Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui, menguji, dan membuktikan

pengaruh ROCE, NPM, DPS, dan EPS terhadap akuntansi lingkungan. Penelitian

ini dilakukan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada periode 2013-2015 dan telah memenuhi seluruh kriteria yang telah

ditetapkan dalam menentukan target populasi. Alasan pemilihan perusahaan

pertambangan sebagai subjek penelitian adalah karena kegiatan operasional

perusahaan pertambangan secara langsung berkaitan dengan lingkungan.

Berdasarkan kriteria target populasi yang telah ditetapkan pada tabel 3.1, maka

diperoleh 51 data sampel perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada periode 2013-2015. Persentase terbesar data yang tidak memenuhi

kriteria target populasi disebabkan oleh adanya perusahaan pertambangan tidak

menyisihkan biaya lingkungan selama periode tahun 2013 hingga tahun 2015

yang dibutuhkan untuk penelitian yaitu sebesar 58%, sedangkan persentase

terkecil data yang tidak memenuhi kriteria target populasi disebabkan oleh adanya

perusahaan perbankan yang di deslisting atau suspend selama periode tahun 2013

hingga tahun 2015 yaitu sebesar 0,8%.


4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan, maka di bawah ini akan

dijelaskan deskripsi hasil penelitian yang meliputi statistik deskriptif, uji asumsi

klasik beserta analisis regresinya.

4.2.1. Statistik Deskriptif

Analisa statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atas

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian, tanpa membandingkan atau

menghubungkan dengan variabel lain. Pengukuran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah mean, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum

dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Ringkasan statistik

deskriptif dari variabel-variabel penelitian tersebut disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.1

Hasil Deskriptif Variabel Penelitian Tahun 2013-2015

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


EC 51
.000100 .017200 .00526667 .004191165
ROCE 51
-.3249 .6229 .094418 .1714851
NPM 51
-27.3005 .3999 -.776808 4.0779273
DPS 51
.0000 2075.0000 114.355659 354.7955107
EPS 51
-390.0480 2239.2000 190.854518 482.3744887
Valid N (listwise) 51
Sumber: Data diolah, 2016.

Biaya lingkungan yang diukur menggunakan nilai yang dikeluarkan

perusahaan untuk kegiatan pengelolaan lingkungan, hasilnya memiliki nilai

terendah sebesar 0,0001 yang dimiliki oleh PT Aneka Tambang, Tbk (ANTM)

pada tahun 2015 dan nilai tertinggi sebesar 0,172 yang dimiliki oleh PT Harum
Energy, Tbk (HRUM) pada tahun 2015. Rata-rata biaya lingkungan yang dimiliki

seluruh perusahaan pertambangan sampel sebesar 0,005267 dengan standar

deviasi sebesar 0,004191. Hal ini menunjukkan tingkat sebaran data biaya

lingkungan perusahaan pertambangan mempunyai tingkat variasi sebesar 79,57%.

Hal ini menunjukkan kemampuan dan kapabilitas manajer dalam mengelola

perusahaan adalah sama sehingga efisiensi pengelolaan menjadi relatif sama untuk

seluruh perusahaan yang dijadikan sampel.

Return on Capital Employed (ROCE) yang diukur menggunakan rumus,

hasilnya memiliki nilai terendah sebesar -0,3249 yang dimiliki oleh PT Cakra

Mineral, Tbk. (CKRA) pada tahun 2014 dan nilai tertinggi sebesar 0,6229 yang

dimiliki oleh PT Mitrabara Adiperdana, Tbk (MBAP) pada tahun 2015. Rata-rata

ROCE yang dimiliki seluruh perusahaan pertambangan sampel sebesar 0,094418

dengan standar deviasi sebesar 0,1714851. Hal ini menunjukkan tingkat sebaran

data ROCE mempunyai tingkat variasi sebesar 181,62%. Hal ini menunjukkan

untuk seluruh perusahaan sampel mempunyai sumberdaya yang relatif sama untuk

digunakan dalam aktivitas operasionalnya.

