Вы находитесь на странице: 1из 15

ISSN 2303-1433

FENOMENOLOGI : CARING PERAWAT TERHADAP KLIEN DENGAN


KONDISI KRITIS DI INSTALASI GAWAT DARURAT – RUMAH SAKIT
dr. SAIFUL ANWAR MALANG
(Phenomenology: caring of nurse for clients with critical conditions
at emergency installation-dr. Saiful Anwar Hospital)

Janes Jainurakhma1, Indah Winarni2, Setyoadi3


1
Program Studi Keperawatan Peminatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya
2
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya
3
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Email : janesjainurakhma@yahoo.com

ABSTRACT
Caring is an important part of nursing process that difficult to be apart. Emergency
nursing is a profession that required health care providers with fast performance,
accurate, and quality of complicated and holistic problems. A lot of patients with critical
condition at emergency department, they ask a quality of nursing services and it is affected
by the quality of a nurse caring. Without caring passion, a nurse vulnerable to act that
violate ethical of nursing, no exception nursing profession at emergency installations of
RSSA Malang. The purpose of this study is to explore the experience of nurse caring for
clients with critical condition at emergency installations of RSSA Malang. This study used
a qualitative approach, with interpretive phenomenological method. Purposive sampling is
a method used in this study, the criteria of experience as nurse in the emergency
installations of RSSA Malang at least 5 years, still working in the emergency installations
of RSSA Malang, and willing as participant. Using semi-structure interviews technique,
and analyzed by Miles and Huberman model approach. The results led to three themes,
namely: the resque of critically ill patients, improve patient and family confidence, desire
to do the best for crical patients. Based on the results of the study are expected to follow up
with the theme of the next study of emergency nurses caring of the perpective of patient
and families, and needs to be improved further for the training of emergency skill of nurses
in the emergency department, so thet skills and knowledge of nurses in handling critical
patients better.
Key words: caring, nursing experience, critical patient.

17
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433

berbuat baik, tidak melukai, keadilan,


LATAR BELAKANG
kejujuran, yang bertujuan untuk kebaikan
Profesi keperawatan merupakan
dari klien sebagai manusia secara utuh,
suatu profesi yang mengedepankan
unik, dan bermartabat, sehingga tercipta
pelayanan asuhan keperawatan yang
kualitas caring yang terbaik (high quality
holistic, dimana kualitas dari pemenuhan
of caring) (Canadian Nurses Association,
kebutuhan secara biologi – psikologi –
2001; Notoatmodjo, 2010; Persatuan
sosiologi - budaya dan spiritual klien
Perawat Nasional Indonesia, 2012;
beserta keluarga menjadi prioritas utama
Lachman, 2012).
dalam setiap pelayanannya (Vanlaere &
Widyarini (2005) memaparkan hasil
Gastmans, 2011; Lachman, 2012; Bailey,
studinya, berdasarkan wawancara
2011; Tonges & Ray, 2011; Halligan,
terhadap pasien, menyatakan bahwa
2006).
perawat memiliki nilai etik profesi
Pelayanan keperawatan menuntut
(humancaring dan relasi sosial) adalah
perawat menjadi sosok yang professional,
perawat yang tidak melakukan malpraktek
dimana skill(ketrampilan),
(seperti menaikkan jumlah pemakaian alat
knowledge(pengetahuan), sensitif, empati,
yang seharusnya tidak dibeli oleh pasien),
semangat ingin menolong, rasa tanggung
memberikan informasi yang dibutuhkan
jawab, dorongan moral (akhlak) dan
oleh pasien, tidak membeda-bedakan,
attitude (sikap) dari seorang perawat
bekerja secara tim, ramah sesuai dengan
terhadap diri dan lingkungannya harus
budaya. Hasil studi diatas menunjukkan
tetap terjaga harmonis dengan
bahwa perawat memiliki fungsi yang
mengedepankan nilai-nilai etik
penting sekali dimata seorang pasien,
keperawatan secara berkesinambungan
sehingga tanpa adanya jiwa caring yang
dalam setiap pelayanan yang diberikan
baik dari seorang perawat saat mereka
(Lachman, 2012; Rundqvist, Kerstin,
bertugas, hal tersebut rentan sekali
Delmar, 2011; Watson Caring Science
menimbulkan pelanggaran terhadap nilai
Institute, 2010, Watson, 2009).
etik profesi keperawatan.
Nilai-nilai yang diterapkan dalam
Caring yang muncul dalam
etik keperawatan menuntut perawat
performa seorang perawat bersumber pada
menjadi seseorang yang mampu
beberapa faktor, diantaranya : kepeduliaan
mengembangkan diri dan bekerjasama
terhadap seseorang yang menderita,
dengan tenaga kesehatan lainnya, dimana
adanya rasa ingin menolong secara alami,
tetap memegang nilai-nilai caringseperti
rasa cinta terhadap sesama, adanya rasa

