Вы находитесь на странице: 1из 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini.
Ratusan orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara
ini, kasus kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh
nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke.

Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah
tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu
jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur
tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum,
fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam,
biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian
yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa
mengarah ke samping, depan, atau belakang.

Penanganan fraktur harus dilakukan dengan cepat dan tindakan tepat agar imobilisasi
dilakukan sesegera mungkin karena pergerakan pada fragmen tulang dapat menyebabkan
nyeri. Kerusakan jaringan lunak dan perdarahan yang berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya syok dan komplikasi neurovaskuler.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat masalah


bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur femur dekstra
post pemasangan open reduksi internal fiksation.

1.2. Rumusan masalah

1. Apa definisi post op ORIF fraktur femur dekstra ?


2. Apa etiologi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?
3. Bagaimana manifestasi klinik post op ORIF fraktur femur dekstra?
4. Apa klasifikasi post op ORIF fraktur femur dekstra?
5. Bagaimana patofisiologi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?
6. Bagaimana WOC dari post op ORIF fraktur femur dekstra?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik post op ORIF fraktur femur dekstra?
8. Bagaimana penatalaksanaan post op ORIF fraktur femur dekstra?
9. Apa komplikasi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?
10. Bagaimana ASKEP post op ORIF fraktur femur dekstra?
1.3 Tujun

1) Menjelaskan definisi post op ORIF fraktur femur dekstra?

2) Menjelaskan etiologi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?

3) Menjelaskan manifestasi klinik post op ORIF fraktur femur dekstra?

4) Menjelaskan klasifikasi post op ORIF fraktur femur dekstra?

5) Menjelaskan patofisiologi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?

6) Menjelaskan WOC dari post op ORIF fraktur femur dekstra?

7) Menjelaskan pemeriksaan diagnostik post op ORIF fraktur femur dekstra?

8) Menjelaskan penatalaksanaan post op ORIF fraktur femur dekstra?

9) Menjelaskan komplikasi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?

10) Menjelaskan ASKEP post op ORIF fraktur femur dekstra?

1.4 Manfaat

2 Menambah wawasan pengetahuan mengenai kasus ruptur tendon achilles dan


penerapan konsep keperawatan pada kasus ruptur tendon achilles.

3 Menambah wawasan pengetahuan mengenai penerapan diagnosa keperawatan pada


kasus ruptur tendon achilles.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskletal


1. Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari embrionic
hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini
dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat
penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentukannya :

1. Tulang panjang (Femur, Humerus)

terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di
sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat
daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebutlempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan.
Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan
digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang
dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau
trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan
tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang
pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang fusi
lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanalis
medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang.

1. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy)
dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
2. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan
luar adalah tulang concellous.
3. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
4. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya
patella (kap lutut).

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas
tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan
tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2%
subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan
kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun.Osteosit adalah sel dewasa yang
terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks
tulang). Osteoklas adalah sel multinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam
penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.

Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon


terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang
dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui
prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuliyang halus (kanal yang menghubungkan dengan
pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).
Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakanperiosteum.
Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat
perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik.
Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel
pembentuk tulang.

Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang
panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk
memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan
pada permukaan tulang).

1. Otot

Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan menghasilkan
pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari :

1) Otot rangka (otot lurik) : didapatkan pada sistem skeletal danberfungsi untuk
memberikan pengontrolan pergerakan mempertahnakan sikap dan menghasilkan panas.

2) Otot viseral (otot polos) : didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan
pembuluih darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah
kontrol keinginan.

3) Otot jantung : didapat hanya pada jantung dan kontraksinya tidak kontorl keinginan.

Otot rangka merupakan otot yang mempunyai variasi ukuran dan bentuk dari panjang
dan tipis sampai dengan yang lebar dan datar atau dapat berbentuk massa-massa yang besar
sekali. Kontraksi otot rangka hanya dapat dirangsang. Energi kontraksi otot dipenuhi dari
pemecahan adenosin triphospate (ATP) dan kegiatan kalsium. Serat-serat dengan oksigenasi
secara adekuat dapat berkontraksi lebih kuat, bila dibandingkan dengan oksigenisasi tidak
adekuat.

Pergerakan ditimbulkan oleh tarikan otot pada tulang yang berperan sebagai
pengungkit dan sendi berpungsi sebagai tumpuan/penopang. Otot rangka lebih besar dari
pembuluh darah. Selama kontraksi otot akan terjadi perubahan kimia. Akibatnya terjadi
pembentukan produk-produk sisa metabolisme. Otot yang lelah dan nyeri terjadi pada saat
otot kekurangan oksigen dan produk buangan tidak dapat dikeluarkan.

1. Kartilago

Kartilago terdiri dari serat-serat dilekatkan pada suatu gelatin yang kuat. Kartilago sangat
kuat tetapi fleksible dan tidak bervaskuler. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan
proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibrous yang
menutupi kartilago ) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago, dimana
tipenya: fibrous, hyaline, atau elastik. Fibrous atau (fifibrocartilago) mempunyai banyak
serat-serat dan oleh karena itu paling besar kekuatannya untuk merenggang
. Fibrocartilagomenyusun diskus intervertebralis. Arthicular (Hyaline) cartilage-halus, putih,
putih, berkilau dan kenyal membungkus permukaan persediaan dari tulang dan beberapa
sebagian bantalan. Kartilago elastik mempunyai paling sedikit serat-serat dan sering
didapatkan pada daerah telinga luar.

1. Sumsum Tulang

jaringan vaskuler dalam rongga sumsum (batang) tulang panjang dan dalam tulang pipih.
Sumsum tulang merah, yang terutama terletak di sternum, ilium, vertebra dan rusuk pada
orang dewasa, bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih. Pada orang
dewas, tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Biopsi sumsum tulang dilakukan
pada tulang pipih.

1. Ligament

Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibrous yang tebal dimana merupakan akhiran dari
suatu aoat dan berfungsi mengikat suatu tulang.

