Вы находитесь на странице: 1из 12

A.

LATAR BELAKANG

Di era modern sekarang ini, tidak ada isu tentang Islam yang sensitif dan sering
dibincangkan serta diperdebatkan melainkan fenomena jihad. Istilah jihad menjadi sangat
familiar di telinga masyarakat Indonesia sejak terjadinya bom Bali. Jihad sangat sering
diperbincangkan dalam buku-buku akademis, media massa, dan wadah informasi lainnya.
Bahkan jihad merupakan salah satu konsep Islam yang paling sering disalahfahami,
khususnya oleh kalangan para ahli dan pemikir Barat. 1 Diskursus jihad merupakan bagian
dari wacana dan pembahasan yang terus menarik untuk di teliti.

Di dalam Kamus Bahasa Indonesia jihad diberi makna agak luas dan mengandung
beberapa makna. Pertama, jihad dapat diartikan usaha dengan segala daya upaya untuk
mencapai kebaikan. Kedua, usaha sungguh membela agama Islam dengan mengorbankan
harta benda, jiwa dan raga, Ketiga perang suci melawan orang kafir untuk mempertahankan
agama Islam. Ketika jihad disandingkan dengan kata akbar sehingga menjadi jihad akbar
yang bermakna literalnya perang besar maka maknanya perang melawan hawa nafsu yang
jahat. Ketika kata jihad disandingkan dengan kata asghar maka maknanya jihad kecil yang
maknanya adalah berperang dengan musuh.2

Kata jihad berasal dari Bahasa Arab al-jihad. Dalam kamus Lisan al-‘Arab disebutkan
bahwa menurut satu pendapat kata ini berakar pada kata jahd yang berarti al-masyaqqah
(letih/sukar). Karena dalam jihad memang terdapat kesulitan dan menyebabkan keletihan.
Ada juga yang berpendapat bahwa jihad berasal dari akar kata juhd yang berarti al-taqah
(kemampuan). Ini karena jihad menuntut kemampuan, dan harus dilakukan sesuai
kemampuan. Dan jihad merupakan bentuk isim masdhar dari kata jahada-yujahidu-jihadan-
mujahadah yang berarti mencurahkan segala kemampuan (bazl al-juhd).
Kata jihad kemudian lebih banyak digunakan dalam arti peperangan (al-qital) untuk
menolong agama dan membela kehormatan umat. Padahal dalam Al-Quran dan sunnah, kata
jihad memiliki banyak makna dan lebih luas dari pada sekedar peperangan. Ada jihad hawa
nafsu, jihad dakwah, dan jihad sabar. Inilah yang diistilahkan oleh Yusuf Qardhawi dengan
jihad sipil (al-jihad al-madani). Namun sayang sekali, banyak orang yang mereduksi makna
jihad itu hanya terbatas pada arti peperangan saja.

1
H.A.R. Sultan Mansur, Jihad, (Jakarta: Panji Masyarakat,1982), hlm. 9.

2
Dendy Sugono (Pemimpin Redaksi), Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
edisi IV, (Jakarta: Department Pendidikan Nsional, 2008), hlm. 584. di kutip dari buku Hasbi
Amiruddin, Jihad Membangun Peradaban, (Banda Aceh: Perpustakaan Nasional, 2015) , hlm. 9.
1
Jihad secara terminologi adalah pengerahan usaha dan kemampuan di jalan Allah
dengan nyawa, harta, pikiran, lisan, pasukan dan lain sebagainya.3 Mungkin definisi ini lebih
tepat daripada definisi-definsi jihad yang lain, karena dalam definisi ini mencakup seluruh
jenis jihad yang diterangkan oleh al-Qur’an dan Sunnah. Dan dengan demikian tidak
membatasi jihad hanya dalam bentuk peperangan terhadap orang-orang kafir. Karena pada
dasarnya aktifitas hati berupa niat dan keteguhan, maupun aktifitas lisan berupa dakwah dan
penjelasan, aktifitas akal berupa ide kreatif dan pemikiran, serta aktifitas tubuh berupa perang
dan yang lainnya, adalah bagian dari jihad. Di antara dalil yang menunjukkan bahwa jihad
bukan hanya bermakna perang yaitu kata jihad yang disebutkan dalam QS. al-Ankabut
[29]:69

