Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
“ Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Bedah RSUD Ambarawa”
Disusun Oleh:
Pramudita Probosiwi
H2A013006
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU BEDAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
0
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
BAGIAN ILMU BEDAH
Disusun Oleh:
Pramudita Probosiwi H2A013006
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. I
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : bergas
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Tanggal MRS : 15 Juli 2017
Tanggal pemeriksaan : 16 Juli 2017
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 16 Juli 2017 jam 08.00
WIB di ruang Melati RSUD Ambarawa.
1. Keluhan Utama
Keluar benjolan dari dubur
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan keluar benjolan dari dubur. Benjolan pertamakali
muncul sejak 3 bulan SMRS, hilang timbul, timbul terutama ketika BAB, tidak
nyeri, tidak disertai keluarnya darah dan dapat masuk sendiri secara spontan. 1
bulan SMRS pasien mengaku BAB disertai dengan darah, berwarna merah segar,
menetes setelah BAB, berhenti beberapa menit kemudian, disertai dengan rasa
nyeri dan benjolan masih dapat masuk spontan. 2 minggu SMRS benjolan
muncul kembali pada saat pasien BAB benjolan dirasakan nyeri dan disertai
darah yang menetes sekitar seperempat gelas. Benjolan tidak dapat masuk sendiri
seperti sebelumnya sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke RSUD
3
Ambarawa. Demam (-), mual (-), muntah (-), penurunan berat badan (-), nyeri
perut (-), dan BAK lancar.
4
Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), gangguan fungsi
pendengaran (-/-)
d. Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
e. Mulut
Bibir kering (-), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-)
f. Leher
Simetris, trachea di tengah, KGB membesar (-), tiroid membesar (-), nyeri
tekan (-)
g. Thoraks
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : pulsus parasternal (-), pulsus epigastrium (-),
pulsus sternalif (-), thrill (-)
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : regular, gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)
Pulmo
Inspeksi : simetris tidak ada hemithorax yang tertinggal
Palpasi : gerak simetris, vocal fremitus +/+ suara kuat
Perkusi : sonor pada kedua hemithorax
Auskultasi : suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
h. Abdomen
Inspeksi : Permukaan cembung, warna sama seperti kulit di sekitar
Auskultasi : Bising usus (+) normal (15x/menit)
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
i. Genitalia
Benjolan pada anus (+)
j. Ekstremitas
Akral dingin (-), oedem (-), sianosis (-).
4. Status Lokalis
Inspeksi : Tampak benjolan arah jam 3, ulkus (-), hiperemis (-)
Palpasi : Teraba benjolan konsistensi lunak, batas tegas, permukaan rata.
5
Rectal Touche : Spinchter ani kuat, ampula recti kolabs (-), teraba masa yang
menonjol keluar anus pada arah jam 3. Nyeri tekan (+),
konsistensi lunak, permukaan rata.darah (-),lendir (-), feses (-).
6
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 86 < 180 mg/dl
SGOT 17 0-50 U/L
SGPT 26 0-50 IU/L
UREUM 20,1 10-50 mg/dl
Kreatinin 0,95 0,62-1,1 mg/dl
SEROLOGI
HbaAg Non Reaktif Non Reaktif
V. DAFTAR MASALAH
VI. Assesment
Diagnosis : Hemoroid grade III
Faktor resiko : Usia
Kebiasaan BAB keras
Konsumsi buah dan sayur kurang
Komplikasi :
VII.DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : Hernia grade III
Diagnosis Banding :
1. Hernia eksterna
2. Prolaps recti
3. Ca colorectal
VIII.INITIAL PLAN
Ip Dx : S : - Benjolan di anus
O : - Darah Rutin
Ip Tx :
- Inf. Hidromal 20 tpm
- Injeksi ketorolac 3x1
- Injeksi ranitidin 3x1
- Laxatif 10mg (pre op)
- Hemoroidectomy
Ip Mx :
7
- Monitoring keadaan umum dan tanda vital
- Monitoring BAB
Ip Ex :
- Kurangi kebiasaan mengejan
- Perbanyak konsumsi buah dan sayur
- Selalu mengawasi BAB bila sering keras/sembelit
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Anatomi Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rektum
dan membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh).
Satu inci terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot
sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar
15cm (5,9 inci).1
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan
pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior mendarahi belahan
kanan (sekum, kolon asendens, dan duapertiga proksimal kolon transversum) dan
arteria mesenterika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon
transversum, kolon dendens, kolon sigmoid dan bagian proksimal rektum).
