Вы находитесь на странице: 1из 12

LEMBAR KERJA MAHASISWA

SISTEM HORMON

Tugas terstruktur

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Hewan


Yang dibina oleh Dr. Abdul Ghofur M.Si.
disajikan pada Jumat, 21 September 2018

Disusun oleh :

Kelompok 1 Offering I 2017

1. Alfi Nur Fauziah (170342615558)


2. Ayu Paridah (170342615606)
3. Fakhriza Rizqi Viyanto (170342615578)
4. Fatma Yuni Reformawati (170342615516)
5. Naizesa Salsabila (170342615547)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

PRODI BIOLOGI

September 2018
LKM SISTEM HORMON

1. Jelaskan tiga kelas utama hormon berdasarkan struktur kimia penyusunnya dan
berikan contohnya!
2. a. Sebutkan letak reseptor berdasarkan tiga kelas utama hormon tersebut!
b. Jelaskan perbedaan mekanisme kerja hormon menuju sel target berdasarkan
letak reseptornya!
3. Jelaskan mekanisme up regulation dan down regulation!
4. Jelaskan dengan disertai contoh mekanisme feedback positif dan feedback negatif
hormon!
5. Jelaskan perbedaan sekresi hormon dari hipofisis anterior dan posterior!
6. Buatlah daftar hormon-hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior dan posterior
beserta fungsinya!
7. Jelaskan interaksi hormon secara sinergis, permissif, dan antagonis disertai
contohnya!
8. Berikan kasus (untuk PR di rumah, silakan dinilai penyelesaiannya untuk tugas
kelompk)
1. Jelaskan tiga kelas utama hormon berdasarkan struktur kimia penyusunnya
dan berikan contohnya!
Jawab:
A. Amina : molekul hormon paling sederhana, modifikasi dari senyawa asam amino
tryrosine. Contoh : hormon thyroid, epineprin dan norepineprin.
B. Protein dan peptida : molekulnya tersusun oleh rantai asam amino. Contoh :
oxytocin, calcitocin, hormon parathyoid dan insulin.
C. Steroid : molekulnya disusun dari kolesterol. Contoh : aldosteron, cortison,
estrogen, progesteron dan testosterone (Katrin, 2010).

2. a. Sebutkan letak reseptor berdasarkan tiga kelas utama hormon tersebut!

Jawab:

Hormon peptide: Sel membrane

Hormon Steroid : Sitoplasma atau nukelus, beberapa mempunyai membrane reseptor


juga

Hormon Amino Acid-Derivat : - Hormon tiroid : Nukleus

: - Chatecolamines : Sel membrane

(Silverthorn, 2009).

b. Jelaskan perbedaan mekanisme kerja hormon menuju sel target berdasarkan


letak reseptornya!

Jawab:

Hormon peptide: Aktivasi system messenger ke dua yang mengaktivkan gen


kemudian gen tersebut terlarut di dalam plasma dan di bawa menuju target, ketika
sampai pada target terjadi modifikasi protein yang ada dan induksi sintesis protein
baru
Hormon Steroid : Aktivasi gen untuk transkripsi dan terjemahan; mungkin memiliki
tindakan nongenomik, kemudian gen tersebut dibawa dan diikat oleh protein
pembawa, ketika sampai pada sel target sel target akan menginduksi protein
Hormon Amino Acid-Derivat :

- Hormon tiroid : Aktivasi gen untuk translasi dan transkipsi, gen yang sudah di
aktivkan kemudian di bawa dan diikat oleh protein pembawa, kemudian saat sampai
pada sel target terjadi induksi protein sintesis baru.

- Chatecolamines : Aktivasi system messenger kedua, setela di aktivasi system


messenger kedua tersebut terlarut di dalam plasma dan di bawa menuju target,
setelah berada pada sel target terjadi modifikasi protein yang ada (Silverthorn, 2009).

