Вы находитесь на странице: 1из 205

Kimia Farmasi Analisis I

Semt. 3, Prodi S1 STFB


Winasih Rachmawati
3 SKS KFA 1 tdd:

2 SKS Teori (100 menit)


1 SKS Praktikum (2 jam)
Dosen Pengampu
UTS
Winasih Rachmawati, M.Si., Apt.

UAS
Liska Ramdanawati, M.Si.
Tata tertib perkuliahan
• Keterlambatan maks. 15 menit
• Kehadiran minimal 80%
• Tidak gaduh/berisik selama kuliah
• HP di silent
• Tidak boleh makan, minum diperbolehkan
• Mengerjakan kuis dan tugas
• Membaca buku acuan
Penilaian UTS
• Nilai UTS 70%
• Tugas 10%
• Kuis 10%
• Kehadiran 10%

Nilai akhir = 70% (rata2 UTS dan UAS teori) + 30% nilai praktikum
Huruf mutu akhir
Range Nilai Huruf Mutu Nilai Mutu

80 – 100 A 4

73 – 79,9 AB 3,5

68 – 72,9 B 3

63 – 67,9 BC 2,5

55 – 62,9 C 2

40 – 54,9 D 1

< 40 E 0
Pokok Bahasan UTS
1. Perbedaan analisis kualitatif dan kuantitatif
2. Sifat fisika, kimia, fisikokimia molekul obat
3. Identifikasi Gugus fungsi
4. Identifikasi Golongan
5. Perhitungan kadar obat dalam senyawa farmasi
6. Asam-Basa organik
7. Logam halogen (organik dan anorganik)
U T S (28 Agustus – 16 Oktober 2017)
Pustaka
Tidak sulit, jika:
Pendahuluan

Kriteria Reaksi Kimia untuk Analisis Kualitatif dan


Kuantitatif
Kimia Farmasi Analitik
Berdasarkan tujuan analisisnya:

1. Analisis Kualitatif : ada atau tidak ada


(identifikasi elemen, spesies, senyawa yang ada dalam sampel)

2. Analisis Kuantitatif : berapa jumlahnya


(menentukan jumlah/kadar absolut atau relatif dari suatu elemen/spesies dalam
sampel)

3. Analisis Struktur : penentuan letak dan pengaturan ruang tempat


atom dalam suatu elemen/molekul, serta identifikasi gugus-gugus
fungsional dalam suatu molekul
Penerapan kimia analisis
1. Berbagai macam penggunaan dalam disiplin ilmu kimia: kimia
organik, kimia anorganik, kimia fisika dan biokimia.
2. Dipakai secara luas dalam cabang ilmu lain seperti ilmu
farmasi, ilmu kedokteran, ilmu pertanian, ilmu lingkungan, dsb
Prosedur analisis
a) Definisi masalah: waktu, biaya dan alat yg dibutuhkan untuk analisis
b) Pemilihan teknik analisis: kromatografi, spektrofotometri, titrimetric
c) Pengambilan sampel: harus mewakili materi yang akan dianalisis secara
utuh (populasi)
d) Pra-perlakuan: metode pemisahan, mengubah bentuk analit sehingga
dapat diukur
e) Pengukuran analit yang diinginkan: identifikasi kualitatif atau pengukuran
kuantitatif atau keduanya
f) Perhitungan dan interpertasi data
Kimia analisis kuaLitatif
K.A. Kualitatif
Misal:

– identifikasi ada/tidaknya unsur, ion, atau senyawa yang


terdapat dalam sampel

– analisis ada/tidaknya bahan pengawet dalam


makanan/minuman

– analisis ada/tidaknya bahan kimia obat dalam sediaan


obat tradisional (jamu)
Kriteria reaksi kimia u/
analisis kualitatif
1. Spesifik
2. Selektif
3. Sensitif
4. Ada perubahan yang teramati
1. spesifik

• Harus spesifik
artinya hanya mempunyai reaksi atau hasil pengamatan yang khas
terhadap zat tertentu

contoh:
identifikasi borat dengan pembakaran menghasilkan warna hijau
(warna khas)
2. Selektif/Eksklusif
Selektif dapat berarti:
- Satu pereaksi hanya dapat bereaksi dengan gugus tertentu
- Jika pereaksi tersebut digunakan untuk gugus/golongan lain tidak akan
memberikan hasil positif
- Reaksi yang terjadi atas sekelompok bahan yang berbeda-beda atas suatu
pereaksi serta dapat berfungsi untuk memisahkan golongan yang berbeda.

Misal:
– Untuk senyawa amin aromatis
Zat + pDAB  (+) kuning jingga
semua golongan dari senyawa amin aromatis akan memberikan hasil reaksi yang sama, tetapi semua senyawa di luar
golongan ini tidak memberikan reaksi +
3. Sensitif
Sensitif:
- Peka, mampu menunjukan keberadaan zat/elemen dalam jumlah sedikit
tetapi sudah tampak hasil yang jelas (memberikan hasil yang positif)
- Dalam kadar yang kecil
4. Perubahan/reaksi kimia yg dapat diamati
4.1 Terbentuknya warna
4.2 Terbentuknya endapan
4.3 Terbentuknya bau/gas
4.4 Terbentuknya panas
4.5 Ciri lainnya  Rasa??
4.1. Terbentuknya warna
Pembentukan senyawa kompleks antara molekul organik dengan logam
contoh:
identifikasi fenol dengan feri klorida

OH + FeCl3 Fe(O- )3

Kristal bening kuning ungu


4.2. Terbentuknya endapan
 Hasil reaksi / produk merupakan senyawa dengan kelarutan yang
sangat kecil
 contoh identifikasi Klor dengan penambahan perak

Cl- + Ag+  AgCl


(larut dalam air) (larut dalam air) ( tidak larut dalam
air/endapan putih)
4.3. Terbentuknya Bau

Metanol + asam salisilat  + H2SO4, dipanaskan, bau


metil salisilat (bau balsem)

Proses ini dinamakan proses Esterifikasi

Alkohol + asam karboksilat  ester


Kimia analisis kuantitatif
K.A. Kuantitatif
• Misal:
- berapa kadar masing-masing konstituen
dalam sampel ?

- berapa kadar karbohidrat, lemak, dan


Protein dalam sampel makanan tertentu ?

- berapa kadar obat dalam sediaan sediaan


farmasi seperti tablet, kapsul, sirop, dan
dalam sampel biologis ?
Kriteria reaksi kimia u/
analisis kuantitatif
1. Spesifik
2. Selektif
3. Sensitif
4. Reaksi berjalan spontan
5. Perhitungan kadar berdasarkan stoikhiometri
1. Spesifik : mempunyai reaksi atau hasil
pengamatan yang khas terhadap zat tertentu
2. Selektif: Satu pereaksi hanya dapat bereaksi dengan
gugus tertentu
3. Sensitif: Dapat menetukan kadar yang kecil
4. Reaksi berjalan spontan
Apakah yang dimaksud dengan reaksi berjalan dengan spontan?

5. Perhitungan kadar secara stoikhiometri


Apakah pengertian stoikhiometri pada titrasi?

TUGAS !
Metode
1. Klasik : Digunakan secara luas karena metode yang murah tetapi
mempunyai ketepatan yang tinggi.
Kekurangannya kurang spesifik.
Contoh: Titrasi dan Gravimetri
Kadar dala ukura besar ( ‐ %)

2. Instrumentasi : Mempunyai selektifitas dan sensitifitas yang


tinggi.
Kadar < 1%
Gravimetri
• Gravimetri adalah penentuan penentuan kadar unsur ataupun ataupun
spesi kimia dengan cara mengukur berat (penimbangan) hasil reaksi
kimia tidak larut yang diketahui dengan pasti.
PROSEDUR GRAVIMETRI
Penyiapan
Pengendapan Penyaringan
larutan

Pengeringan /
Penimbangan Pencucian
pemanggangan

Perhitungan
Titrimetri
• Titrimetri adalah metode penentuan kadar unsur atau spesi
kimia dengan cara mengukur jumlah senyawa kimia yang
secara pasti diketahui bereaksi secara sempurna sempurna
berasal dari unsur atau spesi yang akan ditentukan tersebut.

