Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PERCOBAAN I
KARBOHIDRAT
Disusun Oleh :
Rina Febrina 1530221003
2.1 Pengertian
karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau
senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat
mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus
hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang
mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak
terhidrasi oleh n molekul air. Namun, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki
rumus demikian struktur pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula
sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa.
Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang
terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut
polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida,
terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian
beberapa monosakarida).
1.) Monosakarida
Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana karena molekulnya
hanya terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis
menjadi karbohidrat yang lain. Monosakarida di klasifikasikan menjadi 6 jenis,
yaitu: Diosa (C2H4O2), Triosa (C3H6O3), Tetrosa (C4H8O4), Pentosa
(C5H10O5), Heksosa (C6H12O6), dan Heptosa (C7H14O7) . Namun sebagian
besar monosakarida yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah dari
kelompok Heksosa dan Pentosa.
Glukosa
Glukosa adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber
tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis
dan awal bagi respirasi. Glukosa merupakan komponen utama gula darah, menyusun
0,065- 0,11% darah kita. Glukosa dapat terbentuk dari hidrolisis pati, glikogen, dan
struktur. Glukosa sangat penting bagi kita karena sel tubuh kita menggunakannya langsung
untuk menghasilkan 4truct. Glukosa dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut seperti
pereaksi Tollens sehingga sering disebut sebagai gula pereduksi.
Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa, monosakarida yang
mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus –
CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut ―cincin
piranosa‖, bentuk paling stabil untuk struktur berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap
karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan struktur kecuali atom kelimanya, yang
terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur
cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya
0.0026% pada pH 7.
Galaktosa
Fruktosa adalah suatu heksulosa, disebut juga levulosa karena memutar bidang polarisasi
ke kiri. Merupakan satu-satunya heksulosa yang terdapat di alam. Fruktosa murni rasanya
sangat manis, warnanya putih, berbentuk struktur padat, dan sangat mudah larut dalam air.
Fruktosa merupakan gula termanis, terdapat dalam madu dan buah-buahan bersama
glukosa. Di tanaman, fruktosa dapat berbentuk monosakarida dan/atau sebagai komponen
dari sukrosa. Sukrosa merupakan molekul disakarida yang merupakan gabungan dari satu
molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Sama seperti glukosa, fruktosa adalah suatu
gula pereduksi.
Manosa
Manosa adalah gula aldehida yang dihasilkan dari oksidasi manitol dan memiliki
sifat-sifat umum yang serupa dengan glukosa. Manosa, jarang terdapat di dalam makanan.
Di gurun pasir, seperti di Israel terdapat di dalam manna yang mereka olah untuk membuat
roti.
Ribosa
Ribosa adalah gula struktur yang ditemukan dalam semua sel tumbuhan dan hewan
dalam bentuk furanosa. Ribosa merupakan komponen RNA yang digunakan untuk
transkripsi genetika. Selain itu Ribosa juga berhubungan erat dengan deoksiribosa, yang
merupakan komponen dari DNA. Ribosa juga meupakan komponen dari ATP, NADH, dan
beberapa kimia lainnya yang sangat penting bagi struktural.
Xilosa
Xilosa suatu gula struktur, yaitu monosakarida dengan lima atom karbon dan
memiliki gugus aldehida. Gula ini diperoleh dengan menguraikan jerami atau serat nabati
lainnya dengan cara memasaknya dengan asam sulfat encer. Xilosa berbentuk serbuk
hablur tanpa warna yang digunakan dalam penyamakan dan pewarnaan dan dapat juga
digunakan sebagai bahan pemanis untuk penderita kencing manis (diabetes mellitus).
Arabinosa
Arabinosa disebut juga gula 6truct atau pektinosa. Arabinosa bersumber dari Getah
Arab , Plum, dan Getah Ceri , namun tidak memiliki fungsi Fisiologis. Arabinosa berupa
struktur putih yang larut dalam air dan gliserol namun tidak larut dalam alkohol dan eter.
Arabinosa digunakan dalam obat-obatan dan medium pembiakan bakteri. Arabisa dalam
reaksi Orsinol – HCl memberi warna : Violet , Biru , dan Merah , dengan memberi
Floroglusional- HCl.
Maltosa
Maltosa atau gula gandum, adalah disakarida yang terbentuk dari dua unit glukosa
bergabung dengan ikatan α(1 → 4), terbentuk dari reaksi kondensasi. Para isomaltose
isomer memiliki dua molekul glukosa dihubungkan melalui ikatan α(1 → 6). Maltosa
adalah anggota kedua dari seri biokimia penting dari rantai glukosa. Maltosa adalah
disakarida dihasilkan ketika struktur memecah pati. Hal ini ditemukan dalam biji
berkecambah seperti gandum. Hal ini juga dihasilkan ketika glukosa terbakar.
Maltosa dapat dipecah menjadi dua molekul glukosa dengan hidrolisis. Dalam
organisme hidup, enzim maltase dapat mencapai ini dengan sangat cepat. Di laboratorium
pemanasan dengan asam yang kuat untuk beberapa menit akan mendapatkan hasil yang
sama. Maltosa memiliki rasa yang manis, sekitar setengahnya glukosa dan sekirat
seperenam manisnya fruktosa.
Sukrosa
Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya yang
berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul C12H22O11. Senyawa ini
dikenal sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain
seperti hewan.
Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan gula bit. Dalam kehidupan sehari-hari sukrosa
dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun oleh molekul glukosa dan fruktosa yang
dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α. Sukrosa terhidrolisis oleh enzim invertase menghasilkan
α-D-glukosa dan β-D-fruktosa. Campuran gula ini disebut gula inversi, lebih manis
daripada sukrosa.
Jika kita perhatikan strukturnya, karbon anomerik (karbon karbonil dalam
monosakarida) dari glukosa maupun fruktosa di dalam air tidak digunakan untuk berikatan
sehingga keduanya tidak memiliki gugus hemiasetal.
Akibatnya, sukrosa dalam air tidak berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid
atau keton sehingga sukrosa tidak dapat dioksidasi. Sukrosa bukan merupakan gula
pereduksi.
