Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini.
Ratusan orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara
ini, kasus kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh
nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah
tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu
jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur
tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum,
fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam,
biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian
yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa
mengarah ke samping, depan, atau belakang.
Penanganan fraktur harus dilakukan dengan cepat dan tindakan tepat agar imobilisasi
dilakukan sesegera mungkin karena pergerakan pada fragmen tulang dapat menyebabkan
nyeri. Kerusakan jaringan lunak dan perdarahan yang berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya syok dan komplikasi neurovaskuler.
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari embrionic
hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini
dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat
penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia.
terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di
sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat
daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebutlempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan.
Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan
digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang
dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau
trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan
tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang
pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang fusi
lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanalis
medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang.
1. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy)
dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
2. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan
luar adalah tulang concellous.
3. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
4. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya
patella (kap lutut).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas
tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan
tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2%
subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan
kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun.Osteosit adalah sel dewasa yang
terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks
tulang). Osteoklas adalah sel multinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam
penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang
panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk
memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan
pada permukaan tulang).
1. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan menghasilkan
pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari :
1) Otot rangka (otot lurik) : didapatkan pada sistem skeletal danberfungsi untuk
memberikan pengontrolan pergerakan mempertahnakan sikap dan menghasilkan panas.
2) Otot viseral (otot polos) : didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan
pembuluih darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah
kontrol keinginan.
3) Otot jantung : didapat hanya pada jantung dan kontraksinya tidak kontorl keinginan.
Otot rangka merupakan otot yang mempunyai variasi ukuran dan bentuk dari panjang
dan tipis sampai dengan yang lebar dan datar atau dapat berbentuk massa-massa yang besar
sekali. Kontraksi otot rangka hanya dapat dirangsang. Energi kontraksi otot dipenuhi dari
pemecahan adenosin triphospate (ATP) dan kegiatan kalsium. Serat-serat dengan oksigenasi
secara adekuat dapat berkontraksi lebih kuat, bila dibandingkan dengan oksigenisasi tidak
adekuat.
Pergerakan ditimbulkan oleh tarikan otot pada tulang yang berperan sebagai
pengungkit dan sendi berpungsi sebagai tumpuan/penopang. Otot rangka lebih besar dari
pembuluh darah. Selama kontraksi otot akan terjadi perubahan kimia. Akibatnya terjadi
pembentukan produk-produk sisa metabolisme. Otot yang lelah dan nyeri terjadi pada saat
otot kekurangan oksigen dan produk buangan tidak dapat dikeluarkan.
1. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat dilekatkan pada suatu gelatin yang kuat. Kartilago sangat
kuat tetapi fleksible dan tidak bervaskuler. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan
proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibrous yang
menutupi kartilago ) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago, dimana
tipenya: fibrous, hyaline, atau elastik. Fibrous atau (fifibrocartilago) mempunyai banyak
serat-serat dan oleh karena itu paling besar kekuatannya untuk merenggang
. Fibrocartilagomenyusun diskus intervertebralis. Arthicular (Hyaline) cartilage-halus, putih,
putih, berkilau dan kenyal membungkus permukaan persediaan dari tulang dan beberapa
sebagian bantalan. Kartilago elastik mempunyai paling sedikit serat-serat dan sering
didapatkan pada daerah telinga luar.
1. Sumsum Tulang
jaringan vaskuler dalam rongga sumsum (batang) tulang panjang dan dalam tulang pipih.
Sumsum tulang merah, yang terutama terletak di sternum, ilium, vertebra dan rusuk pada
orang dewasa, bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih. Pada orang
dewas, tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Biopsi sumsum tulang dilakukan
pada tulang pipih.
1. Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibrous yang tebal dimana merupakan akhiran dari
suatu aoat dan berfungsi mengikat suatu tulang.
1. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibon yang membungkus setiap otot dan
berkaitan dengan prioteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu
khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membram
synovial lumbrika untuk memudahkan pergerakan tendon.
1. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambun longgar yang didapatkan langsung
dibawah kulit sebagai fasisupervisial atau pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous
yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah. Bagian akhir diketahui sebagai fasia
dalam.
1. Bursae
Burse adalah suatu kantong kecil dair jaringan penyambung disuatu tempat, dimana
digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi antara kulit dan tulang, anatar
tendon dan tulang atau antara otot. Burse bertindak sebagai penampang antara bagian yang
bergerak, seperti pada olecra non bursae, terletak antara presesus dan kulit.
1. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada.
Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, atau letak dimana tulang-tulang berada
bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe
pergerakan yang memungkinkan, dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang
dilakukan.
1) Sendi Synarthroses (sendi yang tidak bergerak). Misalnya adalah sendi pada tulang
tengkorak
2) Sendi Amphiarthroses (sendi yang sedikit pergerakannya). Contoh sendi pada vetebra
dan simfisis pubis.
Sendi Peluru, missal pada persendihan panggul dan bahu, memungkinkan gerakan
bebas penuh
Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah contohnya pada
siku dan lutut.
Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang saling tegak lurus. Sendi pada
dasar ibu jari adalah sendi pelana.
Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan rotasi
untuk melakukan aktifitas seperti memutar pegangan pintu.
Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah dan contohnya adalah
sendi-sendi tulang karpalia dipergelangan tangan.
Pada sendi yang dapat digerakkan, ujung persendian tulang ditutupi oleh tulang rawang hialin
yang halus. Persendian tulang tersebut dikelilingi oleh selubung fibrus kapsul sendi. Kapsul
dilapisi oleh membran, sinovium, yang mengsekresi cairan pelumas dan peredam getaran
kedalam kapsul sendi. Maka, permukaan tulang tidak dapat kontak langsung.pada beberapa
sendi sinovial, terdapatr diskus pibrokartilago diantara permukaan tulang rawang sendi.
Bagian ini merupakan peredam getaran.
Fleksi
Ekstensi
Adduksi
Abduksi
Rotasi
Sirkumduksi
Pergerakan khusus: supinasi, inversio, eversio, protacsio.
2.2 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya
(Smeltzer & Bare, 2002 : 2357).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap
terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan
seluruh ketebalan tulang. (Price, 2006 : 1365).
Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan. Patah tulang dapat terjadi dalam keadaan normal atau patologis.
Pada keadaan patologis, misalnya kanker tulang atau osteoporosis, tulang menjadi lebih
lemah. Dalam keadaan ini, kekerasan sedikit saja akan menyebabkan patah tulang. (Oswari ,
2005 : 144).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang dan/atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005 : 840).
Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa terjadi akibat
truma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok
(FKUI dalam Jitowiyono, 2010 : 15).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan
oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada
fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan
hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh
Internal Fixation).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar.
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial
untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).
Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian fraktur adalah
terputusnya kontiunitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa atau kekerasan, bisa dalam keadaan normal atau patologis.
2.2 Epidemologi
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini. Ratusan
orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara ini, kasus
kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga
di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. Menurut data kepolisian Republik
Indonesia Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian, dengan
kematian mencapai 9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami
luka ringan. Dengan data itu, rata-rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang
menyebabkan 30 orang meninggal dunia. Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah kecelakaan
juga cenderung meningkat di mana pada tahun 2001 jumlah korban mencapai 1717 orang,
tahun selanjutnya 2.277 orang, 2003 sebanyak 2.672 orang. Tahun 2004, jumlah ini
meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari sampai September, jumlah korban
mencapai 3.620 orang dengan korban meninggal 903 orang.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika
patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur
tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum,
fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam,
biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian
yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa
mengarah ke samping, depan, atau belakang.
Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam kenyataan
sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur vertebra. Fraktur
ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas,
tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut
fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur
terjadi pada batang femur 1/3 tengah. (http://id.wikipedia.org/wiki/fraktur)
2.3. Etiologi
1) Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2) Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
3) Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh melelehnya struktur
tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh kurangnya zat-zat
nutrisi seperti vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum. Factor lain yang menyebabkan proses
patologik adalah akibat dari proses penyembuhan yang lambat pada penyembuhan fraktur
atau dapat terjadi akibat keganasan.
Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah :
1) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
3) Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
4) Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa
hari setelah cedera.
7) Pergerakan abnormal
9) Kehilangan fungsi
2.5 Klasifikasi
Penampakan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu:
a) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
a) Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang seperti terlihat pada foto.
b) Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
a) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.
b) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
c) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan
trauma rotasi.
d) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
tulang ke arah permukaan lain.
e) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.
a) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
b) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
c) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama.
b) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut
lokasi fragmen, terbagi atas:
a) 1/3 proksimal
b) 1/3 medial
c) 1/3 distal
a) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
b) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
c) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
d) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman
sindroma kompartement.
2.6. Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma (Long, 1996: 356).
Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak
langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena
trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan
bisep mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000: 147)
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. (Mansjoer, 2000: 346).
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast
berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan
pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur)
dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang
dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel
tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia
jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002: 2287)
Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi konservatif
meliputi proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif terdiri dari reposisi
terbuka, fiksasi internal, reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna
(Mansjoer, 2000: 348)
Pada pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada bagian yang patah.
Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang agak cepat.
Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi dari imobilisasi
antara lain: adanya rasa tidak enak, iritasi kulit dan luka akibat penekanan, hilangnya
kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan
mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).
Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan dengan pin,
sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya infeksi, pembedahan itu
sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya tidak
mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan
operasi. (Price, 1995: 1192)
Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri yang
hebat. (Brunner & Suddarth, 2002: 2304)
2.7. WOC
2.8. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Radiologi
b) Pemeriksaan Laboratorium
1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik
dalam membentuk tulang.
3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino
Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
c) Pemeriksaan lain-lain
2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi
lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan.
5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.
2.9. Penatalaksanaan
1. Cara Konservatif
Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya pertumbuhan
tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi
infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi.
1. Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi
dilakukan pemasangan gips adalah :
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas
pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan
sumbu panjang tulang yang patah.
Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam
waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
ü Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan
untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan
metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin
adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada
umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang
bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-
fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan
tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen
tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.
1. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat
kirschner), misalnya pada fraktur jari.
2. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF: Open Reduction internal Fixation).
Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur,
kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang
yang patah
Tujuan:
Menurut Apley (1995) terdapat 5 metode fiksasi internal yang digunakan, antara lain:
Indikasi ORIF :
1. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya fraktur
talus dan fraktur collum femur.
2. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur avulse dan fraktur
dislokasi.
3. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya fraktur Monteggia,
fraktur Galeazzi, fraktur antebrachii, dan fraktur pergelangan kaki.
4. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi,
misalnya : fraktur femur
Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF: Open reduction Eksternal Fixation).
Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan
lunak. Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif (hancur atau remuk
Indikasi OREF :
2.10. Komplikasi
1) Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2) Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal.
5) Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
6) Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko
terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam
pai 80 fraktur tahun.
7) Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang
imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi
pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada
bedah ortopedil
8) Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi
pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan
seperti pin dan plat.
9) Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
10) Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf
simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan
tropik dan vasomotor instability.
A. askep teori
1. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a) Identitas Klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, no
register dan tanggal MRS.
b) Keluhan Utama
Biasanya px mengeluh sakit (nyeri) pada daerah luka post op apabila digerakkan.
1. Pola-pola fungsi
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti
kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama
kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi
masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat
degenerasi dan mobilitas klien.
g) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga
dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada
pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola
ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
i) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu
dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk
pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain.
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus
menjalani rawat inap.
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus
menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu
juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya.
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul
kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak
efektif.