• Massa kimia tersebut diukur dari sejumlah volume larutan


standar (baku) dengan cara titrasi.
metode titrimetri
Titik akhir titrasi secara klasik ditentukan
dengan:
1. Titrasi titrasi asam basa,
2. titrasi titrasi pengendapan,
3. titrasi titrasi kompleksometri,  mengamati perubahan warna
4. titrasi oksidasi‐reduksi. indikator
 mengamati selisih potensial pada
elektroda,
 mengamati perubahan konduktivitas
larutan.
Reaksi yang terjadi:
aA + cT  products
A = Analit
T = Titran

Reaksi harus berjalan secara stokiometri


Penentuan kadar suatu analit di dalam larutan memerlukan :

1) Reaksi stoikhiometri antara analit dan penitrasi, reaksi tersebut harus


cepat dan sempurna, di mana harga a dan t diketahui.
2) Konsentrasi larutan penitrasi, cT, harus diketahui dengan pasti.
Larutan penitrasi harus dibakukan dengan senyawa baku primer atau
dititrasi dengan larutan yang terbuat dari senyawa baku primer.
3) Volume titik akhir titrasi harus dapat diukur secara tepat
menggunakan indikator warna atau dengan instrumen. Jika
menggunakan instrumen yang dapat mengukur secara berkelanjutan,
maka akan diperoleh kurva titrasi. Cara ini biasa digunakan untuk
menentukan kadar campuran atau untuk mendeteksi adanya
gangguan (interferensi).
Peralatan
TERIMA KASIH
Sifat Fisika, Kimia dan Fisikokima
Molekul Obat

KFA 1
Semt.3, Prodi S1

Winasih Rachmawati, M.Si., Apt.

winasih12@gmail.com
• Perubahan es  air
• Perubahan besi berkarat

Manakah perubahan kimia dan fisika??


Sifat Materi
Sifat fisik  sifat yang diperlihatkan sampel materi tanpa
mengubah komposisi atau susunan zat tersebut, misalnya:
 Sulfur padat berwarna kuning.
 Tembaga padat berwarna coklat kemerahan, yang dapat ditempa
menjadi lembaran foil yang tipis.
 mengukur titik leleh dari es dengan memanaskan sebuah balok
es dan mencatat pada suhu berapa es tersebut berubah menjadi
air
 pKa
 Koefisien partisi
Sifat Materi
Sifat kimia  adalah kemampuan atau ketidakmampuan sampel suatu
materi mengalami perubahan komposisi dalam kondisi yang
ditentukan, atau
sifat yang untuk mengukurnya diperlukan perubahan kimiawi
mis.:
• Zn + HCl  H2 + ZnCl2
• Au + HCl  tidak bereaksi
(ketidakmampuan emas bereaksi dengan lar. HCl )
• sifat kimia zat adalah dapat berkarat, dapat terbakar, dll.
1. ASAM BASA
Teori Asam Basa Contoh

Arrhenius (dlm pelarut Donor proton (H+) Donor hidroksida (OH-) NaOH  Na+ + OH-
air) H2SO4  2H+ + SO42-

Bronsted- Lowry Donor proton Akseptor proton HCl + NH3  NH4+ + Cl-
asam basa as.konj. bs.konj.

Lewis Akseptor pasangan e- Donor pasangan e- NH3 + BF3  H3NBF3


basa asam
KONSEP pH
KONSEP pH
pH Asam kuat
pH Basa kuat
Konstanta asam dan basa

Dipunyai oleh asam dan basa lemah


[OH-] = 𝐾𝑏 𝑥 𝑀
= , 𝑥 −5 𝑥 ,
= , 𝑥 − = 𝑥 −

= 6 x 10-4

pOH = - log [H+] pH = 14 – pOH


= - log 6 x 10-4 = 14 – 3,22
= 4 – log 6 = 10,78
= 3,22

pH Asam dan basa lemah


Persamaan Handerson-Hasselbalch

Asam lemah Basa lemah

[ ] [ ]
pH = pKa + pH = pKb +
[𝐻 ] [ 𝐻]
Tugas
1. Hitung konsentrai H+ jika diketahui pH = 5,643
2. Berapakah pH suatu larutan asam asetat 0,1 M (Ka= 1,75x10-5)?
3. Berapa pH larutan 1 M HF, (Ka = 7,2 x 10-4)
4. Hitung pH larutan NH3 15 M (Kb = 1,8 x 10-5)
2. IONISASI MOLEKUL OBAT
• Terkait dengan ABSORPSI obat dan DISTRIBUSINYA
dalam jaringan tubuh

• Nilai pKa suatu molekul terkait dengan formulasi


sediaan obat dan dalam desain metode analisisnya
Persen ionisasi
• Untuk Asam
𝑝𝐻−𝑝𝐾𝑎
%ionisasi = 𝑝𝐻−𝑝𝐾𝑎 𝑥 %
+

• Untuk Basa

𝑝𝐾𝑎−𝑝𝐻
%ionisasi = 𝑝𝐾𝑎−𝑝𝐻 𝑥 %
+
Difenhidramin
• Obat ini bersifat basa krn mengandung
1 atom N
• Pada pH 7,0 persentase ionisasinya
adalah:
9,0− ,0
= 9,0− ,0 𝑥 %= 𝑥 %
+
pKa = 9,0
= , %
3. Larutan Buffer
• Tersusun atas asam atau basa lemah dengan garamnya yang
berasal dari asam/basa kuat

• Kisaran pH yang efektif membuat buffer adalah 1 unit pH


disekitar nilai pKa asam atau basa lemah yang digunakan.

• Contoh: nilai pKa asam asetat adalah 4,76, kisaran pH buffer


yang efektif adalah 3,76 – 5,76
a) Buatlah larutan buffer natrium asetat pada pH 4,0 sebanyak 1 liter
b) Hitunglah konsentrasi asetat dan asam asetat pada pH buffer 4,0

Jawab:
a) BM as.asetat= 60, u/ buffer 0,1 M 
6 g as.asetat ditimbang dan diencerkan dengan air 500 mL, pH diatur
mencapai 4,0 dengan penambahan NaOH 2M (cek pH meter).
Selanjutnya diencerkan dengan akuades hingga 1000 mL.
b) Dengan persamaan Handerson-Hasselbalch didapatkan:

[ 𝐻3 𝑂𝑂 ]
pH = pKa + log
[ 𝐻3 𝑂𝑂𝐻]

[ 𝐻3 𝑂𝑂 ]
4,0 = 4,76 + log
[ 𝐻3 𝑂𝑂𝐻]

[ 𝐻3 𝑂𝑂 ]
log = - 0,76
[ 𝐻3 𝑂𝑂𝐻]
−0, ,
= =
Buffer tersusun dari 1 bagian asam asetat dan 0,17 bagian asetat
Setelah pH diatur 4,0 dengan penambahan NaOH maka banyaknya
as.asetat dan asetat yang ada adalah:

CH3COOH = x 0,1 mol = 0,085 mol


,
,
CH3COO- = 𝑥 , 𝑜 = , 𝑜
,
Karena as.asetat dan asetat dilarutkan dalam 1 liter air, maka larutan
buffer terdiri dari:
CH3COOH 0,085 M dan CH3COO- 0,015 M
4. Koefisien Partisi
• Berhubungan dengan ekstraksi dan kromatografi obat.
𝑜
Nilai P =
𝑤