18
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433

kemanusiaan yang mendalam, adanya penuh bahkan seringkali dalam kondisi


keinginan untuk berkorban, rasa penurunan kesadaran.
tanggungjawab, panggilan Tuhan, Pentingnya caring dalam suatu
keinginan menolong karena nilai-nilai kualitas proses keperawatan di area gawat
moral yang dianut (Rundqvist, Kerstin, darurat, membuat ketertarikan peneliti
Delmar, 2011). untuk mengeksplorasi pengalaman caring
Caring seorang perawat tetap perawat terhadap klien dengan kondisi
mempertahankan serta mampu kritis di instalasi gawat darurat rumah
meningkatkan harga diri seorang klien sakit dr. Saiful Anwar Malang.
dengan memperhatikan segala kelebihan Diharapkan hasil penelitian semakin
dan kekurangan dari klien, selain itu membuka wacana dan menambah
respon dari seorang klien dengan berbagai pengetahuan perawat maupun pendidikan
macam penderitaan yang sedang dialami khususnya dalam dunia keperawatan
oleh klien (Watson, 2010, 2009, 2008; tentang fenomena yang terjadi dalam
Lachman, 2012). Pendekatan proses dunia keperawatan kegawatdaruratan,
caringyang diungkapkan oleh Watson ketika menghadapi klien dengan kondisi
dalam ―human caring science‖ dengan kritis, dan berguna dan memberikan
sepuluhcarative factors, merupakan suatu masukan yang bersifat positif bagi profesi
tuntutan profesi keperawatan yang keperawatan, baik dalam penentuan
ditunjukkan dalam proses keperawatan berbagai macam kebijakan pelayanan
yang berkualitas, hal tersebut yang asuhan keperawatan di departemen
dijadikan tuntutan dalam asuhan kegawatdaruratan maupun bagi manajerial
keperawatan di instalasi gawat darurat sebuah pelayanan kesehatan dalam
(IGD), tidak terkecuali profesi peningkatan kualitas pelayanan khususnya
keperawatan di IGD rumah sakit dr. Saiful keperawatan di departemen
Anwar (RSSA) Malang. kegawatdaruratan.
Tanpa caring membuat seorang
perawat dalam memberikan pelayanan METODE PENELITIAN
keperawatan rentan terhadap tindakan Penelitian ini menggunakan
yang melanggar etik keperawatan, terlebih pendekatan kualitatif, dengan metode
lagi kondisi klien saat menghadapi fenomenologi interpretive. Penelitian
kondisinya yang kritis di instalasi gawat kualitatif bertujuan untuk
darurat ada yang dalam tingkat sadar mengembangkan dan memperkaya
pemahaman akan sebuah fenomena yang

19
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433

terjadi di sekeliling kita (berasal dari kontrak terlebih dahulu kepada partisipan,
lapangan) dan menjadikan sebuah gagasan tepat seperti yang diinginkan dan
dalam sebuah hubungan fenomena partisipan tidak sedang bertugas, sehingga
(kejadian tertentu) (Chase, 2005; Winarni, partisipan akan merasa aman, nyaman dan
2012) santai (rileks) saat memberikan informasi,
Purposive sampling merupakan cara wawancara akan dilakukan melalui
yang akan dipakai dalam penelitian ini, beberapa kali pertemuan jika diperlukan
sehingga diharapkan akan memperoleh untuk mendapatkan hasil yang akurat.
gambaran utuh tentang suatu kasus, Analisis data kualitatif bersifat
dimana dalam penelitian ini akan meneliti induktif, sehingga data ―caring perawat
tentang caring perawat saat menghadapi IGD saat menghadapi klien dengan
klien dengan kondisi kritis di instalasi kondisi kritis di IGD RSSA Malang‖ yang
gawat darurat. Penentuan partisipan (nara didapatkan dari lapangan (hasil
sumber) dilakukan secara purposive wawancara, hasil observasi, catatan
dengan kriteria tertentu (Loiselle, lapangan, dan bahan-bahan yang lain)
Profetto-McGrath, Polit dan Beck, 2011): selanjutnya dikembangkan menjadi
pengalaman sebagai perawat di IGD sebuah hipotesis.
minimal 5 tahun, masih bekerja di IGD Model analisis data yang akan
saat itu juga, dan bersedia sebagai digunakan dengan pendekatan Miles dan
partisipan. Wawancara semiterstruktur Huberman, dimana analisis data kualitatif
(semistructure interview) dilakukan dalam dilakukan secara interaktif dan
pengumpulan data penelitian ini dengan berlangsung secara terus menerus sampai
harapan peneliti mengumpulkan jenis data tuntas, sehingga datanya sudah jenuh,
yang sama dari tiap partisipan dan peneliti dengan aktifitas data reduction (reduksi
dapat mengembangkan pertanyaan sesuai data), data display (penyajian data), dan
dengan topik yang akan digali conclusion drawing/verification
(Rachmawati, 2013; Sugiyono, 2011; (Sugiyono,2011).
Loiselle, Profetto-McGrath, Polit dan
Beck, 2011), dengan harapan akan HASIL PENELITIAN
didapatkan issu (data) lebih terbuka dan Penelitian ini menghasilkan tiga
adanya rapport (rasa percaya dan tema, berdasarkan hasil wawancara
hubungan emosional). seputar nilai-nilai caring yang muncul dari
Lama waktu wawancara dilakukan pengalaman partisipan saat merawat klien
selama satu jam, dengan melakukan dengan kondisi yang kritis di IGD RSSA