Net Profit Margin (NPM) yang diukur menggunakan rumus, hasilnya

memiliki nilai terendah sebesar -27,3005 yang dimiliki oleh PT Cita Mineral

Investindo, Tbk. (CITA) pada tahun 2015 dan nilai tertinggi sebesar 0,3999 yang

dimiliki oleh PT Central Omega Resourches, Tbk. (DKFT) pada tahun 2013.

Rata-rata NPM yang dimiliki seluruh perusahaan pertambangan sampel sebesar -

0,776808 dengan standar deviasi sebesar 4,0779273. Hal ini menunjukkan tingkat

sebaran data NPM mempunyai tingkat variasi sebesar 524,96%. Hal ini
menunjukkan perusahaan sampel yang digunakan mempunyai kebijakan yang

sama dalam mengantisipasi resiko kredit yang terjadi.

Dividend Per Share (DPS) yang diukur menggunakan rumus, hasilnya

memiliki nilai terendah sebesar 0 yang dimiliki oleh perusahaan pertambangan

antara lain (ARII) pada tahun 2013, 2014, dan 2015, (BYAN) pada tahun 2013,

2014, dan 2015 (CITA) pada tahun 2013, 2014, dan 2015, (CKRA) pada tahun

2013, 2014, dan 2015, (CTTH) pada tahun 2013, 2014, dan 2015, (HRUM) pada

tahun 2013, 2014, dan 2015, (MBAP) pada tahun 2013, (PSAB) pada tahun 2013

dan 2014, (SMMT) pada tahun 2013 dan 2014, (SMRU) pada tahun 2013 dan

2014, (ANTM) pada tahun 2014 dan 2015, (DKFT) pada tahun 2014 dan 2015,

(INCO) pada tahun 2014 dan 2015, (KKGI) pada tahun 2014, (PSAB) pada tahun

2015, (SMMT) pada tahun 2015, (SMRU) pada tahun 2015. Nilai tertinggi

sebesar 2.075 yang dimiliki oleh PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITMG)

pada tahun 2013. Rata-rata DPS yang dimiliki seluruh perusahaan pertambangan

sampel sebesar 114,355659 dengan standar deviasi sebesar 354,7955107. Hal ini

menunjukkan tingkat sebaran data DPS mempunyai tingkat variasi sebesar

310,25%. Hal ini menunjukkan perusahaan sampel yang digunakan mempunyai

kebijakan yang sama dalam mengantisipasi resiko kredit yang terjadi.

Earning Per Share (EPS) yang diukur menggunakan rumus, hasilnya

memiliki nilai terendah sebesar -390,0480 yang dimiliki oleh PT J Resources Asia

Pasifik, Tbk. (PSAB) pada tahun 2013 dan nilai tertinggi sebesar 2239,2000 yang

dimiliki oleh PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITMG) pada tahun 2014. Rata-

rata EPS yang dimiliki seluruh perusahaan pertambangan sampel sebesar


190,854518 dengan standar deviasi sebesar 482,3744887. Hal ini menunjukkan

tingkat sebaran data EPS mempunyai tingkat variasi sebesar 252,74%. Hal ini

menunjukkan perusahaan sampel yang digunakan mempunyai kebijakan yang

sama dalam mengantisipasi resiko kredit yang terjadi.

4.3. Analisis Model dan Pembuktian Hipotesis

4.3.1. Uji Asumsi Klasik

Untuk mendapatkan hasil pengujian hipotesis yang terbebas dari bias

dalam model regresi linier berganda, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi

klasik. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan 3 (tiga) uji, yaitu: uji

normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik

dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 20.0.

4.3.2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel terdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas menggunakan Uji

Kolgomorov-Smirnov. Hasil uji normalitas pada tabel 4.2 terlihat bahwa nilai

Kolgomorov-Smirnov pada model 1 adalah 0,828 dengan nilai signifikansi pada

0,500. Hal ini berarti data residual model tersebut terdistribusi normal yang

ditunjukkan dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05.

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas

Unstadardized Residual
N 51
Kolmogrov-Smirnov Z 0,828
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,500
Sumber: Data diolah, 2016.