Co = konsentrasi senyawa pada fase organic


Cw = konsentrasi senyawa dalam air

Semakin besar nilai P  makin banyak senyawa dalam pelarut organik


• Pengukuran P yang lazim biasanya menggunakan partisi n-oktanol:air
• Oktanol menyerupai membran biologis
• Sering jg dinyatakan dengan log P
• Log P = 1  P = 10
• 10 bagian senyawa berada dalam lapisan organic dan 1 bagian berada
dalam lapisan air.
Sifat fiskokimia Prokain

 Basa sangat lemah


 pKa ± 2
 T1/2 dalam air (pH 7,0, 37oC) = 26 hari
ester
 Dapat terhidrolisis dalam air dengan
Amin Amin
alifatis
laju degradasi orde 1
aromatis
tersier
Sifat fisikokimia Parasetamol

Asam sangat lemah


pKa = 9,5
T1/2 (air, pH 6,25)= 21,8 tahun

Amida netral Amida stabil dalam hidrolisis


Obat lain yg mgd ggs amida:
Buvipakain, prokain, lignokain, asebutolol
Hidroksi fenolik
Sifat fisikokimia Aspirin
 Asam lemah
 pKa = 3,5
 T1/2 (pH 7, 25oC) = 21,8 tahun
 T1/2 (pH 2,5, 25oC) = 40 hari
 P (o/w) = 631
 Kecepatan hidrolisis ester yang dikatalisis OH- lebih cepat
disbanding dg asam
Asam
karboksilat Ester  Obat lain yg mgd ester fenolik:
Vit.E, metilpranolol, dipiveprin, benorilat
Sifat fisikokimia Sulfadiazin
A  Nitrogen cincin diazin
Basa sangat lemah
pKa 2

B  nitrogen sulfonamide
asam lemah
pKa 6,5
B
C C amin aromatis
A Basa lemah
pKa <2

P (oktanol/air) ± 0,55
Sifat fisikokimia Metilprednisolon
A  gugus keton, netral
B  gugus alkohol sekunder, netral
C
C  gugus alcohol primer, netral
B A D  gugus alcohol tersier, netral, cenderung mengalami
eliminasi melalui dehidrasi pada suhu tinggi
D
Gugus hidroksi pada D diubah menjadi ester

P (oktanol/air) ± 70
A Obat ini tidak mengalami ionisasi  tidak terpengaruh pH
Terima kasih
IDENTIFIKASI
GUGUS FUNGSI
KFA 1, Prodi S1

Winasih Rachmawati, M.Si., Apt.


Gugus Fungsional
◦ Semua senyawa organik dikelompokkan ke dalam beberapa
golongan berdasarkan karakteristiknya, yaitu gugus fungsional.

◦ Gugus fungsional adalah suatu atom atau kelompok atom


dalam senyawa yang berfungsi sebagai sisi aktif reaktivitas
kimiawi.

◦ Gugus ini sangat berpengaruh pada sifat fisika-kimia molekul


organik yang didalamnya juga bagian dari molekul obat.
Analisis Gugus Fungsi
Analisa untuk menentukan gugus apa saja yang terdapat
dalam suatu senyawa organik

Analisis gugus fungsional ini sangat bermanfaat sebagai reaksi


pendahuluan yang akan mengarahkan pemeriksaan yang
dilakukan pada golongan senyawa yang diperiksa.

Misal: - gugus -OH


- gugus -NH2
- gugus -COOH
ANALISIS GUGUS
FUNGSI HIDROKSIL
(ALKOHOL & FENOL)
Gugus Alkohol (R-OH)
◦ Alkohol dapat berupa siklik atau tidak siklik
◦ Dapat mengandung ikatan rangkap, suatu atom
halogen atau mengandung gugus hidroksil lainnya
◦ Alkohol paling sederhana adalah metil alkohol dan etil
alkohol
Pengelompokkan alkohol
1. Alkohol primer (1o)
c/ metanol, etanol, propanol

2. Alkohol sekunder (2o)


c/ 2-propanol, 2-butanol

3. Alkohol tersier (3o)


c/ 2 metil 2 propanol

TUGAS:
Cari strukturnya!
Alkohol 1o
◦ Zat + KMnO4  ungu + H2SO4  ungu hilang

◦ Zat + reagen Schiff  merah violet


Alkohol 2o
 Zat + aqua bromata + legal rothera 
merah coklat / violet

Legal Rothera:
Na Nitropruside 5% + NH4OH
Alkohol 3o
◦ Zat + HgO + H2SO4  Hg2SO4 (kuning)
dipanaskan  end. Abu-abu
FENOL
◦ Fenol (Ar-OH) dibedakan dengan alkohol karena gugus –OH berikatan dengan inti
benzen (C6H5) sementara alkohol gugus OH berikatan dengan radikal alifatis
Fenol dibagi ke dalam dua golongan, yaitu:
1. Fenol monovalent, yaitu fenol yang hanya
mengikat satu gugus hidroksil. Contoh: Phenol, o-
Chlorophenol, m-Cresol, p-Hydroxybenzoic acid.
2. Fenol polivalen , yaitu fenol yang memiliki banyak
gugus hidroksil terikat pada inti fenil. Contoh,
catechol, hydroquinone, resorcinol, asam galat,
dll. Fenol sangat banyak pemanfaatannya dalam
kehidupan sehingga disintesis secara besar-
besaran dalam industri atau diekstrak dari
tumbuhan alam.
Identifikasi Umum
Secara umum pemeriksaan gugus fenol dibagi menjadi beberapa
tahap:

1. Identifikasi pendahuluan (organoleptis),


2. Identifikasi menggunakan reaksi umum,
3. Identifikasi derivat fenol menggunakan reaksi khusus.
1. Organoleptik
• Bentuk ◦Bau
Beraroma khas.
Cairan, contohnya kresol dan
karvakol. • Rasa
Padatan, contohnya timol Asam, contohnya asam galat.
Manis, contohnya floroglusin.
dan naftol. Pahit, contohnya nipasol.

• Kelarutan
• Warna Fenol monovalent umumnya larut dalam
Putih, contohnya nipagin dan pelarut organic.
Fenol polivalen umumnya larut dalam
nipasol. air.
Tidak berwarna, contohnya
kresol.
Identifikasi gugus

zat

+ FeCl3 1
% UNGU

KUNING/berubah
+ alkohol warna
ANALISIS GUGUS
FUNGSI KARBONIL
(ALDEHID & KETON)
Aldehid dan keton adalah senyawa-senyawa yang mengandung salah satu dari
gugus penting di dalam kimia organik,yaitu gugus karbonil C=O.

Semua senyawa yang mengandung gugus ini disebut senyawa karbonil


Contoh senyawa
Aldehid Keton

1. Formaldehid 1. Aseton
2. Asetaldehid 2. Kamfer
3. Sinamil aldehid 3. Fruktosa
4. Benzaldehid
5. Vanilin
6. Glukosa TUGAS:
7. Galaktosa Cari strukturnya!
Sifat Kimia
◦ Bersifat polar, oleh karena itu aldehid melakukan tarik menarik dipol-dipol antar
molekul.

Sifat fisika
◦ Berbau merangsang, titik didih lebih rendah daripada alkohol padanannya, larut
dalam air, sama seperti alkohol.

