Вы находитесь на странице: 1из 20

MODUL VI

TRAY DRYING

Oleh:
Ir. Emma Hermawati Muhari, M.T.

Tujuan Pembelajaran Umum


1. Mahasiswa mengerti tentang sifat karakteristik bahan yang dikeringkan
2. Mahasiswa dapar membuat kurva karakteristik pengeringan

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan kurva karakteristik pengeringan
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara yang sederhana untuk menentukan tiga harga
karakteristik pengeringan, yaitu :
(a) konstanta laju pengeringan konstan,
(b) kandungan air kritik, dan
(c) kandungan air kesetimbangan.

1
Jobsheet Praktikum Tray Drying
BAB I
PENDAHULUAN
Pengeringan merupakan bagian dalam rangkaian operasi pada industri proses.
Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari bahan padat sehingga
mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat sampai dengan batas yang dapat
diterima.
Zat padat yang akan dikeringkan terdapat dalam berbagai macam bentuk antara lain
serpih, biji-bijian, serbuk, kristal, lempeng, atau lembaran sinambung. Untuk mengeringkan
bahan-bahan tersebut di industri telah terdapat berbagai bentuk alat pengering. Alat-alat
pengering itu antara lain tray dryer, screen conveyor dryer, tower dryer, rotary dryer,
fluidized-bed dryer, flash dryer, dan spray dryer (Geankoplis, 1993).

2
Jobsheet Praktikum Tray Drying
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeringan
Pada umumnya pengeringan zat padat berarti pengurangan air atau zat cair lain dari
bahan padat, sehingga sisa zat cair di dalam zat padat itu mempunyai kandungan yang rendah
dan dapat diterima. Setiap bahan yang akan dikeringkan mempunyai kandungan zat cair yang
berbeda, dan ada pula yang tidak sama sekali mengandung zat cair, yang disebut bone dry.
Zat padat yang dikeringkan biasanya berbentuk seperti serpih (flake), bijian (granule), kristal
(crystal), serbuk (powder), lempeng (slab), atau lembaran sinambung (continuous sheet)
dengan sifat-sifat yang mungkin sangat berbeda dari setiap jenis bahan yang dikeringkan.
Pada proses pengeringan, ada bahan yang tahan terhadap penanganan kasar atau tahan
terhadap lingkungan operasi dengan suhu yang sangat tinggi, tetapi ada pula yang
memerlukan penanganan yang sangat hati-hati, karena bahan yang akan dikeringkan tidak
tahan terhadap suhu yang terlalu tinggi. Bila zat seperti itu dioperasikan pada suhu tinggi,
kandungan zat lain selain air yang terkandung pada bahan itu akan ikut teruapkan.
Mengingat banyaknya ragam bahan yang dikeringkan, maka tidak ada satu teori pun
mengenai pengeringan yang dapat meliputi semua jenis bahan dan peralatan yang ada.
Variasi bentuk dan aliran bahan, keseimbangan kebasahannya di dalam zat padat, serta
metode pemberian kalor yang diperlukan untuk penguapan, semuanya menyebabkan tidak
bisa dilakukan suatu pembahasan tunggal secara keseluruhan. Akan tetapi pada prinsipnya,
pada saat pengeringan dilakukan terhadap kandungan di permukaan bahan, maka air pada
permukaan bahan akan menguap. Pada saat pengeringan mencapai kandungan air di dalam
pori-pori bahan, terjadi perubahan laju pengeringan tergantung dari sifat bahan yang
bersangkutan.

2.2 Klasifikasi Pengering


Bentuk fisik umpan yang akan dikeringkan sangat berpengaruh pada rancangan alat
pengering, terutama dalam hal pemilihan cara pengaliran umpan dan pemberian panas dalam
alat pengering.

