Вы находитесь на странице: 1из 9

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.

3, November 2015

PERAN KADER DALAM MEMOTIVASI IBU BALITA BERKUNJUNG KE POSYANDU

Widyo Subagyo, Mukhadiono, Dyah Wahyuningsih

Poltekes Semarang Prodi Keperawatan Purwokerto


Email: mukhadiono@gmail.com

ABSTRACT
Posyandu has not been used optimally by mothers. This contributes to the high rate of
infant mortality. For that mothers need to be motivated to want to actively visit to
Posyandu. Such efforts require an active role of Posyandu cadre. The focus of this
research is directed to the significance of the relationship between the role of cadre with
motivation of mothers toddler to visited Posyandu in the Pliken Village. The research was
cross sectional. The research population was mothers were recorded in local Posyandu.
Sample inclusion criteria were: 1) Mother toddler who visited Posyandu Pliken, 2)
Mothers toddlers who are willing respondents. The research instrument using
questionnaire. Analysis of data using frequency distributions and Chi-Square. The results
showed a significant relationship between the role of a cadre on motivated mothers. It
was proved by the results of chi square analysis showed the number of 17.344 and p-
value of 0.031 is smaller than 0.05.
Keywords: motivationi, volunteer, Posyandu.

ABSTRAK

Posyandu belum dimanfaatkan secara optimal oleh ibu balita. Hal ini memberikan
kontribusi terhadap tingginya angka kematian balita. Untuk itu ibu balita perlu dimotivasi
agar mau aktif berkunjung ke Posyandu. Upaya tersebut membutuhkan peranan aktif
dari Kader Posyandu. Fokus penelitian ini diarahkan pada kebermaknaan hubungan
antara peranan lader dengan motivasi ibu balita berkunjung ke Posyandu di Desa Pliken
Kabupaten. Jenis penelitian adalah cross sectional. Populasi penelitian ini adalah ibu
balita yang terdata di Posyandu setempat. Kriteria inklusi sampel adalah: 1) Ibu balita
yang berkunjung ke Posyandu Desa Pliken, 2) Ibu balita yang bersedia menjadi
responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan
distribusi frekuensi dan Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang
signifikan antara peranan kader dengan motivasi ibu balita. Hal tersebut dibuktikan
dengan hasil analisis chi square yang menunjukkan angka sebesar 17,344 dan nilai p
sebesar 0,031 lebih kecil dari 0,05.
Kata Kunci : kader, motivasi, posyandu, komunitas

PENDAHULUAN masyarakat untuk masyarakat dengan


dukungan teknis dari petugas kesehatan
Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu,
setempat (Tinuk, 2003). Tujuan
merupakan salah satu bentuk pelayanan
Posyandu antara lain adalah:
kesehatan yang diselenggarakan oleh

