Вы находитесь на странице: 1из 22

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

ETIKA DALAM PENGUATAN KARAKTER BELA NEGARA

Disusun Oleh:
1. Maya Maulidia 1513010118
2. Azzah Nurlaila Zen 1513010120
3. Amelia Sholikhah 1513010136

Kelas : A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2018
ETIKA DALAM PENGUATAN KARAKTER BELA NEGARA

PENGERTIAN ETIKA
Pada pengertian yang paling dasar, etika adalah sistem nilai pribadi yang digunakan
memutuskan apa yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam suatu situasi tertentu;
memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang ada dalam organisasi dan diri
pribadi. Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”,
yangberarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Kata etika berasal dari bahasa
Yunani, “Ethos”, atau ”Taetha” yang berarti tempat tinggal, padang rumput, karakter ,
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Oleh filsuf Yunani, Aristoteles, etika
digunakan untuk menunjukkan filsafat moral yang menjelaskan fakta moral tentang nilai
dan norma moral, perintah, tindakan kebajikan dan suara hati. Sebagai suatu subyek, etika
akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai
apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya;
antara lain:
1. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari
hak (The principles of morality, including the science of good and the nature of the
right)
2. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utamadari
kegiatan manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to aparticular class of
human actions)
3. Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual.(The
science of human character in its ideal state, and moral principles as of anindividual)
4. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty)
5. Ilmu dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan senipergaulan manusia,
etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik
sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsipmoral yang ada; dan pada saat yang
dibutuhkan akan bisa difungsikan sebaga ialat untuk menghakimi segala macam
tindakan yang secara logika-rasionalumum (common sense) dinilai menyimpang dari
kode etik (Kamus UmumBahasa Indonesia)

Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan "self control",
karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri. Seseorang dikatakan baik atau buruk bukanlah dilandaskan atas satu
tindakannyasaja, melainkan atas dasar pola tindakannya secara umum.
Etika juga diartikan pula sebagai filsafat moral yang berkaitan dengan studi tentang
tindakan-tindakan baik ataupun buruk manusia di dalam mencapai kebahagiaannya. Apa
yang dibicarakan di dalam etika adalah tindakan manusia, yaitu tentang kualitas baik (yang
seyogyanya dilakukan) atau buruk (yang seyogyanya dihindari) atau nilai-nilai tindakan
manusia untuk mencapai kebahagiaan serta tentang kearifannya dalam bertindak.

TUJUAN MEMPELAJARI ETIKA


Tujuan menerapkan atau mempelajari etika di masyarakat, yaitu:
1. Untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruknya perilaku
atau tindakan manusia dalam ruang dan waktu tertentu.
2. Mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang harmonis, tertib, teratur,
damai dan sejahtera.
3. Mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan secara
otonom.
4. Etika merupakan sarana yang memberi orientasi pada hidup manusia.
5. Untuk memiliki kedalaman sikap, untuk memiliki kemandirian dan tanggung jawab
terhadap hidupnya.
6. Mengantar manusia pada bagaimana menjadi baik.
7. Sebagai norma yang dianggap berlaku. Diselidikinya apakah dasar suatu norma itu dan
apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang dituntut oleh norma itu terhadap norma
yang dapat berlaku.
8. Etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma yang tidak dapat
mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya akan kehilangan haknya.
9. Etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional
terhadap semua norma.
10. Etika menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi seorang ahli
dan bagi siapa saja yang tidak mau diombang ambingkan oleh norma-norma yang ada.

Jadi kesimpulannya tujuan untuk mempelajari etika adalah untuk menciptakan nilai
moral yang baik. Etika harus benar-benar dimiliki dan diterapkan oleh setiap manusia,
sebagai modal utama moralitas pada kehidupan di masyarakat. Etika yang baik,
mencerminkan perilaku yang baik, sedangkan etika yang buruk , mencerminkan perilaku
kita yang buruk dan akan menciptakan suatu keluaran yaitu berupa penilaian di masyarakat.

MANFAAT ETIKA
Beberapa manfaat Etika adalah sebagai berikut :
1. Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral.
2. Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana yang boleh
dirubah.
3. Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat.
4. Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai

PENGERTIAN BELA NEGARA


Bela Negara menurut UU No 3 tahun 2002 adalah sikap dan perilaku warga Negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
Negara. Instrumen Hukum Pembelaan Negara Khusus yang berkaitan dengan pertahanan
dan keamanan Negara, upaya bela Negara dan warganya diatur dalam beberapa ketentuan
berikut.
a. Undang – Undang Dasar 1945.
Upaya bela Negara diatur dalam Pasal 27 Ayat (3), dan Pasal 30 Ayat (1) dan (2).
Pasal 27 Ayat (3) berbunyi, “Setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara.” Pasal 30Ayat (1) berbunyi, “Tiap – tiap warga Negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara”. Sementara
Ayat (2) berbunyi, “Usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung”.
b. UU RI No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara
UU RI No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara merupakan pengganti UU.
No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan
Negara Republik Indonesia. Dalam UU RI No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara diatur dalam Pasal 9 ayat (1) dan Ayat (2).
Pasal 9 Ayat (1) berbunyi, “Setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya bela Negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan Negara”.
Sementara Ayat (2) berbunyi,“Keikutsertaan warga Negara dalam upaya bela Negara,
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diselenggarakan melalui empat hal berikut.
1. Pendidikan kewarganegaraan.
2. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib.
3. Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara
wajib.
4. Pengabdian sesuai dengan profesi.

