Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia adalah makhluk Tuhan paling sempurna penciptaannya dari makhluk lain.
Dengan menggunakan panca indera, manusia berusaha memahami benda-benda konkrit.
Eksistensi alam semesta tempat manusia hidup yang selalu berubah dan penuh dengan
peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat untuk dipikirkan dan direnungkan. Kadang-
kadang manusia tidak kuasa untuk menentang dan menolaknya, menyebabkan manusia itu
tertegun, termenung memikirkan segala hal yang terjadi di sekitar dirinya.
Manusia mengupayakan eksistensinya untuk hadir di alam dalam berpikir agar apa
yang dilihatnya dapat dipahami makna kehadiran sesuatu di luar dirinya. Berpikir adalah
hasil kerja pikiran. Pikiran manusia dalam proses-proses pikirannya selalu nampak misterius
dan menakjubkannya seperti alam semesta sendiri, sehingga manusia terdorong
memikirkannya secara mendalam.
Seperti halnya, proses berpikir dapat dilakukan manusia denga mengarahkan
pandangannya ke langit biru, maka nampak olehnya benda-benda angkasa mengambang dan
bersemayam di langit-langit.
Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang
digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahakan problematika pendidikan dan
menyusun teori-teori pendidikannya, di samping menggunakan metode-metode ilmiah
lainnya. Denga kata lain, teori-teori dan pandangan-pandangan filsafat pendidikan yang
dikembangkan oleh seorang filosof tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh
pandangan dan aliran filsafat yag dianutnya.
Pancasila merupakan dasar dari pembentukan Negara Indonesia sebagaimana yang
dikemukakan oleh bung Karno di dalam lahirnya Pancasila.Setiap Negara mempunyai dasar
atau ideologinya.Fungsi dari suatu dari ideology atau dogama yaitu serangkaian nilai-nilai
yang dijadikan pegangan oleh setiap warga Negara untuk mengikat seluruh anggotanya
dalam suatu organisasi Negara Republik Indonesia.Sebagai ideology,Pancasila sebagai dasar
Negara.Oleh sebab itu , setiap warga Negara wajib mengikuti dan menghormati nilai-nilai
tersebut dan secara kolekti ingin mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.

1
1.2 Tujuan
1. Mengkritik 2 buku untuk menambah ilmu dalam Filsafat Pendidikan
2. Untuk menambah wawasan tentang Filsafat Pendidikan khususnya Filsafat
Pendidikan Pancasila
3. Untuk mempelajari Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia
1.3 Manfaat
1. Memperbaiki diri menggunakan teori-teori Filsafat Pendidikan Pancasila
2. Mengetahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari Filsafat Pendidikan Pancasila dapat
menjadi acuan untuk membangun bangsa Indonesia.

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 IDENTITAS BUKU
Buku Pertama (Buku Utama)
1.Judul buku :Filsafat Pendidikan
2. Pengarang : Dr.Edward Purba,MA
3.Pengarang :Prof.Dr.Yusnadi,MS
4. Penerbit : UNIMED PRESS
5. Tahun terbit : 2013
6. Kota Terbit :MEDAN
7.Tebal buku :164 lembar

Buku Kedua (Buku Pendamping)


1. Judul buku : FILSAFAT PENDIDIKAN
2. Pengarang :Prof.Dr.H.Jalaluddin
3.Pengarang :Prof.Dr.H.Abdullah Idi,M.Ed
4. Penerbit : Raja Grafindo Persada
5. Tahun terbit : 2011
6. Kota Terbit :Jakarta
7.Tebal Buku :384 Lembar

