Вы находитесь на странице: 1из 4

RANGKUMAN KRITERIA PEMILIHAN INSTRUMEN TES

NAMA : M. HAFIDZ MISBAHUDDIN


NO. ABSEN : 28
OFFERING : PJK B 2016

Dalam kegiatan penelitian diperlukan alat untuk mengumpulkan data, alat tersebut
yang dikatakan sebagai instrumen. Menurut Ibnu, (2003:71) Instrumen penelitian memegang
peranan penting dalam upaya mencapai tujuan penelitian. Bobot atau mutu suatu penelitian
kerapkali dinilai dari kualitas instrumen yang digunakan. Hal ini tidaklah mengherankan,
karena instrumen penelitian itu adalah alat-alat yang digunakan untuk memperoleh atau
mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan
penelitian. Jika data yang diperoleh tidak akurat (valid), maka keputusan yang diambil
pun akan tidak tepat. Tulisan ini akan membahas instrumen penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif.

1. JENIS INSTRUMEN PENELITIAN


Secara garis besar instrumen penelitian dalam pendidikan jasmani dan olahraga
dapat dibedakan menjadi dua: tes dan non-tes. Instrumen tes berupa: (1) tes keterampilan, (2)
tes tulis, dan (3) tes lisan, sedangkan yang non-tes berupa: (1) angket atau kuesioner, (2)
interviu, (3) observasi, dan (4) inventori.
1. Tes
Pengertian tes menurut beberapa ahli :
- Cronbach (1960) mengemukakan tes adalah suatu proses yang sistematis untuk
mengobservasi tingkah laku seseorang yang dideskripsikan dengan menggunakan
skala berupa angka atau sistem dengan kategori tertentu.
- Brown F.G. (1970) mengemukakan tes adalah suatu proses yang sistematis untuk
mengobservasi tingkah laku suatu sampel atau individu. Johnson & Nelson (1974)
menyatakan tes adalah suatu bentuk pertanyaan atau pengukuran yang digunakan
untuk menilai pengetahuan dan kemampuan usaha fisik.
- Kirkendall, (1980) mengemukakan tes adalah instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi tentang individu atau objek.
Berdasarkan pendapat di depan, maka dapat dikatakan bahwa tes merupakn
instrumen atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi berupa
pengetahuan atau keterampilan seseorang. ( Winarno, 2011 )

Suatu alat tes pendidikan jasmani dikatakan baik apabila memenuhi kriteria tertentu.
Kriteria tersebut meliputi: reliabilitas, validitas, obyektivitas, memiliki norma, ekonomis,
memiliki petunjuk pelaksanaan yang jelas, dan mengandung unsur-unsur pendidikan.
Bertolak dari kriteria tersebut, penilaian terhadap suatu tes dapat dilakukan, apakah tes
tersebut tergolong baik atau tidak, untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Di bawah
ini akan dibahas lebih lanjut tentang kriteria tes yang baik.

1. Mempunyai Validitas
Suatu alat tes dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas suatu tes adalah tingkat ketepatan mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dalam bidang pendidikan jasmani dapat dicontohkan sebagi berikut; untuk mengukur
kecepatan lari 100 m, maka dilakukan tes lari 100 m. dengan alat pengukur waktu
tempuh lari berupa stopwatch digital. Satuan waktu dihitung sampai seper seratus
detik. Untuk mengukur jarak lintasan lari 100 m, digunakan meteran baja sepanjang
100 m, bukan menggunakan penggaris dengan panjang 1 meter yang memungkinkan
terjadinya kesalahan yang cukup tinggi. Keterampilan bolavoli anak-anak sekolah
dasar tidak valid digunakan untuk mengukur keterampilan bolavoli siswa SLTA.