(Fessenden, 1986)
Identifikasi Aldehid
BENEDICT

(+) Endapan tembaga(I) oksida merah, kuning, kuning kehijauan


Identifikasi Aldehid

TOLLENS

Terbentuk cermin perak atau endapan hitam

AgNO3 + NH4OH Ag2O + H2O + NH4NO3


Ag2O + NH4OH Ag(NH3)2OH + H2O
Identifikasi Aldehid

OH
HO OH

O
HO OH

Fuchsin, NaHSO3 Pembentukan larutan violet-purple


(asam)
(+) aldehid alifatik
Zat + Na nitropusid 5% 1. Legal
Rohtera

+ NH4OH

(+) violet

Identifikasi KETON
2. Taufell Tauler
◦ Untuk gugus keton alifatis
50 mg zat ◦ - CH2 – CO – CH2 -

+ 0,5 ml salisaldehid

+ aquades
+ H2SO4 p

(+) merah
Identifikasi KETON
ANALISIS GUGUS
FUNGSI KARBOKSIL
Gugus karboksil
◦ Turunan hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai ikatan
rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil disebut asam karboksilat, yang
diturunkan dari hidrokarbon alkana dan mempunyai rumus molekul umum RCO2H yang
menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil. (Brady,1994)

◦ Gugus karbonil merupakan gugus fungsional dalam asam – asam karboksilat misalnya
asam asetat (CH3COOH), asam sitrat, asam benzoat, asam oksalat dan lain - lain.
Dalam air asam karboksilat terdisosiasi menjadi ion karboksilat dan ion hidroksonium

RCOOH + H2O  RCOO- + H3O+


Sifat
Sifat fisika asam karboksilat
◦ Titik didih asam karboksilat relatif lebih tinggi daripada titik didih –OH , -COH, titik
leburnya juga relatif tinggi, berbau, asam-asam yang berbobot molekul rendah larut
dalam air maupun pelarut organik.
(Keenan,1980)

Sifat kimia asam karboksilat


◦ Merupakan asam lemah, lebih asam dari pada alkohol/fenol karena stabilisasi
resonansi anion karboksilatnya.
(Fessenden,1986)
Senyawa yg mempunyai gugus
karboksil
◦ As. karboksilat
◦ Ester
◦ Amida
◦ Laktam

(Tugas: Carilah 2 contoh senyawa yang mempunyai gugus di atas, lingkarilah bagian
gugus karboksilnya)
Identifikasi as. karboksilat
◦ Dapat memerahkan kertas lakmus biru

◦ Dengan logam dapat menghasilkan hidrogen.

◦ Dengan alkohol dapat menghasilkan ester yang berbau harum.

◦ Dapat melepaskan iodium dari campuran KI dan KIO3, dan iodium yang terbentuk
dapat membirukan amilum.

◦ Dapat melepaskan belerang dari larutan tiosulfat


ANALISIS
GUGUS FUNGSI AMIN
◦ Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom-atom nitrogen trivalent
yang terikat pada satu atom atau lebih.

◦ Misal: R-NH2, R2-NH, R3N.

◦ Amina seperti ammonia bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada
amonia aromatik.

(Fessenden,1986)
Sifat
Penggolongan dan Sifat Amin
Sifat fisika amina
◦ Titik didihnya berada diantara titik didih
Penggolongan senyawa tanpa ikatan hidrogen
(alkana/eter) dan senyawa berikatan
hidrogen kuat (alkohol) dengan bobot
Amin primer yang sama.

Sifat kimia amina


Amin sekunder ◦ Merupakan basa lemah dan bersifat
nukleofil, jika bereaksi dengan asam
mineral membentuk garam ammonium
kuarterner yang larut dalam air.
Amin tersier

(Fessenden, 1986)
Zat + basa kuat, dipanaskan  bau amoniak (gas NH3) + HCl 
kabut putih (NH4Cl)  lakmus merah jadi biru
Definisi alkaloid
Contoh alkaloid
(morphin)
Pembagian kelompok alkaloid

1. Kelompok opium
2. Kelompok barbital
3. Kelompok xanthin
4. Kelompok pyrazolon
5. Kelompok chinae cortex
6. Kelompok solanaceae
7. Kelompok turunan anilin
8. Kelompok amin aromatik dengan inti artomatik

TUGAS!
Cari 2 contoh obat yang masuk ke dalam kelompok di atas
Reaksi umum ALKALOID
1. Reaksi pengendapan untuk alkaloid
Reaksi Mayer : HgI2
Cara : zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan kuning
bening → + alkohol endapannya larut. Reaksi dilakukan di objek glass
lalu Kristal dapat dilihat di mikroskop. Jika dilakukan di tabung reaksi lalu
dipindahkan, Kristal dapat rusak. Tidak semua alkaloid mengendap
dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer
bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.

Reaksi Bouchardat
Cara : sampel zat + pereaksi Bouchardat → coklat merah, + alkohol →
endapan larut.
2. Reaksi warna
Dengan asam kuat : H2SO4 pekat dan HNO3 pekat
(umumnya menghasilkan warna kuning atau merah)
Pereaksi Marquis
Zat + 4 tetes formalin + 1 ml H2SO4 pekat (melalui dinding tabung, pelan-pelan) → warna
Pereaksi Forhde : larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat

3. Reaksi Kristal:
a. Reaksi Kristal dragendorf
Pada objek glass, zat +HCl aduk, lalu teteskan dragendorf di pinggirnya
dan jangan dikocok, diamkan 1 menit Kristal dragendorf

b. Reaksi Fe-complex & Cu-complex:


Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu
tutup dengan cover glass panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang
terbentuk.
END OF THIS SESSION
THANK YOU
Identifikasi Golongan
KFA 1, S1, Semt. 3
winasih12@gmail.com
Golongan Alkohol
Penggolongan alkohol:
Alkohol primer
Alkohol sekunder
Alkohol tersier
1. Reaksi Golongan Alkohol
Reaksi diazo

+ +
ZAT
Diazo A:B (4:1) NaOH

Warna merah + Merah


tidak dpt
Amil alkohol frambos
tertarik
2. UJI KONFIRMASI (PENEGASAN)

Uji Lucas

Terbentuk emulsi atau warna awan


• Alkohol tersier => 2 - 3 min.
• Alkohol sekunder => 5 - 10 min
• Alkohol primer => tidak bereaksi (jernih)
3. Reaksi Spesifik
Reaksi esterifikasi
Alkohol + asam karboksilat  Ester (bau/wangi)

 Reaksi lodoform
Zat + NaOH + larutan I2 lebih banyak, panaskan  endapan
kuning, bau iodoform, endapan dilihat di bawah mikroskop.
 zat + H2SO4 pk+ vanilin  warna-warna
 zat + H2SO4 pk + asam tartrat  warna-warna
Identifikasi Etanol
A. Uji Organoleptis :
bentuk, bau, rasa, warna, kelarutan, flouresensi, pengarangan
B. Konfirmasi identitas:
Uji lucas (ZnCl2 + HCl)
Zat + pereaksi lucas  larutan jernih
Kesimpulan: Alkohol primer

C. Reaksi golongan (umum ):


Reaksi diazo
Zat + Diazo A + Diazo B (4:1) + NaOH, panaskan  merah prambos
(tidak dapat ditarik dengan amil alkohol)
› D. Reaksi spesifik
 Reaksi esterifikasi (+)
zat + asam asetat + H2SO4 pkt, panaskan  bau etil asetat / cutex
zat + asam benzoat + H2SO4 pkt, panaskan  bau frambos

 Reaksi lodoform (+)  (Kristal Iodoform)


Zat + NaOH + larutan I2 lebih banyak, panaskan  endapan kuning,
bau iodoform, endapan dilihat di bawah mikroskop.

