Вы находитесь на странице: 1из 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 17.508 pulau.
Luas Negara Indonesia 87.764, dan 2/3 luasnya merupakan lautan. Potensi kekayaan alam
perairan laut Indonesia melimpah, sehingga untuk mengelolanya diperlukan sumber daya
manusia yang handal. Laut selain sebagai jalur transportasi, objek wisata juga merupakan
sumber mata pencaharian bagi masyarakat terutama nelayan. Dalam mengelola kekayaan
alam tersebut masyarakat nelayan kita masih menggunakan cara-cara tradisional, antara lain
menyelam dengan menggunakan peralatan yang sederhana dan tanpa pelatihan penyelaman
yang benar.

Berbagai penyakit dan kecelakaan dapat terjadi pada nelayan dan penyelam tradisional,
hasil penelitian Depkes RI tahun 2006 di Pulau Bungin, Nusa Tenggara Barat ditemukan
57,5% nelayan penyelam menderita nyeri persendian, 11,3% menderita gangguan
pendengaran ringan sampai ketulian. Di Kepulauan Seribu ditemukan 41,37% nelayan
penyelam menderita barotrauma atau perdarahan akibat tubuh mendapat tekanan yang
berubah secara tiba-tiba pada beberapa organ/jaringan serta 6,91% penyelam menderita
kelainan dekompresi yang di sebabkan tidak tercukupinya gas nitrogen akibat penurunan
tekanan yang mendadak, sehingga menimbulkan gejala sakit pada persendian, susunan
syaraf, saluran pencernaan, jantung, paru-paru dan kulit. Kegiatan penyelaman yang
melibatkan masyarakat nelayan telah dilakukan sejak dahulu, walaupun tidak ada catatan
khusus mengenai hal ini, namun sebagai negara dengan wilayah laut yang sangat luas tentu
telah memanfaatkan sumber daya laut secara intensif. Kegiatan penyelaman itu sendiri
seharusnya dilihat sebagai suatu kegiatan mencari nafkah dengan lingkungan kerja
penyelaman. Selama ini masyarakat nelayan belum dibekali ilmu yang penyelaman ini
dengan baik dan benar serta membahayakan kesehatan mereka.

Bila seseorang masuk ke bawah permukaan air dan menyelam semakin dalam, maka
tekanan yang akan diterimanya menjadi semakin besar. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh
karena berat jenis air lebih tinggi dan pada udara. Tekanan yang diterima tubuh akan
diteruskan ke seluruh organ tubuh termasuk kecairan jaringan. Tekanan yang ditermia tidak
hanya berpengaruh mekanis, tetapi juga menyebabkan gas-gas dalam udara nafas menjadi
lebih banyak yang terlarut dan dapat menimbulkan gangguan pada difusi dan transportasi gas
pada proses pernafasan. Orang yang dihubungkan dengan permukaan air melalui sistem
saluran (selang) pernafasan, tidak mampu mengembangkan rongga dadanya (melakukan
inspirasi) bila kedalaman penyelamannya >5 M. Pada kedalaman tersebut, tekanan air yang
menekan rongga dada tidak dapat diatasi oleh otot-otot inspirasi, oleh karena itu diperlukan
tekanan udara inspirasi yang lebih tinggi agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Fisiologi Selam

Dalam dunia penyelaman, seorang penyelam harus beradaptasi terhadap lingkungannya


yaitu air, dan harus mempelajari batas-batas kemampuan fisiologinya dalam adaptasi
tersebut. Fisiologi penyelaman mempelajari fungsi-fungsi tubuh di dalam serta bagaimana
reaksi tubuh terhadap lingkungannya.

2.1.1 Respirasi (Pernapasan)

Bernapas sangat diperlukan sekali supaya dapat mensuplai darah ke semua jaringan
tubuh dengan oksigen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh
jaringan dari darah melalui paru-paru.

Udara masuk ke paru-paru melalui suatu sistem berupa pipa yang makin menyempit
(bronkus dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah sisi paru-paru dari saluran udara
dalam utama (trakea). Pipa ini berakhir pada gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang
merupakan kantong-kantong udara terakhir dimana O2 dan CO2 dipindahkan dari tempat
dimana darah mengalir. Ada lebih 300 juta alveoli di dalam tubuh manusia. Pertukaran O2
dan CO2 pada paru terjadi pada bronkiolus respiratorius dan alveoli.

Permukaan bagian luar paru ditutup oleh selaput pleura yang licin dan selaput serupa
membatasi ruang dada membatasi permukaan bagian dinding dada. Kedua selaput ini
letaknya berdekatan sekali dan dipisahkan oleh lapisan cairan yang tipis. Karena dapat
dipisahkan maka terdapat suatu ruangan antara kedua selaput tersebut dinamakan rongga
pleura.

Pada saat inspirasi (menarik napas) dinding dada secara aktif tertarik keluar oleh
kontraksi otot dinding dada dan ke arah bawah oleh diafragma (sekat rongga dada). Tekanan
dalam rongga dada akan menjadi lebih negatif sehingga udara mengalir ke dalam paru-paru.
Dengan upaya maksimal pengurangan tekanan dapat mencapai 60-100 mmHg dibawah
tekanan atmosfir.