3
2.2 RINGKASAN ISI BUKU

FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN


A. Manusia dan Filsafat
Manusia adalah makhluk Tuhan paling sempurna penciptaannya dari makhluk lain.
Dengan menggunakan panca indera, manusia berusaha memahami benda-benda konkrit.
Eksistensi alam semesta tempat manusia hidup yang selalu berubah dan penuh dengan
peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat untuk dipikirkan dan direnungkan. Kadang-
kadang manusia tidak kuasa untuk menentang dan menolaknya, menyebabkan manusia itu
tertegun, termenung memikirkan segala hal yang terjadi di sekitar dirinya.
Manusia mengupayakan eksistensinya untuk hadir di alam dalam berpikir agar apa
yang dilihatnya dapat dipahami makna kehadiran sesuatu di luar dirinya. Berpikir adalah
hasil kerja pikiran. Pikiran manusia dalam proses-proses pikirannya selalu nampak misterius
dan menakjubkannya seperti alam semesta sendiri, sehingga manusia terdorong
memikirkannya secara mendalam.
Seperti halnya, proses berpikir dapat dilakukan manusia denga mengarahkan
pandangannya ke langit biru, maka nampak olehnya benda-benda angkasa mengambang dan
bersemayam di langit-langit.
Dengan menangkap kesan indera lalu dipadukan dengan analisis radio manusia mulai
sadar bahwa pengertiannya melalui kesan indera itu belum memuaskan. Manusia berpikir dan
berpikir sepanjang masa dan sepanjang jaman tentang hakikat dirinya dan alam semesta.
Masing-masing dunia ini memerlukan pendekatan yang berbeda-beda sebab wujud dan sifat
realitas yang akan ditafsirkan berbeda secara mendasar dan kualitatif.
Filsafat sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami semua hal yang timbul di dalam
keseluruhan lingkup pengalaman manusia. Sebelum ada ilmu, filsafat merupakan lapangan
utama pemikiran dan penyelidikan manusia. Filsafat mendahului ilmu pengetahuan.
Demikian pula kesimpulan-kesimpulan filsafat yang bersifat hakiki, menyebabkan
kedudukan filsafat dianggap lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan. Karena itulah filsafat
dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan atau yang melahirkan ilmu pengetahuan. Bahkan
karena kedudukannya yang tinggi itu, filsafat disebut ratu ilmu pengetahuan (Queen
Knowledge).

4
B. Filsafat dan Teori Pendidikan
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan, secara lebih rinci dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang
digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahakan problematika pendidikan
dan menyusun teori-teori pendidikannya, di samping menggunakan metode-metode
ilmiah lainnya. Denga kata lain, teori-teori dan pandangan-pandangan filsafat
pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof tentu berdasarkan dan bercorak
serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yag dianutnya.
2. Filsafat, juga berfungsi memberika arah agar teori pendidikan yang telah
dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menuntut pandangan dan
aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata. Disinilah letak
fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori
pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan
relevan dalam kebutuhan, tujuan, dan pandangan hidup masyarakat.
3. Filsafat, termasukjuga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi
ilmu pendidikan atau pedagogik.

C. Hubungan Antara Filsafat, Manusia Dan Pendidikan


1. Kedudukan Filsafat Dalam Ilmu Pengetahuan
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok.
Karena filsafatlah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia di bidang
pemikiran untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu dasarnya dari
filsafat, dengan rincian antara lain :
a. Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai problem dan objek.
b. Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan dan
dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu.
c. Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus digunakan dalam
tiap-tiap ilmu pengetahuan.
d. Ilmu pengetahuan memperoleh sifat ilmu itu kalau memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh filsafat.

5
e. Filsafat juga memberikan metode atau cara kerja kepada tiap ilmu pengetahuan.

2. Kedudukan Filsafat Dalam Kehidupan Manusia


a. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang
kenyataan yang diberikan oleh filsafat.
b. Filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia.

B. PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA TENTANG MANUSIA,


MASYARAKAT, PENDIDIKAN DAN NILAI.
Pancasila merupakan dasar dari pembentukan Negara Indonesia sebagaimana yang
dikemukakan oleh bung Karno di dalam lahirnya Pancasila.Setiap Negara mempunyai dasar
atau ideologinya.Fungsi dari suatu dari ideology atau dogama yaitu serangkaian nilai-nilai
yang dijadikan pegangan oleh setiap warga Negara untuk mengikat seluruh anggotanya
dalam suatu organisasi Negara Republik Indonesia.Sebagai ideology,Pancasila sebagai dasar
Negara.Oleh sebab itu , setiap warga Negara wajib mengikuti dan menghormati nilai-nilai
tersebut dan secara kolekti ingin mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.

1. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia


Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan
Negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang
Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh
dan berkembang , baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat atau social.
Selanjutnya Paulus Wahana (dalam Tilaar.2002:191) mengemukakan gambaran
manusia Pancasila sebagai berikut;
a. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat
melaksanakan sila-sila yang tercantum dalam Pancasila.
b. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki
kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
c. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan
sikapnya dalam hubungannya dengan Penciptanya.
d. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya
sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu
menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan Penciptanya.

6
e. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
f. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran
keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama
manusia.
g. Sila persatuan Indonesia berarti manusia Indonesia adalah makhluk social yang
berada didalam dunia Indonesia bersama-sama dengan manusa Indonesia yang
lainnya.
h. Selanjutnya manusia Indonesia haruslah dapat hidup bersama,menghargai satu dengan
yang lain dan tetap membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.
i. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama
dengan manusia Indonesia yang lain.
j. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling
menghargai,memeliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan mengembangkan
kehidupannya.
k. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntu saling memiliki kewajiban menghargai
orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan tarag
kehidupan yang lebih baik.
Dari penjelasan di atas dan disimak dari nilai-nilai luhur yang dikandung
Pancasila,dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia yang bebas dan
bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan perkembangan
masyarakat (social) Indonesia.Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dianugerahi
kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.Berikut ini
digambarkan Profil manusia Indonesia era millennium Ketiga (Tilaar.2002:199), jelasnya
digambarkan seperti matriks berikut ini;

2. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Masyarakat

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yaitu Ke-Tuhanan Yang Maha


Esa,Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,Persatuan Indonesia,Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikam kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan,serta keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.akan terwujud sesuai dengan perkembangan dan kemajuan yang
telah dicapai.karena itu nilai-nilai luhur Pancasila tidak pernah tertinggal oleh perkembangan
dan kemajuan nilai-nilai itulah sebagai ciri kepribadian masyarakat-bangsa dan negara

7
Indonesia. Akuntasi nilai filsafat Pancasila dalam membangun diformulasikan dalam konsep
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Di atas dalam penjelasan hakekat masyarakat telah di jelaskan bahwa masyarakat
bangsa dan negara Indonesia menuju masyarakat madani yang aman ,damai,sejahtera,
terbuka serta toleran,adil dan makmur.Berarti masyarakat Indonesia berkembang dengan
tetap memperhatikan dan menghargai masing-masing budaya etnis yang ada di dalam
masyarakat,masing-masing budaya etnis yang ada di dalam masyarakat , masing-masing
budaya etnis yang ada di masyarakat mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
berkembang.

3. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan

Dalam undang-undang sistem pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 dijelaskan


bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembakan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak
mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat , bangsa dan negara. Pendidikan
berlangsung di keluarga,di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.

4. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai

Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasional


sebagaimana yang sudah dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa,dan sumber nilai bagi bangsa
Indonesia. Menurut kaelan,2000 (dalam surajiyo 2008,161) menjelaskan bahwa Pancasila
merupakan satu kesatuan dari sila-silanya merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta
asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi.Oleh karena itu, sila-sila
dalam Pancasila menunjukkan sistem etika dalam pembangunan iptek,seperti berikut ini :
a. Sila ketuhanan Yang Maha Esa; Sila ini menempatkan manusia di alam semesta
bukan sebagai pusatnya,melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang di
olahnya.
b. Sila Kemanusian yang Adil dan Beradab; Sila ini menekankan bahwa pembangunan
dan pelaksanaan pendidikan harus menjaga keseimbangan antar daerah , keberadaan
masyarakat dan warga negara,letak dan jarak atau geografis sehingga dapat tercapai
berdiri sama tinggi duduk sama rendah,dan bahu membahu membangun bangsa ini.

