Вы находитесь на странице: 1из 63

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam menghadapi abad ke 21 yang ditandai oleh liberasi perdagangan


diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang benar-benar siap menghadapi persaingan global yang
semakin terbuka. Selaras dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional
tentang relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan, maka proses
pendidikan di perguruan tinggi harus memperhatikan lingkungan dan kebutuhan
dunia kerja khususnya dunia usaha dan dunia industri.
Dalam melakukan magang mahasiswa diharapkan dapat memahami
proses produksi yang ada di perusahaan tersebut. Selain itu mahasiswa juga
diharapkan mendapat pengalaman kerja serta memperoleh gambaran mengenai
dunia kerja secara langsung. Sehingga mahasiswa dapat mempersiapkan diri serta
dapat menunjukkan kompetensinya dalam dunia kerja. Untuk itu penulisan
melakukan praktik kerja lapangan di PT. PERTAMINA (PERSERO) RU IV yang
beralamatkan di Jl. MT Haryono No.77, Cilacap, Jawa Tengah yang bergerak
dalam bidang pemanfaatan energi, sumber daya minyak, dan gas bumi.
Di dalam dunia perminyakan, untuk menunjang kelancaran operasi
diperlukan alat untuk mengalirkan fluida gas dari suatu tempat ke tempat yang
lain atau dari suatu peralatan ke peralatan yang lain. Salah satu alat yang
digunakan untuk menunjang kelancaran operasi diperlukan alat untuk
mengalirkan fluida gas dari suatu tempat ke tempat lain atau dari suatu peralatan
ke peralatan yang lain adalah kompresor.
Mengingat begitu pentingnya kompresor dalam industri minyak bumi dan
gas maka untuk itu penulis menyusun Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan
judul “Evaluasi Kerusakan dan Perbaikan Kompresor 013K101A di FOC II Utara
PT.PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap.”

1
2

1.2.1 Tujuan umum


Maksud diadakannya kerja praktek adalah agar mahasiswa dapat
mengaplikasikan dari ilmu yang didapat di perguruan tinggi, sehingga dapat
menigkatkan minat mahasiswa untuk menjadi seorang professional yang
memahami fungsi pekerjaan kelak.
1.2.2 Tujuan khusus
2 Untuk memenuhi syarat pembuatan tugas akhir instansi tempat studi
mahasiswa.
3 Menjalin hubungan antara dunia pendidikan dengan dunia industri.
4 Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang ada di industri.
5 Memperoleh gambaran tentang kondisi dunia kerja di suatu perusahaan.
6 Sebagai bekal pengalaman untuk memasuki dunia kerja.
1.2.3 Rumusan masalah
Dalam kerja praktek ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1. Bagaimana prinsip kerja compressor reciprocating 013 K101A
2. Apa saja kerusakan pada compressor dan bagaimana proses perbaikan pada
compressor 013 K101A
1.2.4 Batasan masalah
Pada pengerjaan laporan ini masalah hanya dibatasi pada
kerusakan dan perbaikan kompressor, tidak dibahas tentang permasalahan
komponen dan berbagai perhitungan matematis untuk menghasilkan
berbagai properti dari compressor reciprocating 013 K101A,maupun faktor-
faktor lain yang mempengaruhi naik turunnya performa kompressor.
1.2.5 Manfaat praktik kerja lapangan
Bagi mahasiswa:
a. Memperoleh pengalaman gratis tentang sistem operasi peralatan yang
digunakan di PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV
CILACAP, dapat menilai kualitas pendidikan Politeknik Negeri Semarang.
3

b. Memberikan masukan kompetensi yang sesuai, sehingga akan membantu


menigkatkan kemampuan lulusan yang di butuhkan dunia kerja dan
meningkatkan peran terhadap dunia pendidikan.
Bagi Sekolah Tinnggi Teknik Wiworotomo Purwokerto:
a. Memperoleh masukan kompetensi yang diperlukan PT. PERTAMINA
(PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP terhadap tenaga ahli madya
(STRATA I) khususnya program studi Teknik Mesin.
b. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan agar menghasilkan lulusan yang
sesuai dan dibutuhkan oleh dunia kerja, sehingga terjadi “Link and Match”.
1.3 Waktu dan tempat praktek kerja lapangan
Adapun waktu dakn tempat pelaksanaan praktek kerja lapangan yaitu:
1. Waktu : Periode September-Oktober 2017
Senin – Jumat : 07.00 – 15.30
Sabtu – Minggu : Libur
2. Tempat : PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY
UNIT IV CILACAP Jl. MT Haryono no.77
Cilacap, Jawa Tengah 53221
Telex : (+62-282-825480), 825492
Tempat : (+62-282-508108)
Fax : (+62-282-531920), 531922
1.4 Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan laporan Praktik
Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut:
1. Metode survei yaitu dengan cara mendatangi objek secara langsung yang
berkaitan dengan materi laporan sebagai bahan pertimbangan.
2. Metode observasi yaitu dengan cara mengamati proses yang dikerjakan dan
mencatat data-data yang dipelukan dalam pembuatan laporan.
3. Metode interview yaitu dengan cara mewawancarai pihak-pihak yang
bersangkutan pada saat proses sedang berlangsung sebagai bahan
permasalahan dalam proses produksi dan informasi-informasi serta data-data
yang diperlukan dalam pembuatan laporan.
4

1.5 Sistematika penulisan


Laporan Praktik Kerja ini terjadi dari tiga bagian utama yaitu bagian
pendahuluan, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian pendahuluan berisi halaman
judul, halaman pengesahan, prakata, daftar isi, dan daftar gambar.
Bagian isi terdiri dari:
1. Abstrak
2. BAB I PENDAHULUAN
3. BAB II ORIENTASI UMUM
4. BAB III DASAR TEORI
5. BAB IV PEMBAHASAN
6. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian akhir terdiri dari lampiran-lampiran, yang berisi antara lain,
tugas khusus, dan bagan-bagan untuk Laporan Praktek Kerja ini.
BAB II

ORIENTASI UMUM

2.1 Sejarah PT Pertamina

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beraneka sumber daya


alam yang sangat potensial untuk dikembangkan. Salah satu sumber daya yang
penting bagi Indonesia adalah minyak dan gas bumi, karena peranannya yang
dominan dalam menunjang pembangunan di tanah air. Kendati telah dieksploitasi
selama hampir 2 abad, ternyata masih banyak yang belum diberdayakan. Tercatat
baru sekitar 30 cekungan yang telah dieksploitasi dan umumnya berada di
wilayah barat Indonesia. Diperkirakan masih ada 30 cekungan lagi di wilayah
timur yang masih menunggu sentuhan eksplorasi dan eksploitasi di masa depan.
PT. PERTAMINA memiliki unit-unit operasi yang tersebar di seluruh
Indonesia yang meliputi beberapa operasi Eksplorasi dan Produksi, 7 Refinery
Unit, 8 Unit Pemasaran.
Tabel 2.1 Refinery Unit Pertamina dan Kapasitasnya
Refnery Unit (RU) Kapasitas (barrel/hari)
RU I Pangkalan Brandan 5.000
RU II Dumai dan Sungai Pakning 170.000
RU III Palju dan Sungai Gerong 133.700
RU IV Cilacap 348.000
RU V Balikpapan 260.000
RU VI Balongan, Indramayu 125.000
RU VII Kasim, Sorong* 10.000
*RU I Pangkalan Brandan sudah tidak beroperasi lagi sejak tahun 2006

5
6

Gambar 2.1 Lokasi Unit Pengolahan Pertamina di Indonesia


2.2 Visi, misi, motto, logo dan slogan PT. Pertamina RU IV Cilacap
1. Visi Pertamina RU IV Cilacap
“Menjadi kilang minyak yang unggul di Asia Tenggara dan kompetitif di Asia
pada tahun 2015”
2. Misi Pertamina RU IV Cilacap
“Mengolah minyak bumi menjadi produk BBM, non BBM, dan petrokimia
untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan” dengan tujuan: memuaskan
stakeholder melalui peningkatan kinerja perusahaan secara professional,
berstandar internasional dan berwawasan lingkungan.
3. Motto Pertamina RU IV Cilacap
“Bekerja dalam kebersamaan untuk keunggulan bersama”
4. Logo dan Slogan Pertamina RU IV Cilacap
Pertamina memiliki slogan yaitu “Semangat Terbarukan” dengan slogan ini
diharapkan dapat merepresentasikan cita-cita PT. Pertamina (Persero) untuk
menjadi penyedia energi global yang diwujudkan melalui percepatan
perubahan dan langkah nyata transformasi sehingga memacu semangat untuk
menemukan dan mengembangkan cadangan baru minyak dan gas bumi.