4.3.3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi

atau hubungan diantara variabel-variabel independen atau tidak pada model

regresi dan bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan

kesimpulan. Berikut adalah hasil dari uji multikolinearitas:

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas

Keterangan Variabel Tolerance VIF Kesimpulan


(Constant)
ROCE 0,600 1,666 Tidak ada gejala
Model 1 NPM 0,822 1,216 multikolinearitas,
DPS 0,111 8,970 kecuali variabel EPS
EPS 0,098 10,165
Sumber: Data diolah, 2016.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut bebas dari

multikolinearitas atau tidak terjadi gejala multikolinearitas antar variabel

independen dan variabel pemoderasi dalam model regresi, karena nilai VIF < 10

dan nilai tolerance > 0,1 yang artinya tidak terjadi gejala multikolinearitas.

4.3.4. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk satu pengamatan ke

pengamatan lain. Berikut adalah hasil dari uji heteroskedastisitas:

Tabel 4.4

Hasil Uji Heterokedastisitas


Model Variabel Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 0,003 0,000 7,057 0,000
ROCE 0,002 0,002 0,161 0,861 0,394
1 NPM 1, 0,000 0,022 0,137 0,891
DPS -0,453 0,000 0,369 0,853 0,398
EPS -0,038 0,000 -0,517 -1,123 0,267
Sumber: Data diolah, 2016.

Hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai

signifikansi untuk seluruh variabel model adalah > 0,05. Maka dapat disimpulkan

bahwa seluruh variabel modelbebas dari heteroskedastisitas atau tidak mengalami

gejala heteroskedastisitas.

4.3.5. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis model regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui

pengaruh dari Return on Capital Employed (ROCE), Net Profit Margin (NPM),

Dividend per Share (DPS), dan Earning per Share (EPS) terhadap Akuntansi

Lingkungan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada periode 2013-2015. Hasil uji model regresi linier berganda

disajikan pada tabel 4.6 di bawah ini.

Tabel 4.5

Hasil Model Regresi Linier Berganda

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 0,003 0,000 7,492 0,000
1
ROCE 0,009 0,003 0,456 3,748 0,000
NPM 0,000 0,000 -0,181 -1,702 0,095
DPS 1,128 0,000 1,035 3,959 0,000
EPS -4,722 0,000 -0,603 -2,175 0,034
Koefisien
0,721
Berganda (R)
Koefisien
0,482
Determinasi (R2)
Sumber :Data diolah, 2016.

Berdasarkan hasil yang terdapat pada tabel 4.5, maka dapat disusun

persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

ENVA = 0,003 + 0,009 ROCE + 0,000 NPM + 1,128 DPS – 4,722 EPS + e

Koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan perubahan yang

searah antara variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan koefisien yang

bertanda negatif menunjukkan perubahan yang berlawanan. Berikut merupakan

interpretasi dari nilai regresi diatas:

a. Konstanta (α)

Nilai konstanta (α) sebesar 0,003. Hal ini menunjukkan jika seluruh variabel

bebas yang digunakan tidak mengalami perubahan (konstan), maka nilai

Environment Accounting akan mengalami penurunan sebesar 0,003 persen

yang disebabkan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian.

b. Koefisien Regresi (β1)

Koefisien regresi β1 untuk variabel Return on Capital Employed bank (ROCE)

sebesar 0,009. Hal ini menunjukkan jika ROCE mengalami kenaikan sebesar

satu persen, maka nilai akuntansi lingkungan akan mengalami kenaikan sebesar

0,009 persen dengan asumsi variabel lainnya konstan (tidak berubah).

c. Koefisien Regresi (β2)


Koefisien regresi β2 untuk variabel Net Profit Margin (NPM) sebesar 0,000.

Hal ini menunjukkan jika NPM mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka

nilai akuntansi lingkungan akan mengalami kenaikan sebesar 0,000 persen

dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan (tidak berubah).

d. Koefisien Regresi (β3)

Koefisien regresi β3 untuk variabel Dividend Per Share (DPS) sebesar 1,128.

Hal ini menunjukkan jika DPS mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka

nilai akuntansi lingkungan akan mengalami penurunan sebesar 1,128 persen

dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan (tidak berubah).

e. Koefisien Regresi (β4)

Koefisien regresi β3 untuk variabel Earning Per Share (EPS) sebesar -4,722.