20
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433

Malang. Beberapa tema yang dihasilkan mengerjakan tindakan yang cepat


dan tepat…‖ (PP3)
berdasarkan hasil analisis transkrip
wawancara, yaitu : melakukan ―Respon timenya langsung, ABC
nya sangat terganggu, jadi itu yang
penyelamatan pasien kritis, meningkatkan
kita tangani dulu, tidak ada waktu
kepercayaan pasien dan keluarga, tunggu. ― (PP5)
keinginan berbuat yang terbaik untuk
Tindakan yang cepat dan segera dari
pasien kritis.
perawat IGD dipengaruhi oleh rasa
Melakukan penyelamatan pasien
tanggap dan keaktifan dalam tim resusitasi
kritis dimaknai sebagai perilaku perawat
yang telah tertuang dalam protap IGD,
dalam usaha membantu pasien dari
dimana paling sedikit ada empat orang
kondisi yang mengancam jiwa, dimana
penolong dengan pembagian
perawat melakukan berbagai kegiatan
tanggungjawab masing-masing penolong.
kegawatdaruratan, seperti tindakan
Adanya pembagian tugas dalam tindakan
resusitasi, kerjasama antar petugas
resusitasi, maka mengupayakan
kesehatan, berinteraksi dengan keluarga
penyelamatan pasien kritis lebih besar.
pasien dalam meminta persetujuan
tindakan, dimana dituntut untuk bertindak
cepat dan tepat, yang kesemuanya
bertujuan untuk keselamatan pasien kritis
di IGD.
Mengupayakan penyelamatan
pasien kritis membutuhkan tindakan
segera, dan tepat, dimana tidak ada lagi
waktu tunggu, hal ini dikhawatirkan
adanya permasalahan yang mengancam
kepatenan ―ABC ― (airway-breathing-
circulation) pasien, sehingga berdasarkan
pengalaman perawat tersebut menuntut
suatu tindakan segera atau tidak ada waktu
tunggu, yang sering mereka sebut dengan
respon time 0 (nol).

―Kalo pasiennya kritis mesti


kategorinya P1, jadi saya harus

21
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433

Tindakan penyelamatan pasien kritis usaha meningkatkan kepercayaan pasien

di IGD RSSA Malang selalu dan keluarga dalam setiap proses tindakan
mengutamakan keselamatan pasien kegawatdaruratan.
terlebih dahulu, baik pasien datang ke Meningkatkan kepercayaan pasien
IGD tanpa ataupun disertai oleh keluarga, dan keluarga menurut pengalaman
tidak mempengaruhi upaya penyelamatan perawat IGD, dimaknai sebagai perilaku
pasien kritis tersebut, sehingga ada perawat dan petugas kesehatan dalam
kalanya persetujuan tindakan meningkatkan rasa nyaman pasien saat
kegawatdaruratan terhadap pasien kritis dirawat, menenangkan keluarga dengan
terhadap keluarga (jika pasien tidak memberikan penjelasan dan melibatkan
sadarkan diri) dilakukan setelah pasien keluarga saat pasien kritis, menghadirkan
stabil, namun jika pasien sadar keluarga saat tindakan kegawatdaruratan
persetujuan tindakan akan tetap dilakukan serta menghormati keyakinan pasien dan
terhadap pasien langsung. keluarga dalam setiap tindakan.
Upaya penyelamatan pasien kritis di Menenangkan pasien adalah harapan
IGD RSSA Malang tidak hanya perawat saat merawat pasien dengan
membutuhkan ketrampilan dan kondisi kritis, dimana dibutuhkan banyak
kemampuan intelektual saja, namun dalam ketrampilan komunikasi saat perawat
penerapannya menurut pengalaman berinteraksi dengan pasien kondisi kritis,
perawat membutuhkan suatu rasa dengan demikian pasien akan merasa
kepercayaan pasien dan keluarga terhadap nyaman, dengan demikian diharapkan
petugas IGD, karenangya perlu adanya pasien lebih tenang.

