Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstrak
Dilakukan pengembangan formulasi mikroemulsi A/M untuk menghasikan permeasi tertinggi dari Natrium Ascorbyl
Phosphate (NAP) sebagai turunan vitamin C yang stabil. Mikroemulsi dibuat dengan menggunakan VCO sebagai basis
minyak, gliserin sebagai kosurfaktan, dan kombinasi Tween 80 – Span 80 sebagai surfaktan. Hasil mikroemulsi diperoleh pada
konsentrasi surfaktan 27,5% dengan rasio Tween 80-Span 80 3:1, konsentrasi kosurfaktan gliserin 30%, dan fasa dalam 15%.
Pada pengamatan organoleptik, sediaan mikroemulsi memiliki penampilan jernih kuning tanpa pemisahan fasa setelah
dilakukan uji sentrifuga, freeze-thaw, danpenyimpanan 28 hari di suhu ruang dan 40°C. Sediaan memiliki viskositas rata-rata
375 cps dan pH rata-rata 6,80±0,21dengan jumlah rata-rata NAP terdifusi 850,56 µg/cm2 atau sebanyak 75,75% selama 8 jam
penentuan in vitro dengan membran kulit ular. Mikroemulsi A/M berpotensi untuk dikembangkan sebagai pembawa NAP
dalam kosmetik antikerut.
Abstract
Optimization of formulation was done to develop a W/O microemulsion formulation to yield highest diffusion of Natrium
Ascorbyl Phosphate (NAP) as the stable form of vitamin C. Microemulsions were made using using VCO as the oil phase,
options of ethanol or glycerin as cosurfactant, and combination of Tween 80 and Span 80 as surfactants. Microemulsion was
obtained at surfactant concentration of 27.5% with a 3:1 ratio of Tween80-Span80, 30% of glycerin as cosurfactant, and 15%
of the inner phase. The organoleptic of preparations had a clear, transparent yellowish appearance without phase separation
after centrifugation test, freeze-thaw test, and 28 days of storage at room temperature and 40°C. Preparations had 375 cps of
average viscosity and 6.80±0.2 pH with 850.56µg/cm2 or 75.75% of NAP diffused after 8 hoursin vitro testing using snake’s
skin as the membrane. Microemulsion W/O is potential to be developed as a carrier for NAP in anti-wrinkle cosmetics.
karena adanya basis minyak yang melindungi zat aktif dalam kuvet, kemudian dianalisis dengan alat Delsa
di fasa dalam. tersebut.
6%. Untuk menentukan rasio, percobaan diulang Dengan kadar minyak masih tetap, dibuat variasi
dengan diikuti penambahan air. Diamati jumlah air konsentrasi antara surfaktan - air. Data menunjukkan
yang dapat ditambah ke dalam sistem sebelum terjadi diperlukan surfaktan diatas 30% untuk menghasilkan
kekeruhan. kejernihan. Pada optimasi fasa dalam, variasi
dilakukan dengan kadar surfaktan tetap, yaitu 31%
Tabel 1. Optimasi Rasio Tween 80 – Span 80 dan rasio minyak-air yang berubah. Diperoleh kadar
Rasio Tween Konsentrasi air terbesar yang dapat terkorporasi sebanyak 16%.
Hasil Namun setelah dilarutkan zat aktif ke dalam air,
80 –Span 80 etanol(%)
sediaan menjadi keruh. Konsentrasi surfaktan yang
2:1 8 keruh
dinaikkan sampai 36% tetap menghasilkan kekeruhan.
1:1 8 jernih
2:3 10 keruh
3:2 8 jernih
3:1 6 jernih
4:1 10 keruh
Tabel 4. Hasil Evaluasi pH Selama 28 Hari Optimasi dilanjutkan dengan penggunaan gliserin
Suhu 40 °C Suhu 25 °C tanpa etanol. Konsentrasi gliserin ditingkatkan
Minggu menjadi 30%. Hasil optimasi dipaparkan dalam Tabel
Rataan±SD pH kontrol
3.
0 6,69±0,13 7,02
7 6,92±0,04 6,69
14 6,58±0,11 6,5
21 6,75±0,028 6,75
terdifusi
%NAP
28 6,76±0,091 6,7
pH
Gambar 5. Kurva difusi NAP dari sediaan (n= 3).