Hal ini menunjukkan jika EPS mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka

nilai akuntansi lingkungan akan mengalami penurunan sebesar -4,722 persen

dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan (tidak berubah).

f. Koefisien Determinasi (R2)

Dalam uji koefisien determinasi (R2) dalam regresi linear berganda sesuai

dengan tabel 4.5 didapatkan hasil sebesar 0.482 atau 48,2%. Dengan hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel dependen dalam penelitian ini yaitu

nilai akuntansi lingkungan mampu dijelaskan oleh variabel bebas yang

digunakan sebesar 48,2% sedangkan sisanya 51,8% dipengaruhi dan dijelaskan

oleh variabel-variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.


4.3.6. Pembuktian Hipotesis

4.3.6.1 Pengaruh Return on Capital Employed (ROCE) Terhadap Akuntansi

Lingkungan

Pengaruh ROCE terhadap akuntansi lingkungan dalam penelitian ini

dianalisis dengan menggunakan uji t yang dihasilkan dalam model regresi linier

berganda. Hasil model regresi linier berganda untuk melihat pengaruh ROCE

terhadap Akuntansi Lingkungan disajikan pada tabel 4.6 di bawah ini.

Tabel 4.6

Pengaruh ROCE Terhadap Akuntansi Lingkungan

Variabel Koefisien Regresi Sig Kesimpulan


Berpengaruh Positif dan
ROCE 0,009 0,000
Terbukti Signifikan
Sumber : data diolah, 2016.

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada tabel 4.6 dapat

disimpulkan bahwa ROCE berpengaruh terhadap Akuntansi Lingkungan. Hal

tersebut dapat di lihat berdasarkan nilai signifikansi hitung (Sig) sebesar 0,000. Hal

ini menunjukkan nilai signifikansi hitung < tingkat kepercayaan (0,01). Hal ini

menandakan ROCE berpengaruh signifikan terhadap Akuntansi Lingkungan pada

tingkat kepercayaan sebesar 99%.

Nilai koefisien beta (β1) sebesar 0,009 menunjukkan bahwa ROCE

berpengaruh positif pada Akuntansi Lingkungan. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa H1 diterima yaitu ROCE berpengaruh positif dan terbukti

signifikan terhadap Akuntansi Lingkungan.


Hasil penelitian ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Fauzi et al.

(2007) dan Djakman dan Machmud (2008) bahwa semakin besar perusahaan, maka

semakin besar pula inisiatif perusahaan dalam mengalokasikan sebagian besar

dananya untuk melakukan pertanggungjawaban sosial yang dalam hal ini adalah

Akuntansi Lingkungan, dapat diambil contoh program reboisasi yang diakukan

perusahaan pertambangan terhadap bekas tempat pengeboran atau area disekitar

tempat eksplorasi yang sudah tidak aktif lagi sehingga dapat meminimalisir

kerusakaan lingkungan yang timbul.

4.3.6.2 Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Terhadap Akuntansi Lingkungan

Pengaruh NPM terhadap akuntansi lingkungan dalam penelitian ini

dianalisis dengan menggunakan uji t yang dihasilkan dalam model regresi linier

berganda. Hasil model regresi linier berganda untuk melihat pengaruh NPM

terhadap Akuntansi Lingkungan disajikan pada tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7

Pengaruh NPM Terhadap Akuntansi Lingkungan

Variabel Koefisien Regresi Sig Kesimpulan


Berpengaruh Positif dan
NPM 0,000 0,095
Terbukti Signifikan
Sumber :Data diolah, 2016.

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada tabel 4.7 dapat

disimpulkan bahwa NPM berpengaruh terhadap Akuntansi Lingkungan. Hal

tersebut dapat di lihat berdasarkan nilai signifikansi hitung (Sig) sebesar 0,095. Hal

ini menunjukkan nilai signifikansi hitung < tingkat kepercayaan (0,1). Hal ini
menandakan NPM berpengaruh signifikan terhadap Akuntansi Lingkungan pada

tingkat kepercayaan sebesar 90%.

