih telur) berwarna putih bening kental. Penambahan larutan NaOH pada larutan protein
tersebut yaitu sebagai katalis yang berfungsi untuk menghancurkan atau memecahkan
protein. Kemudian pada larutan protein albumin tersebut ditambahkan dua tetes larutan
CuSo4 0,1 N, sampai timbul warna pada larutan protein albumin. Setelah ditambahkan
larutan CuSo4 pada larutan protein albumin, terjadi perubahan warna pada larutan albumin
yaitu warna larutan menjadi berwarna ungu dan warna ungu tetap tidak hilang walaupun di
kocok, serta masih terdapat endapan putih.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan terbukti adanya protein pada larutan
albumin. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

R – CH – COOH + 2NaOH + CuSO4  R – CH – COOH + Cu(OH)2 + Na2SO4


NH2 NH2
Larutan CuSO4 yang bersifat basa akan bereaksi dengan polipeptida, sedangkan
polipeptida merupakan penyusun protein. Yang menandakan adanya protein yaitu terdapat
ikatan peptida yang lebih banyak, hal itu terbukti saat penambahan larutan CuSO4 dan
dikocok larutan tetap berwarna ungu yang menandakan bahwa ikatan peptidanya kuat,
karena apabila ikatan peptidanya lemah, penambahan larutan CuSO4 akan menyebabkan
warna ungu tersebut memudar saat dikocok. Uji Biuret digunakan untuk membuktikan
adanya peptida pada larutan protein albumin. Dan dari hasil percobaan yang telah
dilakukan terbukti adanya protein pada larutan albumin.
2.2.5 Reaksi xanthroproleat dengan protein
Uji xanthoprotein digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino tirosin,
fenilalanin, dan triptofan dalam protein. Inti benzen yang terdapat di dalam molekul tirosin,
fenilalanin, dan triptofan akan ter-nitrasi dengan penambahan HNO3. Senyawa nitro yang
terbentuk berwarna kuning dan dalam lingkungan alkalis akan terionisasi dengan bebas dan
warnanya menjadi lebih tua atau berubah menjadi jingga.
Uji xantoprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan untuk
menunjukkan adanya gugus benzena (cincin fenil). Asam amino yang menunjukkan reaksi
positif untuk uji ini adalah tyrosin, phenilalanin, dan tryptophan. Reaksi positif ada uji
xantoprotein adalah munculnya gumpalan atau cincin warna kuning. Pada uji ini,
digunakan larutan HNO3 yang berfungsi untuk memecah protein menjadi gugus benzene.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa :
 Pada protein dapat terdenaturasi karena pengaruh logam berat, suhu (pemanasan),
dan pH (asam-basa).
 Pada uji koagulasi, terbentuk gumapalan-gumpalan yang berasal dari protein.
Koagulasi dapat terjadi bila larutan protein berada pada titik isoelektriknya.
DAFTAR PUSTAKA

Andika Rudianto. 2012. Asam amino dan protein Bebas.


http://andikarudianto.blogspot.com/2012/05/asam-amino-dan-protein.html
Qworo. 2012. Kimia Organik : asam amino.
http://qworo.blogspot.com/2012/05/kimia-organik-asam-amino.html
Velahumaira. 2014. Laporan Kimia Organik II.
http://velahumaira.blogspot.com/2014/03/laporan-kimia-organik-reaksi.html
LAMPIRAN

PERTANYAAN PRAPRAKTIK
1. Apa artinya residu, denaturasi, dan polipeptida?
2. Jelaskan mengapa asam glutamat bersifat asam dan lisina adalah asam amino basa?
3. Apakah tripeptida akan memberikan uji Biuret positif? Jelaskan!
4. Manakah dari berikut yang membedakan protein dan asam amino biuret, ninhidrin, atau
xantoproteat?
Jawaban:
1. Residu adalah protein yang terdiri dari unit monomer asam amino, atau peptida
merupakan polimer asam amino dan asam amino yang menyusun peptida tersebut
dinamakan residu.Denaturasi adalah perusakan bentuk tiga dimensi dari molekul
oleh berbagai cara fisik dan kimia, seperti perubahan suhu atau pH sedikit saja
mengakibatkan perubahan struktur, selain itu juga disebabkan oleh pengaruh sinar
X atau sinar UV dan penambahan pelarut organic.Polipeptida adalah apabila
peptida mengandung lebih dari 10 asam amin.
2. Asam glutamat bersifat asam dan lisina bersifat basa karena struktur asam glutamat
terdapat gugus penentu –COOH (gugus penentu asam) sedangkan pada struktur
lisina terdapat gugus penentu –NH2 (gugus penentu basa).
3. Uji biuret selalu positif untuk protein, tetapi untuk asam amino tidak. Hasil positif
dinyatakan dengan pembentukan kompleks ungu merah jambu, jika Cu2+ dalam
larutan basa ditambahkan pada polimer protein yang mengandung ikatan poliamida,
dimana protein adalah poliamida, zat ini dapat dihidrolisis dalam larutan atau basa,
menghasilkan asam bebas. Reaksi ini digambarkan dengan tripeptida yang residu
asam aminonya terikat pada ikatan amidanya.
4. Uji yang membedakan protein dari asam amino yaitu uji biuret dimana sesuai
jawaban no.3, dimana uji biuret selalu positif untuk protein, tetapi tidak untuk asam
amino. Protein adalah poliamida, yang dapat dihidrolisis dalam larutan atau basa
menghasilkan asam bebas. Reaksi ini digambarkan dari ikatan peptida yaitu peptida
yang terdiri dari 3 asam amino

Вам также может понравиться