 zat + H2SO4 pkt + K2Cr2O7  hijau


Identifikasi Gliserin
A. Uji Organoleptis :
Cairan tidak berwarna hingga kuning, tidak berbau, berasa
manis, bertekstur kental; Bersifat higroskopis;
Larut dalam air, alkohol, etil setat, dan eter; Tidak larut dalam
benzen, kloroform, karbon tetraklorida, karbon disulfida,
petroleum eter, dan minyak.
B. Reaksi golongan (umum ):
Reaksi diazo
Zat + Diazo A + Diazo B (4:1) + NaOH, panaskan  merah
prambos (tidak dapat ditarik dengan amil alkohol)
› C. Reaksi spesifik
 Reaksi esterifikasi (+)
menghasilkan bau yang khas
 Reaksi cupril
zat dalam air + CuSO4 1% + NaOH  biru tua, dipanaskan tetap biru
 Reaksi gula
zat + HNO3 dipanaskan lalu didinginkan, encerkan dengan air + Na2CO3 +
Luff  endapan merah bata
No Identifikasi Kemungkinan Kesimpulan

1 Ø Uji Pendahuluan Propilenglikol, TEA , gliserin, (+) Gliserin


Bentuk : cairan kental bening
Bau : Aroma manis
Rasa : Manis

Ø Uji Golongan Alkohol primer


Reaksi Beckman
Sampel+H2SO4 + K2Cr2O7 = orange berubah menjadi hijau

Reaksi Lucas Alkohol primer


Sampel+reagen lucas = tidak terbentuk lapisan keruh

Reaksi cuprifil sampel+NaOH+CuSO4=terdapat kompleks Cu Alkohol Polivalen


biru yang jernih

Ø Uji Kelarutan
Dengan etanol = larut Propilenglikol, gliserin
Dengan kloroform = larut Gliserin
Dalam air = larut Gliserin

Ø Uji penegasan
Reaksi cuprifil Gliserin
S+ NaOH +CuSO4 = komplek berwarna biru jernih

Reaksi Carletti
+H2SO4 + NaOH =ungu violet Gliserin
Identifikasi golongan FENOL
1. Larutan dalam air + FeCl3  warna-warna (tergantung
senyawa turunan fenol yang diperiksa) + alkohol  warna
hilang
2. Reaksi Diazo (+)  merah frambos dapat ditarik dengan eter
dan amil alcohol (pembeda dengan golongan alkohol)
3. Reaksi Pougnet = Marquis
Zat dalam H2SO4 pekat + formalin encer (0,1 - 1%) akan
timbul cincin warna (merah, coklat, jingga, ungu, hijau)
4. Zat + bbrp tetes CHCl3 + 3 tetes air =KOH/NaOH pada,
dipanaskan  timbul warna2
Golongan Karbohidrat
KH

Jumlah Jumlah
Gugus
gula atom C

Mono
Aldosa Ketosa
sakarida
Disakarida Polisakarida Pentosa Hexosa
1. Molisch
Uji pendahuluan golongan Karbohidrat

Zat + + H2SO4
Air (dd tabung)

+ 5 tetes a- Cincin
naftol (dlm Ungu
alkohol)
2. Benedict
› Reaksi ini spesifik untuk karbohidrat yang mempunyai
gugus karbonil bebas, yaitu semua monosakarida dan
disakarida kecuali sukrosa dan trehalosa.
3. Barfoed
› Terdiri atas tembaga (II) asetat dan asam asetat dalam pelarut
air
› Digunakan untuk membedakan antara monosakarida dan
disakarida. Dengan reaksi:
– Monosakarida + Cu2+ → Cu2O (cepat)
– Disakarida + Cu2+ → Cu2O (lambat)
4. Seliwanoff
Untuk mengetahui gula-gula yang mempunyai gugus keton
(ketosa)

• Gula
2 4
• + Air •+ Resorcin • Panaskan • Larutan
•+ HCl 4N 0” Merah

1 3
Perbedaan hasil dengan Luff, Barfoed, Seliwanof

Gula Benedict Barfoed Seliwanoff

Glukosa + + -

Fruktosa + + +

Laktosa + - -

Sukrosa - - +

Maltosa + - -
Golongan karboksilat
Derivat
› Turunan asam karboksilat meliputi kelompok-kelompok
senyawa:
a. halida asam (RCOX), contoh asetil klorida CH3COCl
b. amida (RCONH2),
c. ester RCOOR’ , dan
d. anhidrida asam karboksilat (RCOOOCR).
a. Halida asam
Senyawa turunan asam karboksilat dengan rumus molekul R(C=O)X.

Penamaan:
Menyebutkan nama halide setelah gugus alkil

Contoh:
Asetil klorida  CH3COCl
b. Amida
Senyawa derivat asam karboksilat dengan gugus amino (-NH2) terikat pada gugus karboksil
sebagai pengganti atom hidrogen

Penamaan:
Menghilangkan kata asam dan akhiran –oat dengan –amida

Contoh:
Etanamida  CH3CONH2
c. Ester
› Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam
karboksilat dan alkohol menjadi suatu ester dengan
menggunakan katalis asam.
› Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus -COOR
dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril.
› Reaksi esterifikasi merupakan reaksi dapat balik (reversible).
 Ester biasanya mudah menguap dan mempunyai bau yang
enak.
 Tabel berikut menunjukkan ester dengan cita rasa atau
aromanya.

Rumus Jenis Ester Aroma


Struktur
CH3COOC5H11 Amil Asetat Buah Pisang
C4H9COOC5H11 Amil Valerat Buah Apel
C3H1COOC5H11 Amil Butirat Buah Jambu
C3H7COOC4H9 Butil Butirat Buah Nanas
C3H7COOC3H7 Propil Butirat Buah Mangga
d. Anhidrida asam
Senyawa turunan asam karboksilat yang mempunyai asil (RC=O) terikat
pada oksigen sebagai pengganti hydrogen

Rumus umum:
[RC=O]O[O=CR]

Tata nama:
Mengganti kata asam dengan anhidrida

Contoh:
Anhidrida asetat  CH3CO-O-OCH3
Identifikasi gol. karboksilat
› Zat + alkohol + H2SO4 p  ester
› Zat + FeCl3  warna-warna merah, coklat, ungu, kuning
Golongan Sulfonamida
1. Rx terhadap Amin
a. Rx batang korek api
Zat uji + HCl e er → elupka ata g korek api → ji gga
intensif sampai kuning
b. Rx Erlich (amin aromatik primer)
› Zat uji + DAB + HCl → ku i g sa pai jingga

Kuning sitrun : sulfamezatin, sulfadiazine, sulfamerasin


Kuning : elkosin
Jingga : sulfaguanidin
Kuning tua : sulfanilamid
2. Rx Cuprifil / Chen Kao
› Zat uji + 1 ml air + 3 tetes HCl 3N + 5 tetes larutan CuSO4 2% +
1- l NaOH N → war a iru u gu sulfo a id → jika
dikocok dengan 1 ml eter maka lapisan eter berwarna merah
(efedrin) atau warna lain seperti biru muda, hijau sampai
violet coklat sedangkan dan lapisan air tetap
3. Rx Parri
› Reagen Parri berisi Co(NO3)2 dalam metanol
› Zat + Parri + NH4OH (r.p)  biru, hijau sampai merah
4. Vanilin Test
› Pada kaca objek tambahkan zat dan 1 tetes H2SO4 pekat +
kristal vanilin, dipanaskan  kuning, hijau sampai merah
jingga
5. Rx kristal
› Larutan zat + aseton, diteteskan pada kaca objek, ditetesi air,
dibiarkan sebentar, amati di bawah mikroskop
Thank you 
Titrimetri & Perhitungan
Winasih R., M.Si., Apt.