FUNGSI DAN TUJUAN BELA NEGARA


Tujuan bela negara, diantaranya:
1. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara
2. Melestarikan budaya
3. Menjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945
4. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
5. Menjaga identitas dan integritas bangsa/ negara

Sedangkan fungsi bela negara, diantaranya:


1. Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman;
2. Menjaga keutuhan wilayah negara;
3. Merupakan kewajiban setiap warga negara.
4. Merupakan panggilan sejarah;

MANFAAT BELA NEGARA


Berikut ini beberapa manfaat yang didapatkan dari bela negara:
1. Membentuk sikap disiplin waktu,aktivitas,dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
6. Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin, .
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

NILAI-NILAI BELA NEGARA


1. Cinta Tanah Air
yaitu mengenal, memahami dan mencintai wilayah nasional, menjaga tanah dan
pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia, melestarikan dan mencintai
lingkungan hidup, memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa dan negara, menjaga
nama baik bangsa dan negara serta bangga sebagai bangsa indonesia dengan cara
waspada dan siap membela tanah air terhadap ancaman tantangan, hambatan dan
gangguan yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa serta negara dari manapun
dan siapapun.
2. Kesadaran Berbangsa & bernegara
Sadar sebagai warna bangsa negara Indonesia dalam bentuk tingkah laku, sikap,
dan kehidupan pribadi agar dapat bermasyarakat sesuai dengan kepribadian bangsa,
yaitu dengan membina kerukunan menjaga persatuan dan kesatuan dari lingkungan
terkecil atau keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan pendidikan dan lingkungan
kerja, mencintai budaya bangsa dan produksi dalam negeri, mengakui, menghargai dan
menghormati bendera merah putih, lambang negara dan lagu kebangsaan indonesia
raya, menjalankan hak dan kewajiban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi, keluarga
dan golongan.
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
Pancasila sebagai pedoman dan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara guna mencapai tujuan nasional,
dengan cara-cara berikut yaitu memahami hakekat atau nilai dalam Pancasila,
melaksanakan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan Pancasila
sebagai pemersatu bangsa dan negara serta yakin pada kebenaran Pancasila sebagai
ideologi negara.
4. Rela berkorban untuk bangsa & negara
yaitu bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa
dan negara, siap mengorbankan jiwa dan raga demi membela bangsa dan negara dari
berbagai ancaman, berpastisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan
negara, gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan dan yakin
dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negara tidak sia-sia.
5. Memiliki kemampuan awal bela Negara
Secara psikis, yaitu memiliki kecerdasan emosional, spiritual serta intelegensia,
senantiasa memelihara jiwa dan raganya serta memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja
keras dan tahan uji. Sedangkan secara fisik yaitu memiliki kondisi kesehatan,
ketrampilan jasmani untuk mendukung kemampuan awal bina secara psikis dengan
cara gemar berolahraga dan senantiasa menjaga kesehatan.

PENTINGNYA USAHA BELA NEGARA


Pada tanggal 17 agustus 1945 Indonesia menyatakan kemerdekaannya, melalui
proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Ir. Soekarno atas nama Bangsa Indonesia.
Dengan adanya proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut, maka secara De facto bangsa
Indonesia telah merdeka, berdiri sejajar dengan negara-negara merdeka lain di dunia.
Untuk mencapai kemerdekaan tersebut, bangsa Indonesia harus mengalami perjuangan
yang amat panjang dan luar biasa beratnya. Ratusan, ribuan dan mungkin lebih korban yang
meninggal dunia dari perjuangan merebut kemerdekaan ini, belum termasuk korban raga
dan korban harta.
Perjuangan yang gigih dan pengorbanan yang luar biasa dari para pejuang telah
mengantarkan kita menjadi bangsa yang merdeka. Kemerdekaan yang kita miliki sekarang
harus dijaga dan pertahankan karena meskipun Indonesia sudah merdeka, bukan berarti
terlepas dari segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG).
Berdasarkan pandangan hidup tersebut, bangsa Indonesia dalam penyelengaraan pertahanan
Negara menganut prinsip-prinsip berikut ini:
1. Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta mempertahankan kemerdekaan dan
kedaulatan Negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala
ancaman.
2. Pembelaan Negara diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya pertahanan Negara
merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap warga Negara.
3. Bangsa Indonesia cinta perdamaian, tetapi lebih cinta pada kemerdekaan dan
kedaulatannya.
4. Bangsa Indonesia menentang segala bentuk penjajahan dan menganut politik bebas
aktif.
5. Bentuk pertahanan Negara bersifat semesta dalam arti melibatkan seluruh rakyat dan
segenap sumber daya nasional.
6. Pertahanan Negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia,
kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum
internasional dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara
damai.

BENTUK-BENTUK USAHA PEMBELAAN NEGARA


1. Upaya bela Negara terhadap ancaman militer.
2. Upaya bela Negara terhadap ancaman penyalahgunaan Narkoba.
3. Upaya bela Negara terhadap ancaman KKN.
4. Upaya bela Negara terhadap ancaman perusakan lingkungan.
5. Upaya bela Negara terhadap ancaman kemiskinan.
6. Upaya bela Negara terhadap ancaman kebodohan.
7. Upaya bela Negara tehadap ancaman lunturnya persatuan dan kesatuan bangsa.
8. Upaya bela Negara terhada ancaman budaya asing yang negatif.
9. Upaya bela Negara tuntuk mengharumkan nama Bangsa Indonesia di mata dunia.