Gambar 2.2 Logo Baru Pertamina


7

Elemen logo merupakan representasi huruf PERTAMINA yang


membentuk anak panah dengan arah ke kanan. Hal ini berarti PT.PERTAMINA
(Persero) bergerak melesat maju dan progresif. Secara keseluruhan, logo
PERTAMINA menggunakan warna-warna yang berani. Hal ini menunjukkan
langkah besar kedepan yang diambil PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan
masa depan yang lebih positif dan dinamis. Warna-warna tersebut yaitu:
BIRU : Mencerminkan Handal,Dapat Dipecaya dan Bertanggung
Jawab.
HIJAU : Mencerminkan Sumber Daya Energi yang Berwawasan
Lingkungan.
MERAH : Keuletan, Ketegasan dan Keberanian Menghadapi
Berbagai Macam Keadaan.

2.3 Pertamina RU IV Cilacap


Konsumsi minyak bumi terus meningkat terutama untuk keperluan dalam
negeri diantaranya mencapai 34% sebagai Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk
kebutuhan pulau Jawa.Sejalan dengan pembangunan yang menigkat pesat, maka
kebutuhan akan produk minyak bumi akan semakin bertambah. Untuk itu perlu
dibangun unit pengolahan minyak bumi guna memenuhi kebutuhan yang semakin
meningkat tersebut. Dalam usaha tersebut, maka pada tahun 1974 dibangun
kilang minyak di Cilacap yang dirancang untuk mengolah bahan baku minyak
mentah dari Timur Tengah, dengan maksud selain untuk mendapatkan produk
BBM, juga untuk mendapatkan bahan dasar minyak pelumas dan aspal.
Refinery Unit IV Cilacap ini merupakan unit pengolahan terbesar yang
dikelola Pertamina secara keseluruhan yang dilihat dari hasil produksinya. Kilang
Cilacap ini memasok 34% kebutuhan BBM Nasional atau 67% kebutuhan BBM
di Pulau Jawa. Salain itu, kilang ini merupakan satu-satunya kilang di tanah air
saat ini yang memproduksi aspal dan base oils untuk kebutuhan pembangunan
infrastruktur di tanah air.
Kilang minyak di Cilacap berada dibawah tanggung jawab Direktorat
Pengolahan Pertamina.Refinery Unit IV Cilacap ini merupakan unit pengolahan
8

terbesar dan terlengkap hasil produksinya. Pembangunan kilang minyak di


Cilacap dilaksanakan dalam lima tahap yaitu:
1. Kilang Minyak I
2. Kilang Minyak II
3. Kilang Paraxylene
4. Debottlenecking Project
5. Kilang SRU

Gambar2.3 Diagram Alir Proses PT. PERTAMINA RU IV Cilacap

2.3.1 Kilang minyak I


Kilang Minyak I didesain untuk menghasilkan produk BBM dan NBM
(minyak dasar pelumas dan aspal) dengan bahan baku berupa Arabian Light
Crude. Kilang ini dirancang dengan kapasitas produksi 100.000 barre/hari tetapi
karena meningkatnya kebutuhan konsumen kapasitas kilang ini ditingkatkan
menjadi 118.000 barrel/hari melalui Debottlenecking Project pada tahun
1997/1998. Kilang Minyak I Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap meliputi:
1. Fuel Oil complex (FOC I), untuk memproduksi BBM.
2. Lube Oil Complex (LOC I), untuk memproduksi bahan baku minyak pelumas
(lube base oil) dan aspal.
3. Utilities Complex I (UTL I), menyediakan semua kebutuhan utilities dari unit-
unit proses seperti steam, listrik, instrument angin, air pendingin, serta fuel
system.
9

4. Offsite Facilities, yaitu sebagai fasilitas penunjang yang terdiri dari tangki-
tangki
5. storage, flare system, utilitas dan environment system.
Tabel 2.2 Kapasitas Desain tiap Unit pada FOC I dan LOC I
Fuel Oil Complex I Lube Oil Complex I
Unit proses Kapasitas Unit proses Kapasitas
(ton/hari) (ton/hari)
Crude Distiller 13.650 High Vacuum Unit 3.184
Naphtha Hydrotreater 2.275 Propane Deasphalting Unit 784
Gas Oil HDS 2.300 Furfural Extraction Unit 991-1.580
Platformer 1.650 MEK Dewaxing Unit 226-337
Propane Manufacturing 43,5
Kerosine Merox Treater 1.940
Sour Water Stripper 743,469
N2Plant
N2 gas 100Nm3/jam
N2 cair 65Nm3/jam
CRP Unit 1615,2
2.3.2 Kilang minyak II
Kilang Minyak II dibangun pada tahun 1981 dan diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 4 Agustus 1983 yaang merupakan perluasan dari
kilang minyak pertama. Kompleks BBM (Fuel Oil Complex II) di kilang ini
dirancang oleh Universal Oil Product (UOP) sedangkan Kompleks Bahan Dasar
Minyak Pelumas (Lube Oil Complex IIdan III) dirancang oleh Shell International
Petroleum Maatschappij (SIPM) dan offsite facilities oleh Fluor Eastern Inc.
kontraktor utama untuk pembangunan kilang ini adalah Fluor Eastern Inc dan
dibantu oleh kontraktor-kontraktor nasional.
Setelah diadakan Debottlenecking Project pada tahun 1997/1998,
kapasitas Kilang Minyak II meningkat dari hanya 200.000 barrel/hari menjadi
230.000 barrel/hari. Area Kilang Minyak II meliputi:
1. Fuel Oil Complex II (FOC II) yang memproduksi BBM
10

2. Lube Oil Complex II (LOC II) yang memproduksi bahan dasar minyak
pelumas dan aspal
3. Lube Oil Complex III (LOC III) yang juga memproduksi bahan dasar minyak
pelumas dan aspal
4. Utilities Complex II (UTL II) yang fungsinya sama dengan UTL I.
11

Tabel 2.3 Kapasitas Desain tiap Unit pada FOC II dan LOC II/III
FOC II LOC II/III
Kapasitas Kapasitas
Unit Unit
(ton/hari) (ton/hari)
CDU II 26.680 High Vacuum Unit II 2.238
Propane Deasphalting
NHT II 2.500 583
Unit II
Furfural Extraction Unit
AH Unibon 2.680 478-573
II
Platformer II 2.440 MEK Dewaxing Unit II 226-337
LPG Recovery 730
Naphtha Merox 1.620
THDT 1.800
Visbreaker 8.387

Gambar 2.4 Blok Diagram FOC II


12

2.3.3 Kilang paraxylene


Pertamina RU IV semakin penting dengan adanya kilang Paraxylene,
karena dengan mengolah naphtha 590.000 ton/tahun menjadi produk utama
paraxylene, benzene, dan produk samping lainnya, seperti LPG, raffinate, heavy
aromate dan fuel oil/excess RU IV menjadi satu-satunya unit pengolahan minyak
bumi di Indonesia yang terintegrasi dengan industri Petrokimia.
Paraxylene yang dihasilkan sebagian digunakan sebagai bahan baku
pabrik Purified Terepthalic Acid (PTA) pada pusat aromatic di Plaju, Sumatera
Selatan. Hal ini merupakan suatu bentuk usaha penghematan devisa sekaligus
sebagai usaha peningkatan nilai tambah produksi kilang BBM, sedangkan
sebagian lagi dieksor ke luar negeri. Sementara seluruh benzene yang dihasilkan
diekspor ke luar negeri. Produk-produk sampingan dari kilang ini dimanfaatkan
lebih lanjut untuk memnuhi kebutuhan dalam negeri.
Table 2.4 Kapasitas desain tiap unit di kilang paraxylene
Unit Kapasitas (ton/hari)
NHT 1.791
CCR/ Platformer 1.791
Sulfolane 1.100
Tatoray 1.730
Xylene Fractionator 4.985
Parex 4.440
Isomar 3.590
13

