Вы находитесь на странице: 1из 12

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
BAB II : PEMBAHASAN
1.1 Arti Al-Karim Secara Rinci
1.2 Pengertian Al-Karim
1.3 Al-Karim Sebagai Teladan Kita Semua
BAB III : PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semua yang ada di alam ini merupakan ciptaan (makhluk) Allah SWT. Allah SWT memp
unyaisifat-sifat yang agung, mulia, dan besar yang tidak terdapat pada semua rnakhluk-
Nya. Oleh karena itu,semua makhluk-Nya harus menyembah kepada-Nya. Namun. sifat-
sifatAllah SWT tersebut tidak hanyatergambar dalam sifat wajib-Nya, melainkan juga dari nama-
nama baik yang menyertai-Nya (Asma’ulHusna).
Firman Allah SWT dalam QS Al Hasyr ayat 24 : “Dia-
lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-
Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada dilangit dan di bumi. Dan Dia-
lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Apabila seseorang menyatakan diri mencintai Allah SWT, maka hal ini bisa dibuktikan d
ari seberapa sering ia menyebut nama-
Nya. Menyebut Allah SWT dapat dilakukan dengan menyebut kalimat¬kalimat tayyibah atau me
nyebut nama-
nama Allah SWT dalam Asmaul Husna. Keduanya merupakan proses zikir (mengingat) kepada
Allah SWT.

Firman Allah SWT dalam Alquran : “Hanya milik Allah asma-


ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-
ul husna itu.”(QS. Al A’raaf : 180)

Berdasarkan ayat di atas, kita diperintahkan untuk selalu menyebut nama-


nama Allah SWT yang terhimpun dalam Asmaul Husna. Semua kegiatan yang dilakukan sebaikn
ya didahului dengan menyebutnama-
Nya (terwujud dalam kalimat basmalah). Allah SWT memerintahkan untuk menyebut-
Nya denganAsmaul Husna sebagai pujian dan pengantar doa kepada-
Nya. Dalam berdoa kita pasti meminta sesuatu.Dengan memuji nama-
Nya terlebih dahulu, harapan akan terkabulnya doa kita tentu akan semakin besar.

Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah menjelaskan : “Sesungguhnya Allah SWT memp
unyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu,barang siapa yang menghafalkannya,
maka ia akan masuk surga” (HR. Bukhari)

Hal ini menunjukkan apabila kita mengenal Asma`ul Husna dengan bersungg
uh-
sungguh,menghafal, kemudian memahami maknanya serta beribadah kepada Allah maka akan
menjadi penguatiman yang paling besar, bahkan mengenal Asma` dan sifat-
Nya merupakan dasar iman, di mana iman seseorang itu kembali kepada dasar yang agung
ini
1.2 Rumusan Masalah
Pada kesempatan kali ini, kami akan menjelaskan secara rinci salah satu Asmaul Husna, yaitu A
l Karim. Penjelasan yang akan kami bahas diantaranya :

- Apa itu Asmaul Husna?


- Apa arti Al-Karim secara rinci?
- Apa pengertian Al Karim?
- Apa keutamaan dan makna yang termuat dari Asmaul Husna Al-Karim
- Apa saja yang dapat diteladani dengan memahami makna Al Karim

BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Asmaul Husna
Dalam agama Islam, Asmaa'ul husna (bahasa Arab: ‫أسماء هللا الحسنى‬, asmāʾ allāh al-
ḥusnā) adalah nama-
nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti yang baik atau yang inda
h, jadi asma'ul husna adalah nama nama milik Allah yang baik lagi indah.

Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-
nama ini, karena nama-
nama Allah adalah alamat kepadaDzat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya. Meskipun timb
ul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita t
idak boleh musyrik dalam mempergunakan atau menyebut nama-
nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama terdapat pu
la perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, n
amun menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat Dzat Allah SWT yang harus dipahami dan
dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad.

Asma'ul husna secara harfiah adalah nama-


nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-
nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran
dan kehebatan milik Allah.

Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran yang lain. De
ngan cara ini, umat Muslim tidak akan mudah menulis "Allah adalah ...", karena tidak ada satu ha
l pun yang dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi harus dapat mengerti dengan hati dan ket
erangan Al-
Qur'an tentang Allah ta'ala. Pembahasan berikut hanyalah pendekatan yang disesuaikan dengan ko

nsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua kata yang ditujukan pada Allah harus dipahami keb
erbedaannya dengan penggunaan wajar kata-
kata itu. Allah itu tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti tercantu
m dalam surat Al-Ikhlas.