Tipe-tipe alat pengering:


1) Alat pengering continue dan batch
2) Alat pengering dengan pengadukan dan tanpa pengadukan
3) Alat pengering adiabatik dan non-adiabatik
Pada pengeringan yang dilakukan secara adiabatik, dilakukan pengontakan langsung
antara padatan dengan udara panas, dapat berlangsung dengan berbagai cara diantaranya:

3
Jobsheet Praktikum Tray Drying
Gambar 2.1 Macam-macam Proses Pengeringan Adiabatik

Beberapa alat pengering yang menggunakan prinsip kerja adiabatik adalah :


1) Spray Dryer
Bahan yang dikeringkan dengan cara ini berupa bahan yang memiliki kandungan air
cukup besar (biasanya masih berbentuk cairan), bahan tersebut disemprotkan ke udara
panas di dalam spray chamber maka kandungan air yang terdapat pada bahan tersebut
akan menguap, sedangkan padatannya akan jatuh ke bawah. Biasanya cara atau alat ini
digunakan untuk menghasilkan susu bubuk dari susu cair.
2) Fluidized Bed Dryer
Bahan yang dikeringkan dengan cara ini berupa butiran. Butiran tersebut dialirkan udara
panas atau gas dengan kecepatan tertentu sehinnga butiran tersebut bersifat seperti
fluida.
3) Continuous Through Circulation Dryer
Bahan yang dikeringkan dengan cara ini berupa lembaran. Lembaran tersebut
dihamparkan kemudian dilewatkan pada udara panas. Proses ini berjalan secara
kontinyu.
4) Rotary Dryer
Bahan yang dikeringkan dengan cara ini berupa biji-bijian atau butiran. Butiran tersebut
dimasukkan ke dalam silinder yang dialiri udara panas, kemudian silinder tersebut
diputar.
5) Tray Dryer
Bahan yang dikeringkan dengan cara ini berupa lembaran. Lembaran tersebut disimpan
pada tray kemudian ditiupkan udara panas pada permukaannya, sehingga air yang
terkandung di dalamnya akan menguap (McCabe, 1999).

2.3 Tekanan Uap Air dan Kelembaban


2.3.1 Tekanan Uap Air
Air murni dapat berada dalam tiga keadaan fisik yang berbeda, yaitu es padat, cair,
dan uap. Keadaan fisik tersebut tergantung pada tekanan dan temperatur.

4
Jobsheet Praktikum Tray Drying
C B
Daerah Cairan
(1) (2)

Daerah Padatan
Tekanan

A
(3) (4)

Daerah Uap
D

Temperatur

Gambar 2.2 Diagram Fase untuk Air

Gambar 2.2 menggambarkan tiga keadaan air dan hubungannya dengan tekanan-
temperatur pada saat keseimbangan. Dalam gambar tersebut diperlihatkan daerah padat, cair,
dan uap. Sepanjang garis AB, fase cair dan fase uap berada dalam keseimbangan.
Keseimbangan fase es (padat) dan cair diperlihatkan garis AC, serta pada garis AD
merupakan derah keseimbangan fase es (padat) dan fase uap. Jika es pada poin (1)
dipanaskan pada tekanan konstan, temperatur naik dan keadaan fisik bergerak horizontal.
Saat garis melintas AC, padatan meleleh, dan saat melintas AB cairan menguap. Bergerak
dari titik (3) ke (4), es menyublim (menguap) menjadi uap tanpa menjadi cair.
Cairan dan uap berada dalam keseimbangan sepanjang garis AB, yang merupakan
garis tekanan uap air. Mendidih terjadi ketika tekanan uap air sama dengan tekanan total di
atas permukaan air. Sebagai contoh, pada 100oC (212oF) tekanan uap-air adalah 101,3 kPa (1
atm) sehingga air akan mendididh pada tekanan 1 atm. Dari steam table, pada 65,6oC (150oF)
tekanan uap air adalah sebesar 25,7 kPa, sehingga pada 25,7 kPa dan 65,6oC air akan
mendidih (Geankoplis, 1993).

