Вы находитесь на странице: 1из 14

CARA PEMBERIAN OBAT

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1. Mabruroh
2. Reni Indriaswari
3. Rina Wiji Astuti
4. Ririn Purwantini
5. Sri Wijayanti
6. Taufiq Hidayat
7. Unnais Satur Rofiah
8. Wiwi Khasanah
9. Windra Bangun Sucipto

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan
untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah atau rohania. Meskipun obat dapat menyembuhkan
penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan
obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat
dan dapat juga bersifat sebagai racun
Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah memberikan obat
yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk
mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek
terapeutik yang bermanfaat. Untuk itu kita hendaknya paham tentang obat
salah satunya adalah dalam cara pemberian obat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obat ?
2. Faktor yang mempengaruhi reaksi obat ?
3. Macam macam cara pemberiaan obat ?

C. Tujuan
Setelah membaca makalah ini diharapkan kita mengetahui pengertian obat,
reaksi reaksi obat, dan macam mecam pemberian obbat.

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun atas BAB I PENDAHULUAN terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan, sistematika penulisan; BAB II
PEMBAHASAN terdiri dari arti obat, reaksi reaksi obat, cara pemberian
obat; BAB III PENUTUP terdiri dari kesimpulan dan daftar Pustaka.
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Obat
Pengertian obat adalah semua bahan tunggal campuran yang
dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar
tubuh guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit.
( Syamsuni. 2005)
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan : bahan yang
siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi.( Kebijakan Obat Nasional, Departemen
kesehatan RI 2005 ).
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kima yang dapat mempengruhi
proses hidup, maka obat merupakan ilmu yang sangat luas
cakupannya. Ilmu mengenai pengobatan dibatasi tujuannya yaitu
agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis,
dan pengobatan penyakit selain itu agar mengerti penggunaan obat
tidaak tepat dapat mengakibatkan penyakit.

B. Reaksi Obat dan Faktor yang Mempengaruhinya


Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh, obat akan
bekerja sesuai dengan proses kimiawi melalui reaksi obat. Reaksi obat dapat
dihitung dalam satuan waktu paru, yakni suatu interval waktu yang di
perukan dalam tubuh untuk proses elominasi, sehingga terjadi pengurangan
kosentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.
Beberapa factor yang mempengaruhi reksi pengobatan diantaranya
Absorbsi obat, distribusi obat dalam tubuh, metbolisme (biotranformasi obat),
dan eksresi.
1. Absorb obat
Merupakan proses pergerakan obat dari sumber ke dalam tubuh
melalui aliran darah kecuali dari jenis topika. Hal ini mempengaruhi oleh
cara dan jalur pemberian obat, jenis obat, keadaan tempat, makanan, dan
keadaan pasien.
2. Distribusi obat kedalam tubuh
Setelah obat di absorbsi, kemudian obat di distribusikan kedalam
darah melalui vaskular dan system limfatis menuju sel dan masuk
kedalam jarungan tertentu. Proses ini dapat di pengaruhi oleh
keseimbangan cairan elektrolit dan keadaan patologis .
3. Metabolisme obat
Setelah melalui sirkulasi obat akan mengalami metabolism. Obat
akan ikut sirkulasi ke dalam jaringan kemudian berinteraksi dengan sel
dan melakukan sebuah perubahan zat kimia hingga menjadi lebih aktif.
Obat yang tidak bereaksi akan di ekskresikan.
4. Ekskresi sisa
Setelah obat mengalami metabolisme atau pemecahan, akan
terdapat sisa zat yang tidak dapat dipakai. Sisa zat ini tidak bereaaksi
kemudian keluar melalui ginjal dan dalam bentuk urine, dari intestinal
dalam bentuk feses, dan dari paru paru dalam bentuk udara.