"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-
Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun
yang setara dengan Dia". (Al-Ikhlas 112:1-4)

Para ulama menekankan bahwa Allah adalah sebuah nama kepada Dzat yang pasti ada nama
nya. Semua nilai kebenaran mutlak hanya ada (dan bergantung) pada-
Nya. Dengan demikian, Allah Yang Memiliki Maha Tinggi. Tapi juga Allah Yang Memiliki Ma
ha Dekat. AllahMemiliki Maha Kuasa dan juga Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sifa
t-sifat Allah dijelaskan dengan istilah Asmaaul Husna, yaitu nama-
nama, sebutan atau gelar yang baik.

1.2 Arti Al-Karim Secara Rinci


Secara bahasa, Al-
Karim mempunyai arti Yang Maha Mulia, Yang Maha Dermawan atau Yang Maha Pemurah. Se
cara istilah, al-
karim diartikan bahwa allah SWT Yang Maha Mulia lagi Maha Pemurah yang memberi anugrah
atau rezeki kepada semua makhluk-
Nya. Dapat pula dimaknai sebagai Zat yang sangat banyak memiliki kebaikan, Maha Pemurah, P
emberi Nikmat dan Keutamaan, baik ketika diminta maupun tidak. Hal tersebut sesuai dengan fir
manya :
Q.S Al-Infitar : 6

ِ ‫غ َّركَُ ِب َربِِّكَُ ا ْلك َِر‬


ُ‫يم‬ َ ‫يَا أَيُّهَا اإل ْن‬
َ ‫سانُ َما‬
Artinya : “Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap
Tuhanmu yang Maha Pemurah?

1.3 Pengertian Al-Karim


Al Karim ialah Dzat yang banyak memberi dan berbuat baik tanpa diminta. Berbeda dengan
As-
Sakhiy (dermawan) yang suka memberi karena diminta. Atas dasar inilah, Allah memberikan na
ma-Nya dengan Al-Karim, bukan As-Sakhiy. Ada pendapat lain mengatakan, bahwa Al-
Karim artinya ialah jika mampu membalas, ia justru memaafkan; jika berjanji, ia menepati; dan ji
ka memberi, ia melebihi apa yang diharapkan, tidak peduli berapa banyak ia memberi dan kepad
a siapa ia memberi. Jika timbul kebutuhan kepada selainnya, ia tidak rela. Dia tidak menyia-
nyiakan orang yang berlindung atau menyerahkan diri kepadanya, dan dicukupkannya orang itu
dari perantara dan pembela lain. Tidak ada yang memiliki sifat-sifat ini selain Allah SWT.

1.4 Makna yang mendalam dari pengertian Al-Karim


Al-Azhari rahimahullah mengartikannya dengan: ” al-
Karîm salah satu dari sifat Allah Azza wa Jalla dan nama-
Nya. Maknanya, yaitu dzat yang sangat banyak memiliki kebaikan, amat pemurah, pemberi nikm
at dan keutamaan”. al-
Karîm adalah nama yang mencakup segala sifat yang terpuji. Allah Azza wa Jalla adalah al-
Karîm (Maha Mulia) amat terpuji segala perpuatan-Nya.[3]

Ibnu Manzhûr rahimahullah menjelaskan: ” al-


Karîm salah satu dari sifat Allah Azza wa Jalla dan nama-
Nya. Yakni dzat yang amat banyak memiliki kebaikan, amat pemurah lagi pemberi. Pemberian-
Nya tidak pernah habis. Dia-lah Dzat Yang Maha Mulia secara mutlak. al-
Karîm adalah nama mencakup segala kebaikan, kemuliaan dan keutamaan. Nama ini juga mengh
impun segala hal yang terpuji. Allah Azza wa Jalla mempunyai nama al-
Karîm (Maha Mulia) artinya amat terpuji dalam segala perpuatan-
Nya, Rabb yang memiliki ‘Arsy yang mulia lagi agung”[4].

