Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB I

PENDAHULUAN
Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi darah dengan
mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan keseimbangan cairan dalam tubuh,
menjaga level elektrolit seperti sodium, potasium dan fosfat tetap stabil, serta memproduksi
hormon dan enzim yang membantu dalam mengendalikan tekanan darah, membuat sel
darah merah dan menjaga tulang tetap kuat.

Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat global


dengan prevalens dan insidens gagal ginjal yang meningkat, prognosis yang buruk dan
biaya yang tinggi. Prevalensi PGK meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk usia
lanjut dan kejadian penyakit diabetes melitus serta hipertensi. Sekitar 1 dari 10 populasi
global mengalami PGK pada stadium tertentu. Hasil systematic review dan meta-analysis
yang dilakukan oleh Hill et al, 2016, mendapatkan prevalensi global PGK sebesar 13,4%.
Menurut hasil Global Burden of Disease tahun 2010, PGK merupakan penyebab kematian
peringkat ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010.
Sedangkan di Indonesia, perawatan penyakit ginjal merupakan ranking kedua pembiayaan
terbesar dari BPJS kesehatan setelah penyakit jantung.

Penyakit ginjal kronis awalnya tidak menunjukkan tanda dan gejala namun dapat berjalan
progresif menjadi gagal ginjal. Penyakit ginjal bisa dicegah dan ditanggulangi dan
kemungkinan untuk mendapatkan terapi yang efektif akan lebih besar jika diketahui lebih
awal.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi
Penyakit Ginjal Kronik merupakan kerusakan ginjal dengan atau tanpa
penurunan tingkat filtrasi glomerulus (GFR) kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 yang
terjadi ≥ 3 bulan (Kidney, et al., 2014).
Pada tahun 2002, Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) telah
menerbitkan klasifikasi untuk menentukan Penyakit Ginjal Kronik dalam
perkembangannya. Klasifikasi ini terdiri dari 5 tahap yaitu, sebagai berikut :
 Tahap 1 : kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat (>90
mL/min/1.73 m2)
 Tahap 2 : penurunan ringan pada GFR (60-89 mL/min/1.73 m2)
 Tahap 3 : penurunan moderat pada GFR (30-59 mL/min/1.73 m2)
 Tahap 4 : penurunan berat pada GFR (15-29 mL/min/1.73 m2)
 Tahap 5 : kegagalan ginjal (GFR <15 mL/min/1.73 m2atau dialisis)

b. Epidemiologi
Penyakit ginjal kronis diperkirakan mempengaruhi antara 1,9 juta dan 2,3 juta
orang Kanada. Penyakit ginjal kronis ini sering bersamaan dengan penyakit jantung
dan diabetes, dimana keduanya bisa menjadi factor resiko untuk semua penyebab
kematian dan penyakit kardiovaskular. Selama 5 tahun terakhir ini penyakit ginjal
kronis sudah di sederhanakan penyebutannya menjadi kerusakan ginjal dalam jangka
waktu ≥ 3 bulan (Levin, et al., 2008).
Penyakit ginjal kronis jauh lebih banyak di seluruh dunia dari yang di
perkiraan sebelumnya. Dimana ini mempengaruhi 10 - 15 % dari populasi orang
dewasa di negara-negara barat, banyak dari mereka memerlukan perawatan yang
mahal atau terapi pengganti ginjal (transplantasi). Menurut laporan dari National
Health and Nutrition Examination Survey and the National Kidney Foundation
Kidney Disease, hampir 26 juta orang di Amerika Serikat berada dalam kategori
penyakit ini dan 20 juta lainnya berada pada peningkatan risiko untuk Penyakit
Ginjal Kronis. Pada tahun 2004 the international organization Kidney Disease :
Improving Global Outcomes (KDIGO), dibentuk untuk mengatasi epidemi Penyakit
Ginjal Kronis di seluruh dunia (Matovinović, 2009).

Data mengenai penyakit ginjal didapatkan dari hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), Indonesian Renal Registry (IRR), dan sumber data lain.

Riskesdas 2013 mengumpulkan data responden yang didiagnosis dokter


menderita penyakit gagal ginjal kronis, juga beberapa faktor risiko penyakit ginjal
yaitu hipertensi, diabetes melitus dan obesitas.