Laktosa
Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah menjadi bentuk
lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Laktosa ada di dalam kandungan susu, baik
pada air susu ibu maupun susu struktur merupakan 2-8 persen bobot susu keseluruhan.
Mempunyai rumus kimia C12H22O11.
3.) Polisakarida
Polisakarida adalah molekul karbohidrat polimerik yang tersusun atas rantai
monosakarida yang panjang dan terikat oleh ikatan glikosidik. Polisakarida merupakan
suatu makromolekul (molekul besar). Jika polisakarida mengalami hidrolisis, maka akan
menghasilkan monosakarida dan disakarida.
Polisakarida seringkali bersifat heterogen, mengandung sedikit modifikasi unit
berulangnya. Makromolekul ini dapat memiliki sifat yang berbeda dari para penyusunnya,
tergantung pada struktur.
Polisakarida dapat bersifat amorf (berbentuk tak beraturan). Beberapa polisakarida
bahkan tidak larut dalam air. Polisakarida mengandung lebih dari sepuluh unit
monosakarida. Pengkategorian karbohidrat masuk ke dalam oligosakarida atau polisakarida
memang terkadang bias, dan itu tergantung dari pendapat masing-masing ahli biokimia.
Rumus Umum Polisakarida
Sakarida alami umumnya berupa karbohidrat sederhana yang disebut monosakarida
dengan rumus umum (CH2O)n dimana n adalah tiga atau lebih. Contoh monosakarida
adalah glukosa, fruktosa, da, galaktosa. Sedangkan polisakarida memiliki rumus umum
Cx(H2o)y dimana x biasanya antara 200 dan 2500. Mengingat bahwa unit berulang dalam
ranai polimer sebagian besar adalah monosakarida enam karbon, rumus umum polisakarida
juga dapat direpresentasikan sebagai (C6H10O5)n dimana 40<n<3000.Jenis-jenis
Polisakarida
Polisakarida dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu polisakarida
penyimpanan dan polisakarida struktural. Berikut adalah beberapa contoh polisakarida :
a.) Polisakarida penyimpanan
Pati (Amilosa)
Pati adalah polimer glukosa dimana unit glukopiranosa terikat oleh ikatan alfa. Pati
tersusun atas campuran amilosa (15-20%) dan amilopektin (80-85%). Amilosa terdiri dari
rantai linier dari beberapa ratus molekul glukosa, sedangkan amilopektin adalah molekul
bercabang yang terdiri dari beberapa ribu unit glukosa(setiap rantai 24-30 unit glukosa
merupakan satu unit amilopektin). Pati tidak larut dalam air. Pati dapat dicerna oleh
organisme yang dapat mematahkan ikatan alfa (glikosidik). Manusia dan hewan memiliki
amilase, sehingga bisa mencerna pati, kentang, beras, gandum, dan jagung merupakan
sumber utama pati dalam makanan manusia.
Glikogen
Glikogen berfungsi sebagai cadangan energi jangka panjang pada hewan. Glikogen
merupakan energi primer yang disimpan di jaringan adiposa. Glikogen dibuat oleh hati dan
otot, tetapi juga dapat dibuat melalui glikogenesis dalam otak dan perut.
Glikogen merupakan analog dari pati. Glikogen memiliki struktur yang mirip dengan
amilopektin tetapi lebih bercabang dan rapi daripada pati. Glikogen merupakan polimer
dari α(1→4) ikatan glikosidik, dengan α(1→6) cabang yang terhubung. Glikogen
ditemukan dalam bentuk butiran dalam sitosol/sitoplasma di banyak jenis sel, dan
memainkan peran penting dalam siklus glukosa. Glikogen membentuk energi cadangan
yang dapat dengan cepat dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan glukosa mendadak.
Glikogen lebih cepat tersedia sebagai cadangan energi daripada trigliserida (lemak)
b.) Polisakarida struktural
Selulosa
Pektin adalah salah satu kelompok polisakarida kompleks yang mengandung ikatan 1,4
residu asam α-D-galaktosiluronik. Pektin ada di sebagian besar dinding sel primer dan di
bagian non-kayu tanaman terestril.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung rekasi, pipet tetes,
penangas air, pengduk, stopwatch, gelas kimia 200ml, gelas kimia 100ml, pipet ukur,
dan thermometer.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah laritan gula (glukosa,
sukrosa, zat pati atau selulosa dalam air), peraksi molisch, pereaksi benedict, pereaksi
tollens, larutan fehling, asam sulfat pekat, air, glukosa, NaOH, sukrosa, laktosa, pati,
HCl dan larutan iodium.
E. Reaksi sukrosa
Larutkan 1,5 gram sukrosa dalam 200 ml air. Lakukan seperti percobaan B
(1, 2, 3 dan 4) dengan menggunakan sukrosa sebagai pengganti glukosa.
F. Reaksi laktosa
Larutkan 1,5 gram laktosa dalam 200 ml air. Lakukan seperti percobaan B
(1, 2, 3 dan 4) dengan menggunakan laktosa sebagai pengganti glukosa.
Pereaksi ini dibuat dari α-naftol dengan etanol. Karbohidrat oleh asam sulfat
pekat akan terhidrolisis menjadi monosalarida dan selanjutnya monosakarida
mengalami dehidrasi oleh asam sulfat pekat menjadi furfural atau hidroksi metil
furfural. Furfural dengan α-naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks
yang berwarna ungu. Apabila pemberian asam sulfat pada larutan karbohidrat yang
telah diberi α-naftol melalui dinding gelas dengan hati-hati maka warna ungu yang
terbentuk berupa cincin pada batas antara larutan karbohidrat dengan asam sulfat.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua karbohidrat yang diujikan (glukosa,
fruktosa, laktosa, selulosa, dan sukrosa) menghasilkan cincin berwarna ungu. Warna
yang terjadi disebabkan oleh kondensasi furfural atau derifatnya dengan a-Naftol
Baik karbohidrat aldosa (-CHO) maupun kelompok ketosa (C=O) akan memberikan
reaksi positif dengan pereaksi ini dengan menghasilkan cincin warna ungu.
B. Reaksi Glukosa
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi
senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung
dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto
bebas. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida
(laktosa,maltosa), kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula
pereduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan
aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula
pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi
diukur dengan menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat/dinitrosalycilic
acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm. Semakin tinggi nilai absorbansi yang
dihasilkan, semakin banyak pula gula pereduksi yang terkandung.