Jika kita mencermati nama al-Karîm dalam al-


Qur’ân, nama Allah Azza wa Jalla yang mulia ini terulang sebanyak dua kali. Pertama, dalam sur
at an-Naml/27:40:
ُْ ‫َر فَإِنَّ َما يَ ْشكرُ ِلنَ ْف ِس ُِه َو َم‬
ُ‫ن َكفَ َُر فَإِ َّن‬ َُ ‫شك‬ ُْ ‫ل َر ِبي ِليَبْل َونِي أَأ َ ْشكرُ أ َ ُْم أ َ ْكفرُ َو َم‬
َ ‫ن‬ ْ َ‫ن ف‬
ُِ ‫ض‬ َُ ‫فَلَ َّما َرآَهُ م ْستَ ِق ًّرا ِع ْندَهُ قَا‬
ُْ ‫ل َهذَا ِم‬
ُ‫َربِي َغنِيُ ك َِريم‬
“Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: “Ini terma
suk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-
Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirin
ya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Muli
a”.

Tempat kedua, dalam surat al-Infithâr/82:6: Allah Azza wa Jalla berfirman:

ُ‫سانُ َما غ ََّركَُ بِ َربِكَُ ْالك َِر ِيم‬ ِ ْ ‫يَا أَيُّ َها‬
َ ‫اْل ْن‬

“Hai manusia, apa yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka) terhadap Rabbmu Yang Mah
a Pemurah”.

Pada ayat surat anNaml di atas, Allah Azza wa Jalla menceritakan tentang perkataan Nabi
Sulaiman Alaihissalam saat beliau menyaksikan wujud istana ratu Balqis di hadapannya. Pembe
rian Allah Azza wa Jalla tersebut dinilai oleh Nabi Sulaiman guna menguji rasa syukurnya pada
Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat yang diberikan kepadanya. Lalu, ayat ini ditutup dengan
dua nama Allah Azza wa Jalla yang mulia al-Ghani (Maha Kaya) dan al-
Karîm (Maha Mulia). Kedua nama ini sangat erat dengan konteks awal ayat tersebut. Siapa saja
yang mau bersyukur, sikap tersebut tidak akan menambah kekayaan Allah Azza wa Jalla karena
Allah Maha Kaya. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mau bersyukur tidak akan mengurangi ke
kayaan Allah Azza wa Jalla. Demikian pula, barangsiapa yang bersyukur akan mendapat balasan
dari al-
Karîm (Yang Maha Pemurah) balasan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa yang tidak bersyuku
r, Allah Azza wa jalla tetap senantiasa memberi rezeki bagi mereka. Hal ini seperti termaktub dal
am firman Allah:

ُ‫ضهُ لَك ْم‬ ُْ ‫ضى ِل ِع َبا ِد ُِه ْالك ْف َُر َو ِإ‬


َ ‫ن ت َ ْشكروا َي ْر‬ ُ َ ‫ّللاَ َغ ِنيُ َع ْنك ُْم َو‬
َ ‫ل َي ْر‬ َُّ ‫ن‬َُّ ِ ‫ن ت َ ْكفروا فَإ‬
ُْ ‫ِإ‬

“Jika kamu kafir maka sesungguhnya AllahMaha Kaya darimu (tidak memerlukanmu) dan Dia ti
dak meridhai kekafiran bagi para hamba-
Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai kesyukuran itu bagimu” [az-Zumar/39:7]

Barangsiapa bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Da


n barangsiapa mengingkari (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Kaya lag
i Maha Mulia. Allah Azza wa Jalla memberi bukan karena membutuhkan makhluk tapi karena A
llah Azza wa Jalla mempunyai nama al-Karîm (Maha Pemurah).

Adapun pada ayat surat alInfithâr, Allah Azza wa Jalla bertanya kepada manusia, apa yan
g membuat mereka teperdaya untuk selalu berbuat durhaka kepada Allah Azza wa Jalla. Padahal,
Allah Azza wa Jalla senantiasa mencurahkan berbagai nikmat dan rahmat bagi mereka. Karena
Allah bersifat Maha Pemurah terhadap seluruh manusia. Tidaklah pantas manusia berlaku demiki
an, karena Allah al-Karîm (pemurah) terhadap mereka.
AlKarîm adalah yang mulia dalam segala hal, yang amat banyak pemberian dan kebaikan
nya, baik ketika diminta maupun tidak. Nama al-
Karîm menunjukkan kesempurnaan kemuliaan Allah Azza wa Jalla dalam zat dan segala sifat ser
ta perbuatan-Nya:

1. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam dzat-


Nya. Tidak ada cacat sedikit pun dalam dzat Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya dzat Allah k M
aha Indah.

2. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam segala sifat-


Nya. Tidak ada sifat jelek pun pada Allah k . Sesungguhnya sifat-
sifat Allah amat sempurna dalam segala maknanya.

3. Allah Azza wa Jalla juga Maha Mulia dalam segala perbuatannya. Tidak ada cacat dalam perb
uatan Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya segala perbuatan Allah Azza wa Jalla penuh dengan b
erbagai hikmah yang luas.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Nama Allah al-


Karîm mencakup makna kedermawanan, juga makna kemuliaan dan keluhuran, serta bermakna k
elembutan dan memberi kebaikan”.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Secara global, makna al-


Karîm adalah dzat yang suka memberi kebaikan yang banyak dengan amat mudah dan gampang.
Lawannya, orang pelit yang amat sulit dan jarang mengeluarkan kebaikan”

Diantara makna al-


Karîm, Allah Azza wa Jalla berbuat baik kepada seluruh makhluk tanpa sebuah kewajiban yang
mesti mereka kerjakan. Semua kebaikan yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepada makhluk ad
alah semata-mata atas kemurahan-Nya kepada para makhluk.

Kemudian, sebagai (cermin) sifat karim-


Nya, Allah Azza wa Jalla memaafkan sesuatu hak yang wajib diserahkan kepada-
Nya. Allah Azza wa Jalla memaafkan dosa para hamba yang lalai dalam menunaikan kewajiban
kepada Allah. Karena nama Allah al-Karîm beriringan dengan nama Allah al-
‘Afuww (Maha Pemberi Maaf), seperti tertuang dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sa
llam berikut:

ُُّ َ ‫ن َع ِل ْمتُ أ‬
َ‫ي ُل‬ ُْ ‫ّللاِ أ َ َرأَيْتَُ ِإ‬
َُّ ‫ل‬َُ ‫ت ق ْلتُ يَا َرسو‬
ُْ َ‫ش ُةَ قَال‬ ُْ ‫َع‬
َ ِ‫ن َعائ‬
‫ل قو ِلي اللَّه َُّم إِنَّكَُ عفوُ ك َِريمُ ت ِحبُُّ ْالعَ ْف َُو فَاعْفُ َعنِي‬
َُ ‫ْيلَةُ لَ ْيلَةُ ْالقَد ُِْر َما أَقولُ فِي َها قَا‬

Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha , ia berkata: “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika seandainya
aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang aku ucapkan?” Beliau bersabda: “Ucapkanlah:
Ya Allah sesungguhnya engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau mencintai sifat pemaaf,
maka ampunilah aku”. [HR. at-Tirmidzi 5/534, dan dishahîhkan al-Albâni]
Disamping itu, jika seseorang bertaubat dari kesalahannya, Allah Azza wa Jalla menghap
us dosanya dan menggantikan kesalahan tersebut dengan kebaikan. Allah Azza wa Jalla berfirma
n:

‫ورا َر ِحي ًما‬ َُّ َُ‫سنَاتُ َوكَان‬


ً ‫ّللا غَف‬ َ ‫سيِئ َاتِ ِه ُْم َح‬ َُّ ُ‫صا ِل ًحا فَأولَئِكَُ يبَدِل‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫ل‬ َُ ‫َاب َوآ َ َمنَُ َو َع ِم‬
ُ ً ‫ل َع َم‬ َُ ‫ن ت‬ ُ َّ ِ‫إ‬
ُْ ‫ل َم‬

“Kecuali orangorang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mere
ka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [a
l-Furqân/25:70]

Begitu juga, sebagai cermin karom-


Nya, Allah Azza wa Jalla senantiasa memberi, tanpa pernah terhenti pemberian-
Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

ً‫اطنَ ُة‬ َ ُ‫ض َوأَ ْسبَ َُغ َعلَيْك ُْم نِعَ َمه‬
ِ َ‫ظاه َِرُةً َوب‬ ُ ِ ‫ت َو َما فِي ْاْل َ ْر‬ َّ ‫س َّخ َُر لَك ُْم َما فِي ال‬
ُِ ‫س َم َاوا‬ َُّ ‫ن‬
َ َ‫ّللا‬ َُّ َ ‫أَلَ ُْم ت ََر ْوا أ‬