Gambar 2.5 Blok Diagram Kilang Paraxylene


2.3.4 Kilang LPG dan sulphur recovery unit
Pemerintah berencana untuk mengurangi kadar emisi SOx pada buangan.
Untuk mendukung komitmen terhadap lingkungan pada tanggal 27 Febuari 2002
RU IV membangun kilang SRU dengan luas area proyek 24.200 m2 yang terdiri
dari unit prose dan unit penunjang. Proyek ini dapat mengurangi emisi gas dari
kilang RU IV, khususnya SO2 sehingga emisi yang dibuang ke udara akan lebih
ramah terhadap lingkungan. Kilang ini mengolah off gas dari bebagai unit di RU
IV menjadi produk berupa sulfur cair, LPG, dan condensate.

Gambar 2.6 Blok Diagram LPG dan Sulphur Recovery Unit


14

2.3.5 Proyek debottlenecking


Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan di Indonesia, kebutuhan
akan BBM, minyak pelumas, dan aspal juga meningkat. Sebagai upaya untuk
memenuhinya, Pertamina merealisasikan Proyek Debottlenecking UP IV Cilacap
Tujuan dari proyek ini adalah untuk:
1. Meningkatkan kapasitas produksi Kilang Minyak I dan II dalam rangka
memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri,
2. Meningkatkan kapasitas produksi Lube Oil Plant dalam rangka memenuhi
kebutuhan Lube Base Oil dan Asphalt, dan
3. Menghemat/ menambah devisa Negara.
Lingkup dari proyek ini adalah:
1. Modifikasi FOC I dan II, LOC I dan II, dan Utilities II/ offsite,
2. Pembangunan LOC III (Lube Oil Complex III),
3. Pembangunan Utilities III dan LOC III Tankage,
4. Moderenisasi Instrumentasi Kilang dengan DCS (Distributed Control System).
2.4 Lokasi dan tata letak
2.4.1 Lokasi pabrik
Lokasi perusahaan adalah hal penting yang akan menentukan kelancaran
perusahaan dalam menjalankan operasinya. Demikian pula dalam menentukan
lokasi kilang.Hal-hal yang menjadi pertimbangan meliputi biaya produksi, biaya
operasi, dampak social, kebutuhan bahan bakar, sarana, studi lingkungan dan
letah geografis.

Gambar 2.7 Proses Pertambangan Dari Laut


15

Pertamina refinery Unit V Cilacap terletak di Desa Lomanis, Kecamatan


Cilacap Tengah, Kota Administratif Cilacap, Dipilihnya Cilacap sebagai loaso
kilang minyak didasarkan atas pertimbangan:
1. Studi kebutuhan BBM menunjukkan bahwa penduduk pulau Jawa adalah
konsumen BBM terbesar.
2. Tersedianya sarana pelabuhan alami yang sangat ideal karena lautnya cukup
dalam dan tenang karena terlindungi pulau Nusakambangan.
3. Terdapatnya jaringan pipa Maos-Yogyakarta dan Cilacap-Padalarang sehingga
penyaluran produksi bahan bakar minyak menjadi lebih mudah.
4. Daerah Cilacap dan sekitarnya telah direncanakan oleh Pemerintah sebagai
pusat pengembangan produksi untuk wilayah Jawa bagian selatan.
Dari hasil pertimbangan tersebut maka dengan adanya area tanah yang
tersedia dan memenuhi oersyaratan untuk pembangunan kilang minyak, maka
Pertamina Refinery Unit Iv Cilacap didirikan di Cilacap dengan luas area total
yang digunakan adalah ± 526,71 ha.
16

2.4.2 Tata letak kilang


Tata letak kilang minyak Cilacap beserta sarana pendukung yang ada
adalah sebagai berikut:
1. Area kilang minyak dan kantor 203,19 ha
2. Area terminal dan pelabuhan 50,97 ha
3. Area pipa track dan jalur jalan 12,77 ha
4. Area perumahan dan sarananya 100,80 ha
5. Area rumah sakit dan lingkungannya 10,27 ha
6. Area lapangan terbang 70 ha
7. Area paraxylene 9 ha
8. Sarana olah raga/ rekreasi 69,71 ha +
9. Total 526,71 ha

Gambar 2.8 Denah PT. Pertamina


Keterangan gambar:

1. Head office
2. Gasoline tank
3. Kerosene tank
17

4. Diesel and gas tank


5. IDO tank
6. Fuel oil tank
7. Mogas and naphtha tank
8. Parkir HSE
9. HSE
10. Pertamina marketing
11. Gasoline station
12. Unit 48
13. Unit 43
14. Fuel oil complex I
15. Fuel oil complex II
16. KPC
17. Unit 42
18. Lube oil complex I
19. Utility plant
20. Lube oil complex II
21. Unit 49
22. Unit 41 tank
23. Unit 41
24. Lube oil complex III
25. Short residu tank
26. Area 04
27. LPG SRU
28. Area 048
29. Unit 47
30. Holding basin unit
31. Unit 38
32. Unit 39
33. Fire ground and serap yard
34. Parkir
18

35. Kilang RFCC (dalam proyek)


2.5 Bahan baku dan produk Pertamina RU IV Cilacap
Produk Pertamina RU IV bermacam-macam selain BBM juga dihasilkan
produk seperti lube base oil (bahan dasar minyak pelumas) dan asphalt. Adapun
bahan baku dan produk yang dihasilkan di Pertamina RU IV Cilacap adalah:
2.5.1 Fuel oil complex I
Bahan baku : ALC (Arabian Light Crude), BLC (Basrah Light Crude),
ILC (Iranian Light Crude) dan arjuna Crude (memproduksi fuel produk). Dengan
spesifikasi sebagai berikut:
1. Wujud : cair
2. Kenampakan : hitam
3. Bau : berbau sedikit belerang
4. Specific gravity pada 60/60oF : 0,8594
5. Viskositas kinematik pada 37,8oC : 6,590
6. Viskositas kinematik pada 50oC : 4,754
7. Pour point : <- 36oC
8. Flash point : - 34oC
9. Komposisi:
a. Kadar air : < 0,05% berat
b. Kadar sulfur : < 2,10% berat
c. Senyawa hidrokarbon : ± 97,85% berat
Produk:
a. Fuel Gas
b. LPG (Liquified Petroleum Gas)
c. Gasoline/ Premium
d. Avtur
e. Kerosene
f. Industrial Diesel Oil
g. Solar/ ADO (Automotive Diesel Oil)
19

2.5.2 Fuel oil complex II


Bahan baku : Arjuna Crude (80%), Attaka Crude (20%), Minyak bumi Arjuna
dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Wujud : cair
2. Kenampakan : hitam
3. Bau : berbau belerang
4. Specific gravity pada 60/60oF : 0,8473
5. Viskositas kinematik pada 30oC : 4,97 Cst
6. Pour point : <- 36oC
7. Komposisi
a. Kadar air : < 0,05% berat
b. Kadar sulfur : 0,11% berat
c. Total (C1-C4) : 1.9% berat
d. Light distilat : 20,05% berat
e. Residu : 39% berat
f. Kadar asphalt : 0,24% berat
Minyak bumi Attaka dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Wujud : cair
2. Kenampakan : hitam
3. Bau : berbau belerang
4. Specific gravity pada 60/60oF : 0,8133
5. Viskositas kinematik pada 30oC : 2,32 Cst
6. Pour point : <- 33oC
7. Komposisi :
a. Kadar air : < 0,05% berat
b. Kadar sulfur : 0,044% berat
c. Total (C1-C4) : 2,4% berat
d. Light distilat : 32,55% berat
e. Residu : 15,1% berat
f. Kadar asphalt : 0,07% berat
20