Suplai darah tambahan ke rectum berasal dari arteri hemoroidalis media dan
inferior yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.1
B. Fisiologi
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena
mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena hemoroidalis superior
(bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati). Vena hemoroidalis media
dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga merupakan bagian
9
sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior,
media, dan inverior, sehingga tekanan portal yang meningkat dapat menyebabkan
terjadinya aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan hemoroid. 1
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif :(1) kontraksi lamban dan tidak
teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat
beberapa haustra; dan (2) peistaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan
segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan,
akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari
dan dirangang oleh reflek gastrokolik setelah makan, terutama setelah makan
yang pertama kali dimakan pada hari itu.1
Propulasi feses ke dalam rektum menyebabkan terjadinya distensi dinding
rektum dan merangsang refleks defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani
eksterna dan interna. Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom,
sedangkan sfingter eksterna dikendalikan oleh sistem saraf voluntary. Refleks
defekasi terintegrasi pada medula spinalis segmen sakral kedua dan
keempat.Serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf splangnikus
panggul dan menyebabkan terjadinya kontraksi rektum dan relaksasi sfingter
interna. Pada waktu rektum yang teregang berkontraksi, otot levator ani
berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot
sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik keatas melebihi
tinggi masa feses. Defekasi dipercepat dengan tekanan intraabdomen yang
meningkat akibat kontraksi voluntar otot dada dengan glotis yang tertutup, dan
kontraksi otot abdomen secara terus-menerus (maneuver dan peregangan
valsalva). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot sfinfter eksterna
dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap menjadi relaks, dan keinginan
defekasi menghilang. 1
Rektum dan anus merupakan lokasi sebagian penyakit yang sering
ditemukan pada manusia. Penyebab umum konstipasi adalah kegagalan
pengosongan rektum saat terjadi peristaltik masa. Bila defekasi tidak sempurna,
10
rektum menjadi relaks dan keinginan defekasi menghilang. Air 11 tetap terus
diabsorpsi dari massa feses, sehingga feses menjadi keras, dan menyebabkan
lebih sukarnya defekasi selanjutnya. Bila massa feses yang keras ini terkumpul
disatu tempat dan tidak dapat dikeluarkan, maka disebut sebagai impaksi feses.
Tekanan pada feses yang berlebihan menyebabkan timbulnya kongesti vena
hemoroidalis interna dan eksterna, dan hal ini merupakan salah satu penyebab
hemoroid (vena varikosa rektum).1
C. Definisi
Faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang
air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai
jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok),
peningkatan tekanan intra abdomen, karena tumor (tumor usus, tumor abdomen),
kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal),
usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang berlebihan,
hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makanmakanan berserat
(sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi.2
Faktor penyebab hemoroid dapat terjadi karena kebiasaan buang air besar
tidak tentu dan setiap kali berak mengedan terlalu keras, terlalu lama duduk
sepanjang tahun, infeksi, kehamilan dapat merupakan faktor-faktor penyebab
hemoroid.2
Faktor predisposisi terjadinya hemoroid adalah herediter, anatomi,
makanan, pekerjaan, psikis, dan senilitas. Sedangkan sebagai faktor presipitasi 12
adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan
intraabdominal), fisiologis dan radang.Umumnya faktor etiologi tersebut tidak
berdiri sendiri tetapi saling berkaitan.2
11
E. Patofisiologi
12
Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas : derajat 1, bila
terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus, hanya dapat
dilihat dengan anorektoskop. Derajat 2, pembesaran hemoroid yang prolaps dan
menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan. Derajat 3,
pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan
bantuan dorongan jari. Derajat 4, prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan
cenderung untuk mengalami thrombosis dan infark. 2
G.
Manisfestasi Klinis
13
Terdapat berbagai tipe tindakan nonoperatif untuk hemoroid. Fotokoagulasi
inframerah, diatermi bipolar, dan terapi laser adalah teknik terbaru yang digunakan
untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya.Injeksi larutan sklerosan juga
efektif untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah. Prosedur ini membantu
mencegah prolaps. 4
Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid
dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu sampai timbul
nekrosis. Meskipun hal ini relatif kurang menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak
digunakan dengan luas karena menyebabkan keluarnya rabas yang berbau sangat
menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuhnya. 4
Metode pengobatan hemoroid tidak efektif untuk vena trombosis luas, yang
harus diatasi dengan bedah lebih luas. Hemoroidektomi atau eksisi bedah, 15 dapat
dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini.
Selama pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan hemoroid
diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi. Setelah
prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melalui sfingter untuk
memungkinkan keluarnya flatus dan darah; penempatan Gelfoan atau kasa Oxygel
dapat diberikan diatas luka kanal.4
I. Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, thrombosis, dan
strangulasi.Hemoroid strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah
dihalangi oleh sfingter ani. Komplikasi hemoroid antara lain : 4
1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan
dan takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan makin memperberat luka
di anus.
2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak
normal) dari selaput lendir usus/anus.
3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.
14
4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur
sehingga tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin
sakit, dan besar. Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk.
15
DAFTAR PUSTAKA
16