1. Tendon

Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibon yang membungkus setiap otot dan
berkaitan dengan prioteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu
khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membram
synovial lumbrika untuk memudahkan pergerakan tendon.

1. Fasia

Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambun longgar yang didapatkan langsung
dibawah kulit sebagai fasisupervisial atau pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous
yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah. Bagian akhir diketahui sebagai fasia
dalam.

1. Bursae

Burse adalah suatu kantong kecil dair jaringan penyambung disuatu tempat, dimana
digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi antara kulit dan tulang, anatar
tendon dan tulang atau antara otot. Burse bertindak sebagai penampang antara bagian yang
bergerak, seperti pada olecra non bursae, terletak antara presesus dan kulit.

1. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada.
Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, atau letak dimana tulang-tulang berada
bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe
pergerakan yang memungkinkan, dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang
dilakukan.

Menurut klasifikasi terdapat 3 kelas utama persendian yaitu :

1) Sendi Synarthroses (sendi yang tidak bergerak). Misalnya adalah sendi pada tulang
tengkorak

2) Sendi Amphiarthroses (sendi yang sedikit pergerakannya). Contoh sendi pada vetebra
dan simfisis pubis.

3) Sendi Diarthroses (sendi yang banyak pergerakannya). Jenis sendi Diartrotis :

 Sendi Peluru, missal pada persendihan panggul dan bahu, memungkinkan gerakan
bebas penuh
 Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah contohnya pada
siku dan lutut.
 Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang saling tegak lurus. Sendi pada
dasar ibu jari adalah sendi pelana.
 Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan rotasi
untuk melakukan aktifitas seperti memutar pegangan pintu.
 Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah dan contohnya adalah
sendi-sendi tulang karpalia dipergelangan tangan.

Pada sendi yang dapat digerakkan, ujung persendian tulang ditutupi oleh tulang rawang hialin
yang halus. Persendian tulang tersebut dikelilingi oleh selubung fibrus kapsul sendi. Kapsul
dilapisi oleh membran, sinovium, yang mengsekresi cairan pelumas dan peredam getaran
kedalam kapsul sendi. Maka, permukaan tulang tidak dapat kontak langsung.pada beberapa
sendi sinovial, terdapatr diskus pibrokartilago diantara permukaan tulang rawang sendi.
Bagian ini merupakan peredam getaran.

Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi-sendi adalah:

 Fleksi
 Ekstensi
 Adduksi
 Abduksi
 Rotasi
 Sirkumduksi
 Pergerakan khusus: supinasi, inversio, eversio, protacsio.

2.2 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya
(Smeltzer & Bare, 2002 : 2357).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap
terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan
seluruh ketebalan tulang. (Price, 2006 : 1365).

Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan. Patah tulang dapat terjadi dalam keadaan normal atau patologis.
Pada keadaan patologis, misalnya kanker tulang atau osteoporosis, tulang menjadi lebih
lemah. Dalam keadaan ini, kekerasan sedikit saja akan menyebabkan patah tulang. (Oswari ,
2005 : 144).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang dan/atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005 : 840).

Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa terjadi akibat
truma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok
(FKUI dalam Jitowiyono, 2010 : 15).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan
oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada
fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan
hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh
Internal Fixation).

Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar.
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial
untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).

ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu tindakan


pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah / fraktur sedapat
mungkin kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat,
sekrup, paku maupun suatu intramedulary (IM) untuk mempertahan kan fragmen tulang
dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian fraktur adalah
terputusnya kontiunitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa atau kekerasan, bisa dalam keadaan normal atau patologis.

2.2 Epidemologi
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini. Ratusan
orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara ini, kasus
kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga
di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. Menurut data kepolisian Republik
Indonesia Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian, dengan
kematian mencapai 9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami
luka ringan. Dengan data itu, rata-rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang
menyebabkan 30 orang meninggal dunia. Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah kecelakaan
juga cenderung meningkat di mana pada tahun 2001 jumlah korban mencapai 1717 orang,
tahun selanjutnya 2.277 orang, 2003 sebanyak 2.672 orang. Tahun 2004, jumlah ini
meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari sampai September, jumlah korban
mencapai 3.620 orang dengan korban meninggal 903 orang.

Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika
patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur
tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum,
fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam,
biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian
yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa
mengarah ke samping, depan, atau belakang.

Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam kenyataan
sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur vertebra. Fraktur
ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas,
tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut
fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur
terjadi pada batang femur 1/3 tengah. (http://id.wikipedia.org/wiki/fraktur)

2.3. Etiologi

Menurut Barbara C Long (1996)

1) Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.

2) Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.

3) Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh melelehnya struktur
tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh kurangnya zat-zat
nutrisi seperti vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum. Factor lain yang menyebabkan proses
patologik adalah akibat dari proses penyembuhan yang lambat pada penyembuhan fraktur
atau dapat terjadi akibat keganasan.
Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah :

1. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik


terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis
patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang
ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi
dari ketiganya, dan penarikan.

2.4 Tanda Dan Gejala

1) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2) Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di


ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melengketnya obat.

3) Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm

4) Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.

5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa
hari setelah cedera.

6) Peningkatan temperatur lokal

7) Pergerakan abnormal

8) Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)

9) Kehilangan fungsi

2.5 Klasifikasi
Penampakan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu:

1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).

a) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

b) Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara


fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

1. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.

a) Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang seperti terlihat pada foto.

b) Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:

1. Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)


2. Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi
tulang spongiosa di bawahnya.
3. Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang
terjadi pada tulang panjang.
4. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.

a) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.

b) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.

c) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan
trauma rotasi.

d) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
tulang ke arah permukaan lain.

e) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.

1. Berdasarkan jumlah garis patah.

a) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.

b) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.

c) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama.

1. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.


a) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak
bergeser dan periosteum masih utuh.

b) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut
lokasi fragmen, terbagi atas:

1. Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan


overlapping).
2. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
3. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
4. Berdasarkan posisi frakur, Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :

a) 1/3 proksimal

b) 1/3 medial

c) 1/3 distal

1. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.


Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. Pada
fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak
sekitar trauma, yaitu:

a) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.

b) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.

c) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.

d) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman
sindroma kompartement.

2.6. Patofisiologi

Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma (Long, 1996: 356).
Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak
langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena
trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan
bisep mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000: 147)

Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. (Mansjoer, 2000: 346).

Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast
berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan
pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur)
dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang
dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel
tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)

Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia
jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002: 2287)
Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi konservatif
meliputi proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif terdiri dari reposisi
terbuka, fiksasi internal, reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna
(Mansjoer, 2000: 348)

Pada pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada bagian yang patah.
Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang agak cepat.
Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi dari imobilisasi
antara lain: adanya rasa tidak enak, iritasi kulit dan luka akibat penekanan, hilangnya
kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan
mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).

Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan dengan pin,
sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya infeksi, pembedahan itu
sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya tidak
mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan
operasi. (Price, 1995: 1192)

Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri yang
hebat. (Brunner & Suddarth, 2002: 2304)
2.7. WOC
2.8. Pemeriksaan Diagnostik

a) Pemeriksaan Radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan sinar


rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang
yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. X-Ray dapat dilihat
gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram menggambarkan arus
vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.

b) Pemeriksaan Laboratorium

1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik
dalam membentuk tulang.

3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino
Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

c) Pemeriksaan lain-lain

1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme


penyebab infeksi.

2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi
lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.

3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.

4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan.

5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.

6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.(Ignatavicius, Donna D, 1995)

2.9. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan dengan konservatif dan operatif

1. Cara Konservatif

Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya pertumbuhan
tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi
infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi.

1. Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi
dilakukan pemasangan gips adalah :

 Immobilisasi dan penyangga fraktur


 Istirahatkan dan stabilisasi
 Koreksi deformitas
 Mengurangi aktifitas
 Membuat cetakan tubuh orthotik

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :

 Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan


 Gips patah tidak bisa digunakan
 Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
 Jangan merusak / menekan gips
 Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
 Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

1. Traksi (mengangkat / menarik)

Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas
pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan
sumbu panjang tulang yang patah.

Metode pemasangan traksi antara lain :

 Traksi manual

Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency

 Traksi mekanik, ada 2 macam :

ü Traksi kulit (skin traction)

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam
waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.

ü Traksi skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan
untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan
metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :

 Mengurangi nyeri akibat spasme otot


 Memperbaiki & mencegah deformitas
 Immobilisasi
 Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
 Mengencangkan pada perlekatannya

Prinsip pemasangan traksi :

 Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik


 Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar
reduksi dapat dipertahankan
 Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
 Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
 Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai
 Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman

1. Cara operatif / pembedahan

Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin
adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada
umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang
bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-
fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan
tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen
tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.

1. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat
kirschner), misalnya pada fraktur jari.
2. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF: Open Reduction internal Fixation).
Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur,
kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang
yang patah

Tujuan:

 Imobilisasi sampai tahap remodeling


 Melihat secara langsung area fraktur
Jenis Open Reduction Internal Fixation ( ORIF )

Menurut Apley (1995) terdapat 5 metode fiksasi internal yang digunakan, antara lain:

1. Sekrup kompresi antar fragmen


2. Plat dan sekrup, paling sesuai untuk lengan bawah
3. Paku intermedula, untuk tulang panjang yang lebih besar
4. Paku pengikat sambungan dan sekrup, ideal untuk femur dan tibia
5. Sekrup kompresi dinamis dan plat, ideal untuk ujung proksimal dan distal femur

Indikasi ORIF :

1. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya fraktur
talus dan fraktur collum femur.
2. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur avulse dan fraktur
dislokasi.
3. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya fraktur Monteggia,
fraktur Galeazzi, fraktur antebrachii, dan fraktur pergelangan kaki.
4. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi,
misalnya : fraktur femur

Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF: Open reduction Eksternal Fixation).
Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan
lunak. Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif (hancur atau remuk

Indikasi OREF :

1. Fraktur terbuka derajatI II


2. Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas
3. Fraktur dengan gangguan neurovaskuler
4. Fraktur Kominutif
5. Fraktur Pelvis

Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :

1. Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah


2. Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya
3. Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
4. Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
5. Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang
tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi
otot hampir normal selama penatalaksanaan dijalankan

2.10. Komplikasi

1) Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2) Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal.

3) Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.

4) Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di


dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.

5) Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

6) Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko
terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam
pai 80 fraktur tahun.

7) Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang
imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi
pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada
bedah ortopedil

8) Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi
pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan
seperti pin dan plat.

9) Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.

10) Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf
simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan
tropik dan vasomotor instability.

2.11. Asuhan keperawatan

A. askep teori

1. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data

a) Identitas Klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, no
register dan tanggal MRS.

b) Keluhan Utama
Biasanya px mengeluh sakit (nyeri) pada daerah luka post op apabila digerakkan.

c) Riwayat Penyakit Dahulu.


Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang apa pernah mengalami tindakan
operasi apa tidak.
d) Riwayat Penyakit Sekarang.
Pada umumnya penderita mengeluh nyeri pada daerah luka operasi.

e) Riwayat Penyakit Keluarga.


Didalam anggota keluara tidak / ada yang pernah mengalami penyakit fraktur / penyakit
menular.

1. Pola-pola fungsi

a) Pola aktivitas dan latihan


Aktifitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan akibat adanya luka operasi sehingga
perlu dibantu baik perawat maupun klien.

b) Pola tidur dan istirahat


Kebiasaan pola tidur dan istirahat px megnalami gangguan yang disebabkan oleh nyeri luka
post op.

c) Pola persepsi dan konsep diri


Setelah px mengalami post op px akan mengalami gangguan konsep diri karena perubahan
cara berjalan akibat kecelakaan.

d) Pola sensori dan kognitif


Biasanya px mengeluh nyeri yang disebabkan oleh adanya kerusakan jaringan lunak dan
hilangnya darah serta cairan seluler ke dalam jaringan.

e) Pola tata nilai dan kepercayaan


Biasanya px pada post op akan mengalami gangguan / perubahan dalam menjalankan
ibadanya.

f) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti
kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama
kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi
masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat
degenerasi dan mobilitas klien.

g) Pola Eliminasi

Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga
dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada
pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola
ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.

h) Pola Tidur dan Istirahat.


Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu
pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur,
suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur
(Doengos. Marilynn E, 2002).

i) Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu
dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk
pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain.

j) Pola Hubungan dan Peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus
menjalani rawat inap.

k) Pola Reproduksi Seksual

Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus
menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu
juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya.

l) Pola Penanggulangan Stress

Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul
kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak
efektif.

1. Pemeriksaan fisik

a) Pada pasien post op terdapat adanya perubahan yang menonjol pada sistem integumen
seperti warna kulit, tekstur kasar ada / tidak, terjadi rembesan darah pada luka post op ada /
tidak.

b) Sistem Ektremitas dan Neurologis

Pada pasien fraktur, post op, Ekstremitas kaki kanan tidak bisa digerakkan dengan bebas dan
terdapat adanya jahitan apa tidak.

c) Sistem Respirasi

Biasanya pada pasien post op fraktur ada / tidak perubahan yang menonjol seperti bentuk data
ada / tidaknya sesak nafas, suara tambahan, pernafasan cuping hidung.
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Nyeri b.d kerusakan neuromuscular, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

b) Ansietas b.d pengetahuan tentang luka post op.

c) gangguan mobilitas fisik b.d nyeri,pembengkakan, prosedur bedah,immobilisasi. terapi


restriktif (imobilisasi)

d) Risti infeksi b.d port de entrée luka fraktur femur

e) Infeksi b.d adanya inflan fairule

f) Gangguan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)

g) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.

h) Gangguan citra tubuh b.d pemasangan eksternal fixation

1. RENCANAAN KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL


O
1 Nyeri b.d TUJUAN: 1. Kaji ulang tingkat skala
kerusakan nyeri
neuromuscular, Dalam waktu Nyeri 2. Jelaskan sebab- sebab
gerakan fragmen berkurang dan timbulnya nyeri
tulang, edema, terkontrol 3. Anjurkan klien untuk
cedera jaringan melakukan tenik
lunak, relaksasi dan distraksi
pemasangan 4. Kolaborasi dengan tim
traksi, KRITERIA HASIL medis dalam pemberian
stress/ansietas. obat anti biotik.
 Nyeri 1. untuk
berkurang mengetahui /
(skala nyeri : menentukan
0) tingkat
 Klien tidak keparahan.
2. menambahn
menyeringai/ pengetahuan
Klien tampak individu
tenang. terhadap
 Nyeri penyakitnya.
berkurang 3. mengantisipasi
atau hilang, lebih awal bila
timbul nyeri.
4. membantu untuk
membatasi nyeri
dan antibiotik
untuk mencegah
dan mengatasi
infeksi.

2 Ansietas b.d TUJUAN 1. Lakukan pendekatan


pengetahuan Klien tidak merasa pada klien tentang
tentang luka cemas lagi. penyakitnya. 1. Memberi
post op. 2. Berikan penjelasan pada dorongan
KRITERIA HASIL klien tentang pada klien
penyakitnya untuk
Klien tampak rileks, 3. berikan motivasi pada sembuh
klien tidak gelisah klien dan keluarga. 2. Memonitor
4. Observasi TTV. kekuranga
n / keadaan
klien.
3. Menjalank
1. Kolaborasi dengan tim an fungsi
dokter dalam pemberian independen
terapi / obat. t.
1. Klien kooperatif
dengan
perawatnya.
2. Klien megerti
tentang
penyakitnya.

3 gangguan TUJUAN 1. Pertahankan


mobilitas fisik pelaksanaan aktivitas
b.d Klien mampu rekreasi terapeutik
nyeri,pembengk meningkatkan / (radio, koran, kunjungan
akan, prosedur mempertahankan teman/keluarga) sesuai
bedah,immobilis mobilitas pada keadaan klien.
asi. terapi tingkat yang paling 2. Bantu latihan rentang
restriktif tinggi. gerak pasif aktif pada
(imobilisasi), ekstremitas yang sakit
kerusakan maupun yang sehat
neuromusklar. sesuai keadaan klien.
KRITERIA HASIL 3. Berikan papan
penyangga kaki,
 memprtahank gulungan
an posisi trokanter/tangan sesuai
fungsional, indikasi.
 meningkatny 4. Bantu dan dorong
a kekuatan / perawatan diri
fungsi yang (kebersihan/eliminasi)
sakit dan sesuai keadaan klien.
 menunjukkan 5. Ubah posisi secara
teknis yang periodik sesuai keadaan
memampuka klien.
n melakukan 6. Dorong/pertahankan
aktivitas. asupan cairan 2000-
3000 ml/hari.
7. Berikan diet tinggi
kalori tinggi protein.
8. Kolaborasi pelaksanaan
fisioterapi sesuai
indikasi.
9. Evaluasi kemampuan
mobilisasi klien dan
program imobilisasi.
10. Memfokuskan
perhatian,
meningkatakan rasa
kontrol diri/harga diri,
membantu menurunkan
isolasi sosial.
11. Meningkatkan sirkulasi
darah muskuloskeletal,
mempertahankan tonus
otot, mempertahakan
gerak sendi, mencegah
kontraktur/atrofi dan
mencegah reabsorbsi
kalsium karena
imobilisasi.
12. Mempertahankan posis
fungsional ekstremitas.
13. Meningkatkan
kemandirian klien dalam
perawatan diri sesuai
kondisi keterbatasan
klien.
14. Menurunkan insiden
komplikasi kulit dan
pernapasan (dekubitus,
atelektasis, penumonia)
15. Mempertahankan
hidrasi adekuat,
mencegah komplikasi
urinarius dan konstipasi.
16. Kalori dan protein yang
cukup diperlukan untuk
proses penyembuhan
dan mem-pertahankan
fungsi fisiologis tubuh.
17. Kerjasama dengan
fisioterapis perlu untuk
menyusun program
aktivitas fisik secara
individual.
18. Menilai perkembangan
masalah klien.