8
c. Sila Persatuan Indonesia,Sila ini memberikan kesadaran bagi bangsa Indonesia bahwa
rasa nasionalisme merupakan modal dasar bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan : mendasari bahwa setiap warga negara memiliki
kebebasan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan potensinya, masing masing
warga negara menghormati kebebasan berkarya demi kemajuan dan perkembangan
bangsa yang berdasarkan Pancasila
e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia : Sila ini mengandung nilai bahwa
manusia Indonesia harus menjaga keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan
dirinya sendiri,manusia dengan Tuhan,Manusia dengan manusia lain,manusia dengan
masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber nilai bagi
pembangunan bangsa Indonesia.Pancasila menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri
sebagai bangsa,sebagai landasan,arah,dan etos,serta sebagai moral pembangunan Nasional.

C. Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan Nasional.

Tatacara bernegara di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yang selama ini belum
pernah mengalami amandemen,kecuali setelah bergulir reformasi tahun 1998. Kendatipun
amandemen keempat telah rampung bulan agustus 2002 , namun Pembukaan UUD 1945
masih tetap , tidak diamandemen ,dan alinea keempat menyebutkan antara lain : “...untuk
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,...”
Dengan tidak adanya perubahan terhadap pembukaan UUD 1945, menunjukan bangsa
bangsa Indonesia tetap memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan upaya sebagai
langkah mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mengankat harkat dan martabat
bangsa Indonesia di mata dunia internasional. Lebih lanjut sebagai acuan penyelenggaraan
sistem pendidikan nasional,UUD 1945 pasal 31 yang baru sebagai hasil amandemen Agustus
2002 menjadi :

9
1. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya;
2. Pemerintah mengusahakan menyelanggarakan suatu sistem pendidikan nasional;yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,yanf diatur dengan undang-undang;
3. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan Nasional

1. Pancasila sebagai Filsafat Hidup Bangsa Pancasila adalah :

1. Jiwa seluruh rakyat Indonesia


2. Kepribadian bangsa Indonesia
3. Pandangan bangsa Indonesia
4. Dasar negara Indonesia
5. Tujuan hidup bangsa Indonesia
6. Kebudayaan yang mengajarkan banhwa hidup manusia akan mencapai puncak

Kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan, baik dalam


hidup manusia secara pribadi, sebagai makhluk sosial dalam hubungan masyarakat, alam dan
Tuhannya mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. Pancasila harus dipahami,
dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehingga mempunyai nilai dan arti bagi kehidupan
bangsa Pancasila yang dimaksud: Yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 terdiri dari
5 sila, penjabarannya sebanyak 36 butir yang saling berhubungan menjadi satu kesatuan.
Sangatlah wajar kalu Pancasila dikatakan sebagai filsafat hiup bangsa karena menurut
Muhammad Noor Syam (1983: 346), nilai-nilai dasar dalam sosio budaya Indonesia hidup
dan berkembang sejak awal peradabannya, yang meliputi:

1. Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana.


2. Kesadaran kekeluargaan, di mana cinta dan keluarga sebagai dasar dan
kodrat terbentuknya masyarakat dan sinambungnya generasi.
3. Kesadaran musyaawarah mufakat dalam menetapkan kehendak bersama.
4. Kesadaran gotong royong, tolong-menolong.

10
5. Kesadaran tenggang rasa, atau tepo seliro, sebagai semangat kekeluargaan dan
kebersamaan, hormat demi keutuhan, kerukunan dan kekeluargaan dalam
kebersamaan.

Itulah yang termasuk dalam Pancasila dengan 36 butir-butirnya. Dengan begitu, pada
dasarnya masyarakat Indonesia telah melaksanakan Pancasila, walaupun sifatnya masih
merupakan kebudayaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut sudah beradab
lamanya mengakar pada kehidupan bangsa Indonesia, karena itu Pancasila dijadikan sebagai
falsafah hidup bangsa.

