Вы находитесь на странице: 1из 224

PROFIL KESEHATAN

PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2017
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesuai dengan Program Prioritas Nasional yaitu Percepatan Pengurangan
Kemiskinan yang dijabarkan lebih lanjut dalam Kegiatan Prioritas untuk bidang
kesehatan meliputi : Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan, Peningkatan
Kesehatan Ibu, Anak dan KB, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Percepatan
Penurunan Stunting dan Penguatan “Germas”.
Dalam upaya mewujudkan kegiatan prioritas tersebut di DIY, tidak dapat
dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sector kesehatan, tetapi harus dilakukan
secara bersama-sama dengan melibatkan peran serta swasta dan masyarakat. Segala
upaya kesehatan selama ini dilakukan tidak hanya oleh sektor kesehatan saja, tetapi
juga tidak luput peran dari sektor non kesehatan dalam upaya penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dan upaya mengatasi permasalahan kesehatan, karena masalah
kesehatan tidak hanya dapat diintervensi oleh sektor kesehatan saja.
Agar proses pembangunan kesehatan berjalan sesuai dengan arah dan tujuan,
diperlukan manajemen yang baik sebagai langkah dasar pengambilan keputusan dan
kebijakan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Untuk itu pencatatan
dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik dalam suatu
sistem informasi kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang evidence based
diupayakan untuk dapat menyediakan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan
tepat waktu. Untuk itu, peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting
dan semakin dibutuhkan dalam manajemen kesehatan oleh berbagai pihak.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan telah
melakukan berbagai macam upaya untuk mengoptimalkan derajat kesehatan
masyarakatnya. Upaya kesehatan telah dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Selain itu, berbagai macam pendekatan juga telah dilakukan,
antara lain pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), serta pemulihan kesehatan
(rehabilitatif). Namun, masalah-masalah kesehatan masih banyak dijumpai di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan
kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah, terutama terhadap masalah-
masalah kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan mereka.

1
Kepedulian masyarakat akan informasi kesehatan ini memberikan nilai positif bagi
pembangunan kesehatan itu sendiri. Untuk itu pengelola program harus bisa
menyediakan dan memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan
dikemas secara baik, sederhana, informatif, dan tepat waktu. Dengan adanya
Undang- Undang 14 Tahun 2014 tentang Keterbukaan Informasi Publik, juga
mendorong badan publik untuk dapat menyediakan informasi kesehatan sesuai
kategori yang ditetapkan yaitu informasi berkala, setiap saat dan serta merta.
Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi
Kesehatan yang penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi
informatif, untuk dipakai sebagai alat tolok ukur kemajuan pembangunan kesehatan
sekaligus juga sebagai bahan evaluasi program-program kesehatan. Profil Kesehatan
DIY adalah gambaran situasi kesehatan yang memuat berbagai data tentang situasi
dan hasil pembangunan kesehatan selama satu tahun yang memuat data derajat
kesehatan, sumber daya kesehatan, dan capaian indikator hasil pembangunan
kesehatan
Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah institusi yang
ditunjuk untuk menyelenggarakan urusan Pemerintah Daerah DIY di bidang
kesehatan. Dinas Kesehatan DIY memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai penggerak
pembangunan di bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat DIY.
Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah gambaran situasi kesehatan
di DIY yang diterbitkan setiap tahun sekali. Maksud diterbitkannya buku ini adalah
untuk menampilkan berbagai data tentang kesehatan dan data pendukung lain yang
dideskripsikan dengan analisis dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah tersampaikannya informasi kesehatan
yang merupakan pencapaian Pembangunan Kesehatan Tahun 2017. Pengguna profil
kesehatan umumnya adalah para mahasiswa kesehatan yang akan menyusun karya
tulis, para peneliti kesehatan, lembaga dan swasta yang berkecimpung dalam hal
kesehatan. Dari data yang terdaftar pada Dinas Kesehatan DIY, sekitar 1200 an orang
mencari data dan informasi kesehatan dengan datang langsung pada Dinas
Kesehatan DIY. Oleh karena itu buku profil kesehatan sebagai kemasan bentuk data
dan informasi masih strategis dan mutlak untuk diterbitkan.
Profil Kesehatan DIY Tahun 2017 disusun secara sistematis mengikuti
pedoman penyusunan profil kesehatan yang diterbitkan oleh Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI. Namun begitu format profil ini sebenarnya
sudah harus mengalami revisi karena ada beberapa program pemerintah yang

2
belum terfasilitasi laporannya dalam profil ini. Kegiatan seperti Germas, Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PISPK) belum masuk dalam format
profil. Begitu juga format data sumber daya kesehatan juga belum sesuai dengan
klasifikasi pengelompokan tenaga kesehatan sesuai Undang – Undang No 36 tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan.

B. Sistematika Penulisan
Sistematika penyajian Profil Kesehatan DIY tahun 2017 ini adalah sebagai berikut :
Bab I – Pendahuluan
Bab ini Berisi tentang maksud dan tujuan profil kesehatan dan sistematika dari
penyajiannya.
Bab II – Gambaran Umum
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum DIY. Selain uraian tentang letak
geografis, administratif, dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal
kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan lingkungan.
Bab III – Situasi Derajat & Upaya Kesehatan
A. Situasi Derajat Kesehatan
Sub Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai mortalitas, morbiditas, dan
status gizi masyarakat
B. Situasi Upaya Kesehatan
Sub Bab ini menguraikan pelaksanakan pembangunan kesehatan,
pelayanan kesehatan dasar & rujukan, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan
kesehatan ibu dan anak, pembinaan kesehatan lingkungan, serta perilaku hidup
bersih dan sehat.
Bab IV – Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan, organisasi
Dinas Kesehatan, serta pembiayaan kesehatan.
Bab V – Penutup (Kesimpulan)
Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah
lebih lanjut dari Profil Kesehatan DIY di tahun 2017.
Lampiran
Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian DIY dan 82 tabel data sesuai
format yang ditetapkan.


3
BAB II GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Geografis
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa., secara
geografis terletak pada 7°33’-8°12’ Lintang Selatan dan 110°00’-110°50’ Bujur Timur. Luas
DIY adalah 3.185,80 km2 atau 0,17 % dari luas Indonesia (1.890.754 km2) (Sumber : RPJMD).
DIY bagian selatan berbatasan dengan Lautan Indonesia (Samudera Hindia).
Sementara itu, di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat dan Barat Laut berbatasan dengan
Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas wilayah DIY meliputi :
1. Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Klaten
2. Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo
4. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Magelang
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), secara administratif, terdiri dari 1 kota, 4
kabupaten, 78 kecamatan, dan 438 kelurahan/desa. Wilayah administratif DIY adalah :
1. Kota Yogyakarta (luas 32,50 km2, 14 kecamatan, dan 45 kelurahan);
2. Kabupaten Bantul (luas 506,85 km2, 17 kecamatan, dan 75 desa);
3. Kabupaten Kulon Progo (luas 586,27 km2, 12 kecamatan, dan 88 desa);
4. Kabupaten Gunungkidul (luas 1.485,36 km2, 18 kecamatan, dan 144 desa);
5. Kabupaten Sleman (luas 574,82 km2, 17 kecamatan, dan 86 desa).
Berikut tampilan wilayah DIY dalam bentuk peta :

Gambar 2. 1. Peta Wilayah DIY


DIY, menurut altitude, terbagi menjadi daerah dengan ketinggian <100 meter, 100-
500 meter, 500–1.000 meter (sebagian besar di Kabupaten Bantul), dan 1.000–2000
meter diatas permukaan laut terletak di Kabupaten Sleman. Sementara itu, secara
fisiografi, DIY dapat dikelompokkan menjadi 4 satuan wilayah :

4
1. Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, mulai dari kerucut gunung hingga bentang lahan
vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan
lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air
daerah bawahan. Wilayah ini memiliki luas kurang lebih 582,81 km2 dengan ketinggian
80–2.911 meter.
2. Satuan fisiografi Pegunungan Seribu Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan
batu gamping dan bentang karst tandus dan kurang air permukaan, di bagian tengah
merupakan cekungan Wonosari yang terbentuk menjadi Plato Wonosari. Wilayah
pegunungngan ini memiliki luas kurang lebih 1.656,25 km2 dengan ketinggian 150-700
meter.
3. Satuan fisiografi Pegunungan di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan
struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan
potensi air tanah kecil. Luas wilayah ini mencapai kurang lebih 706,25 km2 dengan
ketinggian 0-572 meter.
4. Satuan fisiografi Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses
pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang mulai dari
Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Wilayah ini
memiliki luas 215,62 km2 dengan ketinggian 0–80 meter.
Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk,
ketersediaan sarana prasarana, sosial, ekonomi, serta ketimpangan kemajuan
pembangunan. Daerah-daerah yang relatif datar, (dataran faluvial meliputi Sleman, Kota,
dan Bantul) adalah wilayah padat penduduk, memiliki intensitas sosial ekonomi tinggi,
maju, dan berkembang. Namun, di daerah ini banyak terjadi pencemaran lingkungan.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki iklim tropis dengan curah hujan
berkisar 38-409 mm dengan hari hujan per bulan antara 0-28 kali. Suhu udara rata-rata
berkisar 27,210C. Kelembaban udara berkisar antara 53,42-98,33 persen dan tekanan
udara 1.009,58–1.018,25 mb dengan arah angin antara 60-240 derajat dan kecepatan angin
antara 0-26 knot (BPS, 2013).
Curah hujan tertinggi pada tahun 2010 tercatat 512,3 mm dengan hari hujan per
bulan sebanyak 25 kali. Kondisi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009.
Kecepatan angin maksimum pada tahun 2010 mencapai 47 knot, jauh lebih tinggi
dibandingkan tahun 2009 (43 knot) (Profil Dinas Kesehatan DIY, 2013).
DIY mempunyai potensi bencana alam, terutama yang berkaitan dengan bahaya
geologi, antara lain :
1. Gunung Merapi, mengancam wilayah Kabupaten Sleman bagian utara dan wilayah
sekitar sungai yang berhulu di Puncak Merapi;

5
2. Gerakan tanah/batuan dan erosi, berpotensi terjadi pada lereng Pegunungan Kulon
Progo (bagian utara dan barat), lereng Pengunungan Selatan (Kabupaten
Gunungkidul), dan bagian timur (Kabupaten Bantul);
3. Bahaya banjir, terutama berpotensi mengancam daerah pantai selatan Kabupaten
Kulon Progo dan Kabupaten Bantul;
4. Bahaya kekeringan berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian
selatan, khususnya kawasan karst;
5. Bahaya tsunami, berpotensi di pantai selatan Kulon Progo, Bantul, dan Gunungkidul,
khususnya pada elevasi kurang dari 30 meter di atas permukaan laut;
6. Bahaya gempa bumi (tektonik, vulkanik) berpotensi terjadi di seluruh wilayah DIY.
Gempa tektonik berpotensi di tumbukan lempeng dasar Samudra Yogyakarta yang
terletak di sebelah selatan DIY;
7. Bahaya angin puting beliung, berpotensi terjadi di seluruh wilayah DIY.
Pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang tidak berkelanjutan dan mengabaikan
kelestarian fungsi lingkungan hidup menyebabkan daya dukung lingkungan menurun dan
ketersediaan SDA menipis. Kawasan hutan dengan luas 23,54% dari luas wilayah DIY
kurang mencukupi sebagai standar lingkungan hidup. Menurunnya daya dukung dan
ketersediaan SDA juga terjadi karena kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) yang rendah sehingga tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan penduduk.
Pencemaran air, udara, dan tanah juga masih belum tertangani secara tepat karena
semakin pesatnya aktivitas pembangunan yang kurang memperhatikan aspek kelestarian
fungsi lingkungan. Oleh karena itu, kebijakan pengelolaan lingkungan hidup secara tepat
akan dapat mendorong perilaku masyarakat untuk menerapkan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan agar tidak terjadi krisis SDA, khususnya air, pangan, dan
energi.
Kerusakan dan pencemaran lingkungan yang terjadi baik di perkotaan maupun
pedesaan terus terjadi. Kerusakan sumber daya alam (SDA) dan penurunan mutu
lingkungan secara drastis tersebut menyebabkan perubahan tatanan dan fungsi
lingkungan hidup. Hal ini menyebabkan munculnya ancaman global seperti perubahan
iklim global, rusaknya keanekaragaman hayati, serta meningkatnya produksi gas rumah
kaca.

B. Keadaan Demografi
DIY memiliki penduduk sebesar 3.587.921 jiwa pada tahun 2017 (Biro Tata
Pemerintahan DIY), sedangkan menurut proyeksi BPS jumlah penduduk DIY tahun 2017
sebesar 3.762.167 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 1.220 jiwa per kilometer

6
persegi. Kepadatan tertinggi terdapat di Kota Yogyakarta yaitu sebesar 13.413 jiwa per
kilometer persegi dan kepadatan terendah di Kabupaten Gunung Kidul sebesar 504 per
kilometer persegi.

Tabel 2. 1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2017
Kabupaten/Kota Jumlah
Kulon Progo 446.028
Bantul 927.181
Gunung Kidul 757.169
Sleman 1.046.642
Yogyakarta 410.921
DI Yogyakarta 3.587.921
Sumber : Biro Tata Pemerintahan DIY
Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan pada DIY relatif seimbang.
Penduduk dengan jenis kelamin laki-laki adalah 49,65%. Sementara itu, penduduk
perempuan adalah 50,35%. Perbandingan yang relatif seimbang ini menunjukkan bahwa
jumlah penduduk perempuan sedikit lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk
laki-laki.

Sumber : Biro Tata Pemerintahan DIY


Gambar 2.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin DIY 2017
C. Kondisi Sosial Ekonomi
Program Prioritas Nasional adalah Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan ini
sesuai juga dengan Komitmen pertama dalam MDG’s adalah penanggulangan kemiskinan
dan kelaparan. Hal ini menyiratkan bahwa kemiskinan merupakan masalah yang
mendesak untuk segera ditanggulangi. Penduduk miskin secara makro dihitung dengan
pendekatan kebutuhan minimum seseorang untuk dapat hidup layak (basic needs

7
approach). Kebutuhan minimum tersebut mencakup kebutuhan makanan dan kebutuhan
non makanan. Berdasarkan pengukuran kebutuhan minimum komoditas makanan dan
non makanan tersebut diperoleh batas yang disebut sebagai “garis kemiskinan”. Garis
tersebut merupakan penjumlahan dari garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan
non makanan. Orang-orang yang mempunyai pendapatan di bawah garis kemiskinan
dikategorikan sebagai penduduk miskin. Sebaliknya, orang-orang yang mempunyai
pendapatan di atas garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk tidak miskin. Laju
pertumbuhan ekonomi di DIY selama 3 tahun terakhir yaitu : pada tahun 2014 sebesar
5,58, tahun 2015 sebesar 4,95 dan tahun 2016 sebesar 5,05.

Gambar 2.3 Grafik PDRB Per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi di DIY, 2010-2016
Metode pengukuran kemiskinan yang digunakan di Indonesia adalah
menggunakan pendekatan pengeluaran penduduk yang disebut dengan istilah kebutuhan
dasar minimum (basic needs approach). Kebutuhan dasar minimum diterjemahkan sebagai
ukuran finansial dalam bentuk uang yang mencakup kebutuhan dasar makanan yang
disetarakan dengan 2.100 kalori per kapita per hari ditambah dengan kebutuhan dasar
non makanan seperti pakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar
lainnya. Kebutuhan dasar minimum ini biasa disebut dengan garis kemiskinan. Garis
kemiskinan dihitung dalam bentuk absolut berdasarkan survey pengeluaran rumah
tangga (Susenas) modul konsumsi. Garis kemiskinan pada prinsipnya merupakan
penjumlahan antara garis kemiskinan makanan dengan garis kemiskinan non makanan.
Ukuran0ukuran kemiskinan diestimasi berdasarkan survey Susenas kor yang dilakukan
secara berkala setiap tahun. Seseorang dikatakan miskin apabila memiliki pengeluaran
per kapita sebulan di bawah garis kemiskinan yang ditetapkan.
Indikator kemiskinan di DIY secara berturut-turut mengalami penurunan sejak
tahun 2015 sampai 2017. Pada tahun 2015, persentase penduduk miskin di DIY sebesar
14,91%, tahun 2016 sebesar 13,34%, dan tahun 2017 sebesar 13,02%. Sedangkan jumlah
penduduk miskin di DIY pada tahun 2017 sebesar 488.530 jiwa.

8
Persoalan kemiskinan tidak sekedar mencakup urusan jumlah dan persentase
penduduk miskin, tetapi juga menyangkut aspek kedalaman dan keparahan dari
kemiskinan. Menurut Bappeda DIY dalam Analisis Informasi Statistik Pembangunan DIY
2016 bahwa berdasarkan series data selama periode 2007 – 2016 terdapat kecenderungan
penurunan indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di DIY. Penurunan ini menjadi
sinyal yang positif bagi pengentasan kemiskinan. Namun demikian nilai indeks tercatat
meningkat beberapa kali pada bulan Maret 2009, Maret 2012 dan Maret 2015. Penyebab
kenaikan kedua indeks adalah pertumbuhan garis kemiskinan yang lebih besar dari
pertumbuhan pengeluaran kelompok penduduk miskin.

1. Tingkat Pendidikan
Perkembangan pembangunan bidang pendidikan di DIY mengalami
peningkatan yang cukup menggembirakan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa capaian
indikator bidang pendidikan seperti ketersediaan sarana dan infra struktur
pendidikan, angka partisipasi sekolah, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf
yang semakin meningkat kualitasnya dari waktu ke waktu.
DIY mempunyai institusi pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga
Perguruan Tinggi (PT). Jumlah TK 2135 sekolah, SD/MI 2009 sekolah, SMP/MTS 530
sekolah, SMU/MA 204 sekolah dan SMK 220 sekolah. sehingga total jumlah sekolah
tercatat 5.098 unit. Sementara itu, jenjang Perguruan Tinggi (PT) pada tahun
2015/2016 17 universitas, 5 institut, 36 sekolah tinggi, 41 akademi dan 7 poli teknik.

Tabel 2.2
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Usia 5 – 18 Tahun DIY 2017

9
Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH) penduduk di DIY selama kurun
waktu 2003 – 2015 menunjukkan pola yang semakin meningkat. Pada tahun 2003
AMH DIY baru 85,8 % dan meningkat menjadi 94, 5 % pada tahun 2015. Secara eksplisit
angka tersebut menggambarkan bahwa masih ada 5,5 % penduduk DIY masih buta
huruf atau tidak/belum memiliki kemampuan membaca dan menulis. Penyebab belum
optimalnya AMH di DIY adalah karena masih rendahnya AMH pada kelompok usia >
45 tahun dengan angka 87,2 %, sementara AMH pada usia 15 – 44 tahun sudah cukup
tinggi yaitu 99,8 %. Secara alamiah rendahnya AMH pada usia tua ini akan semakin
berkurang akibat proses kematian penduduk. AMH antar kabupaten/kota juga belum
merata. Masih terdapat gab yang cukup besar antar kab/kota di DIY.

Tabel 2. 3
Persentase penduduk > 15 Tahun Kemampuan Membaca dan Menulis DIY 2017

Sumber : BPS DIY


Indikator lainnya untuk menilai mutu pendidikan di DIY dapat dilihat dari
tingginya angka partisipasi di dalam bidang pendidikan, yang terdiri dari Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Tingkat partisipasi
pendidikan anak usia dini (0-6 tahun) dalam mengikuti pendidikan pra-sekolah sudah
mencapai 70%. APK untuk jenjang SD/MI DIY pada tahun 2016 sebesar 106,75%.
Sementara itu, APK tingkat SLTP pada tahun 2016 sebesar 93,15 % dan 91,83 % untuk
SLTA. Angka-angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya walaupun relatif kecil. APK yang tinggi menunjukkan tingginya partisipasi
sekolah tanpa memperhatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya.
APK mendekati atau lebih dari 100 % menunjukkan bahwa ada pendudukan yang
sekolah belum cukup umur dan atau melebihi dari umur yang seharusnya. Sedangkan

10
APM menunjukkan seberapa besar pendudukan usia sekolah yang dapat
memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai dengan usia pada jenjang pendidikannya.

Tabel 2.4
Angka Partisipasi Murni Formal Menurut Kab/kota dan Jenjang Pendidikan 2017

APS yang tinggi menunjukkan peluang yang lebih besar untuk mengakses
pendidikan secara umum. Pada kelompok umur mana peluang tersebut terjadi, dapat
dilihat pada besarnya APS pada setiap kelompok umur.
Tabel 2.5

Selama periode 2010 hingga 2017, Harapan Lama Sekolah secara rata-rata tumbuh
sebesar 1,24 persen per tahun. Meningkatnya Harapan Lama Sekolah menjadi sinyal positif

11
bahwa semakin banyak penduduk yang bersekolah. Pada tahun 2017, Harapan Lama Sekolah di
D.I. Yogyakarta telah mencapai 15,42 tahun yang berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki
peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga lulus D3 atau D4.
Sementara itu, Rata-rata Lama Sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di D.I.
Yogyakarta tumbuh 1,10 persen per tahun selama periode 2010 hingga 2017. Pertumbuhan yang
positif ini merupakan modal penting dalam membangun kualitas manusia D.I. Yogyakarta yang
lebih baik. Pada tahun 2017, secara rata-rata lama sekolah penduduk D.I. Yogyakarta usia 25
tahun ke atas mencapai 9,19 tahun, atau telah menyelesaikan pendidikan hingga lulus SMP.

Sumber : BPS DIY


Gambar 2.4 Grafik Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah DIY 2010 - 2017
Produksi tenaga kesehatan oleh sarana pendidikan cukup tinggi namun daya
serapnya masih rendah. Institusi pendidikan kesehatan di DIY terus mengalami
perkembangan. Sejak tahun 2009, tercatat jumlah institusi penyelenggara pendidikan
kesehatan di DIY mencapai 51 institusi yang terdiri dari jenjang D3 dan S1. Perincian
untuk jenjang D3 adalah sebagai berikut : (1) D3 keperawatan sebanyak 11 institusi, (2)
D3 Gizi 3 institusi, (3) D3 Analis 2 institusi, (4) D3 Lingkungan 2 institusi, (5) D3
Kebidanan 7 institusi, dan (6) D3 Farmasi 1 institusi. Sementara itu, untuk jenjang S1
perinciannya adalah sebagai berikut : (1) Fakultas Kedokteran 4 institusi, (2) Fakultas
Kedokteran Gigi 1 institusi, (3) Farmasi 4 institusi, (4) Kesehatan Masyarakat 4
institusi, (5) Keperawatan 8 institusi, dan (6) Gizi 1 institusi.
Pola manajemen pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan telah
menyesuaikan dengan Pemerintah Daerah. Meskipun begitu, koordinasi peningkatan
kualitas tenaga dengan lembaga pendidikan masih kurang. Sementara itu, peran
swasta cenderung kurang terkendali karena kegunaan dan mutu belum sesuai
kebutuhan dan kemampuan penyerapan yang diakibatkan terbatasnya dana dalam

12
rekruitmen dan pemeliharaan tenaga, profesionalisme, kompetensi dan etika SDM
kesehatan, serta berkaitan dengan proses produksi (pendidikan dan training).
2. Pekerjaan
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memiliki peran
sentral dalam menggerakkan aktifitas perekonomian. Semakin baik kualitas tenaga
kerja yang dimiliki suatu wilayah, maka produktifitas pekerjanya juga semakin
meningkat. Konsep ketenagakerjaan di Indonesia merujuk pada rekomendasi ILO
yang membagi penduduk berusia produktif berdasarkan aktifitasnya. Pembagian ini
mencakup penduduk berdasarkan aktifitasnya ini menjadi dua yakni angkatan kerja
dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja mencakup penduduk yang berusia kerja
yang berstatus sedang bekerja dan pengangguran. Bukan angkatan kerja mencakup
mereka yang akktifitasnya bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.
Total penduduk usia kerja Indonesia pada Agustus 2017 diperkirakan sebanyak
2.960.204 orang, bertambah 21.201 orang (0,72 persen) dibandingkan keadaan enam
bulan sebelumnya (2.939.003 orang) dan bertambah 42.552 orang (1,46 persen)
dibandingkan keadaan setahun yang lalu (2.917.652 orang). Jumlah angkatan kerja di
Indonesia pada Agustus 2017 mencapai 2.117.187 orang, bertambah 1.218 orang (0,06
persen) dibandingkan angkatan kerja Februari 2017 sebesar 2.115.969 orang dan
bertambah 17.751 juta orang (0,85 persen) dibandingkan angkatan kerja Agustus 2016
sebesar 2.099.436 orang. Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 sebesar
2.053.168 orang, berkurang sekitar 2.724 orang (0,13 persen) jika dibandingkan
dengan keadaan Februari 2017 (2.055.892 orang), dan bertambah 10.768 orang (0,53
persen) jika dibandingkan dengan keadaaan Agustus 2016 (2.042.400 orang).
Jumlah pengangguran terbuka pada Agustus 2017 mencapai 64.019 orang, bertambah
3.942 orang jika dibandingkan keadaan Februari 2017 (60.077 orang), dan bertambah
6.983 orang (0,34 persen) jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2016 (57.036
orang). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2017
mencapai 3,02 persen, mengalami kenaikan sebesar 0,18 persen poin dibanding TPT
Februari 2017 (2,84 persen) dan mengalami kenaikan sebesar 0,30 persen poin
dibanding TPT Agustus 2016 (2,72 persen).
Pada Agustus 2017, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi terjadi di
Kota Yogyakarta, yaitu 5,08 persen, sedangkan TPT terendah terjadi di Kabupaten
Gunungkidul sebesar 1,65 persen. Sektor 3 (Perdagangan besar, Eceran, Rumah
Makan dan Hotel) masih merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga
kerja, dengan menyerap 553.726 orang (26,97 persen) pekerja, sementara sektor 5
(Pertambangan, Penggalian, Listrik, Gas, Air, Bangunan, Angkutan, Pergudangan,

13
Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa
Perusahaan) paling sedikit menyerap tenaga kerja, yaitu menyerap 324.862 orang
(15,82 persen) pekerja.
Berdasarkan hasil Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), bahwa jumlah
penduduk berusia kerja meningkat dari 2,8 juta jiwa pada bulan Februari 2013 menjadi
2,9 juta jiwa pada Februari 2016. Komposisi angkatan kerja terhadap penduduk
berusia kerja berfluktuasi pada level 68 – 73 %, sementara komposisi pada penduduk
berusia kerja fluktuasinya antara 27 – 32 %. Pada Februari 2016 Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) tercatat 2,1 juta jiwa atau sebasar 72,2 %. Perkembangan TPAK
di DIY menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa laki-laki memiliki level yang lebih
tinggi dibanding perempuan dengan TPAK laki-laki berfluktusi antara 77 – 84 % dan
perempuan antara 57 – 67 %. Fenomena ini mengindikasikan keterlibatan laki-laki
dalam aktifitas perekonomian cenderung lebih dominan dibanding perempuan. Hal
ini kemungkinan faktor pengaruh budaya di DIY.
Keterbatasan lapangan kerja menyebabkan tidak semua angkatan kerja yang
tersedia dapat terserap di pasar kerja. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat
jumlah pencari kerja pada tahun 2012 sebanyak 87.541 orang, meningkat sekitar 0.94%
dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 86.726 orang. Mereka terdiri dari 52,13%
laki-laki dan 47,87% perempuan. Dari jumlah tersebut sebesar 2,74% berpendidikan SD,
5,03% berpendidikan SLTP, 34,32% berpendidikan SLTA, 13,06% berpendidikan D1-D3,
43,40% berpendidikan D4-S1, serta 1,45% berpendidikan S2-S3. Sementara itu,
persentase lowongan pekerjaan yang tersedia dalam penempatan masing-masing
adalah 18,06% dan 13,82% dari total pencari kerja.
Perkembangan TPAK menurut wilayah menunjukkan TPAK daerah pedesaan
tercatat selalu lebih tinggi dari perkotaan. TPAK pedesaan berfluktuasi antara 71 – 81
%, sedangkan perkotaan pada angka 66 – 72 %. Hal ini terkait dengan kecenderungan
penduduk perkotaan terutama yang berusia muda yang lebih memilih menyelesaikan
sekolah sampai tuntas sebelum masuk pada pasar tenaga kerja.
Berdasarkan Kabupaten/kota, TPAK tertinggi ttercatat di kabupaten Kulno
Progo dan Gunung Kidul. Sementara TPAK tterendah di Kabupaten Sleman dan Kota
Yogyakarta. Rendahnya TPAK di Sleman dan Kota Yogyakarta disebabkan oleh
tingginya proporsi penduduk usia kerja yang statusnya masih bersekolah.

14
Tabel 2.7
Distribusi Penduduk D.I. Yogyakarta Menurut Lapangan Usaha (dalam %)

Lapangan Usaha Kabupaten/Kota


No
Utama
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Pertanian 24,29 25,43 24,38 25,42 25,10 22,81
2 Industri Pengolahan 14,22 15,65 12,96 14,91 17,70 17,85
3 Konstruksi 5,55 5,68 6,39 4,84 8,15 8,53
Pedagangan, hotel dan
4 restoran 25,92 26,37 26,38 26,64 24,34 26,60
Transportasi dan
5 komunikasi 4,75 3,72 3,87 3,78 2,38 2,35
Keuangan, Real Estate dan
6 Jasa Peusahaan 2,20 2,68 3,34 3,37 2,98 2,61
7 Jasa-jasa 21,83 20,25 21,46 20,75 18,71 18,39
Lainnya (Pengggalian,
8 LGA) 1,25 0,22 1,22 0,29 0,65 0,87

Total 100 100 100 100 100 100


Sumber : Sakernas Februari 2016, BPS D.I. Yogyakarta

Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan,
hotel dan restoran kemudian pertanian dan disusul sektor jasa-jasa. Realitas ini
menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran serta pertanian dan
sektor jasa memberikan kontribusi paling banyak dalam menyerap tenaga kerja.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran serta pertanian dan jasa cukup dominan
dalam menciptakan lapangan kerja. Hal ini seiring dengan tumbuh dan
berkembangnya hotel dan restoran di D.I Yogyakarta. Selain itu, sektor yang
potensial untuk dikembangkan antara lain sektor pariwisata, industri kecil menengah
serta kerajinan. Sektor-sektor tersebut dapat dikembangkan sebagai penunjang
keterserapan tenaga kerja.
Jumlah angkatan kerja DIY tahun 2014 adalah 2.032.896 orang, tahun 2015
sebanyak 2.098.080 orang sedangkan pada tahun 2016 tercatat sebesar 2.096.865
orang. Sedangkan pengangguran terbuka di DIY mengalami fluktuatif selama tiga
tahun terakhir yaitu : tahun 2014 sejumlah 43.984 orang, tahun 2015 sebesar 85.454
orang dan tahun 2016 sebesar 59.001 orang. (Sakernas Februari 2016).

3. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)


Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara
jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun
keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio
ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan
Rasio Ketergantungan Tua. Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah

15
penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15–64 tahun. Rasio
Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas
dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.
Sejak tahun 2010 hingga 2015 angka beban tanggungan penduduk D.I
Yogyakarta belum mengalami perubahan yang nyata. Pada tahun 2015 Dependency
Ratio sebesar 45,0 sedikit lebih rendah disbanding DR tahun 2010 sebesar 45,9.
Penurunan angka DR yang hanya sebesar 0,9 ini mengindikasikan bahwa beban
tangggungan penduduk usia produktif secara jumlah hanya berkurang satu orang.
Tabel 2.8.

Dari angka tersebut di atas bahwa Angka Ketergantungan DIY sebesar 45 yang
berarti bahwa setiap 45 orang penduduk non produktif ditanggung oleh 100 orang
produktif. Angka ketergantungan terendah pada Kota Yogyakarta sebesar 35.

16
BAB III SITUASI DERAJAT & UPAYA KESEHATAN

A. Derajat Kesehatan Masyarakat


Derajat kesehatan masyarakat adalah gambaran kemampuan atau kinerja petugas
kesehatan untuk mencapai derajaat kesehatan. Sementara itu, derajat kesehatan
masyarakat adalah rangkuman angka yang dirancang untuk menggambarkan aspek-aspek
tertentu dari kinerja kesehatan atau derajat kesehatan (AIHW, 2013). Indikator kesehatan
yang dinilai paling peka dan telah disepakati secara nasional sebagai ukuran derajat
kesehatan suatu wilayah meliputi : (1) Umur Harapan Hidup (UHH), (2) Angka Kematian Ibu
(AKI), (3) Angka Kematian Bayi (AKB), (4) Angka Kematian Balita (AKABA), dan (5) Status
Gizi Bayi/Balita (Kementrian Kesehatan, 2010).

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk
(enlarging people choice). IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan
dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM
menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam
memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM diperkenalkan
oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan metode
penghitungan direvisi pada tahun 2010. BPS mengadopsi perubahan metodologi
penghitungan IPM yang baru pada tahun 2014 dan melakukan backcasting sejak tahun
2010.
IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and
healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standard hidup layak (decent standard of
living). Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Umur Harapan Hidup saat lahir
(UHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk
hidup, dengan asumsi bahwa pola angka kematian menurut umur pada saat kelahiran
sama sepanjang usia bayi. Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata Lama Sekolah
dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya
(tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Harapan
Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang
diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Standar
hidup yang layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan, yang ditentukan
dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (purchasing power parity).

17
IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks kesehatan, indeks pengetahuan,
dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan melakukan
standardisasi dengan nilai minimum dan maksimum masing-masing komponen indeks.
IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan
dalam jangka panjang. Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua
aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian. Secara umum,
pembangunan manusia D.I. Yogyakarta terus mengalami kemajuan selama periode 2010
hingga 2017. IPM D.I. Yogyakarta meningkat dari 75,37 pada tahun 2010 menjadi 78,89
pada tahun 2017. Selama periode tersebut, IPM D.I. Yogyakarta rata-rata tumbuh sebesar
0,65 persen per tahun dan levelnya tetap pada posisi “tinggi” mulai tahun 2010.

Sumber : BPS DIY


Gambar 3.1. Grafik IPM Nasional dan DIY 2017
Pada tahun 2017, pencapaian pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota di
D.I. Yogyakarta cukup bervariasi. IPM pada level kabupaten/kota berkisar antara 68,73
(Gunungkidul) hingga 85,49 (Kota Yogyakarta). IPM Kota Yogyakarta merupakan tertinggi dari
seluruh kabupaten/ kota di Indonesia. Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, Umur
Harapan Hidup saat lahir berkisar antara 73,56 tahun (Bantul) hingga 75,06 tahun (Kulon
Progo). Umur Harapan Hidup Kabupaten Kulon Progo merupakan tertinggi di antara seluruh
kabupaten/kota di Indonesia. Sementara itu pada dimensi pengetahuan, Harapan Lama
Sekolah berkisar antara 12,94 tahun (Gunungkidul) hingga 16,82 tahun (Kota Yogyakarta).
Harapan Lama Sekolah Kota Yogyakarta juga merupakan yang tertinggi di Indonesia. Rata-rata
Lama Sekolah berkisar antara 6,99 tahun (Gunungkidul) hingga 11,43 tahun (Kota
Yogyakarta). Pengeluaran per kapita di tingkat kabupaten/ kota di D.I. Yogyakarta berkisar
antara 8,79 juta rupiah per tahun (Gunungkidul) hingga 18,0 juta rupiah per tahun (Kota
Yogyakarta).

18
Kemajuan pembangunan manusia pada tahun 2017 juga terlihat dari perubahan
status pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota. Kulon Progo sejak tahun 2013 naik
level dari status “sedang” menjadi “tinggi”. Sleman sejak 2011 sudah naik level dari status
“tinggi menjadi “sangat tinggi”. Sementara itu, tiga wilayah lain tidak mengalami perubahan
status. Bantul tetapi pada status “tinggi”, Gunungkidul masih tetap di status “sedang, dan
Kota Yogyakarta sudah sejak awal 2010 sudah masuk status “sangat tinggi”.
Peningkatan IPM D.I. Yogyakarta juga tercermin pada peningkatan level
kabupaten/ kota. Selama periode 2016 hingga 2017, seluruh kabupaten/kota di D.I.
Yogyakarta mengalami peningkatan IPM. Pada periode ini, tercatat Kulon Progo,
Gunungkidul, dan Sleman mengalami kemajuan pembangunan manusia di atas
peningkatan provinsi, yaitu masing-masing 1,17 persen 1,34 persen, dan 0,85 persen.
Peningkatan pembangunan manusia di Kulon Progo didorong oleh seluruh dimensi IPM
terutama oleh komponen Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah, dan Standar
Hidup Layak. Peningkatan di Gunungkidul didorong oleh seluruh komponen, kecuali
Harapan Lama Sekolah, sedangkan peningkatan Sleman didorong oleh semua komponen,
kecuali Rata-rata Lama Sekolah. Sementara itu, Bantul dalam dua tahun terakhir
peningkatan pembangunan manusianya masih yang paling lambat di D.I. Yogyakarta.
2. Umur Harapan Hidup (UHH)
Derajat kesehatan masyarakat yang tinggi dapat digunakan sebagai acuan
keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan ekonomi yang secara
tidak langsung dapat meningkatkan umur harapan hidup (UHH). Menurut Statistik
Indonesia, umur harapan hidup pada saat lahir (life expectancy at birth) ialah rata-rata
tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu.
Umur harapan hidup di suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya tergantung dari
kualitas hidup yang mampu dicapai oleh penduduk (Sugiantari, 2013).
World Health Organization (2014) menyebutkan bahwa angka harapan hidup
saat lahir mencerminkan tingkat kematian keseluruhan populasi. Angka harapan hidup
saat lahir merangkum pola mortalitas yang berlaku di semua kelompok umur pada
tahun tertentu (anak dan remaja, dewasa, dan orang tua).
Umur harapan hidup diperoleh melalui survey yang dilaksanakan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) yang pelaksanaannya tidak tentu setiap tahunnya. Akibatnya,
angka tersebut tidak tersedia setiap tahun. Oleh karena itu, usia harapan hidup dapat
diperoleh melalui laporan rutin yang diperoleh melalui fasilitas kesehatan dengan
mekanisme tertentu dan disampaikan kepada Dinas Kesehatan DIY.
Umur harapan hidup di DIY lebih tinggi dibandingkan dengan umur harapan
hidup nasional. Umur harapan hidup nasional adalah 69.43 tahun (Kementrian
Kesehatan, 2010). Sementara itu umur harapan hidup di DIY mencapai 74 tahun. Umur

19
harapan hidup di DIY tergolong tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di
Indonesia. Selain DIY, provinsi lain yang memiliki umur harapan hidup tinggi adalah DKI
Jakarta dan Bali. Umur harapan hidup di DKI Jakarta adalah 76,2 tahun. Sementara itu,
umur harapan hidup di Bali adalah 74,3 tahun (BPS Indonesia, 2012).

Sumber : BPS DIY


Gambar 3.2. Grafik Umur Harapan Hidup di DIY Hasil Sensus Penduduk
Grafik di atas menunjukkan bahwa umur harapan hidup di DIY mengalami
peningkatan sejak 40 tahun terakhir. Peningkatan ini terjadi di semua jenis kelamin.
Meskipun begitu, umur harapan hidup perempuan (76 tahun) lebih tinggi
dibandingkan laki-laki (72 tahun).
Peningkatan umur harapan hidup yang terjadi di DIY dipengaruhi oleh banyak
hal. Kesehatan menjadi salah satu hal yang memiliki peran penting dalam
peningkatan tersebut. Peran pengaruh kesehatan dalam meningkatkan usia harapan
hidup ditunjukkan dari semakin menurunnya angka kematian, perbaikan pelayanan
kesehatan, dan perbaikan gizi di masyarakat.
Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) yang merepresentasikan dimensi umur
panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010
hingga 2017, D.I. Yogyakarta telah meningkatkan Umur Harapan Hidup saat lahir sebesar
0,57 tahun atau tumbuh sebesar 0,11 persen per tahun. Pada tahun 2010, Umur Harapan
Hidup saat lahir di D.I. Yogyakarta hanya sebesar 74,17 tahun, dan pada tahun 2017 telah
mencapai 74,74 tahun.

3. Tingkat Kematian (Mortalitas)


a. Kasus Kematian Ibu
Kematian ibu atau maternal death menurut batasan dari Tenth Revision of The
International Classification of Disease (ICD-10) adalah kematian wanita yang terjadi pada
sssaat kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan. Kematian ibu
disebabkan oleh kejadian yang berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat

20
oleh kehamilan tersebut atau penanganannya. Kematian ibu bukan kematian yang
disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan (WHO, 2010).
Angka kematian ibu (AKI) termasuk di dalam target pencapaian Millenium
Development Goals (MDGs) nomor lima. MDGs menargetkan bahwa setiap egara yang
telah menyepakati MDGs harus berhasil mengurangi ¾ resiko jumlah kematian ibu.
Oleh karena itu, Indonesia harus berhasil menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Indonesia terancam gagal memenuhi target MDGs tahun 2015. Data menunjukkan
bahwa AKI di Indonesia berdasarkan SDKI tahun 2012 (359 per 100.000 kelahiran hidup)
mengalami peningkatan dibandingkan SDKI tahun 2007 (228 per 100.000 kelahiran
hidup). Padahal, sebelumnya, AKI sempat menurun secara bertahap, dari 390 (1991)
menjadi 334 (1997), 307 (2003), dan 228 (2007).
Tabel 3.1
Jumlah Kematian Ibu, Bayi dan Balita DIY 2012-2017

Sumber : Laporan Seksi Kesga Dinkes DIY

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu di DIY tahun 2014 (40 ibu)
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 (46 ibu). Pada tahun 2015
penurunan jumlah kematian ibu sangat siknifikan hingga menjadi sebesar 29 kasus.
Namun pada tahun 2016 kembali naik tajam menjadi 39 kasus dan kembali sedikit
turun menjadi 34 pada tahun 2017. Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Gunung
Kidul (12 kasus) dan terendah di Kabupaten Kulon Progo (3 kasus).
Penyebab kematian ibu yang paling banyak ditemukan di DIY adalah karena jantung
(10), Emboli (1), syok (3), sepsis/infeksi (5), perdarahan (5), eklamsi (1), pre eklamsi
(3), pneumoni (2), hipertiroid (2), kejang hipoxia (1), belum diketahui (1),

21
Sumber : Laporan Seksi Kesga Dinkes DIY
Gambar 3.3. Penyebab Kematian Ibu DIY Tahun 2017

b. Angka Kematian Bayi (AKB)


Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator
penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat
menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka ini sangat sensitif
terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Angka kematian bayi
tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi
lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS Indonesia, 2014).
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator kesehatan yang termasuk
di dalam salah satu target MDGs. MDGs menargetkan bahwa setiap negara yang
telah berkomitmen di dalam MDGs harus mampu menurunkan ⅔ angka kematian
bayi dari kondisi tahun 1999. Oleh karena itu, AKB di Indonesia harus berada kurang
dari atau sama dengan 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa AKB DIY menduduki peringkat lima
besar terbaik secara nasional bersama dengan Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Riau,
dan Sulawesi Selatan (SDKI, 2012). Meskipun begitu, DIY belum mampu memenuhi
target MDGs karena AKB tahun 2012 masih berada di angka 25 per 1000 kelahiran
hidup.

22
Sumber : SDKI 2012
Gambar 3.4. Angka Kematian Bayi, SDKI 2012 & 2007
Secara umum kasus kematian bayi di DIY fluktuatif dari tahun 2014 – 2017.
Tahun 2014 sebesar 405 dan turun cukup banyak pada tahun 2015 yaitu menjadi 329,
turun menjadi 278 pada tahun 2016, namun kembali naik menjadi 313 pada tahun
2017. Kasus kematian bayi tertinggi di Kabupaten Bantul (108 kasus) dan terendah di
Kota Yogyakarta (33 kasus). Penyebab umum kematian bayi dan neonatal di DIY
adalah berat bayi lahir rendah (BBLR) dan sepsis. Selain itu, penyebab lain kematian
bayi yang sering dijumpai di DIY antara lain asfiksia pada saat lahir karena lama di
jalan kelahiran, letak melintang, serta panggul sempit.

c. Angka Kematian Balita (AKBA)


Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru
lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari).
Oleh karena itu, angka kematian balita adalah jumlah kematian anak berusia 0
sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari) selama satu tahun
tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk
kematian bayi) (BPS Indonesia, 2014).
Hasil SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa AKBA DIY sebesar 30 per 1000
kelahiran hidup. Sementara itu, profil kesehatan DIY tahun 2012 menyebutkan
bahwa AKBA DIY adalah 9,8 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa
DIY telah memenuhi target Pemerintah Indonesia (32 per 1000 kelahiran hidup).
Kasus kematian Balita di DIY juga fluktuatif dari tahun 2012-2017, tetapi pada kurun
waktu 4 tahun terakhir mengalami penurunan yaitu 454 pada tahun 2014 dan turun
menjadi 378 pada tahun 2015, turun lagi menjadi 323 pada tahun 2016 dan naik
menjadi 343 pada tahun 2017.

23
4. Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber daya
manusia dan kualitas hidup. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat (Almatsier, 2001:3). Sedangkan menurut Suhardjo
(2003:256) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,
penyerapan, dan penggunaan makanan.

a. Status Gizi Bayi/Balita


Status gizi bayi/balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Penilaian status gizi bayi/balita dapat dilakukan
dengan pengukuran antropometri. Indikator yang diukur ada 3 macam, yaitu berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator yang sering digunakan adalah berat badan
menurut umur (BB/U). Hasil yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan data dari
WHO, dimana gizi normal adalah nilai z-score didalam ±2SD, gizi kurang adalah nilai z-
score kurang dari -2SD tetapi lebih dari -3SD, gizi buruk adalah nilai z-score kurang dari -
3SD dan gizi lebih adalah nilai z-score lebih dari 2SD (Arisman, 2007).
(i) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat badan saat
lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). Prevalensi BBLR di DIY
tahun 2015 adalah 5,32%. Angka ini lebih rendah dari prevalensi BBLR tingkat nasional
yang mencapai 8,8% (Kemenkes RI, 2010). Angka prevalensi BBLR (%) selama 4 tahun
terakhir adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Prevalensi BBLR DIY 2014-1017
No. Kabupaten/Kota 2014 2015 2016 2017
1. Kulon Progo 7,11 6,95 7.47 6,69
2. Bantul 3,58 3,62 3.66 3,79
3. Gunung Kidul 6,19 7,33 6.68 5,67
4. Sleman 4,85 4,81 4.84 4,65
5. Yogyakarta 5,65 6,45 5.47 5,16
DIY 4,71 5,32 5.20 4,86
Sumber : Laporan Seksi Gizi Dinkes DIY
(ii) Gizi Buruk dan Gizi Kurang

24
Keadaan gizi buruk dan kurang dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap
berbagai penyakit, terutama penyakit infeksi yang mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan fisik, serta mental dan jaringan otak.