1. UJI FEHLING
Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent yang
digunakan dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH
dan KNa tartarat).Reaksi yang terjadi dalam uji fehling adalah :
Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada sampel
terbongkar ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam
karboksilat. Cu2O (endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil
sampingan dari reaksi pembentukan asam karboksilat.
Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga
diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion
Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai
larutan CuO. Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam
suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Hasil praktikum karbohidrat yang
diujikan (glukosa,laktosa,pati) dengan pereaksi Fehling menghasilkan endapan
berwarna merah bata. Hal ini menunjukan adanya gula pereduksi, Sedangkan
untuk sukrosa membentuk 2 fasa, biru di atas dan bening di bawah. Sukrosa tidak
termasuk gula pereduksi karena ujung dari gugusnya tidak mengandung gugus
aldehid ataupun keton. Sehingga tidak menunjukan mutarotasi.
2. Ui Benedict
Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan
natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari kuprisulfat menjadi ion
Cu+ yang kemudian mengendap sebagai CuO (Kupro Oksida). Adanya natrium
karbonat dan natrium sitrat membuat pereduksi benedict bersifat basa lemah.
Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning, atau merah bata. Hasil
praktikum karbohidrat yang diujikan (glukosa, pati dan laktosa) menunjukan
endapan merah bata. Hal ini menunjukan adanya gula pereduksi karena Benedict
dengan gula reduksi akan terjadi reaksi oksidasi dan dihasilkan endapan merah dari
kupro oksida
O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata
Tidak seperti glukosa dan laktosa, sukrosa tidak dapat mereduksi Benedict,
karena ia tidak memiliki gugus aldehida atau gugus keto bebas.
3. Uji Tollens
Pereaksi tollens merupakan suatu oksidator / pengoksidasi lemah yang dapat
digunakan untuk mengoksidasi gugus aldehid, -CHO menjadi asam karboksilat, -
COOH. Senyawa-senyawa yang mengandung gugus aldehid dapat dikenali melalui
uji tollens. Contoh senyawa-senyawa yang sering diuji dengan tollens adalah
formalin, asetaldehid, dan glukosa. Karena sifat pengoksidasinya lemah, maka
tollens tidak dapat mengoksidasi senyawa keton.
Pereaksi tollens ini dapat dibuat dari larutan perak nitrat, AgNO3. Mula-mula
larutan ini direaksikan dengan basa kuat, NaOH(aq), kemudian endapan coklat
Ag2O yang terbentuk dilarutkan dengan larutan amonia sehingga membentuk
kompleks perak amoniakal, Ag(NH3)2+(aq)
2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq) → Ag2O(s) + 2NaNO3(aq) + H2O(l)
Oleh sebab itu, larutan perak amoniakal ini sering ditulis secara sederhana sebagai
larutan Ag2O. Hasil pengamatan didapat pereaksi Tollens direaksikan dengan
karbohidrat (glukosa, sukrosa,laktosa,pati) tidak terbentuk cermin perak, larutan
masih tetap bening tidak terjadi reaksi.
Hasil tidak sesuai dengan Literatur. Seharusnya Tollens yang mengandung
perak nitrat akan bereaksi positif dengan karbohidrat yang diujikan (glukosa,
sukrosa,laktosa,pati) dan setelah dipanaskan karbohidrat yang diuji akan
mereduksi Ag2+ menjadi Ag+ dan menghasilkan endapan yang menempel pada
dinding tabung, yaitu endapan cermin perak. Hal ini tidak terjadi karena pereaksi
Tollens yang digunakan sudah kadaluarsa sehingga tidak terbentuk cermin perak.
Struktur Pati
Sebelum pengujian selanjutnya, larutan zat pati yang telah dihidrolisis tadi
dinetralkan terlebih dahulu dengan NaOH. Pengujian ini merupakan analisis
Glukosa yang diuji dengan pereaksi fehling. Preaksi fehling ini digunakan untuk
memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi. Berdasarkan literatur semua
monosakarida (glukosa, fruktosa, laktosa) dapat mereduksi oksidator lemah.
Reaksi :
O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O↓
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata
Pada sampel Pati yang telah dihidrolisis tadi diuji dengan pereaksi Fehling (Fehling
A + Fehling B) menunjukan positif (+) dengan menandakan terbentuknya endapan
merah bata, hasil tersebut menunjukan bahwa pati terhidrolisis oleh HCl dalam
suasana panas menjadi Glukosa.
BAB V
KESIMPULAN
Gambar 5. Reaksi dengan Basa Kuat Gambar 6.Uji Pereaksi Fehling terhadap Pati
PERTANYAAN PRAPRAKTIK
1. Apakah contoh aldeheksosa dan ketoheksosa yang umum ?
2. Apakah maltose diperkirakan akan mereduksi ion tembaga dalam pereaksi Fehling
pada percobaan ?
3. Dapatkan larutan iod encer digunakan untuk membedakan amilosa dan
amilopekton? Jelaskan
4. Bandingkan struktur molekul yang ada dalam campuran kesetimbangan fruktosa
dalam larutan air ?
5. Gambarkan struktur dari segmen molekul amilopektin.
JAWAB
1. Isomer aldoheksosa antara lain adalah:
D/L-Alosa, D/L-Altrosa, D/L-Glukosa, D/L-Manosa, D/L-Gulosa, D/L-Idosa, D/L-
Galaktosa, D/L-Talosa.
Isomer ketoheksosa antara lain adalah:
D/L-Fruktosa, D/L-Psicosa, D/L-Sorbosa, D/L-Targatosa
2. Maltosa adalah disakarida yang terbentuk dari dua unit glukosa bergabung dengan
ikatan α(1 → 4), terbentuk dari reaksi kondensasi. Disakarida akan mereduksi
pengoksida lemah seperti Cu dalam perekasi Fehling.
3. Bisa. Uji Iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida khusunya pati. Reagent
yang digunakan adalah larutan iodine yang merupakan I2 terlarut dalam potassium
iodide. Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai poliiodida.
Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar), sehingga dapat
berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti disakarida
dan monosakaraida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan
dengan iodin
4.
