Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2. KONSEP SCM
Konsep supply chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama
melihat logistik lebih sebagai persoalan intern masing masing perusahaan, dan pemecahaannya
menitik beratkan pada pemecahan secara intern di perusahaan masing masing. Dalam konsep baru
ini, masalah logitik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak
dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai
penyediaan barang.
Pada hakikatnya Supply Chain adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu
(upstreame) dan ke hilir (downstreams), dalam proses dan kegiatan yang berbeda menghasilkan
nilai yang terwujud dalam barang dan jasa di tangan pelanggan. Supply chain menganggap
integrasi harus dicapai untuk seluruh mata rantai pengadaan barang, mulai hulu hingga
hilir bahkan sampai ke pelanggan terakhir.
Semangat kolaborasi dan koordinasi juga didasari oleh kesadaran bahwa kuatnya sebuah supply
chain tergantung pada kekuatan seluruh elemen yang berada di dalamnya. Namun, semangat
kolaborasi dan koordinasi tidak boleh mengorbankan kepentingan tiap individu perusahaan. SCM
yang baik bisa meningkatkan kemampuan bersaing bagi supply chain secara keseluruhan, namun
tidak mennyebabkan satu pihak berkorban dalam jangka panjang. Oleh karena itu diperlukan
pengertian, kepercayaan, dan aturan main yang jelas. Idealnya, hubungan antar pihak pada supply
chain berlangsung untuk jangka panjang. Hubungan jangka panjang memungkinkan semua pihak
untuk menciptakan kepercayaan yang lebih baik serta menciptakan efesiensi.
3. PERAN SCM DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PRODUKSI
Pendekatan SCM berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan dunia usaha untuk
menekan biaya secara menyeluruh. Menurut Hicks et al. (1999) pengurangan biaya sebesar 5%
dapat memberikan efek yang sama dengan peningkatan pendapatan sebesar 25 % terhadap
keuntungan perusahaan. Secara umum, SCM bertujuan untuk mengurangi biaya, mengurangi
waktu, mengurangi transaksi, dan mendapatkan kualitas yang lebih terjamin bagi barang atau jasa
yang mengalir di sepanjang rantai pasokan (Surjati Herman, 2004). Karena ruang lingkup SCM
mengelola aliran barang maka konsep SCM banyak bersinggungan dengan manajemen logistik.
Perbedaanya SCM lebfh fokus pada aspek perencanaan, sedangkan pada manajernen logistik lebih
bersifat operasional.
Jika melihat komponen biaya dalam operasi suatu industri, biaya logistik merupakan komponen
biaya terbesar kedua setelah pembelian bahan, barang dan jasa. Tigginya biaya logistik
menunjukkan belum optimalnya pengelolaan fungsi distribusi fisik. Menurut Gatorna dan Walters
(1996), pengelolaan distribusi fisik ini direpresentasikan oleh kordinasi terhadap lima kegiatan,
yaitu: Perentori, transportasi, pergudangan, komunikasi order, dan utilisasi.
Rendahnya efìsiensi distribusi di Indonesia dapat berasal dari berbagai faktor termasuk belum
memadainya sarana dan prasarana logistik, seperti sarana transportasi (jalan, pelabuhan, atat
angkutan), sarana pergudangan dan keterampilan SDM. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan
SCM di Indonesia belum diterapkan, baik dalam perusahaan maupun antar perusahaan yang berada
dalam rantai pasokan. Selama ini, industri di Indonesia pada umumnya lebih terfokus pada
peningkatan efìsiensi proses (proses fungsional). Hanya sebagian kecil perusahaan, khususnya
berskala besar yang menerapkan SCM, namun penerapannya juga terbatas pada pengelolaan
permintaan.
Penerapan SCM sebagai salah satu upaya peningkatan daya saing industri memerlukan lengkah-
langkah yang seyogianya menjadi perhatian bagi para stake holders yang terkait antara Iain
petama, menciptakan hubungan antar rantai agar lebih spesifik pada bidang usaha sehingga
terbentuk pola yang terpadu dan saling terkait. Kedua, seyogianya harus ada dukungan
manajemen. Manajemen semua level dari strategis sampai operesional harus memberikan
dukungan mulai den proses perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sempai
pengendalian. Kell, membangun kemitraan dalam suatu kesepakatan pada keseluruhan rantai. Pola
kemitraan yang terbentuk yaitu hubungan kerja sama antara perusahaan, perusahaan maupun
pembeli bersifat lebih spesifik dan beifokus pada volume, distribusi, lead time, dan mutu. Dengen
membangun suatu kemitraan yang handal maka akan terbentuk komitmen yang kuat untuk
menciptakan SCM sehingga pengontrolan terhadap persediaan pasokan dapat dilakukan secara
efisien dalam biaya. Keempat membanguri sistem informasi yang terintegrasi di setiap bagien yang
terlibat dalam sistem rantai pasokan tersebut sehingga akan mendukung kinerja dan produktivitas
dari masing-masing rantai pasokan tersebut. Diharapken dengan langkah-Iangkah diatas,
penerapan SCM pada industri ini mampu meningkatkan nilai tambah yang akan meningkatkan
pula daya saing industri.
4. PENERAPAN SCM DI INDONESIA
Hasil survei Indeks Kinerja Logistik (Logistics Performance Index, LPI) oleh Bank Dunia tahun
2007, Indonesia menduduki peringkat ke-43 dari 150 negara yang disurvei dan pada tahun 2010,
posisi Indonesia terus merosot ke peringkat 75 di antara 155 negara yang disurvei dan berada di
bawah kinerja beberapa negara ASEAN lainnya seperti Singapure (urutan ke-2), Malaysia (urutan
ke-29), dan Thailand (urutan ke-35). LPI yang diterbitkan oleh Bank Dunia menggunaken enam
indikator penilaian, yaitu kepabeanan, infrastruktur, kemudahan mengatur pengapalan
interasional, kompetensi logistik dari pelaku dan penyedia jasa Jokal, biaya logistik dalam negeri,
dan waktu pengiriman. Adapun skor dan urutan Indonesia dibanding beberapa negara di Asia
untuk masing-masing indikator penilian dapat dilihat pada Tabel di bawah ini;
1. Kłodawski, Michał. June 2013."Order Picking Area Layout and Its Impact on the Efficiency of
Order Picking Process". Journal of Traffic and Logistics Engineering, Vol, 1, No. 1. 10
Desember 2015.
2. Abdallah, Samir Ben. December 2015."Systems Engineering Used for Logistics Integration in
Product Design". Journal of Traffic and Logistics Engineering, Vol, 3, No. 2. 10 Desember
2015.
3. Hayati, Enty Nur. Januari 2014."Supply Chai Management and Logistic System". Jurnal
Dinamika Teknik, Vol, 8, No. 1. 10 Desember 2015.