2.3.2 Humiditas dan Kurva Humiditas


Kandungan air yang terdapat pada padatan basah mempunyai tekanan uap yang
besarnya tergantung pada jumlah kebasahan dan temperatur padatan. Jika padatan
dikontakkan dengan udara yang mempunyai tekanan uap parsial p, maka padatan akan
kehilangan atau menyerap kebasahan sampai tekanan uap kebasahan sama dengan p. Pada
keadaan tersebut kebasahan yang terdapat dalam padatan berada dalam keseimbangan dengan
udara (gas). Kandungan kebasahan yang tersisa pada padatan disebut kandungan kebasahan
pada saat keseimbangan (Equilibrium Moisture Content).
Kandungan air kesetimbangan suatu bahan dipengaruhi oleh ukuran partikel (specific
surface) dan temperatur. Suatau bahan akan menghasilkan suatu kurva keseimbangan yang
spesifik.
Diagram yang praktis untuk menunjukkan sifat-sifat campuran gas permanen dan gas
yang mampu kondensasi disebut grafik kelembaban (humidity chart). Diagram untuk

5
Jobsheet Praktikum Tray Drying
campuran udara dan air ada 1 atm disajikan pada gambar 2.3 Grafik ini terdapat dalam
berbagai bentuk gambar 2.3 didasarkan atas grafik carier.
Pada gambar 2.3, suhu dipetakan sebagai absis sedang ordinatnya adalah kelembaban.
Setiap titik pada grafik itu menunjukkan kelembaban suatu campuran tertentu antara udara
dan air. Garis kurva bertanda “100%” menunjukkan kelembaban udara jenuh sebagai fungsi
suhu udara. Setiap titik yang terletak di atas dan di sebelah kiri dari garis jenuh itu
menunjukkan suatu campuran udara dan air cair. Setiap titik yang berada di bawah garis
jenuh menunjukkan udara yang tidak jenuh, dan titik-titk pada sumbu suhu adalah udara
kering. Garis-garis lengkung antara garis jenuh dan sumbu suhu yang ditandai dengan persen
menunjukkan campuran udara-air pada persen kelembaban tertentu. Garis-garis miring ditarik
ke bawah dan ke kanan garis jenuh disebut garis-garis pendinginn adiabatik (adiabatic-
cooling lines).
Pada Gambar 2.3 tertera pula garis-garis mengenai volume speseifik udara kering dan volume
jenuh. Kedua garis itu merupakan grafik volume terhadap suhu. Volume dibaca pada sebelah kiri.

2.4 Kandungan Air Kesetimbangan Bahan


Data kesetimbangan untuk zat padat lembab biasanya diberikan sebagai hubungan
antara kelembaban relatif gas dan kandungan zat cair di dalam zat padat, dalam massa zat cair
per satuan massa zat padat per kering-tulang. Contoh hubungan kesetimbangan itu terlihat
pada gambar 2.4. Kurva jenis ini boleh dikatakan tidak tergantung terhadap suhu.
Bila suatu zat padat basah dikontakkan dengan udara yang kelembabannya lebih
rendah dari kandungan kebasahan zat padat itu, seperti terlihat pada kurva kesetimbangan
kelembaban, zat padat itu akan melepaskan sebagian dari kebasahannya dan mengering
sampai seimbang dengan udara. Bila udara itu lembab dari zat padat yang berada dalam
kesetimbangan dengan udara itu, maka zat padat akan menyerap kebasahan dari udara,
sehingga tercapailah keseimbangan.
Dalam fase fluida, difusi ditentukan oleh beda konsentrasi (dinyatakan dalam fraksi
mol). Namun di dalam zat padat basah, istilah fraksi mol tidak banyak artinya. Untuk
mudahnya, perhitungan-perhitungan pengeringan selalu dinyatakan dalam massa air per
satuan massa zat padat kering-tulang (Geankoplis, 1993).

2.4.1 Kandungan Air untuk Bahan Anorganik


Apabila suatu bahan mengandung air lebih banyak daripada kandungan air
kesetimbangannnya, maka jika dikontakkan dengan gas yang mempunyai humiditas dan
temperatur tertentu, bahan tersebut akan mengering hingga mencapai nilai kandungan air
kesetimbangannya. Sebaliknya jika bahan tersebut mengandung lebih kecil dari nilai
kandungan air kesetimbangannya, maka bahan tersebut akan mengadsorbsi air sampai bahan
tersebut mencapai kandungan air kesetimbangan. Untuk udara yang mempunyai humiditas
0%, nilai kandungan air kesetimbangan dari semua bahan adalah 0.