4 Risti infeksi b.d TUJUAN 1. Lakukan perawatan luka


port de entrée dengan teknik aseptic
luka fraktur 3X24 jam resiko 2. Inspeksi luka,perhatikan
femur, infeksi berkurang, karakteristik drainase.
terputusnya bebas drainase 3. Awasi tanda-tanda vital.
kontinuitas purulen atau eritema 4. Kalaborasi Pemberian
jaringan akibat dan demam. antibiotik.
prosedur 5. Analisa hasil
pembedahan. pemeriksaan
laboratorium (Hitung
KRITERIA HASIL darah lengkap, LED,
Kultur dan sensitivitas
 Luka bersih luka/serum/tulang)
 Tidak ada 6. teknik aseptic dapat
pus atau mengurangi bakteri
nanah pathogen oada daerah
 Luka kering luka.
1. untuk
mengobservasi
keadaan luka,
sehinggga dapat
menentukan
tindakan
selanjutnya.
2. tanda-tanda vital
untuk
mengetahui
keadaan umum
klien
3. antibiotic dapat
membunuh
bakteri yang
dapat
menyebabkan
infeksi.
4. Leukositosis
biasanya terjadi
pada proses
infeksi, anemia
dan peningkatan
LED dapat
terjadi pada
osteomielitis.
Kultur untuk
mengidentifikasi
organisme
penyebab
infeksi.

5 Infeksi b.d TUJUAN 1. Observasi keadaan luka


adanya inflan pasien
fairule Dalam waktu 2 x 24 2. Gunakan tehnik septic
jam infeksi dan aseptic selama
berkurang perawatan luka
3. Tekankan tehnik cuci
tangan yang baik untuk
setiap individu yang
KRITERIA HASIL kontak dengan pasien
4. Kolaborasi pemberian
Tidak menunjukkan antibiotic
adanya kemerahan 1. Mengetahui
pada klien keadaan luka
pasien
2. Mencegah
terpajan
organism
infeksius
3. Mencegah
kontaminasi
silang dan
menurunkan
resiko
penyebaran
infeksi
4. Antibiotic dapat
membantu
mengurangi
penyebaran

6 Gangguan TUJUAN 1. Kaji kulit dan


integritas kulit identifikasi pada tahap
b.d fraktur  ketidak perkembangan luka.
terbuka, nyamanan 2. Kaji lokasi, ukuran,
pemasangan klien hilang warna, bau, serta jumlah
traksi (pen,  Mencapai dan tipe cairan luka
kawat, sekrup) penyembuha 3. Pantau peningkatan
n luka pada suhu tubuh.
waktu yang 4. Berikan perawatan luka
sesuai. dengan tehnik aseptik.
Balut luka dengan kasa
kering dan steril,
gunakan plester kertas.
KRITERIA HASIL 5. Kolaborasi pemberian
antibiotik sesuai
 tidak ada indikasi.
tanda-tanda 6. Pertahankan tempat
infeksi tidur yang nyaman dan
seperti pus. aman (kering, bersih,
 luka bersih alat tenun kencang,
tidak lembab bantalan bawah siku,
dan tidak tumit).
kotor, 7. Masase kulit terutama
 Tanda-tanda daerah penonjolan
vital dalam tulang dan area distal
batas normal bebat/gips.
atau dapat 8. Lindungi kulit dan gips
ditoleransi. pada daerah perianal.
 mencapai 9. Observasi keadaan kulit,
penyembuha penekanan gips/bebat
n luka sesuai terhadap kulit, insersi
waktu pen/traksi.
10. mengetahui sejauh mana
perkembangan luka
mempermudah dalam
melakukan tindakan
yang tepat.
11. mengidentifikasi tingkat
keparahan luka akan
mempermudah
intervensi.
12. suhu tubuh yang
meningkat dapat
diidentifikasikan
sebagai adanya proses
peradangan.
13. tehnik aseptik
membantu mempercepat
penyembuhan luka dan
mencegah terjadinya
infeksi.
14. antibiotik berguna untuk
mematikan
mikroorganisme
pathogen pada daerah
yang berisiko terjadi
infeksi.
15. Menurunkan risiko
kerusakan/abrasi kulit
yang lebih luas.
16. Meningkatkan sirkulasi
perifer dan
meningkatkan
kelemasan kulit dan otot
terhadap tekanan yang
relatif konstan pada
imobilisasi.
17. Mencegah gangguan
integritas kulit dan
jaringan akibat
kontaminasi fekal.
18. Menilai perkembangan
masalah klien.

7 Kurang TUJUAN 1. Kaji kesiapan klien


pengetahuan mengikuti program
tentang kondisi, klien akan pembelajaran.
prognosis dan menunjukkan 2. Diskusikan metode
kebutuhan pengetahuan mobilitas dan ambulasi
pengobatan b.d meningkat . sesuai program terapi
kurang terpajan fisik.
atau salah 3. Ajarkan tanda/gejala
interpretasi klinis yang memerlukan
terhadap KRITERIA HASIL evaluasi medik (nyeri
informasi, berat, demam,
keterbatasan klien mengerti dan perubahan sensasi kulit
kognitif, kurang memahami tentang distal cedera)
akurat/lengkapn penyakitnya. 4. Persiapkan klien untuk
ya informasi mengikuti terapi
yang ada. pembedahan bila
diperlukan.
Rasional :
5. Efektivitas proses
pemeblajaran
dipengaruhi oleh
kesiapan fisik dan
mental klien untuk
mengikuti program
pembelajaran.
6. Meningkatkan
partisipasi dan
kemandirian klien dalam
perencanaan dan
pelaksanaan program
terapi fisik.
7. Meningkatkan
kewaspadaan klien
untuk mengenali
tanda/gejala dini yang
memerulukan intervensi
lebih lanjut.
8. Upaya pembedahan
mungkin diperlukan
untuk mengatasi
masalah sesuai kondisi
klien.

