Вы находитесь на странице: 1из 2

PRO

MOSI PERDEBATAN : PRESIDENTIAL THRESHOLD DALAM PEMILU SERENTAK

PEMBICARA 2

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dewan Juri yang terhormat

Rekan pemerhati hukum dan konstitusi yang sempat hadir pada kesempatan hari ini

Serta rekanku dari TIM KONTRA yang amat kami segani

Sebelum mengelaborasikan bangunan argumentasi kami dari perspektif yuridis-normatif,


izinkanlah kami melakukan bidasan-bidasan terlebih dahulu terhadap kekeliruan berpikir dari
rekanku TIM PRO.

Dewan Juri yang


terhormat.......................................................................................................................

Ditarik dari perspektif UUD NRI 1945 pasal 28C yang menyatakan bahwa setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

Lebih lanjut secara ekspilist verbis di dudukkan dalam Pasal 31 UUD 1945 ayat (4) ttg
Pendidikan dan Kebudayaan yang menyatakan bahwa Negara memprioritaskan anggaran
Pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD)
untuk memenuhi kebutuhan penyelanggaraan pendidikan nasional.

Ketika diterapkannya aturan mengenai Pemanfaatan Fasilitas Kampus secara berbayar, maka
hal ini sejatinya menyalahi konstitusi pasal 28C yang bersubstansi tentang hak
pengembangan diri, kebutuhan dasar, dan pendidikan. Lalu penerapan Pemanfaatan Fasilitas
Kampus secara berbayar ini berpotensi Inkonstitusional pula ketika kita kaitkan dengan
konstitusi pasal 31 ayat (4) yang bersubstansi mengenai anggaran pendidikan yang sekurang-
kurangnya 20% dari anggaran APBD. Dalam hal pendanaan, telah secara tegas di back up
oleh APBN dan APBD untuk penyelanggaraan pendidikan nasional. Maka dari itu, tidaklah
ada urgensi nyata akan penerapan terhadap Pemanfaatan Fasilitas Kampus secara berbayar.

Kemudian lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2014 menyatakan secara jelas dalam pasal 1 Menetapkan Universitas Hasanuddin sebagai
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. (PTN-BH). Maka dari itu Universitas Hasanuddin
haruslah tunduk terhadap Peraturan Pemerintah no.26 Tahun 2015 tentang Mekanisme
Pendanaan Perguruan Tinggi Berbadan Hukum.

Dalam Pasal 2 PP No. 26 Tahun 2015 telah jelas di dudukkan bahwa Pendanaan PTN-BH
dapat bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Kemudian lebih lanjut, dalam pasal 3 menyatakan bahwa Pendanaan PTN-BH dapat
bersumber dari sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 diberikan dalam bentuk bantuan
Pendanaan PTN Badan Hukum.

Selanjutnya dalam Pasal 4 ayat (1) didudukkan bahwa Bantuan Pendanaan PTN Badan
Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, dialokasikan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara setiap tahun anggaran pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pendidikan Tinggi. Dan ayat 2 yang
menyatakan bahwa Bantuan Pendanaan PTN Badan Hukum yang dialokasikan dari anggaran
pendapatan dan belanja negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari
20% (dua puluh persen) alokasi anggaran fungsi pendidikan.

Lebih lanjut dalam pasal 10 menyatakan bahwa Pemerintah daerah dapat memberikan
bantuan dana dan/atau bantuan barang kepada PTN Badan Hukum yang dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kemudian secara ekspilist verbis nan komprehensif telah didudukkan dalam KEPUTUSAN
REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 1595/UN4/05.10/2013 TENTANG
KETENTUAN TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA
UNIVERSITAS HASANUDDIN tepatnya pada BAB. III HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 3
HAK Point 1. Yang menyatakan bahwa Mahasiswa berhak menggunakan sarana dan
prasarana serta fasilitas yang tersedia dalam menunjang proses dan kegiatan Tri Dharma
Perguruan Tinggi sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.

Maka dari itu, dapat kita simpulkan bahwa sama sekali tak ada urgensi nyata akan penerapan
terhadap Pemanfaatan Fasilitas Kampus secara berbayar. Hal ini, sejatinya mampu di back up
oleh APBN maupun APBD, jikalau kekhawatiran rekan-rekanku dari TIM PRO adalah
sumber dana. Dan jikalau kekhawatiran rekan-rekan dari TIM PRO adalah kepastian
hukumnya, maka hal ini telah diatur dalam Keputusan Rektor Universitas Hasanuddin Pasal 3
point 1 yang secara jelas menyatakan bahwa Mahasiswa berhak menggunakan sarana dan
prasarana serta fasilitas yang tersedia dalam menunjang proses dan kegiatan Tri Dharma
Perguruan Tinggi sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. Kemudian jika yang dikhawatirkan
mengenai ketidakadilan, lantas apakah adil jika hak mahasiswa untuk menggunakan sarana
dan prasarana serta fasilitas yang tersedia di renggut oleh adanya pembayaran?

Lantas, bantahan apa lagi yang berhak untuk diberikan ketika ketiga original intent dari
hukum yaitu kepastian hukum, kemanfaatan hukum, dan keadilan hukum telah di
elaborasikan. Maka dari itu, kami dari TIM Kontra sekali lagi dengan tegas menyatakan
Tidak setuju akan mosi perdebatan kita pada hari ini, yaitu Pemanfaatan Fasilitas Kampus
Secara Berbayar.

Sekian dan terima kasih

Lawan bicara kami, adalah kawan terbaik dalam berpikir

Dan salam konstitusi. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Вам также может понравиться