Prevalensi balita Kurang Energi Protein (Gizi Buruk dan Kurang) di DIY tahun
2015 sebesar 8,04. Prevalensi KEP ini menurun dibandingkan dengan tahun 2013 tetapi
sedikit lebih tinggi dari tahun 2014. Pada tahun 2016 KEP DIY sebesar 8,83 dan kembali
turun menjadi 8,26 pada tahun 2017. Angka prevalensi selama tiga tahun terakhir masih
berkisar pada angka 8 yang menunjukan bahwa upaya yang dilakukan dalam rangka
penurunan prevalensi KEP Balita di DIY belum tercapai secara maksimal. Kondisi paling
tinggi prevalensi balita KEP adalah Kabupaten Kulon Progo sebesar 12,33 dan terendah
di Sleman 7,33.
Tabel 3.3
Prevalensi KEP DIY Tahun 2017
No. Kabupaten/Kota 2017
1. Kulon Progo 12,33
2. Bantul 8,04
3. Gunung Kidul 7,34
4. Sleman 7,33
5. Yogyakarta 8,40
DIY 8,26
Sumber : Laporan Seksi Gizi Dinkes DIY
(iii) Bawah Garis Merah (BGM)
Bawah Garis Merah (BGM) merupakan standar yang biasa digunakan untuk
menggambarkan status gizi balita. Balita BGM adalah balita yang ditimbang berat
badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada Kartu Menuju
Sehat (KMS). BGM dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh serta
menganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan jaringan otak.
BGM memang bukan menunjukkan keadaan gizi buruk, tetapi sebagai
peringatan untuk konfirmasi dan tindak lanjut, karena apabila balita BGM tidak
segera ditangani, maka akan semakin memperburuk kesehatan Balita tersebut
sehingga bisa menimbulkan kematian Balita. Padahal, badan kesehatan dunia
(WHO) memperkirakan 54% kematian bayi dan anak dilatarbelakangi oleh keadaan
gizi yang buruk. Sementara itu, hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa
gizi buruk menyebabkan 80% kematian anak (WHO, 2011).

25
Tabel 3.4
Persentase BGM di DIY Tahun 2014-2017
Kab/kota 2014(%) 2015(%) 2016(%) 2017 (%)
Kota Yogyakarta 1.06 1.06 0,94 1,09
Bantul 0.74 0.60 0,63 0,59
Kulon Progo 0.88 0.87 1,32 1,01
Gunungkidul 0.90 1.69 0,51 1,24
Sleman 0.58 0.47 1,04 0,42
DIY 0.77 0.84 0,81 0,76
Sumber : Seksi Gizi Dinas Kesehatan DIY
Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase BGM di DIY mengalami
peningkatan pada tahun 2015, kemudian selama 3 tahun terakhir mengalami
penurunan dari 0,84 (2015), 0,81 (2016) dan 0,76 (2017). Angka ini menunjukkkan
bahwa upaya penurunan prevalensi BGM di DIY cukup berhasil terbukti dengan
penurunana selama 3 tahun terakhir.

(iv) Stunted
Stunted adalah pertumbuhan yang terhambat (tumbuh pendek). Stunted terjadi
akibat kegagalan pada saat proses tumbuh kembang seorang anak karena kondisi
kesehatan dan asupan gizi yang tidak optimal. Stunted sering berkaitan erat dengan
kondisi sosial ekonomi, paparan suatu penyakit, dan asupan gizi yang kurang secara
kuantitas dan kualitas (WHO, 2014). Stunted merupakan keadaan tubuh yang pendek
dan sangat pendek sehingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau
tinggi badan (Manary & Solomons, 2009).
Stunted merupakan masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan
dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan
motorik terlambat, dan terhambatnya pertumbuhan mental (Waterlow, 1994). Anak-
anak stunted menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh menjadi orang
dewasa yang kurang berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap
penyakit tidak menular (UNICEF, 2004).

26
Sumber : Laporan Seksi Gizi Dinkes DIY
Gambar 3.5. Grafik Balita Stunted DIY 2017
Prevalensi balita pendek di DIY pada tahun 2016 sebesar 11 % dan angka ini turun
dari tahun 2016 sebesar 14,36 dan kembali turun menjadi 13,86 pada tahun 2017.
Prevalensi balita pendek terbesar adalah Kabupaten Gunung Kidul (20,60) dan
terendah Kabupaten Bantul (10,41). Dari angka ini terlihat bahwa prevalensi balita
sangat pendek di DIY lebih tinggi jika dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2013
(8.2%).

(v) Gizi Lebih


Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada saat ini mengalami permasalahan gizi
ganda. Di satu sisi, masih banyak ditemukan Balita menderita gizi kurang dan gizi
buruk. Di sisi lain, Balita dengan kasus gizi lebih mulai banyak ditemukan di DIY.
Gizi lebih pada anak umum-nya lebih ringan dibandingkan dengan obesitas pada
orang dewasa. Akan tetapi, kasus gizi lebih derajat berat pada anak mungkin telah
disertai gangguan pernapasan, hipertensi, dermatitis, dan lain-lain. Meskipun
begitu, gizi lebih yang dibiarkan cenderung akan berlanjut menjadi kelebihan berat
badan pada saat dewasa.

27
Sumber : Seksi Gizi Dinkes DIY
Gambar 3.6. Grafik Status Gizi Balita DIY 2017
Gizi lebih di DIY juga merupakan masalah kesehatan yang harus mendapatkan
perhatian. Berdasarkan Pemantauan Status Gizi di DIY dari tahun 2013 sampai
tahun 2015 bahwa Balita kegemukan (berat badan per Umur) tahun 2014 adalah
5,84%, menurun menjadi 3,81% (Tahun 2015) dan 3,11% (tahun 2016) dan turun
menjadi 2,80 (tahun 2017). Permasalahan balita kegemukan berdasarkan
pemantauan status gizi (BB/U) dari tiap Kabupaten/Kota menunjukkan Kota
Yogyakarta tertinggi, tetapi dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan yang
signifikan, sedangkan untuk Kabupaten Kulon Progo hampir tidak mengalami
perubahan yang berarti.
(vi) ASI Ekslusif
ASI adalah gold-standard bagi nutrisi dan pertumbuhan bayi. (AAP, 2005;
WHO, 2006). ASI adalah salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi bayi
umur 0-6 bulan. Selain itu, pemberian ASI secara eksklusif menghindarkan bayi dari
kematian yang disebabkan oleh penyakit anak, mempercepat penyembuhan
selama sakit, dan membantu dalam proses kelahiran (Baker, 2009).
ASI eksklusif adalah pemberian makanan kepada bayi berupa ASI saja tanpa
tambahan makanan apapun kecuali obat dan air putih yang diminum bersama
dengan obat dari usia 0-6 bulan (WHO, 2006). Definisi ASI eksklusif yang
dikeluarkan oleh WHO ini sangat sulit diterapkan karena berbagai macam faktor
sosial dan budaya.
Jumlah ibu menyusui di Indonesia semakin menurun meskipun ASI eksklusif
memiliki banyak keunggulan. Ibu Indonesia cenderung memilih memberikan susu
formula kepada bayinya. Perilaku ini berkembang menjadi gengsi pada sebagian

28
ibu. Perilaku salah ini ditiru oleh ibu dari keluarga kurang mampu. Akibatnya, ibu
dari keluarga kurang mampu memberikan susu formula sangat encer dan tidak
memenuhi kebutuhan gizi bayi (Roesli, 2008).

Sumber : Seksi Gizi Dinkes DIY


Gambar 3.7. Grafik Persentase Bayi Mendapat ASI Eksklusif DIY 2017

Grafik di atas menunjukkan bahwa persentase pemberian ASI eksklusif paling


tinggi terjadi di Kabupaten Sleman dan paling rendah terjadi di Kota Yogyakarta.
Upaya promosi melalui berbagai media tentang pentingnya ASI eksklusif masih
terus dilakukan meskipun capaian program semakin meningkat.

b. Status Gizi Ibu Hamil


Status gizi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam
menentukan pertumbuhan janin. Status gizi ibu hamil akan berdampak pada berat
badan lahir, angka kematian perinatal, keadaan kesehatan perinatal, dan pertumbuhan
bayi setelah kelahiran (Adair dan Bisgrove, 1991). Situasi status gizi ibu hamil sering
digambarkan melalui prevalensi anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu
hamil.
(i) Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah hemoglobin dalam darah kurang
dari normal. Hemoglobin ini dibuat di dalam sel darah merah, sehingga anemia dapat
terjadi baik karena sel darah merah mengandung terlalu sedikit hemoglobin maupun
karena jumlah sel darah yang tidak cukup.
American Society of Hematology mengungkapkan bahwa anemia ringan (9-10,4
g/dL) adalah kondisi normal yang dialami selama kehamilan karena adanya

29
peningkatan volume darah. Sementara itu, anemia berat (<7,5 g/dL) dapat
menyebabkan bayi berisiko menderita anemia pada masa kanak-kanak. Anemia pada
dua trimester pertama akan meningkatkan risiko persalinan premature atau BBLR.
Selain itu, anemia akan meningkatkan risiko pendarahan selama persalinan dan
membuat ibu lebih sulit melawan infeksi.
Hasil penelitian Fakultas Kedokteran di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa
prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 50-63%. Sementara itu, penelitian
Pusponegoro dan Anemia World Map pada waktu yang sama menyebutkan 51% wanita
hamil menderita anemia sehingga menyebabkan kematian hingga 300 jiwa perhari.

Sumber : Seksi Gizi Dinkes DIY


Gambar 3.8. Grafik Prevalensi Bumil Anemia di DIY 2017

Prevalensi anemia ibu hamil di DIY pada tahun 2015 sebesar 14,85 % dan
mengalami kenaikan pada tahun 2016 yiatu sebesar 16,09 % dan kembali turun menjadi
14,32 pada tahun 2017. Upaya menuruman prevalensi anemia ibu hamil harus lebih
dilakukan secara optimal mengingat target penurunan jumlah kematian ibu menjadi
prioritas permasalahan kesehatan di DIY.

(ii) Kurang Energi Kronis (KEK)


Kurang Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana seseorang mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan
ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan Lingkar Lengan
Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm (Depkes,1999).
Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa persentase ibu hamil di
Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah 70% Angka Kecukupan Gizi (AKG)

30
adalah 44.8%. Sementara itu, proporsi ibu hamil KEK usia 15-19 tahun di Indonesia
mencapai 31% (Bappenas, 2012).

Sumber : Seksi Gizi Dinkes DIY


Gambar 3.9. Grafik Prevalensi Bumil KEK DIY 2017

Prevalensi ibu hamil yang menderita KEK di DIY tahun 2015 adalah 9,11% dan
meningkat pada tahun 2016 yaitu sebesar 10,39 % dan kembali naik menjadi 10,70% pada
tahun 2017. Prevalensi Bumil KEK di DIY selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2015
mengalami penurunan, begitu juga dengan angka di masing-masing Kabupaten/Kota,
akan tetapi beberapa Kabupaten masih menunjukkan angka yang tinggi diatas rata
rata DIY, yaitu Kota Yogyakarta, Gunung Kidul dan Kulon Progo. Permasalahan Bumil
KEK merupakan permasalahan mendasar yang perlu mendapatkan penanganan yang
lebih baik, mengingat status kesehatan ibu hamil sangat menentukan dalam
penurunan angka kematian ibu dan bayi.

5. Morbiditas
a. Pola Penyakit
Pola penyakit di DIY dipantau oleh sistem Surveilans Terpadu Penyakit (STP)
dan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Puskesmas, Rumah Sakit, dan tempat
pelayanan kesehatan lainnya. Pemantauan dilakukan terhadap kunjungan pasien di
tempat-tempat pelayanan kesehatan tersebut.
(i) Surveillans Terpadu Penyakit (STP)
Pemantauan STP dilakukan setiap bulan berdasarkan laporan dari Puskesmas
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selanjutnya, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota akan meneruskan ke Dinas Kesehatan DIY untuk dilakukan

31
pengolahan dan pengamatan secara terus menerus terhadap penyakit yang berpotensi
menyebabkan terjadinya wabah.

Sumber : Seksi P2 Dinkes DIY


Gambar 3.9. Grafik Pola 10 Besar Penyakit di DIY Tahun 2017
berdasarkan STP Puskesmas

Grafik di atas menunjukkan bahwa diare adalah penyakit yang sering muncul di
DIY pada tahun 2017 berdasarkan STP Puskesmas. Secara berurutan, 10 penyakit yang
sering muncul di tahun 2017 adalah Hipertensi, Diare, Influenza, Diabetes Mellitus,
Tifus Perut Klinis, Pneumoni, tersangka Tuberkolosis (TBC) paru, Demam dengue, Diare
Berdarah (disentri). Terjadi pergeseran pada tahun 2016 Diare masih menduduki
tertinggi mulai digeser oleh Hipertensi.

32
Sumber : Seksi P2 Dinkes DIY
Gambar 3.10. Grafik Pola Penyakit di DIY Tahun 2017 berdasarkan STP Rawat Inap RS

Grafik di atas menunjukkan bahwa 10 besar penyakit di DIY berdasarkan STP di


rumah sakit berbeda dengan STP Puskesamas. STP di rumah sakit urutan pertama
masih penyakit menular (Diare) sedangkan di puskesmas sudah bergeser oleh penyakit
tidak menular (Hipertensi). Sementara itu, angka kasus kecelakaan terus mengalami
kenaikan yang signifikans dari 1.180 menjadi 1.931 pada tahun 2017.

b. Penyakit Menular
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aealbopictus yang
terinfeksi. Virus DBD biasa disebut dengan DEN. Ada beberapa tipe virus dengue
antara lain DEN-1, DEN-2, dan DEN-3 (Shepherd, 2012).
Penelitian yang dilakukan di Malaysia menunjukkan bahwa terdapat 10.000
kasus DBD di Malaysia setiap tahunnya dan menyebabkan negara tersebut
mengalami kerugian US$ 13 juta per tahun. Kerugian ini setara dengan 940.000 hari
kerja yang hilang.

Sumber : Seksi P2 Dinkes DIY


Gambar 3.11. Grafik Jumlah Kasus dan Kematian DBD DIY Tahun 2017
Jumlah kasus tertinggi di Kabupaten Bantul (534), sedangkan jumlah kasus
terendah di Kabupaten Kulon Progo (79). Jumlah total kematian akibat DBD
sebanyak 7 orang dengan jumlah kematian tertinggi di Kabupaten Sleman. Jumlah
kematian pada tahun 2014 mengalami penurunan (13 orang) dibanding tahun

33
sebelumnya, kemudian naik pada tahun 2015 (35 orang) dan kembali turun pada
tahun 2016 (31 orang) dan kembali turun pada tahun 2017 (7 orang).

Sumber : Seksi P2 Dinkes DIY


Gambar 3.12. Grafik Pola Kasus DBD di DIY Tahun 2017

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pola kasus per bulan selama tahun 2017
cenderung mengali penurunan, walaupun pada bulan tertentu ada kenaikan yaitu
pada bulan Agustus, Oktober dan November. Kasus terendah pada bulan Desember
dan tertinggi pada bulan Januari 2017.

Sumber : Seksi P2 Dinkes DIY


Gambar 3.13. Jumlah Kasus DBD dan Incidence Rate 2012-2017

34
Laporan yang didapatkan dari Seksi Penanggulangan Penyakit (P2)
menunjukkan bahwa angka kejadian (IR) DBD secara umum fluktuatif, menurun
cukup tinggi pada tahun 2017.
Untuk tahun 2017 incidence rate kasus DBD paling banyak ditemukan di Kota
Yogyakarta (81,36/100.000 penduduk). Sementara itu, incidence rate kasus DBD
paling sedikit ditemukan di Kabupaten Sleman (18,92/100.000 penduduk).

2. Tuberkulosis (TBC)
Penyakit tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit infeksi kronis yang
terutama menyerang paru-paru namun bisa juga menyerang organ-organ lain.
Penyakit ini disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis kompleks antara lain
Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum.
Bakteri tersebut merupakan bakteri tahan asam berbentuk batang dan bersifat
aerobik. Penyakit TBC menular melalui droplet yang dikeluarkan oleh orang yang
terinfeksi TBC. Selain itu penularan TBC bersifat kontak lama dan terus menerus
(Raviglione, 2009).
TBC adalah penyakit yang dapat mengancam derajat kesehatan
masyarakat. TBC dapat menimbulkan angka kematian yang tinggi. Selain itu, TBC
mampu menjadi comorbid berbagai penyakit fatal lainnya seperti HIV/AIDS,
penyakit paru obstruksi, dan lain sebagainya. TBC memegang peranan penting
dalam kasus kematian dan kesakitan akibat penyakit infeksi saluran pernafasan.
Padahal, ISPA merupakan penyebab kematian terbesar dan memiliki
kecenderungan peningkatan. TBC memegang peranan penting pada angka
kesakitan dan kematian pada infeksi saluran pernafasan karena sifat penularannya.
Target program penanggulangan TBC adalah tercapainya penemuan pasien
baru TBC BTA positif paling sedikit 70% dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari
semua pasien tersebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat
menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat TBC hingga separuhnya pada
tahun 2010 dibanding tahun 1990, dan mencapai tujuan millenium development
goals (MDGs) pada tahun 2015.

35
Sumber : Seksi P2 Dinkes DIY
Gambar 3.14. Grafik Angka Keberhasilan Pengobatan Tb (success rate)
DIY tahun 2017
Angka keberhasilan pengobatan tertinggi di Kabupaten Sleman (91,64 %)
dan terendah di Bantul (65,00 %). Penemuan kasus baru BTA (+) di DIY sebanyak
992 dengan jumlah suspek sebanyak 20.260 orang.
3. Malaria
Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang
disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi. Parasit yang menjadi penyebab malaria antara lain Plasmodium
Falciparum, Plasmodium Vivax, Plasmodium Malariae, dan Plasmadium Ovale.
Namun, Plasmodium Falciparum dan Plasmodium Vivax merupakan jenis yang
paling sering dijumpai.

Sumber : Seksi P2 Dinkes DIY

36
Gambar 3.15. Grafik Distribusi Kasus Malaria Per Kecamatan Kulon Progo 2017

Grafik di atas menunjukkan bahwa parasit yang paling banyak menyebabkan


malaria di DIY adalah Plasmodium Falciparum. Plasmodium Falciparum merupakan
jenis yang paling mematikan. Hanya sebagian kecil malaria di DIY yang terjadi akibat
Plasmodium Vivax.
Masalah malaria di suatu wilayah (endemisitas) dapat digambarkan dengan
beberapa macam ukuran, antara lain Annual Parasite Incidence (API) dan Annual
Malaria Incidence (AMI). AMI adalah angka kesakitan malaria (berdasarkan gejala
klinis) per 1000 penduduk dalam 1 tahun yang dinyatakan per mil (‰). Sementara itu,
API adalah angka kesakitan malaria (berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium)
per 1000 penduduk dalam 1 tahun yang dinyatakan dalam permil (‰). Sebelum
tahun 2007, AMI sering digunakan sebagai angka kesakitan malaria karena fasilitas
pemeriksaan laboratorium di tingkat Puskesmas masih terbatas. Sementara itu, saat
ini API lebih sering digunakan sehingga diagnosis malaria tidak hanya berdasarkan
gejala klinis tetapi juga hasil laboratorium.

Sumber : Seksi P2 Dinkes DIY


Gambar 3.16. Jumlah Kasus Malaria DIY 2012 - 2017
Data yang didapatkan dari Seksi Penanggulangan Penyakit (P2) Dinas
Kesehatan DIY menunjukkan bahwa kasus malaria pada tahun 2013 sebesar 134
kasus dan kasus pada Tahun 2014 sebanyak 94 kasus, tahun 2015 sebanyak 126
kasus, tahun 2016 sebanyak 95 kasus dan tahun 2017 sebanyak 84 kasus. Secara
umum trennya menurun, walau sedikit meningkat pada tahun 2015. Kasus malaria di
DIY hanya terjadi di Kabupaten Kulon Progo dengan penyebaran pada 6 kecamatan.
Kasus terbanyak di dominasi hanya pada 1 kecamatan yaitu Kecamatan Kokap 71
kasus dan paling sedikit di Kecamatan Sentolo 1 kasus.

37
4. HIV-AIDS
Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus HIV dan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.
Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sindrom atau
kumpulan gejala yang timbul karena sangat turunnya kekebalan tubuh penderita
HIV dan merupakan stadium akhir dari HIV (Fauci, 2009).
DIY menempati urutan ke-9 sebagai provinsi dengan penderita HIV-AIDS
terbanyak. Total penderita HIV di DIY tahun 2013 adalah 1323 orang dan total
penderita AIDS di DIY adalah 965 orang. Kejadian HIV pada tahun 2014 untuk laki-laki
1.118 dan perempuan 377 kasus, sedangkan AIDS untuk laki laki 802 kasus dan
perempuan 366 kasus. Kasus HIV laki laki di tahun 2015 adalah 2078 orang,
perempuan 1000 orang, sedangkan AIDS laki-laki 830 orang dan perempuan 409
orang. Pada atahun 2017 kasus HIV meningkat menjadi 2676 pada laki-laki dan 1261
pada perempuan. Sedangkan yang sudah positif AIDS adalah 985 pada laki-laki dan
490 pada perempuan.

Sumber : Seksi P2 Dinkes DIY


Gambar 3.17. Kasus HIV DIY Berdasar Jenis Kelamin s.d Tahun 2017
Penemuan kasus HIV berfluktuatif setiap tahunnya. Pada tahun 2015 ada 313
dan naik menjadi 542 pada tahun 2016 serta turun pada tahun 2017 menjadi hanya
324. Untuk kasus AIDS pada tahun 2015 ada 92 dan meningkat menjadi 153 pada
tahun 2016 dan kembali turun pada tahun 2017 menjadi hanya 27 kasus.

38
Sumber : Seksi P2 Dinkes DIY
Gambar 3.18. Trend Penemuan HIV/AIDS DIY 2006-2017
Secara umum trend penyebaran HIV/AIDS di DIY pada tahun 2017 menurun dari sisi
jumlah kasusnya. Ada kenaikan cukup signifikans pada tahun 2009 baik untuk HIV
maupun AIDS.

Sumber : Seksi P2 Dinkes DIY


Gambar 3.19. Grafik Distribusi Kasus HIV-AIDS Tahun 2016 di DIY

Kasus HIV paling banyak ditemukan pada penduduk usia 20-29 tahun. Kasus
HIV paling sedikit ditemukan pada penduduk usia lebih dari 60 tahun. Meskipun
begitu, kasus HIV-AIDS masih ditemukan pada bayi usia kurang dari 1 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa penularan HIV-AIDS dari ibu ke bayi masih terjadi di DIY.

39
Sumber : Seksi P2 Dinkes DIY
Gambar 3. 20. Grafik Distribusi Faktor Risiko HIV-AIDS

Grafik di atas menunjukkan bahwa faktor risiko HIV-AIDS yang paling banyak
ditemukan di DIY adalah heteroseksual (51%). Hanya sebagian kecil HIV-AIDS yang
disebabkan oleh transfusi darah dan biseksual (1%). Selain itu, masih banyak kasus
HIV-AIDS yang belum diketahui penyebab pastinya (25%).

5. Filariasis
Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria
yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Terdapat tiga spesies cacing
penyebab Filariasis yaitu: Wuchereria Bancrofti; Brugia malayi; dan Brugia timori.
Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia. Namun, lebih dari 70% kasus filariasis
di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi.
Kasus filariasis di DIY ditemukan pada tahun 2011. Kasus filariasis pada saat
itu hanya ditemukan di Kabupaten Gunungkidul. Jumlah kasus yang ditemukan pada
saat itu adalah 6 kasus yang meliputi laki-laki 1 kasus dan perempuan 5 kasus.
Kasus-kasus filariasis yang ditemukan di DIY pada saat itu berasal dari daerah
di luar DIY. Sementara itu, tidak ditemukan kasus baru pada tahun 2013 dan 2014.
Oleh karena itu, kasus-kasus filariasis yang ditemukan pada saat ini adalah kasus
filariasis tahun 2011 yang sudah bersifat kronis. Kasus-kasus tersebut saat ini sudah
memasuki fase L4 atau sudah tidak bersifat menular.
6. Kusta
Penyakit kusta merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
Mycobacterium Leprae. Penyakit ini menyerang saraf dan ditularkan melalui kontak
langsung dan udara (droplet penderita). Akan tetapi, penularannya harus melalui
kontak yang terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Fakta lain tentang

40
kusta yang jarang diketahui oleh masyarakat adalah bahwa kusta adalah penyakit
yang dapat diobati.
Penyakit kusta terdiri dari dua tipe, Pausi Basiler (PB) dan Multi Basiler (MB).
Pausi Basiler adalah kusta kering yang ditandai dengan bercak putih seperti panu
dan mati rasa atau kurang merasa. Permukaan bercak tersebut kering, kasar, tidak
berkeringat, tidak tumbuh rambut/bulu, dan terjadi di 1-5 tempat. Jika diperiksa
menggunakan laboratorium maka hasil pemeriksaan bakteriologis negatif (-). Kusta
jenis ini mengakibatkan kerusakan saraf tepi namun bersifat tidak menular.
Sementara itu, Multi Basiler adalah kusta basah yang ditandai dengan bercak putih
kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata di seluruh tubuh. Bercak terjadi di
lebih dari 5 tempat. Selain itu, terjadi penebalan dan pembengkakan di bercak
tersebut. Jika diperiksa menggunakan tes laboratorium maka hasil pemeriksaan
bakteriologisnya positif (+). Kusta jenis ini menyebabkan banyak kerusakan pada
saraf tepi dan sangat mudah menular.

Sumber : Seksi P2 Dinkes DIY


Gambar 3.21. Grafik Prevalensi Kusta DIY Tahun 2017
Prevalensi kusta yang ditemukan di DIY berdasarkan kabupaten/kota,
tertinggi di Kabupaten Gunung Kidul sebanyak 15 orang , sedangkan kabupaten
Kulon Progo dan Kota Yogyakarta tidak ada kasus baru kusta.

7. ISPA dan Pneumonia


ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan mulai
diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional ISPA di
Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa Inggris yakni Acute Respiratory
Infections (ARI).

41
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Penyakit yang termasuk dalam ISPA
antara lain batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza,
bronchitis, dan juga sinusitis.
Pneumonia adalah penyakit infeksi saluran pernafasan yang menyerang
bagian bawah paru-paru, yang ditandai dengan batuk dan disertai nafas cepat dan
atau nafas sesak serta tarikan ke dalam pada dinding dada bagian bawah.
Pneumonia umumnya terjadi pada anak kecil, terutama apabila terdapat gizi kurang
ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak sehat, seperti contohnya terdapat
asap rokok di dalam rumah, dan polusi udara. Risiko pneumonia lebih tinggi terjadi
pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, tingginya beban
immunologis karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak
tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.
Pneumonia selalu masuk dalam 10 besar penyakit di Indonesia. Prevalensi
balita Indonesia yang menderita pneumonia adalah 38%. Sementara itu, hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menyebutkan bahwa pneumonia
menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian bayi dan balita di
Indonesia. Oleh karena itu, pemberantasan penyakit ISPA dititikberatkan dan
difokuskan pada penanggulangan penyakit pneumonia balita.

Sumber : Profil Kesehatan DIY 2017


Gambar 3.22. Grafik Jumlah Penemuan Kasus dan Ditangani Pneumoni
Balita 2017

42
Data pneumonia balita di DIY berasal dari laporan berbagai sarana pelayanan
kesehatan pemerintah di DIY. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah kasus
pneumonia balita ditemukan dan ditangani di DIY tahun 2016 sebesar 23,13 %.
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Persentase
penemuan penderita terbesar pada kabupaten Gunung Kidul 115,78 % dan tterendah
di kabupaten Bantul sebesar 12,5 %. Secara keseluruhan, angka penemuan kasus
pneumonia di DIY tahun 2016 adalah 23,13%. Angka ini jauh lebih rendah
dibandingkan dengan angka nasional (60%). Untuk tahun 2017 angka penemuan dan
ditangani kasus pneumonia mengalami peningkatan menjadi 26,61% pada tahun
2017.

8. Diare
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare
bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali. Sementara itu, untuk bayi
berumur lebih dari satu bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensinya lebih dari 3
kali.
Diare selalu menjadi 10 besar penyakit yang paling banyak dijumpai kasusnya di
DIY. Hal ini ditunjukkan dengan angka penderita diare di Puskesmas wilayah
Kabupaten/Kota yang tinggi setiap tahunnya. Namun, sulit untuk mengetahui
jumlah penderita diare yang sesungguhnya karena mengingat banyaknya penderita
yang tidak terdata karena tidak mengunjungi tempat-tempat pelayanan kesehatan.
Penderita diare di DIY tergolong tinggi. Sementara itu, kasus diare yang
terdata mengalami peningkatan dari 64.857 kasus pada tahun 2011 menjadi 74.689
kasus pada tahun 2012. Dari laporan STP Puskesmas tahun 2013 kasus diare
dilaporkan sebanyak 39.710 kasus dan tahun 2014 sebanyak 40.432 kasus,
sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 33.157 kasus diare, kemudian pada tahun 2016
kasusnya hamper sama dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 33.033 kasus.
Berdasarkan laporan rutin Seksi Pengendalian Penyakit bahwa jumlah kasus diare
tahun 2017 sebanyak 48.556 kasus dengan (63 %) dari total target jumlah penemuan.
Sedangkan berdasar STP puskesmas untuk kasus baru diare sebesar 15.256 kasus.
Berdasar STP rumah sakit rawat inap tahun 2017 kasus diare sebesar 4.472 dan
18.963 untuk rawat jalan rumah sakit.

9. Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

43
Penyakit-penyakit yang termasuk dalam program PD3I antara lain adalah
difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio, dan tuberculosis
(Notoatmodjo, 2007). Program pengendalian PD3I berada satu bagian dengan
program imunisasi di Dinas Kesehatan DIY.
DIY merupakan provinsi yang memiliki tingkat pencapaian kinerja program
imunisasi terbaik di Indonesia. Sejak tahun 2012, seluruh desa (100%) yang ada di DIY
telah masuk dalam kategori desa UCI (Universal Coverage Immunization). UCI adalah
suatu indikasi yang menggambarkan bahwa 90% penduduk di desa tersebut telah
menjalankan imunisasi (RPJMN, 2014).

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes DIY


Gambar 3.23. Grafik Hasil Cakupan Immunisasi Rutin DIY Tahun 2017

Target cakupan imunisasi di DIY adalah 95% dan telah terpenuhi untuk
wilayah DIY dimana hasil laporan menunjukkan bahwa cakupan semua imunisasi
tahun 2014 sudah memenuhi target karena sudah berada di atas angka 95%.
Hasil pencapaian program imunisasi juga terlihat dari jumlah kasus berbagai
penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, antara lain campak, polio, postusis,
dan tetanus neonatum. Pada tahun 2016, tidak ditemukan kasus polio dan tetanus
neonatum di DIY. Sementara itu, hanya 2 kasus pertusis ditemukan di DIY pada
tahun 2016.
Salah satu penyakit lain yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah
campak. Campak adalah penyakit yang sangat menular, terutama jika terjadi pada
anak-anak. Campak dapat sembuh setelah 2-3 minggu. Akan tetapi, jika campak
terjadi pada anak yang gizi kurang atau manusia dewasa dengan kekebalan kurang
maka akan dapat menyebabkan komplikasi yang serius (WHO, 2014).

44
Jumlah kasus campak berfluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2011, 140
kasus campak ditemukan di DIY. Angka ini mengalami penurunan pada tahun 2012
(31 kasus) dan meningkat kembali menjadi 68 kasus pada tahun 2013. Sedangkan
pada tahun 2014 jumlah kasus baru campak sebanyak 856 kasus dan tahun 2015
hanya 49 kasus baru campak. Pada tahun 2016 kasus campak ditemukan sebanyak
864 kasus (sesuai laporan STP Puskesmas 2016). Kemudian ada 536 kasus pada
tahun 2017, dengan kasus terbanyak di Kabupaten Sleman, dan paling sedikit di
Kabupaten Gunung Kidul.

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes DIY


Gambar 3.24 Grafik Jumlah Kasus Campak di DIY 2017
DIY menjadi satu diantara 4 provinsi yang melakukan imunisasi pentavalen.
Vaksin pentavalen adalah vaksin DPT-HB ditambah Hib. Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi ini antara lain difteri, batuk rejan atau batuk 100 hari, tetanus,
hepatitis B, serta radang otak (meningitis) dan radang paru (pneumonia) yang
disebabkan oleh kuman Hib (Haemophylus influenza tipe B).

10. New Emerging Disease


New emerging disease adalah penyakit baru yang harus diwaspadai karena
dapat mengancam kesehatan masyarakat. Hasil laporan dari masing-masing
kabupaten/kota menunjukkan bahwa di semua kabupaten/kota di DIY telah
terdeteksi unggas (lebih dari 1 jenis) positif Avian Influenza. Sementara itu, potensi
penyakit Avian Influenza masih sangat terbuka lebar karena masih buruknya
pemahaman dan perilaku masyarakat untuk melakukan pencegahan. Selain itu,
H1N1, SARS, dan penyakit baru lainnya akan tetap mengancam kesehatan

45
masyarakat karena semakin tingginya mobilitas penduduk dan pola perilaku sehat
masyarakat. Selama tahun 2016 dan 2017 tidak ditemukan kasus penyakit baru
tersebut.
c. Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi
bakteri atau virus. Penyakit tidak menular yang sering dijumpai antara lain
hipertensi, diabetes mellitus, asma, penyakit kardiovaskuler, gangguan jiwa, dan
kecelakaan. Peningkatan status ekonomi, perubahan gaya hidup, dan efek
modernisasi menyebabkan prevalensi penyakit tidak menular mengalami
peningkatan pada beberapa tahun terakhir. Laporan Survailans Terpadu Penyakit
(STP) Puskesmas di DIY pada tahun 2016 menunjukkan bahwa kasus baru hipertensi
esensial (29.105 kasus) dan diabetes mellitus (9.473 kasus) masuk dalam urutan
kedua dan keempat 10 besar penyakit di DIY. Kemudian pada tahun 2017 untuk
Hipertensi terdapat 20.309 kasus dan Diabetes Mellitus ada 5.161 kasus baru dimana
keduanya masuk dalam 10 besar penyakit.
Peningkatan prevalensi kasus penyakit tidak menular tersebut diikuti dengan
pergeseran dominasi penyebab kematian di DIY. Penyebab kematian di DIY telah
bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular sejak tahun 1997.
Data penyebab kematian di DIY didapatkan data laporan rumah sakit dan kegiatan
autobsi verbal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di puskesmas. Namun
kegiatan autobsi verbal ini belum dapat dilaksanakan oleh 5 kabupaten dan kota di
DIY, baru dilaksanakan di Kota Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo dan Gunung
Kidul. Dari laporan hasil kegiatan di Kulon Progo didapatkan data penyebab
kematian sebagai berikut :
Tabel 3.5

46
Kondisi ini diprediksi akan terus terjadi di tahun-tahun yang akan datang
karena jumlah penduduk usia tua yang semakin bertambah dan gaya hidup modern
yang semakin berkembang. Faktor-faktor risiko penyakit tidak menular terlihat
mengalami peningkatan. Data di DIY menunjukkan bahwa jumlah rumah bebas asap
rokok pada tahun 2012 (46.67%) cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan tahun 2011 (66.1%). Sedangkan hasil Riskesdas 2013 prevalensi obesitas pada
penduduk usia lebih dari 18 tahun sebesar 15,8 sedangkan prosentase merokok
penduduk usia 15 – 19 tahun sebesar 21,3%. Sementara itu, kebiasaan makan cukup
sayur dan buah mengalami cenderung mengalami penurunan.

Sumber : Riskesdas 2013

Gambar 3.25. Grafik Perilaku Makan Cukup Sayur dan Buah

Grafik di atas menunjukkan bahwa DIY menempati urutan terbawah terkait


dengan perilaku cukup makan sayur dan buah dibandingkan dengan provinsi lainnya
berdasarkan Riskesdas 2013. Selain itu, persentase perilaku cukup makan sayur dan
buah di DIY terlihat mengalami penurunan pada tahun 2013 (84.9%) dibandingkan
dengan tahun 2007 (86%).

1. Hipertensi
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus
menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90
mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan
kardiak output (Wexler, 2002).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi
lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).

47
Hipertensi adalah faktor risiko terjadinya stroke, gagal jantung, gagal ginjal,
serta penyakit serius lainnya. Oleh karena itu, penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa hipertensi mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar US$ 73.4
di negara tersebut.
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial dan
hipertensi sekunder (Setiawati dan Bustami, 2005).
a. Hipertensi esensial disebut juga dengan hipertensi primer atau idiopatik. Lebih
dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan hemodinamik
utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab
hipertensi esensial adalah multifactor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan.
Faktor genetik (keturunan) bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat
penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor predisposisi genetik ini dapat
berupa sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan
reaktivitas vascular (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling
sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yakni, makan
garam (natrium) berlebihan, stress psikis, dan obesitas.
b. Hipertensi sekunder. Prevalensinya hanya sekitar 5-8% dari seluruh penderita
hipertensi. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal),
penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan lain-lain. Penyakit lain yang
dapat menimbulkan hipertensi adalah koarktasio aorta, kelainan neurogenik,
stress akut, polisitemia, dan lain-lain.
Angka pasti kasus hipertensi sulit untuk didapatkan mengingat hipertensi
adalah penyakit yang tidak menimbulkan gejala khusus kecuali dengan pemeriksaan.
Hipertensi baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan
fungsi jantung dan stroke. Oleh karena itu, tidak jarang hipertensi ditemukan secara
tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan
lain. Bahkan, 76% penduduk tidak mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi
(tidak terdiagnosis). Padahal, hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang
paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah.
(Yoga, 2012).
Prevalensi hipertensi di DIY menurut Riskesdas 2013 adalah 35,8% atau lebih
tinggi jika dibandingkan dengan angka nasional (31,7%). Prevalensi ini menempatkan
DIY pada urutan ke-5 sebagai provinsi dengan kasus hipertensi yang tinggi.
Hipertensi selalu masuk dalam 10 besar penyakit sekaligus 10 besar penyebab
kematian di DIY selama beberapa tahun terakhir berdasarkan STP maupun SIRS.
Laporan STP Puskesmas Tahun 2016 tercatat kasus hipertensi 29.105 kasus.

48
Sedangkan laporan STP Rumah Sakit Rawat Jalan sebanyak 1.152 kasus (hipertensi
essensial). Sedangkan berdasar STP Puskesmas tahun 2017 tercatat 20.309 kasus
hipertensi. Untuk STP Rawat Jalan Rumah Sakit tercatat 12.962 kasus baru.

2. Jantung
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Gangguan
fungsi jantung ditinjau dari efek-efeknya terhadap perubahan tiga penentu utama
dari fungsi miokardium yaitu freeload (beban awal), afterload (beban akhir), dan
kontraktilitas miokardium.
Freeload (beban awal) yaitu derajat peregangan serabut miokardium pada
akhir pengisian ventrikel atau diastolic. Afterload (beban akhir) yaitu besarnya
tegangan dinding ventrikel yag harus dicapai selama sistol untuk memompa darah.
Kontraktilitas miokardium yaitu perubahan kekuatan kontraksi.
Gagal jantung yang sering dijumpai di DIY antara lain infark miokard. Infark
miokard adalah nekrosis miokard yang berkembang cepat oleh karena
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen otot-otot jantung (Fenton,
2009). Hal ini biasanya disebabkan oleh ruptur plak yang kemudian diikuti oleh
pembentukan trombus oleh trombosit. Lokasi dan luasnya miokard infark
bergantung pada lokasi oklusi dan aliran darah kolateral (Irmalita, 1996). Infark
miokard terdiri dari infark miokard akut dan infark miokard subsequent.
Laporan hasil Survailans Terpadu Penyakit RS Rawat Jalan 2017, jumlah kasus
dan pengelompokan penyakit jantung sebagai berikut infark miokard akut (1.650),
infark miokard subsequent (645), jantung hipertensi (3.505), serta jantung dan ginjal
hipertensi (111).

3. Diabetes Mellitus (DM)


Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh warisan dari
orang tua dan atau kekurangan produksi insulin oleh pancreas, atau oleh tidak
efektifnya insulin yang diproduksi. Akibatnya, terjadi peningkatan konsentrasi
glukosa dalam darah, yang pada akhirnya akan merusak banyak sistem tubuh,
khusunya pembuluh darah dan syaraf (WHO, 2014).
Diabetes mellitus terdiri dari dua type :

49
a. Type 1
Diabetes mellitus type 1 (insulin-dependent) adalah kondisi dimana pancreas
gagal memproduksi insulin yang penting untuk keberlangsungan hidup. Kondisi
ini paling sering dialami oleh anak-anak dan remaja.
b. Type 2
Diabetes mellitus type 2 (non-insulin-dependent) adalah kondisi dimana insulin
yang dihasilkan oleh pancreas tidak dapat berfungsi dan merangsang reseptor
dengan benar. Diabetes mellitus type 2 terjadi lebih umum dan menyumbang 90%
dari semua kasus diabetes di dunia. Hal ini terjadi paling sering pada orang
dewasa. Namun, akhir-akhir ini sudah terjadi pada remaja.
Berdasar STP puskesmas tahun 2017 jumlah kasus diabetes sebanyak 8.321
kasus. Sedangkan berdasar STP rumah sakit jumlah kasus dan pengelompokan
penyakit diabetes sebagai berikut DM YTT (11.254), DM tak bergantung insulin
(6.571), DM YTD Lainnya (904), DM Bergantung Insulin (1.817), DM berhubungan
malnutrisi (185), Hasil STP Puskesmas menunjukkan bahwa DM adalah penyakit
terbanyak nomer 4 di DIY pada tahun 2017 dengan jumlah 8.321 kasus.

4. Kanker (Neoplasma)
Kanker adalah istilah yang digunakan untuk suatu kondisi di mana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami
pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Sel-sel kanker tumbuh
dan berkembangbiak membentuk suatu massa berupa jaringan ganas yang
menyusup ke jaringan sehat di sekitarnya atau disebut dengan invasive. Selain
bersifat invasive, sel kanker dapat menyebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain
yang jauh dari tempat asal melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening
sehingga tumbuh sel kanker baru di tempat lain dan hasil akhirnya adalah suatu
kondisi serius yang sangat sulit untuk diobati. Terdapat lebih dari 100 jenis kanker
dan setiap jenis diklasifikasikan berdasarkan jenis sel yang terlibat.
Angka kanker di DIY dapat dilihat dari STP rawat jalan dan rawat inap rumah
sakit. Meskipun begitu, angka pasti mengenai kanker sulit didapatkan. STP Dinas
Kesehatan DIY mengelompokkan kanker menjadi neoplasma ganas serviks uteri,
payudara, hati dan saluran empedu intrahepatik, dan bronchus paru.

50
Tabel 3.6
Kasus Baru Neoplasma di DIY Tahun 2017
Kasus Baru
Jenis Neoplasma
Rawat Jalan Rawat Inap
Neoplasma Ganas Serviks Uteri 486 194
Neoplasma Ganas Payudara 1.564 823
Neoplasma Ganas Hati dan Saluran Empedu 206 151
Intrahepatik
Neoplasma Ganas Bronkhus dan Paru 161 175
Sumber : STP RS Dinas Kesehatan DIY, 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa kasus baru neoplasma ganas payudara
terlihat paling tinggi jika dibandingkan dengan kasus baru neoplasma lainnya baik di
rawat jalan (1.564 kasus) maupun rawat inap (823 kasus). Sementara itu, kasus baru
Neoplasma Ganas Serviks Uteri menduduki peringkat nomer dua di rawat jalan (486
kasus) dan untuk rawat inap (194).
Deteksi dini kanker leher rahim telah dilakukan pada setiap tahun oleh Dinas
Kesehatan DIY melalui metode IVA. Data dari Seksi Pengendalian Penyakit Tahun
2016 menunjukkan bahwa sampel yang dilakukan pemeriksaan IVA di seluruh
kabupaten/kota.

Sumber : Seksi P2 Dinkes DIY


Gambar 3.26. Capaian Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara 2017
Capaian deteksi dini kanker payudara dan leher rahim terbanyak di Kota
Yogyakarta (46,83%) dan paling sedikit pada Kabupaten Bantul (9,03%) dengan rata-
rata di DIY 17,71 %.

51
5. Asma dan Penyakit Paru
Dinas Kesehatan DIY menyatakan bahwa penyakit yang berhubungan
dengan organ paru termasuk dalam penyakit yang perlu diwaspadai di DIY. Hasil
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa asma dan penyakit
paru lainnya selalu masuk 10 penyebab langsung dan tidak langsung kesakitan dan
kematian utama di DIY. Kualitas udara yang buruk merupakan salah satu penyebab
tinggiya morbiditas dan mortalitas penyakit yang berhubungan dengan organ paru.
Kota Yogyakarta menjadi Kabupaten/Kota dengan kualitas udara paling
buruk dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di DIY. Suhu udara yang panas dan
meningkatnya asap kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta mengakibatkan
beberapa parameter pencemaran udara sudah memasuki taraf waspada. Hasil
pantauan kualitas udara oleh Kantor Penanggulangan Dampak Lingkungan Kota
Yogyakarta menunjukkan beberapa kadar zat berbahaya di udara melebihi batas
baku mutu udara. Selain itu, hasil dari berbagai jenis survey menunjukkan bahwa
jumlah perokok di Yogyakarta mencapai >30%.

6. Kecelakaan
Kecelakaan (intra cranial injury) memperlihatkan trend peningkatan sebagai
penyebab kematian di DIY. Data Polisi Daerah (Polda) DIY mengungkapkan bahwa
kecelakaan di DIY cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Sumber : STP RS Dinkes DIY


Gambar 3.27. Grafik Kasus Kecelakaan DIY 2015 - 2017
Dari laporan STP rawat jalan Rumah Sakit di DIY tahun 2015 kasus kecelakaan
lalulintas sebesar 2.558 kasus, naik menjadi 3.350 pada tahun 2016 dan kembali
meningkat menjadi 3.805 pada tahun 2017. Untuk rawat inap pada tahun 2015

52
sebanyak 709 kasus, dan meningkat menjadi 1.180 pada tahun 2016 dan kembali
meningkat menjadi 1.931 dengan jumlah kematian 49 orang pada tahun 2017.
Peningkatan angka kematian dini akibat kecelakaan sesungguhnya masih
dapat dicegah. Dinas Kesehatan DIY melakukan upaya peningkatan peran sistem
rujukan gawat darurat, penanganan pra rujukan, dan kualitas pelayanan di sarana
pelayanan kesehatan untuk memperingan penderitaan korban dan meminimalisir
angka kematian dini akibat kecelakaan tersebut. Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu pada Dinas Kesehatan DIY dengan menyediakan layanan call center
dengan nomor 119 atau (0274) 2924233 atau 119 sehingga masyarakat atau siapapun
yang melihat kasus kecelakaan di wilayah DIY dapat menghubungi nomor tersebut
sehingga akan penanganan kasus kecelakaan akan lebih cepat dengan pengiriman
ambulance dan tenaga medis. Unit Reaksi Cepat di beberapa Kabupaten/Kota terus
dikembangkan untuk memperingan penderitaan dan mempercepat penanganan
korban. Unit Reaksi Cepat ini melibatkan instansi terkait seperti PMI. Selain itu, “Yes
118” semakin dioptimalkan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten lain. Sementara itu,
upaya lain yang tidak kalah penting adalah peningkatan kapasitas tenaga medis
melalui berbagai pelatihan kegawatdaruratan. Pada Tahun 2015 mulai
dikembangkan Sistem Informasi kegawat Daruratan (SI SPGDT) dengan tenaga
layanan 24 jam yang disiagakan di kantor BPBD DIY.

