Вы находитесь на странице: 1из 19

LAPORAN DESIGN

FIXTURE PADA MESIN MILLING


Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah “Alat Bantu Produksi Masal”

Disusun Oleh:

TEGAR KUKUH AHMAD JULFIKAR

MS3A (4.21.15.0.24)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri yang pesat memunculkan inovasi teknologi yang lebih baik
untuk mengembangkan kapasitas dan kualitas suatu produksi. Untuk mengurangi biaya
produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh,
terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Hampir seluruh proses produksi
menggunakan mesin perkakas yang sesuai dengan spesifikasi produk yang dibuat. Semakin
kompleks bentuk produk, maka semakin rumit perkakas yang digunakan. Peningkatan
kualitas produk dapat dicapai salah satunya dengan penggunaan alat bantu proses produksi,
seperti jig dan fixture, mold, dan dies.
Jig dan fixture merupakan alat bantu produksi yang digunakan pada proses
manufaktur, sehingga dihasilkan duplikasi part yang akurat. Jig dan fixture dirancang secara
khusus untuk mempermudah penyetingan material yang menjamin keseragaman bentuk dan
ukuran produk dalam jumlah banyak (mass product), serta mempersingkat waktu produksi.
Jig and fixture berfungsi untuk memegang dan mengarahkan benda kerja, sehingga proses
manufaktur suatu produk lebih efisien dan kualitas produk dapat terjaga seperti kualitas yang
telah ditentukan. Oleh karena itu penulis mendapatkan ide untuk membuat suatu jig guna
memudahkan proses pembuatan benda kerja yang telah diberikan dosen pengampu.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dibuat penulis, masalah yang akan dibahas dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana contoh design fixture yang sederhana dan efisien?
2. Bagaimana cara membuat contoh design fixture tersebut?
1.3 Tujuan
Perancangan fixture sebagai alat bantu dalam proses permesinan memiliki tujuan sebagai
berikut:
1. Mempermudah dalam melakukan proses permesinan untuk benda yang memiliki bentuk
rumit
2. Mempercepat waktu proses produksi suatu proses permesinan

1.4 Tahap – Tahap Penelitian

Posedur Perancangan fixture ini dibagi atas tahap–tahap berikut :

a. Tahap analisis kebutuhan


Langkah awal dalam melakukan proses perancangan adalah menganalisa kebutuhan.
Perancangan mesin tidak bisa dilakukan apabila tidak ditemukannya masalah dari
kebutuhan rancangan.
b. Tahap pengumpulan data
Setelah diketahui masalah yang diketahui maka langkah selanjutnya mengumpulkan
data–data yang diperlukan dalam melakukan proses perancangan.
c. Tahap menentukan spesifikasi
Data–data yang sudah terkumpul menjadi acuan dalam melakukan proses perancangan.
Kemudian melakukan penyusunan konsep desain dalam bentuk sketsa awal, rancangan
bentuk, dimensi, dan mekanisme.
d. Tahap desain
Setelah menentukan rancangan bentuk, dimensi, dan mekanisme kemudian langkah
selanjutnya yaitu membuat benda kerja 3D serta gambar kerja 2D.
e. Tahap analisa bahan
Pada tahap ini perancang harus menentukan bahan apa yang akan digunakan untuk
membuat alat bantu tersebut.
Tahap analisis kebutuhan

Tahap pengumpulan data

Tahap menentukan spesifikasi Tahap desain

Tahap Analisa Bahan

Diagram 1. Diagram Rancangan

1.5 Metodologi Penelitian

Dalam penulisan ini dibutuhkan data-data sebagai alat bantu, agar proses
perancangan dapat berjalan lancar serta hasil yang di dapat dapat dipahami dengan
mudah, maka di gunakan beberapa metode antara lain:

1. Metode Konsultasi
Informasi/data yang didapat dikonsultasikan kepada dosen yang mengampu mata
kuliah Alat Bantu Produksi Masal.
2. Metode Kepustakaan
Dalam hal ini data diperoleh dari berbagai buku yang ada hubungan dengan masalah
yang akan di bahas.
3. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara mencari informasi atau data-data yang dibutuhkan
dalam masalah yang akan dibahas.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Dasar Teori
Fixture merupakan alat bantu yang berfungsi memegang dan menahan benda kerja
untuk menjaga posisi benda kerja pada saat proses pemesinan. Pada benda kerja berbentuk
silinder desain fixture pada mesin milling harus memperhatikan aspek-aspek gaya yang terjadi
pada saat proses pengefraisan, seperti gaya pencekaman harus lebih besar dari gaya pemakanan
agar benda kerja tidak lepas dari pencekaman saat proses produksi. Untuk dapat memenuhi hasil
dari proses proses pengerjaan benda kerja yang cepat dan sempurna, maka fixture harus
memenuhi kriteria tertentu antara lain:
1. Lokasi dari benda kerja yang dipegang harus teliti
2. Benda kerja harus dipegang dengan aman sehingga tak tergeser oleh gaya-gaya
pemotongan
3. Fixture harus dapat dirakit dengan mudah dan cepat.
Ketiga kriteria ini akan menjamin ketelitian dan mampu ulang pada sebuah benda kerj a.
Salah satu tuntutan utama penggunaan fixture adalah untuk dapat mengerjakan benda kerja
secara tepat dan berulang-ulang.
Menurut Edgard G. Hoffman (1996), jig dan fixture merupakan alat bantu produksi yang
digunakan pada proses manufaktur, sehingga dihasilkan duplikasi part yang akurat. Jig dan
fixture biasanya dibuat secara khusus sebagai alat bantu proses produksi untuk mempermudah
dalam penyetingan material yang menjamin keseragaman bentuk dan ukuran produk dalam
jumlah banyak (mass product) serta untuk mempersingkat waktu produksi. Jig dan fixture
merupakan salah satu jenis alat bantu yang terdapat dalam proses manufaktur sehingga diperoleh
produk yang seragam dengan keakuratan yang tinggi.
Rong dan Zhu (1999) dan Ahmad Rizki (2003) menyatakan bahwa sebuah benda terdiri
dari beberapa permukaan bidang (surface). Pada penggunaan sebuah Fixture, proses penempatan
(locating) adalah proses penempatan beberapa permukaan benda kerja hingga bersentuhan
dengan locator-lokator, yang kemudian dilanjutkan dengan proses pencekaman (clamping) benda
kerja yang bersentuhan dengan locator tersebut disebut sebagai locating surface. Pada sebuah
benda kerja terdapat 6 derajat kebebasan (degree of freedom) pergerakan, yaitu pergerakan linier
searah atau berlawanan arah dengan sumbu X,Y,Z serta pergerakan rotasi terhadap sumbu X, Y,
dan Z searah atau berlawanan dengan jarum jam, seperti pada gambar 1.

Gambar. Derajat Kebebasan Benda Kerja (12 gaya)

2.2 Prinsip Pencekaman (Workholding)


Secara umum pencekaman (clamping) merupakan bagian peralatan produksi yang
berfungsi menahan atau memegang benda kerja. Ditinjau dari clamping merupakan
bagian dari jig dan fixture yang berfungsi mencekam benda kerja sehingga posisi benda
kerja tidak berubah selama proses pemesinan. Tujuan utama dari proses pencekaman
(clamping) adalah untuk menahan secara aman posisi benda kerja terhadap lokator
selama siklus pemesinan. Ada beberapa prinsip jenis dan penempatan clamping, yaitu :

1. Gaya pencekaman adalah gaya yang dibutuhkan untuk menjaga posisi benda
kerja selama proses pemesinan.
2. Besarnya gaya pencekaman tergantung dari besarnya gaya pemotongan dan
cara peletakan benda kerja relatif terhadap pahat.
3. Gaya pencekaman hanya cukup untuk menahan benda kerja ke lokator. Gaya
total harus ditahan oleh locator.
2.3 Penentuan Besar Gaya Pencekaman
Gaya pencekaman yang harus diberikan pada benda perlu ditentukan. Suatu
pendekatan dalam menentukan besarnya gaya pencekaman yang harus diberikan pada
benda kerja dapat ditentukan berdasarkan besarnya gaya permesinan terbesar yang akan
terjadi selama pencekaman berlangsung. Perhitungan sederhana dapat dilakukan dengan
menganggap gaya pemotongan oleh mesin bekerja seluruhnya pada arah horizontal dan
benda kerja dapat ditahan secara stabil dengan memanfaatkan gaya gesek. Persamaan
perhitungan gaya pencekaman tersebut dapat dilihat pada persamaan di bawah ini:

Prinsip Kesetimbangan Gaya Pada Benda Kerja yang Ditahan fixture. Hubungan antara
gaya pencekaman, gaya reaksi pada lokator, dan gaya pemesinan dapat dinyatakan oleh
persamaan dibawah ini.

untuk semua k
dimana:
wi = Arah gaya (colom wrench) yang bekerja pada locator ke-i.
wj = Arah gaya yang bekerja pada clamp ke-j.
wk = Arah gaya pemotongan k.
fi = Besarnya gaya (colom wrench) yang bekerja pada kolom ke-i.
fj = Besarnya gaya yang bekerja pada clamp ke-j.
fk = Besarnya gaya pemotongan k.
P = Set seluruh lokator.
A = Set seluruh clamp.
K = Subscript gaya potong.

Persamaan (2) dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut:

dimana:

Wp = Matriks arah gaya yang bekerja pada lokator.

Wa = Matriks arah gaya yang bekerja pada clamp.

Wk = Matriks arah gaya pemotongan.

Fp = Matriks gaya yang bekerja pada lokator.

Fa = Matriks gaya yang bekerja pada clamp.

fk = Matriks gaya pemotongan.

p = Pasif.

a = Aktif.

Matriks Wp , Wa , dan wk disusun berdasarkan arah gaya dan momen dari suatu gaya
tertentu dan terdiri dari tiga arah gaya pada sumbu X, Y, dan Y (nx, ny, nz) dan tiga
momen terhadap sumbu X, Y, dan Y (mx, my, mz). Dengan menghilangkan matriks WP
pada baris sebelah kiri dari persamaan diatas maka gaya reaksi di lokator ( Fp ) dapat
dihitung sebagai berikut :
Persamaan diatas harus menghasilkan solusi non-negatif untuk Fp , yang artinya setiap
lokator memiliki kontak dengan benda kerja. Penyusunan invers dari matriks Wp dapat
dinyatakan sebagai berikut :

Pada tahap penempatan (locating stage), benda kerja didorong oleh gaya luar, yaitu gaya
penempatan ft , pada arah yang berlawanan dengan arah gaya lokator ( wl ). Pada tahap
ini benda kerja belum dicekam sehingga belum ada gaya pencekaman. Persamaan diatas
dapat dituliskan menjadi :

dimana :

wl = Arah gaya penempatan

fl = Besar gaya penempatan

Persamaan diatas harus menghasilkan solusi non-negatif untuk Fp , yang artinya setiap
lokator memiliki kontak dengan benda kerja. Pada tahap pencekaman (clamping stage),
gaya luar ( fl ) sudah tidak bekerja lagi sedangkan gaya pemesinan belum bekerja,
sehingga persamaan yang berlaku adalah :
Persamaan diatas harus menghasilkan solusi non-negatif untuk Fp , yang artinya setiap
lokator memiliki kontak dengan benda kerja. Pada tahap pemesinan, gaya potong dan
gaya pencekaman bekerja pada benda kerja, sehingga persamaan yang berlaku adalah :

Persamaan diatas harus menghasilkan solusi non-negatif untuk Fp , yang artinya setiap
lokator memiliki kontak dengan benda kerja.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Flowchart Sistem


3.2 Prosedur Perancangan

Prosedur perancangan alat bantu fixture pada proses milling adalah sebagai
berikut:

1. Merubah gambar 2D yang telah di berikan menjadi 3D pada aplikasi Solidworks.


2. Gambar 3D yang telah jadi dijadikan gambar kerja.
3. Membuat prototype alat tersebut menggunakan Styrofoam dengan skala 1:1 sesuai
gambar kerja.

BAB IV
Design Alat
4.1 Base

4.2 Fixture
4.3 Screw

4.4 Spindle Cover


4.5 Spindle Fixture

4.6 V Block
4.7 Workpiece
DAFTAR PUSTAKA

Prassetiyo, Hendro dkk. 2016. RANCANGAN JIG DAN FIXTURE PEMBUATAN PRODUK
COVER ON-OFF. Bandung: Institut Teknologi Nasional Bandung

Santosa, aa. 2017. PERANCANGAN JIG DAN FIXTURE SISTEM PNEUMATIK UNTUK
PROSES PEMASANGAN BEARING DAN ABSORBER PADA VELG REAR
WHEEL. Jakarta : Universitas Singaperbangsa Karawang

Вам также может понравиться