Nilai koefisien beta (β1) sebesar 0,000 menunjukkan bahwa NPM

berpengaruh positif pada Akuntansi Lingkungan. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa H1 diterima yaitu NPM berpengaruh positif dan terbukti

signifikan terhadap Akuntansi Lingkungan.

Variabel Net Profit Margin (NPM) mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap Akuntansi Lingkungan, hal ini dikarenakan dalam

kenyataannya banyak perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan memliki

laba yang relatif besar dibandingkan perusahaan yang bergerak di bidang non-

pertambangan. Sehingga semakin besar laba yang diperoleh maka semakin besar

pula biaya Akuntansi Lingkungan yang dialokasikan dari presentase laba tersebut.

4.3.6.3 Pengaruh Dividend Per Share (DPS) Terhadap Akuntansi Lingkungan

Pengaruh DPS terhadap Akuntansi Lingkungan dalam penelitian ini

dianalisis dengan menggunakan uji t yang dihasilkan dalam model regresi linier

berganda. Hasil model regresi linier berganda untuk melihat pengaruh DPS

terhadap Akuntansi Lingkungan disajikan pada tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8

Pengaruh DPS Terhadap Akuntansi Lingkungan

Variabel Koefisien Regresi Sig Kesimpulan


Berpengaruh Positif dan
DPS 1,128 0,000
Terbukti Signifikan
Sumber :Data diolah, 2016.
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada tabel 4.8 dapat

disimpulkan bahwa DPS berpengaruh terhadap Akuntansi Lingkungan. Hal

tersebut dapat di lihat berdasarkan nilai signifikansi hitung (Sig) sebesar 0,000. Hal

ini menunjukkan nilai signifikansi hitung < tingkat kepercayaan (0,01). Hal ini

menandakan DPS berpengaruh signifikan terhadap Akuntansi Lingkungan pada

tingkat kepercayaan sebesar 99%.

Nilai koefisien beta (β1) sebesar 1,128 menunjukkan bahwa DPS

berpengaruh positif pada Akuntansi Lingkungan. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa H1 diterima yaitu DPS berpengaruh positif dan terbukti

signifikan terhadap Akuntansi Lingkungan

4.3.6.4 Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Akuntansi Lingkungan

Pengaruh EPS terhadap Akuntansi Lingkungan dalam penelitian ini

dianalisis dengan menggunakan uji t yang dihasilkan dalam model regresi linier

berganda. Hasil model regresi linier berganda untuk melihat pengaruh EPS

terhadap Akuntansi Lingkungan disajikan pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.9

Pengaruh EPS Terhadap Akuntansi Lingkungan

Variabel Koefisien Regresi Sig Kesimpulan


Berpengaruh Negatif dan
EPS -4,722 0,034
Terbukti Signifikan
Sumber :Data diolah, 2016.

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada tabel 4.9 dapat

disimpulkan bahwa EPS berpengaruh terhadap Akuntansi Lingkungan. Hal

tersebut dapat di lihat berdasarkan nilai signifikansi hitung (Sig) sebesar 0,034. Hal
ini menunjukkan nilai signifikansi hitung < tingkat kepercayaan (0,05). Hal ini

menandakan EPS berpengaruh signifikan terhadap Akuntansi Lingkungan pada

tingkat kepercayaan sebesar 95%.

Nilai koefisien beta (β1) sebesar -4,722 menunjukkan bahwa DPS

berpengaruh negatif pada Akuntansi Lingkungan. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa H4 diterima yaitu EPS berpengaruh negatif dan terbukti

signifikan terhadap Akuntansi Lingkungan

Variable Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap Akuntansi

Lingkunagan, hal ini ditunjukan bahwa apabila perusahaan perusahaan memiliki

kinerja yang kurang bagus dalam hal pelaporan keuangannya yang ditunjukan

dengan besaran laba per lembar saham yang kurang memuaskan, maka mau tidak

mau perusahaan akan lebih meningkatkan implementasi dari Akuntansi

Lingkungan.

Hal ini bertujuan untuk lebih meningkatkan citra positif perusahaan di mata

masyarakat yang secara tidak langsung juga akan meningkatkan kepercayaan para

investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut karena investor

percaya bahwa perusahaan yang tidak hanya mementingkan laba semata melainkan

juga mementingkan faktor faktor pendukungnya seperti halnya kelestarian

lingkungan akan lebih menarik dari sisi jangka panjang karena kelestarian

lingkungan perusahaannya lebih terjaga daripada yang tidak mengimplementasikan

akuntansi lingkungan.