22
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433

―Ditanya sambil agak setengah dipersilakan menunggu diluar selama


hypno terapi begitu, ditanya, cuma
tindakan resusitasi.
dari main kata-kata begitu, misalnya
…―Pak gimana sudah enak?‖, nah ―…pada saat CPR, itu keluarga kita
itu pasiennya biasanya akan ijinkan masuk, jadi keluarga sudah
semakin lebih enak, …‖(PP1) melihat tindakan kita, melihat
seberapa gawatnya anggota keluarga
Keterlibatan keluarga juga mereka, dan keluarga kita suruh
membisikki doa di telinga,
dibutuhkan, dengan demikian akan
membantu kita dengan doa.‖(PP5)
menenangkan keluarga pasien yang cemas
Perawat IGD banyak menemui
dan takut akan kondisi keluarganya yang
fenomena saat bertugas, dimana keluarga
mengalami kondisi kritis, sekaligus
atau pasien menggunakan benda-benda
mampu meningkatkan kepercayaan
yang dianggap memiliki kekuatan
keluarga dan pasien yang sedang dirawat.
menyembuhkan atau meminumkan
minuman yang dianggap memiliki
―Kalo pasien kritis, kita jelaskan
tentang tindakan, kondisi klien, kekuatan menyembuhkan menurut
tindakan yang sudah dilakukan dan
kepercayaan mereka (keluarga dan
yang akan dilakukan. Kalo tindakan
yang akan kita lakukan mengandung pasien). Beberapa kejadian diatas
unsur biaya, juga kita jelaskan,
membuat perawat memutuskan apa yang
karena itu butuh persetujuan
keluarga, perlu biaya, …‖(PP5) terbaik bagi pasien kritis, disatu sisi
mereka memperbolehkan, disatu sisi tidak
Kehadiran keluarga saat melakukan
memperbolehkan melakukan atau
tindakan kegawatdaruratan seperti proses
mengenakan atau meminumkan hal-hal
resusitasi ataupun CPR (cardio pulmonary
yang dianggap oleh perawat semakin
resuscitation) merupakan salah satu cara
membahayakan keselamatan pasien,
yang diperlukan untuk meyakinkan pihak
dengan komunikasi yang baik terhadap
keluarga terhadap tindakan dan tingkat
keluarga tentunya.
kegawatan kondisi keluarga mereka.
Beberapa kasus juga tidak perlu
―… maka tidak boleh diminumkan
menghadirkan keluarga, hal ini ditakutkan
…‖bu ibu kalo pasiennya cedera
akan mempengaruhi kondisi keluarga kepala..pasiennya dipuasakan,
airnya dibasahi saja dibibirnya,
pasien tersebut, saat melihat tindakan
jangan diminumkan nanti
yang menakutkan bagi diri keluarga, membahayakan pasiennya, jadi ya
tidak boleh diminumkan…‖ (PP1)
seperti pemasangan ETT (endo tracheal
―… biasanya itu ada yang bawa air
tube), dengan demikian keluarga pasien zam-zam lalu di blonyohne (
dioleskan) ke tubuhnya, ada seperti
itu…. selama dikasihkan diluar

23
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433

tubuh aja tidak masalah, karena tertantang akan pekerjaan sebagai perawat
keyakinan mereka seperti itu, saya
IGD, perasaan cinta terhadap profesi
mengijinkan…‖(PP3)
Usaha-usaha
penyelamatan
pasien kritis
dilakukan perawat
tidak dengan
sendirinya, tapi
muncul
dikarenakan
adanya keinginan
berbuat yang
terbaik untuk
keperawatan, rasa empati, perasaan
pasien kritis. Keinginan berbuat yang
kasihan dan trenyuh saat melihat pasien
terbaik untuk pasien kritis dipengaruhi
dengan kondisi kritis.
oleh berbagai sebab, diantaranya adanya
―…banyak masalah itu merupakan
keinginan dalam diri perawat dalam
tantangan, jadi saya suka dengan
menolong pasien, dan berbuat yang kegiatan seperti itu dan harus aktif
di UGD, harus cepet, harus tepat,
terbaik untuk pasien.
saya suka yang seperti itu…‖(PP3)
Keinginan perawat menolong
Perasaan perawat kasihan dan
pasien, menurut pengalaman perawat IGD
trenyuh (ikut merasakan kesedihan), serta
saat merawat pasien dengan kondisi kritis
membayangkan pasien tersebut adalah
dikarenakan adanya suatu perasaan