Pada saat ekspirasi (pengeluaran napas), rongga dada mengempis karena tulang dada
kembali ke posisi awal. Gerakan ini pasif tanpa upaya otot, mengakibatkan tekanan dalam
rongga dada meningkat memaksa gas keluar dari paru-paru. Ekspirasi dapat dibantu dengan
upaya otot yang dapat dilihat melalui penghembusan napas yang kuat.
Pengukuran fungsi pernapasan banyak dan bermacam-macam, tetapi hanya beberapa
hal penting saja dan ada hubungannya dengan penyelaman yang akan diterangkan, terutama
mengenai volume udara paru-paru.

1. Kapasitas Total Paru (Total Lung Capacity/TLC). Yaitu jumlah volume gas yang dapat
ditampung oleh kedua paru-paru bila terisi penuh biasanya ¡¾ 5-6 liter.

2. Volume Tidal (Tidal Volume/TV). Yaitu volume napas biasa yang masuk dan keluar paru
tanpa usaha napas yang kuat/dalam keadaan istirahat. Berkisar ¡¾ 0,5 liter.

3. Kapasitas Vital (Vital Capacity/VC). Yaitu volume udara maksimal yang dapat
dihembuskan keluar setelah menghirup udara secara maksimal biasanya ¡¾ 4-5 liter.
Kadang juga disebut daya apung vital yang dipaksa (Forced Vital Capacity/FPC)

4. Volume Sisa (Residual Volume/RV). Volume sisa yaitu jumlah gas yang tertinggal di
dalam paru-paru setelah dihembuskan secara maksimal biasanya ¡¾ 1,5 liter dan dapat
dihitung sebagai berikut: TLC-VC= RV, perhatikan RV adalah ¡¾ 25 % dari TLC.

5. Volume Pernapasan Semenit (Respiration Minute Volume/RMV). Volume pernapasan


semenit adalah jumlah gas yang bergerak masuk dan keluar dari paru-paru dalam satu
menit. Yaitu RMV = TV x Frekuensi Pernapasan. Biasanya 6 liter pada saat istirahat,
tetapi dapat melebihi 100 liter pada saat latihan berat. RMV kadang dinamakan Ventilasi
Paru (Pulmonary Ventilation).

6. Kapasitas Vital Sewaktu (Time Vital Capacity). Kapasitas vital sewaktu adalah bagian
dari vital capacity (VC) yang bisa dihembuskan dalam waktu tertentu biasanya 1 detik.
Sering dinamakan volume ekspirasi yang dipaksakan (FEV1/ Forced Expiratory Volume
One Second).
Parameter-parameter mekanis ini penting untuk memahami fisiologi karena secara
relatif akan meningkatakan resiko penyakit penyelaman (barotrauma, kekurangan gas dan
lain-lain). CO2 lebih mudah larut dalam darah 24 kali dibandingkan dengan O2, kecepatan
difusi CO2 melampaui O2 kurang lebih 20 kali lipat.

Difusi gas dipengaruhi oleh dinding alveoli. Pada alveoli yang kurang terventilasi
dengan O2 yang cukup maka pembuluh darah akan mengecil sehingga mengurangi
penyerapan O2 dan meningkatkan aliran darah pada alveoli bagian lain yang cukup O2.
Kelainan fungsi pernapasan dapat mengakibatkan berkurangnya pengeluaran dari CO2 darah
dan penyerapan O2 ke dalam darah (hypoxia dan hypercapnea).

Jumlah seluruh keperluan jaringan tubuh adalah kurang lebih 6,8 ml O2 darah (250 ml
O2/menit). Sejumlah kecil O2 larut dalam plasma darah sebesar (0,01/100 ml) sedangkan
sebagian besar berikat pada protein hemoglobin (Hb) pada sel darah merah. Hb mempunyai
daya ikat yang besar terhadap oksigen dan menjadi 98 % jenuh dengan oksigen pada tekanan
1 ATA . Tidak semua Hb melepaskan oksigen di jaringan, karena 75 % Hb tetap jenuh.

Untuk mempertahankan kadar oksigen dan karbondioksida volume pernapasan semenit


harus seimbang dengan pemakaian oksigen dan kecepatannya menghasilkan karbondioksida.
Pernapasan diatur oleh pusat pernapasan di otak. Dalam otak terdapat sensor yang
mendeteksi perubahan kadar CO2 darah, sensor ini sangat mempengaruhi pusat pernapasan.
Terdapat sensor yang sedikit mempengaruhi yang terdapat pada aorta dan arteri carotis yang
mendeteksi kadar O2 dalam darah.
Hal ini dapat dipahami jika penyelam yang tahan napas yang melakukan hiperventilasi
dapat terjadi ketidaksadaran. Karena pusat pernapasan tidak dirangsang kadar CO2 yang telah
berkurang akibat hiperventilasi dan gagal untuk bereaksi dengan baik terhadap bahaya
kekurangan O2 selama penyelaman dan selama naik ke permukaan.

2.1.2 Kardiovaskular

Peredaran/suplai darah sangat penting untuk mentransportasikan O2 yang telah diambil


di paru-paru ke jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang memerlukan banyak O2 adalah otak,
dimana otak mengambil sekitar 20 % O2 dalam keadaan normal. Apabila otak kekurangan
O2 maka akan terjadi penurunan kesadaran dan dalam 5 menit akan berakibat kematian

Darah dipompa oleh jantung ke jaringan melalui arteri, bercabang lebih kecil menjadi
arteriol dan kemudian di jaringan dan paru-paru menjadi kapiler-kapiler darah. Kapiler darah
meninggalkan jaringan membawa darah yang miskin oksigen ke vena. Vena membawa darah
balik ke jantung dan kemudian dipompa ke paru-paru. Arteri paru-paru membawa darah
miskin O2, sedangkan vena paru membawa darah yang kaya O2 karena telah terjadi proses
difusi di paru-paru ke jantung yang kemudian dipompa ke seluruh tubuh.