‫نوالانذينن نجانهمدوا نفيننا لنننحهندنيانمهحم مسمبلنننا نوإنان ا ن‬


‫ا لننمنع احلممححنسننينن‬
Artinya: “Orang-orang yang berjihad di jalan kami, pasti akan Kami tunjukkan pada
mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik”.
Firman-Nya, “yang berjihad di jalan kami”, yang dimaksud jihad di sini adalah semua
macam dan jenis jihad, baik berjihad melawan musuh yang lahiriah nyata maupun yang batin
(tidak nampak).4 Begitu universalnya makna jihad ini, Quraish Shihab berpendapat,bahwa
tidak ada satu amalan keagamaan yang tidak disertai jihad dan dengan demikian seorang
mukmin pastilah seorang mujahid. Menurutnya, paling tidak, diperlukan jihad untuk
menghambat rayuan nafsu yang selalu mengajak pada kedurhakaan dan pengabaian tuntunan
agama.5
Ayat diatas menunjukkan, bahwa orang yang layak mendapatkan kebenaran adalah
orang yang sungguh-sungguh, dan bahwa orang yang berbuat ihsan dalam melaksanakan
perintah Allah, maka Allah akan membantunya serta memudahkan sebab-sebab hidayah. Ayat
ini juga menunjukkan, bahwa orang yang bersungguh-sungguh mencari ilmu syara’ maka dia
akan mendapatkan hidayah dan pertolongan dari Allah. Di samping itu, mencari ilmu
merupakan salah satu di antara dua jihad, di mana tidak ada yang melakukannya kecuali
manusia-manusia pilihan, yang pertama yaitu jihad dengan ucapan serta lisan kepada kaum
kafir dan munafik. Jihad ini berusaha mengajarkan agama dan membantah orang-orang yang
menyelisihi hak, sedangkan yang kedua adalah jihad fisik (perang).
3
Ibid ., hal. 4

4
Al-Baidawi, Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’awil, jilid I, hal:324

5
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Cet. Ke-13(Bandung: Mizan,1996), hal. 495
2
Islam mendorong umatnya untuk berjihad di jalan Allah, mengarungi lautan
peperangan dan samudra bahaya dalam rangka meninggikan kalimat Allah. Islam juga
memberikan semangat kepada umatnya untuk berani menghadapi berbagai bahaya dan
halangan serta tantangan dalam rangka mencari keridhaan Allah, memperoleh kemuliaan
berupa kematian sebagai seorang syahid dengan penuh kebesaran dan kebahagiaan, karena
Allah telah menyediakan balasan yang tak ternilai bagi para mujahid di jalan-Nya. Ada
pahala besar, surga yang penuh kenikmatan, keutamaan dan kemuliaan dari sisi-Nya.

Makna jihad seakan dipahami secara sederhana sebagai bentuk perang atas nama
agama untuk memusnahkan kezaliman di dunia. Paradigma pemikiran jihad dilakukan oleh
gerakan perjuangan Islam di Palestina, Hamas dan al-Qaidah.6 Mereka memperlakukan kaum
Yahudi, Nasrani, dan tokoh-tokoh Islam yang bekerja sama dengan kepentingan Israel dan
Amerika adalah musuh yang harus dimusnahkan. Berbagai siasat pertempuran dijalankan
agar dapat menghancurkan lawan-lawannya, termasuk dengan mengorbankan diri. Serangan-
serangan balasan yang dilakukan warga Palestina, seringkali dengan melakukan aksi bom
bunuh diri. Membalas serangan musuh dapat diperbolehkan, namun di sisi lain tindakan
bunuh diri dilarang agama.7

Bom merupakan sebuah senjata modern yang digunakan untuk berperang dan dapat
membunuh banyak nyawa. Bom bunuh diri merupakan sebutan atas tindakan yang dilakukan
seseorang yang meledakkan dirinya dengan menggunakan bom. Bunuh diri / Intihar menurut
bahasa berasal dari kata naharahu yang berarti menyembelihnya, dan Intahara ar-rajulu
berarti seseorang menyembelih diri sendiri.8 Yang dimaksud adalah seseorang melakukan
bunuh diri.Adapun menurut istilah syar’i adalah “Orang yang membunuh dirinya sendiri
dengan menghilangkan ruhnya, melalui salah satu cara yang mengakibatkan kematian,