4.4. Pembahasan Hipotesis


4.4.1. Pengaruh Return on Capital Employed (ROCE) terhadap Akuntansi

Lingkungan

Berdasarkan analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa

hipotesis (H1) diterima dan disimpulkan bahwa perubahan Return on Capital

Employed (ROCE) berpengaruh positif dan terbukti signifikan terhadap Akuntansi

Lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu 0,000 < α = 0,001

dan nilai β sebesar 0,009.

ROCE mrupakan salah satu pengukuran dalam profitabilitas perusahaan

yang dapat dilihat dari besarnya jumlah investasi dana yang bersumber dari dana

jangka panjang yang digunakan untuk menjalankan aktivitas perusahaan.

Besarnya ROCE yang dimiliki mencerminkan seberapa baik kinerja perusahaan

dalam memanfaatkan modalnya untuk memperoleh profit yang maksimal.

Perusahaan dengan ROCE yang besar memiliki keunggulan daripada perusahaan

dengan nilai ROCE yang sedang atau kecil, seperti xxxxx.

Hasil penelitian menunjukkan semakin besar ROCE yang dimiliki oleh

perusahaan pertambangan berdampak terhadap kenaikan biaya yang disisihkan

untuk pemeliharaan lingkungan. Hal ini dikarenakan semakin besar ROCE

menunjukkan bahwa xxxxxxx

Hasil ini sejalan dengan penelitian Jagongo dan Makori (2013)

memperlihatkan hasil yang signifikan antara return on capital employed terhadap

akuntansi lingkungan. Serupa dengan penelitian yang dilakukan (Adediran & Alade,

2013) menunjukkan hasil yang signifikan antara return on capital employed terhadap

penyisihan biaya lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Theodora Martina Veronica
(2009) dan Susilatri, dkk (2011) juga berhasil menunjukkan adanya pengaruh positif

profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahan.

Gracia Masita (2013) yang menemukan bahwa variabel ukuran bank berpengaruh

positif signifikan terhadap efisiensi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa

semakin besar bank maka biaya per unit rata–rata akan semakin menurun

sehingga bank lebih efisien. Selain itu, pendapat Sugiarto (2003) sejalan dengan

hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa semakin besar bank size yang

dimiliki oleh bank menunjukkan kinerja efisiensi bank semakin baik. Hasil

penelitian ini mendukung penelitian Barry et al. (2010) dan Noor & Achamad

(2009) yang menyebutkan bahwa bank size berpengaruh positif signifikan

terhadap efisiensi bank.

4.4.2. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Akuntansi Lingkungan

Berdasarkan analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa

hipotesis (H2) diterima dan disimpulkan bahwa perubahan Net Profit Margin

(NPM) berpengaruh positif dan terbukti signifikan terhadap Akuntansi

Lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu 0,095 < α = 0,01 dan

nilai β sebesar 0,000.

NPM merupakan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

keuntungan dengan membandingkan antara laba bersih setelah bunga dan pajak

dibandingkan dengan penjualan (Kasmir, 2010). NPM yang tinggi lebih disukai

karena menunjukkan bahwa perusahaan mendapat hasil yang baik melebihi harga

pokok penjualan (Fahmi, 2011:136). Nilai rasio NPM yang tinggi akan
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat

penjualan tertentu sedangkan nilai rasio NPM yang rendah justru mencerminkan

tingkat penjualan yang rendah untuk tingkat biaya tertentu dan dianggap tidak

efisien.