KFA 1, Prodi S1
Titrimetri

• Metode ini digunakan secara luas karena metode yang tahan,


murah dan mampu memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi

• Kekurangan metode ini kurang spesifik

• Analisis titrimetri merupakan analisis kuantitatif dengan mengukur


volume, sejumlah zat yang akan diketahui, direaksikan dengan
larutan baku (standar) yang kadar (konsentrasinya) telah diketahui
secara teliti
Larutan baku diteteskan kepada
larutan yang akan diselidiki dalam
tempatnya  titrasi

Larutan baku = titran

Jika reaksi telah selesai  Titik


ekivalen teoritis (stoikiometri)
Stoikiometri

• Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung


hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia
(persamaan kimia).

• Kata ini berasal dari bahasa Yunani stoikheion (elemen)


dan metriā (ukuran).

• Stoikiometri adalah keadaan dimana bahan yang diselidiki telah


bereaksi dengan senyawa baku secara kuantitatif sebagaimana
dinyatakan dalam persamaan reaksi
• Selesainya titrasi harus dapat diamati, misal terjadi kekeruhan
atau adanya perubahan warna indikator.

• Saat tersebut dinamakan titik akhir titrasi yang menyatakan


volume larutan baku yang terpakai dari buret sekian mL.

• Titrasi yang ideal jika TA =TE, maka pemilihan indikator harus


tepat
Syarat analisis volumetri

1. Reaksinya harus berlangsung cepat


2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan
persamaan reaksi
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat TE tercapai, baik
secara kimia atau fisika
4. Harus ada indikator jika syarat 3 tidak terpenuhi. Indikator juga
dapat diamati dengan pengukuran daya hantar listrik
(potensiometri/kondukktometri)
Hal-hal yang diperlukan dalam an.volumetri

• Neraca analitik
• Alat pengukur volume: buret, pipet volume dan labu takar yang
telah dikalibrasi
• Senyawa yang digunakan sebagai larutan baku atau untuk
pembakuan harus senyawa murni
• Indikator atau alat lain untuk mengetahui selesainya titrasi
Penggolongan Titrimetri
A. Berdasarkan reaksi kimia
i. Reaksi asam basa (netralisasi)
Berdasarkan perpindahan proton baik dalam lingkungan air, tanpa air ataupun
bebas air
ii. Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)
Berdasarkan perpindahan electron.
Contoh: Permanganometri, serimetri, iodi-iodometri, iodatometri serta
bromatometri
iii. Reaksi pengendapan (presipitasi)
Berdasarkan terjadinya endapan yang sukar larut
iv. Reaksi pembentukan kompleks
Terjadinya reaksi antara zat-zat pengompleks organik dengan ion logam
menghasilkan senyawa kompleks
Penggolongan Titrimetri
B. Berdasarkkan cara titrasi

i. Titrasi langsung
Melakukan titrasi langsung terhadap zat yang akan ditetapkan.
Cara ini mudah, cepat dan sederhana

ii. Titrasi tidak langsung


Dilakukan dengan penambahan titran dalam jumlah berlebihan,
kemudian kelebihan titran dititrasi dengan titran lain.
Kesalahan kemungkinan besar bias terjadi karena menggunakan 2
titran. Disamping itu cara ini memakan waktu yang lebih lama.
Penggolongan Titrimetri
C. Berdasarkan jumlah sampel

Titrasi Jumlah sampel Volume titran Ketelitian buret


(mg) (mL) (mL)

Makro 100-1000 10-100 0,02

Semi mikro 10-100 1-10 0,001

Mikro 1-10 0,1-1 0,001


Kadar Larutan

• Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan


dengan konsentrasi.
• banyaknya massa yang terlarut (gram) tiap satuan volume (mL)
 b/v
• Banyaknya gram zat terlarut tiap gram pelarut  b/b
Kadar Larutan

Molaritas Normalitas

1M = Dalam satu liter larutan (solution) Banyaknya ekivalen (ek) zat terlarut
berisi 1 mol zat terlarut. (solute) tiap liter larutan
𝑔 𝑒 𝑔
= = N= ; ek =
𝑥 𝑉 𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑉 𝐸
𝑔
N=
𝐸𝑥𝑉
• Hitunglah molaritas suatu larutan
yang mengandung 6,0 g NaCL BE =
(BM=58,44) dalam 200 mL larutan ! 𝑔𝑥
N=
𝑥𝑉
Penentuan valensi (n)

1. Reaksi asam-basa
Valensinya ditentukan berdasarkan banyaknya mol H+ atau OH- yang
dihasilkan tiap mol asam atau basa
Contoh:
• HCl  H+ + Cl- (valensi 1)
• H2SO4  2H+ + SO42- (valensi 2  BE = BM/2)
• H3PO4  ...
• Ca(OH)2  …
• Al(OH)3  …
Penentuan valensi (n)

2. Reaksi redoks
Valensinya ditentukan oleh banyaknya electron yang hilang atau
timbul pada reaksi redoks.
Misal:
I2 + 2e  2 I- (valensinya 2) BE = ½ BM
MnO4- + 8H+ + 5e  Mn2+ + 4 H2O, BE = 1/5 BM

Hitung BE Na2C2O4 (BM=134) dan K2Cr2O7 (BM= 294,2) dalam reaksi


berikut:
3 C2O42- + Cr2O72- + 14H+  2 Cr3+ + 6 CO2 + 7 H2O
Cara perhitungan kadar

: kesetaraan
V x N = jumlah gram ekivalen (grek) Jumlah mol
x kesetaraan

x BM

: berat sampel x 100%

Kadar (%) Berat


Contoh perhitungan

Pembakuan HCl dilakukan dengan menggunakan baku primer


natrium karbonat. Sebanyak 354,2 mg natrium karbonat dilarutkan
dalam air dan dititrasi dengan larutan HCl (yang akan dibakukan)
menggunakan indicator metil orange, dibutuhkan volume HCl
sebesar 30,23 mL. Hitunglah berapa normalitas HCl?
Jawab:
Na2CO3 + 2 HCl  2NaCl + H2O + CO2
1 mol Na2CO3 setara dengan 2 mol HCl
Mgrek HCl = mgrek Na2CO3
( V x N) HCl = mmol Na2CO3 x n
𝑔 𝑎 𝑥 , 𝑥
N HCl = = = ,
𝑎 𝑥𝑉𝐻 𝑥 ,
Contoh perhitungan

Sebanyak 250 mg serbuk yang mengandung asam salisilat


(BM=138,12) ditimbang seksama, dilarutkan dalam 15 mL etanol 95%
yang telah dinetralkan terhadap merah fenol LP (6,8-8,4).
Campuran selanjutnya ditambah 20 mL air dan dititrasi dengan
natrium hidroksida 0,1N menggunakan indicator merah fenol.
Sampai terjadinya titik akhir diperlukan NaOH sebanyak 12,56 mL.
Berapakah kadar asam salisilat dalam serbuk di atas?

Jawab: 69,39%
Winasih Rachmawati, M.Si., Apt.

winasih12@gmail.com
Titrasi Asam-Basa
Adalah penetuan kadar asam oleh basa atau sebaliknya

Asidimetri merupakan cara penetapan kadar basa dalam suatu


sampel dengan menggunakan larutan baku asam yang sesuai.

Alkalimetri adalah cara penetapan kadar asam dengan


menggunakan larutan baku basa yang sesuai.
Beberapa Istilah dalam Titrasi Asam Basa

1. Standar primer : larutan yang telah dibuat dan diketahui kadarnya


dengan pasti

Syarat-syarat zat untuk baku primer:


• Mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-1200C)
dan disimpan dalam keadaan murni.
• Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.
• Sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar,
sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.
• Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih

Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit, penimbangan yang dilakukan
pun harus teliti, dan dilarutkan dengan volume yang akurat (dalam labu ukur)

Zat yang dapat dibuat sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat, boraks,
asam benzoat( C6H5COOH), K2Cr2O7, AS2O3, NaCl.
2. Standar sekunder

 Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui


dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni.
 Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan
menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode
titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe2(SO4)3

 Syarat-syarat larutan baku sekunder :


 Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
 Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
 Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
3. Larutan sampel : larutan yang akan ditentukan
kadarnya.