C. Persiapan Pemberian Obat


Sebelum memberikan obat kepada pasien, ada beberapa syarat yang perlu di
perhatikan untuk menjamin keamanan dalam pemberian obat, diantaranya :
1) Tepat obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali, yakni : ketika
memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat di
programkan, dan saat pengembalian obat ke tempat penyimpanan.
2) Tepat dosis
Untuk menhindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan
dosis harus di perhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat
cair harus di lengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit, atau sendok khusus,
alat untuk membela tablet, dll. Dengan demikian, penghitungan dosis
benar untuk diberikan ke pasien.
3) Tepat pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang di
programkan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasikan identitas
kebenaran obat, yaitu mencocokkan nama, nomor register, alamat, dan
program pengobatan pada pasien.
4) Tepat jalur pemberian
Kesalahan rute pemberian dapat menimbulkan efek sistemik yang fatal
pada pasien. Untuk itu, cara pemberian nya adalah dengan melihat cara
pemberian / jalur obat pada label yang ada sebelum memberikannya ke
pasien.
5) Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang di
programkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat
menimbulkan efek trapi dan obat.

D. Rute Pemberian Obat


Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat serta tempat
kerja yang diinginkan. Pemberian obat ikut juga dalam menentukan cepat
lambatnya dan lengkap tidaknya resorpsi suatu obat. Tergantung dari efek
yang diinginkan, yaitu efek sistemik (di seluruh tubuh) atau efek lokal
(setempat) dapat dipilih di antara berbagai cara untuk memberikan obat.
1. Oral
Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling
banyak dipakai karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat
juga diabsorbsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti
tablet ISDN. Bentuk sediaan obatnya dapat berupa Tablet, Kapsul,
Larutan (solution), Sirup, Eliksir, Suspensi, Magma, Jel, dan Bubuk.
a. Kelebihan :
1) Relatif aman, praktis, ekonomis,
2) Meminimalkan ketidak nyamanan pada klien dan dengan efek
samping kecil.
b. Kekurangan :
1) bioavaibilitasnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
iritasi pada saluran cerna,
2) perlu kerjasama dengan penderita (tidak bisa diberikan pada
penderita koma),
3) timbul efek lambat,
4) tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak
sadar, tidak kooperatif,
5) untuk obat iritatif rasa tidak enak penggunaannya terbatas,
6) obat yang inaktif,
7) terurai oleh cairan lambung usus tidak bermanfaat (penisilin G,
insulin),
8) obat absorpsi tidak teratur,
9) kerja obat oral lebih lambat dan efeknya lebih lama.
2. Sublingual
Obat sublingual dirancang supaya setelah diletakkan di bawah
lidah dan kemudian larut, mudah diabsorbsi, Tidak melalui hati sehingga
tidak diinaktif, Dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran
darah, sehingga efek yang dicapai lebih cepat. Hanya untuk obat yang
bersifat lipofil. Obat yang diberikan dibawah lidah tidak boleh ditelan.
a. Kelebihan :
1) obat cepat, tidak diperlukan kemampuan menelan,
2) kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding
usus dan hati dapat dihindari (tidak lewat vena porta).
b. Kekurangan :
1) absorbsi tidak adekuat,
2) kepatuhan pasien kurang (compliance),
3) mencegah pasien menelan.
3. Bukal
Pemberian obat melalui rute bukal dilakukan dengan
menempatkan obat padat di membran mukosa pipi sampai obat larut.
Klien harus diajarkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian di
pipi kanan dan kiri supaya mukosa tidak iritasi, diperingatkan untuk tidak
mengunyah atau menelan obat atau minum air bersama obat.
a. Kelebihan :
1) onset cepat,
2) mencegah “first-pass effect”
3) tidak diperlukan kemampuan menelan
b. Kekurangan :
1) absorbsi tidak adekuat
2) kepatuhan pasien kurang (compliance),
3) mencegah pasien mnelan
4. Parenteral
Rute parenteral adalah memberikan obat dengan meninginjeksi ke
dalam jaringan tubuh, obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut
(tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah.
Misalnya sediaan injeksi atau suntikan. Tujuannya adalah agar dapat
