Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Diagnosis Sekunder adalah diagnosis yang menyertai diagnosis utama pada saat
pasien masuk atau yang terjadi selama episode perawatan. Diagnosis sekunder
merupakan komorbiditas dan/atau komplikasi.
Komorbiditas adalah penyakit yang menyertai diagnosis utama atau kondisi yang
sudah ada sebelum pasien masuk rawat dan membutuhkan pelayanan kesehatan
setelah masuk maupun selama rawat.
Komplikasi adalah penyakit yang timbul dalam masa perawatan dan memerlukan
pelayanan tambahan sewaktu episode pelayanan, baik yang disebabkan oleh kondisi
yang ada atau muncul akibat dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
pasien.
Kasus : Diagnosa utama Hipertensi dengan Gagal Ginjal disertai atau tidak
disertai gagal jantung. Diagnosa sekunder : Udem Paru
Penjelasan : - Sesuai kaidah koding, Hipertensi dengan gagal ginjal yang
disertai gagal jantung,maka udem paru tidak dikoding terpisah
dan dikode I13.2
- Jika diagnosa utama hipertensi dengan gagal ginjal maka dikode
I12.0 dan Udem Paru ( J81) dikode tersendiri. Walaupun secara
klinis, udem paru merupakan bagian dari tanda dan gejala dari
acute on chronic renal failure (overload Syndrome).
Perhatian Khusus : Kriteria Pulmonay Oedema = gejala klinik sesak, takikardi,
ronkhi. Ada penatalaksanaan pulmonary oedema yang
terekam dalam resume medis dan ada terapi diuretik dan
oksigen yang diberikan
Perhatian :1. Penegakan diagnosa dyspepsia bisa dengan gajala klinis. Sebelum
ada pemeriksaan penunjang seperti endoskopi, diagnosa yang
tegak adalah Dyspesia (K30).
2. Jika dilakukan pemeriksaan penunjang maka diagnosa
disesuaikan berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang.
3. Indikasi untuk dilakukan endoskopi apada kasus dyspepsia
dengan alarm symptom seperti : berat badan menurun, tidak bisa
menelan, demam, perdarahan atau ketersediaan sarana dan
prasarana.
Pasien A berkunjung ke dokter pada tanggal 1 Januari 2016 dan dilakukan pemeriksaan
penunjang kemudian konsultasi ke dokter kembali pada hari yang sama, maka
rangkaian tersebut adalah satu episode.
PMK 76 Tahun 2016 Tentang Pedoman INA CBG’s
Pasien B datang ke rumah sakit tanggal 1 Januari 2016 karena pemeriksaan penunjang tidak
dapat dilakukan pada hari yang sama, sehingga pemeriksaan penunjang dilakukan pada tanggal
2 januari 2016. Pada tanggal 3 januari 2016 pasien datang kembali untuk konsultasi ke dokter
dengan membawa hasil pemeriksaan penunjangnya. Maka episode pelayanan pasien B adalah 2
episode yaitu sebagai berikut :
(1) Episode pertama tanggal 1 januari 2016 dan 2 januari 2016 terdiri dari konsultasi dokter
dan pemeriksaan penunjang
(2) Episode kedua tanggal 3 januari 2016 untuk konsultasi dokter
Pasien yang datang ke rumah sakit mendapatkan pelayanan rawat jalan pada satu
atau lebih klinik spesialis pada hari yang sama, terdiri dari satu atau lebih
diagnosis, dimana diagnosis Satu dengan yang lain saling berhubungan atau tidak
berhubungan, dihitung sebagai satu episode.
Pelayanan IGD yang kurang dari 6 jam dan/atau belum mendapatkan pelayanan
rawat inap, termasuk dalam satu episode rawat jalan.