Produk:
1. Fuel Gas
2. LPG
3. Gasoline/ Premium
4. Heavy Naphtha
5. Kerosene
6. ADO/ IDO
7. IFO (Industrial Fuel Oil)
8. LSWR (Low Sulphur Wax Residu)
2.5.3 Lube oil complex I
Bahan baku : Residu FOC I
Residu FOC I dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Wujud : cair
2. Kenampakan : hitam
3. Bau : berbau ashpalt
4. Specific gravity pada 60/60oF : 0,9647
5. Viskositas kinematik pada 37,8oC : 868,8 Cst
6. Viskositas kinematik pada 60oC : 198,2 Cst
7. Viskositas kinematik pada 100oC : 32,45 Cst
Produk:
1. HVI 60
2. HVI 95
3. Propane Asphalt
4. Minarex A dan B
5. Slack Wax
2.5.4 Lube oil complex II
Bahan baku : Residu FOC I
Produk :
1. HVI 650
2. HVI 95
3. HVI 160S
21

4. Propane Asphalt
5. Minarex H
6. Slack Wax
2.5.5 Lube oil complex III
Bahan baku : Distilat LOC I dan II
Produk :
1. HVI 650
2. Propane Asphalt
3. Slack Wax
2.5.6 Kilang paraxylene
Bahan baku : Naphtha
Residu FOC I dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Wujud : cair
2. Kenampaka : jernih/ bening
3. Bau : seperti kerosene
4. Specific gravity pada 60/60oF : 0,650
5. IBP : 25oC
6. End point : 204oC
Produk:
1. LPG
2. Benzene
3. Paraxylene
4. Heavy Aromatic
5. Tolluene
2.6 Health Safety Environment (HSE)
Di PT. PErtamina RU IV Cilacap terdapat bagian yang menangani
kesehatan dan keselamatan kerja yaitu Health Safety Environment (HSE). Bagian
ini mempunyai tugas antara lain:
1. Sebagai advisorbody dalam usaha pencegahan kecelakaan kerja, kebakaran/
peledakan, dan pencemaran lingkungan.
22

2. Melaksanakan penanggulangan kecelakaan kerja, kebakaran/ peledakan, dan


pencemaran lingkungan.
3. Melakukan pembinaan aspek HSE kepada pekerja maupun mitra kerja (pihak
III) untuk meningkatkan safetyawareness, melalui pelatihan, safety talk,
operation talk, dsb.
4. Kesiap siagaan sarana dan prasarana serta personil untuk menunjang
pelaksanaan, pencegahan, dan penanggulangan kecelakaan kerja, kebakaran/
peledakan, dan pencemaran lingkungan.
Dalam melaksanakan tugasnya, HSE dibagi menjadi empat bagian dengan
fungsi masing-masing termasuk juga dalam usaha penanganan limbah.
1. Occupational Health
Occupational Health adalah menangani hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan kerja dan penyakit akibat kerja.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh unit ini meliputi:
 Mengukur, memantau, merekomendasi pengendalian bahaya lingkungan
kerja industri mulai dari factor kimia (gas,debu), fisika (bising, getaran,
radiasi, iluminasi), biologi (serangga, tikus, binatang buas), dan ergonomic.
 Melakukan penyuluhan dan bimbingan tentang health talk.
 Pengelolaan kotak P3K.
 Inspeksi dan rekomendasi sanitasi lingkungan kerja bermasalah.
 Pemantauan, perawatan alat HSE serta maintenance alat ukur Hazard.
BAB III

DASAR TEORI

3.1 Dasar kompresor

Dalam Utilities terdapat unit-unit yang secara operasional befungsi untuk


memenuhi kebutuhan kilang di Pertamina RU IV. Salah satu unit tersebut adalah
pengadaan udara bertekanan (air instrument). Dalam unit pengadaan udara
bertekanan terdapat suatu system yang mengelolah udara menjadi udara kering
yang bertekanan yaitu air instrument. Secara umum air instrument ini
mempunyai fungsi untuk menyediakan udara bertekanan yang di pakai dalam
sistem instrumentasi pneumatik di seluruh kilang dan utilities itu sendiri.
Udara bertekanan dihasilkan dari kerja kompresor, pada unit ini terdapat 6
buah kompresor yaitu:
1. Utilities I : 56 K 1/2/3 kapasitas 23 Nm3/menit
2. Utilities II : 56 K 102 kapasitas 23 Nm3/menit
3. Utilities KPC : 56 K 201 kapasitas 23 Nm3/menit
4. Utilities II A : 56 K 301 kapasitas 23 Nm3/menit
Setiap kompresor pada unit ini memiliki tekanan kerja masing-masing 8 Kg/cm2.
3.2 Klasifikasi Kompresor
Kompresor terdapat dalam berbagai jenis dan model tergantung pada
volume dan tekanannya.Atas dasar pemampatannya kompresor di bagi atas jenis
Turbo dan Jenis perpindahan. Jenis Turbo menaikkan tekanan dan kecepatan
tekanan dengan memperkecil gaya sentrifugal yang di timbulkan oleh sudu. Jenis
Perpindahan menaikkan tekanan dengan memperkecil atau memampatkan
volume gas yang dihisap kedalam silinder atau stator oleh torak atau sudu.
Kompresor jenis perpindahan dapat dibagi atas jenis putar dan jenis
bolak-balik. Kompresor putar dapat dibagi kebih lanjut atas jenis roots, sudu
luncur, dan screw. Kompresor juga dapat di klasifikasikan atas dasar konstruksi
seperti dibawah ini :
1. Klasifikasi berdasarkan jumlah tingkatan kompresi:

23
24

 Satu tingkat
 Dua tingkat
 Dan banyak tingkatan (multi stage)
2. Klasifikasi berdasarkan langkah kerja (pada kompresor torak):
 Kerja tunggal (single acting)
 Kerja ganda (double acting)
3. Klasifikasi berdasarkan cara pendinginan:
 Pendingin air
 Pendingin udara
4. Klasifikasi berdasarkan penempatannya:
 permanen (stasionary)
 dapat dipindahkan (portable)
5. Klasifikasi berdasarkan cara pelumasan:
 pelumasan minyak (lubricated)
 tanpa minyak (non lubricated)
Berdasarkan prisnip kerjanya kompresor dapat di bedakan menjadi:
1. Compressor Positive Displacement
Prinsip kerja kompresor ini memampatkan udara (gas) dalam ruangan
tertutup (silinder) sehingga volumenya menjadi lebih kecil. Dengan berkurangnya
volume maka tekanan udara (gas) tersebut akan naik dan selanjutnya akan di
alirkan dalam berbagi kebutuhan. Kompresi Positive displacement dibedakan
menjadi :
a. Compressor Reciprocating
25

Gambar 3.1 Reciprocating Compressor


Reciprocating compressor pada dasarnya dibuat sedemikian rupa
sehingga gerakan putar dari penggerak mula diubah menjadi gerakan bolak-balik.
Perubahan gerakan ini diperoleh melalui crank shaft (poros engkol) yang
menggerakkan connecting rod (batang penghubung / batang penggerak),
crosshead (kepala silang), yang menghasilkan gerakan bolak-balik piston rod
(batang torak).
Melalui piston rod ini proses mengisap udara / gas kedalam cylinder serta proses
pemampatannya dilakukan.
Kompresor pada dasarnya berkerja memampatkan gas. Jika suatu gas
dalam ruangan tertutup diperkecil volumenya, maka gas yang digunakan
mengalami kompresi. Kompresor menggunakan asas ini disebut kompresor jenis
perpindahan (displacement). Prinsip kerja dasarnya adalah torak yang berkerja
bolak-balik didalam sebuah silinder untuk menghisap, menekan dan
mengeluarkan gas secara berulang-ulang. Dalam hal ini gas yang di tekan tidak
26

boleh bocor melalui celah dinding silinder (Liner) yang saling bergesekan. Untuk
itu digunakan cincin torak (ring piston) sebagai perapat.