4. (larutan) indikator : (larutan) zat yang diperlukan


untuk mengakhiri titrasi

 Indikator asam-basa : ialah zat yang berbeda


warnanya dalam suasana asam dan dalam suasana
basa
Indikator asidi - alkalimetri
(Jenkins, 1957).
Kisaran pH dan perubahan warna indikator pp

asam 8,3 campuran 10 basa


tak berwarna rosa merah

Pemilihan indikator
Dipilih indikator yg mempuyai perubahan warna pada pH
paling dekat dengan pH Titik Ekivalen (TE) senyawa garam
yang tebentuk
Titik Ekivalen ( TE) dan TITIK AKHIR TITRASI (TAT )
TE : - saat reaksi antara asam dengan basa tepat
ekivalen secara stokhiometri;
- yaitu mmol asam = mmol basa
- Pada saat ini seharusnya titrasi dihentikan (secara
teoritis)
TAT - Saat titrasi dihentikan
- saat terjadinya perubahan warna indikator

TAT dapat terjadi setelah atau sebelum TE, tergantung


pH perubahan warna indikator dan pH larutan akhir
Dasar perhitungan volumetri

mmol lart. standar = mmol larutan sampel .. ( 1 )


atau :
Vst x Nst = Vx x Nx . . . . . . . . . . . . . . ……..

Dengan : Vst : volume larutan standar (terbaca dari buret )


Nst : normalita larutan standar ( dibuat; diketahui)
Vx : volume larutan sample (diambil sejumlah
tertentu dengan pipet volume)
Nx : normalita larutan sample

Dan : Vml x N = mmol


Untuk Titrasi Asam-Basa

VA x NA = VB x NB ….................…..

atau : mmol asam = mmol basa

Dengan : A = asam dan B = basa

Dasar Reaksi Titrasi Asam – Basa : NETRALISASI

Reaksi : Asam + Basa Garam + Air

Contoh : (1) HCL + NaOH NaCl + H2O


( 2) H2SO4 + 2 KOH K2SO4 + 2 H2O
Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat
Dititrasi 10 ml H Cl 0,1N dengan larutan 0,1 N NaOH
-Selama titrasi terjadi reaksi: HCl + NaOH  NaCl + H2O

Proses titrasi :
1. Sebelum penambahan NaOH :
pH lart HCl = - log [ HCl ] = - log 0,1 = 1

2. Setelah penambahan NaOH , sebelum TE


( volume NaOH pada saat TE = 10 ml )
- Misalnya penambahan NaOH sebanyak 5 ml ;
Semula : HCl = 10 ml x 0,1N = 1 mmol
NaOH = 5 ml x 0,1 N = 0,5 mmol
(habis bereaksi)
HCl sisa = 1 - 0,5 mmol = 0,5 mmol/15 ml = 0,033 M
Sehingga pH larutan pada saat ini = - log 0,033 = 1,5
3.Pada saat ekivalen = TE
( penambahan NaOH = 10 ml )
- HCl dan NaOH habis bereaksi
- terbentuk NaCl : netral pH lart. = 7

• Dalam praktek tidak ada indikator yang perubahan


warnanya tepat pada pH 7,
• Digunakan indikator pp yang berubah warna
dari tidak berwarna menjadi rosa pada pH 8,3
( kelebihan basa )
TAT setelah TE
4. Pada saat kelebihan NaOH
( mis penambahan NaOH = 11 ml )

- NaOH sisa = mmol NaOH – mmol HCl


= 11 ml x 0,1 mmol/ml - 10 ml x 0,1 mmol/ml
= 0,1 mmol
= 0,1 mmol / vol. Tot = 0,1 mmol / 21 ml
= 0,005 M
pOH = - log [ NaOH ] = - log 0,005 = 3 – 0,7 = 2,3

pH larutan = 14 - 2,3 = 11,7


Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat

Misalnya titrasi 10 ml 0,1 N CH3COOH ( Ka = 1 x 10-5 ) dengan


0, 1 N NaOH
(dari rumus 2 : ekivalen terjadi setelah penambahan NaOH
sebanyak 10 ml)

Selama titrasi terjadi reaksi :


CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

Perhitungan pH selama proses titrasi


1. Sebelum penambahan NaOH
[H+] = Ka x M = 10-5 x 0,1 = 10-3 M pH lart = 3
2. Setelah Penambahan NaOH 5 ml ( sebelum ekivalen )
- [ asam ] semula = 10 ml x 0,1 N = 1 mmol = 1 mmol
- [NaOH] = 5 ml x 0,1 N = 0,5 mmol - 0,5 mmol ( habis )
- dari reaksi :
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Semula 1 mmol 0,5 mmol 0 mmol
Bereaksi 0,5 mmol 0,5 mmol 0,5 mmol (hasil)
Sisa 0,5 mmol 0 0,5 mmol

CH3COONa yang terbentuk = 0,5 mmol


CH3COOH sisa = 1 - 0,5 mmol = 0,5 mmol

pH = pKa + log [garam]/ [asam] sisa


= 5 + log [0,5/15] / [0,5/15] = 5
3. Pada saat ekivalen
* CH3COOH dan NaOH : habis
* terbentuk garam CH3COONa

[garam] = 10 x 0,1 N = 1 mmolek = 1 mmol/20 ml = 0,05

pH garam = ½ ( pKw + pKa + log [garam] )


= ½ ( 14 + 5 + log 0,05 )
= 8,85

Catatan : Keadaan ini juga berlaku untuk titrasi basa lemah


( NH4OH ) dengan asam kuat ( HCl )
Soal 1
Jika 20,60 mL larutan
HCl 0,0100 M
digunakan untuk
mentitrasi 30,00 mL
larutan NaOH 0,010 N
sampai titik ekivalen,
berapakah konsentrasi
larutan NaOH?
Jawaban a)
Soal 2
Berapakah volume
0,105 M HCl untuk
mentitrasi larutan
berikut sampai titik
ekivalen?
a) 22,5 mL NH3 0,118 M
b) 125,0 mL larutan
yang mengandung 1,35
gram NaOH per liter
Jawaban 2.b
Soal 3
Soal 4
Soal 5
Soal 6
Soal 7
Soal 8
Soal 9
Soal 10
SEMOGA DIBERI KEMUDAHAN UNTUK MENYERAP ILMU
YANG TELAH DIBERIKAN
ARGENTOMETRI

Oleh:
Winasih Rachmawati, M.Si., Apt.

Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

1
Pendahuluan

Dasar Argentometri  reaksi pengendapan,


 melibatkan garam perak
Karena yang terjadi adalah reaksi pengendapan,
argentometri disebut juga titrasi pengendapan

Argentometri biasanya digunakan untuk menetapkan


kadar halogen (golongan VII) atau senyawa lain yang
membentuk endapan dengan AgNO3

2
Kesimpulan
Mohr Volhard Fajans Liebig
Seny. Yg dianalisis Cl, Br F, Cl, Br Cl, Br CN

pH 7-10,5 0,2-0,9 N HNO3 2-4 Larutan


amoniakal
Cara langsung Tidak langsung langsung langsung
titrasi
Indikator K2CrO4 Fe3+ Fluorscein KI

Perubahan End. Putih End. Putih End. Putih Keruh


pada saat
Suspensi/ koloid Keruh kuning
end-point End. Merah bata Larutan. Merah Intensif Merah kenari
CONTOH PERHITUNGAN
 Pembakuan: (metode Fajans)
Larutan baku NaCl (BM=58,5) dibuat dengan menimbang sebanyak
0,583 g NaCl dilarutkan dengan aquades hingga 100,0 mL. Berapakah
normalitas NaCl?
10,0 mL larutan baku NaCl dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,
kemudian ditambahkan indikator fluorescein dan sedikit amilum.
Dititrasi menggunakan AgNO3 menghabiskan 9,64 mL. Berapakah
normalitas AgNO3?