3. Jelaskan mekanisme up regulation dan down regulation!


 Up-regualation : meningkatkan jumlah reseptor dengan menambah jumlah
sinsesanya
 Down -regulation : menurunkan jumlah reseptor dengan menurunkan jumlah
sintesanya dan meningkatkan degradasinya.
4. Jelaskan perbedaan sekresi hormon dari hipofisis anterior dan posterior!
Hipofisis dibagi menjadi dua bagian funsional, anterior dan posterior. Bagian anterior
dari hipofisis disebut adenohipofisis yang mensekresi hormon-hormon seperti ACTH,
FSH, LH, TSH merangsang kelenjar target adrenal, gonad, dan tiroid. Sedangkan
hipofisis posterior atau neurohipofisis mensekresi hormon vasopresin dan oksitosin ke
dalam sirkulasi (Francis, 1999 ; Gabreski, 1995)

5. Jelaskan perbedaan sekresi hormon dari hipofisis anterior dan posterior!


Jawab:

Sumber: Hernawati, 2008

HIPOFISIS ANTHERIOR HIPOFISIS POSTERIOR


Hormon Pertumbuha atau Growth Vasopressin atau Antidiuretic Hormone
Hormone (GH) atau somatotropin (ADH)
(STH)
Hormon Prolaktin atau Lactogenig Hormon Oksitoksin
Hormone (LH)
Hormon Perangsang Tiroid atau Thyroid
Stimulating Hormone (TSH)
Hormon Perangsang Folikel atau
Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Luteinizing Hormone (LH)
6. Jelaskan dengan disertai contoh mekanisme feedback positif dan feedback
negatif hormon!
Sistem endokrin memainkan peran penting dalam menjaga kondisi konstan dalam
tubuh (homeostasis) melalui proses yang disebut umpan balik negatif. Namun, dalam
beberapa kasus, perubahan secara cepat terjadi pada kondisi internal diperlukan.
Perubahan cepat ini sering dicapai melalui proses umpan balik positif.
Negative feedback
Dalam mekanisme umpan balik negatif, perubahan mengarah pada sistem fisiologis
yang menginduksi tanggapan sehingga mengurangi perubahan sistem itu kembali ke
setpoint. Contoh mekanisme umpan balik negatif adalah pengaturan suhu tubuh oleh
hipotalamus. Menanggapi penurunan suhu tubuh, hipotalamus mengeluarkan
thyrotropinreleasing hormon (TRH), yang menyebabkan hipofisis anterior untuk
melepaskan thyroidstimulating hormone (TSH). TSH melakukan perjalanan melalui
aliran darah ke kelenjar tiroid. TSH menstimulasi sel-sel tiroid untuk mensekresi dua
hormon, tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3). T3 dan T4 meningkatkan laju
metabolisme dalam sel di seluruh tubuh dan dan meningkatkan tubuh suhu. Ketika
suhu tubuh meningkat, hipotalamus berhenti produksi THR, dan metabolisme
melambat.
(Principles of biology by Nature education : Nature Journal Publishing, 2015).
Positive Feedback
Dalam umpan balik positif, proses perubahan menginduksi respons yang
memperkuat perubahan. Umpan balik positif lebih sedikit daripada umpan balik
umum selain uman balik negatif karena terkait dengan ketidakstabilan yang
cenderung mendorong sistem lebih jauh dari setpoint homeostatik. Namun
demikian, mereka sangat penting dalam beberapa proses di mana sangat besar
atau cepat perannya dalam menanggapi rangsangan. Seperti seperti umpan balik
negatif, umpan balik positif dapat dimediasi oleh hormon. Contoh dari umpan
balik positif adalah efek hormon oksitosin pada kontraksi rahim selama
persalinan Tekanan kepala janin terhadap tindakan serviks memulai sinyal saraf
ke hipotalamus di otak. Sebagai tanggapan, hipofisis posterior mengeluarkan
oksitosin. Oksitosin dibawa melalui darah ke rahim, di mana ia merangsang
kontraksi otot uterus. Pada gilirannya, kontraksi yang lebih kuat mengintensifkan
dan memperpanjang tekanan kepala janin di leher rahim, lebih lanjut merangsang
pelepasan oksitosin sampai janin lahir.

(Principles of biology by Nature education : Nature Journal Publishing, 2015).