158
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

mempercepat penurunan angka perencana pelaksana dan sebagai


kematian ibu dan anak, meningkatkan pembina serta sebagai penyuluh untuk
pelayanan kesehatan ibu untuk memotivasi masyarakat yang
menurunkan IMR, mempercepat berperanserta dalam kegiatan Posyandu
penerimaan NKKBS, meningkatkan di wilayahnya. Berdasarkan hal tersebut
kemampuan masyarakat untuk maka Kader Posyandu memiliki peranan
mengembangkan kegiatan kesehatan yang sangat penting dalam pelaksanaan
dan kegiatan-kegiatan lain yang Posyandu, khususnya dalam me
menunjang peningkatan kemampuan motivasi ibu balita untuk berkunjung ke
hidup sehat, pendekatan dan Posyandu.
pemerataan pelayanan kesehatan Penelitian Nugroho (2010)
kepada masyarakat dalam usaha menujukkan bahwa ibu balita datang ke
meningkatkan cakupan pelayanan Posyandu sebagian besar memiliki
kesehatan kepada penduduk
motivasi yang cukup baik, yaitu
berdasarkan letak geografi, sebanyak 80 orang (38,6%). Penelitian
meningkatkan dan pembinaan lain menunjukkan pentingnya peranan
peranserta masyarakat dalam rangka kader dalam mendorong minat ibu balita
alih teknologi untuk swakelola usaha- berkunjung ke Posyandu. Hasil penelitian
usaha kesehatan masyarakat. Wati (2014) menunjukkan ada hubungan
Tingginya angka kematian balita antara pelayanan kader dengan minat
menunjukkan belum maksimalnya ibu terhadap kunjungan ke posyandu di
pemanfaatan Posyandu oleh ibu yang Kelurahan Kembangarum Kota
mempunyai balita. Rendahnya Semarang.
pemanfaatan Posyandu oleh ibu Peranan Kader urgen untuk diteliti
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu guna meningkatkan motivasi ibu balita
yang masih rendah tentang manfaat berkunjung ke Posyandu. Fokus
Posyandu. Oleh karenanya, ibu tidak penelitian ini diarahkan pada
termotivasi untuk membawa bayi ke kebermaknaan hubungan antara
Posyandu. Selain itu ada anggapan ibu
peranan lader dengan motivasi ibu balita
bahwa tidak perlu membawa bayinya ke berkunjung ke Posyandu di Desa Pliken
Posyandu jika anak tidak mengalami Kabupaten Banyumas.
sakit. Timbulnya motivasi ibu untuk
membawa bayinya ke Posyandu Menurut Thoha (2011) istilah motivasi
dipengaruhi oleh adanya motivasi berasal dari Bahasa Latin, yaitu motivus,
intrinsik dan ekstrinsik (Zulkifli, 2003). yang artinya adalah sebab, alasan dasar,
pikiran dasar, dorongan bagi
Upaya unutk memotivasi ibu balita seseorang untuk berbuat, atau ide
agar mau aktif berkunjung ke Posyandu
pokok yang selalu berpengaruh terhadap
membutuhkan dukungan eksternal, tingkah laku manusia. Dalam prakteknya
khususnya dari Kader Posyandu. istilah motivasi dipergunakan silih
Pohan (2007) mengungkapkan berganti dengan istilah-istilah lainnya
bahwa fungsi kader dalam pelaksanaan seperti kebutuhan, keinginan, dorongan
Posyandu sangat besar, yaitu mulai dari atau impuls.
tahap perintisan Posyandu, penghubung Gerungan (2002) mendefinisikan
dengan lembaga yang menunjang motivasi sebagai dorongan, keinginan,
penyelenggaraan Posyandu, sebagai