Amilosa
Dekstrin
Berdasarkan struktur nya, dekstrin dan maltose memiliki struktur yang sama
Sedangkan dekstrin dan amilosa berbeda. Amilosa memiliki struktur 2x struktur dekstrin.
5.
6. Amilopektin
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
PERCOBAAN II
LEMAK DAN MINYAK
Disusun Oleh :
Rina Febrina 1530221003
1.2 Tujuan
1. Melakukan dan mengamati penyabunan pada trigliserida
2. Membuat sabun dan mempelajari sifat-sifatnya
3. Mengisolasi campuran asam lemak yang diperoleh dengan mengasamkan larutan
sabun dan menentukan kadarnya
4. Memahami aksi pembersih sabun dalam air lemak dan air sadah
5. Menentukan fosfat dalam detergen
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid,
yaitu senyawa organik yang terdapat dialam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena
dan hidrokarbon lainya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan
diatas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut.
Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau triasgliserol, hasil
hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini
juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak
bercabang.
Gliserol Trigliserida
Ketiga gugus R dalam satu molekul dapat sama atau berbeda, jika berbeda
dinamakan trigliserida campuran, dan bilamana ketiganya sama disebut trigliserida
sederhana. Jarang dijumpai trigliserida sederhana dialam. Beberapa asam lemak yang
umun didalam trigliserida adalah :
CH3−(CH2)14−COOH CH3−(CH2)7−CH═CH−(CH2)7−COOH
Asam palmitat Asam oleat
CH3−(CH2)4−CH═CH−CH2−CH═CH−(CH2)7−COOH
Asam linolenat
Jika diperhatikan, sam palmitat bersifat jenuh, sedangkan dua lainnya tak jenuh.
Trigliserida yang tersusun dari gliserida dan tiga asam lemak tersebut adalah molekuk khas
dalam minyak biji kapas.
Asam lemak yang umum lainnya mempunyai nama dan struktur berikut :
C11H23−COOH C13H27−COOH C17H35−COOH
Asam laurat Asam miristat Asam stearat
C17H29−COOH C19H31−COOH
Asam linolenat Asam arakidonat
2.3 Sponifikasi
Sponifikasi adalah hidrolisa lemak dan minyak dengan suatu basa kuat. Hasilnya
adalah gliserol dan garam dari asam lemak itu sendiri yang dikenal sebagai sabun. Angka
penyabunan menunjukan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. Minyak yang
disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek mempunyai berat molekul yang
relatif kecil, mempunyai angka penyabunan yang besar, sedangkan minyak mempunyai
berat molekul yang besar, sehingga angka penyabunan relatif kecil.
Bilangan penyabunan suatu lemak/minyak adalah banyaknya mg KOH atau NaOH
yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Alkohol yang ada dalam
KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa supaya mempermudah reaksi
dengan basa sehingga terbentuk sabun.
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum, yaitu timbangan, pendingin tegak, Erlenmeyer,
buret, tabung reaksi, dan Beaker gelas.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum, yaitu Etanol 35%, Na2CO3,
Minyak, KOH, Alkohol 0,5 N, HCl 0,5 N, Indikator PP, Benzena, NaOH 0,01 N,
Kloroform, KI 10%, Na2S2O3 0,01 N ; 0,1 N, Akuades, Brom, Batu didih, Amilum 1%,
dan Asam Asetat.
4.1.Tabel pengamatan
4.1.1 Pemisahan Asam lemak bebas
Perlakuan Hasil pengamatan
Mencuci lemak dengan campuran 1,5 Warna kuning dari mentega memudar,
ml etanol 35% dan 7,5 ml larutan warna pencuci dari bening menjadi
Na2CO3. kekuningan, residu hasil pencucian
berupa trigliserida
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pemisahan Asam lemak bebas
Percobaan ini dilakukan dengan cara mencuci sampel yang merupakan mentega
dengan campuran larutan etanol 35% dengan Na2CO3. Hasil yang didapat, adanya
perubahan warna yakni warna kuning dari mentega memudar, dan warna pencuci dari
bening menjadi warna kekuning-kuningan. Hasil tersebut disimpulkan bahwa residu hasil
pencucian tersebut merupakan trigliserida.
Pemisahan Asam lemak bebas dengan natrium karbonat memiliki keuntungan
yaitu karena trigliserida tidak ikut tersabunkan, sehingga nilai refining factor dapat
diperkecil. Suatu kelemahan dari pemakaian senyawa ini adalah karena sabun yng
terbentuk sukar dipisahkan. Hal ini disebabkan karena gas CO2 yang dibebaskan dari
karbonat akan menimbulkan busa dalam minyak. Namun, kelemahan ini dapat diatasi
karena gas CO2 yang dihasilkan dapat dihilangkan dengan cara mengalirkan uap panas
atau dengan menurunkan tekanan udara di atas permukaan minyak dengan menggunakan
pompa vakum.
Kesalahan yang timbul pada saat titrasi adalah penentuan titik akhir, kesalahan ini
disebabkan karena perubahan warna yang seharusnya terjadi adalah dari coklat pekat,
kemudian kuning, lalu berubah menjadi putih pucat. Perubahan warna dari kuning ke
putih tersebut tidak terlalu kontras dan menyebabkan titik akhir sulit ditentukan.
Berdasarkan percobaan volume HCl yang dibutuhkan hingga sampai titik akhir
titrasi (terjadi perubahan warna) yaitu 19 mL. Penentuan ini juga hanya dilakukan 1 kali
(simplo), sehingga nilai rata-ratanya tidak dapat diketahui. Untuk mengetahui hasil
pengujian tersebut benar atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan titrasi blanko yang
diperoleh sebanyak 6,3 mL HCl yang terpakai.Sehingga melalui perhitungan dapat
ditentukan angka penyabunan dari percobaan ini sebesar 56,947 mg.
4.2.3 Bilangan Asam dan Asam lemak bebas (FFA)
Penentuan asam lemak dapat dipergunakan untuk mengetahui kualitas dari minyak
atau lemak, hal ini dikarenakan bilangan asam dapat dipergunakan untuk mengukur dan
mengetahui jumlah asam lemak bebas dalam suatu bahan atau sample.