Hasil penelitian mengindikasikan kredit bermasalah yang semakin besar

dalam perusahaan perbankan akan berdampak terhadap semakin besarnya tingkat

kehatian-hatian yang dilakukan oleh manajemen perusahaan perbankan dalam

mengalokasikan kredit dan mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki. Kredit

bermasalah yang semakin besar akan diupayakan oleh manajemen untuk ditekan

dengan melakukan efisiensi dalam mengalokasikan kredit yang diberikan kepada

debitur dari sumberdaya yang dimiliki perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan semakin besar NPLyang dimiliki oleh bank

berdampak terhadap kenaikan tingkat efisiensi perbankan. Berdasarkan teori bad

luck hypothesis, manajemen perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk

melakukan control terhadap seluruh aktivitas operasional kredit. Akan tetapi,

dalam kondisi kredit bermasalah yang semakin tinggi, maka manajemen akan

meningkatkan kontrol pada kredit-kredit yang menimbulkan masalah dengan

melakukan efisiensi dalam alokasi pemberian kredit (Tabak et al., 2011).

Berdasarkan teori bad management hypothesis menyatakan bahwa

manajemen yang buruk berhubungan dengan rendahnya efisiensi, maka

meningkatkan risiko kredit bermasalah. Akan tetapi, dalam kondisi kredit

bermasalah yang semakin tinggi, maka manajemen akan berupaya untuk


meningkatkan pengawasan pada kredit-kredit yang menimbulkan masalah dengan

melakukan efisiensi dalam alokasi pemberian kredit (Berger & Young, 1997).

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelunmya, seperti

Markori et al. (2007) dan Adediran et al (2010) yang memperlihatkan hasil yang positif

antara NPM dengan penyisihan biaya lingkungan. Penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian Hossain et al. (2006); Anugerah et al. (2010); Utami (2011); Wardhani (2012);

serta Alikhani and Maranjory (2013) yang setuju menyatakan bahwa NPM adalah rasio

profitabilitas yang berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Hal ini

menyimpulkan bahwa semakin tinggi nilai profit yang diperoleh perusahaan dengan

proksi NPM maka akan semakin banyak pula pengungkapan CSR yang dilakukan oleh

perusahaan, yang secara otomatis juga meningkatkan penyisihan biaya lingkungan.

4.4.3. Pengaruh Dividend Per Share (DPS) terhadap Akuntansi Lingkungan

Berdasarkan analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa

hipotesis (H3) diterima dan disimpulkan bahwa perubahan Dividend Per Share

(DPS) berpengaruh positif dan terbukti signifikan terhadap Akuntansi

Lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu 0,000 < α = 0,001

dan nilai β sebesar 1,128.


DPS merupakan salah satu pengukuran dalam profitabilitas perusahaan

yang dapat dilihat dari besar laba yang dibayarkan sebagai dividen untuk tiap

lembar saham. DPS merupakan porsi outstandingshare yang dimiliki oleh

investor atau pemodal asing (foreign investors) yakni perusahaan yang dimiliki

oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus

luar negeri terhadap jumlah seluruh modal saham yang beredar (Farooqueet al.,

2007).

Globalisasi finansial tentunya juga membuat partisipasi asing terhadap

industri perbankan semakin meningkat. Contohnya dapat berupa meningkatnya

kehadiran manajer-manajer asing dalam perusahaan perbankan domestik,

meningkatnya konsumen asing yang membutuhkan pelayanan dari perbankan

domestik, atau meningkatnya utang-utang asing akibat adanya aliran modal asing

yang masuk (Soedarmono,2011).

Struktur kepemilikan asing terhadap tingkat efisiensi bank berkaitan

dengan mekanisme kontrol. Karena prinsipnya, ketika perusahaan dimiliki oleh

perusahaan asing, perusahaan asing tersebut berharap dan berusaha mendapatkan

keuntungan dengan cara melakukan proses pengawasan terhadap apa yang

dilakukan oleh manajemen. Sehingga ketika ada unsur kepemilikan asing di

dalam sebuah bank, maka akan ada mekanisme kontrol terhadap kinerja

manajemen.