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa
yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-
Nya lahir dan batin” [Luqmân/31:20]

Demikian pula sebagai bentuk karom-


Nya, Allah Azza wa Jalla memberi nikmat dari semenjak pertama meskipun tanpa diminta. Allah
Azza wa Jalla berfirman:

ُ‫ّللا َي ْرزق َها َو ِإيَّاك ُْم َوه َُو الس َِّميعُ ْال َع ِليم‬
َُّ ‫ل تَحْ ِملُ ِر ْزقَ َها‬
ُ َ ُ‫ن دَابَّة‬ ُْ ‫َو َكأ َ ِي‬
ُْ ‫ن ِم‬

“Dan berapa banyak binatang yang tidak membawa rezkinya sendiri. Allah-
lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengeta
hui”. [al-‘Ankabût/29:60]

Sebagai cermin sifat karimNya yang lain, Allah Azza wa Jalla memberi berbagai kebaika
n tanpa mengharap pamrih, karena Allah Azza wa Jalla bersifat

Maha Pemurah secara mutlak. Allah Azza wa Jalla berfirman:

ُ‫الر َّزاقُ ذو ْالق َّوةُِ ْال َمتِين‬ َُّ ‫ن‬


َّ ‫ّللاَ ه َُو‬ َُّ ِ‫( إ‬57) ‫ون‬ ْ ‫ني‬
ُِ ‫ط ِعم‬ ُْ َ ‫ن ِر ْزقُ َو َما أ ِريدُ أ‬
ُْ ‫َما أ ِريدُ ِم ْنه ُْم ِم‬

“Aku tidak menghendaki rezki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mere
ka memberi-
Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sa
ngat Kokoh”. [Adz-Dzâriyât/51:57-58]

Termasuk pula dalam makna al-Karîm, Allah Azza wa Jalla memerintahkan para hamba-
Nya untuk meminta kepada-
Nya dan berjanji akan memperkenankan permintaan mereka. Bahkan memberitakan mengenai pe
mberian lain diluar permintaan mereka tersebut. Sebaliknya, akan marah kepada orang yang tida
k berdoa kepada-Nya. Karena Allah itu Maha Pemurah. Allah Azza wa Jalla berfirman:

ِ َ‫س َيدْخلونَُ َج َهنَّ َُم د‬


َُ‫اخ ِرين‬ ُْ ‫ن الَّذِينَُ َي ْست َ ْك ِبرونَُ َع‬
َ ‫ن ِع َبادَ ِتي‬ َُّ ‫ل َربُّكمُ ادْعو ِني أ َ ْست َِجبُْ لَك ُْم ِإ‬
َُ ‫َوقَا‬

“Dan Rabbmu berfirman, “Berdoalah kepada-


Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-
orang yang menyombongkan diri dari menyembah-
Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” [Ghâfir/40:60]

Jadi intinya, pengertian nama al-


Karîm adalah yang memiliki segala macam kebaikan dan kemuliaan serta keutamaan.

Orang yang masih dalam perjalanan sangat teringin untuk cepat sampai kepada Allah s.w.t. D
ia terpesona melihat keadaan orang-orang yang telah sampai. Kadang-
kadang timbul rasa tidak sabar untuk ikut sama sampai kepada tujuannya. Perasaan tidak sabar a
kan menimbulkan harapan atau cita-
cita agar ada seseorang yang dapat menolong mengangkatnya. Orang yang diharapkan itu mungk
in terdiri daripada mereka yang telah sampai atau mungkin juga dia menaruh harapan kepada wal
i-wali ghaib dan malaikat-malaikat.

Maksud dan tujuannya tidak berubah, iaitu sampai kepada Allah s.w.t tetapi dalam mencapai
maksud itu sudah diselit dengan harapan kepada selain-
Nya. Ini bermakna sifat bertawakal dan berserah dirinya sudah bergoyang. Sebelum dia terjatuh,
Hikmat ini menariknya supaya berpegang kepada al-
Karim. Walau kepada siapa pun diletakkan harapan namun, harapan dan orang berkenaan tetap
mencari al-Karim. Tidak ada harapan dan cita-cita yang dapat melepasi al-Karim.
Nama ini memberi pengertian istimewa tentang Allah SWT Al-Karim bermaksud:

1. Allah SWT Maha Pemurah.

2. Allah SWT memberi tanpa diminta.

3. Allah SWT memberi sebelum diminta.

4. Allah SWT memberi apabila diminta.

5. Allah SWT memberi bukan kerana permintaan, tetapi cukup sekadar harapan, cita-
cita dan angan-angan hamba-hamba-Nya. Dia tidak mengecewakan harapan mereka.