Jantung merupakan satu organ yang terbagi menjadi dua atrium dan dua ventrikel,
terdapat katup-katup yang menjaga darah agar tidak mengalir terbalik selama berkontraksi.
Kecepatan kontraksi jantung berbeda-beda pada tiap orang. Rata-rata 60-80/menit pada saat
istirahat dan 80-150/menit pada saat kerja.

2.2 Fisika Penyelaman

Tekanan udara pada permukaan laut pada suhu 0o C, pada dasarnya adalah tekanan
yang disebabkan oleh berat asmofir diatasnya. Tekanan ini konstan yaitu sekitar 760 mmHg
(14,7 psi) dan dijadikan dasar hukum atmosfir (1 ATA).

Berdasarkan hukum Pascal yang menyatakan bahwa tekanan yang terdapat pada
permukaan cairan akan menyebar ke seluruh arah secara merata dan tidak berkurang. Pada
setiap tempat di bawah permukaan air tekanan akan meningkat sebesar 760 mmHg (1
Atmosfir) untuk setiap kedalaman 10 meter. Dengan demikian penambahan tekanan air
permukaan dengan tekanan kedalaman air disebut tekanan Atmosfir Absolut (ATA).

Udara yang dihirup manusia adalah udara biasa yang terdiri dari komponen-komponen
sebagai berikut:

- 78 % Nitrogen (N2)

- 21 % Oksigen (O2)

- 0,93 % Argon (Ar)

- 0,04 % Karbondioksida (CO2)

- Sisanya gas-gas mulia (He, Ne,dll)


Dalam penyelaman maka hukum-hukum gas berlaku karena tekanan dan volume gas
yang keluar masuk tubuh manusia berubah sesuai keadaan.Dalam menyelam harus
mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar penyelaman yang harus diketahui seorang penyelam
agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan saat menyelam.Salah satu dasar penyelaman
tersebut adalah fisika penyelaman.Fisika penyelaman adalah ilmu yang mempelajari tentang
penyelaman dengan menggunakan hukum-hukum fisika. Hukum-hukum tersebut dapat di
jelaskan sebagai berikut:

a. Hukum Boyle

Hukum Boyle menegaskan hubungan antara tekanan dan volume. Volume dari suatu
kumpulan gas akan berbanding terbalik dengan absolut yaitu:

Atau P1.V2 = P1.V2

Keterangan:

P = Tekanan Absolut
V = Volume

K = Konstanta

Ini berarti bahwa, jika tekanan meningkat maka volume dari suatu kumpulan gas akan
berkurang begitu juga sebaliknya. Selama tekanan sebanding dengan kedalaman maka
volume juga tergantung dengan kedalaman. Bila tekanan 2 kali menjadi besar maka volume
akan menjadi setengah dari volume semula. Hubungan ini berlaku terhadap semua gas yang
ada di dalam ruangan tubuh sewaktu menyelam, menyelam kedalam air maupun saat naik ke
permukaan.

Seorang penyelam yang menghirup nafas penuh di permukaan akan merasakan paru-
parunya semakin lama semakin tertekan oleh air di sekelilingnya saat dia turun. Semua
rongga yang ada dalam tubuh akan terpengaruh hubungan volume dan tekanan ini. Mengenai
telinga bagian tengah, tekanan air yang ada di dalam tubuh akan dihantarkan oleh cairan-
cairan tubuh kerongga udara didalam telinga tengah. Selama tekanan meningkat maka
volume akan berkurang karena telinga bagian tengah didalam rongga tulang kaku, rongga
yang sebelumnya terisi udara akan diisi lagi oleh jaringan-jaringan yang membengkak,
berdarah dan menonjol kedalam gendang telinga. Rangkaian yang menjurus pada perusakan
jaringan dapat dicegah dengan menyeimbangkan tekanan ( equalizing ). Udara ditiupkan
kedalam saluran Eustachius dari tenggorokan agar volume gas yang ada didalam telingan
bagian tengah tetap konstan, sehingga tekananya dapat menyamai atau seimbang dengan
tekanan yang ada di air.

b. Hukum Dalton

Hukum ini menyatakan bahwa jumlah tekanan dari suatu campuran gas-gas adalah
jumlah tekanan partial dari tiap gas yang membentuk campuran tersebut.Jika gas itu secara
sendiri menempati seluruh ruang volume. Selama tekanan secara menyeluruh meningkat,
tekanan partial dari tiap-tiap gas pun akan meningkat. Pada kedalaman 40 meter ( tekanan 5
ATA ) penyelam yang bernafas dengan udara biasa akan menghirup oksigen dengan tekanan
partial yang sama ( 1 ATA ) seperti bila ia sedang menghirup 100% O2 di permukaan air.
Pemahaman hukum ini penting untuk mengetahui efek toksin gas pernafasan pada
kedalaman, penyakit dekompresi dan penggunaan oksigen maupun campuran gas untuk
tujuan pengobatan.

c. Hukum Henry

Dinyatakan bahwa pada suhu tertentu jumlah gas yang terlarut di dalam suatu cairan
berbanding lurus dengan tekanan partial dari gas tersebut diatas cairan. Bila seorang
penyelam turun sampai kedalaman 10 meter, tekanan partial nitrogen yang dihirup menjadi 2
kali lipat dibandingkan dengan dipermukaan dan akhirnya nitrogen yang terlarut dalam
jaringan juga akan dua kali lipat.