Gambar 3.2 Diagram P-V Kompresor

Kompresor yang toraknya bergerak bolak-balik disebut kompresor bolak-


balik (compressor double acting). Kompresor bolak balik menimbulkan getaran
karena gaya inersia sehingga tidak sesuai untuk beroperasi pada putaran yang
tinggi. Kompresor putar memiliki getaran yang relative kecil dibandingkan
dengan kompresor torak. Hal ini di karenakan sudu-sudu kompresor putar (yang
merupakan elemen yang bergerak bolak-balik) mempunyai massa yang jauh lebih
kecil dari pada torak.
Karakteristik Reciprocating Compressor
a. Kompresor Rotary
Dibedakan menjadi :
 Rotary sliding Vane Compresor (kompresor Sudu Luncur)
Kompresor dimana pemampatan udara dengan bantuan longitudinal vane
(sudu luncur) yang bergeser secara radial didalam rotor yang dibuat eksentrik
(tak sesumbu) terhadap silinder.
 Rotary Straight Lobe Compresor
27

Kompresor dimana pemampatan dilakukan oleh dua impeller yang berbentuk


angka delapan (roots) saling bertemu dan berputar didalam silinder. Untuk
menghindari pergeseran antar impeller dipasang “turning gear” diujung shaft
diluar silinder.

Gambar 3.3 Kompresor Rotary Straight Lobe

 Rotary Helic Lobe Compresor


Kompresor domana pemampatan dilakukan oleh putaran serempak kaitan gigi-
gigi rotor atau perantara sepasang roda gigi yang berputar serempak dalam
arah yang berlawanan dan saling mengait seperti roda gigi.

Gambar 3.4 Kompresor Rotary Helic Lobe


2. Kompresor non Positive Displacement (Diynamic)
Kompresor (dinamik) merupakan suatu kompresor dimana udara (gas)
yang dimampatkan dengan gaya dinamis karena putaran vane atau impeller yang
28

akan menghasilkan kecepatan dan aliran tertentu pada aliran udara. Kompresor
dinamik dibedakan menjadi :
a. Kompresor sentrifugal
Merupakan suatu kompresor dimana kecepatan dan tekanan diberikan kepada
udara dengan arah radial terhadap shaft vane atau impeller oleh satu atau
banyak kombinasi antara impeller atau difuser.

Gambar 3.5 Kompresor sentrifugal


b. Kompresor Axial
Merupakan suatu kompresor dimana kecepatan dan tekanan diberikan
kepada udara dalam arah axial atau sejajar sumbu shaft oleh satu atau banyak
moving stationary raws dari blade.
29

Gambar 3.6 Kompresor Axial

3.3 Fungsi kompresor


1. Penyimpanan energi dan transmisi energi.
2. Penciutan volume untuk tujuan penyimpanan dan pengangkutan baik dalam
gas tekanan tinggi dan cair.
3. Pengangkutan / transmisi gas jarak jauh melalui pipa.
4. Tekanan tinggi untuk keperluan proses dan reaksi kimia.
5. Konversi energi dari energi mekanik menjadi energi panas.
Kompresor melayani fluida mampu mampat (compressible fluid), sehingga
berdasarkan persamaan Bernauli kenaikkan tekanan menyebabkan volume
mengecil, berarti terjadi kerja pada gas tersebut yang diujudkan dalam bentuk
kenaikkan temperatur. Dalam lingkungan industri alat transportasi gas dibedakan
berdasarkan tekanan. Adapun fungsi kompresor yang lain adalah:
kompresi
P ( rendah ) P ( tinggi )
Ekspansi
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Data spesifikasi kompresor 013 K 101B


Compressor Type : 2HSE-1-NL2
Frame size :8409 S
Stage : 2 piston
Stroke : 228,5 mm ( All cylinder)
Cylinder Type : Double Acting (All cylinder)
Motor : Manufacturing General Electric 3300 Volt, 450 HP,
500 rpm, 80 Ampere max
Capacity : 25887 Nm2/hr
Lubricant : Crank case Medripal 4 ISO VG 150,Motor Turbo Lube
T 32
Suction Pressure: 42,69 kg/cm

Intake Temperature: 58°C

Discharge Pressure: 56.96 kg/cm

Discharge Temperature: 86°C


4.2 Prinsip kerja reciprocating compressor
Digunakan untuk mengkompresikan udara/gas dengan laju volume relative
kecil, tetapi mampu beroperasi pada tekanan lebih tinggi, sedangkan laju alir atau
volume gas relatif kecil dari kompresor sentrifugal. Reciprocating compressor
menaikan tekanan udara/gas terjebak dengan memperkecil volume ruang.

30
31

Gambar 4.1 Siklus Kerja Kompresor Reciprocating (Tallulembang, 2001)


4.2.1 Proses kerja reciprocating kompresor

Gambar 4.2 Instrument Air Compresor


AIR INTAKE FILTER
• Terdapat filter untuk menyaring kotoran debu dan partikel padat yang dapat
merusak inner part compressor dan juga mengganggu sistem kompresi.
32

STAGE 1:
• Pada proses ini merupakan tempat dimana udara akan dikomresikan dengan
piston silinder. Udara masuk dari air in take kemudian masuk keruang
kompresi.
• Proses penekanan udara pada tingkat pertama dengan tekanan intake pressure
stage 1/cylinder 1: 42.26 kg/cm
INTER COOLER:
• Berfungsi untuk proses pendinginan udara tekan yang keluar dari stage 1
SEPARATOR:
• Separator merupakan penampung sebelum udara yang bertekanan masuk pada
Stage 2
• Tujuannya untuk memisahkan air yang telah terkondensasi didalam inter
cooler agar udara tekan sekecil mungkin mengandung air.
STAGE 2:
• Pada proses ini merupakan tempat dimana udara dikomresikan dengan piston
silinder. Udara akan keluar melalui valve.
• Proses kompresi udara pada tingkat kedua bertekanan discharge pressure
stage 2/cylinder1: 55.96 kg/cm².
• Pada line discharge juga dilengkapi psv
AFTER COOLER:
• Proses pendinginan udara tekan yang keluar dari tingkat 2 sebelum masuk air
receiver dan air yang terkondensasi akan didrain secara rutin melalui water
trap.
AIR RECEIVER:
• Untuk menampung udara tekan dan juga berfungsi sebagai stabilizer tekanan.
Vesel ini dilengkapi dengan water trap yang berfungsi untuk membuang
condensasi udara yang terjadi.
• Vesel juga dilengkapi dengan psv sebagai sarana safety.
33

PRE FILTER:
• Menyaring udara tekan dari air receiver sebelum masuk air dryer. Selain itu
juga menyerap air yang ada pada udara tekan agar kerja air dryer tidak terlalu
berat.
AIR DRYER:
• Berfungsi untuk mengeringkan udara tekan sebelum didistribusikan sebagai
air instrument. Air dryer ini dilengkapi dengan moisture analyzer dan timer.
Awalnya dryer ini beroperasi berdasarkan sensor moisture tapi saat ini
beroperasi berdasarkan timer  artinya dryer berpindah dari “a” ke “b”
berdasarkan timer bukan sensor moisture.
• Dryer juga dilengkapi dengan psv
POST FILTER:
Berfungsi untuk menyaring partikel-partikel yang terbawa oleh udara tekan
atau menangkap pecahan desicant yang hancur yang terbawa oleh udara
tekan.
4.3 Diagram Aliran Flow Reciprocating Compressor

Gambar 4.3 Aliran flow(H2) Reciprocating Compressor

Penjelasan:
- Fuel gas(H2) dari vessel 4 (013V104) masuk ke Suction Compressor.
34

- Kemudian fuel gas(H2) dari dari Suction Compressor dikompresikan ke


Discharge Compressor.
- Fuel gas dari Discharge Compressor masuk ke Exchanger (013E101A/B)
- Lanjut ke proses

4.4 Bagian-bagian pada kompresor 013 K 101A

Gambar 4.4 Reciprocating Compressor

Gambar 4.5 Reciprocating compressor pandangan atas

A. Frame (crank case)


Frame berfungsi untuk mendukung seluruh beban, tempat kedudukan
bearing, crankshaft, dan komponen lainnya. Crankcase merupakan komponen
penting pada kompresor dan harus menopang main bearing crankshaft dengan
35

kokoh. Main bearing tersebut harus menahan gaya inersia dari massa yang
bergerak transversal serta gaya pada piston.