6
Dalam bahasa Arab Hamas berarti “semangat” akronim untuk gerakan perlawanan Islam (Harakah al-
muqawwamah al-Islamiyah). Dalam hal ini, Hamas merupakan organisasi politik di Palestina yang bergerak
melawan penindasan Israel terhadap rakyat Palestina, selengkapnya baca: Robert Dreyfuss “Militan Islam dalam
Bingkai Israel” dalam “Devil’s Game Orchestra Iblis 60 Tahun Perselingkuhan Amerika-Religious Extremist,
(terj). Team SR-Ins Publishing (Yogyakarta: SR-Ins publishing 2007), hlm. 241-270. Sementara itu, Al-Qaidah
adlah gerakan yang bersifat aliansi dan mempunyai hulu yang sama, yaitu menginginkan sebuha tatanan yang
sama: yaitu menginginkan sebuah tatanan sistem kenegaraan yang bernama “al-khilafah al-Islamiyah”, sebagai
sebuah ending dari terbentuknya daulah Islamiyah yang merupakan tujuan yang sama sekali tidak pernah dapat
ditawar-tawar lagi, baca: A. Maftuh Abegebriel “ Al-Qaidah; Arabits or Islamist” dalam Negara Tuhan The
Thematic Encyclopedia (Yogyakarta: SR-Ins publishing 2004), hlm. 556-690
7
An-Nisa’: (4): 29.

8
ibid, hlm 18., Lihat, Ibnu Mandhur, Lisanul Arab, Juz 5 : 195 - 197
3
dikarenakan tertimpa musibah yang tidak kuat ia tanggung, atau tertimpa ujian yang ia tidak
sabar menghadapinya.”9 Imam al-Qurtubi mendefinisikan intihar adalah seseorang yang
membunuh diri sendiri dengan sengaja, untuk menghilangkan kerakusan terhadap dunia dan
harta sampai mendorongnya pada bahaya yang membawa pada kehancuran, atau mungkin
saja dikatakan pada ayat “ Dan janganlah kamu membunuh dirimu dalam keadaan panik atau
marah”.10
Bunuh diri atau intihar adalah tindakan yang dilarang oleh agama. Diri manusia pada
hakekatnya hanyalah barang titipan yang diberikan Allah. Oleh karena itu titipan itu tidak
boleh diabaikan.11 Dalam melakukan aksi tersebut para pelaku telah mempersiapkan diri
dengan baik. Tindakan inipun tidak dapat dilakukan oleh semua orang, hanya orang – orang
tertentu saja yang dapat melakukannya.
Mengorbankan diri atau al-Mughammarah bisa berarti as-syiddah ( kekerasan ). Al-
Mughammir berarti orang yang terjun dalam kekerasan atau hal-hal yang mencelakakan.
Maka al-Mughammir (orang yang berkorban) ialah orang yang menceburkan dirinya dalam
bahaya, atau orang yang berani mengarungi kerasnya kematian (Syuja’ Mughammir).12
Aksi-aksi dalam masa perang saat ini, dengan menggunakan bahan peledak seperti
bom, dengan berbagai cara penggunaannya baik dengan bantuan alat maupun dilakukan
secara manual, dengan mengikatkan pada tubuh maupun kendaraan yang dikendarai.
Sehingga si pelaku itu sendiri ikut menjadi korban bahkan mati. Dari hal ini muncul sebutan
aksi bom bunuh diri. Meskipun bagi para pelaku berniat untuk menaklukkan musuh dengan
kesiapan mengorbankan diri sendiri, dan ia pun sadar bahwa kemungkinan besar ia akan
terbunuh.13 Aksi bom ini dapat pula diistilahkan dengan al– ‘Amaliyyat al- Isytisyhadiyyah,
yang secara umum berarti aksi-aksi perlawanan yang dilaksankan oleh pelakunya karena
mengharap syahid.14
Dikisahkan dalam sebuah hadits, dari Abu Bakar bin Abu Musa al-Asy’ari r.a.,
mengatakan ; Pernah aku mendengar bahwa ayahku saat itu ia tengah berhadap-hadapan
dengan musuh berkata ; Telah bersabda Rasulullah SAW;
“ Bahwasannya pintu – pintu surga berada dibawah naungan pedang “ (HR Muslim)