6. Allah SWT memberi lebih baik daripada apa yang diminta dan diharapkan oleh para hamba-
Nya.
7. Allah Yang Maha Pemurah tidak kedekut dalam pemberianNya. Tidak dikira berapa banyak di
beri-Nya dan kepada siapa Dia memberi.

Paling penting, demi kebaikan hambaNya sendiri, Allah SWT memberi dengan bijaksana, denga
n cara yang paling baik, masa yang paling sesuai dan paling bermanafaat kepada si hamba yang
menerimanya.
1.5 Teladan dari Makna Al-Karim
Selanjutnya, berikut ini beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari mengetahui dan me
mahami makna nama Allah Azza wa Jalla al-
Karîm. Perkara ini merupakan tujuan yang sesungguhnya bagi seorang muslim ketika memahami
nama-nama Allah Azza wa Jalla tersebut. Agar nama al-Karîm benar-
benar memberikan pengaruh positif bagi peningkatan iman dan perbaikan ibadah dan akhlak seor
ang muslim dalam kehidupannya sehari-hari.
Dengan memahami makna nama Allah Azza wa Jalla al-Karîm akan menumbuhkan sifat-
sifat yang mulia dalam diri seorang muslim, diantaranya:
1. Menanamkan sifat mulia dalam diri seorang muslim, karena Allah Maha Mulia dan mencintai
orang yang bersifat mulia.

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Makhluk yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla a
dalah orang yang mampu menghiasi diri dengan sifat yang merupakan penjabaran dari sifat-
sifat Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia makam Dia Azza wa Jalla mencintai
orang yang memiliki sifat mulia dari para hamba-Nya”[10] .

2. Menanamkan sifat pemurah dalam diri seorang muslim. Karena diantara makna al-
Karîm adalah Maha Pemurah. Tentu Allah Azza wa Jalla amat mencintai orang yang bersifat pe
murah. Dan Allah Azza wa Jalla membenci orang yang bersifat kikir. Allah Azza wa Jalla berfir
man:

ُْ ‫َل فَإِنَّ َما يَ ْبخَلُ َع‬


َ‫ن ن‬ ُْ ‫ن يَ ْبخ‬ ُْ ‫ّللاِ فَ ِم ْنك ُْم َم‬
ُْ ‫ن يَ ْبخَلُ َو َم‬ َُّ ‫ل‬ َ ‫هَا أَ ْنت ُْم هَؤ َل ُِء تدْ َع ْونَُ ِلت ْن ِفقوا فِي‬
ُِ ‫سبِي‬
ُ‫ل َيكونوا أَ ْمثَا َلك ْم‬ ُْ ِ‫ي َوُأ َ ْنتمُ ْالفقَ َراءُ َوإ‬
ُْ ‫ن تَت ََولَّ ْوا يَ ْست َ ْبد‬
ُ َ ‫ِل قَ ْو ًما َغي َْرك ُْم ث َُّم‬ ُُّ ِ‫ّللا ْالغَن‬
َُّ ‫ْف ِس ُِه َو‬

“Ingatlah, kamu ini orang-


orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yan
g kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah
-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-
Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan
mereka tidak akan seperti kamu ini”. [Muhammad/47:38]

3. Menumbuhkan rasa cinta yang dalam pada diri seorang muslim kepada Allah Azza wa Jalla .
Karena Allah Azza wa Jalla bersifat Maha Pemurah. Allah Azza wa Jalla memberi nikmat tanpa
batas kepadanya meskipun tanpa diminta.
4. Wajibnya memuliakan kitab Allah Azza wa Jalla, al-Qur’ânul Karîm. Karena, al-
Qur’ân adalah kalam Allah Azza wa Jalla yang mulia, yang diturunkan melalui perantara malaik
at yang mulia kepada Rasul yang mulia.