Gambar 4.6 Frame (crankcase)


B. Crankshaft dan connecting rod
Crankshaft dan Connecting rod merupakan bagian-bagian yang penting
untuk mengubah gerak rotary menjadi gerak transversal. Crankshaft ditumpu
oleh main bearing. Connecting rod dipasang pada crank pin yang letaknya
eksentrik terhadap sumbu putar.

Gambar 4.7 Crankshaft


36

Gambar 4.8 Connecting rod


C. Cross head
Adalah bagian yang berhubungan antara connecting rod dengan piston
rod. Fungsi dari cross head adalah untuk memberikan kebebasan gerak inklinasi
dari connecting rod.

Gambar 4.9 Crosshead


37

D. Piston
Piston berfungsi untuk mengkompresi udara yang dihisap dalam silinder.
Piston harus cukup tebal untuk menahan tekanan dan harus terbuat dari bahan
yang cukup kuat untuk mengurangi gaya inersia dan getaran yang timbul oleh
gerak transversal, piston harus dirancang seringan mungkin. Bentuknya juga
harus sesuai untuk dapat mengatasi pengaruh pemuaian karena pemanasan pada
langkah kompresi.

Gambar 4.10 Piston, rider ring dan piston ring


E. Distance piece
Merupakan silinder yang berfungsi sebagai penghubung antara frame
dengan cylinder head, didalamnya terdapat cross head yang berfungsi
meneruskan gaya dari batang penghubung ke batang torak.

Gambar 4.11 Distance piece


38

F. Cylinder liner
Mempunyai bentuk silindris dari bejana kedap udara yang merupakan
tempat piston (torak) meluncur dan bergerak bolak-balik. Pada cylinder liner
inilah proses mengisap dan memampatkan dilakukan. Beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi dari cylinder liner, diantaranya adalah:
 Cukup kuat menahan tekanan yang ada.
 Permukaan bagian dalam (tempat meluncurnya piston) harus disuper finish
(dihaluskan) agar proses meluncurnya piston assy (piston, piston ring dan
rider ring) pada cylinder liner tidak menimbulkan peningkatan panas yang
tinggi akibat gesekan antara permukaan piston assy (piston, piston ring,dan
rider ring) dengan cylinder liner.
 Proses kompresi menghasilkan panas yang harus dibuang keluar cylinder liner,
agar tidak terjadi deformasi (perubahan) yang berlebihan.
Ada 2 (dua) cara yang dapat digunakan untuk membuang panas:
- Memperluas penampang bagian luar cylinder liner dengan memberi sirip-
sirip, sehingga bidang kontak antara cylinder dengan fluida pendingin akan
lebih luas.
- Mengalirkan fluida pendingin didinding luar cylinder liner, yang disebut
dengan jacket water.

Gambar 4.12 Liner


39

G. Piston ring dan rider ring


Rider ring berfungsi untuk menghambat atau mengurangi efisiensi
gesekan dari dua buah benda yang bergerak yaitu piston dengan liner.
Penggantian piston ring tidak harus sama dengan pergantian rider ring, karena
fungsi dari keduanya berbeda. Fungsi dari piston ring sendiri adalah penghambat
apabila tekanan pada piston melewati lubang kecil yang ada pada piston sendiri
sehingga piston ring menggembang agar mencegah meneroposnya tekanan.

Gambar 4.13 Piston ring dan sambungannya


- Piston ring harus cukup tebal untuk dapat menahan tekanan
- Terbuat dari material yang cukup kuat.
- Perancangan harus dibuat seringan mungkin untuk mengurangi gaya inersia
dan getaran yang ditimbulkan oleh gerakan bolak-balik.
- Bentuk piston disesuaikan untuk mengatasi pemuaian akibat panas pada
langkah kompresi.
- Piston ring (cincin torak) dipasang pada alur sekeliling piston.
- Berfungsi mengurangi bocoran antara permukaan piston dan cylinder liner.
- Pelumasan tidak menggunakan pelumas dengan alasan udara/gas yang keluar
kompresor harus bersih karena kebutuhan operasi. Untuk itu digunakan rider
ring.
40

H. Katup (Valve)
Valve inlet (isap) serta valve outlet (keluar) yang dipergunakan pada kompresor
bekerja membuka dan menutup sendiri. Seluruh automatic compressor valves
memiliki sejumlah komponen dasar yang sama, yaitu :
 Tempat kedudukan valve (Valve seat)
 Elemen penyekat (Sealing element’s)
 Pembatas (Lift constraint, guard)
 Pegas (Spring’s).

Gambar 4.14 Katup (valve)


 Valve yang menggunakan lubang berbentuk lingkaran (bundar) yang
umumnya tidak teratur (Irregular arranged number of holes), disebut dengan
Poppet valve’s.

Gambar 4.15 Contoured Valve dan Poppet Valve


41

Mekanisme kerja valve dapat berupa :


- Bekerja otomatis atas dasar kerja spring, sebagai akibat perbedaan tekanan
yang terjadi antara bagian luar dan bagian dalam cylinder.
- Bekerja menggunakan mekanisme kerja paksa menggunakan daya paksa dari
luar (external force), dengan sistem load dan unload menggunakan unloader
valve’s.
I. Loader unloader
Unloader adalah alat pengatur volume udara dalam kompresor yang
mengatur laju volume udara hisap harus sesuai dengan laju udara keluar yang
dibutuhkan. Karena jika kompresor dibiarkan beroperasi sedangkan udara yang
dihasilkan tidak dipakai maka tekanan akan naik dan melebihi batas yang
berbahaya.

Gambar 4.16 Unloader


J. Piston rod
 Berfungsi memindahkan daya dari cross head kepada piston.
 Piston rod terbuat dari material yang kaku dan kuat, karena menerima gaya
tarik dan tekanan cukup besar selama beroperasi.
 Pada bagian permukaannya perlu dihaluskan, karena pada piston rod ini terjadi
sliding dengan seal gas yang disebut packing rod.
42

Gambar 4.17 Piston rod


K. Cross head
Berfungsi meneruskan gaya dari batang penghubung ke batang torak.
Kepala silang dapat meluncur pada bantalan luncurnya.Pada cross head ini
terjadinya perubahan dari gerakan putar menjadi gerakan bolak-balik, maka cross
head perlu di-design sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kerugian daya yang
besar.

Gambar 4.18 Cross head


L. Coupling dan alignmen
Berfungsi sebagai penghubung/transmisi daya dari penggerak mula ke
kompresor. Secara umum coupling dikelompokkan kedalam:
 Fixed coupling
 Flexible coupling
43

Untuk menghindari terjadinya gerakan konsentris (concentric) pada shaft


khususnya antara shaft penggerak (driver) yang diperoleh dari penggerak mula ke
shaft pada compressor maka pada kedua shaft tersebut harus dilakukan leveling &
alignmen
M. Cylinder head
Cylinder head merupakan tempat berlangsungnnya persiapan dan
pemampatan gas, dimana panas yang timbul harus dikeluarkan dari silinder. Agar
tidak terjadi perubahan tegangan (deformasi) maka dialiri fluida pendingin luar
silinder (water jacket).
Cylinder head adalah bejana kedap udara dimana piston bergerak bolak-
balik untuk menghisap dan memampatkan udara. Silinder harus kuat untuk
menahan tekanan yang ada.