Waktu terjadi keseimbangan tergantung pada daya larut gas di dalam jaringan dan
kecepatan suplai gas ke jaringan oleh darah.Pengaruh fisiologi dari hukum terhadap seorang
penyelam berlaku untuk penyakit dekompresi, keracunan gas dan pembiusan gas lembam
(inert gas narcosis).

Bilamana tekanan yang terdapat dalam larutan terlalu cepat berkurang, gas keluar dari
larutan dalam bentuk gelembung-gelembung gas. Pada penyelam, pelepasan gelembung ini
dapat menyumbat pembuluh darah atau merusak jaringan tubuh dan meyebabkan berbagai
pengaruh dari penyakit dekompresi atau bends.

d. Hukum Charles

Hukum ini menyangkut hubungan antara suhu, volume, dan tekanan.Dinyatakan bahwa
bila tekanan tetap konstan, volume dari sejumlah gas tertentu adalah berbanding lurus dengan
suhu absolut. Hukum inji sangat erat hubungannya dengan sifat kompresi dan dekompresi
dari gas-gas yang juga berkaitan dengan gas-gas dalam aliran darah berwujud cair di tubuh
manusia yang dapat menjadi lewat jenuh saat menyelam dengan tekanan ( tabung ).

e. Hukum Archimedes

Hukum Archimedes menyatakan bahwa: “Setiap benda yang dibenamkan sebagian atau
seluruhnya kedalam cairan, maka ia akan mendapat gaya tekanan ke atas sebesar berat cairan
yang dipindahkan” Jadi semakin padat cairan itu, maka semakin besar daya
apungnya.Dengan demikian, penyelam dan kapal mengapung lebih tinggi di laut dari pada di
air tawar.

Dengan paru-paru mengembang sepenuhnya, biasanya orang akan mengambang diatas


permukaan air laut yaitu dia mempunyai daya apung positif. Daya apung positif yaitu bila
seseorang cenderung untuk mengambang, sedangkan gaya apung negative yaitu apabila
seseorang yang cenderung tenggelam dan daya apung netral seseorang cenderung melayang.

Dari hukum-hukum tersebut dapat disimpulkan bahwa, fisika penyelaman sangat


penting sebagai dasar penyelaman karena jika tidak mengetahui hukum-hukum maupun dasar
fisika penyelaman dapat berdampak buruk bahkan dapat menyebabkan kematian. Banyak
resiko saat melakukan penyelaman, jika penyelaman tidak didasarkan pada fisika penyelaman
maka penyelam akan mengalami kerusakan jaringan dalam tubuhnya karena perbedaan
volume dan tekanan yang tidak sembang.

2.3 Konsep Carbon

Karbon merupakan salah satu unsur dari unsur-unsur yang terdapat dalam golongan IV
A dan merupakan salah unsur terpenting dalam kehidupan sehari-hari karena terdapat lebih
banyak senyawaan yang terbentuk dari unsur karbon. secara alamiah karbon mengikat dirinya
sendiri dalam rantai-rantai atau cincin-cincin,tidak hanya dengan ikatan tunggal, C – C ,
tetapi juga mengandung ikatan ganda C = C, serta rangkap tiga,C≡C.

karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia
yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuat atom karbon. Ia
berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir atmosfer bumi. Rata-
rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan volume
walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida
adalah gas rumah kaca yang penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat.

Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan


mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis.
Oleh karena itu, karbon dioksida merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Karbon
dioksida juga dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. Karbon
dioksidaanorganik dikeluarkan dari gunung berapi dan proses geotermal lainnya seperti
pada mata air panas.

Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1atm namun
langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78 °C. Dalam bentuk padat, karbon
dioksida umumnya disebut sebagai es kering. CO2 adalah oksida asam. Larutan
CO2 mengubah warna litmus dari biru menjadi merah muda.

Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO)
sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil
pembakaran sempurna. Karbon dioksida (CO2), merupakan produk metabolisme dan sering
digunakan sebagai indikator tingkat pencemaran yang berhubungan dengan kehadiran
manusia di dalam gedung.

2.4 Pengertian Keracunan Karbondioksida

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan adalah
keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat
langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi
zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati,
darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam
jangka panjang.

Karbon dioksida atau CO2 merupakan gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan
termasuk salah satu jenis gas yang jumlahnya paling berlimpah di atmosfer. Gas yang dipakai
juga dalam minuman bersoda (berkarbonasi) ini memiliki nama lain 'carbonic acid gas' atau
gas asam arang.
Pada kasus seperti ini keracunan karbondioksida bisa disebut dengan Hiperkapnia atau
hiperkapnea yaitu kondisi dimana kadar karbon dioksida dalam tubuh meningkat. Dari asal
katanya, “hiper” berarti di atas nilai normal dan “kapnia” berasal dari bahasa Yunani yang
berarti asap atau dalam kimia merupakan senyawa karbondioksida. Hiperkapnia disebut juga
dengan istilah hiperkarbia.