B. Situasi Upaya Kesehatan


Dinas Kesehatan DIY sebagai institusi yang ditunjuk dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai penggerak pembangunan kesehatan telah melaksanakan
program-program pembangunan kesehatan sesuai dengan Rencana Strategik Dinas
Kesehatan tahun 2003-2017. Beberapa upaya kesehatan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan DIY dalam melaksanakan tugas dan fungsinya adalah pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kesehatan ibu dan anak,
pembinaan kesehatan lingkungan, dan peningkatan perilaku hidup sehat masyarakat DIY.

1. Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan


Pelayanan kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di wilayah DIY meliputi
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Sarana pelayanan kesehatan dasar
dilaksanakan oleh Puskesmas dan jajarannya Sementara itu, pelayanan kesehatan
rujukan diampu oleh Rumah Sakit. Jumlah sarana kesehatan dasr di DIY relative tidak
mengalami peningkatan tetapi dari sisi kualitas sudah semakin meningkat, hal ini
dibuktikan dengan meningkatnya jumlah puskesmas yang telah melaksanakan

53
akreditasi puskesmas. Tahun 2015 sebanyak 30 Puskesmas telah dilakukan akreditasi,
dan pada tahun 2016 puskesmas terakreditasi sebanyak 50 puskesmas, sehingga 80
puskesmas di DIY sudah terakreditasi dengan kategori yang berbeda. Pada tahun 2017
seluruh puskesmas di DIY sudah terakreditasi dengan kategori seperti grafik di bawah
ini. Puskesmas yang sudah mencapai akreditasi paripurna ada 3 puskesmas yaitu
Mantrijeron, Tegalrejo dan Pajangan. Selebihnya dengan kategori akreditasi yang
beragam dari dasar sampai utama.

Sumber : Seksi Kesdas Dinkes DIY


Gambar 3.28. Grafik Data akreditasi puskesmas di DIY s.d Tahun 2017.
Dari 121 puskesmas yang ada di DIY terdiri atas 45 puskesmas perawatan dan 76
non perawatan. Untuk puskesmas perawatan terbanyak di Kabupaten Bantul (17) dan
paling sedikit di Kota Yogyakarta (2). Untuk kota Yogyakarta hanya ada 2 puskesmas
perawatan oleh karena jarak antar puskesmas dangat dekat dan ada beberapa rumah
sakit yang jelas ada fasilitas perawatan sehingga tidak diperlukan banyak puskesmas
perawatan di Kota Yogyakarta. Untuk Kabupaten Bantul mengingat akses dan jarak
beberapa daerah cukup jauh dengan rumah sakit sehingga perlu disediakan puskesmas
dengan perawatan untuk memudahkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan.

54
Sumber : Seksi Kesdas Dinkes DIY
Gambar 3.29. Grafik Puskesmas perawatan dan non perawatan di DIY 2017
Selain puskesmas sudah terakreditasi semua, di wilayah DIY juga ada beberapa
puskesmas dengan pelayanan dan fasilitas Santun Lansia sebanyak 76 puskesmas.
Khusus Kota Yogyakarta semua puskesmasnya sudah menjalankan pelayanan dan
fasilitas dengan Santun Lansia. Puskesmas Santun Lansia ini umumnya memberikan
fasilitas dan pelayanan dengan tempat antrian tersendiri serta sarana ruang tunggu
dan ruang lainnya dengan menyesuaikan kebutuhan bagi lansia.

Sumber : Seksi Kesdas Dinkes DIY


Gambar 3.30. Grafik Puskesmas Santun Lansia di DIY Tahun 2017
Selanjutnya fasilitas kesehatan primer di DIY juga menyediakan fasilitas untuk
dapat diakses oleh penyandang disabilitas dan puskesmas dengan pelayanan PONED

55
(Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar). Dari 121 puskesmas sudah ada 113
puskesmas yang dapat diakses oleh penyandang difabel dan 23 puskesmas PONED.
Puskesmas PONED ini dalam rangka memberikan pelayanan bagi ibu hamil,
melahirkan dan masa nifas serta untuk menekan angka kematian ibu.

Sumber : Seksi Kesdas Dinkes DIY


Gambar 3.31. Grafik Puskesmas PONED dan Dapat Diakses Difabel di DIY Tahun 2017
Pelayanan kesehatan rujukan Jumlah Rumah Sakit di DIY adalah 76, terdiri dari
54 RS Umum dan 22 RS Khusus. Jumlah Rumah Sakit menurut jenis dan klasifikasinya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.7
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan DIY
Type/Klas RS RSU RSK Jumlah
Klas A 1 2 3
Klas B 10 1 11
Klas C 6 19 25
Klas D 37 0 37
Total 54 22 76
Sumber : Seksi Rujukan dan Kesehatan Khusus
Penduduk di DIY memiliki kemampuan yang cukup baik dalam mengakses
sarana pelayanan kesehatan. Hal ini ditunjukkan dengan prevalensi jarak jangkauan
penduduk dengan sarana pelayanan kesehatan. Data Dinas Kesehatan DIY tahun 2012
menunjukkan bahwa lebih dari 80% penduduk DIY hanya berjarak 1-5 km dari
Puskesmas. Selain itu, lebih dari 70% penduduk DIY hanya berjarak 1-5 km dari rumah
sakit dan dokter swasta. Sementara itu, tidak ditemukan penduduk yang memiliki jarak

56
tempuh lebih dari 10 km dari sarana pelayanan kesehatan, dokter praktek swasta, dan
bidan.

Sumber : Seksi Rujukan dan Kesehatan Khusus


Gambar 3.32. Grafik Jumlah Rumah Sakit Terakreditasi di DIY s.d Tahun 2017
Berdasar data sirsonline.kemkes.go.id, bahwa LOS (long of stay) untuk rumah
sakit di DIY sebesar 2, 81 hari dan dengan rasio tempat tidur sebesar 2,23 yang berarti 2,
23 tempat tidur untuk melayani 1000 penduduk, hal ini masuk dalam kategori normal
dan ideal. Namun begitu untuk distribusi rasio tempat tidur RS belum merata di DIY,
untuk Gunung Kidul dan Bantul belum ideal karena angkanya masih di bawah 1.

Sumber : Seksi Rujukan dan Kesehatan Khusus


Gambar 3.33. Grafik Rasio Tempat Tidur RS per Jumlah Penduduk

57
2. Perbaikan Gizi Masyarakat
Posyandu adalah salah satu upaya kesehatan yang terkait dengan perbaikan gizi
masyarakat. Posyandu adalah kegiatan yang berbasis masyarakat sekaligus sarana
untuk mengetahui status gizi anak balita. Oleh karena itu, Posyandu memiliki peran
penting dalam rangka memantau status gizi masyarakat sekaligus mengevaluasi
program yang berkaitan dengan upaya perbaikan status gizi masyarakat.
Partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan Posyandu terlihat dari persentase
masyarakat yang datang di Posyandu dibandingkan dengan semua masyarakat sasaran
(D/S). Hasil survey Dinas Kesehatan DIY menunjukkan bahwa D/S tahun 2012 (84%)
meningkat dibandingkan dengan tahun 2011 (70-79%). Kemudian turun kembali menjadi
79,49 pada tahun 2016. Meskipun mengalami peningkatan, angka ini tetap
menunjukkan bahwa belum semua sasaran datang ke Posyandu. Hasil dari pendataan
di Posyandu tahun 2017 berdasar BB/U menunjukkan bahwa persentase balita yang
datang dan ditimbang di Posyandu berkisar 88,18 %. Kota Yogyakarta merupakan
wilayah dengan persentase terendah (81,37%). Persentase cakupan secara merata di
Kabupaten Gunungkidul, Bantul, dan Sleman dan Gunung Kidul sudah mencapai 100 %.

Sumber : Seksi Gizi Dinkes DIY


Gambar 3.34. Grafik Balita Ditimbang dan KEP di DIY Berdasar BB/U Tahun 2017

Upaya kesehatan lain terkait dengan perbaikan gizi adalah pemberian kapsul
Vitamin A. Pada tahun 2016, cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada Bayi di DIY
telah mencapai 98,95%. Sementara itu, cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada
balita di DIY pada tahun 2016 mencapai 98,52%. Angka ini mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk tahun 2017 pemberian kapsul vitamin
A pada Balita mencapai 99,86 % yang berarti mengalami peningkatan sebesar 1,34 %.

58
Gambaran pemberian Vitamin A pada Balita di DIY tahun 2017 adalah sebagai
berikut :

Sumber : Seksi Gizi Dinkes DIY


Gambar 3.35. Grafik Persentase Balita Mendapat Vitamin A di DIY Tahun 2017
Upaya perbaikan gizi pada ibu hamil adalah pemberian tablet penambah darah.
Anemia pada ibu hamil, yang merupakan salah satu faktor risiko kematian ibu, terjadi
karena ibu hamil mengalami defisiensi zat besi. Oleh karena itu, pemberian tablet
tambah darah diharapkan mampu mengurangi kasus anemia pada ibu hamil yang pada
akhirnya akan menurunkan risiko kematian ibu.

Sumber : Seksi Gizi Dinkes DIY


Gambar 3.36. Grafik Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Tablet FE Lengkap di DIY
Tahun 2017

Grafik di atas menunjukkan persentase ibu hamil yang mendapatkan tablet


tambah darah di masing-masing Kabupaten/Kota di DIY pada Tahun 2017. Kabupaten

59
Sleman memiliki persentase tertinggi (95,54%). Sementara itu, persentase terendah
terjadi di Kota Yogyakarta dengan angka 84,74 %.

3. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


a. Pelayanan Kesehatan Ibu
Upaya kesehatan juga menyasar pada pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak dapat terlihat dari proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan serta pemeriksaan pada saat hamil. Indikator yang
digunakan untuk menilai cakupan tersebut adalah K1 dan K4. K1 adalah cakupan ibu
hamil yang pertama kali mendapatkan pelayanan antenatal yang menunjukkan
indikator akses. Sementara itu, K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sebanyak minimal empat kali sesuai distribusi waktu dan sesuai
standard yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah.

Sumber : Seksi Kesga Dinkes DIY


Gambar 3.37. Grafik Cakupan Kunjungan K1 dan K4 DIY 2017

Dari grafik di atas bahwa capaian kunjungan K1 dan K4 di DIY sudah tinggi,
khususnya K1 hanya 2 kabupaten yang belum mencapai 100 % (Kulon Progo dan Kota
Yogyakarta). Untuk kunjungan K4 di DIY sudah mencapai 91, 85%, dengan angka
tertinggi di Kabupaten Sleman (96,03%) dan terendah di Kabupaten Gunung Kidul
(86,02%). Namun perbedaan angkanya tidak terlalu besar antar kabupaten/kota di
DIY. Cakupan pelayanan K1 dan K4 dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Pemeriksaan ibu pada saat hamil merupakan upaya lain untuk menurunkan angka
kematian ibu karena melahirkan. Pemeriksaan pada saat hamil diharapkan mampu

60
mendeteksi secara dini gangguan-gangguan yang terjadi pada kehamilan sehingga
mencegah terjadinya komplikasi pada saat kehamilan maupun melahirkan.
Proporsi persalinan di DIY yang ditolong tenaga kesehatan mengalami
peningkatan sejak tahun 2010. Pada tahun 2014 dan 2015, 2016 dan 2017 pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan sudah hampir mencapai 100%.

Sumber : Seksi Kesga Dinkes DIY


Gambar 3.38. Grafik Salinakes dan Persalinan di Faskes DIY 2017
Dari grafik tersebut bahwa persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan sudah
cukup tinggi yaitu 99,97 % untuk Salinakes dan 99,87 % untuk persalinan di Faskes,
bahkan untuk Kota Yogyakarta sudah mencapai 100 % salinakes dan tertinggi di DIY.
Perbedaan capaian baik salinakes maupun persalinan di Faskes tidak begitu besar
dan sudah mencapai di atas 99 % untuk 5 kab/kota di DIY baik untuk salinakes dan
persalinan di faskes.

b. Pelayanan Kesehatan Anak


Upaya pelayanan kesehatan anak dilakukan dengan menilai kunjungan
neonatus. Kunjungan neonatus merupakan langkah untuk mengurangi angka kematian
pada bayi (0-28 hari). Indikator yang digunakan adalah Kunjungan Neonatus 1 (KN-1)
dan Kunjungan Neonatus Lanjutan (KN-L). KN-1 adalah cakupan pelayanan neonatal
minimal sesuai dengan standard pada usia 6-48 jam setelah lahir. Sementara itu, KN-L
adalah cakupan pelayanan neonatal minimal tiga kali sesuai distribusi waktu dan
standar.

61
Sumber : Seksi Kesga Dinkes DIY
Gambar 3. 39. Grafik Persentase Cakupan KN-1 dan KN-L DIY 2017

Grafik di atas menunjukkan bahwa kunjungan neonatus pertama pada 3


kabupaten/kota sudah cukup tinggi dan merata yaitu Gunung Kidul, Sleman dan Kota
Yogyakarta. Namun 2 kabupaten masih lebih rendah yaitu Kulon Progo dan Bantul.
Untuk DIY Kunjungan Neonatus pertama sudah mencapai 94,88 dan 91,36 untuk
kunjungan neonatus lengkapnya.

c. Pembinaan Kesehatan Remaja


Program pembinaan kesehatan di DIY lebih diutamakan pada pencegahan
terhadap kesehatan reproduksi remaja serta edukasi dan informasi bekerjasama
dengan lintas sektor terkait. Jumlah kasus persalinan usia remaja yang makin
memprihatinkan sangat memerlukan dukungan preventif dan promotif agar dapat
ditekan. Berikut gambaran kasus persalinan usia remaja yang dilaporkan di DIY selama
tahun 2015 :

62
Sumber : Seksi Kesga Dinkes DIY
Gambar 3.40. Grafik Distribusi Kasus Persalinan Usia Remaja di DIY Tahun 2016 - 2017
Data tentang persalinan remaja di DIY seperti terlihat pada gambar grafik di
atas, secara umum terjadi penurunan jumlah untuk DIY dari tahun 2016 ke 2017.
Tingkat pendidikan umumnya berpengaruh terhadap angka ini. Di Gunung Kidul
umumnya tingkat melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi masih cukup rendah,
sehingga memungkinkan kesempatan menikah pada usia remaja cukup besar, namun
untuk tahun 2017 justru terjadi peningkatan di Kabupaten Sleman dan Kota
Yogyakarta dimana daerah tersebut justru tingkat pendidikannya lebih baik dari
kab/kota lainnya. Kasus tertinggi masih terjadi di Kabupaten Gunung Kidul (256) dan
terendah di Kabupaten Kulon Progo (56). Berbagai upaya telah dilakukan dan akan
lebih dioptimalkan dalam pembinaan kesehatan reproduksi remaja, diantaranya
Puskesmas PKPR yang terintegrasi dengan program UKS, kampanye kesehatan
remaja di sekolah, jambore kesehatan remaja dengan pemilihan duta remaja sehat
serta edukasi dan konsultasi serta sosialisasi program kesehatan reproduksi remaja
melalui media sosial (web site), dengan alamat url : www.duniaremaja.jogjaprov.go.id

4. Pembinaan Kesehatan Lingkungan


Upaya kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan DIY juga meliputi
pembinaan kesehatan lingkungan. Pembinaan kesehatan lingkungan yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan DIY antara lain kualitas air minum memenuhi syarat, jamban
sehat, dan tempat-tempat umum memenuhi syarat serta Stop BABS.

63
Tabel 3.8
Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Air
Utama yang Digunakan Rumah Tangga untuk Minum, 2017

Sumber air utama yang dipakai rumah tangga paling banyak adalah Sumur
Terlindung (41 %) dan paling sedikit Sumur Tak Terlindung (4 %). Pada umumnya
penggunaan sumber air sumur terlindung ini digunakan di Kabupaten Sleman (52,37%)
oleh karena daerah Kabupaten Sleman daerah hulu dengan sumber air yang masih
relatif lebih baik dibanding daerah lainnya dan memungkinkan penggunaan air sumur
untuk sumber air utama rumah tangga. Kondisi tanah umumnya porous dan berpasir
dengan kedalaman sumber air yang dangkal. Untuk sumber air sumur tak terindung
paling banyak di Kabupaten Kulon Progo (10,70%).

Tabel 3.9
Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Penggunaan
Fasilitas Tempat Buang Air Besar, 2017

64
Rumah tangga di DIY umumnya menggunakan fasilitas buang air besar sendiri
sebanyak 80,55 % dan angka paling besar justru di Kabupaten Gunung Kidul (90,31),
lainnya dalam bentuk fasilitas bersama (16,30%) dan komunal (0,68%). Masih ada
beberapa rumah tangga yang belum mempunyai fasilitas tempat buang air besar
sebanyak 2,46 % khususnya di Kabupaten Kulon Progo (7,84%). Jamban adalah sarana
penting yang mampu mencegah berbagai macam penyakit menular dan mampu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sayangnya, kebutuhan penting ini belum
dimiliki oleh semua penduduk di DIY. Untuk data desa dengan Stop Buang Air Bersih
Sembarangan (Stop BABS) sampai dengan tahun 2017 sudah mencapai 100 % untuk
DIY.

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Dinkes DIY


Gambar 3.41. Grafik Tempat – Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan DIY 2017
Gambar di atas menunjukkan cakupan tempat-tempat umum yang memenuhi
syarat kesehatan di DIY meningkat dari 88,81% menjadi 92,97 % pada tahun 2017.
Kabupaten Bantul memiliki tingkat cakupan terendah tempat-tempat umum yang
memenuhi syarat kesehatan di DIY pada tahun 2017 (82,37%). Sedangkan 4
kabupaten/kota lainnya rata-rata capaian sudah lebih dari 92 %. Jumlah target sasaran
paling besar di Kabupaten Sleman sebanyak 1.908 dan terkecil pada Kota Yogyakarta
sebanyak 570. Perlu menjadi catatan adalah capaian di Kabupaten Bantul karena target
sasaran yang kecil tapi hasil capaian juga masih rendah (82,37%), sedangkan Kabupaten
sleman dengan jumlah sasaran paling besar bisa tercapai sebanyak 94,18 %.

65
5. Perilaku Hidup Sehat Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat
Pencegahan penyakit yang dilakukan dengan mengurangi atau menghilangkan
faktor risiko dapat dilakukan dengan penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat). Indikator-indikator yang terdapat di dalam PHBS antara lain persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI secara eksklusif, penimbangan balita,
penggunaan air bersih, cuci tangan, penggunaan jamban, pemberantasan jentik
nyamuk, konsumsi buah dan sayur, serta tidak merokok di dalam rumah.
DIY telah memiliki indikator untuk melakukan evaluasi terhadap penerapan
PHBS di tingkat rumah tangga. Hasilnya menunjukkan bahwa persentase rumah tangga
yang menerapkan PHBS pada tahun 2012 adalah 33,07%. Angka ini mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2011 (31,40%). Cakupan PHBS pada Tahun 2013
meningkat yaitu sebasar 36,27% dan tahun 2014 mencapai 37,74%, tahun 2015 mencapai
40,42%, tahun 2016 mencapai 40,20 % dan tahun 2017 mencapai 45,32 %.

Sumber : Seksi Promkes Dinkes DIY


Gambar 3.42. Grafik Prosentase Rumah Tangga berPHBS di DIY 2017
Rumah tangga ber PHBS tertinggi di Kota Yogyakarta (53,93%) dan terendah di
Gunung Kidul (27,85%) dan rata-rata di DIY sebesar 43,24%. Walaupun secara umum dari
tahun ke tahun capaian rumah tangga ber PHBS mengalami peningkatan, namun
belum optimal karena beberap indikator yang sulit dicapai seperti merokok.

66
Tabel 3.10
Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang Merokok Tembakau selama
Sebulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota dan Kebiasaan Merokok 2017

Untuk perilaku merokok penduduk 5 tahun ke atas yang setiap hari merokok
tercatat 16,94 % dan merokok tidak setiap hari sebesar 2,46 %. Sebagian besar sudah
tidak merokok dengan angka 80,55 %. Perilaku merokok setiap hari paling banyak di
Kabupaten Gunung Kidul (19,21%) dan terendah di Kota Yogyakarta (14,95%). Angka
perilkau merokok dan tidak merokok pada masing-masing kab/kota umumnya tidak
terdapat perbedaan angka yang mencolok, artinya angka tersebut secara umum
hampir sama pada setiap daerah baik untuk merokok maupun tidak merokok. Tidak
ada karakteristik khusus atau dominasi perbedaan angka yang besar antar daerah
terhadap perilaku merokok maupun tidak merokok.

67
Sumber : Seksi Promkes Dinkes DIY
Gambar 3.43. Grafik Jumlah Pos Yandu Menurut Strata di DIY 2017
Peningkatan peran serta masyarakat di DIY dilaksanakan dengan pembinaan
terhadap Posyandu yang tersebar di seluruh wilayah DIY. Posyandu di DIY sebanyak
5.718 terstrata dalam 4 tatanan, yaitu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Jumlah
posyandu yang masih strata pratama 286 posyandu (5,00%), Madya 922 (16,12%),
Purnama 1901 (33,25%) dan Mandiri 2609 (45,63%).

Peningkatan peran serta masyarakat di DIY dalam rangka pencegahan


penyakit tidak menular, maka dilaksanakan dengan pembinaan terhadap Posbindu
yang tersebar di seluruh wilayah DIY. Jumlah posbindu ditiap Kabupaten/Kota adalah
sebagai berikut :

Sumber : Seksi Promkes Dinkes DIY


Gambar 3.44. Capaian Posbindu di DIY

68
Jumlah Posbindu DIY mengalami peningkatan dibanding tahun 2016, dari 463
menjadi 498 pada tahun 2017. Dari 5 kab/kota yang ada di DIY, jumlah Posbindu
terbanyak di kabupaten Sleman (206) dan terendah jumlahnya di Kabupaten Gunung
Kidul (7). Masih terdapat perbedaan jumlah yang mencolok antar kab/kota di DIY.

6. Disabilitas di D.I Yogyakarta


Disabilitas merupakan suatu ketidakmampuan tubuh dalam melakukan suatu
aktifitas tertentu sebagimana orang normal pada umumnya yang disebabkan oleh
kondisi ketidakmampuan dalam hal fisiologis, psikologis dan kelainan struktur atau
fungsi anatomi. Sementara penyandang disabilitas adalah orang yang mempunyai
keterbatasan mental, fisik, intelektual maupun sensorik yang dialami dalam jangka
waktu lama.
Banyak factor yang menyebabkan terjadinya disabilitas di Indonesia, antara
lain tingkat kecelakaan lalu lintas yang tinggi, penyakit infeksi yang tinggi, malnutrisi
dan kurang vitamin, serta disabilitas akibat penyakit kronik dan penyakit degeneratif.
Selama kurun waktu tahun 2013 – 2015 jumlah penyandang disablitas di D.I
Yogyakarta cenderung turun yaitu tahun 2013 ada penyandang disabilitas sebanyak
28.196 orang, tahun 2014 sebanyak 26.947 dan 25.050 pada tahun 2015.
Tabel 3.11
Jumlah Penyandang Disabilitas DIY 2017

Sumber : Dinas Sosial DIY


ADK = Anak dengan Kedisabilitasan (<18 th)
PD = Penyandang Disablitas (>18 th)
Jika dilihat menurut jenis kecacatannya, dari total sebanyak 29.530 orang,
proporsi penyandang disabilitas terbesar adalah jenis cacat fisik (8.811), intelektual
(7.980), tidak diketahui jenis kecacatannya (4.857), sensorik (4.421), mental (1.742)
dan cacat ganda (1.719).

69
BAB IV SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

A. Tenaga Kesehatan
Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mendefinisikan
bahwa yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sedangkan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan,
maka tenaga kesehatan terbagi atas 7 (tujuh) jenis tenaga yaitu tenaga medis,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian
fisik dan tenaga keteknisian medis.
Ketersediaan tenaga di sarana kesehatan baik di puskesmas maupun rumah
sakit pada umumnya sudah baik. Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk
di DIY sudah mencukupi apabila dilihat dari ketersediaan tenaga kesehatan, akan
tetapi bila dilihat dari distribusi tenaga kesehatan di 5 Kabupaten/Kota di DIY masih
melum merata, terutama untuk Kabupaten Kulon Progo dan Gunung Kidul.

B. Distribusi dan Rekapitulasi SDM Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta


1. SDM Kesehatan Menurut Rumpun SDMK
Tabel 4.1
Jumlah SDM Kesehatan Berdasarkan Rumpunnya di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2017
RUMPUN SDMK JENIS KELAMIN
JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
01. MEDIS 1,829 2,278 4,107
02. PSIKOLOGI KLINIS 1 58 59
03. KEPERAWATAN 1,926 6,243 8,169
04. KEBIDANAN - 2,108 2,108
05. KEFARMASIAN 219 1,384 1,603
06. KESEHATAN MASYARAKAT 77 172 249
07. KESEHATAN LINGKUNGAN 126 131 257
08. GIZI 53 339 392
09. KETERAPIAN FISIK 106 173 279
10. KETEKNISIAN MEDIS 248 777 1,025
11. TEKNIK BIOMEDIKA 420 813 1,233
12. KESEHATAN TRADISIONAL - 23 23
13. ASISTEN TENAGA
284 1,338 1,622
KESEHATAN
14. TENAGA PENUNJANG 4,081 4,147 8,228
TOTAL 9,370 19,984 29,354
Sumber : Profil Nakes DIY 2017

70
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 29.354 SDM Kesehatan yang terdata
sebagian besar adalah perempuan sejumlah 68%, sedangkan jumlah SDM Kesehatan
berjenis kelamin laki – laki hanya 32 %. Sedangkan bila dilihat proporsinya
berdasarkan jenis rumpunnya maka terbesar adalah tenaga penunjang sebanyak
8.228 orang (28,03%) dan tenaga keperawatan sebanyak 8.169 orang (27,83%),
sedangkan yang paling sedikit terdata adalah tenaga psikologi klinis sebanyak 59
orang (0,20 %) dan tenaga kesehatan tradisional sebanyak 23 orang (0,08%).
Data di atas juga menunjukkan masih terdapat sejumlah 1,622 orang (5,53%)
tenaga kesehatan yang berpendidikan dibawah D3 yang apabila tidak meningkatkan
pendidikannya, maka mulai tahun 2020 akan berkedudukan sebagai asisten tenaga
kesehatan yang dalam menjalankan praktiknya akan disupervisi oleh tenaga
kesehatan yang sesuai.

Grafik 1. Jumlah SDM Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa


Yogyakarta Tahun 2017

SDM Kesehatan
12000
10593
10000
8468
8000

6000 4959

4000 2750
2584
2000

0
BANTUL GUNUNG KIDUL KOTA KULON PROGO SLEMAN
YOGYAKARTA

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.1. Grafik Jumlah SDM Per Kab/Kota 2018
Grafik di atas menunjukkan bahwa sebagian besar SDM Kesehatan di Daerah
Istimewa Yogyakarta bekerja di Kabupaten Sleman sebanyak 10.593 orang (36%) dan
Kota Yogyakarta sebanyak 8.468 orang (29%), sedangkan sisanya tersebar di tiga
kabupaten lainnya.
Grafik 2. Jumlah SDM Kesehatan Menurut Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan di DIY
Tahun 2017

71
u
m
b
e
r

P
r
o
f
i
l
Sumber : Profil Nakes 2017
Gambar 4.2. Grafik Jumlah SDM Per Kab/Kota 2018
Grafik di atas menunjukkan bahwa sebagian besar SDM Kesehatan di Daerah
Istimewa Yogyakarta bekerja di rumah sakit yaitu sebanyak 19.513 orang (67%)
disusul oleh puskesmas sebanyak 5.378 orang (18%), sedangkan sisanya tersebar di
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

1. SDM Kesehatan Menurut Jenjang Pendidikan

Tabel 4.2
Jumlah SDM Kesehatan Menurut Jenjang Pendidikannya di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2017
JENJANG PENDIDIKAN JENIS KELAMIN
JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
SD 133 73 206
SMP / Setara 472 271 743
SMA / Setara 2,460 3,035 5,495
D-1 79 362 441
D-2 2 - 2
D-3 2,487 9,703 12,190
D-4 159 427 586
S-1 1,360 2,683 4,043
Sp-1 1,060 814 1,874
Sp-2 8 4 12
Profesi 297 1,432 1,729
S-2 175 280 455
S-3 26 32 58
N/A (BELUM VALID) 652 868 1,520
TOTAL 9,370 19,984 29,354

72
Sumber : Profil Nakes DIY 2017
Dari tabel di atas terlihat bahwa SDM Kesehatan di DIY terbanyak
berpendidikan D3 dengan jumlah 12. 190 orang atau 41,53%, diikuti oleh yang
berpendidikan SMA/Setara sejumlah 5.495 orang atau 18,72% dan S1 sejumlah 4.043
orang atau 13,77%. Dari data tersebut terlihat juga bahwa untuk tenaga spesialis
secara jumlah sudah cukup besar yaitu 1.874 orang atau 6,38%, meskipun
kemungkinan terjadi duplikasi data karena kewenangan dokter spesialis untuk
berpraktik lebih dari 1 tempat.
Untuk SDM Kesehatan di puskesmas dari total 5.378 orang terbanyak
berpendidikan D3 yaitu sejumlah 2.244 orang 41,72%., disusul dengan yang
berpendidikan SMA/setara sebanyak 1.324 orang atau 24,62% dan berpendidikan S1
sejumlah 909 orang atau 16,90%. Terkait dengan puskesmas, ada data keberadaan
spesialis di puskesmas sejumlah 35 orang. Hal ini perlu diperhatikan karena fungsi
puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang tidan
mempunyai kewenangan dalam pelayanan spesialis, serta dalam JKN maka BPJS
tidak akan menanggung pembiayaan yang dilakukan oleh dokter spesialis di FKTP.
Diperlukan pencermatan lebih lanjut dan rencana penempatan spesialis sesuai
dengan kompetensi dan kewenangannya.
Untuk fasilitas kesehatan lainnya termasuk didalamnya klinik utama, klinik
pratama, praktik mandiri, apotek dan lain-lainnya jumlah tenaga yang ada adalah
3.783 dengan pendidikan terbanyak D3 yaitu sejumlah 1.064 orang atau 28,16%
disusul yang berpendidikan S1 sejumlah 758 orang atau 20,04% dan profesi sejumlah
662 orang atau 17,50%.
Hal lain yang patut dicermati adalah masih banyaknya data SDM Kesehatan
yang belum valid strata pendidikannya, yaitu sejumlah 1019 orang atau 5,22%.
Banyaknya SDM Kesehatan yang belum diketahui jenjang pendidikannya tersebut
dapat disebabkan beberapa hal, antara lain :
a. Belum terisinya kode pendidikan oleh fasilitas kesehatan pada waktu melakukan
input data.
b. Belum tersedianya kode pendidikan sesuai dengan pendidikan yang dimiliki oleh
SDM Kesehatan sehingga operator di fasilitas kesehatan tidak bisa melakukan
input data yang sesuai.
c. Kesalahan dalam melakukan input kode data sehingga tidak terbaca oleh aplikasi.

2. Rekapitulasi Tenaga Medis di Daerah Istimewa Yogyakarta

73
Tabel 4.3
Jumlah Tenaga Medis Berdasarkan Jenisnya di Daerah Istimewa Yogyakarta 2017
TENAGA MEDIS JENIS KELAMIN
JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN

01. Dokter 600 1,063 1,663

02. Dokter Gigi 117 370 487

03. Dokter Spesialis 1,053 743 1,796

04. Dokter Gigi Spesialis 59 102 161


TOTAL 1,829 2,278 4,107
Sumber : Profil Nakes DIY 2017
Berdasarkan tabel di atas terlihar bahwa untuk tenaga medis sejumlah 4.107
orang tenaga medis yang terdiri 1.829(44,5%) orang laki – laki dan 2.278 (55,5%)
orang perempuan dengan jumlah terbanyak adalah untuk tenaga dokter spesialis
sebanyak 1.796 (43,73%) orang disusul dengan tenaga dokter umum sebanyak 1.663
(40,43%) orang, dokter gigi sejumlah 487 (11,66%) orang dan terendah dokter gigi
spesialis sejumlah 161 (3,92%) orang. Namun demikian, jumlah tenaga medis tersebut
belum bisa mengggambarkan jumlah tenaga medis sesungguhnya. Hal tersebut
disebabkan antara lain :
a. Pendataan SDM Kesehatan ini dilakukan berbasis fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Belum semua fasilitas pelayanan kesehatan terdata dalam pendataan tahun ini.
c. Tenaga medis dapat bekerja pada tiga fasilitas pelayanan kesehatan sehingga
memungkinkan terjadiny duplikasi data dalam proses pendataan.
Adapun berdasarkan penyebaranya dapat terlihat sebagaimana grafik
dibawah ini :
Grafik 3. Proporsi Tenaga Medis Menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2017

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Grafik 4.3. Distribusi Nakes Per Kab/kota DIY 2017
Dari grafik di atas terlihat bahwa tenaga medis terbanyak ada di Kota
Yogyakarta sejumlah 1542 (38%) orang dan disusul Sleman sebanyak 1533 (37%)
orang, dan sisanya tersebar di tiga kabupaten lainnya. Dengan demikian untuk

74
tenaga medis 75% sendiri berada di dua kabupaten/kota, sedangkan sisanya tersebar
di tiga kabupaten lainnya.
Dari grafik di atas terlihat bahwa untuk tenaga medis sebagian besar bekerja
di rumah sakit yaitu sebanyak 2786 orang atau sebesar 67,84% , dengan rincian
untuk tenaga dokter spesialis sebanyak 1658 orang, disusul dokter umum sebanyak
806 orang, dokter gigi sebanyak 186 orang dan dokter gigi spesialis sebanyak 136
orang. Adapun untuk klinik dari sejumlah 628 orang atau 15,29% yang terdiri atas
408 orang dokter umum, 146 dokter gigi disusul oleh dokter spesialis sebanyak 53
orang dan dokter gigi spesialis sebanyak 21 orang. disusul oleh puskesmas sejumlah
508 orang atau 12,37% yang terdiri atas dokter umum sejumlah 352 orang, dokter
gigi sejumlah 151 orang, dokter spesialis sejumlah 1 orang dan dokter gigi spesialis
sejumlah 4 orang. Sedangkan tenaga medis di tempat lainnya tidak terlalu banyak
atau hanya sejumlah 4,51%.

3. Rekapitulasi Tenaga Keperawatan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tabel 4.4
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Jenisnya di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2017
JENIS KELAMIN
TENAGA KEPERAWATAN JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN

01. Perawat Kesehatan Masyarakat 1,865 5,927 7,792

02. Perawat Kesehatan Anak 1 57 58

03. Perawat Maternitas - 4 4

04. Perawat Medikal Bedah 44 176 220

05. Perawat Geriatri 1 1 2

06. Perawat Kesehatan Jiwa - 2 2

07. Perawat Komunitas 15 76 91


TOTAL 1,926 6,243 8,169
Sumber : Profil Nakes DIY 2017
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa untuk tenaga keperawatan dari
sejumlah 8.169 orang terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu 76,4% (6.243
orang) dan 23,6 % laki – laki. Adapun untuk jenisnya maka hamper semuanya
merupakan jenis perawat kesehatan masyarakat yaitu sejumlah 7.792 orang atau
95,38%, dan hanya 4,62% yang sudah memiliki spesialisasi dalam jenis keperawatan.
Adapun berdasarkan penyebarannya dapat terlihat pada grafik dibawah ini :

75
Sumber : Profil Nakes DIY 2017
Grafik 4.5. Grafik Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Jenisnya di Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa sejumlah 3.190 orang perawat
(39,05%) bekerja di Kabupaten Sleman, disusul 2.390 orang perawat (29,26%) bekerja
di Kota Yogyakarta, dengan jumlah tenaga keperawatan paling sedikit berada di
Kabupaten Kulonprogo yaitu sejumlah 611 orang (7,48%).
Secara rinci untuk berbagai jenis keperawatan, jenis yang terbanyak adalah
perawat kesehatan masyarakat yaitu sejumlah 7792 orang atau 95,39% sendiri.
Untuk jenis ini yang paling banyak bekerja di rumah sakit yaitu sejumlah 6.284 orang
atau 80,65% disusul yang bekerja di puskesmas sejumlah 839 orang atau 10,77% dan
di klinik sejumlah 572 orang atau 7,34% dan sisanya bekerja di apotik dan fasilitas
kesehatan lainnya. Dari data tersebut diketahui ternyata seluruh perawat yang
bekerja di apotik adalah perawat kesehatan masyarakat yaitu sebanyak 53 orang.
Untuk perawat kesehatan anak yang tercatat sejumlah 58 orang hanya
bekerja pada dua jenis fasilitas kesehatan yaitu di rumah sakit sejumlah 57 orang dan
di puskesmas sejumlah 1 orang. Untuk perawat maternitas jumlahnya hanya 4 orang
dan seluruhnya bekerja di rumah sakit. Untuk perawat medikal bedah di DIY sudah
jumlahnya sudah cukup besar yaitu 220 orang dan terdata bekerja di dua jenis
fasilitas kesehatan yaitu di rumah sakit sebanyak 218 orang dan hanya 2 orang yang
bekerja di puskesmas. Untuk perawat geriatric dan perawat kesehatan jiwa baru
terdata masing – masing sejumlah 2 orang dan masing – masing terbagi 1 orang di
puskesmas dan 1 orang bekerja di rumah sakit. Data ini tentu masih jauh dari valid
terutama untuk data perawat kesehatan jiwa yang jumlahnya hanya 2 orang padahal
ada rumah sakit khusus jiwa kelas A di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Untuk jenis tenaga keperawatan terakhir yang terdata adalah perawat
komunitas dengan jumlah total 91 orang. Perawat komunitas juga terdata hanya ada

76
di dua fasilitas kesehatan yaitu rumah sakit sebanyak 67 orang dan puskesmas
sebanyak 24 orang. Hal yang perlu dicermati adalah jumlah perawat komunitas di
rumah sakit justru lebih banyak dibandingkan dengan jumlahnya di puskesmas
dengan perbandingan 73,63% di rumah sakit dan hanya 26,37% yang bekerja di
puskesmas padahal secara ketugasan yang terkait dengan komunitas justru
seharusnya lebih banyak di puskesmas dibandingkan dengan di rumah sakit.

4. Rekapitulasi Tenaga Psikologi Klinis di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tabel 4.5
Jumlah Tenaga Psikologi Klinis Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017
KOTA
KULON PROGO SLEMAN Grand Total
Jenis Tenaga YOGYAKARTA
L P Total L P Total L P Total L P Total
Psikologi Klinis 1 19 20 1 1 38 38 1 58 59
Grand Total 1 19 20 0 1 1 0 38 38 1 58 59
Sumber : Profil Nakes DIY 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk tenaga psikologi


klinis baru ada pada 3 kabupaten/kota, yaitu terbanyak di Kabupaten Sleman
sejumlah 38 orang atau 64,41% , disusul oleh Kota Yogyakarta sejumlah 20 orang
atau 33,90%. Dengan demikian, untuk Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta
tenaga psikologi klinis telah ada pada seluruh puskesmas di kedua wilayah tersebut.
Sedangkan untuk Kabupaten Bantul dan Gunungkidul belum terdata dan belum ada
kerjasama dalam pengadaan tenaga psikologi klinis untuk masing – masing
puskesmas di kedua wilayah tersebut.
Dari data tersebut juga terlihat bahwa proporsi untuk tenaga psikologi klinis
sebagian besar adalah perempuan sejumlah 58 orang atau 98,31% dan sisanya laki –
laki.
Tabel 4.6
Jumlah Tenaga Psikologi Klinis Per Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2017
Puskesmas Rumah Sakit TOTAL
Psikologi Klinis Sub Sub
L P L P L P Sub Total
Total Total
Psikologi Klinis 1 39 40 19 19 1 58 59
Total 1 39 40 0 19 19 1 58 59
Sumber : Profil Nakes DIY 2017
Dari data tersebut juga terlihat bahwa untuk tenaga psikologi klinis hanya
terdapat di dua jenis fasilitas kesehatan yaitu di rumah sakit sebanyak 19 orang dan
di puskesmas sebanyak 40 orang.data in tentu sangat menarik karena jumlah
tenaga psikologi klinis sudah cukup banyak di fasilitas kesehatan tingkat pertama,
namun demikian jumlahnya masih belum mencukupi dibandingkan dengan jumlah

77
FKTP yang ada yaitu sejumlah 121 puskesmas, apalagi apabila dibandingkan dengan
rasio penduduk yang harus dilayani. Untuk FKTP masih terdapat kekurangan
minimal sejumlah 81 orang untuk memenuhi minimal 1 orang tenaga psikologi
klinis/puskesmas.

5. Rekapitulasi Tenaga Kefarmasian di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tabel 4.7
Jumlah Tenaga Kefarmasian Berdasarkan Jenisnya di DIY Tahun 2017
NO TENAGA FARMASI JENIS KELAMIN
JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Apoteker
1 136 903 1,039
Ahli Madya Farmasi (Asisten Apoteker)
2 62 388 450
Sarjana, Magister Farmasi (Non Apoteker) 21
3 9 30
Analis Farmasi 72
4 12 84
TOTAL 219 1,384 1,603
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa untuk tenaga kefarmasian dari
sejumlah 1.603 orang orang terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu 86,34%
(1.384 orang) dan 13,66 % sisanya berjenis kelamin laki – laki. Adapun untuk jenisnya
sebagian besar sudah berprofesi apoteker yaitu sejumlah 1.039 orang atau sebesar
64,82%. Dan sisanya terbagi atas ahli madya farmasi, sarjana farmasi dan analis
farmasi.

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.6. Proporsi Penyebaran Tenaga Kefarmasian Per Kabupaten Kota di
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

Dari grafik di atas terlihat bahwa sebagian besar tenaga kefarmasian bekerja
di Kota Yogyakarta yaitu sebesar 43,79% atau sejumlah 702 orang, disusul oleh
Kabupaten Sleman sejumlah 24,52% atau sejumlah 393 orang. Adapun proporsi
terkecil untuk tenaga kefarmasian di Kabupaten Gunungkidul yaitu sebesar 4,93%

78
atau 79 orang saja, beserta Kabupaten Kulonprogo sebesar 9.67% atau sejumlah 155
orang. Secara terinci untuk persebaran jenis tenaga kefarmasian Di Daerah Istimewa
Yogyakara dapat digambarkan dalam diagram dibawah :

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.7. Jumlah Tenaga Kefarmasian per Jenjang Profesi Per Kabupaten Kota di
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

Dari grafik diatas terlihat bahwa baik untuk tenaga apoteker maupun tenaga
teknis kefarmasian terbanyak di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, dan yang
paling sedikit di Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Kulonprogo. Grafik diatas
juga menunjukkan bahwa di kabupaten kota proporsi tenaga apoteker sudah lebih
banyak dari tenaga teknis kefarmasian, kecuali untuk Kabupaten Gunungkidul yang
tenaga Teknis Kefarmasiannya masih lebih banyak dari apotekernya.

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.8. Grafik Proporsi Tenaga Kefarmasian Menurut Jenis Fasiltas Kesehatan
di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017
Dari grafik di atas terlihat bahwa tenaga kefarmasian proporsi terbesar
bekerja di rumah sakit yaitu 41%, disusul apotek sebesar 37%. Sedangkan proporsi
terkecil bekerja di faskes lainnya yaitu hanya 3 %. Faskes lainnya ini terdiri antara lain
atas dinas kesehatan, UKOT, toko obat dan lain sebagainya. Secara terperinci

79
penyebaran tenaga kefamasian sesuai dengan jenis fasilitas tempat kerjanya dapat
dilihat pada diagram dibawah ini

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.9. Grafik Distribusi Tenaga Kefarmasian DIY 2017
Dari diagram di atas terlihat bahwa untuk tenaga apoteker paling banyak
bekerja di apotek yaitu sejumlah 500 orang dan disusul bekerja di rumah sakit
sejumlah 308 orang dan paling sedikit bekerja di fasilitas lainnya yaitu sejumlah 35
orang. Sedangkan untuk tenaga teknis kefarmasian paling banyak bekerja di rumah
sakit yaitu sejumlah 350 orang dan disusul puskesmas dan apotek dengan jumlah
hamper sama yaitu 90 dan 86 orang. Apabila ditinjau lebih lanjut maka dapat
diketahui bahwa belum semua puskesmas di wilayah DIY telah mempekerjakan
apoteker pada puskesmasnya, karena dari 121 puskesmas baru ada 79 apoteker yang
bekerja di puskesmas., sehingga masih terdapat kekurangan sejumlah 42 apoteker.
Adapun apabila mempergunakan tenaga teknis kefarmasian di puskesmas juga
masih terdapat kekurangan sejumlah 31 orang tenaga teknis kefarmasian.

6. Rekapitulasi Tenaga Kebidanan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tabel 4.8
Jumlah Tenaga Kefarmasian Berdasarkan Jenisnya di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2017
Gunung Kota Kulon
Nakes Bantul Sleman Total
kidul Yogyakarta progo
Bidan 430 319 390 284 647 2070
Bidan
Pendidik 16 10 1 11 38
Grand Total 446 329 390 285 658 2108
Sumber : Profil Nakes DIY 2017

80
Untuk tenaga bidan semuanya adalah wanita sesuai dengan definisi bidan.
Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar bidan yang ada merupakan bidan
dengan pendidikan D3 atau bidan umum (98,2%) dan hanya 1,8% yang sudah menjadi
bidan pendidik. Sedangkan sebarannya untuk tenaga bidan hampir merata pada
masing – masing kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini sebagamaimana
tergambar pada grafik dibawah ini :

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.9. Grafik Persentase Tanaga Kebidanan DIY 2017
Grafik di atas menunjukkan bahwa prosentesa bidan pada masing - masing
kabupaten/kota hampir merata, meskipun tenaga bidan terbanyak tetap di
Kabupaten Sleman yaitu 31,21%, disusul Kabupaten Bantul sebesar 21,16 %, dengan
tenaga bidan terendah terdapat di Kabupaten Kulonprogo, yaitu hanya sebesar
13,52%.

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.10. Grafik Jumlah Tenaga Kebidanan Per Faskes DIY Tahun 2017

81
Tenaga bidan sesuai dengan grafik di atas sebagian besar bekerja di rumah
sakit dan puskesmas, yaitu untuk rumah sakit sejumlah 952 orang (45,16%) dan
puskesmas sejumlah 912 orang (43,26%). Dari data di atas ada hal yang tidak sesuai,
yaitu adanya bidan di apotek sejumlah 9 orang. Hal ini sesuai dengan kompetensi
dan kewenangan bidan seharusnya tidak bekerja di apotek.