9
MT. Al-Qadah, op cit, hlm 18., lihat, Al-Ali, Ibrahim, Filisthin al-Muslimah, edisi ke 10, tahun 1995, hal 51

10
Al – Qurtubi, Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Juz 5, hlm 156 - 157

11
Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1990, hlm 452

12
MT. Al Qadah, op cit, hlm 15 – 16.

13
ibid

14
MT. Al Qadah, op cit., hlm 17., lihat; Al Takruri, Al-‘Amliyyat al-Istisyhadiyyah fil mizan al-Fiqhi, hlm 35
4
Maka tiba-tiba datanglah seorang yang kusut penampilannya, dan berujar; Wahai Abu Musa,
benarkah engkau mendengar ucapan ini dari Rasulullah SAW ? Ayahku menjawab; Tentu saja
! Orang tersebut lantas kembali menghampiri kawan-kawannya dan mengatakan; Sekarang
kuucapakan salam terakhir kepadamu. Ia lantas merobek sarung pedangnya dan
membuangnya, kemudian dengan pedangnya ia menerjang musuh, menyerang, hingga ia
sendiri terbantai.15
Firman Allah SWT.

ِ‫ان الشتننرىى فمنن الللملؤفمفنيِنن أنلنفلنسهللم نوأنلمففنوُالنهللم فبفأ ننن لنلهفلم اللنجننففةن َ يلقنففاَتفللوُنن فففي‬ ‫إفنن ن‬
َ ‫اف فنيِنلقتلللوُنن نويللقتنللوُنن َ نولعقدا نعلنليِفه نح ققاَ ففففيِ التنففلوُنرافة نوا ل فللنفجيِفففل نواللقلففلرآْفن‬
‫نسفبيِفل ن‬
‫ك هلنوُ اللفنلوُلز‬‫اف َ نفاَلستنلبفشلروا بفبنليِفعلكلم النفذيِ نباَينلعتللم بففه َ نوىنذلف ن‬ ‫نونملن أنلوفنىى بفنعلهفدفه فمنن ن‬
‫اللنعفظيِلم‬
Artinya : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan
harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang dijalan Allah, lalu
membunuh atau terbunuh, (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat,
Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah, Maka
bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang
besar. “ ( QS. At=Taubah ; 111 )16
Ayat ini merupakan kalimat baru yang menjadi penafsir bagi makna yang terkandung
di dalam lafal fa yuqtaluuna wa yaqtuluuna, artinya sebagian dari mereka ada yang gugur dan
sebagian yang lain meneruskan pertempurannya (sebagai janji yang benar) lafal wa`dan dan
haqqan keduanya berbentuk mashdar yang dinashabkan fi`ilnya masing-masing yang tidak
disebutkan (di dalam Taurat, Injil dan Alquran) artinya tiada seorang pun yang lebih menepati
janjinya selain dari Allah. (Maka bergembiralah) dalam ayat ini terkandung pengertian
iltifat/perpindahan pembicaraan dari gaib kepada mukhathab/dari orang ketiga kepada orang
kedua (dengan jual-beli yang telah kalian lakukan itu dan yang demikian itu) yaitu jual-beli
itu (adalah kemenangan yang besar) yang dapat mengantarkan kepada tujuan yang paling
didambakan.
Quraish Shihab berpendapat bahwa dalam ayat ini Allah menegaskan janji-Nya
kepada orang-orang Mukmin yang mengorbankan jiwa dan harta mereka di jalan-Nya,
dengan cara menukar jiwa dan harta mereka itu dengan surga sebagai harga dari apa yang

15
Muhammad Sodiq Sholih, Kesyahidan Menggapai Taman Surga Tertinggi, Absolut, Yogyakarta, 2002, hlm 44
–45. lihat, Sahih Muslim, hadits No; 1902.
16
DEPAG RI, Al Quar’an dan Terjemahannya, CV Toha Putra, Semarang, hlm 299.
5
mereka korbankan itu. Mereka berjihad di jalan Allah, sehingga dapat membunuh musuh-
musuh Allah atau mati syahid di jalan-Nya. Allah telah menegaskan kebenaran janji ini dalam
Tawrât dan Injil, sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur'ân. Tidak ada seorang pun yang
ketulusan dan ketepatan janjinya melebihi Allah. Maka bergembiralah, wahai orang-orang
Mukmin yang berjihad, dengan janji ini, karena kalian telah mengorbankan jiwa dan harta
kalian yang fana dan menggantinya dengan surga yang kekal untuk itu. Jual beli seperti ini
adalah suatu keuntungan yang besar bagi kalian.
Logika dalil (Wajhuddilalah) adalah perang dijalan Allah mempunyai resiko besar
pada kematian. Akan tetapi meskipun demikian, Allah memerintahkannya dan memberikan
pahala surga bagi yang melaksanakannya, dikarenakan sasaran dari perang tersebut adalah
mencegah orang kafir agar tidak menyakiti kaum muslimin.17