159
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

hasrat dan tenaga penggerak lainnya kemauannya untuk melakukan sesuatu


yang berasal dari dalam dirinya untuk sehingga dapat memperoleh hasil dan
melakukan sesuatu. Motif-motif itu atau mencapai tujuan tertentu. Setiap
memberi tujuan dan arah kepada tindakan motivasi mempunyai tujuan.
tindakan manusia. Sementara itu William Makin jelas tujuan yang diharapkan atau
G. Scott (dalam Kerlinger dan Pedhazur, yang akan dicapai, maka semakin jelas
1997) mengartikan motivasi sebagai pula bagaimana tindakan memotivasi itu
serangkaian pemberian dorongan pada dilakukan. Tindakan memotivasi akan
seseorang untuk melakukan tindakan lebih dapat berhasil apabila tujuannya
guna mencapai tujuan-tujuan yang jelas dan didasari oleh yang dimotivasi.
diinginkan. Oleh karena itu, setiap orang yang akan
memberikan motivasi harus mengenal
Secara teoritis dikatakan bahwa
dan memahami benar-benar latar
motivasi memiliki sejumlah unsur di
belakang kehidupan, kebutuhan, serta
dalamnya. Dalam kaitan ini, Atkinson
kepribadian orang yang akan dimotivasi
(dalam Kerlinger dan Pedhazur, 1997)
(Taufik, 2007).
mengemukakan bahwa unsur-unsur
pokok yang terdapat dalam motivasi, Motivasi yang dikaji dalam penelitian
yaitu: Motive, Expectation atau ini adalah motivasi ibu balita dalam
pengharapan, dan Incentive memanfaatkan pelayanan kesehatan di
(perangsang), Senada dengan itu, Posyandu. Menurut Azwar (1999)
menurut Taufik (2007) motivasi pemanfaatan pelayanan kesehatan
mengandung tiga komponen pokok di adalah penggunaan fasilitas pelayanan
dalamnya, yaitu menggerakkan, yang disediakan baik dalam bentuk rawat
mengarahkan, dan menopang tingkah jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh
laku manusia: Menggerakkan berarti petugas kesehatan ataupun bentuk
menimbulkan kekuatan pada individu kegiatan lain dari pemanfaatan
memimpin seseorang untuk bertindak pelayanan tersebut yang didasarkan
dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan pada ketersediaan dan kesinambungan
dalam hal ingatan, respons-respons pelayanan, penerimaan masyarakat dan
efektif, dan kecenderungan kewajaran, mudah dicapai oleh
mendapatkan kesenangan. Motivasi juga masyarakat, terjangkau serta bermutu.
mengarahkan atau menyalurkan tingkah Menurut WHO bahwa faktor perilaku
laku. Dengan demikian seseorang yang mempengaruhi penggunaan
menyediakan suatu orientasi tujuan.
pelayanan kesehatan adalah: (1)
Tingkah laku seorang individu diarahkan
Pemikiran dan Perasaan (Thoughts and
terhadap sesuatu.
Feeling). Berupa pengetahuan, persepsi,
Untuk menjaga dan menopang sikap, kepercayaan dan penilaian-
tingkah laku, lingkungan sekitar harus penilaian seseorang terhadap obyek,
menguatkan (reinforce) intensitas dan dalam hal ini obyek kesehatan; (2) Orang
arah dorongan-dorongan dan kekuatan- Penting sebagai Referensi (Personal
kekuatan individu. Referensi). Seseorang lebih banyak
dipengaruhi oleh seseorang yang
Secara umum dapat dikatakan bahwa
dianggap penting atau berpengaruh
tujuan motivasi adalah untuk
besar terhadap dorongan penggunaan
menggerakkan atau menggugah
pelayanan kesehatan; (3) Sumber-
seseorang agar timbul keinginan dan