24
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433

keluarga perawat sendiri bahkan Upaya penyelamatan pasien lewat


membayangkan hal tersebut adalah diri tindakan resusitasi membutuhkan
perawat sendiri yang pada saatnya nanti kerjasama tim yang solid. Pengalaman
juga akan mengalami kematian. perawat saat bertugas di IGD selalu
―…lebih banyak mengintrospeksi mengutamakan keselamatan pasien P1
pada diri saya (prioritas1), dimana perawat tidak hanya
sendiri…mengingatkan saya, bahwa bertugas di area masing-masing, namun
suatu saat saya juga akan lebih fleksibel, maka saling membantu
mati…‖(PP3) dalam mengisi kekosongan peran, dengan
Tugas sebagai perawat IGD yang mereka demikian berbagai macam usaha dalam
laksanakan bukan lagi sebagai beban yang menjaga kestabilan jalan nafas, pernafasan
berat, namun rasa senang yang muncul dan srkulasi pasien dapat dilakukan
dalam diri partispan seiring dengan dengan cepat.
banyaknya pengalaman partisipan dalam Peran perawat diatas dilakukan demi
merawat klien dengan kondisi kritis, memenuhi kebutuhan dasar pasien kritis,
menjadikan pengalaman tersendiri yang mengatasi kecemasan pasien dan atau
menyenangkan untuk dilakukan. Suasana keluarga, menghargai privasi klien,
lingkungan di IGD RSSA sangat memberikan berbagai macam pengobatan
mendukung perawat berkembang kearah dan tindakan untuk kepatenan ABC,
perubahan yang positif dalam kehidupan resusitasi cairan, dan melakukan observasi
mereka secara berkala lewat monitor jantung yang
PEMBAHASAN telah terpasang ditubuh pasien.
Hasil penelitian menunjukkan Perilaku perawat tersebut sesuai
adanya suatu pengalaman caring yang dengan nilai-nilai caring, dimana carative
menyenangkan yang dirasakan oleh factor kesembilan, perawat membantu
perawat IGD RSSA Malang dengan dalam memenuhi kebutuhan dasar
berbagai macam persepsi saat menghadapi manusia dengan tetap menjaga martabat
klien dengan kondisi kritis di P1 (critical klien secara menyeluruh. Perawat mampu
care area), di mana ditemukan 3 tema : berperan aktif dalam memenuhi
melakukan penyelamatan pasien kritis, kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
meningkatkan kepercayaan pasien dan klien, dengan berperan aktif dalam proses
keluarga, dan keinginan berbuat yang keperawatan pengkajian, penegakan
terbaik untuk psien kritis diagnosa keperawatan, perencanaan suatu
intervensi keperawatan, observasi dan

25
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433

evaluasi terhadap kondisi klien (Watson Tindakan kegawatdaruratan yang


2007; 2008; 2009; 2010; Chase, 2005; dilakukan perawat membutuhkan
Okoye, 2012). persetujuan dari kedua belah pihak, pihak
Meningkatkan kepercayaan pasien pasien atau keluarga yang mewakili dan
dan keluarga menurut pengalaman pihak IGD, karenanya penting sekali
perawat IGD, dimaknai sebagai perilaku dalam setiap penanganan
perawat dan petugas kesehatan dalam kegawatdaruratan pasien dengan kondisi
meningkatkan rasa nyaman pasien saat kritis menginformasikan setiap tindakan
dirawat, menenangkan keluarga dengan dan kondisi pasien saat dirawat.
memberikan penjelasan dan melibatkan Keterlibatan keluarga juga dibutuhkan,
keluarga saat pasien kritis, menghadirkan dengan demikian akan menenangkan
keluarga saat tindakan kegawatdaruratan keluarga pasien yang cemas dan takut
serta menghormati keyakinan pasien dan akan kondisi keluarganya yang mengalami
keluarga dalam setiap tindakan. kondisi kritis, sekaligus mampu
Perilaku yang segera memenuhi meningkatkan kepercayaan keluarga dan
kebutuhan pasien saat dirawat, merupakan pasien yang sedang dirawat.
hal-hal yang berdampak besar pada Perilaku perawat menurut Chase
kepercayaan pasien terhadap perawat, (2005) dan Okoye (2012) memberikan
sehingga hal tersebut mampu memberikan dampak yang besar terhadap hubungan
rasa tenang terhadap perawat. edukasi (belajar-pembelajaran), pada
Perilaku perawat IGD diatas tahapan proses caring ini, perawat
sesuai dengan nilai-nilai carative factor memberikan bantuan tentang belajar-
keempat adalah membangun kepercayaan mengajar sesuai dengan informasi apa
demi terciptanya caring relationship yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga
(hubungan caring) saat memberikan pada saat itu. Peran perawat dalam
pertolongan. Caring yang ditunjukkan memfasilitasi kebutuhan klien akan
lewat pertolongan seorang perawat berbagai sumber informasi akan
merupan hubungan interpersonal (manusia mempengaruhi berbagai perkembangan
satu dengan manusia yang lain), dimana klien dan keluarga pasien pada saat
dalam menjalin hubungan yang baik maka kondisi kritis, baik secara kognitif, emosi
harus terbentuk suatu hubungan saling yang dirasakan oleh klien, persepsi,
percaya yang yang baik antara perawat kesiapan klien atau keluarga dalam
dan klien. (Watson 2007; 2008; 2009; menerima kondisinya, motivasi yang
2010; Chase, 2005; Okoye, 2012). dibutuhkan klien ataupun keluarga dalam