PARTISIPASI DALAM USAHA BELA NEGARA


1. Sebagai anggota keluarga
Upaya dari setiap anggota keluarga untuk saling berbagi, saling mendukung, saling
menolong,dan saling mengasihi satu sama lain merupakan sikap yang dapat
menciptakan kerukunan dan keharmonisan dalam keluarga. Upaya menjaga
ketentraman dan kedamaian keluarga ini sudah merupakan bentuk partisipasi dalam
upaya pembelaan Negara di lingkungannya.
2. Sebagai Pelajar
Partisipasi dalam upaya bela Negara bagi pelajar dapat diwujudkan dangan cara
belajar dengan tekun danpenuh semangat untuk memperdalam iman dan takwa serta
ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketekunan belajar tersebut akan berhasil mewujudkan
generasi yang cerdas, beriman, bermoral, berwawasan luas,dan terampil untuk
membangun bangsa dan Negara di masa datang.
3. Bentuk partisipasi warganegara dalam upaya bela Negara melalui:
- Pendidikan kewarganegaraan
- Pelatihan dasar kemiliteran wajib
- Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib
- Pengabdian sesuai profesi. TNI merupakan alat pertahanan Negara, bertugas:
- Mempertahankan kedaulatan Negara dan keutuhan wilayah
- Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa
- Melaksanakan operasi militer selain perang
- Ikut aktif dalam pemeliharaan perdamaian dunia.
- Menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
- Mengayomi masyarakat dan memberikan perlindungan hukum.

BELA NEGARA DAN KETAHANAN NASIONAL


Ketahanan Nasional menurut Sutarman (2011) adalah kondisi yang dinamis yang
merupakan integrasi dan kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara yang berisi
keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional, didalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman , baik dalam maupun dari luar
negeri yang langsung maupun tidak langsung membahayakan identitas, keutuhan,
kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta dalam mencapai tujuan nasionalnya.
Kemudian, Presiden Joko Widodo (2014) dalam pidato beliau pada acara Peringatan Hari
Bela Negara menegaskan bahwa bela negara memiliki spektrum yang sangat luas di
berbagai bidang kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, sosial dan budaya. Bela negara bisa
dilakukan oleh setiap warga negara dari berbagai latar belakang profesi: mulai dari petani,
buruh, profesional sampai dengan pedagang. Bela negara bisa diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari sesuai peran dan profesi warga negara.
Dengan demikian, bela negara untuk memperkuat ketahanan nasional harus
didiversifikasi tidak sekedar dalam pengertian pertahanan negara, tapi juga ketahanan dalam
pancagatra ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, yang harus dimotori oleh inovasi
dan kreatifitas bangsa untuk membina dan membangun bangsa untuk menjadi salah satu
kekuatan ekonomi dunia, memiliki stabilitas ideologi dan politik serta memiliki ketahanan
sosial dan budaya, dengan membina basis filosofi bangsa harmony in diversity. Ketahanan
nasional juga harus siap menghadapi tantangan yang muncul dari luar, karena Indonesia
tidak sendirian di dunia ini, tapi berdampingan dengan negara-negara serumpun di ASEAN,
dan juga berdampingan dengan negara-negara Asia Pasifik, yang kemajuan dan perubahan
di negara-negara tersebut, akan berakibat langsung pada Indonesia. Dengan demikian,
ketahanan Nasional Indonesia akan sangat ditentukan oleh ketahanan dalam semua
astagatranya, tidak hanya panca gatra dari gatra sosial ideologi, politik, ekonomi , sosial dan
budaya, tapi juga ketahanan aspek gatra demografi, geografi dan sumber daya alam.
Indonesia merupakan negara dengan komposisi penduduk yang sangat multi etnik,
multi religious, sehingga sangat mudah terkena serangan-serangan asimetris. Soal Syiah,
Ahmadiyah dan aliran-aliran keagamaan lain yang berkembang di Indonesia, sudah
membuat hubungan sosial terganggu, dan kemudian aparat keamanan harus turun
menyelesaikan dan mendamaikan mereka. Padahal keretakan sosial satu minggu saja,
berapa kerugian ekonomi yang harus ditanggung oleh negara, bukan saja pembiayaan yang
harus dikeluarkan untuk mengatasi konflik, tapi kevakuman bekerja dan berkarya itu sudah
merugikan bangsa, dan keraguan investor asing yang akan masuk, karena mereka juga akan
sangat khawatir jika investasinya merugi.
Serangan yang amat marak saat ini adalah teknologi informasi dengan teknologi gadget
dalam genggaman. Mesin kecil tersebut bisa dengan mudah mengakses situs-situs
radikalisme, ajakan-ajakan provokatif dengan atas nama agama. Dengan demikian,
Indonesia harus mengembangkan Islam yang ramah, damai, dan mengajak pada harmony
in diversity. Karena kekhawatiran akan penetrasi radikalisme, Menteri Komunikasi dan
Informatika pada 30 Maret 2015 menutup dan memblokir 22 situs yang dicurigai
mempropagandakan ajaran-ajaran radikalisme dan kekerasan dengan mengatasnamakan
agama. Kemudian pada gatra sosial, Indonesia juga menghadapi masalah besar untuk
mencapai visi ekonomi ke depan knowledge based economy, yang mengandalkan temuan-
temuan kreatif yang bisa menjadi komoditi, dan berdaya saing kuat di pasar global.
Kemudian Indonesia juga memiliki visi penguatan SDM sehingga visi pendidikan nasional
menjadi simple, yakni smart and competitive citizen 2025. Anak-anak bangsa yang cerdas
bisa bekerja dalam sektor jasa di mana saja di dunia, dan akan memperoleh penghasilan
yang baik, akan memperkuat komposisi devisa bagi Indonesia, sejauh mereka tetap menjadi
orang Indonesia, dan kembali ke Indonesia dengan membawa uang dan kekayaan hasil
profesinya.
Hampir semua gatra-gatra yang terkait dengan ketahanan nasional memerlukan
dukungan karakter ke-Indonesiaan yang kuat, karena banyak dari anak-anak bangsa
Indonesia yang berdiaspora di luar negeri, dan merasa nyaman di luar negeri, tidak memiliki
skema untuk kembali ke Indonesia atau paling tidak memperkuat ekonomi dan dignity
Indonesia dengan keahliannya. Dengan demikian, pendidikan karakter bangsa menjadi
sangat urgen untuk menjadi agenda penting pendidikan nasional, dalam rangka menghadapi
Indonesia Emas 2045, satu abad Indonesia, yang diperkirakan Indonesia akan memiliki 130
juta jiwa dalam usia produktif, dan merupakan jumlah yang sangat besar untuk menguasai
dunia.
PENDIDIKAN KARAKTER
Martin Luther King pernah menyatakan sebuah ungkapan yang menarik banyak orang
di dunia berbunyi intelligence plus character-that is the goal of true education. Dari
ungkapannya, King berpendapat, bahwa kepintaran saja tidak cukup, butuh karakter.
Dengan begitu, karakter sangat penting atau mungkin lebih penting, karena anak pintar yang
tidak memiliki karakter baik, dia akan menjadi petaka bagi bangsa, karena kepintarannya
akan digunakan untuk merusak. Thomas Lickona (1991) seorang sarjana psikologi yang
mempropagandakan kembali pendidikan karakter di akhir abad ke 20 menawarkan tujuh (7)
karakter baik yang harus ditanamkan pada setiap anak didik, meliputi:
- Ketulusan hati atau kejujuran (honesty).
- Belas kasih (compassion);
- Kegagahberanian (courage);
- Kasih sayang (kindness);
- Kontrol diri (self-control);
- Kerja sama (cooperation);
- Kerja keras (deligence or hard work).