Hasil Riskesdas 2013, populasi umur ≥ 15 tahun yang terdiagnosis gagal ginjal
kronis sebesar 0,2%. Angka ini lebih rendah dibandingkan prevalensi PGK di
negara-negara lain, juga hasil penelitian Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri)
tahun 2006, yang mendapatkan prevalensi PGK sebesar 12,5%. Hal ini karena
Riskesdas 2013 hanya menangkap data orang yang terdiagnosis PGK sedangkan
sebagian besar PGK di Indonesia baru terdiagnosis pada tahap lanjut dan akhir.
Hasil Riskesdas 2013 juga menunjukkan prevalensi meningkat seiring dengan
bertambahnya umur, dengan peningkatan tajam pada kelompok umur 35-44 tahun
dibandingkan kelompok umur 25-34 tahun. Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih
tinggi dari perempuan (0,2%).

c. Etiologi
Berbagai kondisi dan peyakit dapat menyebabkan terjadinya Penyakit Ginjal
Kronik (CKD). Diabetes (peningkatan gula darah) dan hipertensi (peningkatan
tekanan darah) merupakan penyebab tersering (Levey, et al., 2003).
Diabetes
Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan insulin dalam tubuh. Insulin yang
tidak tercukupi menyebabkan peningkatan gula darah (glukosa). Tanpa pengobatan,
hal ini bisa menjadi fatal. Peningkatan gula darah akan merusak pembuluh darah kecil
di ginjal. Peningkatan gula darah juga bisa menyebabkan kelemahan fungsi nefron
ginjal (filtrasi). Ketika pembuluh darah ginjal dan fungsi filtrasi rusak, fungsi ginjal
pun dapat menurun. Fungsi ginjal yang menurun akan menyebabkan protein tidak
terfiltrasi sehingga lolos menuju urin yang dikeluarkan (proteinuria). Ini merupakan
salah satu tanda dari penyakit ginjal kronis.
Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah dan nefron dalam
ginjal. Jika tekanan darah meningkat tajam, terjadi vasokonstriksi pembuluh darah
yang menuju ke ginjal. Akibatnya terjadi penurunan perfusi ke ginjal yang dapat
menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
Penyebab lain dari Penyakit Ginjal Kronik antara lain:
Glomerulonefritis
Gangguan ini melibatkan peradangan dari nefron ginjal. Kadang-kadang
mungkin terjadi karena infeksi. Kerusakan ginjal umumnya terjadi selama periode
waktu yang panjang.
Faktor Genetik dan Gangguan Kongenital seperti Penyakit Ginjal Polikistik atau
Polycystic Kidney Disease (PKD)
PKD merupakan suatu kondisi dimana sejumlah besar kista (kantung cairan)
berkembang di ginjal. Hal ini biasanya merupakan penyakit yang diturunkan. Kista
bisa menjadi besar dan menghalangi kemampuan ginjal untuk menyaring produk sisa
dari darah. Fungsi ginjal yang menurun akibat dari PKD umumnya terjadi dalam
periode waktu yang lama.
Penyakit autoimun seperti Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Gangguan autoimun terjadi ketika tubuh menyerang dirinya sendiri. Lupus
merupakan salah satu jenis penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan di
semua organ tubuh termasuk ginjal. Hal ini dapat memengaruhi fungsi ginjal dan
dalam waktu tertentu dapat menyebabkan CKD.
Agen nerfotoksik
Obat-obatan atau zat tertentu dapat merusak ginjal. Obat-obat golongan
NSAIDs (Non-Steroidal Anti-Inflamatory Drugs) seperti Ibuprofen (Advil, Motrin)
dan Naprosyn (Aleve) dapat menyebabkan kerusakan ginjal jika digunakan dalam
jangka waktu yang panjang.
HIV-Associated Nefropati
Dalam hal ini, kerusakan ginjal dapat disebabkan oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Pengobatan dini diperlukan untuk mengurangi
kemungkinan kerusakan dari virus penyebab HIV tersebut.
Obstruksi atau Penyumbatan saluran kemih
Aliran urin dapat terhambat dengan berbagai cara, misalnya ada batu ginjal
dan pembesaran kelenjar prostat. Penyumbatan aliran urin ini dapat menyebabkan
kerusakan ginjal dimana terjadi tekanan balik urin menuju ke ginjal.

Вам также может понравиться