Semakin besar angka asam maka dapat diartikan kandungan asam lemak bebas dalam
sample semakin tinggi, besarnya asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel dapat
diakibatkan dari proses hidrolisis ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik.
Sample yang dipergunakan pada saat praktikum ditimbang dalam keadaan cair,
sehingga sample terlebih dahulu dicairkan, proses pencairan dilakukan untuk
mempermudah proses titrasi selanjutnya, karena apabila sample dalam keadaan padat
akan menyulitkan proses titrasi selanjutnya. Dengan pengecilan ukuran, maka asam lemak
yang terkandung dalam bahan akan lebih banyak keluar daripada sample dalam keadaan
padat.
Pada penentuan kadar asam lemak bebas, pelarut yang dipergunakan adalah
campuran alcohol dan Benzene, campuran ini harus dalam kondisi panas dan netral.
Dalam kondisi yang panas campuran ini akan lebih baik dan cepat melarutkan sampel
yang juga nonpolar dan kondisi netral dilakukan agar data akhir yang diperoleh benar-
benar tepat.
Pada titrasi pertama yaitu merupakan campuran alcohol dan benzene yang
ditambahkan indikator PP, volume NaOH yang dibutuhkan untuk mecapai perubahan
warna yaitu sebanyak 0,5 ml, dan pada titrasi sampel, volume NaOH yang dibutuhkan
untuk mencapai perubahan warna adalah sebanyak 1 ml. Dari hasil titrasi tersebut asam
lemak bebas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Dari hasil praktikum, pada titrasi dengan larutan tiosianat tidak terjadi perubahan warna,
hal ini terjadi karena adanya beberapa factor kesalahan, salah satunya yaitu volume
campuran antara asam asetat dengan kloroform yang kurang sesuai dengan prosedur karena
kurangnya kelarutan antara 2 senyawa tersebut sehingga terjadi kesalahan dalam
pemipetan. Sehingga hasil tidak dapat disimpulkan.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan :
1. Pencucian asam lemak bebas dengan Na2CO3 menghasilkan residu trigliserida
2. Bilangan penyabunan yang diperoleh ialah 56,947 mg
3. Kadar asam lemak bebas yang diperoleh sebesar 2.84%
DAFTAR PUSTAKA
Jawab:
1. Keuntungan dari metode ini :
1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam
2. Beaya operasionalnya relatif rendah
3. Prosesnya relatif hemat penyari
4. Tanpa pemanasan
4.
C11H23−COOH C13H27−COOH
Asam laurat Asam miristat
C17H29−COOH
Asam linolenat
Lemak merupakan jenis trigliserida yang dalam suhu ruang berwujud padat
6.Uji iod berfungsi untuk menentukan tingkat kejenuhan lemak. Lemak atau minyak
dengan bilangan iod tinggi akan menghasilkan peroksida yang tinggi
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
PERCOBAAN III
SABUN DAN DETERGEN
Disusun Oleh :
Rina Febrina 1530221003
Seperti tergambar dalam persamaan, sabun adalah garam yang terdiri atas
campuran anion karbosilat dan kation bervalensi satu. Campuran anion terbentuk karena
pada dasarnya setiap molekul trigliserida mengandung residu lemak dan minyak atau
lemak tertentu adalah campuran molekul trigliserida.
Sabun kalium lebih larut dibanding sabun natrium dan mudah menghasilkan busa.
Karena itu sabun kalium digunakan untuk membuat sabun cair dan krim cukur. Sabun
lemak jenuh dan padat seperti lemak hewan, bersifat keras. Penyabunan lemak tak jenuh
seperti minyak zaitun, menghasilkan sabun lunak.
Bagaimana sabun dan detergen ―melarutkan‖ zat nonpolar seperti lemak dan
minyak? Molekul sabun dan detergen memiliki bagian hidrokarbon mengelilingi tetes
minyak yang kecil dan secara persial melarutkannya, sedangkan bagian polar dari molekul,
yang sangat larut air, melarutkan air atau mengemulsikan seluruh tetes minyak. Maka
dilakukan percobaan praktikum kali ini. kita dapat mengetahui dan mempelajari bagaimana
reaksi saponifikasi/penyabunan pada proses pembuatan sabun serta membuat sabun dalam
skala laboratorium.
1.2 Tujuan
6. Melakukan dan mengamati penyabunan pada trigliserida
7. Membuat sabun dan mempelajari sifat-sifatnya
8. Mengisolasi campuran asam lemak yang diperoleh dengan mengasamkan larutan
sabun dan menentukan kadarnya
9. Memahami aksi pembersih sabun dalam air lemak dan air sadah
10. Menentukan fosfat dalam detergen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri
tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara
senyawa alkali dan lemak/minyak. Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu
bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak
atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun
digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya
tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya
natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
Perlakuan larutan sabun dengan asam hidroklorida encer menghasilkan campuran
lemak. Asam lemak ialah asam karboksilat berantai panjang (C10 sampai C18) yang jenuh
atau tak jenuh.
Detergen sintetik berbeda dengan sabun, karena detergen adalah garam dari alkali
sulfat atau asam alkilbenzenasulfonat berantai panjang, bukan dari asa karboksilat.
Detergen adalah garam dari alkali sulfat, asam alkilbenzenasulfonat berantai panjang atau
garam natrium dari asam sulfonat (Sumarlin, 2010:19). Detergen merupakan campuran
berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-
bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan
antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan
air (Wasitaatmaja, 1997).
O
- +
H3C O Na
O
Garam alkil benzene sulfonat (detergen)
Sabun adalah hasil proses penetralan asam lemak dengan menggunakan alkali.
Deterjen adalah campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat
menarik zat pengotor dari media. Struktur antara sabun dan detergent juga berbeda, yakni:
Fungsi sabun dan detergen adalah untuk membuang lemak dan kotoran melalui
pengemulsian lemak (membawanya ke supsensi). Kotoran yang melekat pada pakaian atau
kulit adalah berupa lapisan minyak yang tipis ; minyak (lipid) ada kuit biasanya adalah
yang disekresikan oleh tubuh selama respirasi. Sabun dan detergen membuang lapisan tipis
ini sehingga kotoran tercuci.
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi
trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi
penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk
utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga
memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali.
Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun
yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut
menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan
alkali yang menghasilkan sabun dan gliserol.