Adapun modus operan di bom bunuh diri adalah dengan membawa bom atau bahan
peledak yang diikatkan pada tubuh maupun dibawa dalam mobil yang ditumpangi, kemudian
meledakkannya di daerah musuh atau di wilayah yang dikuasai oleh lawan. Seperti halnya
yang terjadi di Palestina, di mana Israel merampas tanah warga Palestina dan mengusir
mereka dari wilayah Palestina. Perseteruan yang selalu diupayakan jalan damai oleh dunia
itu, masih saja terjadi pertumpahan darah. Hal ini disebabkan agresi Israel yang membabi
buta. Israel sering melakukan penyerangan terhadap warga sipil.

Meskipun demikian, menyalahkan pelaku bom bunuh diri atas konflik Israel Palestina
merupakan penistaan terhadap keadilan. Karena aksi tersebut merupakan bentuk perlawanan
sekelompok masyarakat yang terusir dari tanah dan terenggut hak dan kebebasanya demi
mempertahankan apa yang tersisa dari kehormatan dan harga diri mereka. Namun, yang
menjadi pertimbangan adalah bom bunuh diri bukan hanya ditujukan kepada tentara
melainkan juga kepada penduduk sipil, hal ini jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam.18

Kondisi serupa juga terjadi di Irak belakangan ini, terutama pasca invasi Amerika
Serikat dan sekutunya. Di mata mereka jihad tidak lagi dimaknai sebagai jihad di jalan Allah,
akan tetapi telah mengalami pergeseran makna. Hal ini dapat dilihat pada komposisi
sosiologis yang berkenaan dengan pihak mana yang wajib diperangi, kemudian
17
MT. Al Qadah, op cit., hlm 23

18
Menurut aturan Islam, perempuan dan anak-anak tidak boleh diserang. Apabila dilakukan tindakan
penyerangan sesuai syari’at, lalu timbul korban di kalangan penduduk sipil dan mereka terbunuh secara tidak
sengaja (misalnya karena tidak bisa dibedakan antara mana yang boleh dibunuh dengan mana yang tidak boleh
dibunuh), maka mereka yang terbunuh merupakan bagian dari yang diperangi. Lihat: Abdurrahman Shiddiq,
“Penjelasan Sekitar Jihad dan Isu Terorisme” dalam Solo, 21 Januari 2006.
6
memposisikan jihad sebagai salah satu konsep perjuangan dalam menghadapi musuh yang
mereka sebut dengan istilah kafir.19

Di mata mereka jihad tidak lagi dimaknai sebagai jihad di jalan Allah, akan tetapi
telah mengalami pergeseran makna. Hal ini dapat dilihat pada komposisi sosiologis yang
berkenaan dengan pihak mana yang wajib diperangi, kemudian memposisikan jihad sebagai
salah satu konsep perjuangan dalam menghadapi musuh yang mereka sebut dengan istilah
kafir.

Kasus bom Bali misalnya, merupakan salah satu contoh peranan kalangan
fundamentalisme Islam di Indonesia. Mereka beranggapan bahwa Bali tidak hanya sebagai
tempat maksiat, akan tetapi juga memposisikan mereka yang datang ke pulau Bali
dikategorikan sebagai orang kafir.20 Ditambah lagi teror bom yang menyerang 3 gereja di
Surabaya. Mirisnya hal ini dilakukan oleh satu kelurga yang sudah buta fikirannya mengenai
makna dari kata jihad. Tidak pernah terlintas mengapa ada warga senekat itu, lagi pula tidak
ada alasan melakukan aksi tragis tersebut, karena permasalahan di Indonesia tidak seberat
penderitaan yang dialami rakyat Palestina,21 yang mana di Palestina bom bunuh diri
merupakan senjata terakhir dalam melawan penindasan Israel. Aksi bom bunuh diri atau
dapat disebut aksi bom syahid banyak terjadi di Palestina. Dalam hal ini muncul persoalan,
apakah tindakan bom bunuh diri termasuk dalam kategori jihad atau mati konyol, dan dalam
modus apa saja bunuh diri yang diperbolehkan dalam Islam.