Sementara itu, penelitian Dalmeri (2014) dari Universitas Indrapasta PGRI, Jakarta,
mencatat adanya sembilan pilar karakter yang perlu ditegakkan dalam kerjasama sekolah,
keluarga, masyarakat dan dunia usaha, agar anak Indonesia menjadi generasi tangguh
berdaya saing, yang dapat mengolah kecerdasan pengetahuan dan keahliannya menjadi
produktifitas bangsa. Sembilan pilar tersebut adalah sebagai berikut:
- Tanggungjawab (Responsibility);
- Rasa Hormat (Respect);
- Keadilan (Fairness);
- Keberanian (Courage);
- Belas kasih (Honesty);
- Kewarganegaraan (Citizenship);
- Disiplin diri (Self-descipline);
- Peduli (Caring ), dan
- Ketekunan (Perseverance).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2010) juga telah merancang disain
program pendidikan karakter yang didekatkan pada bingkai visi pendidikan nasional,
sehingga menjadi empat kelompok besar, yaitu:
- Olah Hati (spiritual and emotional development);
- Olah Fikir (intellectual development);
- Olah Raga dan Kinestetik (physical and kinesthetic development); dan
- Olah Rasa dan Karsa (affective and creativity development).
NO Kelompok Konfigurasi Karakter Karakter Inti (Core Characters)
Olah Hati Religius, Jujur, mandiri, Tanggung Jawab,
disiplin, kerja keras, Peduli Sosial, tolerans,
1.
demokratis, cinta damai, Peduli Lingkungan,
semangat kebangsaan
Olah Fikir Cerdas, Kreatif, Gemar Membaca, Rasa
2.
Ingin Tahu

3. Olah Raga Sehat, Bersih


Olah Rasa dan Karsa komunikatif dan peduli sosial, Kerja sama
4.
(gotong royong)

Berbagai karakter ini, harus ditransformasikan pada seluruh siswa yang akan menjadi
penerus bangsa. Akan tetapi bukan hanya menjadi moral knowing, juga harus menjadi
moral feeling dan moral behaviour. Dengan demikian, jika ini menjadi pelajaran di sekolah,
guru pengampu mata pelajaran ini harus kreatif dan inovatif, harus mampu membelajarkan
siswanya dalam semua aspek pendidikan karakter ini, sehingga bukan hanya pengetahuan
tapi mereka harus sampai mengkarakterisasi diri mereka dengan nilai-nilai tersebut, lalu
mengimplementasikannya dalam kehidupan mereka, atau mereka merasa bertanggung
jawab untuk mengimplementasikan nilai-nilai tersebut kelak sesudah dewasa, dan menjadi
profesional di negeri ini.