Gambar 4.19 Cylinder Head


N. Outer head
Merupakan penutup dari cylindrical head. Berfungsi untuk menghabat
tekanan yang dihasilkan piston sehingga tekanan tidak bisa keluar dan proses
tekanan akan berjalan maksimal. Dibagian atas dan bawah outer head terdapat
saluran yaitu berfungsi untuk tempat masuknya pendingin pada cylinder head.
44

Gambar 4.20 Outer Head


O. Cylinder support
Alat ini di gunakan untuk menopang berdirinya cylinder head pada
kompresor. Penopang ini harus kuat karena tekanan yang dihasilkan dari piston
mengakibatkan bergeraknya cylinder head.

Gambar 4.21 Cylinder Support

P. Flywheel
Fungsi flywheel adalah untuk menyimpan tenaga putar (inersia) di dalam
mesin. Pada saat tenaga mesin bertambah, putaran juga bertambah, kelebihan
45

tenaga tersebut akan tersimpan di dalam flywheel. Pada saat mesin kekurangan
tenaga, flywheel akan menyuplai tenaga yang telah disimpan sebelumnya.
Hasilnya mesin dapat berputar dengan selaras dan rata, sebagai akibat dari
getaran tenaga yang dihasilkan flywheel

Gambar 4.22 Flywheel


Q. System control dan detection
Mengingat tekanan serta temperatur kerja reciprocating compressor
sangat tinggi, untuk menjamin bahwa kompresor bekerja pada batas aman perlu
dipasang control sistem. Gunanya mendeteksi setiap perubahan kondisi operasi
serta menginformasikan kepada operator, diantaranya :
a. TAH (Temperatur Alarm High)
 Temperature suction & discharge compressor.
 Temperature jacket water.
b. PAL (Pressure Alarm Low)
 Suction / discharge compressor.
 Lube oil system.
c. Overload System
 Membatasi overload motor penggerak kompressor
 Jacket water make up.
d. PSV (Pressure Safety Valve)
 Untuk mengatur tekanan maksimum yang diijinkan dalam proses operasi
46

 Untuk mengatur pembuangan / mengurangi tekanan lebih dari tekanan


proses (Operation pressure relieving device).
4.5 Klasifikasi perawatan
Perawatan dan perbaikan berupa kegiatan yang diperlukan untuk menjaga
mesin atau peralatan agar tetap berada pada kondisi semula. Secara umum
pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan untuk menjaga,
memelihara atau memperbaiki fasilitas agar selalu dalam kondisi siap pakai,
sesuai dengan standar dengan biaya yang wajar.
Perawatan adalah suatu kombinasi berbagai tindakan yang dilakukan
untuk menjaga suatu barang atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa
diterima.
Macam-macam bentuk perawatan adalah sebagai berikut:
1. Perawatan Terencana (Prevensive Maintenance)
Prevensive Maintenance adalah salah satu aktifitas perawatan yang
direncanakan dan dilaksanakan pada waktu tertentu. Tujuan utama diadakan
perawatan ini yaitu untuk melaksanakan perawatan tepat waktunya dengan
persiapan dan jumlah waktu yang direncanakan.
2. Perawatan Korektif (Corrective Maintenance)
Corrective Maintenance adalah pekerjaan yang dilakukan untuk memperbaiki
dan meningkatkan kondisi mesin sehingga tercapai standar yang diterima.
3. Perawatan Berjalan (Running Maintenance)
Running Maintenance adalah pekerjaan perawatan yang dilakukan pada saat
peralatan dalam keadaan berjalan. Perawatan berjalan ini dipakai pada mesin-
mesin yang harus dioperasikan dalam produksi.
4. Perawatan Setelah Terjadi Kerusakan (Break Down Maintenance)
Break Down Maintenance adalah cara perawatan yang direncanakan untuk
memperbaiki kerusakan.
5. Perawatan Darurat (Emergency Maintenance)
Emergency Maintenance adalah perawatan yang segera dilakukan karena
terjadinya kemacetan yang tidak terduga.
6. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance)
47

Preventive Maintenance adalah tindakan pencegahan agar peralatan tidak


mengalami kerusakan dan gangguan pada saat operasi maka tindakan ini
bertujuan untuk menekan suatu tingkat dengan keadaan yang menunjukkan
gejala kerusakan sebelum perlatan tersebut mengalami kerusakan yang fatal
sehingga peralatan akan berumur sesuai dengan yang direncanakan.
7. Pemeliharaan Perkiraan (Predictive Maintenance)
Predictive Maintenance adalah perbaikan berdasarkan perkiraan pada suatu
peralatan yang diperkirakan dalam waktu tertentu akan rusak. Mungkin karena
sudan menunjukkan gejala atau perkiraan umur peralatan tersebut mendekati
waktu perbaikan (overhaul).

4.5.1 Perawatan pada kompresor kompresor 013 K 101A


Kompresor pada dasarnya mempunyai fungsi untuk menyediakan udara
bertekanan yang di pakai dalam sistem instrumentasi pneumatik di seluruh kilang
dan utilities itu sendiri. Karena pembuatan pada tahun 1982 dan mulai
dioperasikan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV pada tahun 1984 sudah
sewajarnya sistem kinerja dari kompresor itu sendiri akan turun dari sebelumnya
mulai dari hasil kompresinya. Proses perawatan yang sering dilakukan pada
kompresor 013 K 101A meliputi :
1. Preventive Maintenance
Tag No. : 013 K 101A
MFR : Ingersoll-Rand
Eqp Type : Compressor, Reciprocating
Model : 9.1/2X9 2HSE-1-NL2
Type : 2HSE-1-NL2
Size : 9.1/2X9
S/N : X11XG39
Service : Recycle Gas Compressor
Ref. Drwg No. : N/A
48

Tabel 4.1 Data preventive maintenance

Note : Adjustment dilakukan dengan menyesuaikan kondisi man power, tools,


dan waktu yang tersedia
2. Breakdown Maintenance
 penggantian piston ring dan rider ring, dan pengantian partition rod.
3. Predictive Maintenance
 Overhaul
kegiatan pembongkaran suatu mesin kemudian komponen mesin tersebut
diperiksa dengan teliti supaya didapat data yang valid sehingga langkah
perbaikan selanjutnya dapat diketahui permasalah pada engine teratasi.
Pekerjaan yang dilakukan yaitu :
 Monitoring : Mencatat data-data operasi selama peralatan beroperasi,
kemudian
digunakan untuk memprediksi kemungkinan adanya kerusakan.
 Inspeksi : Pekerjaan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan
mengetahui
49

kerusakan lebih dini.


Perbaikan pada kompresor kompresor 013 K 101A
4.5.1.1 Penggantian rider ring dan piston ring
Proses penggantian rider ring dan piston ring:
1. Diperlukannya alat-alat untuk menunjang proses pembongkaran misalnya
kunci pas, kunci inggris dll.
2. Memakai alat keamanan guna untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan.
3. Sebelum melakukan pembongkaran kompresor 013K 101A harus dalam
keadaan mati dan tidak ada arus listrik yang tersambung pada motor
penggerak.
4. Lakukan proses pengeluaran tekanan pada tabung separator agar tidak ada
tekanan yang masih tertinggal di dalam tabung kompresor.

Gambar 4.23 Katup Pembuang Tekanan Yang Masih Tersisa


Pada gambar diatas tekanan yang masih bisa dicapai ketika mesin sudah mati
bisa mencapai 1-2 Kg sehingga apabila tekanan tidak dikeluarkan terlebih
dahulu akan mengakibatkan terlontarnya tutup casing rumah piston.
5. Setelah tabung separator tidak bertekanan lanjutkan pelepasan cover
cylinder.
50

Gambar 4.24 Proses Pembukaan Cover Cylinder

6. Buka cover housing crosshead dan distance piece.

Gambar 4.25 Pengendoran atau pelepasan piston rod


51

7. Ukur clerence crank end dan head end.

Gambar 4.26 Clearence crank end dan head end


8. Ukur clearance piston to liner.

Gambar 4.27 Clearence piston to liner


9. Lepaskan gland packing rod dan packing rod.
10. Lepas oil screaper.
11. Lepas particion packing.
52

Gambar 4.28 Partition Packing

12. Lepas piston rod.

Gambar 4.29 Pelepasan piston rod


53

13. Lepas dan cek kondisi piston ring dan rider ring karena kondisinya sudah
aus maka harus diganti.

Gambar.4.30 Pengecekan piston ring dan rider ring

14. Pasang piston rod diikuti penggantian piston ring dan rider ring yang baru.

Gambar 4.31 Pemasangan Piston Ring dan Rider Ring


54

15. Pasang dan ikat lock nut piston rod.

Gambar 4.32 Pemasangan lock nut piston rod


16. Pasang kembali oil screaper.
17. Pasang kembali particion packing.
18. Pasang kembali gland packing rod dan packing rod.
19. Ukur clearance kondisi piston to liner dengan material piston ring dan rider
ring baru yang terpasang.