2. Pancasila sebagai Filsafat Pendidikan Nasional


Pendidikan di Indonesia berkembang secara dinamis dari zaman kemerdekaan 17
Agustus 1945 dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan.
Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 2: pendidikan diusahakan dan diselenggarakan oleh
pemerintah sebagai satu sistem pengajaran nasional hal ini dimaksudkan agar pendidikan
dapat menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Sejarah yang
menyatakan bahwa Pancasila sebagai asas pendidikan nasional : Menurut Aris Toteles, tujuan
pendidikan sama dengan tujuan didirikannya suatu negara (Rapar, 1988:40) begitu juga
Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 ingin menciptakan manusia pancasila
Tahun 1959 pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan agar arah pendidikan tidak menuju
pembentukan manusia liberal yang dianggap sangat bertentangan dengan jiwa dan semangat
bangsa Indonesia (Depdikbud,1993. Atas instruksi menteri Pengajaran dan Budaya (PM)
Prof.Dr. Priyono yang dikenal dengan nama “Sapta Usaha Tama dan Pancawardhana” yang
isinya antara lain bahwa Pancasila merupakan asas pendidikan nasional (Supardo, 1960:431).
Jika pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsa yang dianut,
karenanya sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari dan mencerminkan identitas
Pancasila. Sementara cita dan karsa bangsa kita, tujuan nasional dan hasrat luhur rakyat
Indonesia, tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan jiwa dan nilai
Pancasila. Cita dan karsa itu dilembagakan dalam sistem pendidikan nasional yang bertumpu
dan dijiwai oleh suatu keyakinan, dan pandangan hidup Pancasila. Inilah alasan mengapa
filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntutan nasional, sedangkan filsafat pendidikan
Pancasila adalah subsistem dari sistem negara Pancasila. Dengan kata lain, sistem negara
Pancasila wajar tercermin dan dilaksanakan di dalam berbagai subsistem kehidupan bangsa
dan masyarakat.

11
Dengan demikian, jelaslah tidak mungkin Sistem Pendidikan Nasional dijiwai dan
didasari oleh sistem filsafat pendidikan yang selain Pancasila. Hal ini tercermin dalam tujuan
Pendidikan Nasional yang termuat dalam UU No. 2 Tahun 1989 dan UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni: pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan,
keterampilan, kesehatan jasmani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung
jawab kemasyarakatan.

3. Hubungan Pancasila dengan Sistem pendidikan ditinjau dari Filsafat Pendidikan

Pancasila adalah dasar negara Indonesia di mana fungsi utamanya sebagi pandangan
hidup dan kepribadian bangsa (Dardodiharjo, 1988: 17). Memegang fungsi dalam hidup dan
kehidupan bangsa dan negara Indonesia, Pancasila tidak saja sebagai dasar negara RI, tapi
juga alat pemersatu bangsa, kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, sumber ilmu
pengetahuan di Indonesia (Azis, 1984: 70). Sehingga dapat kita ketahui bahwa Pancasila
merupakan dasar negara yang membedakannya dengan bangsa yang lain.
Filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran sesuatu. Sementara filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang
kependidikan. Bila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari
filsafat pendidikan, maka dapat kita jabarkan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup
bangsa yang menjiwai sila-silanya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk menerapkan sila-
sila Pancasila, diperlukan pemikiran yang sungguh-sungguh mengenai bagaimana nilai-nilai
Pancasila itu dapat dilaksanakan. Dalam hal ini, tentunya pendidikanlah yang berperan
utama.

4. Filsafat Pendidikan Pancasila ditinjau dari Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi


a. Ontologi
Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada.
Menurut Muhammad Noor Syam (1984: 24), ontologi kadang-kadang disamakan dengan
metafisika, sebelum manusia menyelidiki yang lain, manusia berusaha mengerti hakikat
sesuatu. Manusia dalam interaksinya dengan semesta raya, melahirkan pertanyaan-pertanyaan
filosofis seperti apakah sesungguhnya realita yang ada itu. Jadi, ontologi adalah cabang dari
filsafat yang persoalan pokoknya apakah kenyataan atau realita itu. Rumusan-rumusan

12
tersebut identik dengan membicarakan tentang hakikat ada. Hakikat ada dapat berarti segala
sesuatu yang ada, menunujuk kepada hal umum (abstrak umum universal). (Sutrisno, 1984:
82).Dalam kenyataanya, Pancasila dapat dilihat dari penghayatan dan pengamalan kehidupan
sehari-hari. Dan bila dijabarkan menurut sila-sila dari Pancasila itu adalah sebagai berikut:

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama ini menjiwai sila-sila yang lainnya. Di dalam sistem Pendidikan Nasional
dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan sila pertama ini, kita
diharapkan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang juga merupakan bagian dari sistem
pendidikan nasional.

b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Manusia yang ada di muka bumi ini mempunyai harkat dan martabat yang sama, yang
diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan fitrahnya sebagai hamba Allah
(Darmodiharjo, 1988: 40) Pendidikan tidak membedakan usia, agama dan tingkat sosial
budaya dalam menuntut ilmu. Setiap manusia mempunyaai kebebasan dalam hal menuntut
ilmu, mendapat perlakuan yang sama, kecuali tingkat ketakwaan seseorang. Dan oleh karena
yang dibangun adalah masyarakat Pancasila, maka pendidikan harus dijiwai Pancasila
sehingga akan melahirkan masyarakat yang susila, bertanggung jawab, adil dan makmur, baik
spiritual maupun materiil dan berjiwa Pancasila. Dengan demikian, sekolah harus
mencerminkan sila-sila dari Pancasila.

c. Sila Persatuan Indonesia

Persatuan merupakan kunci kemenangan. Dengan persatuan yang kuat kita dapat
menikmati alam kemerdekaan. Sila ketiga ini tidak membatasi golongan dalam belajar. ini
berarti, bahwa semua golongan dapat menerima pendidikan, baik dari golongan rendah
maupun golongan yang tinggi, tergantung kepada kemampuannya untuk berpikir, sesuai
dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat 1.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan


Perwakilan

Sila keempat ini sering dikaitkan dengan kehidupan berdemokrasi. Dalam hal ini,
demokrasi sering juga diartikan sebagai kekuasaan ada di tangan rakyat. sebagai contoh,

13
dalam memilih seorang pemimpin di desa, lembaga untuk menyalurkan kehendak untuk
kepentingan bersama melalui musyawarah (Djamal, 1986: 82). Bila dilihat dari dunia
pendidikan, maka hal ini sangat relevan, karena menghargai pendapat orang lain demi
kemajuan. Di samping itu, juga sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28 yang menyatakan
kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, baik secara lisan maupun tulisan. Jadi, dalam
menyusun tujuan pendidikan, diperlukan ide-ide dari orang lain demi kemajuan pendidikan.

e. Sila Keadilan Sosial bagi Rakyat Indonesia

Setiap bangsa di dunia bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
Keadilan ini meliputi kebutuhan di bidang materiil dan di bidang spiritual yang didasarkan
pada asas kekeluargaan.

b. Epistemologi

Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan (adanya) benda-benda. Epistemologi


yang diartikan sebagai filsafat yang menyelidiki sumber, syarat, proses terjadinya ilmu
pengetahuan, batas validitas dan hakikat ilmu pengetahuan. Dengan filsafat, kita dapat
menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai demi peningkatan ketenangan dan kesejahteraan
hidup, pergaulan dan berwarga negara. Untuk itu, bangsa Indonesia telah menemukan filsafat
Pancasila.

1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh melalui
akal atau panca indra dan dari ide atau Tuhan. Berbeda dengan Pancasila, ia lahir tidak secara
mendadak, tetapi melalui proses panjang yang dimatangkan dengan perjuangan. Pancasila
digali dari bumi Indonesia yang merupakan dasar negara, pandangan hidup bangsa,
kepribadian bangsa, tujuan atau arah untuk mencapai cita-cita dan perjanjian luhur rakyat
Indonesia (Widjaya, 1985:176-177). Dalam rangka pikiran seperti ini, maka cita-cita telah
merupakan ideologi (lihat Deliar Noer, 1983: 25).