7. Jelaskan interaksi hormon secara sinergis, permissif, dan antagonis disertai
contohnya!
Jawab:
a. Interaksi hormon secara permisif adalah suatu hormone tidak berperan
langsung terhadap organ tujuan, namun menciptakan suasana yang kondusif
bagi hormone yang lainnya
eg: cara kerja hormone estrogen dan progesterone. Misalkan alveoli
kelenjar mamae akan bekerja lebih baik jika diberi estrogen dahulu maka
estrogen akan memberikan suasana yang kondusif bagi kerja hormon
progesteron unuk menumbuhkan alveoli sampai mencapai bentuk yang
sempurma.
b. Interaksi hormone secara sinergis adalah gabungan kerja hormon dan
menghasilkan energi jumlah dari gabungan hormone tersebut.
eg: Jika hormon X mempunyai efek x terhadapsuatu organ tujuan Z, dan
hormon Y mempunyai efek y terhadap organ tujuan yang sama, maka kedua
macam hormon tersebut bekerjasama. Efek dari kerjasama hormon tersebut
adalah x + y
c. Antagonis

8. Berikan kasus (untuk PR di rumah, silakan dinilai penyelesaiannya untuk tugas


kelompk)
Teman saya terkena penyakit hipertiroid. Gejala awal yang di alami yaitu
badannya sering mengalami kedinginan dan sering merasakan pusing dan tiba-tiba
pingsan tidak sadarkan diri. Pada badannya ada perubahan kulitnya lebih terlihat
merah karena hemoglobinnya banyak. Setiap minggu teman saya izin tidak masuk
sekolah karena sakit. Ketika diperiksa oleh salah satu dokter,dokter tersebut
menyatakan bahwa teman saya hanya sakit biasa namun yang dirasakan oleh teman
saya yaitu dia sering merasakan jantung nya berdebar lebih cepat sampai teman saya
berfikir bahwa dia terkena penyakit jantung. Ketika diperiksa lagi dokter menyatakan
bahwa teman saya tidak terkena penyakit jantung. Hipertiroid itu sendiri dapat
mempengaruhi detak jantung. Ketika diperiksa di dokter lain ,dokter menyatakan
bahwa teman saya mengidap penyakit hipertiroid. Dokter tersebut menyarankan untuk
menjaga pola makan teman saya agar tiroid nya tidak membesar dan dokter
memberikan obat namun terkadang tean saya masih sering merasa jantung nya tetap
berdebar,jika kecapaian dia juga merasakan sakit jantung.
Hipertiroid adalah peningkatan kadar hormon tiroid bebas secara berlebihan
yang beredar dalam sirkulasi peredaran darah tubuh akibat hiperaktivitas kelenjar
tiroid yang ditandai dengan peningkatan kadar free Thyroxine fT4, Thyroxine (T4),
free Triiodothyronine (fT3) atau Triiodothyronine (T3) dan penurunan Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) (Vadiveloo, et. al, 2011). Hipertiroid dapat didiagnosis
secara tepat melalui pemeriksaaan laboratorium dengan menguji kadar hormon tiroid
dan TSH di dalam darah (Yang, et. al, 2002). Selain dari diagnosis pasien melalui
pemeriksaan laboratorium, hipertiroid memiliki manifestasi klinis yang terdiri dari
peningkatan frekuensi denyut jantung, gelisah, lekas marah, tremor, iritabilitas, tidak
tahan panas, keringat berlebihan, penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar,
gondok, exopthalmus, dan lain-lain.

Hipertiroid berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia dan


mengganggu penampilan secara kosmetika (pembesaran kelenjar gondok dan
exophtalmus) (Kusrini dan Ina, 2010). Wanita Usia Subur yang hipertiroid akan
mengalami aktivitas kerja rendah sebesar empat kali lebih tinggi (Supadmi, et. al,
2007). Hipertiroid adalah penyakit yang memiliki banyak faktor dengan faktor
ekologi dan faktor genetik. Faktor genetik menyumbang 79% kejadian hipertiroid,
sisanya (21%) disumbangkan oleh faktor ekologis. Hipertiroid lebih banyak terjadi
pada wanita, dimana kejadiannya semakin meningkat seiring bertambahnya usia.