1. Pemeriksaan fisik
a) Pada pasien post op terdapat adanya perubahan yang menonjol pada sistem integumen
seperti warna kulit, tekstur kasar ada / tidak, terjadi rembesan darah pada luka post op ada /
tidak.
Pada pasien fraktur, post op, Ekstremitas kaki kanan tidak bisa digerakkan dengan bebas dan
terdapat adanya jahitan apa tidak.
c) Sistem Respirasi
Biasanya pada pasien post op fraktur ada / tidak perubahan yang menonjol seperti bentuk data
ada / tidaknya sesak nafas, suara tambahan, pernafasan cuping hidung.
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Nyeri b.d kerusakan neuromuscular, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
f) Gangguan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
g) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.
1. RENCANAAN KEPERAWATAN
Scenario
Tn. Pr (29 th) sekitar 2 tahun yang lalu mengalami kecelakaan lalu lintas saat mengendarai
sepeda motor. Pada saat kejadian, menggeluh nyeri di area kaki kanan. Setelah kejadian
tersebut pasien dibawa ke RS A dan dilakukan tindakan medis, pemeriksaan diagnostic yang
dilakukan rontgsen tampak fraktur pemur dextra. Pada keesokan harinya dilakukan operasi
dengan internal fixation, control kerumah sakit tidak teratur. Dari luka post op keluar cairan
nanah berbau, sekitar 4 bulan pasca operasi pertama, nyeri dirasakan dibagian dalam tulang
dengan intensitas semakin meninggkat, terbentuk lubang dibagian tengah luka operasi dengan
nanah keluar bertambah banyak. Dilakukan rontgen ulang didapatkan inplant failure, operasi
kedua dilakukan untuk repair internal fixation dan pemasangan internal fixation ke-2
menggunakan broad plate dan screw. Pasca operasi ke-2 kontrol dilakukan secara teratur
pada permulaannya, namun selanjutnya pasien mengobati dengan membeli antibiotic dan
menentuykan dosisnya sendiri. Selama pengobatan mandiri tidak menunjukkan perbaikan.
Pasien dating kembali ke RS A, kemudian dirujuk ke RS B untuk penanganan lanjut.
Direncanakan akan dilakukan operasi ilizarov, namun tetap menolak. Pasien inggin agar
dilakukan operasi biasa saja. 1 april 2013 dilakukan operasi dengan external fiksasi
konvensional dilakukan. Tetapi yang didapatkan: tranfusi PRC, ceftriaxone 2×1 gr,
gentamycine 2×80 mg, ketorolac 3×1 amp, ranitidine 3×1 amp
1. 2. Pengkajian
ü Biodata
Nama : Tn. Pr
Umur : 29 tahun
ü Riwayat Kesehatan
ü Keluhan utama
Klien pernah mengalami fraktur 2tahun yang lalu.mengalami nyeri yang meningkat sekitar
4bulan pasca operasi dan terbentuklubang ditengah tulang dan berbau nanah.
1. 3. Data focus
DS:
ü Klien mengta
DO:
1. 4. Analisis data
DO:
DO:
1. 5. Diagnosa keperawatan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan
oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada
fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan
hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh
Internal Fixation).
penyebab dari fraktur yaitu: Cedera, Letih, Kelemahan tulang, Kekerasan langsung,
Kekerasan tidak langsung, Kekerasan akibat tarikan otot, dan tanda atau gejala dari fraktur
femur dekstra yaitu; Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Deformitas, Pemendekan tulang, Krepitasi, Pembengkakan dan perubahan
warna lokal pada kulit , Peningkatan temperatur lokal, Pergerakan abnormal, Echymosis
(perdarahan subkutan yang lebar-lebar), Kehilangan fungsi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Monica Ester, Penerjemah Jakarta: EGC
Muttakin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC
Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta
Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi
6. EGC : Jakarta.
Smeltzer & Bare, (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC:
Jakarta
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume II. Edisi 8. Agung
Waluyo, Penerjemah. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta
Wilkinson, Judith.M & ahern, Nancy R. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9.
Buku kedokteran EGC. Jakarta