7. Rekapitulasi Tenaga Kesehatan Lingkungan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tabel 4.9
Jumlah Tenaga Kesehatan Lingkungan Berdasarkan Jenisnya di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2017
TENAGA KESEHATAN JENIS KELAMIN
LINGKUNGAN JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN

01. Sanitasi Lingkungan 124 131 255

02. Entomolog Kesehatan 2 - 2

03. Mikrobiolog Kesehatan - - -

TOTAL 126 131 257


Sumber : Profil Nakes DIY 2017
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa untuk tenaga kesehatan lingkungan
dari sejumlah 257 orang proporsi antara tenaga sanitasi lingkungan berimbang
antara laki – laki dengan perempuan. Adapun untuk jenisnya sebagian besar adalah
tenaga sanitasi lingkungan yaitu sejumlah 255 orang atau sebesar 99,22%, dan hanya
2 orang atau 0,78% tenaga entomology kesehatan, dan tidak ada tenaga
mikrobiolog di Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk sebarannya di wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.11. Grafik Proporsi Tenaga Sanitasi Lingkungan Per Kabupaten/Kota di
Daerah Istmiewa Yogyakarta Tahun 2017

82
Dari grafik terlihat bahwa untuk tenaga sanitasi lingkungan terbanyak ada di
Kabupaten Sleman yaitu sebesar 32,30% atau sejumlah 83 orang, disusul di
Kabupaten Bantul sebesar 23,35 % atau sejumlah 60 orang. Sedangkan untuk
proporsi terkecil besarnya sama antara Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten
Kulonprogo yaitu sebesar 12,84% atau sejumlah 33 orang.

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.12 Grafik Jumlah Tenaga Sanitasi Lingkungan Berdasarkan Tempat
Kerjanya di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

Dari grafik terlihat bahwa untuk tenaga sanitasi lingkungan terbanyak


bekerja di puskesmas yaitu sejumlah 124 orang atau 48,25%, disusul yang bekerja di
rumah sakit sejumlah 118 orang atau 45,91%. Sedangkan sisanya tersebar pada klinik
apotek dan fasilitas keseatan lainnya yaitu sejumlah 15 orang.

8. Rekapitulasi Tenaga Kesehatan Masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tabel 4.10
Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Jenisnya di DIY 2017
TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT JENIS KELAMIN
JUMLAH
LAKI-LAKI WANITA

01. Kesehatan Masyarakat (Lainnya) 17 49 66

02. Epidemiolog Kesehatan 28 33 61

03. Promosi Kesehatan 23 63 86

04. Ilmu Perilaku - - -

05. Kesehatan Kerja 1 1 2

06. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan 4 24 28

07. Biostatistik dan Kependudukan - - -

08. Reproduksi dan Keluarga - 1 1

09. Informatika Kesehatan 4 1 5


TOTAL 77 172 249
Sumber : Profil Nakes DIY 2017

83
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa untuk tenaga kesehatan masyarakat
sejumlah 249 orang proporsi antara tenaga kesehatan masyarakat lebih besar
perempuan dibandingkan laki – laki dengan perbandingan 69,07 : 30,93.
Berdasarkan jenisnya untuk tenaga kesehatan masyarakat proporsinya dapat dilihat
pada grafik dibawah ini :

Sumber : Profil Nakes DIY 2017

Gambar 4.13 Grafik Proporsi Tenaga Kesehatan Masyarakat Per Jenis


Kompetensinya di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

Grafik diatas menunjukkan bahwa untuk tenaga kesehatan masyarakat


proporsi terbesar adalah tenaga promosi kesehatan yaitu sebesar 34,54% atau
sejumlah 86 orang dan disusul oleh tenaga kesehatan masyarakat lainnya atau
general sebesar 26,51 % atau sejumlah 66 orang, serta tenaga epidemiolog
kesehatanserta administrasi dan kebijakan kesehatan. Untuk tenaga kesehatan
masyarakat lainnya proporsinya sangat kecil bahkan tenaga kesehatan masyakarat
dengan kompetensi ilmu perilaku serta biostatistka dan kependudukan tidak
terdapat datanya.

84
Sumber : Profil Nakes DIY 2017
Gambar 4.14 Grafik Persebaran Jenis Tenaga Kesehatan Masyarakat Per Kabupaten
Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

Dari grafik di atas terlihat bahwa tenaga kesehatan masyarakat terbanyak


bekerja di Kota Yogyakarta yaitu sejumlah 89 orang atau 35,74% dan disusul dengan
yang bekerja di Kabupaten Sleman sejumlah 64 orangatau 25,70%, sedangkan di tiga
kabupaten lainnya jumlah tenaga kesehatan masyakarat yang bekerja hampir saja
jumlahnya. Antara 28 – 36 orang. Adapun berdasarkan jenis kompetensinya untuk
tenaga kesehatan masyarakat lainnya mendominasi di Kota Yogyakarta, tenaga
promosi kesehatan mendominasi empat Kabupaten yaitu Bantul, Gunungkidul,
Kulonprogo dan Sleman.
Adapun apabila dilihat berdasarkan tempat kerjanya, maka persebarannya
dapat terlihat pada grafik dibawah ini :

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.15 Grafik Proporsi Tenaga Kesehatan Masyakarat Menurut Jenis Fasilitas
Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017
Dari grafik di atas terlihat bahwa tenaga kesehatan masyarakat bekerja
sebagian besar bekerja di puskesmas yaitu ada sebesar 59,44 % disusul yang bekerja
di fasilitas kesehatan lainnya yaitu sebesar 26,10 % termasuk didalamnya adalah di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi, serta rumah sakit sebesar 13,25%.

85
Sedangkan untuk di Apotik tidak terdapat teaga kesehatan masyarakat, karena
apotik merupakan sarana kefarmasian dan penugasan untuk terkait promotif dan
preventif melekat pada tugas apoteker penanggungjawab apotek.

Puskesmas Rumah Sakit Klinik Faskes Lainnya


73

34 38
19 20 20
11 8
2 30 5 6 5
0 1001 1 1 1000 000

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.16 Grafik Persebaran Jenis Tenaga Kesehatan Masyarakat Per Jenis
Fasilitas Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

Dari grafik di atas terlihat bahwa untuk tenaga kesehatan masyarakat


lainnya, tenaga epidemiolog kesehatan dan tenaga promosi kesehatan paling
banyak bekerja di puskesmas, sedangkan untuk tenaga administrasi dan kebijakan
kesehatan serta tenaga informatika kesehatan paling banyak bekerja di fasilitas
kesehatan lainnya termasuk didalamnya dinas kesehatan. Dari data tersebut terlihat
bahwa masih terdapat kekurangan tenaga promosi kesehatan di puskesmas sesuai
dengan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
yang mensyaratkan keberadaan minimal 1 orang tenaga promosi kesehatan pada
setiap puskesmas, sedangkan dari data di atas baru terdapat 70 orang tenaga
promosi kesehatan untuk 121 puskesmas di Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga
masih terdapat kekurangan minimal sejumlah 51 orang tenaga promosi kesehatan.

9. Rekapitulasi Tenaga Gizi di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tabel 4.11
Jumlah Tenaga Gizi Masyarakat Berdasarkan Jenisnya di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2017
TOTAL
08. Gizi
L P Total
01. Nutrisionis 52 321 373
02. Dietisien 1 18 19
Grand Total 53 339 392
Sumber : Profil Nakes DIY 2017

86
Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk tenaga gizi dari total sejumlah 392
orang proporsi tenaga gizi perempuan lebih besar dibandingkan tenaga gizi laki laki
dengan perbandingan 86,48% : 13,52% dan jumlah nutrisionis lebih besar
dibandingkan tenaga dietisien dengan perbandingan 95,15% : 4,85%.

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.17 Grafik Jumlah Tenaga Gizi Menurut Kabupaten/Kota di Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

Dari grafik di atas terlihat bahwa tenaga gizi terbanyak bekerja di Kabupaten
Sleman yaitu sebesar 36,73% dengan jumlah 136 tenaga nutrisionis dan 8 tenaga
dietisien, disusul dengan Kota Yogyakarta sebesar 23,21 % dengan 86 nutrisionis dan
5 dietisien. Untuk tenaga nutrisionis terendah di Kabupaten Kulonprogo dengan 35
orang nutrisionis dan tenaga dietisien terendah di Kabupaten Gunungkidul yang
belum memiliki tenaga dietisien.

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.18 Grafik Proporsi Tenaga Gizi Per Menurut Fasilitas Kesehatan di Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

87
Dari diagram di atas tergambarkan bahwa untuk tenaga gizi paling banyak
bekerja di rumah sakit yaitu sebesar 54,85 % atau sejumlah 215 orang disusul dengan
yang bekerja di puskesmas sebesar 40,31 % atau sejumlah 158 orang, dan sisanya
tersebar pada klink dan fasilitas kesehatan lainnya.

10. Rekapitulasi Tenaga Keterapian Fisik di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tabel 4.12
Tenaga Keterapian Fisik Berdasarkan Jenisnya di Daerah Istimewa Yogyakarta 2017
TENAGA KETERAPIAN FISIK JENIS KELAMIN
JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN

01. Fisioterapis 84 142 226

02. Okupasi Terapisu 7 13 20

03. Terapis Wicara 13 15 28

04. Akupunktur 2 3 5
TOTAL 106 173 279
Sumber : Profil Nakes DIY 2017
Dari tabel tersebut tergambarkan untuk rumpun keterapian fisik proporsinya
lebih banyak perempuan dibandingkan laki – laki pada semua jenis tenaga
kesehatan pada rumpun keterapian fisik dengan perbandingan laki – laki dengan
perempuan yaitu 37,99% : 62,01%., dengan jumlah terbanyak pada rumpun ini adalah
tenaga fisioterapis. Dari tabel di atas terlihat keberadaan tenaga kesehatan
akupunktur di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai seorang tenaga kesehatan.

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.19 Grafik Proporsi Tenaga Keterapian Fisik per Fasilitas Pelayanan
Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

88
Dari tabel di grafik di atas terlihat bahwa untuk tenaga keterapian fisik
sebagian besar bekerja di rumah sakit dengan proporsi 83,15% atau sejumlah 232
orang disusul di puskesmas dengan proporsi 12,90% atau sejumlah 36 orang, adapun
sisanya ada di klinik dan fasilitas keehatan lainnya dan untuk di apotek tidak ada
tenaga keterapaian fisik yang bekerja didalamnya.
Secara terinci untuk tenaga fisioterapis terbanyak bekerja di rumah sakit
dengan jumlah 181 orang, disusul yang bekerja di puskesmas sejumlah 36 orang dan
klinik 9 orang. Untuk okupasi terapis dari 20 orang terdapat 19 orang bekerja di
rumah sakit dan 1 orang bekerja di fasilitas kesehatan lainnya. Untuk tenaga terapis
wicara sama dengan tenaga okupasi terapis, dari 28 orang sejumlah 27 orang
bekerja di rumah sakit dan hanya 1 orang yang bekerja di fasilitas pelayanan
kesehatan lainnnya. Adapun untuk tenaga akupunktur dari sejumlah 5 orang
seluruhnya bekerja di rumah sakit.

11. Rekapitulasi Tenaga Keteknisian Medis di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tabel 4.13
Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Berdasarkan Jenisnya di DIY Tahun 2017
TENAGA KETEKNISIAN MEDIS JENIS KELAMIN
JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
462
01. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan 157 619
-
02. Teknisi Kardiovaskular - -
30
03. Teknisi Pelayanan Darah 11 41
30
04. Refraksionis Optisien/Optometris 26 56
42
05. Teknisi Gigi 11 53
12
06. Penata Anestesi 13 25
201
07. Terapis Gigi dan Mulut 30 231
-
08. Audiologis - -
TOTAL 777
248 1,025
Sumber : Profil Nakes DIY 2017
Tenaga keteknisian medis di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2017
berjumlah 1.025 orang dengan proporsi 75,8% perempuan dan 24,2% laki – laki. Dari
data di atas terlihat bahwa di DIY belum terdapat tenaga teknisi kardiovaskuler dan
tenaga audiologis. Adapun berdasarkan jenisnya maka yang paling banyak adalah
tenaga perekam medis dan informasi kesehatan dengan jumlah 619 orang atau
60,39%, disusul dengan tenaga terapis gigi dan mulut dengan jumlah 231 orang atau
22,54% dan sisanya terbagi untuk 4 jenis tenaga kesehatan yang masuk dalam
rumpun keteknisian medis.

89
Adapun jumlah tenaga keteknisian medis per kabupaten secara jumlah dapat
digambarkan sebagaimana diagram dibawah ini :

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.20 Grafik Proporsi Tenaga Keteknisian Medis Menurut Kabupaten/Kota di
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

Dari grafik di atas terlihat bahwa sebagian besar tenaga keteknisian medis
bekerja di Kabupaten Sleman dengan proporsi 36,007%, disusul oleh Kota
Yogyakarta dengan proporsi 33,07%., dan berturut – turut Kabupaten Bantul,
Kabupaten Kulonprogo kemudian Kabupaten Gunungkidul. Adapun secara terinci
gambaran persebaran tenaga dapat digabarkan sebagaimana grafik dibawah ini :

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.21 Grafik Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Menurut Kabupaten Kota di
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

90
Dari grafik di atas terlihat bahwa untuk tenaga perekam medis dan informasi
kesehatan paling banyak bekerja di Kabupaten Sleman dengan jumlah 268 orang
dan paling sedikit bekerja di Kabupaten Gunungkidul sebanyak 32 orang. Untuk
tenaga teknisi pelayanan darah paling banyak bekerja di Kabupaten Sleman
sejumlah 26 orang dan paling sedikit di Kabupaten Kulonprogo belum terdata untuk
tenaga teknisi pelayanan darah. Untuk tenaga refraksionis optisien paling banyak
bekerja di Kota Yogyakarta yaitu sejumlah 51 orang , sedangkan yang belum terdata
di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Untuk tenaga teknisi gigi paling
banyak bekerja di Kabupaten Bantul dengan jumlah 23 orang dan Kabupaten Sleman
dengan jumlah 17 orang, sedangkan yang paling sedikitd di Kabupaten Kulonprogo
dan Kota Yogyakarta dengan jumlah masing masing 2 dan 3 orang banyaknya
tenaga teknisi gigi bisa disebabkan masih adaya kekeliruan antara tenaga teknisi gigi
dengan tenaga terapis gigi dan mulut. Untuk tenaga penata anastesi dari sejumlah
25 orang tenaga yang terdaftar paling banyak bekerja di Kota Yogyakarta dengan
jumlah 9 orang dan paling sedikit di Kabupaten Gunungkidul yang belum terdata
keberadaan tenaga penata anastesi di Kabupaten tersebut. Jenis tenaga kesehatan
terakhir yang masuk dalam rumpun keteknisian medis yang tercatat datanya adalah
tenaga terapis gigi dan mulut dengan jumlah total ada 231 orang dengan jumlah
terbanyak bekerja di Kota Yogyakarta yaitu sejumlah 109 orang dan paling sedikit
bekerja di Kabupaten Gunungkidul yaitu sejumlah 14 orang, dan sisanya tersebar
hampir merata di ketiga kabupaten lainnya.

Sumber : Profil Nakes DIY 2017

Gambar 4.22 Grafik Proporsi Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Per Jenis Fasilitas
Pelayanan Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

91
Dari grafik di atas terlihat bahwa sebagian besar tenaga keteknisian medis
bekerja di rumah sakit yaitu sebesar 62,44 % atau 640 orang, disusul di puskesmas
dengan proporsi sebesar 25,46 % atau 261 orang dan sisanya bekerja di klinik dan
fasilitas kesehatan lainnya. Adapun untuk di apotek tidak ada tenaga keteknisian
medis yang bekerja di apotek. Secara detail penyebaran masing – masing jenis
tenaga kesehatan dalam rumpun keteknisian medis yang didasarkan pada tempat
kerjanya dapat dilihat pada grafik berikut :

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.23 Grafik Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Per Jenis Fasilitas Pelayanan
Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

Dari grafik diatas terlihat bahwa untuk tenaga keteknisian medis tidak ada
satupun yang bekerja di apotek. Adapun dari total 619 orang tenaga perekam medis
dan informasi kesehatan yang terbanyak bekerja di rumah sakit yaitu sebanyak 500
orang dan sebanyak 111 bekerja di puskesmas, sedangkan sisanya terdapat di klinik
dan fasilitas kesehatan lainnya. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa belum
semua puskesmas memiliki tenaga perekam medis dan informasi kesehatan, karena
dari total puskesmas sebanyak 121 puskesmas hanya terdapat 111 orang tenaga
perekam medis dan informasi kesehatan, sehingga apabila diasumsikan 1 orang per
puskesmas masih terdapat kekurangan sejumlah 20 orang tenaga perekam medis
dan informasi kesehatan. Untuk tenaga teknisi pelayanan darah dari 41 orang yang
terdata seluruhnya bekerja di rumah sakit, hal ini sesuai dengan keberadaan unit
transfusi darah pada rumah sakit. Untuk tenaga refraksionis optisien/optometris
terbanyak bekerja di fasilitas kesehatan lainnya, terkhusus didalamnya adalah toko
optik yaitu sejumlah 52 orang dari total 56 orang tenaga refraksionis optisien.

92
Sedangkan sisanya sejumlah 4 orang terbagi atas 3 orang di rumah sakit dan 1 orang
di klinik, sedangkan di puskesmas dan apotek tidak terdata keberadaan tenaga
refraksionis optisien. Untuk tenaga teknisi gigi dari sejumlah 63 orang sebagian
besar bekerja di puskesmas yaitu sebanyak 45 orang dan sisanya bekerja di rumah
sakit 7 orang dan 1 orang di klinik. Keberadaan 45 orang teknisi gigi di puskesmas
perlu diperjelas, kemungkinan data yang ada adalah tenaga perawat gigi/terapis gigi
dan mulut yang terdata sebagai tenaga teknisi gigi. Selanjutnya untuk tenaga
penata anastesi dari sejumlah 25 orang terdapat 23 orang yang bekerja di rumah
sakit dan 2 orang bekerja di klinik. Keberadaan tenaga penata anastesi di klinik harus
ditelusuri lebih lanjut, hal ini disebabkan sesuai dengan kompetensinya maka di
klinik tidak boleh dilakukan tindakan operasi yang membutuhkan tenaga penata
anastesi dalam pelaksanaannya. Yang terakhir, tenaga terapis gigi dan
mulut/perawat gigi dari total 231 orang hanya tersebar pada tiga jenis faskes yaitu
sebanyak 105 orang di puskesmas, 66 orang di rumah sakit dan, 60 orang bekerja di
klinik.

12. Rekapitulasi Tenaga Teknis Biomedis di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tabel 4.14
Jumlah Tenaga Teknis Biomedis Berdasarkan Jenisnya di DIY Tahun 2017
JENIS KELAMIN
TENAGA TEKNIS BIOMEDIS JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
01. Radiografer 181 171 352
02. Elektromedis 50 14 64
03. Ahli Teknologi Laboratorium Medik 172 618 790
04. Fisikawan Medik 6 2 8
05. Radioterapis 7 7 14
06. Ortotik Prostetik 4 1 5
TOTAL 420 813 1,233

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Tenaga teknis biomedis di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2017
berjumlah 1.233 orang dengan proporsi berdasarkan jenis kelamin 65,9% perempuan
berbanding 34,1 % laki – laki. Adapun berdasarkan jenisya maka yang paling banyak
adalah tenaga ahli teknologi laboratorium medis (ATLM)/analis kesehatan dengan
jumlah 790 orang atau sebesar 64,07 %, disusul tenaga radiografer sebanyak 352
orang atau 28,55 % dan tenaga lainnya masih sedikit jumlahnya untuk masing –
masing jenis tenaga dalam rumpun tenaga teknis biomedis.
Adapun apabila dikaitkan dengan tempat kerjanya maka proporsinya secara
keseluruhan dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

93
Sumber : Profil Nakes DIY 2017
Gambar 4.24 Grafik Proporsi Jumlah Tenaga Teknis Biomedis Per Jenis Fasilitas
Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar atau sejumlah 69,67%
tenaga Teknis Biomedis bekerja di rumah sakit dan sisanya jumlahnya hampir sama
antara di puskesmas dan di faskes lainnya. Adapum di apotik jumlah tenaga teknis
biomedis yang bekerja didalamnya hanya sedikit yaitu 0,08 % dari seluruh tenaga
teknis biomedis di DIY.
Secara detail penyebaran tenaga teknis biomedis pada fasilitas kesehatan di
DIY untuk masing – masing jenisnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Selanjutnya untuk tenaga elektromedis terbanyak bekerja di rumah sakit
yaitu sebanyak 60 orang dari total 64 orang tenaga elektromedis yang terdata.
Adapun di faskes lainnya keberadaan tenaga elektromedis masih sangat jarang.
Jumlah tersebut masih sangat kurang apabila dibandingkan dengan jumlah fasilitas
pelayanan kesehatan yang memerlukan tenaga elektromedis dalam upaya
pemeliharaan alat – alat kesehatannya.
Untuk tenaga ahli teknologi laboratorium medik dari total 790 orang
terbanyak bekerja di rumah sakit yaitu sejumlah 464 orang disusul di puskesmas
sejumlah 152 orang dan 133 orang di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Secara
jumlah, keberadaan tenaga ATLM di puskesmas sudah mencukupi sesuai dengan
Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 dengan jumlah 151 orang untuk 121 puskesmas,
namun secara persebarannya belum merata sehingga masih ada puskesmas yang
belum mempunyai tenaga ATLM namun ada puskesmas yang lainnya jumlah telah
melebihi.
Untuk tenaga fisikawan medik dengan jumlah 8 orang, tenaga radioterapis
dengan jumlah 14 orang dan tenaga ortotik prostetik dengan jumlah 5 orang

94
seluruhnya bekerja di rumah sakit dan tidak ada yang bekerja di fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Sebagian besar ketiga jenis tenaga kesehatan tersebut bekerja di
Kabupaten Sleman.

13. Rekapitulasi Tenaga Kesehatan Tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta

Untuk tenaga kesehatan tradisional yang terdata baru berjumlah 23 orang


dengan seluruhnya berjenis kelamin perempuan dan bekerja di Kabupaten Sleman.
Disampin itu, data yang ada menunjukkan seluruhnya bekerja di klinik yang ada di
Kabupaten Sleman.

14. Rekapitulasi Asisten Tenaga Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Asisten Tenaga Kesehatan sesuai dengan Undang – Undang Nomor 36 Tahun


2014 tentang Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga.
Tabel 4.15
Jumlah Asisten Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenisnya di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2017
ASISTEN NAKES JENIS KELAMIN
JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
01. Keperawatan 111 412 523
02. Kebidanan 1 76 77
79 593
03. Kefarmasian 672
04. Teknik Biomedika 33 91 124
05. Kesehatan Lingkungan 15 9 24
06. Gizi 36 121 157
07. Keteknisian Medis 9 36 45
TOTAL 284 1,338 1,622
Sumber : Profil Nakes DIY 2017
Asisten tenaga kesehatan yang terdata di Daerah Istimewa Yogyakarta pada
tahun 2017 berjumlah 1.622 orang dengan perbandingan laki – laki dan perempuan.
17,5% laki – laki : 82,5% perempuan. Adapun secara detail untuk asisten tenaga
kesehatan yang terbanyak adalah tenaga asisten kefarmasian dengan jumlah 672
orang atau 41,43 %, disusul dengan tenaga asisten keperawatan sejumlah 523 orang
atau 32,24%. Adapun yang paling sedikit adalah asisten kesehatan lingkungan
dengan jumlah 24 orang atau 1,48 % dan tenaga asisten tenaga kesehatan dalam
rumpun keteknisian medis sejumlah 45 orang atau 2,77 %. Proporsi asisten tenaga
kesehatan pada masing – masing kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta
dapat digambarkan pada grafik di bawah ini:

95
Sumber : Profil Nakes DIY 2017
Gambar 4.25 Grafik Proporsi Asisten Tenaga Kesehatan Per Kabupaten/Kota di
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

Dari grafik di atas tergambarkan bahwa untuk asisten tenaga kesehatan yang
bekerja di DIY saat ini berada di Kota Yogyakarta yaitu sejumlah 40,20 % atau
sejumlah 652 orang dan disusul dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul
dengan masing masing 28,36 % dan 20,36%. Adapun yang paling sedikit yang bekerja
di kabupaten Gunungkidul sebesar 4,25% dan Kabupaten Kulonprogo sebesar 6,84%.
Selanjutnya untuk asisten tenaga kefarmasian yang masih berpendidikan di
bawah D3 di DIY merupakan tenaga kesehatan yang paling banyak dengan jumlah
672 orang. Asisten Tenaga Kefarmasian terbanyak bekerja di Kota Yogyakarta yaitu
sejumlah 258 orang,disusul di Kabupaten Sleman sejumlah 208 orang serta
Kabupaten Bantul sejumlah 113 orang. Adapun yang paling sedikit bekerja di
Kabupaten Gunungkidul dengan jumlah 21 orang dan Kabupaten Kulonprogo
dengan jumlah 72 orang.
Asisten tenaga kesehatan dalam rumpun teknis biomedis yang paling banyak
adalah tenaga asisten ATLM dengan jumlah 124 orang. Jumlah terbanyak bekerja di
Kabupaten Sleman yaitu sejumlah 53 orang dan terkecil bekerja di Kabupaten
Kulonprogo dan Kabupaten Gunungkidul dengan jumlah masing – masing 8 dan 10
orang.
Untuk asisten tenaga kesehatan lingkungan dari sejumlah 24 orang yang
terbanyak bekerja di Kabupaten Sleman dengan total 11 orang dan di
Kabupaten/Kota lainnya jumlahnya tidak banyak berkisar antara 1 – 5 orang.
Untuk asisten tenaga gizi dengan pendidikan di bawah D3 di DIY jumlahnya
masih cukup banyak yaitu 157 orang yang sebagian besar tersebar di 3 kabupaten

96
/Kota yaitu Kabupaten Bantul sejumlah 54 orang, Kabupaten Sleman sejumlah 46
orang dan Kota Yogyakarta sejumlah 43 orang. Adapun di 2 kabupaten lainnya
jumlahnya hanya sedikit yaitu masing – masing 7 orang untuk Kabupaten
Gunungkidul dan Kabupaten Kulonprogo.
Asisten tenaga kesehatan terakhir yang terdata adalah tenaga dalam rumpun
keteknisian medis dengan jumlah 45 orang terdiri atas 24 orang bekerja di
Kabupaten Sleman dan 10 orang bekerja di Kabupaten Bantul, adapun sisanya
tersebar di 3 kabupaten/kota lainnya.
Adapun peta persebaran asisten tenaga kesehatan apabila dilihat dari
tempat kerjanya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.26 Grafik Persebaran Asisten Tenaga Kesehatan Per Jenis Fasilitas
Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

Dari grafik di atas terlihat bahwa asisten tenaga kesehatan terbanyak bekerja
di rumah sakit dengan proporsi 68,50%, diikuti dengan di puskesmas sebesar 14,24%.
Adapun yang paling sedikit bekerja di fasilitas kesehatan lainnya dengan proporsi
2,22 %.
Untuk asisten tenaga kebidanan dari sejumlah 77 orang yang belum
berpendidikan D3 tersebar di tiga jenis fasilitas pelayanan kesehatan yaitu rumah
sakit sejumlah 39 orang, puskesmas sejumlah 25 orang dan di klinik sejumlah 13
orang.
Untuk asisten tenaga kefarmasian dai total sejumlah 672 orang, terbanyak
bekerja di rumah sakit yaitu sejumlah 413 orang (61,46%) dan di apotik sejumlah 164

97
orang (24,40%), dan paling sedikit bekerja di klinik dan faskes lainnya dengan jumlah
masing – masing 23 dan 24 orang. Dari data tersebut terlihat juga masih adanya
tenaga kefarmasian di puskesmas yang belum bependidikan D3 yaitu sejumlah 48
orang.
Asisten tenaga kesehatan yang termasuk dalam rumpun teknik biomedika
utamanya adalah tenaga ATLM yang masih berpendidikan dibawah D3 dengan
jumlah total 124 orang yang hampir seluruhnya bekerja di dua tempat yaitu di rumah
sakit sejumlah 72 orang dan puskesmas sejumlah 45 orang, adapun sisanya sejumlah
7 tersebar di klinik sebanyak 5 orang dan faskes lainnya sejumlah 2 orang.
Untuk asisten tenaga kesehatan lingkungan di DIY hanya tinggal 24 orang
yang 12 orang atau 50% bekerja di puskesmas, 5 orang di rumah sakit dan 6 orang
bekerja di faskes lainnya termasuk didalamnya dinas kesehatan kabupaten/kota dan
provinsi.
Untuk asisten tenaga gizi dari total sejumlah 157 orang sebagian besar
bekerja di rumah sakit yaitu sejumlah 137 orang atau 87,26%, adapun sisanya
tersebar puskesmas sejumlah 17 orang, klinik 2 orang dan faskes lainnya 1 orang.
Salah satu besarnya jumlah asisten tenaga gizi dalam pendataan ini adalah
dimasukkannya tenaga pramu saji dengan latar belakang pendidikan SMA dalam
rumpun asisten tenaga gizi.
Asisten tenaga kesehatan yang terakhir adalah asisten tenaga kesehatan
dalam rumpun keteknisian medis. Asisten tenaga kesehatan yang masuk dalam
rumpun ini antara lain tenaga transfuse darah dan tenaga terapis gigi dan mulut
dengan jumlah total 45 orang yang hanya terdata bekerja di dua tempat yaitu rumah
sakit dan puskesmas dengan masing – masing jumlahnya 21 dan 24 orang.

15. Rekapitulasi Tenaga Penunjang di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tabel 4.16
Jumlah Tenaga Penunjang di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017
TENAGA PENUNJANG JENIS KELAMIN
JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN

747
01. Struktural 341 406
7,478
02. Dukungan Manajemen 3,739 3,739
2 3
03. Pendidikan dan Pelatihan 1
TOTAL 8,228
4,081 4,147
Sumber : Profil Nakes DIY 2017
Tenaga penunjang merupakan tenaga yang bekerja di bidang kesehatan
dengan berbagai latar belakang pendidikan dan tidak mesti berlatar belakang

98
pendidikan di bidang kesehatan. Tenaga penunjang terdiri atas tiga jenis yaitu
pertama tenaga struktural yang terdiri atas berbagai jabatan dari eselon satu sampai
eselon 4 dalam struktur pemerintahan, direktur, kepala bidang, kepala seksi dan
jabatan yang sejenis; kedua tenaga dukungan manajemen yang terdiri atas tenaga
perencanaan, tenaga pengelola data, tenaga kepegawaian, pengelola gaji,
bendahara, dan tenaga lainnya yang belum tercantum; ketiga tenaga pendidikan
dan pelatihan yang terdiri atas berbagai jabatan dalam pendidikan dan berbagai
jabatan dalam bidang pelatihan. Adapun jumlah totalnya 8.288 orang dengan
proporsi laki – laki dibandingkan perempuan sebesar 49,6% : 50,4%. Adapun proporsi
terbesar dalam rumpun tenaga penunjang adalah tenaga dukungan manajemen
dengan jumlah 7.478 orang atau sebesar 90,88 %, dan tenaga struktural sejumlah
747 orang atau 9,08 %

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.27 Grafik Jumlah Tenaga Penunjang Per Kabupaten/Kota di Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

Dari grafik di atas dapat dilihat untuk tenaga struktural dari sejumlah 747
orang tersebar merata di masing – masing kabupaten/kota dengan jumlah
terbanyak di Kabupaten Sleman yaitu 250 orang dan paling sedikit di Kabupaten
Kulonprogo dengan jumlah 84 orang.
Untuk tenaga dukungan manajemen dari sejumlah 7478 orang sebanyak 2817
orang bekerja di Kabupaten Sleman, disusul di Kota Yogyakarta sebanyak 1624

99
orang dan Kabupaten Bantul sejumlah 1259 orang. Tenaga dukungan manajemen
yang paling sedikit bekerja di Kabupaten Gunungkidul yaitu sejumlah 809 orang.
Untuk tenaga pendidikan dan pelatihan dari 3 orang yang terdata hanya 2
orang di Kabupaten Gunungkidul dan 1 orang di Kabupaten Sleman.

Sumber : Profil Nakes DIY 2017


Gambar 4.28 Grafik Jumlah Tenaga Penunjang Menurut Fasilitas Kesehatan di Daeah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

Secara keseluruhan tenaga penunjang yang ada 63,90% bekerja di rumah


sakit, sebanyak 21,39% bekerja di puskesmas, 8,43 % bekerja di fasilitas kesehatan
lainnya, 4,72 % bekerja di klinik dan 1,56% bekerja di apotek.
Secara terinci, untuk tenaga struktural dari sejumlah 747 orang yang paling
banyak bekerja di rumah sakit yaitu sejumlah 398 orang (53,21%), disusul di
puskesmas sebanyak 190 orang dan di faskes lainnya termasuk didalamnya dinas
kesehatan kabupaten/kota/provinsi sejumlah 139 orang.
Untuk tenaga dukungan manajemen dari total 7478 orang yang paling
banyak bekerja di rumah sakit dengan jumlah 4859 orang (64,98%) disusul dengan di
puskesmas sejumlah 1568 orang (20,97%) dan sisanya sejumlah 1051 orang (14,05%)
bekerja di klinik, apotek dan faslitas kesehatan lainnya.

100
Rasio Nakes per 100 ribu penduduk
Teknisi Lab Medik 1:19

Gizi 1:10

Kesehatan Lingkungan 1:07

Kesehatan Masyarakat 1:06

Farmasi 1:44

Bidan 1:48

0:00 0:14 0:28 0:43 0:57 1:12 1:26 1:40 1:55

Sumber : bppsdmk.kemkes.go.id
Gambar 4.29 Grafik Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk DIY Tahun 2016
Distribusi tenaga Dinas Kesehatan DIY bila dilihat berdasarkan tempat bekerja di
dinas induk dan UPT dapat dilihat pada gambar 1.2.

Sumber data : Simpeg terolah tahun 2017


Gambar 4.30. Grafik Distribusi Pegawai Dinas Kesehatan DIY menurut Unit Kerja
Tahun 2017

Pegawai menurut unit kerja (Gambar 1.2) terdistribusi tidak merata. Sebagian besar
pegawai berasal dari Dinas Kesehatan (143 orang), selanjutnya Balai Laboratorium
Kesehatan (52 orang) dan Bapelkes (46 orang), dan yang terkecil berasal dari Bapel
Jamkesos sebanyak 20 orang.

Distribusi pegawai menurut jenis jabatan (Gambar 1.3) di Dinas Kesehatan DIY
adalah Struktural 31 orang, Fungsional tertentu 45 orang, Fungsional Umum 184 orang,
dan Calon Fungsional Tertentu (1 orang)

101
Sumber : LKIP Dinas Kesehatan DIY 2017
Gambar 4.31. Grafik Distribusi Pegawai Dinas Kesehatan DIY Menurut Jenis Jabatan
Tahun 2017.
Dari jumlah tenaga sebanyak 261 orang, terdiri dari Golongan IV sebanyak 43
orang, golongan III sebanyak 195 orang, golongan II sebanyak 21 orang dan
golongan I sebanyak 2 orang (Gambar 1.4).

Sumber : LKIP Dinas Kesehatan DIY 2017

Gambar 4.32. Grafik Distribusi Pegawai Dinas Kesehatan DIY menurut Golongan Tahun
2017

Distribusi pegawai menurut tingkat pendidikan (gambar 1.5) di Dinas Kesehatan


DIY terbanyak adalah tingkatan Strata Satu 80 orang diikuti dengan Diploma tiga 60
orang dan paling sedikit adalah SD dan SLTP masing-masing 3 orang.

102
Sumber : LKIP Dinas Kesehatan DIY 2017
Gambar 4.33. Grafik Distribusi Pegawai Dinas Kesehatan DIY Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2017.
Menurut komposisi jenis kelamin pria sebanyak 105 orang (40,23%) dan wanita
sebanyak 156 orang (59,77%). Persentase perbandingan antara pria dan wanita seperti
pada gambar 1.6.

Sumber : LKIP Dinas Kesehatan DIY 2017


Gambar 4.44. Grafik Distribusi Pegawai Dinkes DIY menurut Jenis Kelamin Tahun 2017

C. Pembiayaan Kesehatan
1. Jaminan Pembiayanan Kesehatan Masyarakat
Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk daerah dengan angka kemiskinan yang
tinggi diantara provinsi lain di Indonesia sehingga pembiayaan kesehatan utamanya
pada masyarakat miskin harus diupayakan. Program pembiayaan terutama khusus
bagi masyarakat miskin dan upaya untuk pembiayaan kesehatan semesta sudH
dilaksanakan di DIY.
Program Pembiayaan Kesehatan telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman
di tingkat Pusat, diantaranya untuk Program Jaminan Kesehatan untuk
masyarakat miskin. Berbagai upaya program pembiayaan kesehatan telah
dilakukan dan dimonitor terhadap implementasinya di lapangan khususnya
terhadap cakupan kepesertaan serta mutu pelayanan kesehatan masyarakat .

103
Sumber : Seksi PJK Dinkes DIY
Gambar 4.45. Grafik Cakupan Kepesertaan Jaminan Kesehatan DIY 2017

Dari keseluruhan kepesertaan jaminan kesehatan di DIY, untuk peserta JKN


sudah mencapai 53,55 %, Penerima Bantuan Iur JKN 26,08 % dan selebihnya pekerja
penerima upha, PBI APBD, mandiri, bukan pekerja dan Jamkesda yang tidak
terintegrasi dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

Sumber : Seksi PJK Dinkes DIY


Gambar 4.46 Grafik Kepesertaan JKN Per Kab/Kota DIY Tahun 2017
Dari grafik di atas dapat digambarkan bahwa peserta yang mendapat bantuan
iur dari Pemerintah Pusat melalui APBN paling banyak di Kabupaten Gunung Kidul
dan paling sedikit di Kota Yogyakarta. Untuk PBI yang dibiayai dari APBD paling
banyak di Kabupaten Sleman dan paling sedikit pada Kabupaten Bantul. Sedangkan

104
Non PBI atau mandiri paling besar di Kabupaten Sleman dan paling kecil di Kabupaten
Kulon Progo.
2. Data Pelayanan Kesehatan Peserta JKN di FKTP Pemerintah
a. Data Kunjungan Rawat Jalan di FKTP Peserta JKN
Tabel 4.17
Kunjungan Rawat Jalan di FKTP Peserta JKN

Jumlah Kunjungan Yogyakarta Bantul Kulon Gunungkidul Sleman Total


Rawat Jalan / bulan Progo
Januari 35.647 78.223 32.490 44.192 55.595 246.147
Februari 33.195 69.478 31.184 44.306 56.850 235.013
Maret 35.542 71.447 34.969 73.048 65.406 280.412
April 32.409 61.871 30.898 82.483 57.230 264.891
Mei 233.655 59.640 30.494 78.101 61.168 463.058
Juni 25.671 50.751 19.955 54.441 51.582 202.400
Juli 34.652 79.361 33.914 67.142 62.310 277.379
Agustus 35.983 81.120 35.541 64.751 60.833 278.228
September 32.567 62.989 31.428 61.812 60.145 248.941
Oktober 36.104 69.582 38.960 79.293 68.597 292.536
November 34.802 66.375 35.420 64.601 70.016 271.214
Desember 33.351 33.427 30.756 57.978 62.878 218.390
Jumlah 603.578 784.264 386.009 772.148 732.610 3.278.609

Sumber : Seksi PJK Dinkes DIY


Dari data kunjungan rawat jalan peserta JKN di FKTP terlihat bahwa rata-rata
kunjungan rawat jalan per kabupaten/ kota hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa
akses peserta JKN ke fasilitas kesehatan (FKTP) baik, peserta JKN dapat dengan
mudah untuk mengakses fasilitas kesehatan. Bila dihitung angka kunjungan (utilisasi)
peserta JKN ke faskes : jumlah kunjungan peserta JKN selama setahun dibagi jumlah
peserta JKN (2.731.496) didapatkan hasil 96,74%. Gambaran angka utilisasi tersebut
sangat tinggi karena angka kunjungan tersebut masih belum memisahkan 1 orang
mengakses lebih dari 1 kali.
b. Data Kunjungan Rawat Inap di FKTP Peserta JKN
Tabel 4.18
Kunjungan Rawat Inap di FKTP Peserta JKN
Jumlah Kunjungan Yogyakarta Bantul Kulon Gunungkidul Sleman Total
Rawat Inap / bulan Progo
Januari 34 267 171 327 189 988
Februari 54 220 161 281 175 891
Maret 50 222 181 292 252 997
April 69 213 83 212 188 765

105
Mei 46 182 83 212 214 737
Juni 48 123 32 113 284 600
Juli 51 152 102 149 287 741
Agustus 51 191 103 152 255 752
September 46 157 30 138 260 631
Oktober 0 275 183 218 321 997
November 0 382 148 286 301 1.117
Desember 0 100 64 227 318 709
Jumlah 449 2.484 1.341 2.607 3.044 9.925

Sumber : Seksi PJK Dinkes DIY


Dari data kunjungan rawat inap peserta JKN di FKTP terlihat bahwa rata-rata
kunjungan rawat inap per kabupaten hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa akses
peserta JKN ke fasilitas kesehatan (FKTP) baik, peserta JKN dapat dengan mudah
untuk mengakses fasilitas kesehatan. Untuk Kota Yogyakarta terlihat jumlahnya lebih
sedikit dibanding dengan kabupaten lain, hal ini karena jumlah Puskesmas rawat inap
di Kota Yogyakarta hanya sedikit yaitu 4 Puskesmas. Bila dihitung angka kunjungan
rawat inap (utilisasi) peserta JKN ke faskes : jumlah kunjungan peserta JKN selama
setahun dibagi jumlah peserta JKN (2.731.496) didapatkan hasil 0,46%.
c. Data Rujukan FKTP Peserta JKN
Tabel 4.19
Rujukan FKTP Peserta JKN

Jumlah Rujukan / Yogyakarta Bantul Kulon G. Kidul Sleman Total


bulan Progo
Januari 8.579 11.176 3.856 3.813 9.856 37.280
Februari 7.838 11.622 3.512 3.064 9.170 35.206
Maret 8.536 12.483 4.084 2.979 10.001 38.083
April 7.828 10.392 3.771 3.462 9.596 35.049
Mei 8.320 12.374 4.016 3.916 9.618 38.244
Juni 6.243 8.916 2.565 2.830 7.994 28.548
Juli 9.526 12.763 4.489 4.295 10.982 42.055
Agustus 8.969 12.082 128 3.795 10.823 35.797
September 8.394 11.211 3.838 3.964 10.476 37.883
Oktober 9.089 14.653 4.625 4.070 11.085 43.522
November 8.554 13.297 4.172 3.488 10.894 40.405
Desember 8.206 5.699 3.154 3.304 10.376 30.739
Jumlah 100.082 136.668 42.210 42.980 120.871 442.811

Sumber : Seksi PJK Dinkes DIY


Dari data rujukan peserta JKN di FKTP terlihat bahwa rata-rata jumlah kasus
yang dirujuk per kabupaten hampir sama. Bila dihitung angka rujukan peserta JKN ke

106
faskes : jumlah rujukan peserta JKN selama setahun dibagi jumlah peserta JKN
(2.731.496) didapatkan hasil 11,01%. Angka tersebut termasuk tinggi karena menurut
BPJS Kesehatan angka rujukan yang baik adalah tidak lebih dari 5%. Jumlah peserta
yang dirujuk tersebut ke FKRTL yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sejumlah
66 FKRTL/ Rumah Sakit.

3. Dana Kapitasi (FKTP Pemerintah)


Tabel 4.20
Dana Kapitasi (FKTP Pemerintah)

No Kab./Kota Dana SILPA Tahun Dana Kapitasi Tahun 2017 yang


2016 telah diterima s/d TW IV
1. Yogyakarta 5.539.207.461 12.081.692.520
2. Bantul 7.731.178.156 26.734.096.527
3. Kulon Progo 3.579.556.434 14.341.005.784
4. Gunungkidul 13.494.152.721 28.396.563.696
5. Sleman 6.616.985.195 28.357.578.044
JUMLAH 36.3961.079.967 109.910.936.571
Sumber : Seksi PJK Dinkes DIY
Dari data dana kapitasi terlihat bahwa jumlah dana SILPA maupun yang
diterima per kabupaten/ kota tidak sama hal ini disesuaikan dengan jumlah peserta
JKN per kabupaten/ kota. Pemanfaatan dana kapitasi di kabupaten/ kota sesuai
dengan peraturan walikota/ bupati masing-masing dan sesuai dengan status
Puskesmas sudah BLUD atau belum. Untuk Puskesmas yang sudah BLUD dana
kapitasi tidak bisa dipisahkan dengan pendapatan yang lain tetapi menjadi satu
kesatuan seluruh pendapatan puskesmas. Sedangkan untuk puskesmas yang belum
BLUD pemanfaatannya alokasinya untuk jasa pelayanan, obat, BHP, Alkes dan
operasional lainnya.

4. Data Pelayanan Kesehatan Peserta JKN di FKTL Kerjasama BPJS Kesehatan


Tabel 4.21
Data Pelayanan Kesehatan Peserta JKN di FKTL Kerjasama BPJS Kesehatan

No. FKRTL Jumlah Kunjungan RJTL Jumlah Kasus RITL


Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta
1. RS Umum
a. Type A 176.587 17.763
b. Type B 439.204 245.995 39.603 26.217

107
c. Type C 62.250 152.277 8.112 15.717
d. Type D 11.811 129.730 1.838 16.402
2. RS Khusus
a. RS Jiwa 9.769 1.052
b. RS Bedah 2.951 1.700
c. RS Paru 2.658
d. RS Ibu dan 6.127 5.535
Anak
3. Klinik Utama 6.869 181
Sumber : Seksi PJK Dinkes DIY
Data tersebut adalah rekapan data pelayanan kesehatan tingkat lanjut (Rumah
Sakit/ Klinik Utama) yang ada di DIY. Terlihat bahwa data merata di semua FKTL.
Masih terjadi kunjungan yang lebih banyak pada Rumah Sakit Umum Tipe B
pemerintah dibanding swasta.
Untuk tingkat Provinsi DIY penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi
masyarakat diluar jaminan di atas, diselenggarakan oleh Bapel Jamkessos yang
merupakan UPT Dinas Kesehatan pelaksana pembiayaan kesehatan masyarakat
miskin di DIY dengan bekerjasama melalui Pemberi Pelayanan Kesehatan di DIY.
Tugas pokok Balai Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial DIY berdasarkan
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 57 Tahun 2015 adalah
“Menyelenggarakan kegiatan di bidang jaminan kesehatan bagi masyarakat Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta”.
Tabel 4.22
Data Kepesertaan PBI Jamkesta/ Jamkesos, PBI Jamkesus, PBI Jamkesda 2016
No. Kab./ Kota PBI PBI PBI Jamkesus Total
Jamkesta Jamkesda
1. Yogyakarta 550 - 1.864 2.414
2. Bantul 4.323 85.803 5.726 95.852
3. Kulon Progo 1.952 120.060 1.112 123.124
4. Gunungkidul 4.300 - 8.157 12.457
5. Sleman 0 - 5.165 5.165
Jumlah 11.125 205.863 22.024 239.012
Sumber : Seksi PJK Dinkes DIY

Untuk penduduk yang sudah tercover maupun belum di DIY dapat digambarkan
seperti berikut ini.