Keteranan: ♦ n = 1; ■ n = 2; ▲n = 3.
dilarutkan ke dalam fasa air. Dipilih formula I karena Barry BW, 1983, Dermatological Formulations:
surfaktan lebih iritan dibandingkan gliserin sehingga Percutaneous Absorption. Marcel Dekker, Inc.: New
konsentrasi surfaktan rendah lebih dipilih daripada York
konsentrasi gliserin yang rendah.
Mason, 2006, Microemulsions: formation, structure,
Diagram 3 fasa diperoleh dengan STATISTICA 7. and physical properties. Department of Chemistry and
Daerah mikroemulsi dapat dilihat pada area dengan Biochemistry, University of California—Los Angeles.
lingkaran putih. Pada karakterisasi mikroemulsi,
sediaan memiliki efek tyndall saat dilewati sinar laser. Partridge DA, Davies MB, Austin J, 1991, Vitamin C:
Its Chemistry and Biochemistry. The Royal Society of
Penentuan ukuran globul tidak dapat dilakukan karena Chemistry: Cambridge, Manchester.
sediaan sangat kental untuk dibaca dengan
menggunakan Delsa Nano. Hasil uji pH menghasilkan Charro D, 1996, Delivery of a hydrophilic solute
pH 8, terlalu basa untuk pemakaian kulit sehingga through the skin from novel microemulsion systems.
ditambah dapar fosfat pH 6,4 dengan prosedur School of’ Pharmacy, University of California-San
pembuatan berdasarkan FI. Dilakukan pengukuran pH Franciso, San Francisco.
selama 4 minggu pada suhu 40 °C dan suhu 25 °C
sebagai pembanding. Hasil evaluasi pH dalam 4 Kawakami K, 2002, Microemulsion formulation for
minggu pada 2 batch. enhanced absorption of poorlysoluble drugs.
Developmental Research Laboratories, Shionogi and
Hasil uji sentrifuga dan freeze-thaw menunjukkan Co. Ltd., 12-4 Sagisu 5-chome, Fukushima-ku, Osaka
sediaan tetap stabil. Sentrifuga dilakukan selama 5 553-0002, Japan.
jam, pengamatan dilakukan setiap setengah jam.
Sediaan stabil selama pengamatan. Uji freeze-thaw Hathout RM, 2010, Microemulsion formulations for
dilakukan dengan menaruh sediaan dalam climatic the transdermal delivery of testosterone. Faculty of
chamber pada suhu suhu 40 °C selama 2 hari Pharmacy, Ain Shams University, Cairo, Egypt.
kemudian dalam kulkas suhu 4 °C selama 2 hari.
Prosedur diulang sebanyak 6 siklus. Hasil pengamatan Peng LC, 2010, Optimization of water-in-oil
menunjukkan sediaan tetap stabil selama 6 siklus. mikroemulsions by mixed surfactants. Department of
Tidak terjadi pemisahan fasa. Applied Chemistry, Providence University, Taichung,
Taiwan.
Uji difusi sediaan dilakukan dengan membran kulit
ular tiga kali (triplo) pada satu batch. Ketiga hasil Weiner ND, 2001, Topical transport of hydrophilic
ditampilkan dalam Tabel 6. compounds usingwater-in-oil microemulsions.
Department of Pharmaceutics, College of Pharmacy,
University of Michigan, Ann Arbor, MI 48109, USA.
Kesimpulan
Torchilin VP, 2006, Nanoparticulates as drug carriers.
Sediaan mikroemulsi memiliki formula optimum pada Imperial College Pres, Fulsland offset printing,
konsentrasi surfaktan 27,5% pada rasio Tween 80- Singapore, hal.126-128.
Span 80 3:1, konsentrasi kosurfaktan gliserin 30%,
dan fasa dalam 15%. Sediaan bersifat jernih, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979,
transparan, dan stabil selama evaluasi dengan Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
viskositas rata-rata 375 cps, pH rata-rata 6,80±0,21, Kesehatan Republik Indonesia.
dan jumlah NAP rata-rata terdifusi 850,56 µg/cm2
atau sebanyak 75,75% selama 8 jam.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995.
Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Daftar Pustaka Kesehatan Republik Indonesia.
Pauling L, 1986, How to Live Longer and Feel Better, Rowe RC, 2009, Handbook of Pharmaceutical
Harper Collins Publishers, Oregon. Excipients 6th. London: Pharmaceutical Press.