6
Jobsheet Praktikum Tray Drying
Gambar 2.3 Psychometric Chart

Kandungan air kesetimbangan bervariasi tergantung tipe bahan untuk setiap persen
relatif humiditas yang diberikan, seperti pada gambar 2.4 yang memperlihatkan beberapa tipe
bahan pada temperatur kamar. Padatan yang tidak dapat larut dan tidak berongga cernderung
mempunyai kandungan kebasahan cukup rendah, seperti diperlihatkan pada bahan glass wool
dan kaolin. Untuk bahan yang bersel, berongga, seperti bahan organik dan biologi umumnya

7
Jobsheet Praktikum Tray Drying
mempunyai kandungan air kesetimbangan yang besar. Contoh pada Gambar 2.4 adalah kulit,
wool, dan kayu.

Gambar 2.4 Kurva Kandungan Kebasahan Berbagai Bahan

2.4.2 Kandungan Air Keseimbangan


Udara yang memasuki pengering jarang sekali berada dalam keadaan benar-benar
kering, tetapi selalu mengandung kebasahan yang mempunyai kelembaban relatif tertentu.
Untuk udara yang mempunyai kelembaban relatif tertentu, kandungan kebasahan di dalam zat
padat yang keluar dari pengering tidak bisa kurang dari kebasahan keseimbangan yang
berkaitan dengan kelembaban udara masuk. Bagian air yang terdapat dalam zat padat yang
basah itu tidak dapat dikeluarkan dengan udara masuk, karena udara masuk ini mengandung
kelembaban pula, yang disebut kebasahan keseimbangan.

2.5 Laju Pengeringan dan Waktu Pengeringan


Data dari proses pengeringan batch biasanya dapat di konversi ke dalam data laju
pengeringan sesuai dengan cara berikut. Pertama, data dihitung kembali jika W (kg) adalah
berat dari padatan basah (total berat padatan kering + berat air yang terkandung dalam
padatan tersebut) dan Ws (kg) adalah berat padatan kering

W  Ws kg total air
Xt  (2-1)
Ws kg padatan kering

Untuk kondisi pengeringan konstan, keseimbangan kandungan air (X*) dalam kg


keseimbangan kandungan air per kg padatan kering ditentukan. Kemudian kelembaban air

8
Jobsheet Praktikum Tray Drying
bebas (X) dalam kg air bebas per kg padatan kering dihitung untuk masing-masing harga dari
X

X = Xt – X* (2-2)

Dengan menggunakan data yang dihitung dari persamaan di atas, plot X Vs t seperti
pada gambar 4(a). Untuk memperoleh kurva laju pengeringan dari grafik ini, slope dari yang
digambarkan pada kurva tersebut dapat dihitung dimana diberikan harga X pada harga t
tertentu. Laju R dihitung dengan cara

Ls dx
R (2-3)
A dt

dimana R adalah laju pengeringan dalam kg.H2O/h.m2, Ls (kg) dari padatan kering yang
digunakan, dan A menunjukkan daerah permukaan untuk pengeringan dalam m2 (Geankoplis,
1993).

Gambar 2.5 Kurva Laju Periode Konstan

9
Jobsheet Praktikum Tray Drying
Pada Gambar 2.5(b) ditunjukkan kurva laju pengeringan konstan. Pada t=0,
kandungan air bebas ditunjukkan pada titik A. Pada permulaan temperatur padatan biasanya
lebih dingin daripada temperatur akhir, dan laju pengauapan akan meningkat. Pada titik B
temperatur permukaan meningkat ke harga kesetimbangannya, tapi jika padatan temperatur
awalnya agak panas laju mungkin akan dimulai pada titik A’. Keadaan unsteady-state
biasanya agak pendek dan itu sering diabaikan pada analisis waktu pengeringan.
Dari titk B ke C pada gambar 2.5(a) dihubungkan garis lurus, dikarenakan slope dan
laju adalah konstan pada periode ini. Constant-rate period pada gambar 2.5(b) ditunjukkan
oleh garis BC. Pada titik C dikedua kurva, laju pengeringan menurun ke fallin-rate period
hingga mencapai titik D.
Pada tititk D laju pengeringan jatuh lebih cepat sampai mencapai titik E, dimana
kandungan air pada kesetimbangan adalah X*dan X* - X* = 0. Pada beberapa material yang
dikeringkan, daerah CD mungkin tidak ada. Perhitungan waktu pengeringan pada periode
laju konstan:

Ls( Xo  Xc)
t  (2-4)
A.Rc
Keterangan:
Θt = waktu pengeringan
Ls = produk pengeringan
Xo = kebasahan awal
Xc = kebasahan kritis
A = luas permukaan pengeringan
Rc = laju pengeringan

2.6 Tray Dryer


Tray Dryer merupakan salah satu alat pengering yang terdiri atas beberapa komponen
utama yaitu tray, pemanas (heater), timbangan dan blower. Pengeringan menggunakan alat
ini dilakukan dengan cara adiabatik, yaitu bahan yang akan dikeringkan dikontakkan
langsung dengan udara panas.
Bahan yang akan dikeringkan harus dalam bentuk lembaran padatan yang
mengandung air. Bahan tersebut dihamparkan pada tray. Proses pengeringan terjadi saat
pemanas mulai menyala, panas yang dihasilkan dialirkan dengan menggunakan blower
sehingga udara panas tersebut melintasi permukaan padatan yang dihamparkan di atas tray.
Udara panas tersebut kondisinya belum jenuh, kemudian pada saat udara panas tersebut
bersinggungan dengan padatan akan mencapai kondisi jenuh. Perbedaan kondisi permukaan
padatan dengan fasa ruah, dimana padatan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari fasa
ruah menyebabkan terjadinya gaya dorong perpindahan massa, maka air yang terkandung
dalam padatan akan berpindah ke udara. Untuk mengetahui berapa massa air yang hilang,
dapat diketahui dengan cara menghitung selisih antara massa padatan sebelum dikeringkan
dan massa padatan setelah dikeringkan.
Pada proses pengeringan dalam tray dryer aliran udara panas yang dialirkan harus
merata agar proses pengeringan pada setiap tray dapat berlangsung seimbang. Pada rancang

10
Jobsheet Praktikum Tray Drying
bangun tray dryer kali ini sumber aliran udara berasal dari blower. Aliran udara yang
dihembuskan dari blower harus dapat diatur agar bahan yang dikeringkan tidak terfluidisasi.

11
Jobsheet Praktikum Tray Drying
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Sebagai bahan yang dikeringkan, dipersilakan para praktikan memilih sendiri.
 Alat
Alat utama yang dipakai untuk praktikum adalah:
1. Tray dryer beserta kelengkapannya, seperti blower dan timbangan
2. Termometer bola basah dan kering
3. Jam digital yang dapat di-reset

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Persiapan
1. Jika bahan yang dikeringkan harus diiris, lakukan pengirisan seragam dengan
ketebalan tidak lebih dari 3 mm. Bentuk irisan sebaiknya kotak
2. Jika diinstruksikan oleh Pembimbing, rendam bahan yang sudah diiris dalam air
biasa sampai 5 menit, langsung tiriskan. Untuk bahan yang mengalami pencoklatan
(browning), perendaman dilakukan dalam air garam. Langkah ini tidak perlu
dilakukan jika tidak ada instruksi dari Pembimbing.
3. Timbang berat tray kosong
4. Letakkan bahan dalam tray sampai memenuhi permukaannya, atau jika tidak penuh
ukur luasnya
5. Pasang tray ke dalam penggantungnya, pasangkan timbangan, dan hubungkan
semua koneksi listrik
6. Catat berat yang ditunjukkan oleh timbangan, sebagai berat awal

3.2.2 Pengamatan Berat Kering


1. Timbang sebuah cawan pijar
2. Ambil sepotong sampel yang sudah diketahui luasnya, tidak boleh lebih dari 2cm x
2cm. Letakkan sampel diatas cawan pijar, timbang beratnya
3. Panaskan dalam oven bersuhu 100oCsampai tercapai berat konstan, atau waktu
pengeringan 24 jam.
4. Setelah selesai langkah di atas, Timbang berat cawan pijar berisi sample kering

3.2.3 Start Up
1. Naikkan ke atas (ON) E.L.C.B.
2. Tekan tombol “START”
3. Nyalakan blower dan atur laju udaranya melalui otensiometer dan gunakan
anemometer digital
4. Nyalakan pemanas dan atur temperatur T11 melalui potensiometer
5. Tunggu 10 menit sampai kondisi steady state
6. Catat temperatur T11, T12 dan kelembaban T11, T12