Cara mengatasi atau menanggulangi penyakit hipertiroid yaitu dengan


mengurangi konsumi iodium yang berlebihan. Hasil penelitian di Aalborg dan
Compenhagen, Denmark mengenai hubungan asupan iodium dengan kejadian
hipertiroid, dimana ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara asupan iodium
dengan peningkatan kejadian hipertiroid (Pederson, at. all, 2006). Asupan iodium yang
berlebihan dalam tubuh mengebabkan fungsi otonom dari tiroid mensintesis dan
melepaskan hormon tiroid dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan jumlah iodium yang berlebihan dapat meblokir fungsi tiroid dalam
memproduksi hormon. Peristiwa ini ditandai dengan peningkatan kadar hormon tiroid
dalam darah terutama kadar FT4. Selain itu kondisi kelebihan iodium juga dapat
berakibat buruk terhadap kesehatan yaitu terjadinya tirotoksikosis dan meningkatkan
risiko Iodine Induced Hyperthyroidsm (IIH) (Ganong, 2003). Penelitian menemukan
bahwa kejadian hipertiroidisme meningkat pada orang-orang dengan kekurangan
iodium berat kronis yang tiba-tiba meningkatkan asupan iodium mereka (Yang, et. al,
2002).

Selain menjaga pola makan tingkat stress yang ada dalam tubuh sangat
berpengaruh terhadap tingginya kadar hormon tirpoid dalam tubuh. Stress berkorelasi
dengan peningkatan sekresi kortisol yang dapat menghambat sekresi TSH. Dalam hal
ini stress tidak berhubungan langsung dengan kejadian hipertiroid, akan tetapi stress
dapat menjadi faktor risiko pemicu tingkat keparahan hipertiroid. Hal serupa sesuai
dengan penelitian lain yang menemukan bahwa paparan stress secara keseluruhan
tidak berhubungan dengan keparahan biokimiawi hipertiroid, namun berhubungan
langsung dengan keparahan klinis (skor HSS) hipertiroid (Ganong,2010)

DAFTAR RUJUKAN
Ebook : Principles of biology by Nature education : Nature Journal Publishing, 2015
http://www.nature.com/principles/ebooks/principlesofbiology104015/29145728/2

Francis, G.W. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 17 ed. Jakarta: EGC

Gabreski, F.S. 1995. Endokrinologi Dasar & Klinik. 4 ed. Jakarta: EGC.

Ganong WF. 2003. Fisiologi Kedokteran. 20th ed. (Djauhari Widjajakusumah, Dewi
Irawati, Minarma Siagian, Dangsina Moeloek., ed.). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Ganong WF. Review of Medical Physiology. 2010. 23rd ed. (Barret, K.E., Boitano, S.,
Barman S.M ., Brooks, H.L., ed.). Singapore: Mc Graw Hill Medical.
Hernawati. 2007.Aspek Fisiologis Kelenjar Endokrin, Jakarta: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Hernawati. 2008.Sistem Endokrin. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia

Katrin, Rosita. 2010. Gizi Masyarakat . Bogor: IPB

Kusrini, Ina SK. Nilai diagnostik indeks wayne dan indeks newcastle untuk penapisan
kasus hipertiroid. Bul Penelit Kesehat Suplemen. 2010:38-43.
Pedersen, IB., Laurberg, P., Knudsen, N., Jorgensen T. 2006 Increase in incidence of
Hyperthyroidism Predominantly Occurs in Young People Af.ter Iodine Fortification
of Salt in Denmark. J Clin Endocrinol Metab.

Silverthorn, D.U. 2009. Human Physiology: Fifth edition. San Fransisco : Pearson
Benjamin Cummings.
Supadmi S, Emilia O, Kusnanto H, et al. 2007 Hubungan Hipertiroid Dengan Aktivitas
Kerja. Ber Kedokt Masy. 23(3):124-130.
Vadiveloo T, Donnan PT, Cochrane L, Leese GP. 2011. The Thyroid Epidemiology, Audit,
and Research Study (TEARS): the natural history of endogenous subclinical
hyperthyroidism. JClin Endocrinol Metab. 96(1):E1-E8.

Yang F, Teng W, Shan Z, et al. 2002. Epidemiological survey on the relationship between
different iodine intakes and the prevalence of hyperthyroidism. Eur Endocrinol.

Вам также может понравиться