108
Tabel 4.23
Jumlah Penduduk Tercover Jaminan Kesehatan DIY

% Belum tercover
Total
Total % % Belum %
Kabupaten/Kot Jumlah Belum % Miskin
No Tercover Tercover Tercover Mampu
a Penduduk Tercover belum
Jaminan Jaminan Jaminan belum
Jaminan tercover
tercover

1 Bantul 931.356 775.616 83,3% 155.740 16,7% 14,5% 2,2%

2 Gunung Kidul 755.977 614.725 81,3% 141.252 18,7% 16,2% 2,4%


Kota
3 410.262 394.143 96,1% 16.119 3,9% 3,4% 0,5%
Yogyakarta
4 Kulon Progo 445.655 338.127 75,9% 107.528 24,1% 21,0% 3,2%

5 Sleman 1.062.861 910.002 85,6% 152.859 14,4% 12,5% 1,9%

Total DIY 3.606.111 3.032.613 84,1% 573.498 15,9% 13,8% 2,1%

Sumber : Bapel Jamkesos DIY


Pencapaian Universal Health Coverage Jaminan Kesehatan sebagaimana amanah
Undang-Undang nomor 32 tahun 2012 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, telah
digariskan dan diharapkan dapat dicapai di tahun 2019. Target nasional bahwa di awal
tahun 2019 telah akan dicapai setidaknya 95% penduduk dengan jaminan kesehatan. Dalam
upaya pencapaian tersebut telah dilakukan melalui berbagai upaya di DIY. Data akhir tahun
2017 menunjukkan bahwa masih terdapat sejumlah 15,9% penduduk yang belum terjamin.
Jumlah ini relatif besar dan terbanyak berasal dari kelompok mampu yang belum memiliki
jaminan. Kelompok ini terbanyak berasal dari penduduk pekerja bukan penerima upah dan
sektor informal. Sementara untuk penduduk miskin dengan adanya dukungan pembiayaan
KIS-APBD Kabupaten/Kota, jumlah penduduk miskin yang belum mendapat jaminan
mencapai 2,1%. Jumlah tersebut selanjutnya telah dicover melalui jaminan kesehatan
khusus yaitu Jaminan Kesehatan Penyangga sehingga total hampir 100% tercakup jaminan.
Persentase penduduk belum tercakup jaminan kesehatan terbesar berada di
Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Guungkidul sementara terendah berada di Kota
Yogyakarta. Kondisi ini juga terlihat untuk penduduk miskin yang belum terjamin. Jumlah
kelompok penduduk miskin yang belum terjamin relatif telah sangat kecil dan dapat
dilindungi oleh SIstem Jaminan Penyangga. Dalam tahapan selanjutnya penduduk miskin
akan senantiasa muncul dan bersifat dinamis seiring dengan dinamika sosial ekonomi yang
terus bergerak di masyarakat. Sistem Penyangga yang dikembangkan merupakan bentuk
integrasi mendukung pencapaian kesemestaan jaminan kesehatan khususnya untuk
kelompok penduduk miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Sistem ini juga
dapat menjadi penyangga dalam membackup perjalanan penyempurnaan sistem jaminan
kesehatan nasional sampai dengan tahapan kesempurnaan sistem manajemennya.
Disamping dukungan dalam bentuk sistem jaminan penyangga, Pemerintah DIY
juga mengembangkan sistem Jaminan Kesehatan Khusus bagi penyandang disabilitas
yang telah dimulai ditahun 2013. Progam jaminan ini merupakan bentuk dari dukungan
kepada JKN berupa komplementasi program layanan JKN yang dilaksanakan di DIY.
Program menyasar kepada penduduk DIY penyandang disabilitas miskin. Program
ditujukan tidak hanya dalam melindungi saat sakit namun tujuan yang lebih besar adalah
untuk memberikan dukungan dalam pengentasan kemskinan kepada kelompok rentan.
Sebagaimana diketahui bahwa 70% - 80% penyandang disabilitas adalah penduduk miskin,
jauh di atas angka kemiskinan umum di DIY yang mencapai kisaran 12-13%.

109
Tabel 4.24
Jumlah Penyandang Disabilitas Peserta Jaminan Kesehatan DIY 2017

Prediksi Penyandang
%
Disabilitas Disabilitas
Penyandang Disabilitas
Jumlah Penyandang Miskin Miskin
Jumlah Disabilitas Miskin
No Kab/kota Penyandang Disabilitas Peserta Peserta
Penduduk Miskin (70% Peserta
Disabilitas Miskin (43% Jamkesus Jamkesus
Survey Jamkesus
(3,5%) JKN) Th.2016 Th.2017
WHO) Th.2017

1 Bantul 931.356 32.597 14.017 22.819 5.726 5.726 25,1%

2 Gunung Kidul 755.977 26.459 11.378 18.522 8.155 8.157 44,0%


Kota
3 410.262 14.359 6.175 10.052 1.865 1.864 18,5%
Yogyakarta
4 Kulon Progo 445.655 15.598 6.708 10.919 4.553 1.112 10,2%

5 Sleman 1.062.861 37.200 15.997 26.041 6.540 5.165 19,8%

Total DIY 3.606.111 126.214 54.272 88.350 26.839 22.024 24,9%

Sumber : Bapel Jamkessos DIY


Data penyandang disabilitas (disabilitas dalam konteks fungsi sosial) di Indonesia
berdasarkan prediksi WHO mencapai 3,5% dari total jumlah penduduk. Dengan demikian
di DIY diperkirakan terdapat kurang lebih 126.214 jiwa penyandang disabilitas. Dari
jumlah tersebut menggunakan prediksi dari persentase penduduk miskin yang
memperoleh jaminan kesehatan nasional (43%) maka diperoleh angka 54.272 namun
dengan menggunakan prediksi hasil survey WHO yang dilaksanakan di DIY (70%)
diperkirakan penduduk penyandang disabilitas miskin di DIY mencapai 88.350 jiwa. Dari
jumlah tersebut pada tahun 2017, sebanyak 22.024 (24,9%) penyandang disabilitas miskin
telah diberikan jaminan kesehatan khusus. Jumlah tersebut mengalami penurunan
dibandingk tahun 2016 dipengaruhi oleh proses verifikasi validasi data lapangan.
Permasalahan masih kecilnya cakupan dipengaruhi oleh sistem pendataan yang
masih dalam proses pembenahan. Dalam periode selanjutnya jumlah tersebut akan terus
bertambah dan mendekati kebutuhan. Persentase tertinggi penyandang disabilitas
miskin yang telah masuk dalam daftar kepesertaan Jamkesus tahun 2017 adalah
Kabupaten Gunungkidul yang mencapa 44,0% disusul Kabupaten Bantul yang mencapai
25,1%.
Progam Jaminan Kesehatan Khusus (jamkesus) penyandang disabilitas di DIY
memiliki kekhususnya dikaitkan dengan jenis paket manfaat yang cukup lengkap dan
komprehensif. Kelengkapan tersebut meliputi alat bantu kesehatan mobilitas,
sensorik, optik, pendengaran dengan 117 varian alat. Alat bantu diberikan dengan
kajian dan rekomendasi yang diberikan oleh tenaga dokter spesialis. Kelengkapan
layanan juga ditunjukan dari jenis metode layanan yang dilakukan melalui layanan
reguler dan layanan penjangkauan. Program juga dilengkapi dengan sistem lintas
jaminan bekerjasama dengan Jamkesda dalam lingkup program Jamkesta dan dengan
JKN khusus untuk alat bantu yang tidak tersedia. Komprehensifitas program
ditunjukkan dari pelayanan jaminan untuk pelayanan Preventif, Kuratif, dan
Rehabilitatif.

110
Sumber : Bapel Jamkesos DIY
Gambar 4.47 Grafik Utilisasi Jamkesus Disabilitas DIY 2017

Utilisasi Jamkesus meningkat tajam dalam 2 tahun terakhir. Peningkatan


dipengaruhi oleh perbaikan sistem manajemen pelayanan jaminan dengan
dampak dari layanan penjangkauan yang telah memberikan efek domino
informasi kepada publik dan juga stakeholder. Jumlah akses terbanyak di tahun
2017 tercatat berada di wilayah Bantul dan Sleman. Kondisi ini dipengaruhi oleh
antusiasme dan banyaknya kegiatan pelayanan penjangkauan yang berlangsung
di wilayah ini yang didukung dari anggaran Pemda DIY, Pemkab, CSR dan donor
masyarakat. Jumlah utilisasi di Kota menunjukkan penurunan drastis yang
dimungkinkan dipengaruhi oleh layanan penjangkauan yang tidak dilaksanakan di
wilayah tersebut untuk tahun 2017.

2. Anggaran Pembangunan Kesehatan


Anggaran pembiayaan program kesehatan di DIY bersumber kepada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapaten dan
Belanja Daerah (APBD) dan sebagian Anggaran Bantuan Luar Negeri (BLN). Jumlah
total aggaran program kesehatan di Dinas Kesehatan DIY Tahun Anggaran 2017
sebesar Rp. 192.773.396.449,- dengan proporsi sebagai berikut.

Sumber : Sub Bag Program Dinkes DIY


Gambar 4.47. Grafik Proporsi Anggaran Dinas Kesehatan DIY Tahun 2017

111
Untuk APBD tahun 2017 Dinas Kesehatan dengan besaran anggaran sebesar
Rp. 147.038.264.361 yang terdiri atas Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung
(pegawai, barang/jasa dan modal). Belanja tidak langsung semua dialokasikan untuk
belanja pegawai, sedangkan untuk Belanja Langsung digunakan untuk Belanja
Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja Modal.
Untuk APBN Dinas Kesehatan DIY total anggaran sebesar Rp. 41.216.738.000,-
terdiri atas anggaran pada Dinas Kesehatan Induk, UPT dan DAK RS Respira. Untuk
anggaran dari hibah/pinjaman luar negeri sebesar Rp. 4.518.394.088,- terdiri atas
Global Fund HIV/AIDS, GF Tb dan GAVI. Total jumlah anggaran Dinas Kesehatan DIY
sebesar Rp. 192.773.396.449,-

***

112
BAB V PENUTUP

KESIMPULAN
Profil kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan gambaran kondisi
derajat kesehatan masyarakat di DIY. Hasil – hasil capaian program pembangunan
kesehatan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2017 berdasarkan hasil
pengumpulan dan pengolahan data berbagai indikator kesehatan yang termuat dalam 82
tabel yang dilakukan oleh para pengelola program kesehatan mulai dari tingkat
Puskesmas, Rumah Sakit maupun dinas kesehatan di Kabupaten/Kota dan DIY telah
berhasil dilaksanakan sesuai dengan target yang ditetapkan. Adapun gambaran kondisi
kesehatan di wilayah DIY pada tahun 2017 adalah sebagai berikut :
Derajad Kesehatan
1. Angka Kematian (Mortalitas)
a. Kasus Kematian Ibu tahun 2017 sejumlah 39 ibu, turun dibanding tahun 2016 yang
berjumlah 39 ibu.
b. Kasus Kematian Bayi Tahun 2017 sejumlah 313 bayi, naik dibandingkan tahun 2016
sejumlah 278 bayi
c. Kasus Kematian Balita Tahun 2017 sejumlah 343 Balita, naik dibanding tahun 2016
sejumlah 323
2. Angka Kesakitan (Morbiditas)
a. Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Tahun 2017 adalah 1.642 turun
dibanding tahun 2016 dengan jumlah kasus 6.241 kasus.
b. Tuberculosis (TBC)
Angka kesembuhan TBC pada tahun 2017 sebesar 85,56 % 84,73 % meningkat
dibanding tahun 2016 sebesar 84,37 %
c. Kasus HIV sampai dengan tahun 2017 (wanita 1.261, pria 2.676 dan 75 tidak
diketahui)
d. Kasus penyakit malaria tahun 2017 sebesar 84 kasus, turun dibanding tahun 2016
(95 kasus).
e. Penyakit diare menurut laporan Seksi P2 (48.556), berdasar STP Puskesmas
(15.256), berdasar STP RS Rawat Inap (4.472), berdasar STP RS Rawat Jalan
(18.963).
f. Kasus campak tahun 2017 sebesar 536 kasus.
g. Jumlah kasus Kusta tahun 2017 sebesar 24 kasus.
h. Penyakit Degeneratif (Hipertensi, Diabetes Mellitus, dan Jantung)

113
Hipertensi dan Diabetes Mellitus selalu masuk 10 besar penyakit dan 10 besar
penyebab kematian selama beberapa tahun terakhir berdasarkan STP. Sementara
itu, penyakit jantung termasuk dalam 10 besar penyebab kematian di DIY.
3. Status Gizi
a. Gizi lebih tahun 2017 sejumlah 2,80 % turun dibanding tahun 2016 dengan prevalensi
sebesar 3,11 %.
b. Prevalensi Balita Pendek (stunting) tahun 2017 sebesar 13,86 % turun dibanding
tahun 2016 dengan prevalensi 13,87 %.
c. Balita Kurang energi Protein (KEP) tahun 2017 sebesar 8,26 % turun dibanding tahun
2016 sebesar 8,83 %.
d. Balita Bawah Garis Merah (BGM) tahun 2017 0,76 % turun dibanding tahun 2016
(0,81 %).h
e. Angka Stunting tahun 2017 sebesar 13,86 % turun dibanding tahun 2016 (14,36 %).
f. Angka BBLR tahun 2017 sebesar 4,86 %, turun dibanding tahun 2016 (5,20 %).
g. Cakupan Asi Eksklusif tahun 2017 sebesar 74,90 %.
h. Bumil anemia sebesar 14,32 % turun dibanding tahun 2016 (16,09%).
i. Bumil KEK tahun 2017 sebesar 10,70 %, naik dibanding tahun 2016 (10,39%).
Upaya Kesehatan
1. Pelayanan Kesehatan
a. Cakupan K1 tahun 2017 sebesar 100 % dan K4 sebesar 91,85 %
b. Persalinan oleh tenaga kesehatan di DIY sebesar 99,97 %
c. Persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 99,87 %
d. Kunjungan neonatus (KN1) sebesar 94,88 % dan kunjungan neonatus 4 kali (KN
lengkap) sebesar 91,36 %.
e. Persalinan remaja sebesar 725 kasus
2. Akses dan Mutu Sarana Pelayanan Kesehatan
a. Jumlah kunjungan rawat inap puskesmas/RS/sarana lainnya 263.040 kunjungan
b. Jumlah kunjungan rawat inap puskesmas/RS/sarana lainnya 6.771.838 kunjungan
c. Jumlah kunjungan jiwa 116.989 kunjungan
3. Perilaku Hidup Bersih Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Cakupan rumah tangga ber PHBS tahun 2017 sebanyak 43,24 % meningkat
dibanding tahun 2016 yang hanya 40,20 %.
b. Cakupan strata Posyandu tahun 2017 sebagai berikut :
- Pratama : 5 %
- Madya : 16,12 %
- Purnama : 33,25 %

114
- Mandiri : 45,63 %
c. Jumlah Posbindu di DIY : 498 buah
4. Disabilitas
Jumlah penyandang disabilitas di DIY sebanyak 29.530 terdiri atas 2.983 anak dengan
disabilitas dan 26.547 penyandang disabilitas).

Sumber Daya Kesehatan


1. Sarana Kesehatan
a. Jumlah puskesmas di DIY 121 puskesmas
b. Jumlah rumah sakit di DIY 78 terdiri atas 55 RSU dan 23 RSK
c. Jumlah rumah bersalin 18, Jumlah klinik 208, praktek dokter 278, praktik pengobat
tradisional 115, apotek 599, toko obat 48
2. Tenaga Kesehatan
a. Jumlah tenaga medis DIY 2017 : 4.107 (dokter umum : 1.663, dokter spesialis : 1.796,
dokter gigi : 487, dokter gigi spesialis : 161)
b. Jumlah tenaga keperawatan 8.169
c. Jumlah tenaga psikologi klinis 59
d. Jumlah tenaga kefarmasian 1.603
e. Jumlah tenaga kebidanan 2.108
f. Jumlah tenaga kesehatan lingkungan 257
g. Jumlah tenaga kesehatan masyarakat 249
h. Jumlah tenaga gizi 392
i. Jumlah tenaga keterapian fisik 279
j. Jumlah tenaga keteknisian medis 1.025
k. Jumlah tenaga teknis biomedis 1.233
l. Jumlah tenaga kesehatan tradisional 23
m. Jumlah tenaga asisten kesehatan 1.622
n. Jumlah tenaga penunjang 8.228
3. Pembiayaan Kesehatan
a. Kepesertaan JKN di DIY mencapai 53,55 %
b. Penerima Bantuan Iur APBN 26,08 %
c. Penerima Bantuan Iur APBD 4,44 % lainnya mandiri, Bukan penrima iur, pekerja
penerima iur dan Jamkesda
4. Anggaran Pembangunan Kesehatan
a. Total anggaran Kesehatan Dinas Kesehatan DIY adalah Rp. 192.773.396.449,-
b. Total anggaran kesehatan di wilayah DIY adalah Rp. 1.600.614.442.068,-

115
116
RESUME PROFIL KESEHATAN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
A. GAMBARAN UMUM
1 Luas Wilayah 3,183 Km2 Tabel 1
2 Jumlah Desa/Kelurahan 438 Desa/Kel Tabel 1
3 Jumlah Penduduk 1,792,870 1,811,496 3,604,366 Jiwa Tabel 2
4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 3.0 Jiwa Tabel 1
5 Kepadatan Penduduk /Km2 1132.2 Jiwa/Km2 Tabel 1
6 Rasio Beban Tanggungan 45.7 per 100 penduduk produktif Tabel 2
7 Rasio Jenis Kelamin 99.0 Tabel 2
8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 59.36 57.29 58.31 % Tabel 3
9 Penduduk 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi
a. SMP/ MTs 207,285.00 196,813.00 404,098.00 % Tabel 3
b. SMA/ SMK/ MA 325,466.00 286,885.00 612,351.00 % Tabel 3
c. Sekolah menengah kejuruan 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
d. Diploma I/Diploma II 7,179.00 9,951.00 17,130.00 % Tabel 3
e. Akademi/Diploma III 22,286.00 28,582.00 50,868.00 % Tabel 3
f. Universitas/Diploma IV 73,341.00 74,297.00 147,638.00 % Tabel 3
g. S2/S3 (Master/Doktor) 8,203.00 5,694.00 13,897.00 % Tabel 3

B. DERAJAT KESEHATAN
B.1 Angka Kematian
10 Jumlah Lahir Hidup 21,312 21,036 42,348 Tabel 4
11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 6 5 5 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 4
12 Jumlah Kematian Neonatal 130 104 234 neonatal Tabel 5
13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) 6 5 6 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
14 Jumlah Bayi Mati 108 100 242 bayi Tabel 5
15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 5 5 6 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
16 Jumlah Balita Mati 167 142 309 Balita Tabel 5
17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 8 7 7 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
18 Kematian Ibu
Jumlah Kematian Ibu 34 Ibu Tabel 6
Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 80 per 100.000 Kelahiran Hidup Tabel 6
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
B.2 Angka Kesakitan
19 Tuberkulosis
Jumlah kasus baru TB BTA+ 812 442 1,254 Kasus Tabel 7
Proporsi kasus baru TB BTA+ 64.75 35.25 % Tabel 7
CNR kasus baru BTA+ 45.29 24.40 34.79 per 100.000 penduduk Tabel 7
Jumlah seluruh kasus TB 1,613 1,172 2,785 Kasus Tabel 7
CNR seluruh kasus TB 89.97 64.70 77.27 per 100.000 penduduk Tabel 7
Kasus TB anak 0-14 tahun 9.91 % Tabel 7
Persentase BTA+ terhadap suspek 8.49 4.47 4.90 % Tabel 8
Angka kesembuhan BTA+ 58.74 62.89 60.52 % Tabel 9
Angka pengobatan lengkap BTA+ 20.73 20.38 25.04 % Tabel 9
Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+ 79.47 83.27 85.56 % Tabel 9
Angka kematian selama pengobatan 1.84 0.83 1.30 per 100.000 penduduk Tabel 9
20 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani 31.70 28.66 39.61 % Tabel 10
21 Jumlah Kasus HIV 987 463 1,450 Kasus Tabel 11
22 Jumlah Kasus AIDS 220 347 567 Kasus Tabel 11
23 Jumlah Kematian karena AIDS 356 105 461 Jiwa Tabel 11
24 Jumlah Kasus Syphilis 255 185 440 Kasus Tabel 11
25 Donor darah diskrining positif HIV 0.12 0.04 0.10 % Tabel 12
26 Persentase Diare ditemukan dan ditangani 0.00 0.00 0.00 % Tabel 13
27 Kusta
Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) 15 6 21 Kasus Tabel 14
Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 0.84 0.33 0.58 per 100.000 penduduk Tabel 14
Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 71.43 % Tabel 15
Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 4.76 % Tabel 15
Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 0.03 per 100.000 penduduk Tabel 15
Angka Prevalensi Kusta 0.09 0.04 0.07 per 10.000 Penduduk Tabel 16
Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) 100.00 100.00 100.00 % Tabel 17
Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 7.14 16.67 15.00 % Tabel 17
28 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
AFP Rate (non polio) < 15 th 4.44 per 100.000 penduduk <15 tahun Tabel 18
Jumlah Kasus Difteri 3 1 4 Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Difteri 0 % Tabel 19
Jumlah Kasus Pertusis 0 0 0 Kasus Tabel 19
Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) 5 0 5 Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) 0 % Tabel 19
Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 0 1 1 Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum 0 % Tabel 19
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
Jumlah Kasus Campak 275 261 536 Kasus Tabel 20
Case Fatality Rate Campak 0 % Tabel 20
Jumlah Kasus Polio 0 0 0 Kasus Tabel 20
Jumlah Kasus Hepatitis B 72 121 193 Kasus Tabel 20
29 Incidence Rate DBD 52.82 40.80 46.78 per 100.000 penduduk Tabel 21
30 Case Fatality Rate DBD 0.42 0.68 0.53 % Tabel 21
31 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! per 1.000 penduduk berisiko Tabel 22
32 Case Fatality Rate Malaria 0.00 0.00 0.00 % Tabel 22
33 Angka Kesakitan Filariasis 0 0 0 per 100.000 penduduk Tabel 23
34 Persentase Hipertensi/tekanan darah tinggi 8.41 11.81 10.45 % Tabel 24
35 Persentase obesitas 6.33 5.64 7.64 % Tabel 25
36 Persentase IVA positif pada perempuan usia 30-50 tahun 1.14 % Tabel 26
37 % tumor/benjolan payudara pada perempuan 30-50 tahun 17.64 % Tabel 26
38 Desa/Kelurahan terkena KLB ditangani < 24 jam 100.00 % Tabel 28

C. UPAYA KESEHATAN
C.1 Pelayanan Kesehatan
39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 100 % Tabel 29
40 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 91.85 % Tabel 29
41 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 99.97 % Tabel 29
42 Pelayanan Ibu Nifas 95.77 % Tabel 29
43 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 98.59 % Tabel 29
44 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 93.98 % Tabel 30
45 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 89.15 % Tabel 32
46 Penanganan komplikasi kebidanan 119.33 % Tabel 33
47 Penanganan komplikasi Neonatal 86.68 117.83 127.53 % Tabel 33
48 Peserta KB Baru 5.96 % Tabel 36
49 Peserta KB Aktif 77.84 % Tabel 36
50 Bayi baru lahir ditimbang 85 117 99 % Tabel 37
51 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 4.75 5.09 4.92 % Tabel 37
52 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 80.13 111.24 93.14 % Tabel 38
53 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 68.25 93.94 78.99 % Tabel 38
54 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 76.85 78.02 77.43 % Tabel 39
55 Pelayanan kesehatan bayi 94.28 95.34 94.80 % Tabel 40
56 Desa/Kelurahan UCI 100.00 % Tabel 41
57 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 95.25 92.41 93.84 % Tabel 43
58 Imunisasi dasar lengkap pada bayi 95.03 92.28 93.66 % Tabel 43
59 Bayi Mendapat Vitamin A 92.70 91.19 91.95 % Tabel 44
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
60 Anak Balita Mendapat Vitamin A 99.92 99.87 99.89 % Tabel 44
61 Baduta ditimbang 87.70 87.67 87.69 % Tabel 45
62 Baduta berat badan di bawah garis merah (BGM) 0.60 0.67 0.63 % Tabel 45
63 Pelayanan kesehatan anak balita 94.97 97.74 96.33 % Tabel 46
64 Balita ditimbang (D/S) 80.26 81.57 80.90 % Tabel 47
65 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 0.72 0.81 0.76 % Tabel 47
66 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100.00 100.00 100.00 % Tabel 48
67 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 99.90 99.89 99.90 %
Tabel 49
68 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 2.08 Tabel 50
69 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal 73.61 sekolah Tabel 51
70 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi 113.32 sekolah Tabel 51
71 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 39.87 41.04 40.44 % Tabel 51
72 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) - - - % Tabel 51
73 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan
mulut - - - % Tabel 51
74 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) 54.04 55.30 54.71 % Tabel 52

C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan


Persentase

75 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan - - 60.35 % Tabel 53


76 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan 101.32 147.09 187.88 % Tabel 54
77 Cakupan Kunjungan Rawat Inap 6.00 7.82 7.30 % Tabel 54
78 Angka kematian kasar/Gross Death Rate (GDR) di RS 24.67 22.28 24.35 per 100.000 pasien keluar Tabel 55
79 Angka kematian murni/Nett Death Rate (NDR) di RS 16.20 14.55 15.86 per 100.000 pasien keluar Tabel 55
80 Bed Occupation Rate (BOR) di RS 55.18 % Tabel 56
81 Bed Turn Over (BTO) di RS 63.82 Kali Tabel 56
82 Turn of Interval (TOI) di RS 2.56 Hari Tabel 56
83 Average Length of Stay (ALOS) di RS - Hari Tabel 56

C.3 Perilaku Hidup Masyarakat


87 Rumah Tangga ber-PHBS 47.03 % Tabel 57
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
C.4 Keadaan Lingkungan
88 Persentase rumah sehat 64.97 % Tabel 58
89 Penduduk yang memiliki akses air minum yang layak 79.40 % Tabel 59
90 Penyelenggara air minum memenuhi syarat kesehatan 61.98 % Tabel 60
91 Penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) 79.71 % Tabel 61
92 Desa STBM 33.33 % Tabel 62
93 Tempat-tempat umum memenuhi syarat 83.55 % Tabel 63
TPM memenuhi syarat higiene sanitasi 59.17 % Tabel 64
TPM tidak memenuhi syarat dibina 61.80 % Tabel 65
TPM memenuhi syarat diuji petik 17.69 % Tabel 65

D. SUMBERDAYA KESEHATAN
D.1 Sarana Kesehatan
94 Jumlah Rumah Sakit Umum 55.00 RS Tabel 67
95 Jumlah Rumah Sakit Khusus 23.00 RS Tabel 67
96 Jumlah Puskesmas Rawat Inap 48.00 Tabel 67
97 Jumlah Puskesmas non-Rawat Inap 73.00 Tabel 67
Jumlah Puskesmas Keliling 96.00 Tabel 67
Jumlah Puskesmas pembantu 318.00 Tabel 67
98 Jumlah Apotek 599.00 Tabel 67
99 RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 71.79 % Tabel 68
100 Jumlah Posyandu 5,718.00 Posyandu Tabel 69
101 Posyandu Aktif 78.87 % Tabel 69
102 Rasio posyandu per 100 balita 2.63 per 100 balita Tabel 69
103 UKBM
Poskesdes 249.00 Poskesdes Tabel 70
Polindes 2.00 Polindes Tabel 70
Posbindu 498.00 Posbindu Tabel 70
104 Jumlah Desa Siaga 438.00 Desa Tabel 71
105 Persentase Desa Siaga 100.00 % Tabel 71

D.2 Tenaga Kesehatan


106 Jumlah Dokter Spesialis 866.00 673.00 1,565.00 Orang Tabel 72
107 Jumlah Dokter Umum 412.00 731.00 1,158.00 Orang Tabel 72
108 Rasio Dokter (spesialis+umum) 73.47 per 100.000 penduduk Tabel 72
109 Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Spesialis 148.00 421.00 572.00 Orang Tabel 72
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
110 Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter Gigi Spesialis) 15.87 per 100.000 penduduk
111 Jumlah Bidan 1,921.00 Orang Tabel 73
112 Rasio Bidan per 100.000 penduduk 53.30 per 100.000 penduduk Tabel 73
113 Jumlah Perawat 1,913.00 5,674.00 7,504.00 Orang Tabel 73
114 Rasio Perawat per 100.000 penduduk 208.19 per 100.000 penduduk Tabel 73
115 Jumlah Perawat Gigi 62.00 256.00 321.00 Orang Tabel 73
116 Jumlah Tenaga Kefarmasian 158.00 1,031.00 1,189.00 Orang Tabel 74
117 Jumlah Tenaga Kesehatan kesehatan 59.00 131.00 190.00 Orang Tabel 75
118 Jumlah Tenaga Sanitasi 140.00 139.00 279.00 Orang Tabel 76
119 Jumlah Tenaga Gizi 67.00 320.00 389.00 Orang Tabel 77

D.3 Pembiayaan Kesehatan


120 Total Anggaran Kesehatan ######### Rp Tabel 81
121 APBD Kesehatan terhadap APBD Kab/Kota 117.65 % Tabel 81
122 Anggaran Kesehatan Perkapita 413,193.84 Rp Tabel 81
TABEL 1

LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA,


DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN


JUMLAH
NO KABUPATEN/KOTA WILAYAH DESA + RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
2 DESA KELURAHAN PENDUDUK 2
(km ) KELURAHAN TANGGA TANGGA per km
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 KAB KULON PROGO 586.3 87 1 88 445,655 149,172 2.99 760.17
2 KAB BANTUL 504.5 75 0 75 927,181 312,530 2.97 1837.93
3 KAB GUNUNG KIDUL 1,485.4 144 0 144 755,977 243,512 3.10 508.95
4 KAB SLEMAN 574.8 86 0 86 1,062,861 359,844 2.95 1849.10
5 KOTA YOGYAKARTA 32.5 0 45 45 412,692 133,686 3.09 12702.12
6 0 #DIV/0! #DIV/0!

JUMLAH (KAB/KOTA) 3,183.4 392 46 438 3,604,366 1,198,744 3.01 1,132

Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/Kota


- Dinas kependudukan dan catatan sipil kab/kota
TABEL 2

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JUMLAH PENDUDUK
NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN
1 2 3 4 5 6

1 0-4 111,581 105,435 217,016 105.83


2 5-9 136,931 129,197 266,128 105.99
3 10 - 14 134,122 126,262 260,384 106.23
4 15 - 19 135,063 128,423 263,486 105.17
5 20 - 24 128,887 123,865 252,752 104.05
6 25 - 29 120,908 120,570 241,478 100.28
7 30 - 34 128,876 128,634 257,510 100.19
8 35 - 39 141,712 138,915 280,627 102.01
9 40 - 44 132,857 133,133 265,990 99.79
10 45 - 49 134,329 138,174 272,503 97.22
11 50 - 54 119,147 126,675 245,822 94.06
12 55 - 59 106,072 114,185 220,257 92.89
13 60 - 64 85,697 88,368 174,065 96.98
14 65 - 69 60,089 64,857 124,946 92.65
15 70 - 74 42,261 51,411 93,672 82.20
16 75+ 74,338 93,392 167,730 79.60

JUMLAH 1,792,870 1,811,496 3,604,366 98.97


ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 46

Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/kota


- Dinas kependudukan dan catatan sipil kab/kota
TABEL 3

PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF


DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JUMLAH PERSENTASE
NO VARIABEL LAKI-LAKI+ LAKI-LAKI+
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS 1,085,223 1,114,908 2,200,131
PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG
2 644,237 638,738 1,282,975 59.36 57.29 58.31
MELEK HURUF
PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG
3
DITAMATKAN:
a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 235,424 252,201 487,625 21.69 22.62 22.16
b. SD/MI 267,547 293,577 561,124 24.65 26.33 25.50
c. SMP/ MTs 207,285 196,813 404,098 19.10 17.65 18.37
d. SMA/ MA 325,466 286,885 612,351 29.99 25.73 27.83
e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 0 0 0 0.00 0.00 0.00
f. DIPLOMA I/DIPLOMA II 7,179 9,951 17,130 0.66 0.89 0.78
g. AKADEMI/DIPLOMA III 22,286 28,582 50,868 2.05 2.56 2.31
h. UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 73,341 74,297 147,638 6.76 6.66 6.71
i. S2/S3 (MASTER/DOKTOR) 8,203 5,694 13,897 0.76 0.51 0.63

Sumber: Dinas Pendidikan Kab/kota


TABEL 4

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JUMLAH KELAHIRAN

NO KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN

HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KAB KULON PROGO 2,497 15 2,512 2,511 14 2,525 5,008 29 5,037
2 KAB BANTUL 6,285 36 6,321 6,070 32 6,102 12,355 68 12,423
3 KAB GUNUNG KIDUL 3,693 28 3,721 3,646 22 3,593 7,339 50 7,389
4 KAB SLEMAN 6,987 28 7,015 7,038 23 7,061 14,025 51 14,076
5 KOTA YOGYAKARTA 1,850 17 1,867 1,771 6 1,777 3,621 23 3,644
JUMLAH (KAB/KOTA) 21,312 124 21,436 21,036 97 21,058 42,348 221 42,569
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN)5.8 4.6 5.2

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017

Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi
TABEL 5

JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JUMLAH KEMATIAN

NO KABUPATEN/KOTA LAKI - LAKI PEREMPUAN LAKI - LAKI + PEREMPUAN


a ANAK a ANAK ANAK
NEONATAL BAYI BALITA NEONATAL BAYI BALITA NEONATAL BAYIa BALITA
BALITA BALITA BALITA
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 KAB KULON PROGO 18 5 3 8 16 3 6 9 34 42 9 17


2 KAB BANTUL 43 17 4 64 28 20 3 51 71 37 7 115
3 KAB GUNUNG KIDUL 30 37 5 42 25 34 3 37 55 71 8 79
4 KAB SLEMAN 27 32 2 34 22 27 0 27 49 59 2 61
5 KOTA YOGYAKARTA 12 17 2 19 13 16 2 18 25 33 4 37
JUMLAH (KAB/KOTA) 130 108 16 167 104 100 14 142 234 242 30 309
ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN) 6 5 1 8 5 5 1 7 6 6 1 7

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017

Keterangan : - Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKN/AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi
TABEL 6
JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KABUPATEN/KOTA, DAN PUSKESMAS
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

KEMATIAN IBU
JUMLAH LAHIR JUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU
NO KABUPATEN/KOTA
HIDUP < 20 20-34 < 20 20-34 < 20 20-34 < 20 20-34
≥35 tahun JUMLAH ≥35 tahun JUMLAH ≥35 tahun JUMLAH ≥35 tahun JUMLAH
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 KAB KULON PROGO 5,008 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 2 1 3
2 KAB BANTUL 12,355 0 1 0 1 0 1 0 1 1 5 1 7 1 7 1 9
3 KAB GUNUNG KIDUL 7,339 0 2 0 2 0 0 0 0 0 7 3 10 0 9 3 12
4 KAB SLEMAN 14,025 0 2 1 3 0 0 0 0 0 3 0 3 0 5 1 6
5 KOTA YOGYAKARTA 3,621 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2 1 3 0 3 1 4
JUMLAH (KAB/KOTA) 42,348 0 6 2 8 0 2 0 2 1 18 5 24 1 26 7 34
ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN) 80

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Keterangan:
- Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas
- Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi
TABEL 7

KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA, DAN PUSKESMAS
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JUMLAH SELURUH
JUMLAH KASUS BARU TB BTA+ KASUS TB ANAK
JUMLAH PENDUDUK KASUS TB
NO KABUPATEN/KOTA 0-14 TAHUN
L P L P
L+P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KAB KULON PROGO 221,293 224,362 445,655 104 70.27 44 29.73 148 189 61.97 116 38.03 305 22 7.21
2 KAB BANTUL 462,449 464,732 927,181 174 60 118 40.41 292 458 56 354 43.60 812 151 18.60
3 KAB GUNUNG KIDUL 376,091 379,886 755,977 142 75 47 24.87 189 126 46 147 53.85 273 26 9.52
4 KAB SLEMAN 531,741 531,120 1,062,861 255 69 117 31.45 372 539 64 305 36.14 844 31 3.67
5 KOTA YOGYAKARTA 201,296 211,396 412,692 137 54 116 45.85 253 301 55 250 45.37 551 46 8.35
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,792,870 1,811,496 3,604,366 812 65 442 35 1,254 1,613 58 1,172 42 2,785 276 10

CNR KASUS BARU TB BTA+ PER 100.000 PENDUDUK 45.29 24.40 34.79

CNR SELURUH KASUS TB PER 100.000 PENDUDUK 89.97 64.70 77.27

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
Catatan : Jumlah kolom 6 = jumlah kolom 7 pada Tabel 1, yaitu sebesar: 3604366
TABEL 8

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA, DAN PUSKESMAS
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

TB PARU
SUSPEK % BTA (+)
NO KABUPATEN/KOTA BTA (+)
TERHADAP SUSPEK
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KAB KULON PROGO 0 0 2,274 0 0 78 #DIV/0! #DIV/0! 3.43
2 KAB BANTUL 2,918 3,080 5,998 106 69 175 3.63 2.24 2.92
3 KAB GUNUNG KIDUL 1,247 1,416 2,663 85 29 114 6.82 2.05 4.28
4 KAB SLEMAN 2,698 2,913 5,611 255 117 372 9.45 4.02 6.63
5 KOTA YOGYAKARTA 0 0 3,714 137 116 253 N/A N/A 6.81
JUMLAH (KAB/KOTA) 6,863 7,409 20,260 583 331 992 8.49 4.47 4.90

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS,
Lembaga Pemasyarakatan, , rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
TABEL 9

ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA, DAN PUSKESMAS
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

ANGKA PENGOBATAN LENGKAP


ANGKA KESEMBUHAN (CURE RATE) ANGKA KEBERHASILAN
(COMPLETE RATE) JUMLAH KEMATIAN
BTA (+) DIOBATI* PENGOBATAN
NO KABUPATEN/KOTA SELAMA PENGOBATAN
L P L+P L P L+P (SUCCESS RATE/SR)
JUMLA JUMLA JUMLA JUMLA JUMLA JUMLA
L P L+P % % % % % % L P L+P L P L+P
H H H H H H
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 KAB KULON PROGO 55 45 100 42 76.36 37 82.22 79 79.00 1 1.82 1 2.22 1 1.00 78.18 84.44 80.00 3 0 2
2 KAB BANTUL 387 307 694 139 35.92 126 41.04 265 38.18 149 38.50 121 39.41 348 50.13 40.00 25.00 65.00 2 1 3
3 KAB GUNUNG KIDUL 105 81 186 71 67.62 57 70.37 128 68.82 17 16.19 11 13.58 28 15.05 83.81 83.95 83.87 10 5 15
4 KAB SLEMAN 205 142 347 168 81.95 127 89.44 295 85.01 19 9.27 4 2.82 23 6.63 91.22 92.25 91.64 4 0 4
5 KOTA YOGYAKARTA 232 166 398 158 68.10 119 71.69 277 69.60 18 7.76 14 8.43 32 8.04 75.86 80.12 77.64 14 9 23
JUMLAH (KAB/KOTA) 984 741 1,725 578 58.74 466 62.89 1,044 60.52 204 20.73 151 20.38 432 25.04 79.47 83.27 85.56 33 15 47
ANGKA KEMATIAN SELAMA PENGOBATAN PER 100.000 PENDUDUK 2 1 1

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Keterangan:
* kohort yang sama dari kasus yang dinilai kesembuhan dan pengobatan lengkap
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
TABEL 10

PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA, DAN PUSKESMAS
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PNEUMONIA PADA BALITA


JUMLAH BALITA JUMLAH PERKIRAAN PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI
NO KABUPATEN/KOTA
PENDERITA L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KAB KULON PROGO 12,821 12,290 25,111 1,282 1,229 2,511 0 0 1,310 52.16837
2 KAB BANTUL 31,095 30,095 61,190 261 252 513 701 269.0372 496 196.4814 1,197 233.3
3 KAB GUNUNG KIDUL 25,480 25,522 51,002 2,548 2,552 5,100 1,076 42.2 1,054 41.3 2,130 41.8
4 KAB SLEMAN 32,271 31,415 63,686 3,227 3,142 6,369 374 11.6 389 12.4 987 15.5
5 KOTA YOGYAKARTA 20,130 21,140 41,269 870 913 1,783 444 51.1 379 41.5 823 46.2
JUMLAH (KAB/KOTA) 121,797 120,462 242,258 8,187 8,088 16,276 2,595 31.69521 2,318 28.65842 6,447 39.61113

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 11

JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT JENIS KELAMIN


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

HIV AIDS JUMLAH KEMATIAN AKIBAT AIDS SYPHILIS


NO KELOMPOK UMUR
PROPORSI PROPORSI PROPORSI
L P L+P KELOMPOK L P L+P KELOMPOK L P L+P L P L+P KELOMPOK
UMUR UMUR UMUR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 ≤ 4 TAHUN 34 21 55 3.79 6 14 20 3.59 18 5 23 0 0 0 0.00

2 5 - 14 TAHUN 12 10 22 1.52 2 7 9 1.67 5 1 6 0 1 1 0.23

3 15 - 19 TAHUN 17 3 20 1.38 4 3 7 1.18 4 1 5 9 6 15 3.41

4 20 - 24 TAHUN 62 118 180 12.41 61 114 175 30.79 121 33 154 68 35 103 23.41

5 25 - 49 TAHUN 161 214 375 25.86 99 136 235 41.42 124 37 161 119 138 257 58.41

6 ≥ 50 TAHUN 118 64 182 12.55 37 53 90 15.83 55 19 74 39 5 44 10.00

LAINNYA 583 33 616 11 20 31 29 8 37 20 0 20

JUMLAH (KAB/KOTA) 987 463 1,450 220 347 567 356 105 461 255 185 440

PROPORSI JENIS KELAMIN 68.07 31.93 38.80 61.20 77.26 22.74 57.95 42.05

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017

Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 12

PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV MENURUT JENIS KELAMIN


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

DONOR DARAH
SAMPEL DARAH DIPERIKSA/DISKRINING
NO UNIT TRANSFUSI DARAH POSITIF HIV
JUMLAH PENDONOR TERHADAP HIV
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
1 PMI Kabupaten Kulon Progo 3,847 498 4,345 3,847 100.00 498 100.00 4,345 100.00 1 0.03 0 0.00 1 0.02
0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
2 PMI Kota Yogyakarta 34,547 7,185 41,732 34,547 100.00 7,185 100.00 41,732 100.00 44 0.13 3 0.04 47 0.11
JUMLAH 38,394 7,683 46,077 38,394 100.00 7,683 100.00 46,077 100.00 45 0.12 3 0 48 0.10

Sumber: PMI Kab/kota


TABEL 13

KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA, DAN PUSKESMAS
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

DIARE
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH TARGET DIARE DITANGANI
NO KABUPATEN/KOTA PENEMUAN L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KAB KULON PROGO 221,293 224,362 445,655 4,736 4,801 9,537 0 0 9,101 95
2 KAB BANTUL 462,449 464,732 927,181 9,896 9,945 19,842 2,889 29 2,592 26 5,481 28
3 KAB GUNUNG KIDUL 376,091 379,886 755,977 8,048 8,130 16,178 5,104 63 5,806 71 10,910 67
4 KAB SLEMAN 531,741 531,120 1,062,861 11,379 11,366 22,745 6,621 58 7,144 63 13,765 61
5 KOTA YOGYAKARTA 201,296 211,396 412,692 4,308 4,524 8,832 4,364 101 4,935 109 9,299 105
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,792,870 1,811,496 3,604,366 38,367 38,766 77,133 18,978 49.5 20,477 52.8 48,556 63.0
ANGKA KESAKITAN DIARE PER 1.000 PENDUDUK 214

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 14

KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA, DAN PUSKESMAS


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

KASUS BARU
NO KABUPATEN/KOTA Pausi Basiler (PB)/ Kusta kering Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah PB + MB
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KAB KULON PROGO 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 KAB BANTUL 0 0 0 4 2 6 4 2 6
3 KAB GUNUNG KIDUL 0 0 0 11 4 15 11 4 15
4 KAB SLEMAN 0 1 1 0 1 1 0 0 0
5 KOTA YOGYAKARTA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 1 1 15 7 22 15 6 21
PROPORSI JENIS KELAMIN 0.00 100.00 68.18 31.82 71.43 28.57
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE ) PER 100.000 PENDUDUK 0.836647387 0.331217955 0.582626737

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 15

KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA, DAN PUSKESMAS
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

KASUS BARU
PENDERITA KUSTA
NO KABUPATEN/KOTA PENDERITA CACAT TINGKAT 2
0-14 TAHUN
KUSTA
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8
1 KAB KULON PROGO - #DIV/0! #DIV/0!
2 KAB BANTUL 6 0.00 1 16.67
3 KAB GUNUNG KIDUL 15 15 100.00 0.00
4 KAB SLEMAN - #DIV/0! #DIV/0!
5 KOTA YOGYAKARTA - #DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 21 15 71.43 1 4.76
ANGKA CACAT TINGKAT 2 PER 100.000 PENDUDUK 0

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 16

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

KASUS TERCATAT
NO KABUPATEN/KOTA Pausi Basiler/Kusta kering Multi Basiler/Kusta Basah JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KAB KULON PROGO 0 0 0 0 0
2 KAB BANTUL 0 0 0 5 2 7 5 2 7
3 KAB GUNUNG KIDUL 0 0 0 11 4 15 11 4 15
4 KAB SLEMAN 0 1 1 0 1 1 0 2 2
5 KOTA YOGYAKARTA 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 1 1 16 7 23 16 8 24
ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK 0.089242 0.044162 0.066586

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 17

PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

KUSTA (PB) KUSTA (MB)


RFT PB RFT MB
NO KABUPATEN/KOTA PENDERITA PBa PENDERITA MBa
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 KAB KULON PROGO 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
2 KAB BANTUL 0 1 1 0 #DIV/0! 1 100 1 100 1 0 1 1 100 0 #DIV/0! 1 100
3 KAB GUNUNG KIDUL 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 11 4 15 0 0 1 25 2 13
4 KAB SLEMAN 1 2 3 1 100 2 100 3 100 2 2 4 0 0 0 0 0 0
5 KOTA YOGYAKARTA 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 1 3 4 1 100.0 3 100.0 4 100.0 14 6 20 1 7 1 17 3 15

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 18

JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KABUPATEN/KOTA


D.I. Yogyakarta
2017

JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KASUS AFP


NO KABUPATEN/KOTA
<15 TAHUN (NON POLIO)
1 2 4 5
1 KAB KULON PROGO 90,158 1
2 KAB BANTUL 196,439 10
3 KAB GUNUNG KIDUL 6,242 0
4 KAB SLEMAN 221,565 12
5 KOTA YOGYAKARTA 93,223 4
JUMLAH (KAB/KOTA) 607,627 27
AFP RATE (NON POLIO) PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN 4.44

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

Catatan : Jumlah penduduk < 15 tahun kolom 4 = jumlah penduduk < 743,528
15 tahun pada tabel 2, yaitu sebesar:
TABEL 19

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JUMLAH KASUS PD3I


DIFTERI TETANUS (NON NEONATORUM) TETANUS NEONATORUM
NO KABUPATEN/KOTA PERTUSIS
JUMLAH KASUS JUMLAH KASUS JUMLAH KASUS
MENINGGAL MENINGGAL MENINGGAL
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KAB KULON PROGO 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
2 KAB BANTUL 0 0 0 0
3 KAB GUNUNG KIDUL 0 0 0 0
4 KAB SLEMAN 3 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 KOTA YOGYAKARTA 0 0 0 0 0 0 0 4 0 4 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 3 1 4 0 0 0 0 5 0 5 0 0 1 1 0
CASE FATALITY RATE (%) 0.00 0.00 0.00