BEBERAPA SARAN UNTUK MODEL PEMBINAAN BELA NEGARA SEBAGAI


KARAKTER BANGSA
Sejalan dengan fakta kemajuan di dunia akademik, regulasi dan berbagai kebijakan
pendidikan untuk pembinaan karakter bangsa, bela negara yang sudah menjadi isu strategis
dan diangkat oleh Kementrian Pertahanan, pada hakikatnya sudah merupakan komitmen
bersama antara sipil dan militer, dengan tugas dan kewenangan yang berbeda. Untuk itu
disarankan:
1. Pembinaan bela negara sebagai karakter bangsa untuk masyarakat sipil harus dilakukan
dalam dua ranah, kesadaran bela negara dan keterampilan dan keahlian bela negara.
Kesadaran bela negara dalam program pendidikan formal harus dimulai pada jenjang
pendidikan tertinggi wajib belajar, karena mereka akan segera keluar, memasuki pasar
tenaga kerja, berkeluarga dan bermasyarakat. Pematangan penyadaran bela negara
dikembangkan pada jenjang-jenjang berikutnya.
2. Pada jalur pendidikan formal, disarankan untuk tidak memiliki mata pelajaran dan/atau
mata kuliah independen, karena bela negara bukan sebuah cabang ilmu, tapi sebuah
behaviour yang akan mempengaruhi kecakapan, ketrampilan dan keahlian dari mata
pelajaran atau mata kuliah lain. Oleh sebab itu, pembinaan kesadaran bela negara bisa
diinsersikan pada mata pelajaran atau mata kuliah yang relevan.
3. Muatan pembinaan kesadaran bela negara bisa mengadaptasi berbagai disain yang
sudah dijalankan. Tema-tema yang paling penting adalah: religiusitas, cinta tanah air
dan patriotisme, jujur, mandiri, pemberani, mandiri, bertanggung jawab, disiplin dan
pekerja keras, toleran, demokratis, respect dan menghargai perbedaan, bertanggung
jawab, peduli sosial, peduli lingkungan, kreatif, inovatif, dan bisa bekerjasama dengan
orang lain. Mungkin masih ada karakter-karakter baik lain yang bisa ditambahkan.
4. Sementara bela negara sebagai sebuah skill, ketrampilan dan keahlian untuk
memperkuat gatra ekonomi, sosial dan budaya dilakukan dengan mata kuliah, bengkel
kerja, workshop skil, ketrampilan dan keahlian, agar menjadi bagian dari proses
pemajuan bangsa ke depan, dengan menciptakan komoditas baru barang dan jasa yang
dapat meningkatkan kemampuan perekonomian bangsa. Skil dan ketrampilan
profesional yang diimbangi dengan kesadaran bela negara yang kuat, nasionalisme
yang tinggi, akan menjadikan bangsa ini besar, maju, mandiri dan sejahtera, disegani
oleh dunia internasional.
5. Khusus untuk jenjang pendidikan tinggi, mata kuliah kewiraan yang menjadi jembatan
penyebrangan semangat militerisme pada masyarakat sipil, sudah tidak relevan lagi, isi
saja dengan tema-tema yang relevan untuk menjadi warga negara yang baik.