Penetapan kadar: (metode Mohr)


10,0 mL sampel yang mengandung ion klorida dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer, ditambahkan indikator K2CrO4 dan dititrasi dengan AgNo3
menghasilkan 10,50 mL. Berapa % kadungan Cl di dalam sampel
tersebut?
*Tulis dulu reaksinya!

4
CARA ANALISA &
PERHITUNGAN
PEMBAKUAN AgNO (FAJANS) 3
AgNO3
N? (V X N)
AgNO3
= (V X N) NaCl

9,64 mL x N = 10,0 mL x 0,0998


N AgNO3 = 0,0998 x 10 /9,64 = 0,998/9,64
AgNO3
N = 0,1035
M AgNO3 = 0,1035 mol/L

NaCl + FLUOROSCEIN

AMILUM

10,0 mL
PERHITUNGAN
PENENTUAN KADAR SAMPEL (MOHR)

AgNO3
(V X N) = (V X N)
AgNO3 Cl
10,50 mL x 0,1035 = 10,0 mL x NCl

NCl = 1,050 x 0,1035

MCl = 0,1086 mol/L

= 0,1086 x 35,5 g/L

= 0,01086 x 35,5 g/100 mL


= 0,38 %
K2CrO4

10,0 mL 10,0 mL
Cl
CONTOH PENENTUAN KADAR Cl DENGAN METODA VOLHARD

Sampel infus Ringer Laktat ditentukan kadar kloridanya secara argentometri


menggunakan metoda Volhard. Pada pembakuan larutan AgNO3 ditimbang
seksama NaCl 290 mg, dilarutkan air suling sampai 50,0 mL, dipipet 10,0 mL
dan dititrasi dengan larutan AgNO3 menggunakan indikator K2CrO4. Volume
titran yang diperlukan adalah 10,20 mL.

Pada penentuan kadar sampel, dipipet 10,0 mL larutan infus, dimasukkan ke


erlenmeyer 250 mL, ditambah 20,0 mL larutan AgNO3, dikocok hingga reaksi
sempurna. Suspensi disaring dengan cara dekantasi, endapan dicuci dengan
air suling sampai bebas NO3- , filtrat dititrasi dengan larutan NH4CNS 0,1000
N menggunakan indikator larutan FeCl3 sampai warna merah intensif. Apabila
titran yang diperlukan adalah 11,50 mL, berapa persen (b/v) kadar klorida
dalam sampel infus? (BM NaCl 58,55, BA Cl 35,5)

8
CARA KERJA/PERHITUNGAN
PENENTUAN KADAR SAMPEL (VOLHARD)
(V X N) = 20 x 0,0971 = 1,943 mgrek
CNS- AgNO3total
(0,1000N) (V X N) = 0,1000 x 11,50 = 1,15 mgrek
AgNO3kelebihan
(V X N) = 10,0 mL x NCl
AgNO3bereaksi
1,9424 – 1,150 = 10 x NCl
11,50 mL
NCl
= 0,7924/10 = 0,07924
MCl = 0,07924 mol/L
% Cl = 100/1000 X {0,07924 X 35,5}
= 0,28 % (g/100 mL)
Fe3+

AgNO3
Keleb.
CONTOH SOAL PENENTUAN KADAR Cl DENGAN METODA
MOHR
Sampel infus ditentukan kadar kloridanya secara argentometri menggunakan
metoda Mohr. Pada pembakuan, ditimbang NaCl 600,0 mg, dilarutkan dalam air
suling sampai 100,0 mL, dipipet sebanyak 10,0 mL dan dititrasi dengan larutan
AgNO3, indikator K2CrO4. Titran yang diperlukan adalah 11,50 mL.

Pada penentuan kadar sampel, dipipet 10,0 mL larutan infus, dimasukkan ke


dalam erlenmeyer 250 mL ditambah indikator K2CrO4, dititrasi dengan larutan
AgNO3 sampai terbentuk endapan berwarna merah bata. Apabila titran yang
diperlukan adalah 10,80 mL, berapa persen (b/v) kadar natrium klorida dalam
sampel infus? (BM NaCl 58,55, BA Cl 35,5).

Apabila menurut persyaratan Farmakope kadar NaCl dalam larutan infus adalah
0,9%, tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105%, apakah kadar NaCl
dalam larutan infus tsb. memenuhi persyaratan Farmakope?.
Jawab:
 N NaCl= 0,6000/58,55x1000/100 = 0,1025 grek/L
 Baku AgNO3 = (10,0X0,1025)/11,50=0,0891 N
 NaCl dalam infus  10,0 ml masukkan EM + Aquadest 250
ml ;
  setara dg= 10,80X0,0891 mgrek=0,9623 mmol
 Dalam 10,0 ml infus ada NaCl 0,9623 mmol= 0,9623 x 58,55
mg= 56,34 mg=0,0563 g=0,563 %
 Kadar NaCl 0,563 % < dari 0,9 % syarat Farmakope; berarti
 Tidak memenuhi syarat Farmakope !
CONTOH SOAL PENENTUAN KADAR EFEDRIN HCl

Efedrin HCl dalam tablet ditentukan kadarnya secara argento-metri. Papa


pembakuan AgNO3 ditimbang seksama NaCl + 580 mg, dilarutkan dalam air 100,0
mL. Larutan baku primer NaCl dipipet 10,0 mL dan dititrasi dengan larutan AgNO3 ,
indikator fluoroscein. Volume titran yang diperlukan 10,20 mL.

Pada penentuan kadar sampel, sebanyak 20 tablet sebelum diserbuk ditimbang


satu per satu untuk dihitung berat rerata tablet. Ditimbang seksama + 0,3 g
serbuk, ditambah 10 mL air, asam asetat dan indikator bromofenol biru
(bromphenol blue), dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL, dititrasi dengan AgNO3
sampai warna ungu. Titran yang diperlukan 11,00 mL. Apabila berat rerata tablet
efedrin HCL 250 mg, kadar efedrin dalam setiap tablet sesuai Farmakope adalah 25
mg, dengan syarat tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105%, apakah kadar
efedrin dalam sampel tablet tersebut memenuhi syarat? (BM NaCl 58,55; BM
efedrin 165,23; BM HCl 36,5)

1 mL AgNO3 0,1 N setara dengan 0,0027 gram efedrin HCl


CARA KERJA/PERHITUNGAN
PEMBAKUAN AgNO3 (FAJANS)
AgNO3
N? (V X N) AgNO
3
= (V X N)
NaCl
10,20 mL x N = 10,0 mL x 0,0991
AgNO3
N = 0,991/10,2 = 0,0972
AgNO3

M = 0,0972 mol/L
AgNO3

NaCl + FLUOROSCEIN

AMILUM

10,0 mL
ANALISA & PERHITUNGAN
PENENTUAN KADAR SAMPEL

AgNO3
Mgrek AgNO3 =VxN

11,00 mL = 11,00 x 0,0972


= 1,0692

KESETARAAN: 0,1N X 1ml  0,0027 gram efedrin HCl


1,0692  0,0289 gram efedrin HCl
 BM efedrin/BMefedrinHCl x 0,0289 gram
p
K2CrO4 Kadar efedrin = 250/300 x p
% efedrin= {250/300 x p}/25 x 100
bandingkan Farmakope

10,0 mL 10,0 mL
Cl
SELAMAT BELAJAR
;-D

15

Вам также может понравиться