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 20

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JUMLAH KASUS PD3I

NO KABUPATEN/KOTA CAMPAK
POLIO HEPATITIS B
JUMLAH KASUS
MENINGGAL
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 KAB KULON PROGO 35 25 60 0 0 0 0 0 19 19
2 KAB BANTUL 73 65 138 0 0 0 0 0 0 0
3 KAB GUNUNG KIDUL 18 17 35 0 0 0 0 0 0 0
4 KAB SLEMAN 89 88 177 0 0 0 0 72 67 139
5 KOTA YOGYAKARTA 60 66 126 0 0 0 0 0 35 35
JUMLAH (KAB/KOTA) 275 261 536 0 0 0 0 72 121 193
CASE FATALITY RATE (%) 0.0

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 21

JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA, DAN PUSKESMAS
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH KASUS MENINGGAL CFR (%)
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KAB KULON PROGO 41 38 79 0 1 1 0.0 2.6 1.3
2 KAB BANTUL 303 235 538 2 0 2 0.7 0.0 0.4
3 KAB GUNUNG KIDUL 127 101 228 0 1 1 0.0 1.0 0.4
4 KAB SLEMAN 241 186 427 1 2 3 0.4 1.1 0.7
5 KOTA YOGYAKARTA 235 179 414 1 1 2 0.4 0.6 0.5
JUMLAH (KAB/KOTA) 947 739 1,686 4 5 9 0.4 0.7 0.5
INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK
52.8 40.8 46.8

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 22

KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

MALARIA
SEDIAAN DARAH DIPERIKSA
NO KABUPATEN/KOTA SUSPEK MENINGGAL CFR
POSITIF
L P L+P
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L P L+P
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 KAB KULON PROGO 0 0 15,067 - - 15,067 59 #DIV/0! 25 #DIV/0! 84 0.56 0 0 0 0 0 0
2 KAB BANTUL - - 0 1 1 2 1 100.00 - - 1 150.00 0 0 0 0.00 0.00 0.00
3 KAB GUNUNG KIDUL 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
4 KAB SLEMAN 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
5 KOTA YOGYAKARTA 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 15,067 1 1 2 60 6,000.00 25 2,500 85 4,250.00 0 0 0 0 0 0

JUMLAH PENDUDUK BERISIKO

ANGKA KESAKITAN (ANNUAL PARASITE INCIDENCE ) PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 23

PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA, DAN PUSKESMAS


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PENDERITA FILARIASIS
NO KABUPATEN/KOTA KASUS BARU DITEMUKAN JUMLAH SELURUH KASUS
L P L+P L P L+P
1 2 4 5 6 7 8 9
1 KAB KULON PROGO 0 0
2 KAB BANTUL 0 0
3 KAB GUNUNG KIDUL 0 0
4 KAB SLEMAN 0 0
5 KOTA YOGYAKARTA 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 0 0
ANGKA KESAKITAN PER 100.000 PENDUDUK (KAB/KOTA) 0 0 0

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 24

PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK ≥ 18 TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

DILAKUKAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH HIPERTENSI/TEKANAN DARAH TINGGI


JUMLAH PENDUDUK ≥ 18 TAHUN LAKI-LAKI + LAKI-LAKI +
NO KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN
LAKI-LAKI +
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
PEREMPUAN
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KAB KULON PROGO 157,786 164,482 322,268 1,745 0.54 0 0 0 0 402 0.12
2 KAB BANTUL 361,067 369,675 730,742 16,283 4.51 18,226 4.93 34,509 4.72 0 0 0 0
3 KAB GUNUNG KIDUL 23,223 23,652 46,875 8,905 38.35 10,318 43.62 19,223 41.01 97 1.09 210 2.04 307 1.60
4 KAB SLEMAN 389,027 395,844 784,871 230,652 59.29 336,652 85.05 567,304 72.28 23000 9.97 45672 13.57 68672 12.10
5 KOTA YOGYAKARTA 145,879 158,100 303,979 101,995 69.92 151,638 95.91 253,633 83.44 7009 6.87 15172 10.01 22181 8.75
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,076,982 1,111,753 2,188,735 357,835 33.23 516,834 46.49 876,414 40.04 30,106 8.41 61,054 11.81 91,562 10.45

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 25

PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JUMLAH PENGUNJUNG PUSKESMAS DILAKUKAN PEMERIKSAAN OBESITAS OBESITAS


DAN JARINGANNYA BERUSIA ≥ 15
NO KABUPATEN/KOTA TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN
LAKI-LAKI +
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
PEREMPUAN
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KAB KULON PROGO 148,734 279,930 428,664 0 0.00 0 0.00 1,566 0.37 0 0 0 0.00 864 0.20
2 KAB BANTUL 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
3 KAB GUNUNG KIDUL 12,222 12,624 24,846 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
4 KAB SLEMAN 254,021 426,285 680,306 4,838 1.90 13,604 3.19 18,442 2.71 94 1.94 126 0.93 220 1.19
5 KOTA YOGYAKARTA 115,659 158,084 273,743 10,639 503.70 19,396 565.38 30,035 529.61 886 476.97 1736 567.47 2622 8.73
JUMLAH (KAB/KOTA) 530,636 876,923 1,407,559 15,477 2.92 33,000 3.76 48,477 3.44 980 6.33 1,862 5.64 3,706 7.64

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 26

CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE)
MENURUT KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PEMERIKSAAN LEHER RAHIM


PEREMPUAN IVA POSITIF TUMOR/BENJOLAN
NO KABUPATEN/KOTA DAN PAYUDARA
USIA 30-50 TAHUN
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10
1 KAB KULON PROGO 62,812 1,553 2.47 30.00 0.05 17 0.03
2 KAB BANTUL 140,568 1,476 1.05 #REF! 1,476 100.00
3 KAB GUNUNG KIDUL 8,134 56 1 14 25.00 0 0.00
4 KAB SLEMAN 172,048 4,113 2 34 0.83 1 0.02
5 KOTA YOGYAKARTA 67,640 1,632 2 23 1.41 64 3.92
JUMLAH (KAB/KOTA) 451,202 8,830 2 101 1.14 1,558 17.64

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Ket: IVA: Inspeksi Visual dengan Asam asetat
CBE: Clinical Breast Examination
TABEL 27
JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

YANG TERSERANG JUMLAH PENDUDUK


WAKTU KEJADIAN (TANGGAL) JUMLAH PENDERITA KELOMPOK UMUR PENDERITA JUMLAH KEMATIAN ATTACK RATE (%
JENIS KEJADIAN LUAR JUMLAH TERANCAM
NO JUMLAH
BIASA DESA/KE DITANGGU- 0-7 8-28 1-11 1-4 5-9 10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 60-69 70+
KEC DIKETAHUI AKHIR L P L+P L P L+P L P L+P L
L LANGI HARI HARI BLN THN THN THN THN THN THN THN THN THN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
N PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

ATTACK RATE (%) CFR (%)

P L+P L P L+P
30 31 32 33 34
TABEL 28

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG DITANGANI < 24 JAM


D.I. Yogyakarta
2017

KLB DI DESA/KELURAHAN
NO KABUPATEN/KOTA
JUMLAH DITANGANI <24 JAM %
1 2 4 5 6
1 KAB KULON PROGO 11 11 100.00
2 KAB BANTUL 14 14 100.00
3 KAB GUNUNG KIDUL 14 14 100.00
4 KAB SLEMAN 17 17 100.00
5 KOTA YOGYAKARTA 45 45 100.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 101 101 100.00

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 29

CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
MENURUT KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

IBU HAMIL IBU BERSALIN/NIFAS


PERSALINAN MENDAPAT IBU NIFAS
NO KABUPATEN/KOTA K1 K4
JUMLAH JUMLAH DITOLONG NAKES YANKES NIFAS MENDAPAT VIT A
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KAB KULON PROGO 5928 5927 100.0 5364 90.5 4995 4993 100.0 4,824 96.6 4,973 99.56
2 KAB BANTUL 14,270 14,270 100.0 13,132 92.0 12,375 12,373 100.0 12,032 97.2 12,293 99.34
3 KAB GUNUNG KIDUL 8965 8965 100.0 7712 86.0 7340 7332 99.9 6,857 93.4 7,141 97.29
4 KAB SLEMAN 15549 15549 100.0 14932 96.0 14015 14014 100.0 13,497 96.3 13,910 99.25
5 KOTA YOGYAKARTA 4228 4227 100.0 3809 90.1 3617 3617 100.0 3,342 92.4 3,426 94.72
JUMLAH (KAB/KOTA) 48,940 48,938 100.0 44,949 91.8 42,342 42,329 100.0 40,552 95.8 41,743 98.59

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 30

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL


JUMLAH IBU
NO KABUPATEN/KOTA TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+
HAMIL
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 KAB KULON PROGO 5,928 7 0.1 70 1.2 2,469 41.6 2,201 37.1 1,175 19.8 5,915 99.8
2 KAB BANTUL 14,270 10 0.1 24 0.2 3,110 31.0 3,694 36.8 3,197 31.9 10,025 99.9
3 KAB GUNUNG KIDUL 8,965 18 0.2 254 2.8 3,142 35.0 3,186 35.5 1,987 22.2 8,569 95.6
4 KAB SLEMAN 15,549 102 0.7 322 2.1 5,182 33.3 5,357 34.5 6,636 42.7 17,497 112.5
5 KOTA YOGYAKARTA 4,228 16 0.4 93 2.2 1,188 28.1 1,180 27.9 1,510 35.7 3,987 94.3
JUMLAH (KAB/KOTA) 48,940 153 0.3 763 1.6 15,091 30.8 15,618 31.9 14,505 29.6 45,993 94.0

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 31

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA WUS


JUMLAH WUS
NO KABUPATEN/KOTA TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5
(15-39 TAHUN)
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 KAB KULON PROGO 76,731 11 0.0 14 0.0 1,286 1.7 369 0.5 136 0.2
2 KAB BANTUL #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
3 KAB GUNUNG KIDUL 8,375 0 - 1 0.0 120 1.4 163 1.9 119 1.4
4 KAB SLEMAN 190,702 61 0.0 46 0.0 2,597 1.4 508 0.3 1,965 1.0
5 KOTA YOGYAKARTA 79,034 25 0.0 28 0.0 711 0.9 140 0.2 248 0.3
JUMLAH (KAB/KOTA) 354,842 97 0.0 89 0.0 4,714 1.3 1,180 0.3 2,468 0.7

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 32

JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JUMLAH FE1 (30 TABLET) FE3 (90 TABLET)


NO KABUPATEN/KOTA
IBU HAMIL JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8
1 KAB KULON PROGO 5928 5,706 96.26 5,235 88.31
2 KAB BANTUL 14270 13,621 95.45 12,341 86.48
3 KAB GUNUNG KIDUL 8965 8,460 94.37 7,597 84.74
4 KAB SLEMAN 15549 15,486 99.59 14,856 95.54
5 KOTA YOGYAKARTA 4228 3,930 92.95 3,602 85.19
JUMLAH (KAB/KOTA) 48940 47,203 96.45 43,631 89.15

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 33

JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL


MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PERKIRAAN PENANGANAN
PERKIRAAN NEONATAL PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
BUMIL KOMPLIKASI JUMLAH LAHIR HIDUP
JUMLAH KOMPLIKASI
NO KABUPATEN/KOTA DENGAN KEBIDANAN L P L+P
IBU HAMIL KOMPLIKASI
KEBIDANAN S % L P L+P L P L+P S % S % S %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 KAB KULON PROGO 5,928 1,186 1329 112.095 2,497 2,511 5,008 375 377 751 398 106.3 441 117.1 839 111.7
2 KAB BANTUL 14,270 2,854 2715 95.1 6,285 6,070 12,355 944 909 1,853 952 100.8 788 86.7 1,740 93.9
3 KAB GUNUNG KIDUL 8,965 1,793 3693 206.0 7,339 554 547 1,101 400 72 424 38.5 824 206.0 1,248 1728.3
4 KAB SLEMAN 15,549 3,110 2934 94.3 6,987 7,038 14,025 1,048 1,056 2,104 1,211 115.5 1,243 117.7 2,454 116.6
5 KOTA YOGYAKARTA 4,228 846 1009 119.3 1,850 1,771 3,621 278 266 543 261 94.1 247 93.0 508 93.5
JUMLAH (KAB/KOTA) 48,940 9,788 11680 119.33 24,958 17,944 35,556 3,745 3,007 5,323 3,246 86.7 3,543 117.8 6,789 127.5

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 34

PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PESERTA KB AKTIF
MKJP NON MKJP
NO KABUPATEN/KOTA MKJP + % MKJP +
KON OBAT LAIN NON MKJP NON MKJP
IUD % MOP % MOW % IM PLAN % JUMLAH % % SUNTIK % PIL % % % JUMLAH %
DOM VAGINA NYA
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 KAB KULON PROGO 13,563 25.6 666 1.3 2,866 5.4 7,025 13.3 24,120 45.6 2,400 4.5 21,301 40.3 5,063 9.6 0 0.0 0 0.0 28,764 54.4 52,884 100.0
2 KAB BANTUL 26,059 23.9 1,047 1.0 5,029 4.6 5,318 4.9 37,453 34.3 8,261 7.6 51,330 47.0 12,213 11.2 0 0.0 0 0.0 71,804 65.7 109,257 100.0
3 KAB GUNUNG KIDUL 12,992 14.1 300 0.3 3,561 3.9 7,320 7.9 24,173 26.2 2,864 3.1 54,308 58.8 10,979 11.9 0 0.0 0 0.0 68,151 73.8 92,324 100.0
4 KAB SLEMAN 35,757 28.9 714 0.6 5,521 4.5 6,768 5.5 48,760 39.5 8,908 7.2 56,061 45.4 9,810 7.9 0 0.0 0 0.0 74,779 60.5 123,539 100.0
5 KOTA YOGYAKARTA 11,710 33.3 280 0.8 2,129 6.1 1,083 3.1 15,202 43.3 5,998 17.1 10,482 29.8 3,451 9.8 0 0.0 0 0.0 19,931 56.7 35,133 100.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 100,081 24.2 3,007 0.7 19,106 4.6 27,514 6.7 149,708 36.2 28,431 6.9 193,482 46.8 41,516 10.0 0 0.0 0 0.0 263,429 63.8 413,137 100.0

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
TABEL 35

PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PESERTA KB BARU
MKJP NON MKJP MKJP + % MKJP
NO KABUPATEN/KOTA
OBAT LAIN NON + NON
IUD % MOP % MOW % IMPLAN % JUMLAH % KONDOM % SUNTIK % PIL % % % JUMLAH % MKJP MKJP
VAGINA NYA
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 KAB KULON PROGO 972 22.5 60 1.4 113 2.6 925 21.5 2,070 48.0 92 2.1 1,725 40.0 424 9.8 0 0.0 0 0.0 2,241 52.0 4,311 100.0
2 KAB BANTUL 3,377 28.6 192 1.6 330 2.8 784 6.6 4,683 39.7 767 6.5 5,412 45.9 939 8.0 0.0 0.0 7,118 60.3 11,801 100.0
3 KAB GUNUNG KIDUL 1,035 19.4 15 0.3 109 2.0 1,056 19.8 2,215 41.5 79 1.5 2,867 53.7 175 3.3 0 0.0 0 0.0 3,121 58.5 5,336 100.0
4 KAB SLEMAN 1,974 23.0 29 0.3 48 0.6 547 6.4 2,598 30.3 250 2.9 4,905 57.2 827 9.6 0 0.0 0 0.0 5,982 69.7 8,580 100.0
5 KOTA YOGYAKARTA 605 37.6 15 0.9 87 5.4 80 5.0 787 49.0 126 7.8 620 38.6 74 4.6 0 0.0 0 0.0 820 51.0 1,607 100.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 7,963 25.2 311 1.0 687 2.2 3,392 10.7 12,353 39.0 1,314 4.2 15,529 49.1 2,439 7.7 0 0.0 0 0.0 19,282 61.0 31,635 100.0

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
TABEL 36

JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN PUSKESMAS


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PESERTA KB BARU PESERTA KB AKTIF


NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH PUS
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8
1 KAB KULON PROGO 67,543 4,311 6.4 52,884 78.3
2 KAB BANTUL 143,861 11,801 8.2 109,257 75.9
3 KAB GUNUNG KIDUL 118,767 5,336 4.5 92,324 77.7
4 KAB SLEMAN 154,299 8,580 5.6 123,539 80.1
5 KOTA YOGYAKARTA 46,307 1,607 3.5 35,133 75.9
JUMLAH (KAB/KOTA) 530,777 31,635 6.0 413,137 77.8

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 37

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

BAYI BARU LAHIR DITIMBANG BBLR


JUMLAH LAHIR HIDUP
NO KABUPATEN/KOTA L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KAB KULON PROGO 2,497 2,511 5,008 2,480 99.32 2,481 98.8 4,961 99.1 159 6.41129 173 7.0 332 6.7
2 KAB BANTUL 6,285 6,070 12,355 6,285 100.0 6,070 100.0 12,355 100.0 250 4.0 217 3.6 467 3.8
3 KAB GUNUNG KIDUL 7,339 554 7,893 3,688 50.3 3,636 656.4 7,324 92.8 207 5.6 236 6.5 443 6.0
4 KAB SLEMAN 6,987 7,038 14,025 6,987 100.0 7,038 100.0 14,025 100.0 305 4.4 347 4.9 652 4.6
5 KOTA YOGYAKARTA 1,850 1,771 3,621 1,850 100.0 1,771 100.0 3,621 100.0 91 4.9 96 5.4 187 5.2
JUMLAH (KAB/KOTA) 24,958 17,944 42,902 21,290 85.3 20,996 117.0 42,286 98.6 1,012 4.8 1,069 5.1 2,081 4.9

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 38

CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

KUNJUNGAN NEONATAL 1 KALI (KN1) KUNJUNGAN NEONATAL 3 KALI (KN LENGKAP)


JUMLAH LAHIR HIDUP
NO KABUPATEN/KOTA L P L+P L P L+P
L P L +P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KAB KULON PROGO 2,497 2,511 5,008 2,180 87.3 2,259 90.0 4,439 88.6 2,179 87.3 2,242 89.3 4,421 88.3
2 KAB BANTUL 6,285 6,070 12,355 5,467 87.0 5,395 88.9 10,862 87.9 5,311 84.5 5,264 86.7 10,575 85.6
3 KAB GUNUNG KIDUL 7,339 554 7,893 3,563 48.5 3,471 626.6 7,034 89.1 1,061 14.5 1,051 189.7 2,112 26.8
4 KAB SLEMAN 6,987 7,038 14,025 6,985 100.0 7,038 100.0 14,023 100.0 6,817 97.6 6,729 95.6 13,546 96.6
5 KOTA YOGYAKARTA 1,850 1,771 3,621 1,805 97.6 1,798 101.5 3,603 99.5 1,665 90.0 1,570 88.7 3,235 89.3
JUMLAH (KAB/KOTA) 24,958 17,944 42,902 20,000 80.1 19,961 111.2 39,961 93.1 17,033 68.2 16,856 93.9 33,889 79.0

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 39

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF


JUMLAH BAYI
USIA 0-6 BULAN
NO KABUPATEN/KOTA 0-6 BULAN
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KAB KULON PROGO 2,241 2,316 4,557 1,725 77.0 1,803 77.8 3,528 77.4
2 KAB BANTUL 4,035 3,830 7,865 2,961 73.4 2,880 75.2 5,841 74.3
3 KAB GUNUNG KIDUL 2,877 2,689 5,566 1,924 66.9 1,796 66.8 3,720 66.8
4 KAB SLEMAN 4,194 4,226 8,420 3,436 81.9 3,521 83.3 6,957 82.6
5 KOTA YOGYAKARTA 914 886 1,800 914 100.0 881 99.4 1,795 99.7
JUMLAH (KAB/KOTA) 14,261 13,947 28,208 10,960 76.9 10,881 78.0 21,841 77.4

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 40

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PELAYANAN KESEHATAN BAYI


JUMLAH BAYI
NO KABUPATEN/KOTA L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KAB KULON PROGO 2,497 2,511 5,008 2,502 100.2 2,547 101.4 5,049 100.8
2 KAB BANTUL 6,285 6,070 12,355 5,640 89.7 5,502 90.6 11,142 90.2
3 KAB GUNUNG KIDUL 3,693 3,646 7,339 3,754 101.7 3,632 99.6 7,386 100.6
4 KAB SLEMAN 6,987 7,038 14,025 6,535 93.5 6,784 96.4 13,319 95.0
5 KOTA YOGYAKARTA 1,850 1,771 3,621 1,661 89.8 1,590 89.8 3,251 89.8
JUMLAH (KAB/KOTA) 21,312 21,036 42,348 20,092 94.3 20,055 95 40,147 94.8

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 41

CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT KABUPATEN/KOTA


D.I. Yogyakarta
2017

JUMLAH DESA/KELURAHAN % DESA/KELURAHAN


NO KABUPATEN/KOTA
DESA/KELURAHAN UCI UCI

1 2 4 5 6
1 KAB KULON PROGO 88 88 100.0
2 KAB BANTUL 75 75 100.0
3 KAB GUNUNG KIDUL 144 144 100.0
4 KAB SLEMAN 86 86 100.0
5 KOTA YOGYAKARTA 45 45 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 438 438 100.0

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 42

CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH LAHIR HIDUP Hb < 7 hari BCG
NO KABUPATEN/KOTA
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KAB KULON PROGO 2497 2511 5008 2560 102.52 2485 98.96 5045 100.74 2559 2485 2558 2483 2558 2483
2 KAB BANTUL 6285 6070 12355 5798 92.25 5665 93.33 11463 92.78 5796 92.22 5662 93.28 11458 92.74 5752 5635 5735 5624
3 KAB GUNUNG KIDUL 7339 554 7893 3963 54.00 3699 667.75 7662 97.07 3962 53.99 3698 667.57 7660 97.05 3932 3665 3930 3661
4 KAB SLEMAN 6987 7038 14025 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00
5 KOTA YOGYAKARTA 1850 1771 3621 1842 99.57 1749 98.76 3591 99.17 0 0 1820 1720 1801 1730
JUMLAH (KAB/KOTA) 24958 17944 42902 14163 56.75 13598 75.78 27761 64.71 12317 49.35 11845 66.01 19118 44.56

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 43

CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH BAYI a
DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 POLIO 4 CAMPAK IMUNISASI DASAR LENGKAP
NO KABUPATEN/KOTA (SURVIVING INFANT)
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 KAB KULON PROGO 2,497 2,511 5,008 2,560 103 2,485 99 5,045 101 2,559 2,485 2,558 102.44 2,483 98.88 5,041 100.659 2,558 102.443 2,483 98.88 5,041 100.659
2 KAB BANTUL 6,285 6,070 12,355 5,798 92 5,665 93 11,463 93 5,796 92.22 5,662 93.28 11,458 92.74 5,752 91.52 5,635 92.83 11,387 92.1651 5,735 91.249 5,624 92.65 11,359 91.9385
3 KAB GUNUNG KIDUL 3,693 3,646 7,339 3,963 107 3,699 101 7,662 104 3,962 107.28 3,698 101.43 7,660 104.37 3,932 106.47 3,665 100.52 7,597 103.515 3,930 106.418 3,661 100.41 7,591 103.434
4 KAB SLEMAN 6,987 7,038 14,025 6,247 89 5,930 84 12,177 87 6,248 89.42 5,940 84.40 12,188 86.90 6,238 89.28 5,937 84.36 12,175 86.8093 6,229 89.1513 5,913 84.02 12,142 86.574
5 KOTA YOGYAKARTA 1,850 1,771 3,621 1,842 100 1,749 99 3,591 99 0 0 1,820 98.38 1,720 97.12 3,540 97.763 1,801 97.3514 1,730 97.68 3,531 97.5145
JUMLAH (KAB/KOTA) 21,312 21,036 42,348 20,410 96 19,528 93 39,938 94 18,565 87.11 17,785 84.55 31,306 73.93 20,300 95.25 19,440 92.41 39,740 93.84 20,253 95.031 19,411 92.28 39,664 93.66

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Keterangan: a = khusus provinsi yang menerapkan 3 dosis polio maka diisi dengan polio 3
CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

BAYI 6-11 BULAN ANAK BALITA (12-59 BULAN) BALITA (6-59 BULAN)
MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A
JUMLAH BAYI JUMLAH JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P SƷ % S % S % L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S %
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
2,497 2,511 5,008 2,424 97.08 2,383 94.90 4,807 95.99 10,629 10,216 20,845 10,629 100.00 10,216 100.00 20,845 100.00 13,126 12,727 25,853 13,053 99.44 12,599 98.99 25,652 99.22
6,285 6,070 12,355 6,195 98.57 6,219 102.45 12,414 100.48 24,899 23,875 48,774 24,896 99.99 23,832 99.82 48,728 99.91 31,184 29,945 61,129 31,094 99.71 30,051 100.35 61,145 100.03
3,693 3,646 7,339 2,299 62.25 2,234 61.27 4,533 61.77 16,568 15,866 32,434 16,568 100.00 15,866 100.00 32,434 100.00 20,261 19,512 39,773 18,867 93.12 18,100 92.76 36,967 92.94
6,987 7,038 14,025 6,972 99.79 6,610 93.92 13,582 96.84 26,771 26,331 53,102 26,726 99.83 26,274 99.78 53,000 99.81 33,758 33,369 67,127 33,743 99.96 32,884 98.55 66,627 99.26
1,850 1,771 3,621 1,867 100.92 1,737 98.08 3,604 99.53 7,999 7,649 15,648 7,977 99.72 7,636 99.83 15,613 99.78 9,849 9,420 19,269 9,866 100.17 9,373 99.50 19,239 99.84
21,312 21,036 42,348 19,757 92.70 19,183 91.19 38,940 91.95 86,866 83,937 170,803 86,796 99.92 83,824 99.87 170,620 99.89 108,178 104,973 213,151 106,623 98.56 103,007 98.13 209,630 98.35

Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


elaporan pemberian vitamin A dilakukan pada Februari dan Agustus, maka perhitungan bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A dalam setahun
ihitung dengan mengakumulasi bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A di bulan Februari dan yang mendapat vitamin A di bulan Agustus
TABEL 45

JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

ANAK 0-23 BULAN (BADUTA)


JUMLAH BADUTA DITIMBANG BGM
NO KABUPATEN/KOTA DILAPORKAN (S) JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P

L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KAB KULON PROGO 4,770 4,658 9,428 4,193 4,119 8,312 87.9 88.4 88.2 42 1.0 35 0.8 77 0.9
2 KAB BANTUL 11,721 11,470 23,191 11,660 11,437 23,097 99.5 100 99.6 42 0.4 79 0.7 122 0.5
3 KAB GUNUNG KIDUL 7,977 7,607 15,584 6,532 6,302 12,834 81.9 83 82.4 63 1.0 51 0.8 114 0.9
4 KAB SLEMAN 12,221 12,195 24,416 10,073 9,887 19,960 82.4 81 81.7 36 0.4 41 0.4 77 0.4
5 KOTA YOGYAKARTA 3,476 3,193 6,669 2,767 2,556 5,323 79.6 80 79.8 27 1.0 24 0.9 51 1.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 40,165 39,123 79,288 35,225 34,301 69,526 87.7 88 87.7 210 0.6 230 0.7 441 0.6

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 46

CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

ANAK BALITA (12-59 BULAN)


MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (MINIMAL 8 KALI)
NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KAB KULON PROGO 10,629 10,216 20,845 10,621 99.9 10,288 100.7 20,909 100.3
2 KAB BANTUL 24,899 23,875 48,774 21,981 88.3 21,788 91.3 43,769 89.7
3 KAB GUNUNG KIDUL 16,568 15,866 32,434 14,353 86.6 14,386 90.7 28,739 88.6
4 KAB SLEMAN 26,771 26,331 53,102 29,471 110.1 29,808 113.2 59,279 111.6
5 KOTA YOGYAKARTA 7,999 7,649 15,648 6,069 75.9 5,771 75.4 11,840 75.7
JUMLAH (KAB/KOTA) 86,866 83,937 170,803 82,495 95.0 82,041 97.7 164,536 96.3

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 47

JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

BALITA
JUMLAH BALITA DITIMBANG BGM
NO KABUPATEN/KOTA
DILAPORKAN (S) JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P
L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KAB KULON PROGO 12,821 12,290 25,111 10,961 10,685 21,646 85.5 86.9 86.2 107 1.0 117 1.1 224 1.0
2 KAB BANTUL 29,601 28,654 58,255 23,808 23,355 47,162 80.4 82 81.0 127 0.5 152 0.6 279 0.6
3 KAB GUNUNG KIDUL 20,261 19,512 39,773 15,167 14,895 30,062 74.9 76 75.6 179 1.2 195 1.3 374 1.2
4 KAB SLEMAN 30,298 29,327 59,625 25,134 24,767 49,901 83.0 84 83.7 99 0.4 113 0.5 212 0.4
5 KOTA YOGYAKARTA 8,681 8,236 16,917 6,524 6,249 12,773 75.2 76 75.5 73 1.1 69 1.1 142 1.1
JUMLAH (KAB/KOTA) 101,662 98,019 199,681 81,594 79,951 161,544 80.3 82 80.9 585 0.7 646 0.8 1,231 0.8

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 48

CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

KASUS BALITA GIZI BURUK


MENDAPAT PERAWATAN
NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH DITEMUKAN
L P L+P
L P L+P S % S % S %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KAB KULON PROGO 22 12 34 22 100.0 12 100.0 34 100.0
2 KAB BANTUL 24 16 40 24 100.0 16 100.0 40 100.0
3 KAB GUNUNG KIDUL 9 4 13 9 100.0 4 100.0 13 100.0
4 KAB SLEMAN 23 10 33 23 100.0 10 100.0 33 100.0
5 KOTA YOGYAKARTA 55 34 89 55 100.0 34 100.0 89 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 133 76 209 133 100.0 76 100.0 209 100.0

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 49

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

MURID KELAS 1 SD DAN SETINGKAT


SD DAN SETINGKAT
MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN)
JUMLAH
NO KABUPATEN/KOTA L P L+P MENDAPAT
PELAYANAN
JUMLAH %
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KESEHATAN
(PENJARINGAN)
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KAB KULON PROGO 2,989 2,626 5,615 2,987 99.9 2,618 99.7 5,605 99.8 3,809 3,542 92.99
2 KAB BANTUL 7,069 6,328 13,397 7,069 100.0 6,328 100.0 13,397 100.0 407 407 100.00
3 KAB GUNUNG KIDUL 4,871 4,660 9,531 4,871 100.0 4,660 100.0 9,531 100.0 559 559 100.00
4 KAB SLEMAN 8,857 7,930 16,787 8,832 99.7 7,911 99.8 16,743 99.7 552 552 100.00
5 KOTA YOGYAKARTA 3,474 3,406 6,880 3,474 100.0 3,406 100.0 6,880 100.0 175 175 100.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 27,260 24,950 52,210 27,233 99.9 24,923 99.9 52,156 99.9 5,502 5,235 95.15
CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT 99.9 99.9 99.9

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 50

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT KABUPATEN/KOTA


D.I. Yogyakarta
2017

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


NO KABUPATEN/KOTA PENCABUTAN GIGI RASIO TUMPATAN/
TUMPATAN GIGI TETAP
TETAP PENCABUTAN
1 2 4 5 6
1 KAB KULON PROGO 12,586 5,452 2.3
2 KAB BANTUL 5,882 3,894 1.5
3 KAB GUNUNG KIDUL 3,911 2,215 1.8
4 KAB SLEMAN 20,210 7,375 2.7
5 KOTA YOGYAKARTA 6,724 4,723 1.4
JUMLAH (KAB/ KOTA) 49,313 23,659 2.1

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 51

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

UPAYA KESEHATAN GIGI SEKOLAH

JUMLAH JUMLAH JUMLAH MURID SD/MI MURID SD/MI DIPERIKSA PERLU PERAWATAN MENDAPAT PERAWATAN
NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH SD/MI DGN SD/MI
% %
SD/MI SIKAT GIGI MENDAPAT
MASSAL YAN. GIGI
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L % P % L+P %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 KAB KULON PROGO 374 311 83.2 1,627 435.0 15,518 14,415 29,933 8,629 55.6 7,856 54.5 16,485 55.1 4,064 3,965 8,029 0.0 0.0 - 0.0
2 KAB BANTUL 394 - 0.0 - 0.0 - - - - #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0! - - - #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!
3 KAB GUNUNG KIDUL 559 559 100.0 - 0.0 4,871 4,660 9,531 - 0.0 - 0.0 - 0.0 - - - #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!
4 KAB SLEMAN 555 492 88.6 528 95.1 46,809 43,645 90,454 19,906 42.5 19,232 44.1 39,138 43.3 7,866 8,917 16,783 0.0 0.0 - 0.0
5 KOTA YOGYAKARTA 168 147 87.5 168 100.0 14,496 14,361 28,857 4,036 27.8 4,546 31.7 8,582 29.7 1,790 1,945 3,735 0.0 0.0 - 0.0
JUMLAH (KAB/ KOTA) 2,050 1,509 73.6 2,323 113.3 81,694 77,081 158,775 32,571 39.9 31,634 41.0 64,205 40.4 13,720 14,827 28,547 - 0.0 - 0.0 - 0.0

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 52

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

USILA (60TAHUN+)
NO KABUPATEN/KOTA
JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
L P L+P L % P % L+P %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KAB KULON PROGO 28,836 34,445 63,281 7,472 25.91 13,870 40.27 21,342 33.73
2 KAB BANTUL 63,680 71,960 135,640 16,087 25.26 25,458 35.38 41,545 30.63
3 KAB GUNUNG KIDUL 60,501 63,517 124,018 52,968 87.55 49,373 77.73 102,341 82.52
4 KAB SLEMAN 48,670 57,457 106,127 37,897 77.87 42,912 74.69 80,809 76.14
5 KOTA YOGYAKARTA 22,244 28,457 50,701 6,579 29.58 9,852 34.62 16,431 32.41
JUMLAH (KAB/KOTA) 223,931 255,836 479,767 121,003 54.04 141,465 55.30 262,468 54.71

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 53

CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PENDUDUK MENURUT JENIS JAMINAN DAN JENIS KELAMIN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PESERTA JAMINAN KESEHATAN


NO JENIS JAMINAN KESEHATAN JUMLAH %
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8

1 Jaminan Kesehatan Nasional 0 1930022 0.00 0.00 53.55

1.1 Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN 0 0 940,033 0.00 0.00 26.08

1.2 PBI APBD 0 0 159,931 0.00 0.00 4.44

1.3 Pekerja penerima upah (PPU) 0 0 416,918 0.00 0.00 11.57

1.4 Pekerja bukan penerima upah (PBPU)/mandiri 0 0 293,152 0.00 0.00 8.13

1.5 Bukan pekerja (BP) 0 0 119,988 0.00 0.00 3.33

2 Jamkesda 0 0 245,166 0.00 0.00 6.80

3 Asuransi Swasta 0 0 0 0.00 0.00 0.00

4 Asuransi Perusahaan 0 0 0 0.00 0.00 0.00

JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 2,175,188 0.00 0.00 60.35

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 54

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA


NO SARANA PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas di Kab Kulon Progo 237,095 405,119 642,214 1,659 2,484 4,143 4,340 3,443 7,783
2 Puskesmas di Kab Bantul 1,332,317 2,035 3,274 5,309 8,760 9,264 18,024
3 Puskesmas di Kab Gunung Kidul 31,560 52,257 83,817 199 164 363 480 474 954
4 Puskesmas di Kab Sleman 450,155 750,689 1,200,844 8,693 9,688 18,381 14,728 16,547 31,275
5 Puskesmas di Kota Yogyakarta 0 0 737,538 0 806 1,471 0 0 6,357
SUB JUMLAH I 718,810 1,208,065 3,996,730 12,586 16,416 29,667 28,308 29,728 64,393
1 RS di Kab Kulon Progo 149,490 182,182 331,672 9,757 14,333 24,110 5,231 4,446 9,677
2 RS di Kab Bantul 340,672 473,221 899,720 30,570 42,157 81,109 2,386 1,371 3,757
3 RS di Kab Gunung Kidul 35,744 37,578 73,322 6,126 6,449 12,575 0 0 0
4 RS di Kab Sleman 20,894 29,214 50,108 3,157 3,989 7,147 13,384 10,280 23,664
5 RS di Kota Yogyakarta 496,753 667,401 1,285,415 37,282 46,431 88,571 9,429 6,054 15,483
SUB JUMLAH II 1,043,553 1,389,596 2,640,237 86,892 113,359 213,512 30,430 22,151 52,581
1 Sarana Yankes lainnya (klinik) 54,200 66,796 134,871 8,022 11,839 19,861 3 12 15
2 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
3 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
4 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
SUB JUMLAH III 54,200 66,796 134,871 8,022 11,839 19,861 3 12 15
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,816,563 2,664,456 6,771,838 107,500 141,614 263,040 58,741 51,891 116,989
JUMLAH PENDUDUK KAB/KOTA 1,792,870 1,811,496 3,604,366 1,792,870 1,811,496 3,604,366
CAKUPAN KUNJUNGAN (%) 101.3 147.1 187.9 6.0 7.8 7.3

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Catatan: Puskesmas non rawat inap hanya melayani kunjungan rawat jalan
TABEL 55

ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JUMLAH PASIEN KELUAR (HIDUP PASIEN KELUAR MATI


PASIEN KELUAR MATI GDR NDR
NO NAMA RUMAH SAKITa TEMPAT + MATI) ≥ 48 JAM DIRAWAT
TIDUR L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
KAB KULON PROGO - - -
1 RSUD Wates 232 6,929 11,224 18,153 574 360 - - 31.6 -
2 RSUD Nyi Ageng Serang 34 805 1,160 1,965 14 9 23 5 2 7 17.4 7.8 11.7 6.2
3 RSU St. Yusuf Boro 39 480 626 1,106 21 12 33 9 7 16 43.8 19.2 29.8 18.8
4 RSU PKU Muh. Nanggulan 34 263 297 560 1 - 1 - - 3.8 - 1.8 -
5 RSU Rizki Amalia Temon 25 875 957 1,832 9 16 25 4 4 8 10.3 16.7 13.6 4.6
6 RSU Kharisma Paramedika 50 1,174 1,692 2,866 10 6 16 5 3 8 8.5 3.5 5.6 4.3
7 RSU Rizki Amalia Lendah 42 1,211 1,310 2,521 69 41 - - 27.4 -
8 RSU Pura Raharja 40 1,489 1,577 3,066 28 25 53 9 13 22 18.8 15.9 17.3 6.0
- - -
KAB BANTUL - - -
1 RSUD P. Senopati 297 8,687 11,507 20,194 132 104 236 143 148 291 15.2 9.0 11.7 16.5
2 RS dr.Harjo Lukito 200 51,055 8,486 59,541 178 146 324 124 85 209 3.5 17.2 5.4 2.4
3 RS PKU Muhammadiyah 137 6,110 5,066 11,176 183 164 347 102 78 180 30.0 32.4 31.0 16.7
4 RS KIA Umi Khasanah 23 213 981 1,194 1 1 - 4.7 - 0.8 -
5 RSKB Ring Road Selatan 25 1,223 7 - 5.7
6 RS Respira 21 - - -
7 RS Griya Mahardika 70 442 1,344 1,786 3 3 3 3 6 - 2.2 1.7 6.8
8 RS Permata Husada 30 306 290 596 4 2 6 1 1 2 13.1 6.9 10.1 3.3
9 RS Rachma Husada 50 1,530 1,879 3,409 24 24 48 13 17 30 15.7 12.8 14.1 8.5
10 RS Rajawali Citra 54 1,692 1,746 3,438 26 25 51 12 14 26 15.4 14.3 14.8 7.1
11 RS Santa Elisabet 50 1,196 1,526 2,722 41 52 93 28 36 64 34.3 34.1 34.2 23.4
12 RS Nur Hidayah 75 5,224 - - #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!
13 RS Adelia 25 1,718 1,749 3,467 1 1 - 0.6 - 0.3 -
14 RSKIA Khahyangan 25 103 479 582 - - - - - -
15 RSKIA Adinda 25 350 - - #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!
16 RS Patmasuri - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
- - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
KAB GUNUNG KIDUL - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1 RSU Wonosari 177 5,722 6,112 11,834 169 198 367 108 96 204 29.5 32.4 31.0 18.9
- - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
KAB SLEMAN - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1 RS Sardjito 819 12,937 14,990 27,927 1,309 1,216 2,525 1,051 938 1,989 101.2 81.1 90.4 81.2
2 RSUD Sleman 237 5,099 6,896 11,995 222 193 415 122 120 242 43.5 28.0 34.6 23.9
3 RSUD Prambanan 107 1,934 2,893 4,827 42 31 73 20 29 49 21.7 10.7 15.1 10.3
4 RS UGM 150 3,196 3,431 6,627 141 109 250 76 56 132 44.1 31.8 37.7 23.8
5 RS Bhayangkara 47 1,335 1,151 2,486 5 7 12 3 3 6 3.7 6.1 4.8 2.2
6 RS PDHI 102 3,399 3,760 7,159 97 81 178 43 36 79 28.5 21.5 24.9 12.7
7 RS JIH 236 4,645 6,512 11,157 52 53 105 25 29 54 11.2 8.1 9.4 5.4
8 RS Concat 50 927 1,019 1,946 20 17 37 2 - 2 21.6 16.7 19.0 2.2
9 RS Panti Nugroho 50 1,458 1,546 3,004 37 45 82 6 10 16 25.4 29.1 27.3 4.1
10 RS Atturots 52 16,507 21,541 38,048 57 50 107 14 14 28 3.5 2.3 2.8 0.8
11 RS PKU Muh Gamping 141 5,979 8,636 14,615 134 162 296 122 135 257 22.4 18.8 20.3 20.4
12 RS Panti Rini 50 1,768 2,271 4,039 29 42 71 15 23 38 16.4 18.5 17.6 8.5
13 RS Panti Bhaktiningsih 41 1,111 1,380 2,491 44 55 99 37 29 66 39.6 39.9 39.7 33.3
14 RS Mitra Paramedika 50 1,582 2,043 3,625 19 6 25 10 3 13 12.0 2.9 6.9 6.3
15 RS Mitra Sehat 30 1,158 - - - - - - #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!
16 RS Holistika Medika 50 117 136 253 1 6 7 1 6 7 8.5 44.1 27.7 8.5
17 RS Gramedika 10 35 173 153 326 3 6 9 - 2 2 17.3 39.2 27.6 -
18 RSK Gigi Mulut 5 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
19 RSKB Sinduadi 25 182 179 361 - - - 1 - 1 - - - 5.5
20 RSKB Annur 25 572 175 747 1 1 2 - - - 1.7 5.7 2.7 -
21 RSKIA Sakina Idaman 58 1,142 4,186 5,328 - - - - - - - - - -
22 RSKIA Arvita Bunda 27 157 637 794 - - - - - - - - - -
23 RS Sadewa 48 149 5,175 5,324 - - - - - - - - - -
24 RS Queen Latifa 50 751 1,026 1,777 3 9 12 - - - 4.0 8.8 6.8 -
25 RS Puri Husada 40 903 956 1,859 30 23 53 13 11 24 33.2 24.1 28.5 14.4
26 RS Grasia 275 1,147 735 1,882 3 1 4 2 1 3 2.6 1.4 2.1 1.7
27 RS Hermina 42 1,076 1,914 2,990 42 28 70 19 4 23 39.0 14.6 23.4 17.7
28 RS Dharma 20 46 - 1 1 - 1 1 #DIV/0! #DIV/0! 21.7 #DIV/0!
- - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
KOTA YOGYAKARTA - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1 RS Bethesda 430 9,834 10,446 20,280 684 506 1,190 370 273 643 69.6 48.4 58.7 37.6
2 RS Bethesda Lempuyangwangi 43 793 1,312 2,105 7 16 23 1 8 9 8.8 12.2 10.9 1.3
3 RS DKT Dr Soetarto 83 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
4 RS Happyland Medical Center 53 1,431 14 - #DIV/0! #DIV/0! 9.8 #DIV/0!
5 RS Islam Hidayatullah 102 3,250 4,617 7,867 31 35 66 10 3 13 9.5 7.6 8.4 3.1
6 RS JOGJA 190 4,209 5,417 9,626 227 195 422 121 111 232 53.9 36.0 43.8 28.7
7 RS Pratama 53 381 638 1,019 1 5 6 - 2 2 2.6 7.8 5.9 -
8 RS Ludirahusadatama 43 1,021 1,021 2,042 22 18 40 9 7 16 21.5 17.6 19.6 8.8
9 RS Pantirapih 380 10,272 11,495 21,767 615 528 1,143 443 386 829 59.9 45.9 52.5 43.1
10 RS Mata "Dr. YAP" 50 - - 3,505 - - - - - - #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!
11 RS PKU Muhammadiyah 187 5,036 5,378 10,414 276 229 505 182 168 350 54.8 42.6 48.5 36.1
12 RSGM UMY YK 3 - - - - - - - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
13 RS Bersalin Fajar 12 32 126 158 - - - - - - - - - -
14 RS Bersalin Rachmi - 1 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
15 RS KIA PKU Muhammadiyah Kotagede 48 844 1,601 2,445 7 7 14 1 - 1 8.3 4.4 5.7 1.2
16 RS KIA Permata Bunda 25 2,176 2,176 - - - #DIV/0! - -
17 RS Siloam Yogyakarta 60 2,240 2,864 5,104 1 1 2 - 1 1 0.4 0.3 0.4 -
18 RSK Anak 45 30 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
19 RSK Puri Nirmala 39 153 137 290 1 - 1 - 1 1 6.5 - 3.4 -
20 RSK Bhakti Ibu 25 921 921 - - - - - - #DIV/0! - - #DIV/0!
21 RSK Bedah Soedirman 26 2,397 1,216 3,613 1 - 1 1 - 1 0.4 - 0.3 0.4

KABUPATEN/KOTA 6,524 202,884 200,538 416,359 5,006 4,468 10,139 3,286 2,917 6,604 24.7 22.3 24.4 16.2

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
NDR
P L+P
17 18

- 19.8
1.7 3.6
11.2 14.5
- -
4.2 4.4
1.8 2.8
- 16.3
8.2 7.2

12.9 14.4
10.0 3.5
15.4 16.1
- -
-
#DIV/0!
2.2 3.4
3.4 3.4
9.0 8.8
8.0 7.6
23.6 23.5
#DIV/0! -
- -
- -
#DIV/0! -
#DIV/0! #DIV/0!
#DIV/0! #DIV/0!
#DIV/0! #DIV/0!
15.7 17.2
#DIV/0! #DIV/0!
#DIV/0! #DIV/0!
62.6 71.2
17.4 20.2
10.0 10.2
16.3 19.9
2.6 2.4
9.6 11.0
4.5 4.8
- 1.0
6.5 5.3
0.6 0.7
15.6 17.6
10.1 9.4
21.0 26.5
1.5 3.6
#DIV/0! -
44.1 27.7
13.1 6.1
#DIV/0! #DIV/0!
- 2.8
- -
- -
- -
- -
- -
11.5 12.9
1.4 1.6
2.1 7.7
#DIV/0! 21.7
#DIV/0! #DIV/0!
#DIV/0! #DIV/0!
26.1 31.7
6.1 4.3
#DIV/0! #DIV/0!
#DIV/0! -
0.6 1.7
20.5 24.1
3.1 2.0
6.9 7.8
33.6 38.1
#DIV/0! -
31.2 33.6
#DIV/0! #DIV/0!
- -
#DIV/0! #DIV/0!
- 0.4
#DIV/0! -
0.3 0.2
#DIV/0! #DIV/0!
7.3 3.4
- -
- 0.3