Karbon dioksida atau CO2 adalah zat sisa hasil pembakaran tubuh. Normalnya zat ini
dikeluarkan oleh tubuh melalui paru-paru. Karbon dioksida juga dapat ditemui di lingkungan
yang berasal dari pembakaran bahan bakar, kendaraan bermotor, dan sebagainya. Banyak
kondisi yang dapat menyebabkan meningkatnya kadar karbon dioksida dalam tubuh, mulai
dari gangguan dalam organ tubuh hingga faktor luar tubuh.

Dalam konsentrasi rendah, karbon dioksida sebenarnya tidak beracun. Namun saat
seseorang berada dalam ruangan tertutup tanpa sirkulasi udara yang baik, konsentrasi gas ini
akan terus mengalami peningkatan. Sistem pernapasan manusia secara terus menerus akan
mengubah oksigen atau O2, menjadi gas karbon dioksida.

Tanpa ada sirkulasi udara yang baik, peningkatan konsentrasi karbon dioksida berarti
juga penurunan kadar oksigen yang dibutuhkan oleh sistem pernapasan manusia.
Kemampuan untuk bertahan dengan kadar oksigen yang terus menipis pada masing-masing
orang tidak selalu sama. Banyak faktor yang berpengaruh, termasuk kondisi kesehatan dan
fungsi paru-parunya.

Karbon dioksida dalam tubuh sebenarnya merupakan salah satu rangsangan untuk
proses bernapas. Semakin tinggi kadar karbon dioksida maka tubuh semakin dipicu untuk
bernapas guna mengambil oksigen. Namun bila terjadi kondisi hiperkapnia dan tubuh gagal
meningkatkan upaya bernapas maka dapat berakibat fatal. Penderita dapat mengalami kondisi
gagal napas, henti napas, bahkan mati mendadak.

Peningkatan konsentrasi atau kadar karbon dioksida tidak selalu mudah untuk dideteksi
mengingat gas ini tidak berbau dan tidak berwarna. Namun dalam situasi seperti ini biasanya
akan muncul gejala pusing, serta pernapasan cepat (hiperventilasi) untuk menetralkan darah
yang perlahan menjadi lebih asam karena menghirup karbon dioksida.

Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), Hidrokarbon: semua hasil


pembakaran menghasilkan gas ini, begitu juga proses industri. Gas ini menimbulkan efek
sistematik, karena meracuni tubuh dengan cara pengikatan hemoglobin yang amat vital bagi
oksigenasi jaringan tubuh akibatnya apabila otak kekurangan oksigen dapat menimbulkan
kematian. Dalam jumlah kecil dapat menimbulkan gangguan berpikir, gerakan otot,
gangguan jantung.

2.5 Mekanisme Keracunan

Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang kualitas dan
komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung 3 juta partikel/mm kubik. Partikel-
partikel itu dapat terdiri dari debu, kutu debu (tungau), bulu-bulu binatang, bakteri, jamur,
virus, dll.

Oleh karena adanya rangsangan dari partikel-partikel tersebut secara terus menerus,
maka timbul mekanisme rambut getar dari saluran napas yang bergetar hingga partikel
tersebut terdorong keluar sampai ke arah kerongkongan yang seterusnya dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui reflek batuk.

Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka (hipersensitif)
terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel tersebut dikeluarkan dari tubuh,
maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat berlebihan (hiperreaktif), maka
terjadilah keadaan dimana:

1. Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan


berkontraksi/memendek/mengkerut
2. Produksi kelenjar lendir yang berlebihan

3. Bila ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi reaksi
sembab/pembengkakan dalam saluran napas

Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas. Akibatnya
menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk membersihkan diri,
keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara napas yang berbunyi yang timbul
apabila udara dipaksakan melalui saluran napas yang sempit. Suara napas tersebut dapat
sampai terdengar keras terutama saat mengeluarkan napas.

Serangan asma bronkial ini dapat berlangsung dari beberapa jam sampai berhari-hari
dengan gejala klinik yang bervariasi dari yang ringan (merasa berat di dada, batuk-batuk) dan
masih dapat bekerja ringan yang akhirnya dapat hilang sendiri tanpa diobati.

Gejala yang berat dapat berupa napas sangat sesak, otot-otot daerah dada berkontraksi
sehingga sela-sela iganya menjadi cekung, berkeringat banyak seperti orang yang bekerja
keras, kesulitan berbicara karena tenaga hanya untuk berusaha bernapas, posisi duduk lebih
melegakan napas daripada tidur meskipun dengan bantal yang tinggi, bila hal ini berlangsung
lama maka akan timbul komplikasi yang serius.

Yang paling ditakutkan adalah bila proses pertukaran gas O2 dan CO2 pada
alveolus terganggu suplainya untuk organ tubuh yang vital (tertutama otak) yang sangat
sensitif untuk hal ini, akibatnya adalah: muka menjadi pucat, telapak tangan dan kaki menjadi
dingin, bibir dan jari kuku kebiruan, gelisah dan kesadaran menurun. Pada keadaan tersebut
di atas merupakan tanda bahwa penderita sudah dalam keadaan bahaya/kritis dan harus
secepatnya masuk rumah sakit/minta pertolongan dokter yang terdekat.

