Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
pengaruh ROCE, NPM, DPS, dan EPS terhadap akuntansi lingkungan. Penelitian
Indonesia pada periode 2013-2015 dan telah memenuhi seluruh kriteria yang telah
Berdasarkan kriteria target populasi yang telah ditetapkan pada tabel 3.1, maka
Indonesia pada periode 2013-2015. Persentase terbesar data yang tidak memenuhi
menyisihkan biaya lingkungan selama periode tahun 2013 hingga tahun 2015
terkecil data yang tidak memenuhi kriteria target populasi disebabkan oleh adanya
perusahaan perbankan yang di deslisting atau suspend selama periode tahun 2013
Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan, maka di bawah ini akan
dijelaskan deskripsi hasil penelitian yang meliputi statistik deskriptif, uji asumsi
penelitian ini adalah mean, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum
Tabel 4.1
terendah sebesar 0,0001 yang dimiliki oleh PT Aneka Tambang, Tbk (ANTM)
pada tahun 2015 dan nilai tertinggi sebesar 0,172 yang dimiliki oleh PT Harum
Energy, Tbk (HRUM) pada tahun 2015. Rata-rata biaya lingkungan yang dimiliki
deviasi sebesar 0,004191. Hal ini menunjukkan tingkat sebaran data biaya
perusahaan adalah sama sehingga efisiensi pengelolaan menjadi relatif sama untuk
hasilnya memiliki nilai terendah sebesar -0,3249 yang dimiliki oleh PT Cakra
Mineral, Tbk. (CKRA) pada tahun 2014 dan nilai tertinggi sebesar 0,6229 yang
dimiliki oleh PT Mitrabara Adiperdana, Tbk (MBAP) pada tahun 2015. Rata-rata
dengan standar deviasi sebesar 0,1714851. Hal ini menunjukkan tingkat sebaran
data ROCE mempunyai tingkat variasi sebesar 181,62%. Hal ini menunjukkan
untuk seluruh perusahaan sampel mempunyai sumberdaya yang relatif sama untuk
memiliki nilai terendah sebesar -27,3005 yang dimiliki oleh PT Cita Mineral
Investindo, Tbk. (CITA) pada tahun 2015 dan nilai tertinggi sebesar 0,3999 yang
dimiliki oleh PT Central Omega Resourches, Tbk. (DKFT) pada tahun 2013.
0,776808 dengan standar deviasi sebesar 4,0779273. Hal ini menunjukkan tingkat
sebaran data NPM mempunyai tingkat variasi sebesar 524,96%. Hal ini
menunjukkan perusahaan sampel yang digunakan mempunyai kebijakan yang
antara lain (ARII) pada tahun 2013, 2014, dan 2015, (BYAN) pada tahun 2013,
2014, dan 2015 (CITA) pada tahun 2013, 2014, dan 2015, (CKRA) pada tahun
2013, 2014, dan 2015, (CTTH) pada tahun 2013, 2014, dan 2015, (HRUM) pada
tahun 2013, 2014, dan 2015, (MBAP) pada tahun 2013, (PSAB) pada tahun 2013
dan 2014, (SMMT) pada tahun 2013 dan 2014, (SMRU) pada tahun 2013 dan
2014, (ANTM) pada tahun 2014 dan 2015, (DKFT) pada tahun 2014 dan 2015,
(INCO) pada tahun 2014 dan 2015, (KKGI) pada tahun 2014, (PSAB) pada tahun
2015, (SMMT) pada tahun 2015, (SMRU) pada tahun 2015. Nilai tertinggi
sebesar 2.075 yang dimiliki oleh PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITMG)
pada tahun 2013. Rata-rata DPS yang dimiliki seluruh perusahaan pertambangan
sampel sebesar 114,355659 dengan standar deviasi sebesar 354,7955107. Hal ini
memiliki nilai terendah sebesar -390,0480 yang dimiliki oleh PT J Resources Asia
Pasifik, Tbk. (PSAB) pada tahun 2013 dan nilai tertinggi sebesar 2239,2000 yang
dimiliki oleh PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITMG) pada tahun 2014. Rata-
tingkat sebaran data EPS mempunyai tingkat variasi sebesar 252,74%. Hal ini
dalam model regresi linier berganda, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
klasik. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan 3 (tiga) uji, yaitu: uji
Kolgomorov-Smirnov. Hasil uji normalitas pada tabel 4.2 terlihat bahwa nilai
0,500. Hal ini berarti data residual model tersebut terdistribusi normal yang
Tabel 4.2
Unstadardized Residual
N 51
Kolmogrov-Smirnov Z 0,828
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,500
Sumber: Data diolah, 2016.