ETIKA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER


Dari definisi rill menurut Thomas Aquino adalah bagian dari filsafat dimana objek
material dari etika adalah perbuatan manusia dengan kehendak dan budi secara penuh.
Secara garis besar, etika adalah ilmu filsafat mengenai perilaku manusia atau juga disebut
dengan ilmu kesusilaan atau sopan santun. Istilah moral sendiri dipakai untuk menunjuk
sebuah objek yakni kelakuan dari manusia dilihat dari segi baik serta buruk berdasarkan
kodrat manusia.
Dalam pendidikan karakter semua komponen haruslah dilibatkan sehingga bisa
mempengaruhi peserta didik dalam pembentukan karakter. Berikut ini akan kami berikan
beberapa etika dalam pendidikan karakter yang sangat penting diterapkan dalam cara
membentuk karakter anak usia dini.
1. Kepedulian dan Empati
Yang dimaksud dengan etika kepedulian dan empati dalam pendidikan karakter
adalah menanggapi perasaan, pikiran dan juga pengalaman orang lain sebab ia
merasakan kepedulian pada sesama. Selain itu, kepedulian dan empati adalah usaha
untuk mengenali pribadi orang lain dan juga usaha membantu orang lain yang sedang
kesusahan. Selain itu juga meliputi mengenali rasa kemanusiaan terhadap orang lain.
2. Kerja Sama
Kerja sama adalah usaha menggabungkan tenaga dari diri sendiri dengan orang lain
sehingga bisa bekerja untuk mencapai sebuah tujuan. Selain itu, kerja sama juga
memiliki arti membagi pekerjaan dengan orang lain supaya sebuah tujuan nantinya bisa
dicapai.
3. Berani
Berani adalah kemampuan untuk menghadapi sebuah kesulitan, bahaya dan juga
sakit dengan menggunakan cara agar situasi bisa dikendalikan sekaligus cara
menguatkan mental. Berani juga memiliki arti mengenali sesuatu hal yang sedikit
menakutkan atau menantang lalu mulai melakukan pemikiran strategi supaya bisa
menghadapi situasi tersebut.
4. Teguh dan Komitmen
Keteguhan hati dan juga komitmen adalah kemampuan untuk bertahan untuk
mencapai sebuah cita cita, pekerjaan dan berbagai urusan lainnya dan juga janji yang
dipegang dengan teguh terhadap sebuah keyakinan.
5. Adil
Adil adalah usaha untuk memperlakukan orang lain dengan cara memakai sikap
yang tidak memihak dan juga dilakukan dengan wajar yang penting dalam cara
membangun sikap kritis. Adil juga mengartikan memiliki pandangan yang jujur dalam
kehidupan sehari hari dan juga dalam situasi khusus tanpa adanya pengaruh dari mana
pun dan siapa pun juga.
6. Suka Menolong
Suka menolong merupakan kebiasaan baik untuk membantu orang lain dan selalu
siap untuk mengulurkan tangan sekaligus secara aktif selalu mencari kesempatan untuk
menyumbang baik dalam bentuk barang dan juga tenaga sehingga cara meningkatkan
persepsi antar pribadi bisa dilakukan.
7. Jujur dan Integritas
Jujur dan integritas merupakan cara berbicara jujur atau tidak bohong serta
memperlakukan orang lain dengan cara yang adil. Selain itu, jujur juga dilakukan pada
diri sendiri sekaligus tetap berpegang teguh dengan nilai nilai moral itu sendiri.
8. Sabar
Sabar merupakan sikap yang mampu dan bisa untuk mengendalikan diri dari
berbagai kelambatan untuk mencapai kesempatan khusus atau cita cita sebagai salah
satu cara menjadi pribadi yang dewasa. Selain itu, menunggu juga berarti menunggu
atas segala kebutuhan dan juga kepentingan dengan cara yang tenang dan bisa
mengendalikan diri dari gangguan orang lain serta menunda keinginan yang bisa
merugikan diri sendiri.
9. Banyak Akal
Banyak akal merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir secara kreatif
mengenai sebuah metode dan juga bahan yang berbeda beda dan dilakukan sebagai cara
menanggulangi situasi yang baru dan sulit. Banyak akal juga mengartikan bisa
membuat pertimbangan dengan menggunakan imajinasi dan segala pilihan terbaik
untuk menemukan cara memecahkan sebuah masalah.
10. Hormat dan Tanggung Jawab
Sikap hormat adalah cara menghormati orang lain dengan cara mengagumi,
menghargai dan juga memiliki penghargaan khusus sekaligus berlaku sopan pada orang
lain dan memperlakukan mereka dengan cara yang baik. Sedangkan tanggung jawab
adalah bisa dipercaya sekaligus bisa diandalkan mengenai sebuah perbuatan atau
tindakan. Tanggung jawab juga mengartikan segala perbuatan dan tindakan yang akan
dilakukan bisa dipertanggungjawabkan.
11. Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghormati antar sesama tanpa perlu memandang
suku, ras, agama atau pun aliran dan juga sikap saling membantu antar sesama manusia
untuk mewujudkan sebuah kebaikan yang membutuhkan peran lingkungan dalam
pendidikan karakter.
12. Bangga
Bangga merupakan cara untuk menghargai diri sendiri sekaligus merasa senang
saat bisa menyelesaikan sebuah tugas yang cukup memberi tantangan atau bisa
mendapatkan sesuatu yang sudah diinginkan.
13. Loyalitas
Loyalitas adalah usaha agar selalu bisa setia pada sebuah komitmen dengan orang
lain baik itu keluarga atau teman dan juga kelompok tertentu. Selain itu, loyalitas juga
mengartikan tetap bisa menjaga komitmen meski sedang berada dalam keadaan sulit
dan terdapat banyak rintangan yang menghalangi.
14. Disiplin Diri dan Mandiri
Disiplin diri merupakan penerapan disiplin pada anak usia dini untuk membiasakan
diri sendiri dalam taat pada peraturan atau kesepakatan yang sudah dibuat dan juga
melakukan sebuah perbuatan yang baik. Sedangkan mandiri adalah kebebasan untuk
melakukan apa saja yang dibutuhkan diri sendiri sekaligus mempertimbangkan pilihan
dan juga mengambil keputusan sendiri.
15. Humor
Humor adalah kemampuan seseorang untuk bisa merasakan dan menanggapi
sebuah hal yang lucu baik dari luar ataupun dari diri sendiri dan juga menciptakan
suasana yang cerah dalam kehidupan sehari hari sebab dengan wajah tersenyum, situasi
senang dan tertawa serta menggelikan akan menciptakan suasana yang baik.