Hasil penelitian mengindikasikan struktur kepemilikan asing yang besar

pada perusahaan perbankan akan memudahkan kepada manajemen perusahaan

untuk mengikat debitur seluas-luasnya. Hal ini dikarenakan manajemen pada


perusahaan dengan struktur kepemilikan yang besar akan berupaya untuk

memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya kepada pemilik modal. Hal ini

akan berdampak terhadap upaya untuk memperluas market share dengan cara

memberikan alokasi kredit yang lebih besar kepada debitur. Pemberian alokasi

kredit yang besar kepada debitur akan berdampak terhadap pengalokasian

sumberdaya yang besar. Pemberian alokasi sumberdaya pada kredit harus disertai

dengan mekanisme kontrol kepada debitur agar kredit yang diberikan tidak

memberikan masalah dikemudian hari. Akibat upaya untuk menjaring market

share yang luas, upaya-upaya pihak manajemen untuk melakukan pengawasan

akan menjadi lemah sehingga efisiensi penggunaan sumberdaya akan menjadi

menurun.

Akan tetapi, beberapa perusahaan perbankan dengan struktur kepemilikan

asing yang besar akan tetap melakukan proses pengawasan yang tinggi atas kredit

yang diberikan kepada kreditur. Pihak pemilik asing selalu memberikan control

kepada manajemen untuk tetap selektif dalam memilih debitur agar tidak timbul

kredit bermasalah dikemudian hari.

Hasil pengujian ini sejalan dengan hasil yang ditemukan pada penelitian

Gracia Masita (2013) yang menemukan struktur kepemilikan asing tidak

berpengaruh terhadap efisiensi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa

kepemilikan saham bank oleh asing tidak memiliki wewenang untuk merubah

pola manajemen.

4.4.4. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Akuntansi Lingkungan


Berdasarkan analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa

hipotesis (H3) diterima dan disimpulkan bahwa perubahan Earning Per Share

(EPS) berpengaruh positif dan terbukti signifikan terhadap Akuntansi Lingkungan.

Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu 0,034 < α = 0,005 dan nilai β

sebesar -4,722.

EPS merupakan salah satu pengukuran dalam profitabilitas perusahaan

yang dapat dilihat dari pendapatan setiap lembar saham yang dimiliki. Besarnya

EPS mencerminkan kemampuan sebuah perusahaan dalam mensejahterakan para

pemegang saham.

Perusahaan dengan EPS yang besar umumnya memiliki keunggulan

daripada bank berukuran sedang atau kecil, seperti jumlah modal yang lebih

besar, jumlah tenaga kerja dan reputasi yang lebih baik, dan kemampuan untuk

menghasilkan pendapatan non-bunga dari sumber lain seperti jasa investasi

perbankan, jasa transfer uang, jasa penukaran mata uang asing dan jasa asuransi

(Berger & Young, 1997).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan

Earning Per Share yang dimiliki oleh perusahaan pertambangan terhadap

akuntansi lingkungan. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran bank

menunjukkan bahwa bank dengan aset yang besar memiliki infrastruktur berupa

sumber daya, teknologi informasi, struktur organisasi yang memadai dan

mendukung kegiatan operasional bank. Bank tersebut juga didukung dengan

jaringan kantor yang tersebar di seluruh wilayah dan produk perbankan yang
komplek dan beragam sehingga bank tersebut lebih efisien dengan input tertentu

yang dimiliki mampu menghasilkan output berupa pelayanan transkasi kepada

masyarakat, pemberian kredit dan penempatan aktiva produktif lainnya untuk

menghasilkan profit. Bank yang besar memiliki perangkat kebijakan internal yang

lengkap sehingga setiap kegiatan operasional bank berjalan dengan optimal dan

terstruktur sesuai kewenangan yang ditetapkan.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Gracia Masita (2013) yang menemukan

bahwa variabel ukuran bank berpengaruh positif signifikan terhadap efisiensi.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin besar bank maka biaya per unit

rata–rata akan semakin menurun sehingga bank lebih efisien. Selain itu, pendapat

Sugiarto (2003) sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa

semakin besar bank size yang dimiliki oleh bank menunjukkan kinerja efisiensi

bank semakin baik. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Barry et al. (2010)

dan Noor & Achamad (2009) yang menyebutkan bahwa bank size berpengaruh

positif signifikan terhadap efisiensi bank.

Adediran, S., & Alade, S. 2013. The Impact Of Environmental Accounting On Corporate
Performance In Nigeria.
Jagongo, A., & Makori, D. 2013. Environmental Accounting and Firm Profitability: An
Empirical Analysis of Selected Firms Listed in Bombay Stock Exchange, India.

Вам также может понравиться