Gambar 4.33 Clearence piston ring


55

20. Pasang kembali cover silinder.

Gambar 4.34 Pemasangan cover silinder


21. Ukur kembali clearence crank end dan head end.
22. Pasang kembali valve discharge crank end dan head end.
23. Langkah terakhir tutup cover housing crosshead dan distance piece.

3.3 Trouble shooting


Tabel 4.2 Trouble shooting
Masalah Penyebab Penanganan
Kompresor tidak 1. Kegagalan dalam 1. Cek tegangan atau power
power supply supply
mau hidup
2. Tekanan oil keadaan 2. Periksa pengaturan pada
mati switch
3. Control panel, dll 3. memeriksakoneksi
danpengaturandarisemuaperan
gkat
Tekanan pada 1. pompa oli mati 1. cek pompa pada oli/power
2. oli membeku supply
minyak rendah
3. filter oli yang kotor 2. mengurangi level oli
3. mengganti filter oli
4. cek pipa oli
56

Terdengar suara 1. piston tidak kencang 1. pengencangan pada piston


2. piston membentur 2. mengatur jarak pada piston rod
pada silinder
kepala luar agar tidak menabrak kepala
3. piston ring rusak, luar
4. gasket ada yang 3. penggantian piston ring.
bocor dll 4. Perbaiki bagian yang rusak.
5. Penggantian gasket
Katup bocor 1. Kesalahan pada 1. Penggantian gasket
dudukan gasket 2. Pengencangan pada katup
2. Kurangnya kerapatan 3. Ganti dudukan valve
tidak memadai
3. Usangnya dudukan
valve, channels dan
plates.

Overheat 1. Pelumasan tidak 1. Ganti lubricator oil valve


sempurna 2. Gunakan pelumas yang baik
2. Pelumasan yang 3. Naikkan tingakatan pelumasan
membeku 4. Bersihkan pendingin yang
beku dang anti kemudian
tinggkatkan tekanan sehingga
mengurangi tingkat
pendinginan pada saat
temperatur masuk
Longgar pada 1. Kesalahan pada katup 1. Pengujian dan penyetingan
2. Bocornya suction ulang
valve
valves 2. Penggantian valve
Tingginya 1. Kotornya jacket 1. Penggantian katup
water pada silinder 2. Bersihkan intercooler
temperatur saat
2. Tingginya temperatur 3. Ganti/perbaiki bagian yang
discharge inlet rusak
3. Valve discharge 4. Bersikan jacket water
longgar
4. Kotornya intercooler
5.
Bocor pada 1. Kesalahan dalam 1. Bersihkan penghalang pada
pengaturan oli saluran pembuangan
Crankshaft oil
2. Saluran pembuangan 2. Pengaturan ulang oli
tersumbat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PT. Pertamina (Persero)

Refinery Unit IV Cilacap penulis dapat menyimpulkan:

1. Kompresor adalah suatu mesin yang dipergunakan untuk menaikkan tekanan

fluida-fluida yang dapat dimampatkan seperti udara, gas, ataupun hidrogen

sehingga dapat merubah energi mekanik menjadi energi bertekanan.

2. Kompresor 013 K 101A merupakan jenis reciprocating compresor, dengan

melakukan perawatan dan perbaikan secara rutin tekanan yang dihasilkan

mampu memenuhi kebutuhan dalam suatu proses yaitu intake pressure stage

1/cylinder 1 and stage 2/cylinder 2: 42.69 kg/cm², discharge pressure stage

1/cylinder and stage 2/cylinder 2: 56.96 kg/cm². Intake Temperature: stage

1/cylinder 1 and stage 2/cylinder 2: 58°C, discharge Temperature: stage

1/cylinder 1 and stage 2/cylinder 2: 86°C.

3. Kegiatan perawatan yang telah dilakukan untuk menjaga ujuk kerja

komproser yaitu preventive maintenance, breakdown maintenance, predictive

maintenance, dan corrective maintenance.

4. Kegiatan yang perlu diperhatikan pada kompresor reciprocating 013 K 101A

meliputi pengecekan clearance pada kompresor, penggantian ring piston dan

rider ring, penggantian partition packing yang sudah aus yang mengakibatkan

kebocoran oli pada distance piece.

57
58

5.2 Saran

1. Perlunya pengecekan berkala secara rutin agar tidak terjadi kerusakan.

2. Corrective Maintenance untuk mengganti semua komponen yang sama dengan

yang baru atas rekomendasi inspeksi dan diharapkan usia pakai atau umur

peralatan lebih panjang.

3. Meningkatkan kerja sama antar personal/teknisi agar sistem menejemen

pemeliharaan dapat berjalan dengan baik.

4. Sebaiknya dilakukan perbaikan dan perawatan peralatan indikator seperti

pressure gauge, temperature gauge, flow indicator, dan lainnya agar

parameter-parameter yang ditunjukkan oleh indikator tersebut benar-benar

mempresentasikan kondisi kompresor yang sebenarnya, sehingga dapat

menghindari kekeliruan dalam setiap analisa.


DAFTAR PUSTAKA

Tallulembang. 2001. Kompresor dan Blower. Cilacap: Pertamina Direktorat


Pengolahan Bimbingan Profesi Sarjana Teknis (BPST).
Sularsodan, Haruo Tahara. 2000. Pompa dan Kompresor. Cetakan Ketujuh.
Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Fluor Daniel. 1982. Intruction And Part List. Cilacap: Fluor Daniel.
Ingersoll-Rand. 1982. Gas Compressor. Los Angeles: California.

59
LAMPIRAN

60
61
62
63

Вам также может понравиться

  • Apa Mbuh Kie
    Apa Mbuh Kie
    Документ79 страниц
    Apa Mbuh Kie
    Wahyu Indra Saputra
    Оценок пока нет
  • Perancangan Reaktor
    Perancangan Reaktor
    Документ12 страниц
    Perancangan Reaktor
    Wahyu Indra Saputra
    Оценок пока нет
  • Mbuh Apa
    Mbuh Apa
    Документ19 страниц
    Mbuh Apa
    Wahyu Indra Saputra
    Оценок пока нет
  • 152 250 1 SP
    152 250 1 SP
    Документ11 страниц
    152 250 1 SP
    Wahyu Indra Saputra
    Оценок пока нет
  • REAKTOR KIMIA
    REAKTOR KIMIA
    Документ16 страниц
    REAKTOR KIMIA
    Meilyani Farida
    Оценок пока нет
  • Perancangan Reaktor
    Perancangan Reaktor
    Документ12 страниц
    Perancangan Reaktor
    Wahyu Indra Saputra
    Оценок пока нет
  • 1464 1949 1 PB
    1464 1949 1 PB
    Документ8 страниц
    1464 1949 1 PB
    Dwita Anggraini NabiLa Putri
    Оценок пока нет
  • REAKTOR KIMIA
    REAKTOR KIMIA
    Документ16 страниц
    REAKTOR KIMIA
    Meilyani Farida
    Оценок пока нет
  • Rancang Bangun Asap Cair 16.05.2016
    Rancang Bangun Asap Cair 16.05.2016
    Документ15 страниц
    Rancang Bangun Asap Cair 16.05.2016
    Ryan Rizkiawan
    Оценок пока нет
  • File 1
    File 1
    Документ16 страниц
    File 1
    Wahyu Indra Saputra
    Оценок пока нет