PEMBENTUKAN KARAKTER
Karakter kita terbentuk dari kebiasaan kita. Kebiasaan kita saat anak-anak biasanya
bertahan sampai masa remaja. Orang tua bisa mempengaruhi baik atau buruk, pembentukan
kebiasaan anak-anak mereka (Lickona, 2012:50).
Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena pikiran yang di
dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya, merupakan
pelopor segalanya. Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya
dapat membentuk pola berpikir yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika program yang
tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya
berjalan selaras dengan hukum alam. Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan
kebahagiaan. Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan. Oleh
karena itu pikiran harus mendapatkan perhatian serius.
Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukan-nya
dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah, nature) dan lingkungan (sosialisasi pendidikan,
nurture). Potensi karakter yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi-
potensi tersebut harus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini.
Tujuan pembentukan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak
yang baik dengan tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong anak
untuk tumbuh dengan kapasitas komitmen-nya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik
dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga
berperan dalam membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungan.
Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan
kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih
(menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau
wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter
yang baik (components of good character), yaitu:
1. Pengetahuan tentang moral (moral knowing)
Dimensi-dimensi dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif adalah
kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing
moral values), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral
reasoning), dan pengenalan diri (self knowledge).
2. Perasaan/penguatan emosi (moral feeling)
Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi
manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus
dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri
(self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving
the good), pengendalian diri (self control), dan kerendahan hati (humility).
3. Perbuatan bermoral (moral action)
Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil
(outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong
seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain
dari karakter, yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).
TEKNIK PENDIDIKAN KARAKTER
Dalam teknik untuk mengajarkan etika pendidikan karakter dibedakan dalam beberapa
jenis seperti teknik indoktrinasi, teknik moral reasoning atau pemikiran moral, teknik
meramalkan konsekuensi, teknik klarifikasi dan juga teknik internalisasi yang akan kami
jelaskan sebagai berikut.
1. Tekni Indoktrinasi
Dalam teknik indoktrinasi ada beberapa tahap yakni tahap brainwashing dimana
guru mulai menanamkan nilai dengan jalan merusak namun tidak sampai
memperlihatkan tanda tanda stress atau mengacaukan tata nilai yang sudah mapan
dalam diri siswa terlebih dulu sehingga mereka kehilangan pendirian.
Dalam teknik ini ada beberapa metode yang dilakukan mulai dari tanya jawab,
wawancara yang mendalam dengan teknik dialektik dan lain sebagainya. Saat pikiran
dalam keadaan kosong dan kesadaran rasional tidak bisa mengontrol diri serta hilang
pendirian, maka nantinya akan dilanjutkan dengan tahapan kedua yakni mendirikan
fanatisme. Fanatisme adalah cara guru menanamkan berbagai ide baru yang dianggap
benar sehingga nilai yang ditanamkan tersebut bisa masuk ke dalam kepala anak tanpa
melakukan pertimbangan rasional yang mapan. Dalam usaha menanamkan fanatisme
ini, maka pendekatan emosional akan lebih banyak dipakai dibandingkan dengan
pendekatan rasional. Jika siswa sudah mau menerima hal tersebut dengan emosional,
maka selanjutnya akan ditanamkan doktrin yang sebenarnya.
Tahap penanaman doktrin adalah saat guru menggunakan pendekatan emosional
dan keteladanan yang dikenal dalam nilai kebenaran yang disajikan dan tidak ada
alternatif lain sehingga semua siswa nantinya bisa menerima kebenaran tersebut tanpa
mempertanyakan hakekat kebenaran tersebut.
2. Teknik Moral Reasoning
Teknik ini dilakukan dalam beberapa tahap yakni penyajian dilema moral yang
kemudian akan dilanjutkan dengan pembagian kelompok diskusi dimana siswa akan
dibagi menjadi kelompok kecil untuk mendiskusi hasil pengamatan terhadap dilema
moral.
Setelah itu, hasil diskusi kelompok akan dibawa dalam diskusi kelas untuk
klarifikasi nilai dan membuat alternatif serta konsekuensi. Sesudah selesai berdiskusi
secara intensif dan melakukan seleksi, maka akan dilakukan organisasi nilai yang sudah
terpilih.
3. Teknik Meramalkan konsekuensi
Teknik ini adalah penerapan dari pendekatan rasional dalam mengajarkan nilai
yang mengandalkan kemampuan berpikir ke depan untuk seseorang sehingga bisa
membuat proyeksi untuk hal yang akan terjadi dari nilai tertentu dari macam macam
sifat manusia. Langkah langkah yang dipakai adalah dengan cara diberikan kasus lewat
cerita, membaca, melihat film atau kejadian konkret kemudian dilanjutkan dengan
memberi pertanyaan berhubungan dengan nilai yang dilihat didengar dan dirasakan.
Setelah itu akan dilanjutkan kembali dengan membandingkan nilai dengan nilai
lain yang bersifat kontradiktif dan dilanjutkan kembali dengan meramalkan
konsekuensi yang akan terjadi dari pemilihan dan juga diterapkan dalam sebuah tata
nilai tertentu.
4. Teknik Klarifikasi
Teknik ini adalah cara membantu anak untuk menentukan nilai yang akan dipilih
dan dilakukan dalam 3 tahapan yakni tahap pemberian contoh, tahap mengenal
kelebihan dan kekurangan nilai yang sudah diketahui dan juga tahap mengkoordinasi
tata nilai pada diri siswa. Sesudah nilai ditentukan, maka siswa bisa mengkoordinasikan
sistem nilai tersebut dalam diri sendiri dan menjadikan nilai tersebut sebagai
pribadinya.
5. Teknik Internalisasi
Ini merupakan teknik menanamkan nilai yang sasarannya sudah sampai pada tahap
kepemilikan nilai yang menyatu dengan pribadi siswa. Tahapan dalam teknik ini adalah
tahap transformasi nilai, tahap transaksi nilai dan tahap transinternalisasi.

Pada etika dalam pendidikan karakter, keterlibatan semua komponen dimulai dari peran
sekolah dalam pendidikan karakter, kepala sekolah, guru, siswa, karyawan dan wali murid
sangatlah menentukan keberhasilan. Dengan adanya kerja sama tersebut, maka proses
pembentukan dan penanaman nilai serta etika akan lebih mudah untuk dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan

ETIKA MORAL DAN BELA NEGARA


PADA tahun 1937-an, Eyang Sosrokartono (kakak RA Kartini), pernah mengingatkan
para pemimpin termasuk calon pemimpin agar ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi
contoh) dan ing madya mangun karsa (di tengah memberikan motivasi). Namun sampai
menjelang akhir tahun ini, mereka belum melaksanakan ajaran itu, malah beberapa
memberikan teladan yang tidak baik. Kondisi politik dan sosial bangsa kita yang pada saat
ini diejawantahkan melalui demokrasi barat, eksplanasinya amburadul.
Reformasi dan otonomi kebablasen, yang oleh Gubernur (waktu itu, kini almarhum)
HM Ismail disebut karut-marut karena etika dan moral para pemimpin yang tidak
memahami ajaran Sosrokartono. Kalau etika diartikan baik buruknya cara bertindak, dan
moral diartikan sebagai ajaran baik buruknya laku, maka pada saat ini, kita dapat menilai
bagaimana sebenarnya etika dan moral bangsa, lebih-lebih pemimpinnya.
Pada tahun 1999-2009, yang dipamerkan para pemimpin, dari anggota DPRD, DPR,
wali kota, bupati, gubernur, sampai pejabat negara, adalah parade kebobrokan. Sebagian
besar terjerat kasus korupsi, ditahan, dihukum sehingga tidak patut menjadi teladan generasi
muda. Kasus yang melibatkan pejabat KPK, polisi, dan kejaksaan membuktikan betapa
etika dan moral benar-benar tidak patut ditiru.
Indonesia dijuluki sebagai negara terkorup di Asia Tenggara dan terburuk birokrasinya
di Asia, sesudah India. Tahun 2009 ini adalah tahun prihatin, tahun pertaruhan awal
pemerintahan II SBY. Kalau SBY tidak tegas pada saat-saat seperti ini, bisa-bisa ”bom”
people power meledak. Orang Jawa bilang: sisip katuranggane, bisa-bisa dadi mala (kalau
salah perhitungan dapat menjadi bahaya).
Romo YB Mangunwijaya semasa hayatnya pernah mengatakan bahwa generasi
sekarang ”lebih bodoh” dari generasi Soekarno-Hatta. Dikatakan, generasi Soekarno-Hatta
mampu mendobrak dan mengusir Jepang dan menolak penjajahan kembali Belanda yang
mau memanfaatkan Sekutu melalui van Mock.