Karbon Dioksida (CO2) adalah produk utama yang dikeluarkan dalam pernafasan.
Penyelam yang bekerja keras menghemat udara dari tanki atau memakai alat scuba yang
kualitasnya tidak baik mempunyai resiko terkena ini. Gejala hiperkapnia biasanya ialah sakit
kepala, rasa pusing, palpitasi, rasa ngantuk. Kadang juga hiperkapnia bisa menyebabkan
sesak nafas, akan tetapi ini sangat jarang pada penyelaman, dikarenakan sensasi sesak nafas
di dihambat oleh tekanan parsial oksigen yang tinggi. Ketika di ari penyelam harus berhenti
bergerak dan menghentikan penyelaman bila gejala tidak menghilang cepat. Di permukaan
gejala akan cepat menghilang ketika penyelam tersebut bernafas dengan udara segar atau
oksigen.
keracunan karbondioksida biasanya terjadi pada penyelam berada di kedalaman (di
dasar laut), tetapi bisa juga terjadi pada saat penyelam berenang menuju dasar. Semakin
dalam menyelam semakin besar pula tekanan parsial gas pernapasan yang dihisap masuk
ke jaringan tubuh. Pada orang-orang rentan, tinggi tekanan parsial gas-gas tersebut dapat
menimbulkan keracunan gas, termasuk keracunan karbondioksida. Oleh karena itu pada
penyelaman laut dalam sering digunakan gas campuran misalnya gas Nitrox (Nitrogen-
Oksigen), Heliox (Helium-Oksigen) bahkan ada juga tiga campuran yaitu Helium-Nitrogen-
Oksigen.

Apabila udara segar yang masuk ke dalam kompresor (waktu mengisi tabung) tercemar
gas C02 dari mesin/pabrik maka akibatnya penyelam bisa keracunan. Gejalanya diantaranya
adalah sesak napas (napas pendek, cepat, dalam dan berat), berdenyut di daerah dahi, kepala
terasa ringan, kejang-kejang, penglihatan menurun dan pada tingkat berat jantung dan
pernapasan dapat berhenti dan berakhir dengan kematian.

2.6 Manifestasi klinis

Beberapa kondisi yang menyebabkan hiperkapnia:

1. Sumbatan pada jalan napas, misal sumbatan akibat benda asing, sumbatan lendir, saluran
napas yangbengkak seperti pada serangan asma;

2. Penyakit paru-paru sehingga fungsi paru-paru menurun;

3. Penurunan kesadaran dimana terjadi gangguan pada pusat pernapasan;

4. Lingkungan dengan kadar karbon dioksida yang tinggi, misal asap kendaraan bermotor,
kebakaran hutan, persitiwa gunung berapi.

Manifestasi klinis dari hiperkapnia antara lain:

1. Sesak bernapas

2. Frekuensi bernapas meningkat

3. Detak jantung meningkat


4. Tekanan darah meningkat

5. Sakit kepala

6. Perasaan cemas

7. Kesadaran menurun

8. Lemah

9. Telinga berbunyi (tinitus)

10. Nausea

11. Otot-otot menjadi lemah

12. Tekanan darah meningkat disertai dengan sianosis

13. Pernapasan cepat dan nadi cepat

14. Collaps, koma dan meninggal

Gejala keracunan tergantung pada konsentrasi Co2 didalam sumber keracunan. Apabila
hampir saluran atmosfer mengandung Co2 maka efek toksis Co2 begitu hebatnya dan ditandai
dengan spasme glottis, konvulsi, koma yang terjadisecara mendadak dan kematian segera.
Biasanya kematian karena keracunan Co2 ini sering membawa korban lebih dari seorang
karena si penolong tidak menduga korban pertama keracunan gas dan berbahaya.

2.7 Patofisiologi

Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan
tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,
sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer, dan
sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin
berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila
ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak
karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan
memperberat syok, asidemia,dan hipoksia (Brunner and Suddarth, 2010)

Karbondioksida dianggap sebagai racun yang potensial dan dapat menyebabkan


asfiksia yang terjadi karena kurangnya jumlah oksigen pada pernapasan dan pada tahap awal
dipercepat karena efek Karbondioksida yang dapat menyebabkan pernapasan semakin cepat
dan dalam. Gas Karbondioksida yang masuk melalui paru-paru akan didistribusikan ke
darah sehingga menyebabkan ketidakseimbangan asam-basa atau asidosis dengan deperesi
Susunan Saraf Pusat (Lambertsen, 2014).

Konsentrasi Karbondioksida dalam darah meningkatkan dan bereaksi dengan air (H2O)
membentuk asam karbonat (H2CO3) di dalam darah kemudiam terpisah menjadi ion
hidrogen (H+) dan bikarbonat (HCO3). Kelebihan Karbondioksida menciptakan suasana
asam di dalam darah dan menyebabkan pH darah menjadi kurang dari 7,35 (Guais Adeline,
dkk, 2011).

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap (urin, gula darah, cairan


lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N, kreatinin,
glukosa, transaminase hati), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk
kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif (Mansjoer Arif,2009).

2.9 Masalah keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan CO2 dalam tubuh

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan O2 dalam tubuh

3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kurangnya suplay O2

4. Penurunan kesadaran berhubungan dengan kurangnya suplay O2 ke otak

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


2.10 Intervensi

1. Diagnosa 1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan CO2 dalam


tubuh

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24 jam pertukaran gas
membaik.
Kriteria hasil : :
- Frekuensi napas 18-20/menit
- Frekuensi nadi 75-100/menit
- Warna kulit normal, tidak ada dipnea, dan gas darah arteri (GDA) dalam batas normal.
- Dapat mendemonstrasikan batuk efektif
- Hasil analisa gas darah normal :
PH (7,35 – 7,45)
PO2 (80 – 100 mmHg)
PCO2 ( 35 – 45 mmHg)

Intervensi

a) Pantau status pernapasan tiap 4 jam, hasil GDA, intake, dan output.
R: Untuk mengidentifikasi indikasi ke arah kemajuan.
b) Tempatkan klien pada posisi semifowler.
R : Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik.
c) Berikan terapi intravena sesuai anjuran.
R : Untuk memungkinkan rehidrasi yang cepat dan dapat mengkaji keadaan vaskuler
untuk pemberian obat-obat darurat.
d) Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 L/menit selanjutnya sesuaikan dengan hasil PaO2.
R : Pemberian oksigen mengurangi beban otot-otot pernapasan.
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan pengobatan yang telah tepat serta amati
bila ada tanda-tanda toksisitas.
R : Pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronkhus seperti kondisi sebelumnya.