2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kepribadian manusia adalah subjek yang secara potensial dan aktif berkesadaran tahu
atas eksistensi diri, dunia, bahkan juga sadar dan tahu bila di suatu ruang dan waktu “tidak
ada” apa-apa (kecuali ruang dan waktu itu sendiri). Pancasila adalah ilmu yang diperoleh

14
melalui perjuangan yang sesuai dengan logika. Dengan mempunyai ilmu moral, diharapkan
tidak ada lagi kekerasan dan kesewenang-wenangan manusia terhadap yang lainnya.

3) Sila Persatuan Indonesia


Proses terbangunnya pengetahuan manusia merupakan hasil dari kerja sama atau produk
hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar denga faktor kondisi lingkungan yang
memadai akan membentuk pengetahuan.

4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan


Perwakilan

Manusia diciptakan Allah SWT sebagai pemimpin di muka bumi ini untuk
memakmurkan umat manusia. Seorang pemimpin mempunyai syarat untuk memimpin
dengan bijaksana. Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan memang mempunyai
peranan yang besar, tetapi itu tidak menutup kemungkinan peran keluarga dan masyarakat
dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Jadi, dalam hal ini diperlukan suatu ilmu
keguruan untuk mencapai guru yang ideal, guru yang kompeten. Setiap manusia bebas
mengeluarkan pendapat dengan melalui lembaga penidikan. Setiap ada permasalahan
diselesaikan dengan jalan musyawarah, agar mendapat kata mufakat.

5) Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Ilmu pengetahuan sebagai perbendaharaan dan prestasi individu serta sebagai karya
budaya umat manusia merupakan martabat kepribadian manusia (IKIP Malang, 1983: 63).
Dalam arti luas, adil di atas dimaksudkan seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama. Hal
ini didapatkan melalui pendidikan, baik itu informal, formal dan non formal. Dalam sistem
pendidikan nasional yang intinya mempunyai tujuan yang mengejar Iptek dan Imtaq. Di
bidang sosial, dapat dilihat pada suatu badan yang mengkoordidir dalam hal mengentaskan
kemiskinan, di mana hal ini sesuai dengan butir-butir Pancasila. Kita harus menghormati dan
menghargai hasil karya orang lain, hemat yang berarti pengeluaran sesuai dengan kebutuhan.

c. Aksiologi

Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki aspek nilai (value). Nilai tidak akan
timbul karena manusia mempunyai bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Jadi,
masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai. Dikatakan mempunyai nilai, apabila berguna,
benar (logis), bermoral dan etis. Dengan demikian, dapat pula dibedakan nilai materiil dan

15
spiritual. Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memiliki nilai-nilai:
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Nilai ideal, materiil, spiritual
dan nilai positif dan juga nilai logis, estetika, etis, sosial dan religius. Dengan demikian
Pancasila syarat akan nilai.

1) Sila Ketuhanan yang Maha Esa

Percaya kepada Allah merupakan hal yang paling utama dalam ajaran Islam. Di setiap
kita mengucapkan kalimah Allah, baik itu dalam shalat, menikahkan orang, dikumandangkan
adzan, para dai mula-mula menyiarkan Islam dengan menanamkan keimanan. Pendidikan,
sejak tingkat kanak-kanak sampai perguruan tinggi, diberikan pelajaran agama dan hal ini
merupakan sub-sistem pendidikan nasional.

2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Dalam kehidupan umat Islam, setiap Muslim yang datang ke masjid untuk shalat
berjamaah berhak berdiri di depan dengan tidak membedakan keturunan, ras dan kedudukan.
Di mata Allah sama, kecuali ketakwaan seseorang. Inilah sebagian kecil contoh dari nilai-
nilai Pancasila yang ada dalam kehidupan umat Islam.

3) Sila Persatuan Indonesia

Islam mengajarkan supaya bersatu dalam mencapai tujuan yang dicita-


citakan,mengajarkan untuk taat kepada pemimpin. Memang Indonesia adalah negara
Pancasila, bukan negara yang berdasarkan satu agama. Meskipun demikian demikian, warga
negara kita tidak lepas dari pembinaan dan bimbingan kehidupan beragama untuk
terwujudnya kehidupan beragama yang rukun dan damai.