Generasi pejuang itu bisa menciptakan NKRI yang bebas dari penyakit penjajahan.
Indonesia merdeka dan berdaulat, serta menyediakan ”jembatan emas” bagi bangsanya
(Mangunwijaya JB, 1998). Penguatkan kembali etika dan moral, lebih-lebih diarahkan
untuk bela negara, adalah suatu hal yang tidak mudah. Harus ada forum rembuk bangsa
mendalam, objektif, dan ilmiah. Hal ini perlu dipahami, sebab pada saat ini bangsa dan
negara, baru gandrung pada budaya asing.
Kegandrungan itu dapat dilihat pada tata kehidupan spiritual atau agama, gaya hidup,
dan cara berpakaian. Bangsa ini oleh H Mardiyanto (mantan mendagri), disebut baru
kehilangan harga diri, jati diri, dan kepercayaan diri. Demokrasi dan ekonomi yang liberal,
pilkada dan pilpres secara langsung, ternyata hasilnya jauh dari harapan.
Sementara itu, Mochtar Mas’oed (1999) menyoroti, bahwa arah demokrasi yang lemah
itu berdampak pada rusaknya etika dan moral. Bangsa Indonesia yang dulu terkenal santun,
lulus penataran P4, sekarang seperti kehilangan etika dan moralnya sehingga tidak patut
diteladani.
”Dijajah” Lagi Bangsa ini mudah marah, suka tawuran, dan lebih mementingkan
pribadi dibanding mendahulukan kepentingan bangsa dan negara. Bukan itu saja, Toeti
Heraty Nurhadi (1999), malah menyebut bahwa kita sudah ”dijajah” lagi. Bangsa ini mudah
dihasut, ingin ”bebas”, sehingga pejabat sampai presidennya pun dikritik, dibuat seperti
dagelan, mengesampingkan etika dan moral.
Untuk mengatasi semua ini, penulis mengingatkan kembali pentingnya anjuran Raden
Rama kepada adiknya, Raden Barata, ketika dia harus mewakili dibuang ke hutan selama 13
tahun. Pesan itu digubah oleh RNg Yasadipura I dengan nama Sastra Cetha, yang intinya
manusia harus paham arti nista, madya, dan utama. Artinya yang nista jangan dilakukan,
yang madya hanya menjadi pengetahuan, dan yang utama hendaknya dilakukan.
Kita harus tahu, bahwa di antara kita tentu ada yang tidak baik, akan tetapi sebagai
bangsa yang santun, kewajiban kita harus membimbing mereka yang tidak baik untuk
menjadi baik. Selain itu, sebagai generasi muda, jangan mudah putus asa dan harus selalu
waspada demi kejayaan bangsa. Karena itu, mari kita merenung, apakah mampu
melaksanakan ajaran Sastra Cetha yang kelihatannya sederhana, tetapi aplikasinya sulit.
Etika dan moral berada dalam tata kehidupan, berada dalam tingkah laku, dan berada dalam
diri.
Bela Negara juga berada pada kesadaran sebagai bangsa dan kecintaan pada bangsa dan
negara, yang semuanya ada di dalam dada. Sebagai bangsa yang tahu negaranya menuju ke
kemunduran harus berani bangun, cancut taliwanda, buang sifat suka berbuat nista dan
lakukan yang utama. Jika hal itu dilakukan pada gilirannya akan mampu mengembalikan
tata etika dan moral, dan pasti rela berkorban membela bangsa dan negara demi kejayaan
NKRI.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.yuksinau.id/pengertian-tujuan-fungsi-manfaat-bela-negara/#!
https://www.scribd.com/doc/300608064/MAKALAH-bela-negara-docx
https://www.sekolahpendidikan.com/2017/04/pengertian-bela-negara-beserta-
tujuan.html?m=1#
https://www.scribd.com/document/117662787/etika
https://masimip.com/tech/pengertian-etika-penjelasan-etika/
https://belanegarari.com/2009/03/02/nilai-nilai-bela-negara/amp/
https://naynaimah.wordpress.com/2015/03/05/tujuan-dan-manfaat-mempelajari-etika-
dan-kode-etik/
http://www.uinjkt.ac.id/pembinaan-kesadaran-bela-negara-dalam-rangka-membangun-
karakter-bangsa-2/
https://www.google.com/search?hl=en-US&ie=UTF-8&source=android-
browser&q=etika+dalam+pendidikan+karakter
https://www.kajianpustaka.com/2017/08/pengertian-unsur-dan-pembentukan-
karakter.html?m=1
https://artikel-media.blogspot.co.id/2009/11/etika-moral-bela-negara.html?m=1

Вам также может понравиться