12
Jobsheet Praktikum Tray Drying
7. Tempatkan bahan yang akan dikeringkan kedalam tray (kalau diperlukan pelarut,
hanya boleh menggunakan air
8. Masukkan tray yang sudah terisi kedalam tunnel dan tutup kembali
9. Mulailah menyalakan stop-watch, catat temperatur, kelembaban dan berat secara
periodik

Peringatan! Dilarang menyalakan pemanas jika blower tidak hidup

3.2.4 Pengamatan
1. Catat berat tray yang berisi bahan setiap 5 menit
2. Jika telah teramati berat konstan selama 20 menit berturut-turut, hentikan
pengamatan

3.2.5 Shut Down


1. Matikan pemanas,
2. Matikan blower, putar potensiometer ke posisi NOL
3. Matikan E.L.C.B.
4. Buka pintu tunnel dan pindahkan tray
5. Bersihkan tray dengan air dan sabun
6. Untuk kondisi darurat, tekan tombol “EMERGENCY”

13
Jobsheet Praktikum Tray Drying
PANEL

14
Jobsheet Praktikum Tray Drying
BAB IV
LANGKAH PENGOLAHAN DATA
4.1 Pembuatan Grafik Berat terhadap Waktu
1. Buat tabel harga berat bersih atau berat bahan yang dikeringkan (W) terhadap
waktu (t). Harga berat bersih sama dengan harga berat total dikurangi berat tray
kosong
2. Alurkan harga berat bersih bahan yang dikeringkan terhadap waktu pengeringan.

4.2 Perhitungan Berat Kering Bahan


1. Catat data berat basah sample sebelum dipanaskan dalam oven dan setelah
dipanaskan dalam oven, serta berat bersih bahan dalam tray pada waktu t=0
2. Cari berat kering bahan dengan persamaan:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔


𝐿𝑆 = × (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑡𝑟𝑎𝑦 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡 = 0)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

Dengan LS = berat kering bahan di tray

4.3 Pembuatan Grafik Kadar Air terhadap Waktu


1. Buat tabel harga kadar air (X) bahan terhadap waktu (t).
Harga kadar air dicari dengan persamaan:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑡𝑟𝑎𝑦 − 𝐿𝑆


𝑋=
𝐿𝑆

2. Alurkan harga X terhadap t.

4.4 Penentuan Periode Laju Konstan


Dalam langkah ini, jika teramati ada ruas garis di kurva X vs t yang mengindikasikan
adanya tahap adaptasi, terlebih dulu abaikan data di ruas itu.
1. Dari Grafik X vs t, amati secara visual dimana terjadi garis lurus.
2. Pisahkan data yang membentuk garis lurus, dan buat grafik X vs t sendiri dengan
program Excel
3. Lakukan regresi linier, dan temukan persamaan garisnya
𝑑𝑥
4. Turunkan persamaan itu, sehingga didapat 𝑑𝑡 sebagai sebuah konstanta
5. Cari laju pengeringan konstan dengan prinsip :

𝐿𝑆 𝑑𝑥
𝑅𝐶 = − . ( 𝑑𝑡 )linier
𝐴

Harga A didapat dengan cara mengukur luas permukaan bahan padat. Sebagai
catatan, karena tray yang dipakai berlubang-lubang, maka luasan yang dipakai
untuk perpindahan massa dan panas meliputi bagian atas dan bawah padatan.

15
Jobsheet Praktikum Tray Drying
4.5 Penetuan Titik Kesetimbangan
1. Perhatikan grafik X vs t, catat titik-titik yang membuat harga konstan atau berubah
tidak signifikan dalam grafik W vs t atau grafik X vs t.
2. Buat harga X rata-rata atas titik-titik yang hampir sama, atau tentukan satu titik X
yang paling awal sebagai harga X* (X kesetimbangan)