14.5 15.9
TABEL 56

INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JUMLAH PASIEN KELUAR JUMLAH HARI JUMLAH LAMA


NO NAMA RUMAH SAKITa (HIDUP + MATI) PERAWATAN DIRAWAT
BOR (%) BTO (KALI) TOI (HARI) ALOS (HARI)
TEMPAT TIDUR

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KAB KULON PROGO 0 -
1 RSUD Wates 232 18153 63140 60893 74.6 78.25 1.2 3.4
2 RSUD Nyi Ageng Serang 34 1965 7811 5848 62.9 57.79 2.3 3.0
3 RSU St. Yusuf Boro 39 1106 4393 3258 30.9 28.36 8.9 2.9
4 RSU PKU Muh. Nanggulan 34 560 1192 1567 9.6 16.47 20.0 2.8
5 RSU Rizki Amalia Temon 25 1832 365 5955 4.0 73.28 4.8 3.3
6 RSU Kharisma Paramedika 50 2866 15078 1222 82.6 57.32 1.1 0.4
7 RSU Rizki Amalia Lendah 42 2521 10221 7700 66.7 60.02 2.0 3.1
8 RSU Pura Raharja 40 3066 10911 10068 74.7 76.65 1.2 3.3
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
KAB BANTUL 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1 RSUD P. Senopati 297 20194 73554 90059 67.9 67.99 1.7 4.5
2 RS dr.Harjo Lukito 200 59541 44368 31215 60.8 297.71 0.5 0.5
3 RS PKU Muhammadiyah 137 11176 35155 34834 70.3 81.58 1.3 3.1
4 RS KIA Umi Khasanah 23 1194 2894 2930 34.5 51.91 4.6 2.5
5 RSKB Ring Road Selatan 25 1223 3600 4762 39.5 48.92 4.5 3.9
6 RS Respira 21 0 3609 3560 47.1 0 #DIV/0! #DIV/0!
7 RS Griya Mahardika 70 1786 5399 4203 21.1 25.51 11.3 2.4
8 RS Permata Husada 30 596 1834 2447 16.7 19.87 15.3 4.1
9 RS Rachma Husada 50 3409 12956 9738 71.0 68.18 1.6 2.9
10 RS Rajawali Citra 54 3438 11430 10371 58.0 63.67 2.4 3.0
11 RS Santa Elisabet 50 2722 8714 8821 47.7 54.44 3.5 3.2
12 RS Nur Hidayah 75 5224 20870 15133 76.2 69.65 1.2 2.9
13 RS Adelia 25 3467 704 704 7.7 138.68 2.4 0.2
14 RSKIA Khahyangan 25 582 1332 355 14.6 23.28 13.4 0.6
15 RSKIA Adinda 25 350 3240 1450 35.5 14 16.8 4.1
16 RS Patmasuri 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
KAB GUNUNG KIDUL 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1 RSU Wonosari 177 11834 50719 51942 78.5 66.86 1.2 4.4
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
KAB SLEMAN 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1 RS Sardjito 819 27927 208232 215160 69.7 34.10 3.2 7.7
2 RSUD Sleman 237 11995 54134 51595 62.6 50.61 2.7 4.3
3 RSUD Prambanan 107 4827 16648 16079 42.6 45.11 4.6 3.3
4 RS UGM 150 6627 25382 25200 46.4 44.18 4.4 3.8
5 RS Bhayangkara 47 2486 7657 7562 44.6 52.89 3.8 3.0
6 RS PDHI 102 7159 18347 18584 49.3 70.19 2.6 2.6
7 RS JIH 236 11157 37950 44.1 47.28 4.3 0.0
8 RS Concat 50 1946 5195 4936 28.5 38.92 6.7 2.5
9 RS Panti Nugroho 50 3004 10011 9525 54.9 60.08 2.7 3.2
10 RS Atturots 52 38048 8403 6357 44.3 731.69 0.3 0.2
11 RS PKU Muh Gamping 141 14615 39406 38297 76.6 103.65 0.8 2.6
12 RS Panti Rini 50 4039 10677 10807 58.5 80.78 1.9 2.7
13 RS Panti Bhaktiningsih 41 2491 7697 10077 51.4 60.76 2.9 4.0
14 RS Mitra Paramedika 50 3625 9435 8891 51.7 72.50 2.4 2.5
15 RS Mitra Sehat 30 1158 4348 3155 39.7 38.60 5.7 2.7
16 RS Holistika Medika 50 253 783 615 4.3 5.06 69.0 2.4
17 RS Gramedika 10 35 326 624 620 4.9 9.31 37.3 1.9
18 RSK Gigi Mulut 5 0 0 0 0.0 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
19 RSKB Sinduadi 25 361 1143 477 12.5 14.44 22.1 1.3
20 RSKB Annur 25 747 2333 2432 25.6 29.88 9.1 3.3
21 RSKIA Sakina Idaman 58 5328 16089 10054 76.0 91.86 1.0 1.9
22 RSKIA Arvita Bunda 27 794 1587 1554 16.1 29.41 10.4 2.0
23 RS Sadewa 48 5324 17207 11996 98.2 110.92 0.1 2.3
24 RS Queen Latifa 50 1777 10051 7057 55.1 35.54 4.6 4.0
25 RS Puri Husada 40 1859 5212 5088 35.7 46.48 5.1 2.7
26 RS Grasia 275 1882 57599 53800 57.4 6.84 22.7 28.6
27 RS Hermina 42 2990 7959 7387 51.9 71.19 2.5 2.5
28 RS Dharma 20 46 78 103 1.1 2.30 157.0 2.2
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
KOTA YOGYAKARTA 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1 RS Bethesda 430 20280 90799 80855 57.9 47.16 3.3 4.0
2 RS Bethesda Lempuyangwangi 43 2105 4887 4960 31.1 48.95 5.1 2.4
3 RS DKT Dr Soetarto 83 0 812 792 2.7 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
4 RS Happyland Medical Center 53 1431 465 447 2.4 27.00 13.2 0.3
5 RS Islam Hidayatullah 102 7867 21742 23927 58.4 77.13 2.0 3.0
6 RS JOGJA 190 9626 39166 36033 56.5 50.66 3.1 3.7
7 RS Pratama 53 1019 3197 3236 16.5 19.23 15.8 3.2
8 RS Ludirahusadatama 43 2042 6669 6982 42.5 47.49 4.4 3.4
9 RS Pantirapih 380 21767 93786 93660 67.6 57.28 2.1 4.3
10 RS Mata "Dr. YAP" 50 3505 8698 8533 47.7 70.10 2.7 2.4
11 RS PKU Muhammadiyah 187 10414 42790 46546 62.7 55.69 2.4 4.5
12 RSGM UMY YK 3 0 0 0 0.0 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
13 RS Bersalin Fajar 12 158 249 249 5.7 13.17 26.1 1.6
14 RS Bersalin Rachmi 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
15 RS KIA PKU Muhammadiyah Kotagede 48 2445 6020 6047 34.4 50.94 4.7 2.5
16 RS KIA Permata Bunda 25 2176 1812 1190 19.9 87.04 3.4 0.5
17 RS Siloam Yogyakarta 60 5104 482 446 2.2 85.07 4.2 0.1
18 RSK Anak 45 30 0 2471 2417 22.6 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
19 RSK Puri Nirmala 39 290 9901 12561238 69.6 7.44 14.9 43314.6
20 RSK Bhakti Ibu 25 921 2243 2640 24.6 36.84 7.5 2.9
21 RSK Bedah Soedirman 26 3613 0 0 0.0 138.96 2.6 0.0
0 0 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

KABUPATEN/KOTA 6524 416359 1,313,865 55.2 63.82 2.6 0

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
TABEL 57

PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BER-PHBS) MENURUT KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

RUMAH TANGGA
NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH JUMLAH
JUMLAH % DIPANTAU % BER- PHBS
DIPANTAU BER- PHBS
1 2 4 5 6 7 8
1 KAB KULON PROGO 128,465 110,123 85.7 41,751 37.9
2 KAB BANTUL 287,052 204,727 71.3 96,501 47.1
3 KAB GUNUNG KIDUL 374,020 107,617 28.8 55,537 51.6
4 KAB SLEMAN 133,686 71,294 53.3 38,447 53.9
5 KOTA YOGYAKARTA #DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 923,223 493,761 53.5 232,236 47.0

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 58

PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

2016 2017
RUMAH MEMENUHI SYARAT JUMLAH RUMAH DIBINA MEMENUHI RUMAH MEMENUHI SYARAT
JUMLAH RUMAH DIBINA
(RUMAH SEHAT) RUMAH YANG SYARAT (RUMAH SEHAT)
NO KABUPATEN/KOTA SELURUH
BELUM
RUMAH
JUMLAH % MEMENUHI JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
SYARAT
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 KAB KULON PROGO 109084 76,006 69.68 35816.00 21,937 61.25 3099 14.13 79,105 72.52
2 KAB BANTUL 245087 158,032 64.48 87055.00 18,964 21.78 7370 38.86 165,402 67.49
3 KAB GUNUNG KIDUL 206398 127,048 61.55 79350.00 19,359 24.40 19359 100.00 146,407 70.93
4 KAB SLEMAN 274456 - 0.00 274456.00 140,350 51.14 125529 89.44 125,529 45.74
5 KOTA YOGYAKARTA 83156 80,074 96.29 3082.00 6 0.19 0 0.00 80,074 96.29
JUMLAH (KAB/KOTA) 918,181 441,160 48.05 200,616 #DIV/0! 155357 77.44 596,517 64.97

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 59

PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

BUKAN JARINGAN PERPIPAAN

PERPIPAAN (PDAM,BPSPAM)
SUMUR GALI TERLINDUNG SUMUR GALI DENGAN POMPA SUMUR BOR DENGAN POMPA TERMINAL AIR MATA AIR TERLINDUNG PENAMPUNGAN AIR HUJAN

NO KABUPATEN/KOTA PENDUDUK
MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI
JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA
MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT
SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK
SARANA

SARANA

SARANA

SARANA

SARANA

SARANA

SARANA
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 KAB KULON PROGO 445,655 68,715 310400 60997 257980 - 0 0 0 570 #DIV/0! 309 872 7 ##### 5 99 3873 87974 2701 71383 206 890 200 890 16616 104237 16381
2 KAB BANTUL 927,181 209,642 1062568 188424 785182 4,046 16938 3680 16938 163 589 163 589 0 - - 0 1675 7976 285 21622 904 4614 856 4374 15335 83293 15335
3 KAB GUNUNG KIDUL 755,977 46,297 244430 0 0 2,705 12117 2705 12117 0 - 0 0 0 - - 0 0 0 0 0 285 1415 285 1415 4648 17018 4648
4 KAB SLEMAN 1,062,861 237,355 868078 237355 868078 94 391 94 391 0 - 0 0 7 - - 0 332 61873 332 61873 1329 5316 1329 5316 20445 127203 18024
5 KOTA YOGYAKARTA 412,692 54,061 409578 53338 353143 4 4 1 40 9 175 9 175 68 - - 0 15 542 10 534 0 0 0 0 16617 23212 16617
JUMLAH (KAB/KOTA) 3,604,366 616,070 2895054 540114 2264383 6849 29450 6480 29486 742 #DIV/0! 481 1636 82 ##### 5 99 5895 158365 3328 155412 2724 12235 2670 11995 73661 354963 71005

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KABUPATEN/KOTA

PENDUDUK
DENGAN AKSES
PERPIPAAN (PDAM,BPSPAM) BERKELANJUTAN
TERHADAP AIR
MINUM LAYAK

MEMENUHI SYARAT

JUMLAH
PENGGUNA
PENDUDUK
JUMLAH

%
32 33 34
103305 434529 97.50
99971 928676 100.16
17018 30550 4.04
127203 1062861 100.00
21212 405104 98.16
368709 2861720 79.396
TABEL 60

PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT
KESEHATAN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JUMLAH MEMENUHI SYARAT


JUMLAH SAMPEL (FISIK, BAKTERIOLOGI, DAN KIMIA)
NO KABUPATEN/KOTA PENYELENGGARA
DIPERIKSA
AIR MINUM
JUMLAH %
1 2 4 5 6 7
1 KAB KULON PROGO 89988 876 68 7.76
2 KAB BANTUL 233119 1270 1092 85.98
3 KAB GUNUNG KIDUL 259562 1940 1532 78.97
4 KAB SLEMAN 273 257 0.00
5 KOTA YOGYAKARTA #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 582942 4343 2692 61.98

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 61

PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JENIS SARANA JAMBAN


KOMUNAL LEHER ANGSA PLENGSENGAN CEMPLUNG

PENDUDUK
MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA
JUMLAH

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK
% PENDUDUK

% PENDUDUK

% PENDUDUK
NO KABUPATEN/KOTA

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK
SARANA

SARANA

SARANA

SARANA
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 KAB KULON PROGO 445655 287 - 194 5,599 93,602 407,893 89,710 394,355 96.68 1,689 - 5,257 11,488 49,777 10,142
2 KAB BANTUL 927181 888 13,865 888 13,865 100 201,123 853,994 201,123 853,994 100 2,471 9,746 2,471 9,746 100 15,268 51,072 15,268
3 KAB GUNUNG KIDUL 755977 - - - - 7,273 28,990 7,273 28,990 100 - - - - 437 1,560 437
4 KAB SLEMAN 1062861 819 1,907 819 1,907 100 252,927 1,027,889 252,927 1,027,889 100 - - - - - - -
5 KOTA YOGYAKARTA 412692 464 2,848 403 2,848 100 98,789 409,356 97,431 403,870 98.66 - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 3,604,366 2,458 18,620 2,304 24,219 130.07 653,714 2,728,122 648,464 2,709,098 99.3 4,160 9,746 2,471 15,003 153.94 27,193 102,409 25,847

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


ANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KABUPATEN/KOTA

JENIS SARANA JAMBAN PENDUDUK DENGAN


CEMPLUNG AKSES SANITASI
LAYAK (JAMBAN
MEMENUHI SYARAT SEHAT)

% PENDUDUK
PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK
JUMLAH
JUMLAH %

23 24 25 26
40,444 81.25 445655 100.0
51,072 100 928677 100.2
1,560 100 28990 3.8
- 1062861 100.0
- 406718 98.6
93,076 90.89 2,872,901 79.7
TABEL 62

DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)


JUMLAH DESA/ DESA MELAKSANAKAN DESA STOP BABS
NO KABUPATEN/KOTA DESA STBM
KELURAHAN STBM (SBS)
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10
1 KAB KULON PROGO 88 88 100 0 0 88 100.00
2 KAB BANTUL 75 75 100.0 75.0 100 3 4.00
3 KAB GUNUNG KIDUL 144 7 4.9 0 - 0.00
4 KAB SLEMAN 86 86 100.0 86.0 100 10 11.63
5 KOTA YOGYAKARTA 45 45 100.0 45.0 100 45 100.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 438 301 68.7 0 146 33.33

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 63

PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

TEMPAT-TEMPAT UMUM
YANG ADA MEMENUHI SYARAT KESEHATAN

SARANA PENDIDIKAN SARANA KESEHATAN HOTEL


SARANA TEMPAT-TEMPAT
SARANA PENDIDIKAN HOTEL
KESEHATAN UMUM

JUMLAH TTU
RUMAH SAKIT
NO KABUPATEN/KOTA SD SLTP SLTA PUSKESMAS BINTANG NON BINTANG
UMUM

SAKIT UMUM
PUSKESMAS

BINTANG

BINTANG

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
RUMAH
SLTP

SLTA

NON
SD

%
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 KAB KULON PROGO 318 66 44 23 12 - 2 465 310 97.5 60 90.9 42 95.5 21 91.3 12 100.0 0 #DIV/0! 2 100.0 447 96.1
2 KAB BANTUL 393 109 78 27 15 1 18 641 363 92.4 109 100.0 74 94.9 27 100.0 15 100.0 1 100.0 18 100.0 607 94.7
3 KAB GUNUNG KIDUL 19 3 - 1 - - 3 26 19 100.0 3 100.0 - #DIV/0! 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! 3 100.0 26 100.0
4 KAB SLEMAN 549 130 111 25 28 39 245 1,127 395 71.9 81 62.3 61 55.0 25 100.0 28 100.0 34 87.2 85 34.7 709 62.9
5 KOTA YOGYAKARTA 176 66 86 18 26 40 278 690 172 97.7 66 100.0 84 97.7 18 100.0 23 88.5 39 97.5 273 98.2 675 97.8
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,455 374 319 94 81 80 546 2,949 1,259 86.5 319 85.3 261 81.8 92 97.9 78 96.3 74 92.5 381 69.8 2,464 83.55

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 64

TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

TPM MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI TPM TIDAK MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI
JUMLAH RUMAH DEPOT AIR RUMAH DEPOT AIR
NO KABUPATEN/KOTA MAKANAN MAKANAN
TPM JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL % JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL %
JAJANAN JAJANAN
RESTORAN (DAM) RESTORAN (DAM)
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 KAB KULON PROGO 1635 149 140 78 616 983 60.12 182 20 33 417 652 39.88
2 KAB BANTUL 1726 122 2 207 122 453 26.25 85 38 0 50 173 10.03
3 KAB GUNUNG KIDUL 52 0 19 4 26 49 94.23 0 0 0 14 14 26.92
4 KAB SLEMAN 1795 100 566 116 556 1338 74.54 33 148 37 239 457 25.46
5 KOTA YOGYAKARTA 736 111 317 87 179 694 94.29 3 14 10 15 42 5.71
JUMLAH (KAB/KOTA) 5944 482 1044 492 1499 3517 59.17 303.168 220 80 735 1338.168 22.51

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 65

TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

JUMLAH TPM DIBINA JUMLAH TPM DIUJI PETIK

MEMENUHI SYARAT

MEMENUHI SYARAT
JUMLAH TPM TIDAK

HIGIENE SANITASI

TPM DIUJI PETIK


PERSENTASE

PERSENTASE
RUMAH MAKAN/

RUMAH MAKAN/
JUMLAH TPM
TPM DIBINA
MINUM (DAM)

MINUM (DAM)
JASA BOGA

JASA BOGA
RESTORAN

RESTORAN
DEPOT AIR

DEPOT AIR
MAKANAN

MAKANAN
JAJANAN

JAJANAN
TOTAL

TOTAL
NO KABUPATEN/KOTA

1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 KAB KULON PROGO 652 74 38 39 294 445 68.25 983 30 28 29 50 137 13.94
2 KAB BANTUL 173 31 0 13 121 165 95.28 453 17 0 0 11 28 6.18
3 KAB GUNUNG KIDUL 14 0 0 0 14 14 100.00 49 0 0 0 0 0 0.00
4 KAB SLEMAN 457 15 63 11 73 162 35.45 1338 16 62 46 112 236 17.64
5 KOTA YOGYAKARTA 42 7 12 13 9 41 97.62 694 14 111 87 9 221 31.84
JUMLAH (KAB/KOTA) 1338 127 113 76 511 827 61.80 3517 77 201 162 182 622 17.69

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 66

PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Alopurinol tablet 100 mg tablet - - #DIV/0!
2 Aminofilin tablet 200 mg tablet - - - #DIV/0!
3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml tablet #DIV/0!
4 Amitripilin tablet salut 25 mg (HCL) tablet #VALUE!
5 Amoksisilin kapsul 250 mg kapsul #DIV/0!
6 Amoksisilin kaplet 500 mg kaplet #DIV/0!
7 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg botol #DIV/0!
8 Metampiron tablet 500 mg tablet #DIV/0!
9 Metampiron injeksi 250 mg ampul #DIV/0!
10 Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium tablet #DIV/0!
Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg
11 Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500 IU/g + tube #DIV/0!
polimiksin 10.000 IU/g
12 Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat 150 mg + supp #DIV/0!
Heksaklorofen 250 mg
13 Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam pot #DIV/0!
Salisilat 3%
14 Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg tablet #DIV/0!
15 Antiparkinson DOEN tablet kombinasi : Karbidopa 25 mg + tablet #DIV/0!
Levodopa 250 mg
16 Aqua Pro Injeksi Steril, bebas pirogen vial #DIV/0!
17 Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg tablet #DIV/0!
18 Asam Asetisalisilat tablet 100 mg (Asetosal) tablet #DIV/0!
19 Asam Asetisalisilat tablet 500 mg (Asetosal) tablet #DIV/0!
20 Atropin sulfat tablet 0,5 mg tablet #DIV/0!
21 Atropin tetes mata 0,5% botol #DIV/0!
22 Atropin injeksi l.m/lv/s.k. 0,25 mg/mL - 1 mL (sulfat) ampul #DIV/0!
23 Betametason krim 0,1 % krim #DIV/0!
24 Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml ampul #DIV/0!
25 Deksametason tablet 0,5 mg tablet #DIV/0!
26 Dekstran 70-larutan infus 6% steril botol #DIV/0!
27 Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr) botol #DIV/0!
28 Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) tablet #DIV/0!
29 Diazepam Injeksi 5mg/ml ampul #DIV/0!
30 Diazepam tablet 2 mg tablet #DIV/0!
31 Diazepam tablet 5 mg tablet #DIV/0!
32 Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL) ampul #DIV/0!
33 Diagoksin tablet 0,25 mg tablet #DIV/0!
34 Efedrin tablet 25 mg (HCL) tablet #DIV/0!
35 Ekstrks belladona tablet 10 mg tablet #DIV/0!
36 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL) ampul #DIV/0!
37 Etakridin larutan 0,1% botol #DIV/0!
38 Fenitoin Natriun Injeksi 50 mg/ml ampul #DIV/0!
39 Fenobarbital Injeksi I.m/I.v 50 mg/ml ampul #DIV/0!
40 Fenobarbital tablet 30 mg tablet #DIV/0!
41 Fenoksimetil Penisilin tablet 250 mg tablet #DIV/0!
42 Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg tablet #DIV/0!
43 Fenol Gliserol tetes telinga 10% botol #DIV/0!
44 Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 10 mg/ml ampul #DIV/0!
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
45 Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg tablet #DIV/0!
46 Furosemid tablet 40 mg tablet #DIV/0!
47 Gameksan lotion 1 % botol #DIV/0!
48 Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,70 g, Kalium sach #DIV/0!
klorida 0,30 g, Tribatrium Sitrt dihidrat 0,58 g
49 Gentian Violet Larutan 1 % botol #DIV/0!
50 Glibenklamida tablet 5 mg tablet #DIV/0!
51 Gliseril Gualakolat tablet 100 mg tablet #DIV/0!
52 Gliserin botol #DIV/0!
53 Glukosa larutan infus 5% botol #DIV/0!
54 Glukosa larutan infus 10% botol #DIV/0!
55 Glukosa larutan infus 40% steril (produk lokal) ampul #DIV/0!
56 Griseofulvin tablet 125 mg, micronized tablet #DIV/0!
57 Haloperidol tablet 0,5 mg tablet #DIV/0!
58 Haloperidol tablet 1,5 mg tablet #DIV/0!
59 Haloperidol tablet 5 mg tablet #DIV/0!
60 Hidroklorotiazida tablet 25 mg tablet #DIV/0!
61 Hidrkortison krim 2,5% tube #DIV/0!
62 Ibuprofen tablet 200 mg tablet #DIV/0!
63 Ibuprofen tablet 400 mg tablet #DIV/0!
64 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg tablet #DIV/0!
65 Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg tablet #DIV/0!
66 Kaptopril tablet 12,5 mg tablet #DIV/0!
67 Kaptopril tablet 25 mg tablet #DIV/0!
68 Karbamazepim tablet 200 mg tablet #DIV/0!
69 Ketamin Injeksi 10 mg/ml vial #DIV/0!
70 Klofazimin kapsul 100 mg microzine kapsul #DIV/0!
71 Kloramfenikol kapsul 250 mg kapsul #DIV/0!
72 Kloramfenikol tetes telinga 3 % botol #DIV/0!
73 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg tablet #DIV/0!
74 Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml-2ml (HCL) ampul #DIV/0!
75 Klorpromazin injeksi i.m 25 mg/ml (HCL) ampul #DIV/0!
76 Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCL) tablet #DIV/0!
77 Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCL) tablet #DIV/0!
78 Anti Malaria DOEN Kombinasi Pirimetamin 25 mg + tablet #DIV/0!
Sulfadoxin 500 mg
79 Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol 200 mg botol #DIV/0!
+ Trimetoprim 40 mg/ 5 ml
80 Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : tablet #DIV/0!
Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg
81 Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi : tablet #DIV/0!
Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim 20 mg
82 Kuinin (kina) tablet 200 mg tablet #DIV/0!
83 Kuinin Dihidrokklorida injeksi 25%-2 ml ampul #DIV/0!
84 Lidokain injeksi 2% (HCL) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml vial #DIV/0!
85 Magnesium Sulfat inj (IV) 20%-25 ml vial #DIV/0!
86 Magnesium Sulfat inj (IV) 40%-25 ml vial #DIV/0!
87 Magnesium Sulfat serbuk 30 gram sach #DIV/0!
88 Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml botol #DIV/0!
89 Mebendazol tablet 100 mg tablet #DIV/0!
90 Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125 tablet #DIV/0!
mg
91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml ampul #DIV/0!
92 Metronidazol tablet 250 mg tablet #DIV/0!
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
93 Natrium Bikarbonat tablet 500 mg tablet #DIV/0!
94 Natrium Fluoresein tetes mata 2 % botol #DIV/0!
95 Natrium Klorida larutan infus 0,9 % botol #DIV/0!
96 Natrium Thiosulfat injeksi I.v. 25 % ampul #DIV/0!
97 Nistatin tablet salut 500.000 IU/g tablet #DIV/0!
98 Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g tablet #DIV/0!
99 Obat Batuk hitam ( O.B.H.) botol #DIV/0!
100 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % tube #DIV/0!
101 Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml vial #DIV/0!
102 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml ampul #DIV/0!
103 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml botol #DIV/0!
104 Paracetamol tablet 100 mg tablet #DIV/0!
105 Paracetamol tablet 500 mg tablet #DIV/0!
106 Pilokarpin tetes mata 2 % (HCL/Nitrat) botol #DIV/0!
107 Pirantel tab. Score (base) 125 mg tablet #DIV/0!
108 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) tablet #DIV/0!
109 Povidon Iodida larutan 10 % botol #DIV/0!
110 Povidon Iodida larutan 10 % botol #DIV/0!
111 Prednison tablet 5 mg tablet #DIV/0!
112 Primakuin tablet 15 mg tablet #DIV/0!
113 Propillitiourasil tablet 100 mg tablet #DIV/0!
114 Propanol tablet 40 mg (HCL) tablet #DIV/0!
115 Reserpin tablet 0,10 mg tablet #DIV/0!
116 Reserpin tablet 0,25 mg tablet #DIV/0!
117 Ringer Laktat larutan infus botol #DIV/0!
118 Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang endap tube #DIV/0!
4%
119 Salisil bedak 2% kotak #DIV/0!
120 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 5 ml (ABU I) vial #DIV/0!
121 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml (ABU II) vial #DIV/0!
122 Serum Anti Difteri Injeksi 20.000 IU/vial (A.D.S.) vial #DIV/0!
123 Serum Anti Tetanus Injeksi 1.500 IU/ampul (A.T.S.) ampul #DIV/0!
124 Serum Anti Tetanus Injeksi 20.000 IU/vial (A.T.S.) vial #DIV/0!
125 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg ampul #DIV/0!
126 Sulfasetamida Natrium tetes mata 15 % botol #DIV/0!
127 Tetrakain HCL tetes mata 0,5% botol #DIV/0!
128 Tetrasiklin kapsul 250 mg kapsul #DIV/0!
129 Tetrasiklin kapsul 500 mg kapsul #DIV/0!
130 Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml ampul #DIV/0!
131 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat) tablet #DIV/0!
132 Tiopental Natrium serbuk injeksi 1000 mg/amp ampul #DIV/0!
133 Triheksifenidil tablet 2 mg tablet #DIV/0!
134 Vaksin Rabies Vero vial #DIV/0!
135 Vitamin B Kompleks tablet tablet #DIV/0!
VAKSIN
136 BCG vial #DIV/0!
137 T T vial #DIV/0!
138 D T vial #DIV/0!
139 CAMPAK 10 Dosis vial #DIV/0!
140 POLIO 10 Dosis vial #DIV/0!
141 DPT-HB vial #DIV/0!
142 HEPATITIS B 0,5 ml ADS vial #DIV/0!
143 POLIO 20 Dosis vial #DIV/0!
144 CAMPAK 20 Dosis vial #DIV/0!

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8

kp
No Nama Obat Satuan Sisa Stok Pemakaian rata2 Keterse-diaan Obat
1 Albendazole tablet Tablet 1680 6277.5 0.267622461
2 Alopurinol tablet 100 mg Tablet 157400 5008.333333 31.42762063
3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml Ampul 100 6.083333333 16.43835616
4 Aminofilin tablet 200 mg Tablet 12100 625 19.36
5 Amitriptilin tablet salut 25 mg (HCL) Tablet salut 1700 508.3333333 3.344262295
6 Amlodipine tablet 5mg Tablet 377790 4560 82.84868421
7 Amoksisilin kaplet 500 mg Tablet 609600 62666.66667 9.727659574
8 Amoksisilin sirup kering 250 mg/ 5 mg Botol 458.4166667
9 Ampisilin serbuk injeksi 1000 mg/ml Vial 200 12.08333333 16.55172414
10 Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mgTablet
+ Magnesium
kunyah Hidroksida 200351900
mg 32766.66667 10.73957274
11 Antasida DOEN II suspensi, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg/5mlBotol + Magnesium Hidroksida 2003181 mg/5ml 374 8.505347594
12 Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam Salisilat 3% Pot 1128 98.25 11.48091603
13 Arthemeter Injeksi 80 mg/ml Ampul
14 Arthesunate serbuk injeksi 60 mg/ml Vial 4
15 Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Tablet 490000 30600 16.0130719
16 Asam Folat tablet 1 mg Tablet 69600 10841.66667 6.419677171
17 Asam Mefenamat kaplet 500 mg Kaplet 155400 13616.66667 11.4124847
18 Acyclovir tablet 200 mg Tablet
19 Acyclovir tablet 400mg Tablet 1800 1508.333333 1.193370166
20 Atropin sulfat tablet 0,5 mg Tablet
21 Benzatin Benzil Penisilin inj 1,2 juta Vial
22 Benzatin Benzil Penisilin inj 2,4 juta Vial
23 Betametason krim 0,1 % Tube 6075 478.25 12.70256142
24 Clindamisin 300 mg Kapsul
25 Deksametason tablet 0,5 mg Tablet 154600 22058.33333 7.008689082
26 Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml Vial 306 15.33333333 19.95652174
27 DHP (Dehidro Artemisin dan Piperaquin) Tablet 26 14.16666667 1.835294118
28 Diazepam Injeksi 5mg/ml Vial 177 3.083333333 57.40540541
29 Diazepam tablet 2 mg Tablet 14900 1141.666667 13.05109489
30 Diazepam tablet 5 mg Tablet
31 Dietilkarbamazin 100 mg Tablet 200
32 Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL) Vial 125 29.16666667 4.285714286
33 Digoksin tablet 0,25 mg Tablet 11100 600 18.5
34 Dimenhidrinat tab 50 mg Tablet 50800 3966.666667 12.80672269
35 Doksisiklin kapsul 100mg Kapsul 3300 2466.666667 1.337837838
36 Domperidon tab 10 mg Tablet 54100 1791.666667 30.19534884
37 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL) Ampul 117 16.33333333 7.163265306
38 Eritromisin sirup 200 mg/ 5 ml Botol 196 11.33333333 17.29411765
39 Eritromisin 500 mg Tablet 17400 516.6666667 33.67741935
40 Etambutol tablet 400 mg Tablet
41 Fenitoin Natrium Kapsul 50 mg Kapsul
42 Fenobarbital Injeksi 50 mg/ml Ampul 26 0.666666667 39
43 Fenobarbital tablet 30 mg Tablet 3000 625 4.8
44 Ferro sulfat tab salut 300 mg Tablet
45 Ferro Fumarat/ Ferro Sulfat/ Ferro Gluconat + Asam Folat (tablet tambah Tablet
darah kombinasi) 496900 15425 32.21393841
46 Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg Tablet 18000 966.6666667 18.62068966
47 Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 2 mg/ml Ampul 342 25 13.68
48 Furosemid tablet 40 mg Tablet 28400 2933.333333 9.681818182
49 Furosemid inj 10 mg/mL (i.v./i.m.) Ampul 259 3 86.33333333
50 Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,52 g, Kalium klorida 0,30 g, Trinatrium
Sachet Sitrat dihidrat 0,5851900
g, Glukosa Anhidrat
3216.666667
2,7 g 16.13471503
51 Gentamisin injeksi 40 mg/ml Vial
52 Glibenklamida tablet 5 mg Tablet 54400 1991.666667 27.31380753
53 Glimepirid tablet 1 mg Tablet 141600 5195.833333 27.25260626
54 Griseofulvin tablet 125 mg Tablet 17100 1375 12.43636364
55 Haloperidol tablet 0,5 mg Tablet 11500 741.6666667 15.50561798
56 Haloperidol tablet 5 mg Tablet 84 2.166666667 38.76923077
57 Haloperidol injeksi 5 mg/ml Ampul
58 Hidroklorotiazida (HCT) tablet 25 mg Tablet 118500 6208.333333 19.08724832
59 Hidrokortison krim 2,5% Tube 6000 396 15.15151515
60 Ibuprofen tablet 200 mg Tablet 35300 7700 4.584415584
61 Ibuprofen tablet 400 mg Tablet 166500 7675 21.69381107
62 Isoniazid tab 100 mg Tablet 2600 716.6666667 3.627906977
63 Isoniazid tab 300 mg Tablet 1440
64 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg Tablet 8500 541.6666667 15.69230769
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
65 Kalsium glukonat injeksi 100 mg/ml Ampul 79 1.166666667 67.71428571
66 Kalsium karbonat tab 500 mg Tablet
67 Kaptopril tablet 25 mg Tablet 89000 17400 5.114942529
68 Karbamazepin tablet 200 mg Tablet 4900 83.33333333 58.8
69 Ketokonazol tablet 200 mg Tablet 15000 858.3333333 17.47572816
70 Kloramfenikol kapsul 250 mg Kapsul 38400 2316.666667 16.57553957
71 Kloramfenikol salep kulit 2% Pot 2424 28 86.57142857
72 Kloramfenikol salep mata 1% Tube 72
73 Kloramfenikol Suspensi 125 mg/ml Botol 282 28.08333333 10.04154303
74 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg Tablet 561800 49116.66667 11.43807262
75 Klorpromazin HCl injeksi i.m 5 mg/ml Ampul
76 Klorpromazin HCl 100 mg tablet salut Tablet 21300 3233.333333 6.587628866
77 Kodein tablet 10 mg Tablet
78 Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim
Tablet 80 mg 253500 5291.666667 47.90551181
79 Kotrimosazol Suspensi Kombinasi : Sulfametoksazol 200 mg, TrimetoprimBotol
40 mg 3240 230.4166667 14.06148282
80 Kuinin tablet 200 mg Tablet 60 5 12
81 Kuinin injeksi 25%-2 ml Ampul
82 Lidokain inj 1% (infltr) Ampul
83 Lidokain injeksi 2% (HCl) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml Vial 2070 480 4.3125
84 Loratadin tablet 10 mg Tablet 28200 770.8333333 36.58378378
85 Magnesium Sulfat inj (IV) 20% Ampul 0.166666667
86 Magnesium Sulfat inj (IV) 40% Ampul 162 2.166666667 74.76923077
87 Mebendazol tablet 100 mg Tablet
88 Metformin tablet 500mg Tablet 291800 22450 12.99777283
89 Metformin tablet 850mg Tablet
90 Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125 mg Tablet 4200 341.6666667 12.29268293
91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml Ampul 203 18.75 10.82666667
92 Metilprednisolon 4 mg Tablet 101500 8083.333333 12.55670103
93 Metilprednisolon 16 mg Tablet
94 Metoklopramid tablet 10 mg Tablet 18800 1025 18.34146341
95 Metronidazol tablet 250 mg Tablet 1066.666667
96 Metronidazol tablet 500 mg Tablet 61700 4600 13.41304348
97 Metronidazol sirup 125 mg/ml Botol
98 Mikonazol krim 2% Tube 5448 302 18.0397351
99 Mineral Mix Sachet 400 50 8
100 Natrium Bikarbonat tablet 500 mg Tablet
101 Natrium Diklofenak Tablet 25mg Tablet
102 Natrium Diklofenak Tablet 50 mg Tablet 172950 13079.16667 13.22331953
103 Natrium Tiroksin 100 ug Tablet
104 Nifedipin Tablet 10 mg Tablet 6000 1208.333333 4.965517241
105 Nikotinamid tab 20 mg Tablet
106 Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g Tablet 4200 433.3333333 9.692307692
107 OAT FDC Anak Paket 10 3.666666667 2.727272727
108 OAT FDC Kategori I Paket 41 23.33333333 1.757142857
109 OAT FDC Kategori II Paket 3 2.166666667 1.384615385
110 Obat Anti Tuberculosis Kombipak Kat 1 Paket 2.666666667
111 Obat Anti Tuberculosis Kombipak Kat Anak Paket
112 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % Tube 25
113 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml Ampul 483 40.58333333 11.90143737
114 Omeprazol injeksi 40 mg/10 ml Ampul
115 Omeprazol kapsul 20 mg Kapsul
116 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml Botol 14645 1713.166667 8.548496935
117 Paracetamol tablet 500 mg Tablet 1558200 117958.3333 13.20974921
118 Pirantel tablet 125 mg Tablet 2600 266.6666667 9.75
119 Pirantel pamoat susp 125 mg/5 ml Botol
120 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) Tablet 266500 31791.66667 8.382699869
121 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 25 mg Tablet 500 8.333333333 60
122 Prednison tablet 5 mg Tablet 89000 3550 25.07042254
123 Primakuin tablet 15 mg Tablet 1100 142.5 7.719298246
124 Prokain benzil penisilin inj 3 juta UI/vial (i.m) Vial
125 Propanolol 40 mg Tablet
126 Propillitiourasil tablet 100 mg Tablet 4100 50 82
127 Ranitidine tablet 150mg Tablet 180100 18675 9.643908969
128 Retinol (Vitamin A) kaps lunak 100.000 Ui Kapsul 2700 712.5 3.789473684
129 Retinol (Vitamin A) kaps lunak 200.000 Ui Kapsul 12800 5300 2.41509434
130 Salbutamol tablet 2mg Tablet 104900 9200 11.40217391
131 Salbutamol tablet 4mg Tablet
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
132 Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang endap 4% Tube 1200 155.5 7.717041801
133 Sefadroksil tablet 500 mg Tablet
134 Sefadroksil sirup 125 mg/5ml Botol
135 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg Ampul
136 Simvastatin tablet 10 mg Tablet 56730 2210 25.66968326
137 Siprofloxacin tablet 500mg Tablet 92100 6183.333333 14.89487871
138 Tetrasiklin kapsul 250 mg tablet
139 Tetrasiklin kapsul 500 mg Tablet
140 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat) Tablet 309700 37775 8.198544011
141 Triheksifenidil tablet 2 mg Tablet 18100 9808.333333 1.845369584
142 Vitamin B Kompleks tablet Tablet 334400 9908.333333 33.74936922
143 Zink tablet dispersibel Tablet 73700 4691.666667 15.70870337
144 Vaksin BCG 20 ds Vial 384 115.8333333 3.315107914
145 Vaksin DT 10 ds Vial 5 64.66666667 0.077319588
146 Vaksin Campak 10 dosis Vial 690 88.33333333 7.811320755
147 Vaksin Polio IPV Ampul 555 120.3333333 4.612188366
148 Vaksin Hepatitis B ADS 1 ds Pouch 1316 397.0833333 3.314165792
149 Vaksin DTP-HB-HiB 5 ds Vial 705 163.75 4.305343511
150 Vaksin Td 10 ds Vial 198 67.75 2.922509225
1 Alopurinol tablet 100 mg tablet 166953 128200 56300 184500 110.5101436
2 Aminofilin tablet 200 mg tablet 162858 45000 136800 181800 111.6309914
3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml tablet 175 311 28 339 193.7142857
4 Amitripilin tablet salut 25 mg (HCL) tablet 78245 45500 10700 56200 71.82567576
5 Amoksisilin kapsul 250 mg kapsul
6 Amoksisilin kaplet 500 mg kaplet 2022314 1553100 1063100 2616200 129.3666562
7 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg botol
8 Metampiron tablet 500 mg tablet
9 Metampiron injeksi 250 mg ampul
10 Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mgtablet+ Magnesium Hidroksida1210896
200 mg 710500 663500 1374000 113.4696952
11 Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500 IU/g + polimiksin 10.000
tubeIU/g 22982.7 5500 6650 12150 52.86585127
12 Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat 150 mg + Heksaklorofen supp
250 mg 12188.93333 9980 3550 13530 111.00233
13 Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam Salisilat 3% pot 3906 4004 336 4340 111.1111111
14 Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg tablet 33750 7700 2100 9800 29.03703704
15 Antiparkinson DOEN tablet kombinasi : Karbidopa 25 mg + Levodopa 250tablet mg
16 Aqua Pro Injeksi Steril, bebas pirogen vial 1042 740 770 1510 144.9136276
17 Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg tablet 1628325 1058900 749400 1808300 111.0527689
18 Asam Asetisalisilat tablet 100 mg (Asetosal) tablet 107404 73500 46000 119500 111.2621504
19 Asam Asetisalisilat tablet 500 mg (Asetosal) tablet
20 Atropin sulfat tablet 0,5 mg tablet
21 Atropin tetes mata 0,5% botol
22 Atropin injeksi l.m/lv/s.k. 0,25 mg/mL - 1 mL (sulfat) ampul 530 338 327 665 125.4716981
23 Betametason krim 0,1 % krim 21078 3922 20975 24897 118.1184173
24 Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml ampul 2009 1182 1091 2273 113.1408661
25 Deksametason tablet 0,5 mg tablet 930782 911500 127600 1039100 111.6373114
26 Dekstran 70-larutan infus 6% steril botol
27 Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr) botol
28 Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) tablet
29 Diazepam Injeksi 5mg/ml ampul 316 339 327 666 210.7594937
30 Diazepam tablet 2 mg tablet 170202 109500 48000 157500 92.53710297
31 Diazepam tablet 5 mg tablet 12906 5100 500 5600 43.39067101
32 Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL) ampul 1602 1440 345 1785 111.423221
33 Digoksin tablet 0,25 mg tablet 35628 18600 20700 39300 110.3065005
34 Efedrin tablet 25 mg (HCL) tablet
35 Ekstrks belladona tablet 10 mg tablet
36 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL) ampul 1222 1330 20 1350 110.4746318
37 Etakridin larutan 0,1% botol
38 Fenitoin Natriun Injeksi 50 mg/ml ampul
39 Fenobarbital Injeksi I.m/I.v 50 mg/ml ampul 348 107 313 420 120.6896552
40 Fenobarbital tablet 30 mg tablet 9267
41 Fenoksimetil Penisilin tablet 250 mg tablet
42 Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg tablet
43 Fenol Gliserol tetes telinga 10% botol 10145 6855 6080 12935 127.5012321
44 Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 10 mg/ml ampul 2196 17800 420 18220 829.6903461
45 Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg tablet 17299 1170 8100 9270 53.58691254
46 Furosemid tablet 40 mg tablet 169919 72300 115800 188100 110.699804
47 Gameksan lotion 1 % botol
48 Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,70 g, Kalium klorida 0,30 g, Tribatrium
sach Sitrt dihidrat 0,58159390
g 103200 83600 186800 117.1968128
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
49 Gentian Violet Larutan 1 % botol
50 Glibenklamida tablet 5 mg tablet 181088 44000 13600 57600 31.80773988
51 Gliseril Gualakolat tablet 100 mg tablet
52 Gliserin botol
53 Glukosa larutan infus 5% botol 563 563
54 Glukosa larutan infus 10% botol 102 60 110 170 166.6666667
55 Glukosa larutan infus 40% steril (produk lokal) ampul
56 Griseofulvin tablet 125 mg, micronized tablet 76829 43400 51100 94500 123.0004295
57 Haloperidol tablet 0,5 mg tablet 55710 26900 35000 61900 111.1111111
58 Haloperidol tablet 1,5 mg tablet 364290 211000 349700 560700 153.9158363
59 Haloperidol tablet 5 mg tablet 89490 54700 46300 101000 112.8617723
60 Hidroklorotiazida tablet 25 mg tablet 95926 70700 46200 116900 121.8647708
61 Hidrkortison krim 2,5% tube 16083 24850 14950 39800 247.4662687
62 Ibuprofen tablet 200 mg tablet 431500 376500 427100 803600 186.2340672
63 Ibuprofen tablet 400 mg tablet 751277 493600 457800 951400 126.6377115
64 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg tablet 32925 17500 25000 42500 129.0812453
65 Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg tablet 1013991 839400 886100 1725500 170.1691632
66 Kaptopril tablet 12,5 mg tablet 659790.5333 437800 431700 869500 131.7842491
67 Kaptopril tablet 25 mg tablet 875609.6667 735200 237000 972200 111.0312091
68 Karbamazepin tablet 200 mg tablet 37124 19400 75600 95000 255.8991488
69 Ketamin Injeksi 10 mg/ml vial
70 Klofazimin kapsul 100 mg microzine kapsul
71 Kloramfenikol kapsul 250 mg kapsul
72 Kloramfenikol tetes telinga 3 % botol 4050 3890 3890 96.04938272
73 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg tablet 2158416.05 1595200 553500 2148700 99.54985277
74 Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml-2ml (HCL) ampul 356 356
75 Klorpromazin injeksi i.m 25 mg/ml (HCL) ampul
76 Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCL) tablet 160610 39300 139200 178500 111.1387834
77 Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCL) tablet 130946 98800 73100 171900 131.2754876
78 Anti Malaria DOEN Kombinasi Pirimetamin 25 mg + Sulfadoxin 500 mg tablet
79 Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol 200 mg + Trimetoprim botol
40 mg/ 5 ml 8598 4600 4950 9550 111.0723424
80 Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim
tablet 80 mg 125570 82400 62700 145100 115.553078
81 Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi : Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim
tablet 20 mg
82 Kuinin (kina) tablet 200 mg tablet
83 Kuinin Dihidrokklorida injeksi 25%-2 ml ampul
84 Lidokain injeksi 2% (HCL) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml vial 3608 3390 11880 15270 423.2261641
85 Magnesium Sulfat inj (IV) 20%-25 ml vial 267 106 99 205 76.77902622
86 Magnesium Sulfat inj (IV) 40%-25 ml vial 314 290 60 350 111.4649682
87 Magnesium Sulfat serbuk 30 gram sach
88 Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml botol
89 Mebendazol tablet 100 mg tablet
90 Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125 mg tablet 15571 10300 1900 12200 78.3507803
91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml ampul 1888 1012 1083 2095 110.9639831
92 Metronidazol tablet 250 mg tablet 1664 1100 900 2000 120.1923077
93 Natrium Bikarbonat tablet 500 mg tablet
94 Natrium Fluoresein tetes mata 2 % botol
95 Natrium Klorida larutan infus 0,9 % botol 5830 3542 9500 13042 223.7049743
96 Natrium Thiosulfat injeksi I.v. 25 % ampul
97 Nistatin tablet salut 500.000 IU/g tablet 297 150 300 450 151.5151515
98 Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g tablet 7907 14660 14660 185.405337
99 Obat Batuk hitam ( O.B.H.) botol
100 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % tube 4788 2100 2100 43.85964912
101 Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml vial
102 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml ampul 3613 1605 3460 5065 140.1882092
103 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml botol 142442 57392 110100 167492 117.5861052
104 Paracetamol tablet 100 mg tablet
105 Paracetamol tablet 500 mg tablet 4545873 3637100 1929700 5566800 122.4583265
106 Pilokarpin tetes mata 2 % (HCL/Nitrat) botol
107 Pirantel tab. Score (base) 125 mg tablet 91080 3460 97700 101160 111.0671937
108 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) tablet 814333 634900 328400 963300 118.2931307
109 Povidon Iodida larutan 10 % @ 30ml botol 3137 840 840 26.77717565
110 Povidon Iodida larutan 10 % @ 300ml botol 227
111 Prednison tablet 5 mg tablet 104398 116000 116000 111.1132397
112 Primakuin tablet 15 mg tablet 520 520
113 Propillitiourasil tablet 100 mg tablet 13199 5200 20500 25700 194.7117206
114 Propanol tablet 40 mg (HCL) tablet 12242 13600 13600 111.0929587
115 Reserpin tablet 0,10 mg tablet
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
116 Reserpin tablet 0,25 mg tablet
117 Ringer Laktat larutan infus botol 49295 24782 36540 61322 124.398012
118 Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang endap 4% tube 6426 3840 3348 7188 111.8580766
119 Salisil bedak 2% kotak 12170 3775 10225 14000 115.0369762
120 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 5 ml (ABU I) vial 54 18 12 30 55.55555556
121 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml (ABU II) vial
122 Serum Anti Difteri Injeksi 20.000 IU/vial (A.D.S.) vial
123 Serum Anti Tetanus Injeksi 1.500 IU/ampul (A.T.S.) ampul
124 Serum Anti Tetanus Injeksi 20.000 IU/vial (A.T.S.) vial
125 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg ampul 2406 1110 1550 2660 110.556941
126 Sulfasetamida Natrium tetes mata 15 % botol
127 Tetrakain HCL tetes mata 0,5% botol
128 Tetrasiklin kapsul 250 mg kapsul
129 Tetrasiklin kapsul 500 mg kapsul
130 Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml ampul
131 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat) tablet 576388 742000 1268500 2010500 348.8101765
132 Tiopental Natrium serbuk injeksi 1000 mg/amp ampul
133 Triheksifenidil tablet 2 mg tablet 485427 286000 420000 706000 145.438964
134 Vaksin Rabies Vero vial
135 Vitamin B Kompleks tablet tablet 1744600.733 1383500 553400 1936900 111.0225373
VAKSIN
136 BCG vial 2648 3184 451 3635 137.2734139
137 TT vial 10863
138 DT vial 15914 650 80 730 4.587155963
139 CAMPAK 10 Dosis vial 20186 2170 480 2650 13.12791043
140 POLIO 10 Dosis vial 6092 4166 623 4789 78.6112935
141 DPT-HB vial 17478 11080 810 11890 68.02837853
142 HEPATITIS B 0,5 ml ADS vial 16244 13718 1492 15210 93.63457277
143 POLIO 20 Dosis vial
144 CAMPAK 20 Dosis vial
1 Albendazole tablet Tablet 258300 202110 112230 314340 121.6957027
2 Alopurinol tablet 100 mg Tablet 146250 104.1 58600 58704.1 40.13955556
3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml Ampul 141 36 34 70 49.64539007
4 Aminofilin tablet 200 mg Tablet 31800 17700 5600 23300 73.27044025
5 Amitriptilin tablet salut 25 mg (HCL) Tablet salut 27000 12800 12800 47.40740741
6 Amlodipine tablet 5mg Tablet 552555 467190 147360 614550 111.2196976
7 Amoksisilin kaplet 500 mg Tablet 1982850 1309400 834400 2143800 108.1171042
8 Amoksisilin sirup kering 250 mg/ 5 mg Botol 9782 6310 5710 12020 122.8787569
9 Ampisilin serbuk injeksi 1000 mg/ml Vial #DIV/0!
10 Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mgTablet
+ Magnesium
kunyah Hidroksida 200
589800
mg 321700 332500 654200 110.9189556
11 Antasida DOEN II suspensi, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg/5mlBotol
+ Magnesium Hidroksida 200
12032
mg/5ml 4065 2770 6835 56.8068484
12 Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam Salisilat 3% Pot 2060 1555 879 2434 118.1553398
13 Arthemeter Injeksi 80 mg/ml Ampul #DIV/0!
14 Arthesunate serbuk injeksi 60 mg/ml Vial 126 50 48 98 77.77777778
15 Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Tablet 610800 386900 291400 678300 111.0510806
16 Asam Folat tablet 1 mg Tablet 243000 132600 53900 186500 76.74897119
17 Asam Mefenamat kaplet 500 mg Kaplet 460050 335400 174900 510300 110.9227258
18 Acyclovir tablet 200mg Tablet #DIV/0!
19 Acyclovir tablet 400mg Tablet 63150 81900 700 82600 130.7996833
20 Atropin sulfat tablet 0,5 mg Tablet #DIV/0!
21 Benzatin Benzil Penisilin inj 1,2 juta Vial 40 10 50 #DIV/0!
22 Benzatin Benzil Penisilin inj 2,4 juta Vial 83 160 50 210 253.0120482
23 Betametason krim 0,1 % Tube 17890 11230 8645 19875 111.0955841
24 Clindamisin 300 mg Kapsul 9300 6650 6400 13050 140.3225806
25 Deksametason tablet 0,5 mg Tablet 480750 220700 313000 533700 111.0140406
26 Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml Vial 692 190 301 491 70.95375723
27 DHP (Dehidro Artemisin dan Piperaquin) Tablet 527 324 126 450 85.38899431
28 Diazepam Injeksi 5mg/ml Vial 12 190 108 298 2483.333333
29 Diazepam tablet 2 mg Tablet 35700 25700 13600 39300 110.0840336
30 Diazepam tablet 5 mg Tablet #DIV/0!
31 Dietilkarbamazin 100 mg Tablet 450 100 300 400 88.88888889
32 Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL) Vial 584 317 91 408 69.8630137
33 Digoksin tablet 0,25 mg Tablet 2700 2600 800 3400 125.9259259
34 Dimenhidrinat tab 50 mg Tablet 137850 87300 65700 153000 110.9902067
35 Doksisiklin kapsul 100mg Kapsul 7650 4000 4100 8100 105.8823529
36 Domperidon tab 10 mg Tablet 148650 106100 58700 164800 110.8644467
37 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL) Ampul 422 301 187 488 115.6398104
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
38 Eritromisin sirup 200 mg/ 5 ml Botol 2385 560 200 760 31.86582809
39 Eritromisin 500 mg Tablet 21750 8700 20300 29000 133.3333333
40 Etambutol tablet 400 mg Tablet 3000 4800 3900 8700 290
41 Fenitoin Natrium Kapsul 50 mg Kapsul #DIV/0!
42 Fenobarbital Injeksi 50 mg/ml Ampul 30 30 #DIV/0!
43 Fenobarbital tablet 30 mg Tablet 1800 2900 6200 9100 505.5555556
44 Ferro sulfat tab salut 300 mg Tablet #DIV/0!
45 Ferro Fumarat/ Ferro Sulfat/ Ferro Gluconat + Asam Folat (tablet tambah Tablet
darah kombinasi) 1462350 1090500 1622300 2712800 185.5096249
46 Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg Tablet 12150 7800 5700 13500 111.1111111
47 Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 2 mg/ml Ampul 459 1100 614 1714 373.4204793
48 Furosemid tablet 40 mg Tablet 47250 31300 80400 111700 236.4021164
49 Furosemid inj 10 mg/mL (i.v./i.m.) Ampul #DIV/0!
50 Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,52 g, Kalium klorida 0,30 g, Trinatrium
Sachet Sitrat dihidrat 0,58
156750
g, Glukosa Anhidrat 89400
2,7 g 81000 170400 108.708134
51 Gentamisin injeksi 40 mg/ml Vial #DIV/0!
52 Glibenklamida tablet 5 mg Tablet #DIV/0!
53 Glimepirid tablet 1 mg Tablet 249975 224900 127900 352800 141.1341134
54 Griseofulvin tablet 125 mg Tablet 118575 62700 30000 92700 78.17836812
55 Haloperidol tablet 0,5 mg Tablet #DIV/0!
56 Haloperidol tablet 5 mg Tablet 17850 11900 8600 20500 114.8459384
57 Haloperidol injeksi 5 mg/ml Ampul 50 18 18 36 72
58 Hidroklorotiazida (HCT) tablet 25 mg Tablet 306000 84100 350500 434600 142.0261438
59 Hidrokortison krim 2,5% Tube 19305 12173 9259 21432 111.017871
60 Ibuprofen tablet 200 mg Tablet #DIV/0!
61 Ibuprofen tablet 400 mg Tablet 1160850 763500 656000 1419500 122.2810871
62 Isoniazid tab 100 mg Tablet 3450 5900 4300 10200 295.6521739
63 Isoniazid tab 300 mg Tablet 15600 20800 20200 41000 262.8205128
64 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg Tablet 10950 6700 5100 11800 107.7625571
65 Kalsium glukonat injeksi 100 mg/ml Ampul #DIV/0!
66 Kalsium karbonat tab 500 mg Tablet #DIV/0!
67 Kaptopril tablet 25 mg Tablet 504600 202200 357800 560000 110.9789933
68 Karbamazepin tablet 200 mg Tablet 8700 7300 7200 14500 166.6666667
69 Ketokonazol tablet 200 mg Tablet 26625 10300 19850 30150 113.2394366
70 Kloramfenikol kapsul 250 mg Kapsul 97050 47100 60400 107500 110.7676455
71 Kloramfenikol salep kulit 2% Pot 2243 4953 4953 220.8203299
72 Kloramfenikol salep mata 1% Tube 6135 4714 3663 8377 136.5444173
73 Kloramfenikol Suspensi 125 mg/ml Botol 1088 425 340 765 70.3125
74 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg Tablet 1825350 1021000 935100 1956100 107.1630098
75 Klorpromazin HCl injeksi i.m 5 mg/ml Ampul #DIV/0!
76 Klorpromazin HCl 100 mg tablet salut Tablet 104700 63700 52600 116300 111.0792741
77 Kodein tablet 10 mg Tablet 6000 2300 4100 6400 106.6666667
78 Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim
Tablet 80 mg 86700 41200 58700 99900 115.2249135
79 Kotrimosazol Suspensi Kombinasi : Sulfametoksazol 200 mg, TrimetoprimBotol40 mg 6430 3277 3277 50.96423017
80 Kuinin tablet 200 mg Tablet #DIV/0!
81 Kuinin injeksi 25%-2 ml Ampul #DIV/0!
82 Lidokain inj 1% (infltr) Ampul 240 235 200 435 181.25
83 Lidokain injeksi 2% (HCl) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml Vial 12480 9750 3480 13230 106.0096154
84 Loratadin tablet 10 mg Tablet 226800 241700 60900 302600 133.4215168
85 Magnesium Sulfat inj (IV) 20% Ampul 12 37 9 46 383.3333333
86 Magnesium Sulfat inj (IV) 40% Ampul #DIV/0!
87 Mebendazol tablet 100 mg Tablet #DIV/0!
88 Metformin tablet 500mg Tablet 1044500 629500 392500 1022000 97.84585926
89 Metformin tablet 850mg Tablet #DIV/0!
90 Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125 mg Tablet 2100 2400 1400 3800 180.952381
91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml Ampul 206 285 288 573 278.1553398
92 Metilprednisolon 4 mg Tablet 49500 262100 639000 901100 1820.40404
93 Metilprednisolon 16 mg Tablet #DIV/0!
94 Metoklopramid tablet 10 mg Tablet 20700 6500 27600 34100 164.7342995
95 Metronidazol tablet 250 mg Tablet 25650
96 Metronidazol tablet 500 mg Tablet 67200 59200 15600 74800 111.3095238
97 Metronidazol sirup 125 mg/ml Botol 195 124 735 859 440.5128205
98 Mikonazol krim 2% Tube 13075 8285 6275 14560 111.3575526
99 Mineral Mix Sachet 1920 2400 120 2520 131.25
100 Natrium Bikarbonat tablet 500 mg Tablet #DIV/0!
101 Natrium Diklofenak Tablet 25mg Tablet 169200 50150 19700 69850 41.28250591
102 Natrium Diklofenak Tablet 50 mg Tablet 557025 468850 151000 619850 111.2786679
103 Natrium Tiroksin 100 ug Tablet #DIV/0!
104 Nifedipin Tablet 10 mg Tablet 30150 9200 188100 197300 654.3946932
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
105 Nikotinamid tab 20 mg Tablet #DIV/0!
106 Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g Tablet 11070 6500 1162 7662 69.21409214
107 OAT FDC Anak Paket 227 96 10 106 46.69603524
108 OAT FDC Kategori I Paket 1406 1019 59 1078 76.67140825
109 OAT FDC Kategori II Paket 63 54 7 61 96.82539683
110 Obat Anti Tuberculosis Kombipak Kat 1 Paket #DIV/0!
111 Obat Anti Tuberculosis Kombipak Kat Anak Paket #DIV/0!
112 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % Tube 68 105 105 154.4117647
113 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml Ampul 1602 1194 621 1815 113.2958801
114 Omeprazol injeksi 40 mg/10 ml Ampul #DIV/0!
115 Omeprazol kapsul 20 mg Kapsul 125280 96390 43020 139410 111.2787356
116 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml Botol 66775 46901 34697 81598 122.1984276
117 Paracetamol tablet 500 mg Tablet 3768600 2201900 2226800 4428700 117.5157884
118 Pirantel tablet 125 mg Tablet 1890 240 900 1140 60.31746032
119 Pirantel pamoat susp 125 mg/5 ml Botol 53 190 190 358.490566
120 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) Tablet 576300 352200 336100 688300 119.4343224
121 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 25 mg Tablet #DIV/0!
122 Prednison tablet 5 mg Tablet 42000 1000 1000 2.380952381
123 Primakuin tablet 15 mg Tablet 1500 100 400 500 33.33333333
124 Prokain benzil penisilin inj 3 juta UI/vial (i.m) Vial #DIV/0!
125 Propanolol 40 mg Tablet 1050 200 8000 8200 780.952381
126 Propillitiourasil tablet 100 mg Tablet #DIV/0!
127 Ranitidine tablet 150mg Tablet 659550 476900 258000 734900 111.4244561
128 Retinol (Vitamin A) kaps lunak 100.000 Ui Kapsul 35400 23100 11650 34750 98.16384181
129 Retinol (Vitamin A) kaps lunak 200.000 Ui Kapsul 218550 143550 123550 267100 122.2145962
130 Salbutamol tablet 2mg Tablet 267750 222300 75200 297500 111.1111111
131 Salbutamol tablet 4mg Tablet #DIV/0!
132 Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang endap 4% Tube 2813 2124 984 3108 110.4870245
133 Sefadroksil tablet 500 mg Tablet #DIV/0!
134 Sefadroksil sirup 125 mg/5ml Botol #DIV/0!
135 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg Ampul 105000 31900 31900 30.38095238
136 Simvastatin tablet 10 mg Tablet 94950 91320 46140 137460 144.7709321
137 Siprofloxacin tablet 500mg Tablet 171150 99900 67800 167700 97.98422436
138 Tetrasiklin kapsul 250 mg tablet #DIV/0!
139 Tetrasiklin kapsul 500 mg Tablet #DIV/0!
140 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat) Tablet 858000 498600 456400 955000 111.3053613
141 Triheksifenidil tablet 2 mg Tablet 279300 152200 147700 299900 107.3755818
142 Vitamin B Kompleks tablet Tablet 1199400 865800 600800 1466600 122.2778056
143 Zink tablet dispersibel Tablet 156600 106200 67700 173900 111.0472542
144 Vaksin BCG 20 ds Vial 4163 3430 300 3730 89.59884699
145 Vaksin DT 10 ds Vial 3722 2091 20 2111 56.71681891
146 Vaksin Campak 10 dosis Vial 9738 2390 570 2960 30.39638529
147 Vaksin Polio IPV Ampul 8715 4450 355 4805 55.13482501
148 Vaksin Hepatitis B ADS 1 ds Pouch 24938 16640 1375 18015 72.2391531
149 Vaksin DTP-HB-HiB 5 ds Vial 19740 12690 550 13240 67.07193516
150 Vaksin Td 10 ds Vial 6513 2011 271 2282 35.03761707