2. Diagnosa 2 : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan O2 dalam tubuh

Tujuan : Mempertahankan pola napas tetap efektif


Intervensi :

a) Observasi tanda-tanda vital.


Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam menentukan tindakan
selanjutnya
b) Berikan O2 sesuai anjuran dokter
Rasional : Terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung
c) Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen(ventilator) dan lakukan suction.
Rasional : Ventilator bisa membantu memperbaiki depresi jalan napas
d) Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan asuhan keperawatan
individual
Rasional : Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien dan mengurangi
kecemasan,istirahat mengurangi komsumsi oksigen miokard.

3. Diagnosa 3 : Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kurangnya suplay O2

Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat

Intervensi :

a) Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital.


Rasional : Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan perfusi
b) Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis
Rasional : Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan perfusi jaringan
c) Berikan kenyamanan dan istirahat
Rasional : Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien istirahat mengurangi
komsumsi oksigen
d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antidotum
Rasional : Obat antidot (penawar) dapat mengakumulasi penumpukan racun.

4. Diagnosa 4 : Penurunan kesadaran berhubungan dengan kurangnya suplay O2 ke otak

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan dapat mempertahankan tingkat


kesadaran klien (komposmentis)

Intervensi :
a) Monitor vital sign tiap 15 menit
Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi penurunan kesadaran
b) Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.
c) Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan kolapsnya pembuluh
darah
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung
dan paru.
d) Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran
Rasioanal : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, meliputi resusitasi :
Airway, breathing,sirkulasi
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum
Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu mengakumulasi penumpukan
racun

Penatalaksanaan Tambahan
Terapi hiperbarik adalah terapi yang dilakukan dengan menghirup oksigen 100% di
dalam ruangan tertutup dengan tekanan atmosfer tinggi dan terkendali. Terapi ini merupakan
metode pengobatan yang dapat meningkatkan proses penyembuhan alami tubuh. Hingga saat
ini terapi hiperbarik telah banyak digunakan sebagai terapi tambahan untuk melengkapi dan
meningkatkan proses penyembuhan baik pada kondisi akut maupun kondisi kronis.

Penangan hiperkapnia ialah mengobati gejala. Terapi utama ialah pemberian oksigen.
Pada kondisi berat atau penderita tidak sadar, penderita dapat diberikan alat bantu
pernapasan. Penderita juga harus tenang agar dapat bernapas dengan baik. Hal terpenting
lainnya ialah mengobati penyebab hiperkapnia. Bila terdapat sumbatan maka sumbatan harus
dibebaskan. Bila penderita memiliki penyakit mendasar, seperti asma, infeksi paru-paru,
maka penyakit tersebut harus disembuhkan.

Prinsip Pengobatan dengan Terapi Hiperbarik Pada prinsipnya tekanan diperlukan agar
oksigen dapat secara efektif larut ke dalam cairan plasma darah. Dengan meningkatnya
tekanan, maka ukuran molekul oksigen akan berkurang dan menciptakan lingkungan oksigen
yang lebih padat. Molekul oksigen di dalam alveolus atau membran paru menjadi lebih
terkonsentrasi sehingga memungkinkan molekul oksigen lebih banyak dipindahkan ke dalam
darah secara difusi, sehingga memenuhi cairan plasma darah. Dengan meningkatnya
tekanan, suhu juga akan meningkat. Hal ini secara langsung akan meningkatkan volume
oksigen yang tersedia. Sehingga kadar oksigen yang lebih tinggi dapat mencapai jaringan
tubuh yang lebih dalam. Kegunaan dan Manfaat Terapi Hiperbarik Kadar oksigen yang tinggi
akan meningkatkan kemampuan sel darah putih untuk membunuh bakteri, mengurangi
pembengkakan dan memungkinkan pembuluh darah baru pada daerah yang terluka tumbuh
lebih cepat.

Prosedur Terapi Hiperbarik Prosedur terapi meliputi beberapa tahapan berikut :

1. Persiapan terapi Oksigen murni dapat menyebabkan kebakaran apabila ada percikan atau
api. Oleh karena itu, pasien tidak boleh membawa korek api atau perangkat bertenaga baterai
ke dalam ruang terapi. Pasien harus menghapus produk perawatan rambut dan kulit, parfum,
deodoran, dan hal lainnya yang berbasis minyak dan berpotensi menimbulkan kebakaran.
Hanya pakaian katun bersih yang diperbolehkan di dalam ruangan. Pasien juga harus
memberi tahu teknisi apabila ada obat yang digunakan dan pasien disarankan untuk tidak
meminum alkohol atau minuman berkarbonasi selama empat jam sebelum perawatan. Pada
kebanyakan kasus, pasien harus berhenti merokok dan berhenti menggunakan produk
tembakau lainnya selama masa pengobatan mereka, karena dapat mengganggu kemampuan
tubuh untuk mengangkut oksigen.