O O
O CH 2OH R1 O
O OR O O- Na+
O
O OR
+ 3NaOH CHOH + R2 O
O O- Na+
O CH 2OH R3 O - +
OR O Na
O R'
O CH 2OH +
K O
-
OR R''
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.
Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi
pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH),
sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu,
jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak
kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak
kacang, dan minyak biji katun.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas piala 250 ml, lampu
alcohol, thermometer, kain blacu, timbangan, tabung reaksi, kertas saring, lau takar,
corong pisah dan Erlenmeyer.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah etanol 95%, NaOH 25%,
NaCl jenuh, lemak/minyak, HCl 1N, Ca/Mg-karbonat, indicator PP, petroleum eter,
alcohol dan NaOH 0,005N.
No Perlakuan Pengamatan
1 10 g minyak + 10 ml etanol 95% Minyak berwarna kuning menjadi kuning
+10 ml NaOH 25%. pudar
2 Memanaskan larutan Terbentuk buih (busa)
3 + NaCl jenuh Terjadi emulsi larutan tidak
berwarna,endapan berwarna putih gading
4 Menyaring endapan Endapan berwarna putih gading, bobot
endapan 41.76 g
Perlakukan Pengamatan
Sabun dipotong-potong kemudian 0.5 gram
ditimbang
0.5 g sabun + Air + PP + ↑oC Larut, berbusa, larutan berwarna ungu
muda
Sabun + petroleum eter (ekstraksi) Terbentuk 2 fasa, atas petroleum eter,
bawah sabun
Terbentuk 2 fasa, atas petroleum eter,
bawah sabun
Lapisan Alkohol dititrasi V NaOH = 0.4 mL
4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini adalah Pembuatan sabun natrium dengan reaksi saponifikasi,
Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan
asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabun dan hasil
samping berupa gliserol. Sabun adalah garam logam alkali yang mempunyai rangkaian
karbon yang panjang dari asam-asam lemak, dimana dalam percobaan ini alkali yang
dimaksud adalah natrium (Na) dari basa kuat NaOH. Gugus induk lemak disebut fatty
acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C-18) yang berikatan
membentuk gugus karboksil. Sabun memiliki sifat yang unik, yaitu pada strukturnya
dimana kedua ujung dari strukturnya memiliki sifat yang berbeda. Pada salah satu
ujungnya terdiri dari rantai hidrokarbon asam lemak yang bersifat lipofilik (tertarik pada
atau larut lemak dan minyak) atau basa yang disebut ujung nonpolar sedangkan pada ujung
lainnya merupakan ion karboksilat yang bersifat hidrofilik (tertarik pada atau larut dalam
air) atau ujung polar.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa sabun adalah garam alkali dari
asam lemak sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam
air bersifar basa. Jika larutan sabun dalam air diaduk akan menghasilkan buih. Sabun
dapat membersihkan, sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun digunakan untuk
mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunya
guguspolar dan non polar. Molekul sabun memiliki rantai CH3(CH2)16 yang bertindak
sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air), dan larut dalam senyawa
organic, sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dalam
larut dalam air.
Dalam percobaan tentang penentuan kadar asam lemak dari sabun
menggunakan alat ekstraksi yaitu dengan menggunakan corong pisah, yang
kemudian dititrasi untuk diketahui persentase asam lemak dari sabun Fresh
tersebut.
Pertama yang didahulukan yaitu sabun dipotong kecil-kecil, kemudian
ditimbang sebanyak 0,5 g. setelah itu dilarutkan dengan 400 mL air dan
menambahkan 1-3 indikator pp dalam hal ini agar mengetahui bahwa larutan
tersebut mengandung asam atau basa. Setelah penambahan indikator pp yaitu
terjadi perubahan warna ungu muda dan ini menandakan bahwa larutan tersebut
bersifat basa. Kemudian dipanaskan sambil dikocok, fungsi dipanaskan yaitu agar
dapat mempercepat larutnya sabun. Sabun yang telah larut tersebut diencerkan
menjadi 500 mL.
Selanjutnya yaitu diambil 20 mL larutan, kemudian dimasukkan kedalam
corong pisah, ditambahkan 10 mL petroleum eter lalu dikocok, petrolrum ini
berfungsi untuk mengikat asam lemak dari larutan air sabun tersebut. Ketika
dilakukan pengocokan terjadi emulsi dan adanya 2 fasa yaitu fasa organik dalam
hal ini petroleum eter yang berada lapisan atas yang dalam hal ini adalah petroleum
eter yang berada pada lapisan atas kuning dan lapisan air pada bagian bawah putih
keruh, dan beremulsi. Karena itu, ditambahkan 10mL larutan NaCl jenuh lalu di
kocok selama 10 menit untuk menghilangkan emulsi.
Reaksi antara stearat dan NaCl yaitu :
C17H35COOH + NaOH → C17H35COONa + H2O
Setelah itu lapisan petroleum eter dipisahakan. Lapisan eter dimasukan
dalam corong pisah kemudian ditambahkan 10 mL air dan 2 tetes indikator pp
dikocok. Perlakuan dilakukan sebanyak 3x yang bertujuan agar air tidak bersifat
basa lagi. Fungsi dari pengocokkan ini agar zat pelarut terdistribusi dalam kedua
pelarut yang tak saling campur.
Lapisan petroleum eter yang berada dalam corong pisah ditambahkan 20 mL
Alkohol lalu dikocok selama 10 menit dan dibiarkan beberapa menit. Fungsi penambahan
Alkohol ialah untuk menarik pengotor-pengotor yang masih tersisa dalam petroleum eter.
Lapisan petroleum eter tersebut kemudian dilakukan titrasi. volume yang diperoleh ketika
titrasi sebesar 0.4 ml titran NaOH, sehingga dapat diketahui persen asam lemak dari sabun
batang tersebut sebesar 2.84 %. Asam stearat berlaku sebagai zat asam yang nantinya
bereaksi dengan basa yaitu NaOH yang membentuk sabun atau disebut juga reaksi
penyabunan.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu baan dari campurannya, ekstraksi
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada
kelarutan komponen lain dalam campuran. Ekstraksi meliputi distribusi zat terarut diantara
dua pelarut yang tidak dapat bercampur. Pelarut umum yang dipakai adalah air dan pelarut
organik lain seperti CHCl3, etanol atau pentane. Garam anorganik, asam-asam dan basa-
basa yang dapat larut dalam air bisa dipisahkan dengan baik melalui ekstraksi ke dalam air
dari pelarut yang kurang padat. Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan beruang kali dengan
jumlah pelarut yang lebih kecil daripada jumlah pelarutnya yang banyak, tetapi
ekstraksinya hanya sekali.