8 Gangguan citra TUJUAN 1. Observasi makna 1. Mengetahu


tubuh b.d perubahan yang dialami i perasaan
pemasangan waktu 1 x 24 jam oleh pasien pasien
eksternal citra diri pasien 2. Libatkan keluarga atau tentang
fixation meningkat. orang terdekat dalam keadaanny
perawatan a dan
3. Catat perilaku menarik control
diri : peningkatan emosinya
KRITERIA HASIL ketergantungan, 2. Dukung
manipulasi atau tidak keluarga
 Mampu terlibat pada perawatan dan orang
menyatakan 4. Monitor gangguan tidur terdekat
atau atau adanya peningkatan dapat
mengomunik kesulitan konsentrasi. memperce
asikan pat proses
dengan orang penyembu
terdekat han
tentang 3. Dugaan
situasi dan masalah
perubahan pada
yang sedang penilaian
terjadi. yang dapat
 Mampu memerluka
menyatakan n evaluasi
penerimaan lanjut dan
diri terhadap terapi lebih
situasi. ketat
4. Dapat
mengindik
asikan
terjadinya
depresi
dimana
memerluka
n
intervensi
dan
evaluasi
lebih
lanjut.
1. B. Askep Kasus

Scenario

Tn. Pr (29 th) sekitar 2 tahun yang lalu mengalami kecelakaan lalu lintas saat mengendarai
sepeda motor. Pada saat kejadian, menggeluh nyeri di area kaki kanan. Setelah kejadian
tersebut pasien dibawa ke RS A dan dilakukan tindakan medis, pemeriksaan diagnostic yang
dilakukan rontgsen tampak fraktur pemur dextra. Pada keesokan harinya dilakukan operasi
dengan internal fixation, control kerumah sakit tidak teratur. Dari luka post op keluar cairan
nanah berbau, sekitar 4 bulan pasca operasi pertama, nyeri dirasakan dibagian dalam tulang
dengan intensitas semakin meninggkat, terbentuk lubang dibagian tengah luka operasi dengan
nanah keluar bertambah banyak. Dilakukan rontgen ulang didapatkan inplant failure, operasi
kedua dilakukan untuk repair internal fixation dan pemasangan internal fixation ke-2
menggunakan broad plate dan screw. Pasca operasi ke-2 kontrol dilakukan secara teratur
pada permulaannya, namun selanjutnya pasien mengobati dengan membeli antibiotic dan
menentuykan dosisnya sendiri. Selama pengobatan mandiri tidak menunjukkan perbaikan.
Pasien dating kembali ke RS A, kemudian dirujuk ke RS B untuk penanganan lanjut.
Direncanakan akan dilakukan operasi ilizarov, namun tetap menolak. Pasien inggin agar
dilakukan operasi biasa saja. 1 april 2013 dilakukan operasi dengan external fiksasi
konvensional dilakukan. Tetapi yang didapatkan: tranfusi PRC, ceftriaxone 2×1 gr,
gentamycine 2×80 mg, ketorolac 3×1 amp, ranitidine 3×1 amp

1. 2. Pengkajian

ü Biodata

Nama : Tn. Pr

Umur : 29 tahun

ü Riwayat Kesehatan

ü Keluhan utama

Nyeri di area kaki kanan karna luka operasi


ü Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan 2tahun yang lalu klien mengalami kecelakaan lalulintas


mengendarai sepeda motor, lalu klien di bawa ke Rumah sakit A kemudian dilakukan
tindakan medic pemeriksaan diagnostic rontgen tampak fraktur femur dextra karena
menggalami fraktur pada paha kanan. Kemudian klien dilakukan tindakan bedah dengan
operasi internalfixation . Dan control kerumah sakit tidak teratur dan pada kuka post op
keluar cairan nanah berbau dan mengalami implant failure operasi kedua pun dilakukan
namun klien mengibati dan membeli antibiotic dengan menentukan dosis sendiri. Klien
kemudian dirujuk ke RS B dianjurkan oleh dokter untuk operasi ilizarov namun klien
menolak, lalu operasi dilakukan pada tanggal 1 April 2013 dengan operasi external fiksasi
konvensional.

ü Riwayat penyakit dahulu

Klien pernah mengalami fraktur 2tahun yang lalu.mengalami nyeri yang meningkat sekitar
4bulan pasca operasi dan terbentuklubang ditengah tulang dan berbau nanah.

1. 3. Data focus

DS:

ü Klien mengatakan nyeri setelah pasca operasi

ü Klien menolak pemasangan operasi ilizarov

ü Klien mengta

DO:

ü Rontgen ulang didapatkan inplant failure

ü Rontgen adanya Fraktur femur dextra

ü Terbentuklubang ditengah tulang dan mengeluarkan nanah banyakdan berbau

ü Dilakukan tindakan operasi internal fixation

1. 4. Analisis data

NO Data Etiologi Masalah


1. DS: Gangguan Nyeri
neuromuskular
ü Klien mengeluh nyeri dengan intesitas
makin meningkat setelah pasca operasi

DO:

ü Dilakukan operasi internal fixation

2. DS: Pemasangan fiksasi Gangguan citra


eksterna tubuh
DO:

ü Adanya fraktur femur dextra

3. DS: Keterbatasan Kurang


kognitif pengetahuan
ü Klien mengobati dan membeli
antibiotic sendri dan menentukan dosis
sendri

DO:

ü Klien secara tidak teratur kontrol


kerumah sakit

4. DS: Inplant failure Infeksi

ü Klien mengatakan adanya lubang


ditengah tulang dan berbau nanah

1. 5. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri b,d Adanya neuromusklosklektal


2. Infeksi b,d inplant failure
3. Gangguan citra tubuh b,d pemasangan fiksasi eksterna
4. Kurang pengetahuan b,d Keterbatasan kognitif
1. 5. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Rencana Rasional