Tabel 4.3
independen dan variabel pemoderasi dalam model regresi, karena nilai VIF < 10
dan nilai tolerance > 0,1 yang artinya tidak terjadi gejala multikolinearitas.
Tabel 4.4
Hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai
signifikansi untuk seluruh variabel model adalah > 0,05. Maka dapat disimpulkan
gejala heteroskedastisitas.
pengaruh dari Return on Capital Employed (ROCE), Net Profit Margin (NPM),
Dividend per Share (DPS), dan Earning per Share (EPS) terhadap Akuntansi
Indonesia pada periode 2013-2015. Hasil uji model regresi linier berganda
Tabel 4.5
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 0,003 0,000 7,492 0,000
1
ROCE 0,009 0,003 0,456 3,748 0,000
NPM 0,000 0,000 -0,181 -1,702 0,095
DPS 1,128 0,000 1,035 3,959 0,000
EPS -4,722 0,000 -0,603 -2,175 0,034
Koefisien
0,721
Berganda (R)
Koefisien
0,482
Determinasi (R2)
Sumber :Data diolah, 2016.
Berdasarkan hasil yang terdapat pada tabel 4.5, maka dapat disusun
ENVA = 0,003 + 0,009 ROCE + 0,000 NPM + 1,128 DPS – 4,722 EPS + e
searah antara variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan koefisien yang
a. Konstanta (α)
Nilai konstanta (α) sebesar 0,003. Hal ini menunjukkan jika seluruh variabel
yang disebabkan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian.
sebesar 0,009. Hal ini menunjukkan jika ROCE mengalami kenaikan sebesar
satu persen, maka nilai akuntansi lingkungan akan mengalami kenaikan sebesar
Hal ini menunjukkan jika NPM mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka
Koefisien regresi β3 untuk variabel Dividend Per Share (DPS) sebesar 1,128.
Hal ini menunjukkan jika DPS mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka
Koefisien regresi β3 untuk variabel Earning Per Share (EPS) sebesar -4,722.
Hal ini menunjukkan jika EPS mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka
Dalam uji koefisien determinasi (R2) dalam regresi linear berganda sesuai
dengan tabel 4.5 didapatkan hasil sebesar 0.482 atau 48,2%. Dengan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel dependen dalam penelitian ini yaitu
Lingkungan
dianalisis dengan menggunakan uji t yang dihasilkan dalam model regresi linier
berganda. Hasil model regresi linier berganda untuk melihat pengaruh ROCE
Tabel 4.6
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada tabel 4.6 dapat
tersebut dapat di lihat berdasarkan nilai signifikansi hitung (Sig) sebesar 0,000. Hal
ini menunjukkan nilai signifikansi hitung < tingkat kepercayaan (0,01). Hal ini
(2007) dan Djakman dan Machmud (2008) bahwa semakin besar perusahaan, maka
dananya untuk melakukan pertanggungjawaban sosial yang dalam hal ini adalah
tempat eksplorasi yang sudah tidak aktif lagi sehingga dapat meminimalisir
dianalisis dengan menggunakan uji t yang dihasilkan dalam model regresi linier
berganda. Hasil model regresi linier berganda untuk melihat pengaruh NPM
Tabel 4.7
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada tabel 4.7 dapat
tersebut dapat di lihat berdasarkan nilai signifikansi hitung (Sig) sebesar 0,095. Hal
ini menunjukkan nilai signifikansi hitung < tingkat kepercayaan (0,1). Hal ini
menandakan NPM berpengaruh signifikan terhadap Akuntansi Lingkungan pada
laba yang relatif besar dibandingkan perusahaan yang bergerak di bidang non-
pertambangan. Sehingga semakin besar laba yang diperoleh maka semakin besar
pula biaya Akuntansi Lingkungan yang dialokasikan dari presentase laba tersebut.