26
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433

menghadapi kondisi sakit yang diterima diterangkan secara nalar scientific


klien pada saat tersebut (Watson 2007; (keilmuan), dimana berbagai nilai spiritual
2008; 2009; 2010; Chase, 2005; Okoye, yang ada pada diri klien ataupun keluarga
2012) baik bersumber dari budaya, mitos yang
Rasa kepercayaan antara perawat, diyakini oleh klien, keajaiban-keajaiban
klien, dan keluarga tidak lepas dari yang sulit dijelaskan secara keilmuan dan
bagaimana seni seorang perawat untuk nalar manusia, dimana perawat tetap
melakukan pendekatan yang terapeutik menghargai nilai-nilai tersebut. Peran
terhadap klien, dengan seni pendekatan perawat pada nilai tersebut adalah
yang baik, maka akan muncul suatu rasa menghargai kepercayaan klien dengan
percaya seorang klien ketika dibantu oleh meminum obat ramuan yang dipercaya
klien oleh klien dapat membantu
Fenomena berikutnya yang banyak menyembuhkan penyakitnya dengan
ditemui oleh perawat IGD saat bertugas, mengijinkan (Chase, 2005; Watson, 2007;
dimana keluarga atau pasien 2008; Cara, 2003, Okoye, 2012).
menggunakan benda-benda yang dianggap Peran perawat menghormati
memiliki kekuatan menyembuhkan atau keyakinan tersebut tanpa menyinggung
meminumkan minuman yang dianggap perasaan pasien dan keluarga, namun tetap
memiliki kekuatan menyembuhkan memperhatikan keselamatan pasien kritis
menurut kepercayaan mereka (keluarga sebagai prioritas utama perawat, dengan
dan pasien). Beberapa kejadian diatas demikian diharapkan akan meningkatkan
membuat perawat memutuskan apa yang kepercayaan pasien dan keluarga dalam
terbaik bagi pasien kritis, disatu sisi setiap tindakan kegawatdaruratan yang
mereka memperbolehkan, disatu sisi tidak dilakukan perawat dan tenaga kesehatan
memperbolehkan melakukan atau lainnya.
mengenakan atau meminumkan hal-hal Usaha-usaha penyelamatan pasien
yang dianggap oleh perawat semakin kritis dilakukan perawat tidak dengan
membahayakan keselamatan pasien, sendirinya, tapi muncul dikarenakan
dengan komunikasi yang baik terhadap adanya keinginan berbuat yang terbaik
keluarga tentunya. untuk pasien kritis. Keinginan berbuat
Tindakan perawat dalam hal ini yang terbaik untuk pasien kritis
tidak bertentangan dengan nilai carative dipengaruhi oleh berbagai sebab,
factor kesepuluh, dimana fenomena diantaranya adanya keinginan dalam diri
tersebut sifatnya misterius yang sulit