langsung menuju sasaran. (priyanto, 2010)
a. Intravena
Tidak mengalami tahap absorpsi. Obat langsung dimasukkan ke
pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam darah diperoleh
dengan cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons
penderita.
1) Kelebihan :
cepat mencapai konsentrasi, dosis tepat, mudah menitrasi dosis
2) Kekurangan :
a) Obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali,
sehingga efek toksik lebih mudah terjadi.
b) Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan
lebih terjadi.
c) Pemberian intravena (iv) harus dilakukan perlahan-lahan
sambil mengawasi respons penderita.
d) Konsentrasi awal tinggi toksik, invasive resiko infeksi,
e) Memerlukan keahlian
b. Intramuscular
Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan
absorbsi. Obat yang sukar larut seperti diazepam dan penitoin akan
mengendap di tempat suntikan sehingga absorpsinya berjalan
lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
1) Kelebihan :
a) tidak diperlukan keahlian khusus,
b) dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak,
c) absorbsi cepat obat larut dalam air.
2) Kekurangan :
a) rasa sakit, tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah
(Clotting time),
b) bioavibilitas bervariasi, obat dapat menggumpal pada lokasi
penyuntikan.
c. Sub Cutan (SC)
Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap
jaringan. Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga
efeknya bertahan lebih lama. Absorpsi menjadi lebih lambat jika
diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan dibawah kulit atau
dalam bentuk suspensi. Pemberian obat bersama dengan
vasokonstriktor juga dapat memperlambat absorbsinya.
1) Kelebihan :
a) diperlukan latihan sederhana,
b) absorbs cepat obat larut dalam air,
c) mencegah kerusakan sekitar saluran cerna.
2) Kekurangan :
a) dalam pemberian subkutan yaitu rasa sakit dan kerusakan
kulit,
b) tidak dpat dipakai jika volume obat besar,
c) bioavibilitas bervariasi sesuai lokasi.
d) Efeknya agak lambat.
5. Intrachecal
Obat langsung dimasukkan ke dalam ruang subaraknoid spinal, dilakukan
bila diinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput otak atau
sumbu cerebrospinal seperti pada anestesia spinal atau pengobatan
infeksi SSP yang akut.
6. Implantasi
a. Kelebihan :
1) Bentuk oral pellet steril,
2) obat dicangkokkan dibawah kulit, terutama digunakan untuk
efek sistemik lama, misalnya obat-obat hormon kelamin
(estradiol dan testoteron)
b. kekurangan :
1) Resorpsinya lambat,
2) satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara perlahan-lahan
selama 3-5 bulan lamanya.
7. Rectal
obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria
yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek local. Bentuknya suppositoria dan clysma obat pompa.
Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan
pemberian obat bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat
disediakan supositoria.
a. Kelebihan :
1) Baik sekali untuk obat yang dirusak oleh asam lambung,
2) diberikan untuk mencapai takaran yang cepat dan tepat,
3) tidak dapat dipakai jika pasien tidak biasa per-oral,
4) tidak dapat mencegah “first-pass-metabolism”,
5) pilihan terbaik untuk anak-anak.
b. Kekurangan :
1) absorbsi tidak adekuat,
2) banyak pasien tidak nyaman / risih per-rektal.
8. Transdermal
Transdermal adalah rute administrasi dimana bahan aktif yang
disampaikan dikulit untuk distribusi sistemik. Cara pemakaian melalui
permukaan kulit, berupa plester. Obat menyerap secara perlahan dan
kontinyu, masuk ke sistem peredaran darah, langsung ke jantung.
a. Kelebihan :
1) Durasi yang lama dari tindakan yang mengakibatkan penurunan
frekuensi dosis,
2) Peningkatan kenyamanan untuk mengelolah obat-obatan yang
tidak akan membutuhkan dosis sering,
3) meningkatkan bioavaibilitas,
4) lebih seragam plasma level,
5) mengurangi efek samping dan terapi karena pemeliharaan kadar
plasma sampai akhir interval pemberian dosis,
6) Obat terhindar dari first passed effect,
7) terhindar dari degradasi oleh saluran gastro interstinal,
8) Absorbsi obat relative konstan dan kontinyu.
b. Kekurangan :
1) Memiliki koefisien partisi sedang (larut dalam lipid maupun air),
2) memiliki effective dose yang relative rendah,