Beranjak dari hal tersebut, sudah sepantasnya aksi bom bunuh diri yang berlandaskan
jihad diangkat sebagai salah satu kajian ilmiah dan didiskusikan keabsahannya terutama di

19
Mukhlas Syarkun dan W. Ghorara. “Dunia Islam dalam Benturan Kepentingan dan Peradaban”, dalam
Negara Tuhan; The Thematic Encyclopaedia (Yogyakarta: SR-InsPublishing 2004), hlm. 481.
20
Pengeboman Bali pada tanggal 12 Oktober 2002, menurut para pelaku adalah termasuk dalam jihad fi
sabilillah. Hal ini didasarkan pada niat atau rencana targetnya, karena yang menjadi sasaran utama adalah
Bangsa penjajah seperti AS dan sekutunya. Dan semakin di perjelas dengan adanya pembantaian terhadap umat
muslim di Afganistan pada bulan Ramadhan 2001 yang disaksikan oleh hampir seluruh umat muslim mereka
membantai kaum lemah dan anak-anak kecil tak berdosa. Oleh karena itu, mereka disebut kaum musyrikin
(kaum kafir) yang wajib diperangi. Imam Samudra, Aku Melawan Teroris (Solo: Jazera, 2004), hlm. 109.
21
Menurut Ba’asyir perjuangan Azhari keliru dalam hal penerapan. Seharusnya taktik pengeboman itu
dilakukan di daerah-daerah konflik seperti Palestina, Irak, Afghanistan, atau di wilayah kafir yang memerangi
umat Islam dan kaum muslimin. Dia juga menambahkan bahwa Indonesia tidak termasuk kategori tersebut
(daerah konflik). Meski begitu, Ba’asyir tetap mendoakan Azhari cs mati syahid, “Ba’asyir Minta Stop
Pengeboman”, Harian Umum Jawa Pos 20 Novmber 2005, hlm. 4.
7
dalam ruang lingkup pemikiran pesantren berbasis kitab kuning melalui penggalian khazanah
fikih syafi’iyah sebagai acuan hukum keagamaan mayoritas umat Islam Nusantara.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana pengertian konsep jihad melalui penggalian khazanah fikih syafi’iyah.

b. Bagaimana hukum bom bunuh diri melalui penggalian khazanah fikih syafi’iyah.

C. TUJUAN PENELITIAN

a. Mengungkap makna jihad menurut khazanah fikih syafi’iyah.

b. Merekonstruksi makna jihad menurut khazanah fikih syafi’iyah dalam konteks


analisis wacana aksi bom bunuh diri.

D. MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat Teoritis

Supaya hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah keilmuan Islam terutama
dalam ruang lingkup fikih syafi’iyah tentang bagaimana makna makna jihad dan
hukum bom bunuh diri.

b. Manfaat Praktis

1. Supaya dengan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian dan masukan bagi
peneliti selanjutnya.

2. Supaya dapat menjadi pedoman bagi umat Islam dan Pemerintah tentang
bagaimana makna jihad yang sesungguhnya menurut fikih syafi’iyah

3. Supaya menjadi penambah wawasan tentang bagaimana hukum bom bunuh diri
dalam ruang lingkup fikih syafi’iyah

E. KERANGKA KONSEP

JIHAD

8
FIKIH SYAFI’IYAH
BOM BUNUH DIRI

F. METODELOGI

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini bila dilihat dari jenisnya adalah termasuk dalam kategori
penelitian kepustakaan (library research), yakni penelitian yang menggunakan buku-
buku sebagai sumber datanya. Sedangkan bila dilihat dari sifatnya, penelitian ini
termasuk bersifat deskriptif-analitik, Ykni dengan berusaha memaparkan data-data
tentang suatu hal atau masalah dengan analisa dan interpretasi yang tepat.

2. Pengumpulan Data

Karena penelitian ini adalah kajian kepustakaan, maka sumber datanya


adalah karya-karya yang dihasilkan oleh kedua tokoh tersebut yang digolongkan
dalam sumber data yang terbagi menjadi dua, yakni: data primer dan data skunder.
Data primer yang penyusun gunakan adalah karya-karya Imam As-Syafi’i yaitu kitab
al-Umm
Adapun data skundernya adalah buku-buku atau teks-teks yang berkaitan dan
mendukung terhadap penelitian penyusun. Sementara itu dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknih penelusuran naskah. Yakni naskah
yang berkaitan dan relevan dengan kajian penelitian ini.

3. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul, baik dari sumber primer maupun sekunder, maka
langkah selanjutnya adalah menganalisa data dengan menggunakan metode analisa
isi (content analysis), yakni suatu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun data
dengan memusatkan pada dokumen, kemudian diadakan analisis dan menafsirkan
data tersebut. Analisis yang dimaksud di sini adalah menyusun data-data yang

9
diperoleh secara keseluruhan kemudian disimpulkan untuk ditarik menjadi sebuah
temuan yang berupa wacana baru.

4. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


hermeneutika sosial, yakni: interpretasi terhadap pribadi manusia dan aksi sosialnya.
Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji latar belakang dan aktivitas pengaruhnya
terhadap kerangka berfikir. Berkenaan dengan penelitian ini adalah aktivitas dan
kerangka berfikirnya Imam Asy-Syafi’i. Pendekatan ini juga untuk mengetahui
alasan mengapa sebagian umat Muslim besedia melakukan aksi bom bunuh diri.

5. Jadwal Penelitian
Penelitian PKTIM ini secara keseluruhan dimulai sejak bulan Mei 2018
sampai dengan bulan Oktober 2018

Tabel.I. Jadwal Penelitian

No Jadwal Kegiatan Kegiatan Penelitian

1 Bulan Mei 2018 Pengajuan Proposal

2 Bulan Juni 2018 Pengumpulan Data

3 Bulan Juli 2018 Memulai Penelitian

4 Bulan Agustus 2018 Monitoring dan Pendampingan

5 Bulan September 2018 Penyelesaina dan Pengiriman Hasil

6 Bulan Oktober 2018 Seminar Hasil dan Revisi

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan karya ilmiah ini, penulis berpedoman pada Pedoman
PKTIM 2018 dan buku Panduan Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh Ma’had Aly
MUDI Mesjid Raya Samalanga Kabupaten Bireuen edisi 2015.

10
DAFTAR PUSTAKA

al-Baidawi, Naar al-Din Abu al-Khair ‘Abdullah ibn ‘Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-
Ta’wil (Tafsir al Baidawi, Jilid I,. Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003).

al-Qurtubi Abi ‘Abdillah Muhammad ibn Ahmad al-Anshari, al-Jami’li Ahkam al-Qur’an.
Jilid V, Mesir: Dar al-Kutub al-A’rab,1967.

Abegebriel, A, M,. Abeveiro.A,Y,. dan SR-Ins Team. Negara Tuhan The Thematic
Encyclopaedia. Jogyakarta: SR-Ins Publishing, 2004.

Amiruddin. H, Jihad Membangun Peradaban, Banda Aceh: Perpustakaan Nasional, 2015.

DEPAG RI, Al Quar’an dan Terjemahannya, Semarang: CV Toha Putra, 1989.

Deparetemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi IV, Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008.

Dreyfuss, Robert, Devil’s Game, How The United States Helped Unieash Fundamentalist
Islam , Terj. Asyhabudin, “Devil’s Game, Orchestra Iblis, 60 Tahun Perselingkuhan
Amerika-Religious Extremist,” Yogyakarta: SRIns Publishing, 2007.

Harian Umum Jawa Pos, Ba’asyir Minta Stop Pengeboman, 20 November 2005.

Mansur, H.A.R. Sultan, Jakarta: Panji Masyarakat, 1892.

11
Qardhawi, S, M,.Y., Halal dan Haram dalam Islam, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990.

Samudra. I, Aku Melwan Teroris, Solo: Jazera, 2004.

Shalih, M,.S., Kesyahidan Menggapai Taman Surga Tertinggi, Yogyakarta: Absolut, 2002.

Shiddiq, A., Penjelasan Sekitar Jihad dan Isu Terorisme, dalam Solo Pos, 21 Januari 2006.

Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Quran, cet.13, Bandung: Mizan, 1996.

Syarkun, M., dan Ghorara.W., Dunia Islam dalam Benturan Kepentingan dan Peradaban”
dalam Negara Tuhan; The Thematic Encyclopedia. Jakarta: SR Ins Publishing, 2004.

12

Вам также может понравиться