4.6 Pembuatan Grafik R vs X


1. Buat garis datar di ruas Laju Pengeringan Konstan dengan mengalurkan RC
terhadap X mulai Xawal sampai harga X terakhir yang membuat garis linier di kurva
X vs t dalam grafik sebelumnya. X terakhir ini dideklarasikan sebagai XC.
2. Plotkan harga X=X* dengan R=0 sehingga membentuk titik (X*, 0)
3. Hubungkan (XC, RC) dengan (X*, 0)
4. Dengan terbentuknya garis datar, garis miring, serta titik (X*, 0) maka kurva
karakteristik pengeringan telah lengkap. Dengan mudah dapat dilihat 3 harga
karakteristik pengeringan, yaitu XC, RC, serta X*

16
Jobsheet Praktikum Tray Drying
DAFTAR PUSTAKA

Falasah, Mohammada Ari dan Mukti, Wibawa. 1999. Rancang Bangun Pengering Talam untuk
Granul NPK. Bandung: Jurusan Teknik Kimia POLBAN.

Geankoplis, J. Christie. 1993. “Transport Process and Unit Operation 3rd Edition”. New Jersey:
University of Minnesota.

McCabe, Warren L., Julian C. Smith, dan Peter Harriot. 1999. Operasi Teknik Kimia Jilid ke-4.
Jakarta: PT. Erlangga.

Perry, Robert H., Don Green. 1998. “Perry’s Chemical Engineers Handbook”. Australia: McGraw-
Hill Book.

Rifandi, Ahmad. 2005. Peralatan Industri Proses. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.

Schefler, William C. 1987. Statistika untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran, dan Ilmu yang Bertautan.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.

17
Jobsheet Praktikum Tray Drying
LEMBA DATA PRAKTIKUM TRAY DRYER
1. Obyek pengamatan
(a) Jenis sample : _________________________ (b) Tebal irisan : ________milimeter
2. Variabel operasi
(a) Laju alir udara diukur di keluaran tray dryer : __________meter/detik
(b) Set point temperatur pemanas : ___oC, (c) Tray yang dipakai : atas/bawah/semua
3. Kondisi udara lingkungan
(a) Suhu bola kering: _____ oC, (b) Suhu bola basah: _____ oC, (c) Cuaca: ________
(d) Kelembaban relatif: ____%, (e) Kelembaban mutlak : _____kg H2O/kg udara kering
4. Pengukuran berat kering solid
(a) Berat basah sample : _________gram, (b) Berat kering sample : __________gram
5. Pengamatan berat dalam tray dryer
(a) Berat tray kosong: _______gr, (b) Berat tray awal setelah diisi sample: ______gr,
salin hasil ini ke dalam tabel perkembangan berat total untuk waktu=0
(c) Perkembangan berat total sample dan tray sepanjang waktu sesuai tabel berikut

Wak Temperatur Wak Temperatur


Berat Udara Masuk Sebelum Udara Keluar Berat Udara Masuk Sebelum Udara Keluar
tu Tray
tu Tray
Kering Basah Kering Basah Kering Basah Kering Basah
0
5 65
10 70
15 75
20 80
25 85
30 90
35 95
40 100
45 105
50 110
55 115
60 120
Satuan yang dipakai : waktu dalam menit, berat dalam gram, temperatur dalam oC

18
Jobsheet Praktikum Tray Drying
Wak Temperatur Wak Temperatur
Berat Udara Masuk Sebelum Udara Keluar Berat Udara Masuk Sebelum Udara Keluar
tu Tray
tu Tray
Kering Basah Kering Basah Kering Basah Kering Basah
125 185
130 190
135 195
140 200
145 205
150 210
155 215
160 220
165 225
170 230
175 235
180 240
Satuan yang dipakai : waktu dalam menit, berat dalam gram, temperatur dalam oC

Wak Temperatur Wak Temperatur


Berat Udara Masuk Sebelum Udara Keluar Berat Udara Masuk Sebelum Udara Keluar
tu Tray
tu Tray
Kering Basah Kering Basah Kering Basah Kering Basah
245 305
250 310
255 315
260 320
265 325
270 330
275 335
280 340
285 345
290 350
295 355
300 360
Satuan yang dipakai : waktu dalam menit, berat dalam gram, temperatur dalam oC

19
Jobsheet Praktikum Try Dryer
20
Jobsheet Praktikum Try Dryer

Вам также может понравиться