dianalisis dengan menggunakan uji t yang dihasilkan dalam model regresi linier
berganda. Hasil model regresi linier berganda untuk melihat pengaruh DPS
Tabel 4.8
tersebut dapat di lihat berdasarkan nilai signifikansi hitung (Sig) sebesar 0,000. Hal
ini menunjukkan nilai signifikansi hitung < tingkat kepercayaan (0,01). Hal ini
dianalisis dengan menggunakan uji t yang dihasilkan dalam model regresi linier
berganda. Hasil model regresi linier berganda untuk melihat pengaruh EPS
Tabel 4.9
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada tabel 4.9 dapat
tersebut dapat di lihat berdasarkan nilai signifikansi hitung (Sig) sebesar 0,034. Hal
ini menunjukkan nilai signifikansi hitung < tingkat kepercayaan (0,05). Hal ini
kinerja yang kurang bagus dalam hal pelaporan keuangannya yang ditunjukan
dengan besaran laba per lembar saham yang kurang memuaskan, maka mau tidak
Lingkungan.
Hal ini bertujuan untuk lebih meningkatkan citra positif perusahaan di mata
masyarakat yang secara tidak langsung juga akan meningkatkan kepercayaan para
percaya bahwa perusahaan yang tidak hanya mementingkan laba semata melainkan
lingkungan akan lebih menarik dari sisi jangka panjang karena kelestarian
akuntansi lingkungan.
Lingkungan
Lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu 0,000 < α = 0,001
yang dapat dilihat dari besarnya jumlah investasi dana yang bersumber dari dana
akuntansi lingkungan. Serupa dengan penelitian yang dilakukan (Adediran & Alade,
2013) menunjukkan hasil yang signifikan antara return on capital employed terhadap
penyisihan biaya lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Theodora Martina Veronica
(2009) dan Susilatri, dkk (2011) juga berhasil menunjukkan adanya pengaruh positif
Gracia Masita (2013) yang menemukan bahwa variabel ukuran bank berpengaruh
semakin besar bank maka biaya per unit rata–rata akan semakin menurun
sehingga bank lebih efisien. Selain itu, pendapat Sugiarto (2003) sejalan dengan
hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa semakin besar bank size yang
dimiliki oleh bank menunjukkan kinerja efisiensi bank semakin baik. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Barry et al. (2010) dan Noor & Achamad
hipotesis (H2) diterima dan disimpulkan bahwa perubahan Net Profit Margin
Lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu 0,095 < α = 0,01 dan
keuntungan dengan membandingkan antara laba bersih setelah bunga dan pajak
dibandingkan dengan penjualan (Kasmir, 2010). NPM yang tinggi lebih disukai
karena menunjukkan bahwa perusahaan mendapat hasil yang baik melebihi harga
pokok penjualan (Fahmi, 2011:136). Nilai rasio NPM yang tinggi akan
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat
penjualan tertentu sedangkan nilai rasio NPM yang rendah justru mencerminkan
tingkat penjualan yang rendah untuk tingkat biaya tertentu dan dianggap tidak
efisien.
bermasalah yang semakin besar akan diupayakan oleh manajemen untuk ditekan
dalam kondisi kredit bermasalah yang semakin tinggi, maka manajemen akan
melakukan efisiensi dalam alokasi pemberian kredit (Berger & Young, 1997).