Ekstraksi pelarut daam skala laboratorium dilakukan dalam suatu corong pisah.
Pemisahan dilakukan dengan mengocok sehingga terjadi kesetimbangan komponen yang
akan dipisahkan dalam pelarut air dan pelarut organik. Pelarut yang massa jenisnya lebih
besar akan berada di bawah sehingga akan terjadi dua lapisan, yaitu lapisan fasa air dan
fasa organik yang kemudian dipisahkan melalui kran corong. Pemisahan dapat dilakukan
dengan ekstraksi satu tahap atau lebih. Semakin banyak tahap ekstraksi banyaknya
komponen yang dapat terpisahkan akan semakin banyak.
Seperti pada perlakuan yang dilakukan pada percobaan kali ini yaitu larutan sabun
yang ditambahkan dengan pelarut organik yaitu kloroform yang dimasukkan dalam corong
pisah dan digojog. Bila terbentuk emulsi tambahkan NaCl jenuh. Penggojokan berfungsi
agar campuran dapat bercampur dan nantinya petroleum eter dapat mengikat lemak yang
terdapat dalam larutan sabun. Setelah lapisan petroleum eter didapat tambahkan pelarut
air agar sifat basanya berkurang dan indikator pp. apisan klororform ditambahkan lagi
dengan air sampai air tidak bersifat basa yang ditandai dengan hilangnya warna merah
muda yang menjadi indikator bahwa campuran sudah tidak basa lagi. Kemudian dalam
lapisan kloroform ditambahkan alkohol dan NaCl jenuh. Diambil lapisan alkohonya dan
ditambahkan dengan indikator pp dan dititrasi. Petroleum eter dan alkohol adaah senyawa
yang berfungsi untuk melarutkan lemak.
Prinsip dalam pelarutan yaitu like disolved like. Larutan satu akan mampu
bercampur sempurna dengan larutan lain apabila memiiki sifat (polaritas) yang sama atau
tidak jauh berbeda. Bila pencampuran dilakukan antar larutan yang memiliki tingkat
polaritas yang berbeda maka akan terbentuk lapisan antar muka (interface) yang
memisahkan kedua fase larutan. Peristiwa ini dapat dilihat dari pencampuran antara 2
pelarut organik yaitu petroleum eter dan alkohol. Salah satu hal yang dapat kita lakukan
agar larutan tidak saling campur tersebut menjadi campur yaitu dengan menggojoknya.
Menggojog bertujuan untuk mempercepat reaksi. Selain itu sifat dari petroleum eter adalah
pelarut non polar dan akohol adalah pelarut non polar.
BAB V
KESIMPULAN
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akandihidrolisis
parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa. Jika larutan sabun
dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwaini tidak akan terjadi
pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam
Mg atau Ca dalam air mengendap
Pembuatan sabun dapat dilakukan dengan proses saponifikasi dengan mereaksikan
minyak kelapa (trigliserida) dengan alkali (NaOH). Berat sabun yang dihasilkan
pada praktikum ini adalah sebesar 41.76 gram.
Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimiakoloid,
sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencucikotoran yang
bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non
polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak
sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic
sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut
dalam air.
Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan
kotoran non polar) Polar : COONa+ (larut dalam air, hidrofilik dan juga
memisahkan kotoran polar). Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan
menurunkan tegangan permukaan sehingga kain menjadi bersih. meresap lebih
cepat ke permukaan kain. Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan
ekornya dan mengikat molekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena
antara molekul kotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi. Sedangkan
bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan menarik molekul
kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.
DAFTAR PUSTAKA
2. Gambarlah struktur lengkap yang menunjukan semua ikatan pada asam stearat dan
natrium stearate.
Jawab :
O
- +
H3C O Na
(natrium stearate)
H3C
O
- +
(H 2C) 10H3C-H 3C S O Na
O Alkilbenzenaulfonat
5. Tuliskan struktur kalsium stearat. Apakah garam ini larut dalam air?
Jawab : struktur kalsium stearate : (Ca(C18H35O2)2)
Kelarutan dalam air : tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam
minyak bumi, benzena dan toluena.
PERHITUNGAN
Dik : Volume NaOH = 0.4 ml
Volume larutan sabun = 20 ml
Bobot sabun = 0,5 gram
Dit : konsentrasi asam lemak ?
Jawab :
= 2.84 %
LAMPIRAN
Disusun Oleh :
Rina Febrina 1530221003
3.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi, pipet, dan
termometer.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah albumin 5%, HCl pekat, HNO3
pekat, NaOH pekat, HCl 10%, NaOH 10%, CuSO4 10%, AgNO3 1%, albumin telur, asam
glutamate, kasein/gelatin, NaNO2 5%, dan HCl 5%.
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Koagulasi Protein
Menyediakan 5 buah tabung reaksi, kemudian mengisi masing-masing tabung
tersebut dengan 2 ml lautan albumin 5%. Pada tabung 1 memanaskan perlahan-lahan
dengan api kecil. Mencatat suhu pada saat protein mulai berkoagulasi. Pada tabung 2
menambahkan 4 ml etanol dan HCl pekat. Tabung 3 menambahkan beberapa tetes HCl
pekat. Pada tabung 4 menambahkan beberapa tetes HNO3 pekat. Pada tabung 5
menambahkan beberapa tetes NaOH pekat. Mengamati dan mencatat perubahan-perubahan
yang terjadi pada setiap tabung dan membedakan hasilnya satu sama lain.
3.3.2. Pengendapan Protein dan Kation
Menyediakan 5 buah tabung reaksi. Memasukkan 5 ml air pada tabung 1. Pada
tabung 2 mengisinya dengan larutan albumin 5%. Pada tabung 3 mengisinya dengan 5ml
air dan 4 tetes HCl 10%. Memasukkan 5ml larutan albumin 10% dan 4 tetes HCl 10% pada
tabung 4. Sedangkan pada tabung 5 mengisinya dengan 5ml air dan 4 tetes NaOH 10%,
dan pada tabung terakhir mengisi dengan 5ml albumin 10% dan 4 tetes NaOH 10%.