160
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

Sumber Daya (Resources). Mencakup kedudukannya dalam suatu posisi


fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan tertentu.
sebagainya. Sumber-sumber daya juga Berry mengungkapkan bahwa di
berpengaruh terhadap prilaku seseorang dalam peranan terdapat 2 (dua) macam
atau kelompok masyarakat dalam
harapan, yaitu 1) harapan-harapan dari
memanfaatkan pelayanan kesehatan. masyarakat terhadap pemegang peran
Pengaruh tersebut dapat bersifat positif atau kewajiban dari pemegang peran,
dan negatif; dan (4) Kebudayaan dan 2) harapan-harapan yang dimiliki
(Culture). Berupa norma-norma yang ada oleh si pemegang peran terhadap
di masyarakat dalam kaitannya dengan masyarakat atau terhadap orang-orang
konsep sehat sakit. yang behubungan dengannya dalam
Azwar (1999) menjelaskan suatu menjalankan peranannya atau
pelayanan kesehatan harus memiliki kewajiban-kewajibannya (Gibson dkk,
berbagai persyaratan pokok, yaitu: 2006; Soekanto, 2002).
persyaratan pokok yang memberi Dalam kehidupan sehari-hari peranan
pengaruh kepada masyarakat dalam mempunyai fungsi yang penting,
menentukan pilihannya terhadap
khususnya dalam mengatur tingkah laku
penggunaan jasa pelayanan kesehatan
seseorang. Sehubungan dengan hal
dalam hal ini, yaitu sebagai berikut: tersebut menurut Elly Chinoi (dalam
Ketersediaan dan kesinambungan Soekanto, 2002), pentingnya peranan
pelayanan, Kewajaran dan penerimaan
adalah karena ia mengatur perilaku
masyarakat, Mudah dicapai oleh seseorang. Orang yang bersangkutan
masyarakat, Terjangkau dan Mutu akan dapat menyesuaikan diri dengan
Konsep peranan menunjuk pada perilaku orang-orang sekelompoknya.
perilaku sistematis yang dimainkan atau Sejalan dengan itu, Soekanto (2002)
dilakukan oleh seseorang sehubungan mengatakan bahwa peranan menunjuk
dengan kedudukan, jabatan, atau atribut pada fungsi, penyesuaian diri dan
lain yang dimilikinya. Hal ini ditegaskan sebagai proses. Dijelaskan Soekanto
oleh Soekanto (2002) bahwa peranan bahwa peranan menunjukkan posisi atau
merupakan aspek yang dinamis dari tempat/kedudukan seseorang dalam
kedudukan (status). Apabila seseorang masyarakat dan peran yang
yang melakukan hak dan kewajibannya dijalankannya sehubungan dengan posisi
sesuai dengan kedudukannya, maka dia atau kedudukannya itu. Jadi peranan
menjalankan suatu peranan. Sejalan merupakan proses dinamis dari
dengan itu, Thoha (2011) juga kedudukan dan status. Dengan demikian
berpendapat bahwa peranan adalah seseorang yang menjalankan peranan
suatu rangkaian perilaku yang teratur adalah mereka yang melaksanakan hak
yang ditimbulkan karena suatu jabatan dan kewajiban, tugas dan fungsinya
tertentu atau karena adanya suatu faktor sesuai dengan kedudukan atau status
yang mudah dikenali. Hal yang lebih yang dimiliki.
kurang sama juga dapat dicermati pada Ada beberapa hal pokok yang
definisi yang disampaikan oleh Gibson terdapat dalam peranan. Pada konteks
dkk (2006) yang mengartikan peranan ini, Soekanto (2002) mengatakan bahwa
sebagai hal-hal yang harus dilakukan dalam peranan terdapat paling sedikit 3
seseorang untuk menyahihkan (validity)
(tiga) hal pokok, yaitu : Peranan meliputi