2. Mempunyai Reliabilitas
Suatu tes dikatakan reliabel apabila mampu mengukur secara tetap dari apa yang
pernah diukur. Reliabilitas suatu tes adalah derajat kepercayaan tentang keajegan
suatu tes. Reliabilitas menyatakan sampai dimana ketelitian atau kecermatan
mengukur apa yang akan diukur. Suatu alat ukur (tes) yang dikenakan dua atau tiga
kali terhadap seseorang atau kelompok orang yang sama dan diperoleh hasil yang
sama, maka alat ukur tersebut dapat dikatakan cermat atau teliti dalam prosedur
pengukurannya.
3. Mempunyai Obyektifitas
Tes yang baik selain valid dan reliabel juga harus obyektif. Suatu tes dikatakan
obyektif apabila tidak tergantung dari si pengukur, artinya apabila pengukuran
dilakukan oleh beberapa orang, maka hasil yangdiperoleh relatif mendekati sama.
Derajat kesamaan hasil yang diperoleh dari beberapa orang yang melakukan
pengukuran ini disebut sebagai koefisien obyektivitas. Beberapa hal yang
dimungkinkan akan dapat mempengaruhi obyektivitas suatu tes adalah: pengaruh
lingkungan, alat yang digunakan, pengaruh psikologis, media informasi yang
digunakan, dan petunjuk tes yang kurang jelas. Contoh tes ketepatan service dalam
bolavoli memiliki obyektivitas yang tinggi, karena dinilai siapapun akan diperoleh
hasil yang sama ( Winarno, 2014 )

4. Memiliki Norma
Tes yang baik harus memiliki norma tertentu, hal ini dimaksudkan
untuk menginterpretasikan hasil yang diperoleh melalui tes, dan juga untuk
menggolongkan hasil yang diperoleh apakah termasuk kategori kurang,
baik, baik sekali dan sebagainya. Norma adalah suatu standar yang digunakan sebagai
pembanding terhadap skor yang diperoleh melalaui tes. Pembuatan norma suatu tes
harus didasarkan pada tujuan tes tersebut dibuat.
Abdoellah (1978) menyatakan pembuatan norma dapat dinilai dari dua kriteria yaitu:
(1) Jumlah orang yang dites harus memadai untuk menjamin reliabilitas tes, dan
(2) Data yang diambil dari populasi harus diambil secara random.
(3) Penyusunan tabel norma biasanya didasarkan pada umur, tinggi dan berat
badan, serta jenis kelamin tertentu.
Beberapa hal penting untuk dipertimbangkan norma sebelum digunakan antara lain:
(1) Berapa besar norma untuk membuat kelompok;
(2) Apa sifat kelompok untuk membuat norma;
(3) Apakah tes cukup jelas menjamin pelaksanaan tes dengan cara tepat seperti
bilamana skor normatif terkumpul;
(4) Bagaimana norma yang berlaku sekarang.
5. Ekonomis
A. Tes yang baik harus ekonomis, kriteria tes yang ekonomis antara lain:
- Ekonomis dalam waktu, pertimbangan ini diberikan karena:
siswa hanya dapat dites satu persatu.
- Cuaca yang berubah-ubah kalau dilakukan di luar.
- waktu untuk pendidikan jasmani sangat terbatas.
B. Ekonomis dalam tenaga pelaksana.
C. Ekonomis dalam tempat.
D. Ekonomis dalam biaya.
Prinsip ekonomis ini bertujuan untuk lebih memudahkan seseorang
mengontrol pengumpulan data, serta memudahkan pengorganisasian
pelaksanaan tes, dan pengelolaan dana yang dikeluarkan, sehingga data
yang diperoleh lebih sempurna.

6. Mempunyai Petunjuk Pelaksanaan


Petunjuk pelaksanaan yang jelas diperlukan sebagai rambu-rambu agar tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan dari apa yang dikehendaki penyusun tes. Petunjuk
pelaksanaan yang baik harus disajikan dalam bentuk tertulis, sehingga mudah untuk
dicek ulang apabila terjadi kesalahankesalahan atau ketidakjelasan dari informasi
yang disampaikan. Petunjuk pelaksanaan tes merupakan panduan yang harus diikuti
oleh testor dan testee, sehingga diperoleh konsistensi pelaksanaan tes. Dengan
demikian maka akan diperoleh perlakuan yang sama untuk semua testee, sehingga
hasil tes benar-benar mencerminkan kemampuan yang dimiliki testee, dan tidak bias
karena faktor lain. ( Winarno, 2004 )

SUMBER RUJUKAN :

Winarno, M. E. (2011). Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Jasmani. Malang:


Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu Pendidikan.
Winarno, M.E. ( 2014 ). Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan. Malang : Universitas Negeri Malang
Winarno, M. E. (2004). Evaluasi dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: center
human capacity development.

Вам также может понравиться