27
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433

perawat dalam menolong pasien, dan sehingga muncul keinginan untuk segera
berbuat yang terbaik untuk pasien. berbuat dan rasa senang.
Keinginan perawat menolong Rasa senang yang muncul dalam diri
pasien, menurut pengalaman perawat IGD partisipan dimulai dari diri perawat sendiri
saat merawat pasien dengan kondisi kritis yang mencintai berbagai aktivitas yang
dikarenakan adanya suatu perasaan penuh dengan tantangan, suka akan
tertantang akan pekerjaan sebagai perawat kegiatan yang mampu meningkatkan
IGD, perasaan cinta terhadap profesi adrenalin, dan adanya suatu kepuasan
keperawatan, rasa empati, perasaan serta kebahagiaan tersendiri dimana
kasihan dan trenyuh saat melihat pasien mampu memberikan berbagai bentuk
dengan kondisi kritis. kebaikan bagi orang-orang yang
Perasaan tersebut sesuai dengan membutuhkan bantuannya. Rasa empati
Carative factor Watson yang pertama, yang dirasakan perawat IGD saat
merupakan dasar pertama dan terpentingn melakukan proses resusitasi memiliki
dalam caring (secara etik dan ilmu makna yang besar dalam keperawatan
pengetahuan (science), dimana mengenal pasien dengan kondisi kritis, dimana
adanya nilai-nilai humanistic (rasa kepekaan terhadap diri dan orang lain,
kemanusiaan) dan altruistic dimana seorang perawat mampu
(mementingkan kepentingan orang lain) merasakan apa yang dirasakan terhadap
(Watson 2007; 2008; 2009; 2010; Chase, dirinya, dan mengenal dan menghargai
2005), dalam nilai kemanusiaan yang perasaan yang dirasakan oleh orang lain
ditunjukkan oleh perawat adanya nilai dan membantu perawat menjalin
kebaikan, empati, peduli dan cinta pada hubungan terapeutik secara emosional
diri dan orang lain (klien). Rasa ingin dengan klien.
mengutamakan kepentingan orang lain Ketiga tema yang ditemukan
terus meningkat seiring dengan adanya memiliki keterkaitan satu dengan yang
suatu tekat (comitmen) dalam diri dengan lain dimana keinginan berbuat yang
adanya kebahagiaan atau rasa puas dengan terbaik bagi pasien kritis, dapat
memberi (menolong orang lain). mempengaruhi kualitas perilaku perawat
Lingkungan yang mendukung di IGD dalam melakukan penyelamatan
IGD dengan adanya berbagai pelatihan pasien kritis, dan meningkatkan
kegawatdaruratan berpengaruh dan kepercayaan pasien dan keluarga.
memotivasi perawat dalam bekerja Perawat dalam memberikan usaha
penyelamatan pasien dengan kondisi kritis

28
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433

didorong oleh adanya suatu keinginan lain dimana keinginan berbuat yang
berbuat yang terbaik, sehingga hal terbaik bagi pasien kritis, dapat
tersebut mempengaruhi kualitas pelayanan mempengaruhi kualitas perilaku perawat
tindakan penyelamatan klien. Usaha IGD dalam melakukan penyelamatan
perawat dalam melakukan tindakan pasien kritis, dan meningkatkan
penyelamatan membutuhkan kepercayaan kepercayaan pasien dan keluarga.
pasien dan keluarga, dan pasien berikut
keluarga membutuhkan bantuan SARAN
penyelamatan akan kondisi pasien yang Hasil penelitian ini dapat dijadikan
kritis. Rasa percaya pasien dan keluarga acuan untuk membuat sebuah penelitian
yang baik terhadap perawat dan kualitatif khususnya yang bertemakan
keberhasilan akan penyelamatan pasien caring seorang perawat yang terjadi di
kritis membuat kepuasan tersendiri bagi instalasi gawat darurat, sehingga semakin
perawat, sehingga rasa puas tersebut membuka wacana dan menambah
menjadi penggerak perawat dalam usaha pengetahuan perawat maupun pendidikan
memberikan pelayanan keperawatan yang khususnya dalam dunia keperawatan
lebih baik. tentang dunia keperawatan
kegawatdaruratan, ketika menghadapi
KESIMPULAN klien dengan kondisi kritis.
Pengalaman caring perawat dalam Hasil yang telah ditemukan perlu
menangani pasien dengan kondisi kritis, dipertajam lagi dalam penentuan tema
berdasarkan hasil wawancara seputar penelitiannya, seperti budaya yang
nilai-nilai caring yang muncul dari mempengaruhi perilaku perawat maupun
pengalaman partisipan saat merawat klien pasien saat dirawat di IGD atau eksplorasi
dengan kondisi yang kritis di IGD RSSA caring dari sudut pandang keluarga dan
Malang. Beberapa tema yang dihasilkan pasien saat dirawat di IGD , sehingga
berdasarkan hasil analisis transkrip perlu adanya observasi lebih lanjut ke area
wawancara, yaitu : melakukan kegawatdaruratan secara langsung.
penyelamatan pasien kritis, meningkatkan Hasil penelitian ini menunjukkan
kepercayaan pasien dan keluarga, pentingnya suatu pelatihan
keinginan berbuat yang terbaik untuk berkesinambungan tentang pelatihan
pasien kritis. kegawatdaruratan berdampak pada
Ketiga tema yang ditemukan kualitas pelayanan caring perawat selama
memiliki keterkaitan satu dengan yang bertugas, sehingga upaya yang sudah

29
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433

dibangun oleh keperawatan IGD RSSA Journal of Clinical Nursing. 15:


Malang dapat dilanjutkan dan 1565-1573.
ditingkatkan lagi frekueansinya. 8. Holzemer. 2010. Improving health
DAFTAR PUSTAKA through nursing research. USA:
1. Bailey, D. N. 2011. Framing client Wiley-Blackwell.
care using Halldorsdottir‘s theory of 9. Kasiram, M. 2010. Metodologi
caring and uncaring behaviors within penelitian kualitatif-kuantitatif.
nursing and healthcare. International Yogyakarta: SUKSES offset.
Journal for Human Caring.15: 54-66. 10. Lachman, V. D. 2012. Applying the
2. Buckner, E., Leach-Fuller, C. 2001. ethics of care to your nursing
Honor and the creative arts in practice. Medsurg Nursing. 21: 112-
nursing: music theraphy to decrease 116.
anxiety in critical care patients. 11. Laverty, S. M. 2003. Hermeneutic
Journal of the National Collegiate phenomenology and phenomenology:
Honors Council. P: 79-84. a comparison of historical and
3. Cara, C. 2003. A pragmatic view of methodological considerations.
Jean Watson‘s caring theory. International Journal of Qualitative
International Journal for Human Methods. 3: 1-29.
Caring.7: 51-61. 12. Laverty, S. M. 2003. Hermeneutic
4. Chase, M. M. 2005. Emergency phenomenology and phenomenology:
department nurses’ lived experience a comparison of historical and
with compassion fatigue. The Florida methodological consederations.,
State University School of Nursing. International Journal of Qualitative
5. Donalek, J. G. 2004. Demystifying Methods. 2(3). Article 3. Retrieved
nursing research: phenomenology as a from:
qualitative research method. Urologic http://www.ualberta.ca/~iiqm/backiss
Nursing. 24: 516-517. ues/2_3final/pdf/laverty.pdf
6. Green, B. 2012. Feminist ethics of 13. Loiselle, C. G., Profetto-McGrath, J.,
care to nursing practice. J Nurs Care. Polit, D. F., dan Beck, C. T. 2011.
1: 1-4. Canadian essentials of nursing
7. Halligan, P. 2006. Caring for patients research 3th edition. Canada:
of Islamic denomination: critical care Lippincott & Wilkins.
nurses‘ experiences in Saudi Arabia.

30
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433

14. Moleong, L. J. 2004. Metode 21. Tarida, Istikarini, Barokah, et.al.


penelitian kualitatif. Bandung: 2011. Konsep caring. Universitas
Remaja Rosda Karya. Indonesia : Fakultas Ilmu
15. Nazir, M. 2003. Metode penelitian. Kpeperawatan.
Jakarta: PT. Ghalia Indonesia. 22. Tonges, M. & Ray, J. 2011.
16. Okoye, N. 2012. Jean Watson’s of Translating caring theory into practice
human caring: an analysis of nurses ―The Carolina Care Model‖. The
caring about themselves in addition Journal of Nursing Administration.
to their patient. University of 41 : 374-381.
Virginia. 23. Vanlaere, L., & Gastmans, C. 2011. A
17. Rachmawati, I. N. 2013. personalitic approach to cara ethics.
Pengumpulan data dalam penelitian Nursing Ethics. 18: 161-173.
kualitatif: wawancara. Diakses pada 24. Watson, J. 2007. Watson‘s theory of
bulan Februari 2013, melalui: human caring and subjective living
http://staff.ui.ac.id/internal/13214745 experiences: carative factors/caritas
4/publikasi/PENGUMPULANDATA processes as a disciplinary guide to
DALAMPENELITIANKUALITATI the professional nursing practice.
F.pdf. Texto Contexto Enferm,
18. Ranheim, A. 2011. Expanding caring Florianópolis, 2007 Jan-Mar; 16(1):
: theory and practice intertwined in 129-35.
municipal elderly care. Linkoping 25. Watson, J. 2008. Social justice and
University: Faculty of Health Science human caring: A model of caring
Department of Social and Welfare sciences as a hopeful paradigm for
Studies. moral justice for humanity. Creative
19. Rundqvist, E., Sivonen, K., Delmar, Nursing. 14(2).
C. 2011. Sources of caring in 26. Watson, J. 2009. Caring as the
professional nursing- a review of essence and science of nursing and
current nursing literature. health care. O Mundo Da Saude Sao
International Journal of Human Paulo. 33: 143-149.
Caring. 15: 36-43. 27. Watson, J. 2009. Caring Science 10
20. Sugiyono. 2011. Metode penelitian Carita Processes: The implications of
kuantitatif, kualitatif, dan R & D. caring theory
Bandung: Penerbit Alfabeta.

31
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013

Вам также может понравиться