4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan


Perwakilan
Jauh sebelum Islam datang, di Indonesia sudah ada sikap gotong-royong di
musyawarah. Dengan datangnya Islam, sikap ini lebih diperkuat lagi dengan datangnya al-
Qur’an.

5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Adil berarti seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam segi pendidikan, adil itu
seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama di mana ilmu agama adalah sub-sistem dari
sistem pendidikan nasional.

16
2.3 Penilaian Terhadap Buku.
Perbandingan antara kedua buku
1. Kelemahan Buku.

Buku Filsafat Pendidikan dari Edward Purba memiliki cover buku yang berwarna
cerah tetapi sederhana,yang membuat rasa ingin tahu pembaca buku tertarik untuk melihat
dan membacanya,Sedangkan Buku dari Prof.Dr.H.Jalaluddin memiliki cover buku yang
berwarna kusam yang membuat daya tarik pembaca yang baru pertama melihatnya Buku
dari Prof.Dr.H.Jalaluddin mengurangi minat orang yang pertama melihat bukunya.
Buku dari Edward Purba sedikit member latihan di akhir pembahasan sehingga sedikit
sulit untuk memahami isi nya jika tidak ada Dosen Pembimbing,Buku dari Jalaluddin
memberi banyak latihan sehingga membuat pembacanya lebih mengerti dari tiap-tiap materi
yang diberikan.

2. Kelebihan Buku.
Buku Edward Purba sangat detail dan banyak memberikan contoh-contoh dari materi

yang di bahas ,misalnya di awal materi Buku Edward Purba member Standar
Kompetensi,Kompetensi dasar ,dan indikator,agar mahasiswa tau inti dari materi yang di
jelaskan.
Buku Edward Purba tidak terlalu menonjolkan ilmu Filsafat dalam materi yang
terlalu keagamaan,Sedangkan buku dari Jalaluddin terlalu menonjolkan keagamaan dari
agama tertentu dari sebagian besar materi yang ia berikan,hal ini akan menimbulkan rasa
dari pembaca yang berbeda agama malas untuk lanjut membacanya,Karena Terkadang
sebagian orang tidak suka untuk mempelajari apa yang diajarkan agama lain.

3. Perbedaan kedua Buku.

Buku filsafat dari Edward Purba mempunyai tampilan yang lebih menarik,yang
membuat rasa penasaran dari calon pembaca. Kedua buku memberi materi yang mudah untuk
dipahami pembacanya,akan tetapi buku Jalaluddin lebih banyak memberikan latihan –latihan
daripada buku Edward Purba, akan tetapi Buku dari Edward Purba memberi materi dengan
sangat detail dan banyak contoh-contoh materi yang membuat pembaca lebih mudah untuk
memahaminy

17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.
Bahwa filsafat pendidikan adalah aktivittas pemikiran teratur yang menjadikan
filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan,
mengharmoniskan, dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Filsafat
pendidikan mempunyai tiga cabang utama yaitu ontologi, espistomologi, dan aksiologi.
Filsafat penddikan memiliki ruang lingkup maupun tujuannya. Praktek pelaksanaan
pendidikan harus berlandaskan nilai dan budaya jangan mengarah pada terbentuknya
pengelompokkan praktek hidup dan kehidupan masyarakat. Kedudukan filsafat pendidikan
dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian fondasi-fondasi pendidikan dan filsafat
pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu sistem pendidikan, karena
filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan,
meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.

Saran.
Menurut saya cover buku sangatlah penting untuk menarik minat calon
pembaca,ketika calon pembaca kurang suka membaca buku , hal utama yang dilihat pembaca
yang malas adalah tampilan buku.Karna akan percuma jika isi buku itu sangat lengkap tapi
daya tarik untuk menimbulkan minat pembaca untuk membaca buku tersebut kurang
,pembaca yang malas tidak akan membaca buku yang tampilannya kurang bagus , dan lebih
memilih membaca buku dengan tampilan bagus walaupun isi dari buku tersebut kurang
lengkap.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. Purba, Edward dan Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Medan : Unimed Press.
2. Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2014. Filsafat Pendidikan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

19

Вам также может понравиться