1 Albendazole tablet Tablet 55360 68520 68520 123.7716763


2 Alopurinol tablet 100 mg Tablet 136500 114200 20200
3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml Ampul
4 Aminofilin tablet 200 mg Tablet 14300 8300 6900 15200 106.2937063
5 Amitriptilin tablet salut 25 mg (HCL) Tablet salut 13500 7100 13500 20600 152.5925926
6 Amlodipine tablet 5mg Tablet 979020 852750 348840 1201590 122.7339584
7 Amoksisilin kaplet 500 mg Tablet 904100 711300 243400 954700 105.596726
8 Amoksisilin sirup kering 250 mg/ 5 mg Botol 3463 1997 1147 3144 90.78833381
9 Ampisilin serbuk injeksi 1000 mg/ml Vial
10 Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mgTablet
+ Magnesium
kunyah Hidroksida 200
10798
mg 1037 7963 9000 83.34876829
11 Antasida DOEN II suspensi, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg/5mlBotol
+ Magnesium Hidroksida 200
12094
mg/5ml 8203 1078 9281 76.7405325
12 Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam Salisilat 3% Pot 1151 928 204 1132 98.34926151
13 Arthemeter Injeksi 80 mg/ml Ampul 6
14 Arthesunate serbuk injeksi 60 mg/ml Vial 6 1 1 16.66666667
15 Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Tablet 412100 378900 19900 398800 96.772628
16 Asam Folat tablet 1 mg Tablet 300000 93000 166400 259400 86.46666667
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
17 Asam Mefenamat kaplet 500 mg Kaplet 308700 203900 159900 363800 117.8490444
18 Acyclovir tablet 200mg Tablet 12400 21050 4800 25850 208.4677419
19 Acyclovir tablet 400mg Tablet 41300 42000 7800 49800 120.5811138
20 Atropin sulfat tablet 0,5 mg Tablet
21 Benzatin Benzil Penisilin inj 1,2 juta Vial
22 Benzatin Benzil Penisilin inj 2,4 juta Vial 200 132 68 200 100
23 Betametason krim 0,1 % Tube 13700 9507 7807 17314 126.379562
24 Clindamisin 300 mg Kapsul
25 Deksametason tablet 0,5 mg Tablet 267400 164900 217300 382200 142.9319372
26 Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml Vial 339 213 168 381 112.3893805
27 DHP (Dehidro Artemisin dan Piperaquin) Tablet 120 171 171 342 285
28 Diazepam Injeksi 5mg/ml Vial 101
29 Diazepam tablet 2 mg Tablet 61300 32900 23400 56300 91.84339315
30 Diazepam tablet 5 mg Tablet 900
31 Dietilkarbamazin 100 mg Tablet 100
32 Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL) Vial 113 56 74 130 115.0442478
33 Digoksin tablet 0,25 mg Tablet 15100 10100 4200 14300 94.70198675
34 Dimenhidrinat tab 50 mg Tablet
35 Doksisiklin kapsul 100mg Kapsul 14000 10600 5300 15900 113.5714286
36 Domperidon tab 10 mg Tablet 111800 93200 66200 159400 142.5760286
37 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL) Ampul 238 295 295 123.9495798
38 Eritromisin sirup 200 mg/ 5 ml Botol
39 Eritromisin 500 mg Tablet 2600 400 - 400 15.38461538
40 Etambutol tablet 400 mg Tablet
41 Fenitoin Natrium Kapsul 50 mg Kapsul
42 Fenobarbital Injeksi 50 mg/ml Ampul
43 Fenobarbital tablet 30 mg Tablet 34100 6900 40100 47000 137.829912
44 Ferro sulfat tab salut 300 mg Tablet
45 Ferro Fumarat/ Ferro Sulfat/ Ferro Gluconat + Asam Folat (tablet tambah Tablet
darah kombinasi) 1247000 262650 1380100 1642750 131.7361668
46 Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg Tablet 8200 2000 6100 8100 98.7804878
47 Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 2 mg/ml Ampul 1113 617 496 1113 100
48 Furosemid tablet 40 mg Tablet 53200 32000 13200 45200 84.96240602
49 Furosemid inj 10 mg/mL (i.v./i.m.) Ampul 16 12 12 75
50 Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,52 g, Kalium klorida 0,30 g, Trinatrium
Sachet Sitrat dihidrat 0,5858100
g, Glukosa Anhidrat 40000
2,7 g 46100 86100 148.1927711
51 Gentamisin injeksi 40 mg/ml Vial
52 Glibenklamida tablet 5 mg Tablet 34900 9600 67300 76900 220.3438395
53 Glimepirid tablet 1 mg Tablet 310100 247700 226450 474150 152.9022896
54 Griseofulvin tablet 125 mg Tablet 2400 1300 1400 2700 112.5
55 Haloperidol tablet 0,5 mg Tablet 4200 2100 5200 7300 173.8095238
56 Haloperidol tablet 5 mg Tablet 23550 12800 10400 23200 98.51380042
57 Haloperidol injeksi 5 mg/ml Ampul
58 Hidroklorotiazida (HCT) tablet 25 mg Tablet 184600 123000 90100 213100 115.4387866
59 Hidrokortison krim 2,5% Tube 12299 6434 8264 14698 119.5056509
60 Ibuprofen tablet 200 mg Tablet 117800 52400 86800 139200 118.1663837
61 Ibuprofen tablet 400 mg Tablet 124800 59500 59500 47.67628205
62 Isoniazid tab 100 mg Tablet 5828 4700 3900 8600 147.5634866
63 Isoniazid tab 300 mg Tablet 2028 2028 7060 9088 448.1262327
64 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg Tablet 21650 12400 4200 16600 76.6743649
65 Kalsium glukonat injeksi 100 mg/ml Ampul 16 4 27 31 193.75
66 Kalsium karbonat tab 500 mg Tablet
67 Kaptopril tablet 25 mg Tablet 203400 95500 93500 189000 92.92035398
68 Karbamazepin tablet 200 mg Tablet 5100 400 10500 10900 213.7254902
69 Ketokonazol tablet 200 mg Tablet 33900 15250 30450 45700 134.8082596
70 Kloramfenikol kapsul 250 mg Kapsul 6100 900 900 1800 29.50819672
71 Kloramfenikol salep kulit 2% Pot 2300 2300 330 2630 114.3478261
72 Kloramfenikol salep mata 1% Tube 5144 5623 5623 109.3118196
73 Kloramfenikol Suspensi 125 mg/ml Botol 158 56 93 149 94.30379747
74 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg Tablet 293500 237600 185400 423000 144.1226576
75 Klorpromazin HCl injeksi i.m 5 mg/ml Ampul
76 Klorpromazin HCl 100 mg tablet salut Tablet 62400 44400 18400 62800 100.6410256
77 Kodein tablet 10 mg Tablet 3800 3800 3800 100
78 Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim
Tablet 80 mg 91900 47700 86100 133800 145.5930359
79 Kotrimosazol Suspensi Kombinasi : Sulfametoksazol 200 mg, TrimetoprimBotol40 mg 2033 925 1821 2746 135.0713232
80 Kuinin tablet 200 mg Tablet 200 60 60 30
81 Kuinin injeksi 25%-2 ml Ampul
82 Lidokain inj 1% (infltr) Ampul 1776 1374 564 1938 109.1216216
83 Lidokain injeksi 2% (HCl) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml Vial 3630 2043 992 3035 83.60881543
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
84 Loratadin tablet 10 mg Tablet 73050 39600 45500 85100 116.495551
85 Magnesium Sulfat inj (IV) 20% Ampul 49 50 50 102.0408163
86 Magnesium Sulfat inj (IV) 40% Ampul 23 17 26 43 186.9565217
87 Mebendazol tablet 100 mg Tablet
88 Metformin tablet 500mg Tablet 938600 738200 695000 1433200 152.6955039
89 Metformin tablet 850mg Tablet
90 Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125 mg Tablet 6800 1700 3300 5000 73.52941176
91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml Ampul 20 12 8 20 100
92 Metilprednisolon 4 mg Tablet
93 Metilprednisolon 16 mg Tablet 480500 447300 315300 762600 158.7096774
94 Metoklopramid tablet 10 mg Tablet 7800 2500 5500 8000 102.5641026
95 Metronidazol tablet 250 mg Tablet
96 Metronidazol tablet 500 mg Tablet 59500 47800 6900 54700 91.93277311
97 Metronidazol sirup 125 mg/ml Botol
98 Mikonazol krim 2% Tube 7257 2132 2132 29.37853107
99 Mineral Mix Sachet 900 900 1000 1900 211.1111111
100 Natrium Bikarbonat tablet 500 mg Tablet
101 Natrium Diklofenak Tablet 25mg Tablet 140900 145050 7150 152200 108.0198722
102 Natrium Diklofenak Tablet 50 mg Tablet 53950 34750 69350 104100 192.9564411
103 Natrium Tiroksin 100 ug Tablet
104 Nifedipin Tablet 10 mg Tablet 7800 2800 5400 8200 105.1282051
105 Nikotinamid tab 20 mg Tablet
106 Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g Tablet 6300 4320 4350 8670 137.6190476
107 OAT FDC Anak Paket 69 57 57 114 165.2173913
108 OAT FDC Kategori I Paket 1700 1257 401 1658 97.52941176
109 OAT FDC Kategori II Paket 45 43 19 62 137.7777778
110 Obat Anti Tuberculosis Kombipak Kat 1 Paket 17 7 7 41.17647059
111 Obat Anti Tuberculosis Kombipak Kat Anak Paket
112 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % Tube 30 24 24 80
113 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml Ampul 1200 799 401 1200 100
114 Omeprazol injeksi 40 mg/10 ml Ampul
115 Omeprazol kapsul 20 mg Kapsul 83100 10920 105180 116100 139.7111913
116 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml Botol 24829 17338 25786 43124 173.6839986
117 Paracetamol tablet 500 mg Tablet 1232100 1006200 254700 1260900 N/A
118 Pirantel tablet 125 mg Tablet 2439 1400 1400 57.40057401
119 Pirantel pamoat susp 125 mg/5 ml Botol
120 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) Tablet 256500 119700 157600 277300 108.1091618
121 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 25 mg Tablet
122 Prednison tablet 5 mg Tablet 18600 11600 18300 29900 160.7526882
123 Primakuin tablet 15 mg Tablet 300 200 500 700 233.3333333
124 Prokain benzil penisilin inj 3 juta UI/vial (i.m) Vial
125 Propanolol 40 mg Tablet
126 Propillitiourasil tablet 100 mg Tablet
127 Ranitidine tablet 150mg Tablet 279200 145800 247300 393100 140.7951289
128 Retinol (Vitamin A) kaps lunak 100.000 Ui Kapsul 8050 3800 3800 47.20496894
129 Retinol (Vitamin A) kaps lunak 200.000 Ui Kapsul 55200 55200 7250 62450 113.134058
130 Salbutamol tablet 2mg Tablet 146400 117300 38800 156100 106.6256831
131 Salbutamol tablet 4mg Tablet 22500 23000 5100 28100 124.8888889
132 Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang endap 4% Tube 1392 743 642 1385 99.49712644
133 Sefadroksil tablet 500 mg Tablet
134 Sefadroksil sirup 125 mg/5ml Botol
135 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg Ampul
136 Simvastatin tablet 10 mg Tablet 281100 189210 54450 243660 86.68089648
137 Siprofloxacin tablet 500mg Tablet 72500 52100 47600 99700 137.5172414
138 Tetrasiklin kapsul 250 mg tablet
139 Tetrasiklin kapsul 500 mg Tablet
140 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat) Tablet 215700 97000 172000 269000 124.7102457
141 Triheksifenidil tablet 2 mg Tablet 105000 104750 95000 199750 190.2380952
142 Vitamin B Kompleks tablet Tablet 322000 275700 225900 501600 155.7763975
143 Zink tablet dispersibel Tablet 60400 38900 38100 77000 127.4834437
VAKSIN
144 Vaksin BCG 20 ds Vial 1710 1648 96 1744 101.9883041
145 Vaksin DT 10 ds Vial 970 970 970 100
146 Vaksin Campak 10 dosis Vial 500 798 202 1000 200
147 Vaksin Polio IPV Ampul 1500 1294 43 1337 89.13333333
148 Vaksin Hepatitis B ADS 1 ds Pouch 5700 5872 959 6831 119.8421053
149 Vaksin DTP-HB-HiB 5 ds Vial 3400 3281 99 3380 99.41176471
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
150 Vaksin Td 10 ds Vial 933 933 370 1303 139.6570204
TABEL 67

JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PEMILIKAN/PENGELOLA
NO FASILITAS KESEHATAN
KEMENKES PEM.PROV PEM.KAB/KOTA TNI/POLRI BUMN SWASTA
1 2 3 4 5 6 7 8
RUMAH SAKIT
1 RUMAH SAKIT UMUM 2 0 8 3 0 42
2 RUMAH SAKIT KHUSUS 1 2 0 0 0 20
PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
1 PUSKESMAS RAWAT INAP 0 0 48 0 0 0
- JUMLAH TEMPAT TIDUR 0 0 478 0 0 0
2 PUSKESMAS NON RAWAT INAP 0 0 73 0 0 0
3 PUSKESMAS KELILING 0 0 96 0 0 0
4 PUSKESMAS PEMBANTU 0 0 318 0 0 0
SARANA PELAYANAN LAIN
1 RUMAH BERSALIN 0 0 0 0 0 18
2 BALAI PENGOBATAN/KLINIK 0 4 79 4 1 120
3 PRAKTIK DOKTER BERSAMA 0 0 0 0 0 0
4 PRAKTIK DOKTER PERORANGAN 0 0 0 0 0 378
5 PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL 0 0 0 0 0 115
6 BANK DARAH RUMAH SAKIT 2 0 1 0 0 1
7 UNIT TRANSFUSI DARAH 0 0 1 0 0 1

1 INDUSTRI FARMASI 0 0 0 0 0 2
2 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL 0 0 0 0 0 0
3 USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL 0 0 0 0 0 19
4 PRODUKSI ALAT KESEHATAN 0 0 0 0 0 1
5 PEDAGANG BESAR FARMASI 0 0 0 0 0 26
6 APOTEK 0 0 0 0 0 599
7 TOKO OBAT 0 0 0 0 0 48
8 PENYALUR ALAT KESEHATAN 0 0 0 0 0 4

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN

PEMILIKAN/PENGELOLA

JUMLAH
9

55
23

48
478
73
96
318

18
208
-
378
115
4
2

2
-
19
1
26
599
48
4
TABEL 68

PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I
PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

MEMPUNYAI KEMAMPUAN YAN. GADAR LEVEL I


NO SARANA KESEHATAN JUMLAH SARANA
JUMLAH %
1 2 3 4 5

1 RUMAH SAKIT UMUM 55 45 81.82

2 RUMAH SAKIT KHUSUS 23 11 47.83

JUMLAH (KAB/KOTA) 78 56 71.79

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 69

JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

STRATA POSYANDU
POSYANDU AKTIF
NO KABUPATEN/KOTA PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
JUMLAH
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 KAB KULON PROGO 46 4.79 138 14.38 228 23.75 548 57.08 960 776 80.83
2 KAB BANTUL 40 3.51 188 16.48 523 45.84 390 34.18 1141 913 80.02
3 KAB GUNUNG KIDUL 0 0.00 220 15.02 585 39.93 660 45.05 1465 1245 84.98
4 KAB SLEMAN 108 7.06 224 14.65 313 20.47 884 57.82 1529 1197 78.29
5 KOTA YOGYAKARTA 92 14.77 152 24.40 252 40.45 127 20.39 623 379 60.83
JUMLAH (KAB/KOTA) 286 5.00 922 16.12 1901 33.25 2609 45.63 5718 4510 78.87
RASIO POSYANDU PER 100 BALITA 3

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 70

JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

NO KABUPATEN/KOTA DESA/ UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)


KELURAHAN POSKESDES POLINDES POSBINDU
1 2 4 5 6 7
1 KAB KULON PROGO 88 88 2 110
2 KAB BANTUL 75 75 81
3 KAB GUNUNG KIDUL 144 - 0 7
4 KAB SLEMAN 86 86 0 206
5 KOTA YOGYAKARTA 45 - 0 94
JUMLAH (KAB/KOTA) 438 249 2 498

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 71

JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

DESA/KELURAHAN SIAGA
JUMLAH
NO KABUPATEN/KOTA DESA/
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH %
KELURAHAN
1 2 4 5 6 7 8 9 10
1 KAB KULON PROGO 88 2 15.00 48 23 88 100
2 KAB BANTUL 75 - 32.00 23 20 75 100
3 KAB GUNUNG KIDUL 144 59 54.00 21 10 144 100
4 KAB SLEMAN 86 2 45.00 36 3 86 100
5 KOTA YOGYAKARTA 45 3 15.00 7 20 45 100
JUMLAH (KAB/KOTA) 438 66 161 135 76 438 100

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 72

JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

a DOKTER
DR SPESIALIS DOKTER UMUM TOTAL DOKTER GIGI TOTAL
NO UNIT KERJA GIGI SPESIALIS
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Puskesmas di Kab Kulon Progo - - - 12 39 51 12 39 51 4 21 25 - - - 4 21 25
2 Puskesmas di Kab Bantul - - - 25 69 94 25 69 94 1 36 37 - - - 26 105 131
3 Puskesmas di Kab Gunung Kidul - - - 26 34 60 26 34 60 3 26 29 - - - 3 26 29
4 Puskesmas di Kab Sleman - 1 1 12 76 88 12 77 89 2 29 31 - - - 2 29 31
5 Puskesmas di Kota Yogyakarta - - - 11 57 68 11 57 68 3 29 32 - 1 1 3 30 33
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - 1 1 86 275 361 86 276 362 13 141 154 - 1 1 38 211 249
1 RS di Kab Kulon Progo 47 22 69 42 53 95 89 75 164 3 5 8 2 - 2 5 5 10
2 RS di Kab Bantul 107 86 193 62 75 137 169 161 330 4 14 18 8 8 16 12 22 34
3 RS di Kab Gunung Kidul 32 22 54 19 18 37 35 31 66 2 1 3 - - - 2 1 3
4 RS di Kab Sleman 403 309 712 120 185 305 523 494 1,017 23 60 83 25 54 79 48 114 162
5 RS di Kota Yogyakarta 277 233 536 83 125 223 310 358 709 18 31 50 25 35 62 43 68 114
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 866 672 1,564 326 456 797 1,126 1,119 2,286 50 111 162 60 97 159 110 210 323
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 866 673 1,565 412 731 1,158 1,212 1,395 2,648 63 252 316 60 98 160 148 421 572
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 43.42 32.128 73.466 8.7671 4.4391 15.87

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


a
Keterangan : termasuk S3
TABEL 73

JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

PERAWATa PERAWAT GIGI


NO UNIT KERJA BIDAN
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Puskesmas di Kab Kulon Progo 169 57 109 166 2 16 18
2 Puskesmas di Kab Bantul 252 45 152 197 19 55 74
3 Puskesmas di Kab Gunung Kidul 133 103 114 217 8 26 34
4 Puskesmas di Kab Sleman 208 48 142 190 5 36 41
5 Puskesmas di Kota Yogyakarta 79 21 62 83 6 33 40
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 841 274 579 853 40 166 207
1 RS di Kab Kulon Progo 135 118 377 495 1 1 2
2 RS di Kab Bantul 158 281 820 1101 5 16 21
3 RS di Kab Gunung Kidul 35 199 11 210 0 2 2
4 RS di Kab Sleman 494 613 2055 2668 7 25 32
5 RS di Kota Yogyakarta 258 428 1832 2177 9 46 57
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 1080 1639 5095 6651 22 90 114
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 0 0
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT 0 0
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 1921 1913 5674 7504 62 256 321
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 53.30 208.19 8.91

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Keterangan : a termasuk perawat anastesi dan perawat spesialis
TABEL 74

JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

TENAGA KEFARMASIAN
TENAGA TEKNIS
NO UNIT KERJA APOTEKER TOTAL
KEFARMASIANa
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas di Kab Kulon Progo 6 16 22 1 4 5 7 20 27
2 Puskesmas di Kab Bantul 1 24 25 1 10 11 2 34 36
3 Puskesmas di Kab Gunung Kidul 9 17 24 1 - 1 10 17 27
4 Puskesmas di Kab Sleman 5 39 44 1 31 32 6 70 76
5 Puskesmas di Kota Yogyakarta 2 31 33 2 17 19 4 48 52
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 23 127 148 6 62 68 29 189 218
1 RS di Kab Kulon Progo 7 46 53 8 30 38 15 76 91
2 RS di Kab Bantul 8 37 45 4 23 27 12 60 72
3 RS di Kab Gunung Kidul 3 17 20 10 7 17 13 24 37
4 RS di Kab Sleman 34 262 296 12 109 121 46 371 417
5 RS di Kota Yogyakarta 30 214 255 13 97 110 43 311 354
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 82 576 669 47 266 313 129 842 971
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 105 703 817 53 328 381 158 1,031 1,189
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 22.66695 10.57051 32.98777

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Keterangan : a termasuk analis farmasi, asisten apoteker, sarjana farmasi
TABEL 75

JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

a b
KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGAN
NO UNIT KERJA
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Puskesmas di Kab Kulon Progo 1 10 11 13 12 25
2 Puskesmas di Kab Bantul 20 28 48 26 19 45
3 Puskesmas di Kab Gunung Kidul 1 1 2 19 7 26
4 Puskesmas di Kab Sleman 15 19 34 8 22 30
5 Puskesmas di Kota Yogyakarta 4 15 19 8 11 19
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 41 73 114 74 71 145
1 RS di Kab Kulon Progo - - - 6 10 16
2 RS di Kab Bantul 15 28 43 15 15 30
3 RS di Kab Gunung Kidul - - - - 3 3
4 RS di Kab Sleman - 15 15 30 22 52
5 RS di Kota Yogyakarta 3 15 18 15 18 33
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 18 58 76 66 68 134
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 59 131 190 140 139 279
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 5.271384759 7.740612357

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


Keterangan :
a
termasuk tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga biostatistik dan kependudukan,
tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, epidemiolog kesehatan
b
termasuk tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan
TABEL 76

JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

NUTRISIONIS DIETISIEN TOTAL


NO UNIT KERJA
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas di Kab Kulon Progo 7 16 23 - - - 7 16 23
2 Puskesmas di Kab Bantul 14 31 45 - - - 14 31 45
3 Puskesmas di Kab Gunung Kidul 13 12 25 - - - 13 12 25
4 Puskesmas di Kab Sleman 7 41 48 - - - 7 41 48
5 Puskesmas di Kota Yogyakarta 1 30 31 - 1 30 31
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 42 130 172 - - - 42 130 172
1 RS di Kab Kulon Progo - 23 23 - - - - 23 23
2 RS di Kab Bantul 8 33 41 8 33 41
3 RS di Kab Gunung Kidul 3 9 12 - - - 3 9 12
4 RS di Kab Sleman 9 82 91 - - - 9 82 91
5 RS di Kota Yogyakarta 4 29 35 1 14 15 5 43 50
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 24 176 202 1 14 15 25 190 217
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 66 306 374 1 14 15 67 320 389
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 10.79246669

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 77

JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

TENAGA KETERAPIAN FISIK


TOTAL
NO UNIT KERJA FISIOTERAPIS OKUPASI TERAPIS TERAPIS WICARA AKUPUNKTUR
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Puskesmas di Kab Kulon Progo - - - - - - - - - - - - - - -
2 Puskesmas di Kab Bantul 6 10 16 - - - - - - - - - 6 10 16
3 Puskesmas di Kab Gunung Kidul - - - - - - -
4 Puskesmas di Kab Sleman 8 10 18 - - - 8 10 18
5 Puskesmas di Kota Yogyakarta - - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 14 20 34 - - - - - - - - - 14 20 34
1 RS di Kab Kulon Progo 5 3 8 - - - - 1 - - - - 5 4 9
2 RS di Kab Bantul 15 19 34 - - - 15 19 34
3 RS di Kab Gunung Kidul 2 3 5 - - - 2 3 5
4 RS di Kab Sleman 35 68 103 6 10 16 7 9 16 1 1 2 49 88 137
5 RS di Kota Yogyakarta 27 39 69 3 3 6 5 3 8 - 2 2 35 47 82
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 84 132 219 9 13 22 12 13 24 1 3 4 106 161 267
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 98 152 253 9 13 22 12 13 24 1 3 4 120 181 301
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 8.351

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 78

JUMLAH TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

TENAGA KETEKNISIAN MEDIS


NO UNIT KERJA REKAM MEDIS DAN
TEKNISI ANALISIS REFRAKSIONIS ORTETIK TEKNISI TRANSFUSI TEKNISI
RADIOGRAFER RADIOTERAPIS TEKNISI GIGI INFORMASI JUMLAH
ELEKTROMEDIS KESEHATAN OPTISIEN PROSTETIK DARAH KARDIOVASKULER
KESEHATAN
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 Puskesmas di Kab Kulon Progo 1 1 2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 5 12 17 - - 6 13 19
2 Puskesmas di Kab Bantul - 1 1 - - - 1 - 1 - - - 9 43 52 - - - - - - 2 12 14 - - 12 56 68
3 Puskesmas di Kab Gunung Kidul - - - - - - - - - - - - -
4 Puskesmas di Kab Sleman 3 1 4 - - - - 2 2 - - - 11 49 60 - - - - - - 9 35 44 - - 23 87 110
5 Puskesmas di Kota Yogyakarta - - - - - - - - - - - - 9 35 44 - - - - - - 5 20 25 - - 14 55 69
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 4 3 7 - - - 1 2 3 - - - 29 127 156 - - - - - - 21 79 100 - - - - - - 55 211 266
1 RS di Kab Kulon Progo 14 9 11 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 6 26 32 - - 20 35 55
2 RS di Kab Bantul 27 27 54 5 3 8 2 6 8 - - - 27 78 105 - - - 1 - 1 9 30 39 - 3 3 - 71 147 218
3 RS di Kab Gunung Kidul - - - - - - - - - - - - -
4 RS di Kab Sleman 65 58 123 7 7 14 28 13 41 - - - 47 163 210 3 - 3 4 - 4 56 166 222 6 19 25 - 216 426 642
5 RS di Kota Yogyakarta 39 40 84 - - - 15 1 16 2 2 4 32 98 137 5 2 7 - 1 1 38 106 148 2 4 6 - 133 254 387
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 145 134 272 12 10 22 45 20 65 2 2 4 106 339 452 8 2 10 5 1 6 109 328 441 8 26 34 - - - 440 862 1,302
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 149 137 279 12 10 46 22 68 2 2 4 135 466 608 8 2 10 5 1 6 130 407 541 8 26 34 - - - 495 #### 1,568
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 43.503

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 79

JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

TENAGA KESEHATAN LAIN


PENGELOLA PROGRAM TOTAL
NO UNIT KERJA TENAGA KESEHATAN LAINNYA
KESEHATAN
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas di Kab Kulon Progo - - - - -
2 Puskesmas di Kab Bantul - - - - -
3 Puskesmas di Kab Gunung Kidul - - - - -
4 Puskesmas di Kab Sleman 1 - 1 - 24 24 1 24 25
5 Puskesmas di Kota Yogyakarta - - - 2 16 18 2 16 18
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 1 - 1 2 40 42 3 40 43
1 RS di Kab Kulon Progo - - - - -
2 RS di Kab Bantul - - 285 2 5 7 2 5 292
3 RS di Kab Gunung Kidul - - - - -
4 RS di Kab Sleman 7 - 7 5 17 22 12 17 29
5 RS di Kota Yogyakarta 1 - 1 68 34 102 69 34 103
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 8 - 293 75 56 131 83 56 424
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - -
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - -
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 13 13 - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 22 - 307 77 96 173 86 96 467

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 80

JUMLAH TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN

PEJABAT STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG TENAGA TENAGA PENUNJANG TOTAL
NO UNIT KERJA TENAGA PENDIDIK JURU
STRUKTURAL ADMINISTRASI TEKNOLOGI PERENCANAAN KEPENDIDIKAN KESEHATAN LAINNYA

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1 Puskesmas di Kab Kulon Progo 12 9 21 - - - - - - - 12 9 21
2 Puskesmas di Kab Bantul 20 30 50 - - - - - - - 20 30 50
3 Puskesmas di Kab Gunung Kidul - - - - - - - - - - -
4 Puskesmas di Kab Sleman 19 19 38 11 10 21 5 8 13 - - - - - - - - - 19 1 20 150 135 285 204 173 377
5 Puskesmas di Kota Yogyakarta 7 11 18 172 128 300 - - - - - - 179 139 318
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 58 69 127 183 138 321 5 8 13 - - - - - - - - - 19 1 20 150 135 285 415 351 766
1 RS di Kab Kulon Progo 9 13 22 - - - - - - - 9 13 22
2 RS di Kab Bantul - - - - - - - - - - -
3 RS di Kab Gunung Kidul - - - - - - - - - - -
4 RS di Kab Sleman 68 113 181 73 125 198 40 12 52 11 6 17 - - - - - - 45 - 45 832 778 1,610 1,069 1,034 2,103
5 RS di Kota Yogyakarta 64 123 213 351 463 916 38 5 43 5 6 12 1 1 2 - - - 23 29 52 286 443 729 768 1,070 1,838
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 141 249 416 424 588 1,114 78 17 95 16 12 29 1 1 2 - - - 68 29 97 1,118 1,221 2,339 1,846 2,117 3,963
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - -
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - - -
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 199 318 543 607 726 1,435 83 25 108 16 12 29 1 1 2 - - - 87 30 117 1,268 1,356 2,624 2,261 2,468 4,729

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017


TABEL 81

ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA


PROVINSI D.I. Yogyakarta
TAHUN 2017

ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN


NO SUMBER BIAYA
Rupiah %
1 2 3 4

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:

1 APBD KAB/KOTA 1,265,887,892,707 85.00


a. Belanja Langsung 985,085,869,503
b. Belanja Tidak Langsung 280,802,023,204

2 APBD PROVINSI 147,038,264,361 9.87

- Dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi

3 APBN : 76,375,688,000 5.13

- Dana Alokasi Umum (DAU) 0.00


- Dana Alokasi Khusus (DAK) 28,488,344,000 1.91
- Dana Dekonsentrasi 41,216,738,000 2.77
- Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota - 0.00
- Lain-lain BOK) 6,670,606,000 0.45

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) 0.00


(sebutkan project dan sumber dananya) 4,803,270,050

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN 0.00

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 1,489,301,845,068


TOTAL APBD KAB/KOTA
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA 117.65
ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA 413,193.84

Sumber: Profil Kesehatan Kab /Kota Tahun 2017, DHA/PHA 2017

Вам также может понравиться