2. Selama terapi Pasien bisa mendapatkan terapi hiperbarik dalam dua jenis pengaturan, yaitu
dalam suatu tabung yang dirancang untuk 1 orang atau dalam suatu ruang yang dirancang
untuk beberapa orang. Selama terapi oksigen hiperbarik, tekanan udara dalam ruangan adalah
sekitar dua sampai tiga kali tekanan udara normal. Tekanan udara yang meningkat akan
menimbulkan perasaan penuh yang bersifat sementara di dalam telinga yang mirip dengan
apa yang dirasakan ketika berada di dalam pesawat terbang atau ketika berada pada tempat
yang tinggi. Hal ini dapat diredakan dengan melakukan gerakan menguap atau menelan.

3. Setelah terapi Pada kebanyakan kondisi, terapi berlangsung hingga sekitar dua jam. Pasien
mungkin merasa agak lelah atau lapar setelah terapi ini, namun tidak membatasi aktivitas
normal. Efek Samping Terapi Hiperbarik Terapi oksigen hiperbarik umumnya merupakan
prosedur yang aman. Komplikasi jarang terjadi, namun perawatan ini berisiko menimbulkan
efek samping sebagai berikut : Rabun jauh sementara (miopia) yang disebabkan oleh
perubahan sementara pada lensa mata. Kerusakan telinga tengah, termasuk kebocoran cairan
dan robekan gendang telinga akibatnya meningkatnya tekanan udara. Kerusakan paru – paru
akibat perubahan tekanan udara (barotrauma). Kejang akibat terlalu banyak oksigen
(toksisitas oksigen) di dalam sistem saraf pusat. Pada keadaan tertentu bisa terjadi api dan
kebakaran karena lingkungan terapi yang kaya oksigen. Agar dapat menjadi efektif, terapi
hiperbarik mungkin akan membutuhkan lebih dari satu kali sesi terapi. Jumlah sesi
tergantung pada kondisi medis Anda. keracunan karbon monoksida dapat dirawat dalam tiga
kali kunjungan, namun luka yang tidak menyembuh, mungkin memerlukan 20 sampai 40 kali
perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Noer Syaifoellah,1996,Ilmu Penyakit Dalam,FKUI,Jakarta

Mansjoer Arif,2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media


Aesculapius,FKUI,Jakarta

Suzanne C. Brenda G.2001,Keperawatan Medikal Bedah,EGC,Jakarta

Sumber : Http/www.indonesianurse.htm

Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001

Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach. Volume 2.
Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun
1989)

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing.
8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)

Вам также может понравиться

  • Bab 4 Sudah Refisi Bu Nelyta
    Bab 4 Sudah Refisi Bu Nelyta
    Документ13 страниц
    Bab 4 Sudah Refisi Bu Nelyta
    angga
    Оценок пока нет
  • Wa0002
    Wa0002
    Документ1 страница
    Wa0002
    angga
    Оценок пока нет
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Документ2 страницы
    ABSTRAK
    angga
    Оценок пока нет
  • Wa0002
    Wa0002
    Документ1 страница
    Wa0002
    angga
    Оценок пока нет
  • Bab 1
    Bab 1
    Документ25 страниц
    Bab 1
    angga
    Оценок пока нет
  • Case Pneumothorax
    Case Pneumothorax
    Документ20 страниц
    Case Pneumothorax
    vioni zuhdi
    Оценок пока нет
  • Leader 1
    Leader 1
    Документ22 страницы
    Leader 1
    angga
    Оценок пока нет
  • LP Keracunan Co2
    LP Keracunan Co2
    Документ9 страниц
    LP Keracunan Co2
    yanie
    Оценок пока нет
  • Wa0005
    Wa0005
    Документ2 страницы
    Wa0005
    angga
    Оценок пока нет
  • Leader 1
    Leader 1
    Документ22 страницы
    Leader 1
    angga
    Оценок пока нет
  • Nama
    Nama
    Документ26 страниц
    Nama
    angga
    Оценок пока нет
  • Caffer
    Caffer
    Документ1 страница
    Caffer
    angga
    Оценок пока нет
  • Carilan Uu Tentang Kesehatan Maksimal 3
    Carilan Uu Tentang Kesehatan Maksimal 3
    Документ1 страница
    Carilan Uu Tentang Kesehatan Maksimal 3
    angga
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    angga
    Оценок пока нет
  • Aditya Eka Yuzarza
    Aditya Eka Yuzarza
    Документ1 страница
    Aditya Eka Yuzarza
    angga
    Оценок пока нет
  • Carilan Uu Tentang Kesehatan Maksimal 3
    Carilan Uu Tentang Kesehatan Maksimal 3
    Документ1 страница
    Carilan Uu Tentang Kesehatan Maksimal 3
    angga
    Оценок пока нет
  • Fauzi
    Fauzi
    Документ1 страница
    Fauzi
    angga
    Оценок пока нет
  • Aditya Eka Yuzarza
    Aditya Eka Yuzarza
    Документ1 страница
    Aditya Eka Yuzarza
    angga
    Оценок пока нет
  • Aditya Eka Yuzarza
    Aditya Eka Yuzarza
    Документ1 страница
    Aditya Eka Yuzarza
    angga
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ1 страница
    Daftar Isi
    angga
    Оценок пока нет