Selanjutnya menambahkan 2ml larutan CuSO4 10% ke dalam setiap tabung. Mengamati
dan mencatat setiap perubahan yang terjadi pada setiap tabung,
3.3.3. Pengaruh Logam Berat pada Protein dan Larutan Asam Amino
Mencampurkan beberapa tetes larutan AgNO3 1% dengan 1ml bagian dari albumin
telur, gelatin dan larutan asam glutamat pada tabung yang berbeda. Mencatat dan
mengamati perubahan yang terjadi.
3.3.4. Reaksi Warna Biuret Untuk Protein
Memasukkan 1 ml larutan albumin 5% ke dalam tabung reaksi dan menambahkan
1ml larutan NaOH 10%. Kemudian menambahkan 1 tetes larutan CuSO4 1%. Mengamati
dan mencatat warna yang terbentuk.
3.3.5. Reaksi Xanthoproteat dengan Protein
Memasukkan sejumlah kecil serbuk kasein atau gelatin ke dalam tabung reaksi.
Menambahkan 1ml HNO3 pekat, kemudian memanaskan perlahan-lahan. Mengamati
perubahan warna yang terjadi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.2 Pembahasan
2.2.1 Koagulasi protein
Pada percobaan koagulasi protein, protein yang digunakan merupakan albumin
putih telur. Pada uji ini, albumin ditambahkan dengan asam asetat dan apabila dipanaskan
maka akan terbentuk endapan. Koagulasi yang dimaksud adalah merupakan proses
penggumpalan atau pembekuan sehingga membentuk endapan. Misalnya jika terjadi luka,
langkah awal koagulasi adalah dengan pelepasan komponen fosfolipid (en:phospholipid)
yang disebut faktor jaringan (en:tissue factor) dan fibrinogen sebagai inisiasi sebuah
reaksi berantai]. Segera setelah itu keping darah bereaksi membentuk penyumbat pada
permukaan luka, reaksi ini disebut hemostasis awal (en:primary). Hemostasis lanjutan
(en:secondary) terjadi hampir bersamaan:protein dalam plasma darah yang disebut faktor
koagulasi merespon secara berjenjang dan sangat rumit untuk membentuk jaring-jaring
fibrin yang memperkuat penyumbatan keping darah (Furie, 2005). Pada uji koagulasi,
panas digunakan untuk mengacaukan ikatan hydrogen dan interaksi hidrofobik nonpolar
pada protein sehingga protein albumin terdenaturasi dan terkoagulasi sehingga
kemampuan mengikat airnya menurun. Hal tersebut dapat terjadi karena suhu tinggi dapat
meningkatkan energy kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau
bergetar sangat cepat sehingga mangacaukan ikatan molekul tersebut. Hal ini terjadi
karena energy panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada
pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan
peptida.
Dalam Asam:
-
CO2 CO2H
+ + +
H3N C H + H H3N C H
R R
Suatu kation
Dalam Basa:
- -
CO2 CO2
+ -
H3N C H + OH H2N C H + H2O
H R R
Suatu anion
Pengendapan ini terjadi apabila protein yang berada dalam keadaan isoelektrik
bermuatan negative bertemu dengan logam yang bermuatan positif sehinggaa
menyebabkan netralisasi dan menghasilkan endapan garam proteinat yang mengendap dan
bersifat reversible. Larutan protein telur dan susu pada saat ditambah dengan CuSO4
membentuk endapan yang berwarna biru. Warna biru ini berasal dari logam Cu2+ yang
berwarna biru. Saat penambahan CuSO4 berlebih menyebabkan endapan biru tersebut
larut sehingga membentuk larutan yang berwarna biru. Berdasarkan hal ini berarti
pengendapan protein dengan logam berat bersifat reversible.
Reaksi secara umum :
PERTANYAAN PRAPRAKTIK
1. Apa artinya residu, denaturasi, dan polipeptida?
2. Jelaskan mengapa asam glutamat bersifat asam dan lisina adalah asam amino basa?
3. Apakah tripeptida akan memberikan uji Biuret positif? Jelaskan!
4. Manakah dari berikut yang membedakan protein dan asam amino biuret, ninhidrin, atau
xantoproteat?
Jawaban:
1. Residu adalah protein yang terdiri dari unit monomer asam amino, atau peptida
merupakan polimer asam amino dan asam amino yang menyusun peptida tersebut
dinamakan residu.Denaturasi adalah perusakan bentuk tiga dimensi dari molekul
oleh berbagai cara fisik dan kimia, seperti perubahan suhu atau pH sedikit saja
mengakibatkan perubahan struktur, selain itu juga disebabkan oleh pengaruh sinar
X atau sinar UV dan penambahan pelarut organic.Polipeptida adalah apabila
peptida mengandung lebih dari 10 asam amin.
2. Asam glutamat bersifat asam dan lisina bersifat basa karena struktur asam glutamat
terdapat gugus penentu –COOH (gugus penentu asam) sedangkan pada struktur
lisina terdapat gugus penentu –NH2 (gugus penentu basa).
3. Uji biuret selalu positif untuk protein, tetapi untuk asam amino tidak. Hasil positif
dinyatakan dengan pembentukan kompleks ungu merah jambu, jika Cu2+ dalam
larutan basa ditambahkan pada polimer protein yang mengandung ikatan poliamida,
dimana protein adalah poliamida, zat ini dapat dihidrolisis dalam larutan atau basa,
menghasilkan asam bebas. Reaksi ini digambarkan dengan tripeptida yang residu
asam aminonya terikat pada ikatan amidanya.
4. Uji yang membedakan protein dari asam amino yaitu uji biuret dimana sesuai
jawaban no.3, dimana uji biuret selalu positif untuk protein, tetapi tidak untuk asam
amino. Protein adalah poliamida, yang dapat dihidrolisis dalam larutan atau basa
menghasilkan asam bebas. Reaksi ini digambarkan dari ikatan peptida yaitu peptida
yang terdiri dari 3 asam amino