Markori et al. (2007) dan Adediran et al (2010) yang memperlihatkan hasil yang positif
antara NPM dengan penyisihan biaya lingkungan. Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian Hossain et al. (2006); Anugerah et al. (2010); Utami (2011); Wardhani (2012);
serta Alikhani and Maranjory (2013) yang setuju menyatakan bahwa NPM adalah rasio
menyimpulkan bahwa semakin tinggi nilai profit yang diperoleh perusahaan dengan
proksi NPM maka akan semakin banyak pula pengungkapan CSR yang dilakukan oleh
hipotesis (H3) diterima dan disimpulkan bahwa perubahan Dividend Per Share
Lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu 0,000 < α = 0,001
yang dapat dilihat dari besar laba yang dibayarkan sebagai dividen untuk tiap
investor atau pemodal asing (foreign investors) yakni perusahaan yang dimiliki
luar negeri terhadap jumlah seluruh modal saham yang beredar (Farooqueet al.,
2007).
domestik, atau meningkatnya utang-utang asing akibat adanya aliran modal asing
dalam sebuah bank, maka akan ada mekanisme kontrol terhadap kinerja
manajemen.
akan berdampak terhadap upaya untuk memperluas market share dengan cara
memberikan alokasi kredit yang lebih besar kepada debitur. Pemberian alokasi
sumberdaya yang besar. Pemberian alokasi sumberdaya pada kredit harus disertai
dengan mekanisme kontrol kepada debitur agar kredit yang diberikan tidak
menurun.
asing yang besar akan tetap melakukan proses pengawasan yang tinggi atas kredit
yang diberikan kepada kreditur. Pihak pemilik asing selalu memberikan control
kepada manajemen untuk tetap selektif dalam memilih debitur agar tidak timbul
Hasil pengujian ini sejalan dengan hasil yang ditemukan pada penelitian
kepemilikan saham bank oleh asing tidak memiliki wewenang untuk merubah
pola manajemen.
hipotesis (H3) diterima dan disimpulkan bahwa perubahan Earning Per Share
Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu 0,034 < α = 0,005 dan nilai β
sebesar -4,722.
yang dapat dilihat dari pendapatan setiap lembar saham yang dimiliki. Besarnya
pemegang saham.
daripada bank berukuran sedang atau kecil, seperti jumlah modal yang lebih
besar, jumlah tenaga kerja dan reputasi yang lebih baik, dan kemampuan untuk
perbankan, jasa transfer uang, jasa penukaran mata uang asing dan jasa asuransi
menunjukkan bahwa bank dengan aset yang besar memiliki infrastruktur berupa
jaringan kantor yang tersebar di seluruh wilayah dan produk perbankan yang
komplek dan beragam sehingga bank tersebut lebih efisien dengan input tertentu
menghasilkan profit. Bank yang besar memiliki perangkat kebijakan internal yang
lengkap sehingga setiap kegiatan operasional bank berjalan dengan optimal dan
Hasil ini sejalan dengan penelitian Gracia Masita (2013) yang menemukan
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin besar bank maka biaya per unit
rata–rata akan semakin menurun sehingga bank lebih efisien. Selain itu, pendapat
Sugiarto (2003) sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa
semakin besar bank size yang dimiliki oleh bank menunjukkan kinerja efisiensi
bank semakin baik. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Barry et al. (2010)
dan Noor & Achamad (2009) yang menyebutkan bahwa bank size berpengaruh
Adediran, S., & Alade, S. 2013. The Impact Of Environmental Accounting On Corporate
Performance In Nigeria.
Jagongo, A., & Makori, D. 2013. Environmental Accounting and Firm Profitability: An
Empirical Analysis of Selected Firms Listed in Bombay Stock Exchange, India.