1. Nyeri b,d Tujuan 1. Lakukan pengkajian
Adanya luka nyeri meliputi skala,
insisi bedah Nyeri berkurang sampai intensitas, dan jenis
dengan hilang. nyeri.
2. Mengobservasi
Dalam 3×24 jam keadaan umum klien
3. Kaji adanya edema,
Klien dapat bertoleransi hamatom, dan spasme
terhadap nyeri yang otot.
ditandai dengan : 4. Tinggikan ekstremitas
yang sakit.
 Nyeri berkurang 5. Berikan kompres
sampai hilang dingin (es).
 Ekspresi wajah 6. Ajarkan klien teknik
klien tampak rilek relaksasi, seperti
 Tanda vital dalam distraksi, dan imajinasi
batas normal terpimpin.
7. Laporkan kepada tim
medik, bila nyeri tidak
terkontrol.
8. Kolaborasi dengan tim
medis dalam
memberikan obat-
obatan analgetik
9. Untuk mengetahui
karakteristik nyeri agar
dapat menentukan
diagnosa selanjutnya.
10. Untuk mengetahui
tanda-tanda vital
11. Adanya edema,
hematom dan spasme
otot menunjukkan
adanya penyebab nyeri.
12. Meningkatkan aliran
balik vena dan
mengurangi edema dan
mengurangi nyeri.
13. Menurunkan edema
dan pembentukan
hematoma
14. Menghilangkan /
mengurangi nyeri
secara non
farmakologis
15. Agar dapat menentukan
terapi yang tepat
16. Pemberian rutin
mempertahankan kadar
analgesic darah secara
adekuat, mencegah
fluktuasi dalam
menghilangkan nyeri.

2. Infeksi b,d Tujuan 1. Kaji adanya tanda-


inplant failure tanda infeksi seperti
Infeksi tidak terjadi kemeahan, pengeluaran
nanah ,bengkak,
Dalam waktu 3x 24 jam 2. Mengobservasi tanda-
tanda-tanda infeksi tidak tanda vital
terjadi dengan kriteria 3. Pantau luka operasi dan
hasil: cairan yang keluar dari
luka
 Bengkak di kaki 4. Pantau adanya infeksi
sebelah kanan pada saluran kemih
mulai berkurang 5. Kolaborasi dengan tim
sampai dengan medis dalam pemberian
hilang terapi antibiotik
 Kulit disekitar 6. Untuk menentukan
balutan perban antibiotic yang tepat
elastic tidak untuk pasien
tampak 7. Peningkatan suhu tubuh
kemerahan dan di atas normal
bersih menunjukkan adanya
 Tanda vital dalam tanda-tanda infeksi.
batas normal 8. Adanya cairan yang
keluar dari luka
menunjukkan adanya
tanda infeksi dari luka.
9. Retensi urine sering
terjadi setelah
pembedahan
10. Antibiotik dapat
menekan
perkembangan
mikroorganisme yang
merugikan

3. Gangguan citra Tujuan 1. Dorong klien 1. Ekspresi emosi


tubuh b,d mengungkapkan membantu pasien
pemasangan Dapat menerima perasaan dan rasa mulai menerima
fiksasi eksterna perubahan dalam ketakutan, mengenai kenyataan dan
penampilan diri perubahan konsep diri. realitas hidup
2. Bantu klien dalam 2. Agar pasien diri
Dalam waktu 1 x 24 Jam penerimaan perubahan dengan proses dapat
klien dapat menerima citra diri sesuai memahami perubahan
keadaan dirinya yang kebutuhan klien. citra rekonstruksi
ditandai dengan : 3. Jelaskan setiap perbaikan pada
kesalahpahaman yang dirinya.
 Klien di alami klien, untuk 3. Salah memberikan
memperlihatkan membantu penyesuaian informasi akan
konsep diri yang terhadap perubahan berakibat salah
positif kapasitas fisik dan persepsi.
 Klien mampu konsep diri. 4. Agar proses
menerima 4. Susun sasaran dan penyampaian
keadaannya tujuan yang akan informasi tersusun
 Klien tidak malu dicapai bersama klien. sesuai rencana.
dengan kakinya 5. Anjurkan dan motivasi 5. Perawatan diri secara
yang patah klien untuk melakukan mandiri dapat
 Klien tampak perawatan diri sendiri menambah
tenang dan rileks mandiri sesuai kepercayaan dalam
kemampuan. diri klien.
6. Berikan dukungan dan 6. Dukungan bantuan
pujian terhadap upaya orang terdekat
klien. memotivasi dan
membantu proses
Anjurkan keluarga/orang rehabilitasi.
terdekat untuk mendukung
penyembuhan klien dengan Keluarga merupakan orang
dampak masalah terdekat yang dapat
muskuloskeletal membantu proses
penyembuhan penyakit klien
4. Kurang Tujuan 1. Kaji tingkat 1. Tingkat pengetahuan
pengetahuan pengetahuan pasien dan pasien dan keluarga
b,d Setelah dilakukan keluarga dapat mebantu untuk
Keterbatasan tindakan keperawatan 2. Jelaskan patofisiologi memahami apa yang
kognitif selama 1×24 jam pasien dari penyakit dan kita lakukan
menunjukkan bagaimana hal ini terhadapklien
pengetahuan tentang berhubungan dengan 2. Penjelasan ini dapat
proses penyakit dengan anatomi dan fisiologi, membantu klien
kriteria hasil: dengan cara yang tepat. mengetahui tanda-
3. Gambarkan tanda dan tanda penyakit dan
 Pasien dan gejala yang biasa apa yang harus
keluarga muncul pada penyakit, dilakukan terhadap
menyatakan dengan cara yang tepat dirinnya agar sembuh
pemahaman dan Gambarkan proses 3. Penjelasan tanda-
tentang penyakit, penyakit, dengan cara tanda yang muncul
kondisi, prognosis yang tepat agar dapat langsung
dan program 4. Sediakan bagi keluarga dicegah agar tidak
pengobatan informasi tentang terjadi komplikasi
 Pasien dan kemajuan pasien 4. Informasi kemajuan
keluarga mampu dengan cara yang tepat terhadap keluarga
melaksanakan 5. Diskusikan pilihan dapat memberikan
prosedur yang terapi atau penanganan kebaikan terhadap
dijelaskan secara keluarga dan pasien
benar 5. Pilihan terapi ini
 Pasien dan dapat memberikan
keluarga mampu klien agar percaya
menjelaskan dan mau memahami
kembali apa yang penjelasan tentang
dijelaskan penyakit dan
perawat/tim pengobatan klien.
kesehatan lainnya
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan
oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada
fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan
hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh
Internal Fixation).

ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu tindakan


pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah / fraktur sedapat
mungkin kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat,
sekrup, paku maupun suatu intramedulary (IM) untuk mempertahan kan fragmen tulang
dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

penyebab dari fraktur yaitu: Cedera, Letih, Kelemahan tulang, Kekerasan langsung,
Kekerasan tidak langsung, Kekerasan akibat tarikan otot, dan tanda atau gejala dari fraktur
femur dekstra yaitu; Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Deformitas, Pemendekan tulang, Krepitasi, Pembengkakan dan perubahan
warna lokal pada kulit , Peningkatan temperatur lokal, Pergerakan abnormal, Echymosis
(perdarahan subkutan yang lebar-lebar), Kehilangan fungsi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2012. (http://id.wikipedia.org/wiki/fraktur)

Anonym, 2011. (http://thefuturisticlovers.wordpress.com)

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Monica Ester, Penerjemah Jakarta: EGC

Muttakin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta

Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi
6. EGC : Jakarta.

Smeltzer & Bare, (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC:
Jakarta

Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume II. Edisi 8. Agung
Waluyo, Penerjemah. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta

Wilkinson, Judith.M & ahern, Nancy R. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9.
Buku kedokteran EGC. Jakarta

Вам также может понравиться

  • Sop Gelang Pasien
    Sop Gelang Pasien
    Документ2 страницы
    Sop Gelang Pasien
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Format Silabus Dan Sap
    Format Silabus Dan Sap
    Документ14 страниц
    Format Silabus Dan Sap
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • PB2018-55 Rpjmdes PDF
    PB2018-55 Rpjmdes PDF
    Документ105 страниц
    PB2018-55 Rpjmdes PDF
    Putut Jati Prasetya
    Оценок пока нет
  • BUKU PANDUAN SKRIPSI STR Keb
    BUKU PANDUAN SKRIPSI STR Keb
    Документ47 страниц
    BUKU PANDUAN SKRIPSI STR Keb
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Bumdes Dan Jenis Usaha Bumdesa 59
    Bumdes Dan Jenis Usaha Bumdesa 59
    Документ2 страницы
    Bumdes Dan Jenis Usaha Bumdesa 59
    Rosyid Ansyori
    Оценок пока нет
  • Surat Izin Instansi
    Surat Izin Instansi
    Документ3 страницы
    Surat Izin Instansi
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • UNDANGAN
    UNDANGAN
    Документ1 страница
    UNDANGAN
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • DM S I Kep Jalur B
    DM S I Kep Jalur B
    Документ4 страницы
    DM S I Kep Jalur B
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Askep BPH Aplikasi Nanda
    Askep BPH Aplikasi Nanda
    Документ13 страниц
    Askep BPH Aplikasi Nanda
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • SK Penetapan Calon Kepala Desa-1
    SK Penetapan Calon Kepala Desa-1
    Документ3 страницы
    SK Penetapan Calon Kepala Desa-1
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Pada TN
    Asuhan Keperawatan Pada TN
    Документ25 страниц
    Asuhan Keperawatan Pada TN
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Tugas Stase KDP
    Tugas Stase KDP
    Документ19 страниц
    Tugas Stase KDP
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Ketuban Pecah Dini
    Ketuban Pecah Dini
    Документ9 страниц
    Ketuban Pecah Dini
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Askep Anc
    Askep Anc
    Документ11 страниц
    Askep Anc
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Cover Askep Hipertensi
    Cover Askep Hipertensi
    Документ9 страниц
    Cover Askep Hipertensi
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Askep Intranatal
    Askep Intranatal
    Документ21 страница
    Askep Intranatal
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • PROGRAM
    PROGRAM
    Документ8 страниц
    PROGRAM
    Harfiana Syahrayni
    Оценок пока нет
  • Askep Hipertensi
    Askep Hipertensi
    Документ11 страниц
    Askep Hipertensi
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Askep SNH
    Askep SNH
    Документ20 страниц
    Askep SNH
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Ansin Pemberian Nebulizer
    Ansin Pemberian Nebulizer
    Документ3 страницы
    Ansin Pemberian Nebulizer
    Yudiono EN
    100% (1)
  • Ansin Pemasangan Infus
    Ansin Pemasangan Infus
    Документ4 страницы
    Ansin Pemasangan Infus
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Halusinasi Alim
    Halusinasi Alim
    Документ21 страница
    Halusinasi Alim
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Askep Kala l-IV
    Askep Kala l-IV
    Документ50 страниц
    Askep Kala l-IV
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Askep Fraktur
    Askep Fraktur
    Документ38 страниц
    Askep Fraktur
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Askep SNH
    Askep SNH
    Документ20 страниц
    Askep SNH
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Askep BPH Aplikasi Nanda
    Askep BPH Aplikasi Nanda
    Документ13 страниц
    Askep BPH Aplikasi Nanda
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Resume Kasus Maternitas
    Resume Kasus Maternitas
    Документ11 страниц
    Resume Kasus Maternitas
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Halusinasi Alim
    Halusinasi Alim
    Документ21 страница
    Halusinasi Alim
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Tugas Stase KDP
    Tugas Stase KDP
    Документ19 страниц
    Tugas Stase KDP
    Yudiono EN
    Оценок пока нет
  • Askep - Hipertensi Mini Cex
    Askep - Hipertensi Mini Cex
    Документ6 страниц
    Askep - Hipertensi Mini Cex
    Yudiono EN
    Оценок пока нет