3) range obat terbatas (terutama terkait untuk molekulnya),
4) dosis harus kecil,
5) kemungkinan terjadinya iritasi dan sensitivitas kulit, tidak
semua bagian tubuh dapat menjadi tempat aplikasi obat-obat
transdermal. Misalnya telapak kaki,dll,
9. Inhalasi
Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran
nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian
berguna untuk pemberian obat secara local, pada salurannya, misalnya
salbutamol (ventolin), combivent, atau dalam keadaan darurat misalnya
terapi oksigen. Obat diberikan untuk disedot melalui hidung atau mulut
atau disemprotkan Penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut,
tenggorokan dan pernafasan. Bentuk sediaan : Gas dan Zat padat, tetapi
bisa juga mempunyai efek sistemik.
a. Kelebihan :
1) absorpsi terjadi cepat dan homogen,
2) kadar obat dapat terkontrol,
3) terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung
kepada bronkus.
b. Kekurangan :
1) Metode ini lebih sulit dilakukan,
2) memerlukan alat dan metode khusus
3) sukar mengatur dosis
4) sering mengiritasi paru.
10. Intranasal
Pemberian obat secara intranasall merupakan alternative ideal untuk
menggantikan sistem penghantaran obat sistemik parenteral.
a. Kelebihan :
1) Pencegahan eliminasi lintas perta hepatic
2) Metabolisme dinding saluran cerna atau destruksi obat disaluran
cerna kecepatan dan jumlah absorpsi
3) Profil konsentrasi obat versus waktu relatif sebanding dengan
pengobatan secara intravena
b. Kekurangan :
1) Secara kosmetik tidak menarik
2) Absorbsi tidak adekuat
11. Pervaginal
Obat diberikan melalui selaput lender atau mukosa vagina, Diberikan
pada antifungi dan anti kehamilan, Obat yang dimasukkan pada
umumnya bekerja secara local. Obat ini tersedia dalam bentuk krim,
tablet yang dapat larut dengan perlahan ataupun dapat juga dalam bentuk
salep dan suppositoria
a. Kelebihan :
1) Obat cepat bereaksi
2) Efek yang ditimbulkan bersifat lokal
b. Kekurangan :
1) Dapat membangkitkan rasa malu
2) Kesulitan dalam melakukan prosedur terhadap wanita lansia
12. Topical
Pemberian topikal dilakukan dengan mengoleskannya disuatu
daerah kulit, memasang balutan yang lembab, merendam bagian tubuh
dalam larutan, atau menyediakan air mandi yang dicampur obat. Contoh :
nitrogliserin, skopolamin, fentanil, dan estrogen. Cakram melindungi
salep obat pada kulit.. Obat topikal ini dapat diberikan sekurang-
kurangnya 24 jam sampai tujuh hari.
a. Kelebihan :
1) untuk efek local; efek smping sistemik minimal,
b. kekurangan :
secara kosmetik kurang menarik, absorbsi tidak menentu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas
terpenting perawat. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter
untuk mengobati klien yang memiliki masalah ksehatan. Walaupun obat
menguntungkan klien dalam banyak hal, namun obat dapat menimbulkan
efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang
berbahaya bila tidak tepat diberikan. Perawat bertanggung jawab
memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkkan, memberikan
obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien
menggunakannnya dengan benar serta berdasarkan pengetahuan.
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling tepat untuk
memberikan obat dan meluangkan sebagian besar bersama klien. Hal ini
membuat perawat berada pada posisi yang ideal untuk memantau respon
klien terhadap pengobatan,memberikan pendidikan untuk klien dan
keluarga tentang pengobatan dan menginformasikan dokter kapan obat
efektif atau tidak efektif. Perawat bukan sekedar memberikan obat kepada
klien.Perawat harus menentukan apakah seorang klien harus menerima
obat pada waktunya dan mengkaji kemampuan klien untuk menggunakan
obat secara mandiri.
B. Saran
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek
samping yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya
dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bias fatal. Oleh karena itu,
kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan
sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat
merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.
Daftar Pustaka

Priyanto,dkk, 2010. Farmakologi Dasar. Depok.Leksonfi

Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta. 29 – 31.

Вам также может понравиться