5. Wajibnya memuliakan malaikat-


malaikat Allah Azza wa Jalla, diantaranya malaikat Jibril. Barang siapa yang membencinya, mak
a ia adalah musuh Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman :

َُ‫ّللاَ َعدوُ ِل ْلكَافِ ِرين‬


َُّ ‫ن‬َُّ ِ ‫ل فَإ‬ َُ ‫لِلِ َو َم َلئِ َكتِ ُِه َورس ِل ُِه َو ِجُْب ِري‬
َُ ‫ل َو ِميكَا‬ ُْ ‫َم‬
َُّ ِ ‫ن كَانَُ َعد ًّوا‬

“Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-


Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir”. [al-
Baqarah/2:98]

6. Wajibnya mencintai para rasul Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa yang membenci salah seoran
g diantara mereka, maka ia adalah musuh Allah Azza wa Jalla, sesuai dengan kandungan ayat di
atas.

7. Menumbuhkan sifat suka memuliakan tetangga dan tamu, sesuai anjuran Rasulullah Shallallah
u ‘alaihi wa sallam.

8. Menumbuhkan sifat suka pemaaf, karena Allah Azza wa Jalla menyukai sifat pemaaf.

9. Mendorong kita untuk selalu berdoa kepada Allah Azza wa Jalla. Karena Allah Azza wa Jalla
Maha Pemurah terhadap hamba-
Nya. Allah Azza wa Jalla malu mengembalikan tangan hamba yang diangkat saat berdoa dalam
keadaan kosong. Karena nama Allah al-
Karîm bergandengan dengan nama Allah Azza wa Jalla al-
Hayiyyu sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:

ُ‫ص ْف ًرا خَائِبَتَي ِْن‬ ُْ َ ‫الرجلُ إِلَ ْي ُِه يَدَ ْي ُِه أ‬


ِ ‫ن يَردَّه َما‬ َّ ‫َريمُ يَ ْستَحْ يِي إِذَا َرفَ َُع‬ َُّ ‫ن‬
ُِ ‫ّللاَ َحيِيُ ك‬ َُّ ِ‫إ‬.

“Sesungguhnya Allah Maha Malu lagi Maha Mulia, Allah malu apabila seseorang mengangkat k
edua tangannya kepada-
Nya mengembalikannya dalam keadaan kosong lagi merugi”. [HR. Abu Dâwud dan at-
Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Albâni]
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Menghafal kata-
k a t a A s m a ’ u l H u s n a a m a t b e s a r f a e d a h n ya b a g i U m a t I s l a m d a n berpahala me
mbacanya bila dilandasi keyakinan dan membenarkan isinya. Lebih dari itu, memahami dan mak
rifat terhadap makna hakiki yang terkandung di dalamnya akan m e m b a w a k e a r a h p e n g a l a
m a n d a n p e n g h a ya t a n , a t a u d e n g a n k a t a l a i n mendarah daging.
1.2 Saran
Beribadahlah kepada Allah berdasarkan Asma`ul Husna ini.
K a r e n a D i a Maha Penerima Taubat, berdzikir dengan-
Nya karena Dia Maha Mendengar, beribadah dengan raga karena Dia Maha Melihat, dengan sete
rusnya.

Sebagai umat Muslim sudi kiranya Kita “memahami maknanya, dan mempercayainya”,a
tau mampu melaksanakan kandungan-Nya, atau juga mempercayai kandungan makna-
m a k n a n ya , m e n g h a f a l , m e m a h a m i m a k n a n ya d a n m e n g a m a l k a n k a n d u n g a n n
y a . I t u semua insya Allah dapat memperoleh curahan rahmat Ilahi sesuai niat dan usahanya

DAFTAR PUSTAKA
https://almanhaj.or.id/2718-penjabaran-makna-nama-allah-azza-wa-jalla-al- karim.html
http://www.jelajahinternet.com/2015/02/asmaul-husna-al-karim-dan-penjelasannya.html
http://didit-pekiringan.blogspot.co.id/2014/09/al-karim-yang-maha-mulia-
dermawanatau.html
http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/12/asmaul-husna-al-karim.html
http://rahmarosalianas.blogspot.co.id/2014/10/makna-asmaul-husna-al-kariim-al-mumin.html
AGAMA ISLAM

MAKALAH AL-KARIM

NAMA KELOMPOK :

Anas Malik
Azzahra Bellucci
Berliana Desryl

SMAN 1 TUALANG

2018/2019

Вам также может понравиться