161
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

norma-norma yang dihubungkan dengan membimbing seseorang dalam


posisi atau tempat seseorang dalam kehidupan masyarakat.
masyarakat. Peranan dalam arti ini Peranan adalah suatu konsep perihal
merupakan rangkaian peraturan yang apa yang dilakukan oleh individu dalam
membimbing seseorang dalam
masyarakat sebagai organisasi.
kehidupan masyarakat. Peranan adalah
suatu konsep perihal apa yang dilakukan Peranan juga dapat dikatakan
oleh individu dalam masyarakat sebagai sebagai perikelakuan individu yang
organisasi. penting bagi masyarakat.
Peranan juga dapat dikatakan Kader kesehatan masyarakat adalah
sebagai perikelakuan individu yang laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
penting bagi masyarakat. masyarakat dan dilatih untuk menangani
masalah-masalah kesehatan
Gibson (2006) mengungkapkan perseorangan maupun masyarakat serta
bahwa ada beberapa jenis peranan. untuk bekerja dalam hubungan yang
Jenis-jenis peranan yang dimaksud amat dekat dengan tempat-tempat
adalah : Peranan yang dirasakan pemberian pelayanan kesehatan
(perceived role), yaitu serangkaian (Meilani, dkk, 2009). Kader kesehatan
perilaku yang dianggap harus dilakukan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh
oleh orang yang menduduki posisi masyarakat dan bertugas
tersebut. mengembangkan masyarakat (Yulifah
Peranan yang diharapkan, yaitu dan Johan, 2009).
perilaku nyata yang diharapkan Kader kesehatan masyarakat
masyarakat dari seseorang atas bertanggungjawab terhadap masyarakat
kedudukannya. setempat serta pimpinan-pimpinan yang
Peranan yang dimainkan (enacted ditunjuk oleh pusat-pusat pelayanan
role), yaitu perilaku yang benar-benar kesehatan. Diharapkan mereka dapat
dilaksanakan seseorang sesuai dengan melaksanakan petunjuk yang diberikan
kedudukannya. oleh para pembimbing dalam jalinan
kerja dari sebuah tim kesehatan (Meilani,
Lebih jauh Gibson (2006)
2009).
menambahkan bahwa karena
keanggotaan dalam berbagai kelompok Kader Posyandu memiliki tugas-tugas
maka orang melakukan bermacam- tertentu. Menurut Yulifah dan Johan
macam peran. Peran yang bermacam- (2009), tugas kader meliput persiapan
macam ini menghasilkan sejumlah dan hari buka posyandu dan di luar
perilaku yang diharapkan. posyandu Menurut Iswarawanti (2010),
secara teknis, tugas kader yang terkait
Ada beberapa hal pokok yang
dengan gizi adalah melakukan
terdapat dalam peranan. Pada konteks
pendataan balita, melakukan
ini, Soekanto (2002) mengatakan bahwa
penimbangan serta mencatatnya dalam
dalam peranan terdapat paling sedikit 3
Kartu Menuju Sehat (KMS). Kader juga
(tiga) hal pokok, yaitu : Peranan meliputi
memberikan makanan tambahan,
norma-norma yang dihubungkan dengan
mendistribusikan vitamin A, melakukan
posisi atau tempat seseorang dalam
penyuluhan gizi serta kunjungan ke
masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan yang

162
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

rumah ibu yang menyusui dan ibu yang menggunakan tabel frekuensi dan Chi-

Tabel 1. Tingkat Pelayanan Kader Tabel 2.Tingkat Motivasi Ibu Balita

Interval Interval
Pelayanan n % Motivasi n %
Skor Skor
Tinggi 55 – 60 42 60,0 Tinggi 26 – 28 39 55,7
Sedang 49 – 54 20 28,6 Sedang 23 – 25 22 31,4
Rendah 43 – 48 8 11,4 Rendah 21 – 22 9 12,9

memiliki balita. Square.


Kader diharapkan berperan aktif dan
mampu menjadi pendorong, motivator HASIL DAN PEMBAHASAN
dan penyuluh masyarakat. Kader
Peranan Kader
diharapkan dapat menjembatani antara
petugas/ahli kesehatan dengan Data hasil penelitian untuk variabel
masyarakat serta membantu masyarakat peranan kader dapat dilihat pada tabel 1.
mengidentifikasi dan menghadapi/ Data yang tersaji pada Tabel1
menjawab kebutuhan kesehatan mereka menunjukkan sebanyak 42 responden
sendiri. Kader juga diharapkan dapat atau 60% menyatakan peranan kader
menyediakan informasi bagi pejabat dalam kategori tinggi, 20 orang atau
kesehatan berwenang yang mungkin 28,6% menyatakan peranan kader dalam
tidak dapat mencapai masyarakat kategori sedang, dan 8 orang lainnya
langsung, serta mampu mendorong para atau 11,4% menyatakan peranan kader
pejabat kesehatan di sistem kesehatan dalam kategori rendah. Dengan demikian
agar mengerti dan merespons kebutuhan dapat disimpulkan bahwa peranan kader
masyarakat. Kader dapat membantu dalam kegiatan Posyandu dinilai
mobilisasi sumber daya masyarakat, responden sudah baik atau aktif. Hal ini
mengadvokasi masyarakat serta dapat menambah semangat dan motivasi
membangun kemampuan lokal. ibu balita dalam mengikuti kegiatan
Posyandu.
METODE PENELITIAN Motivasi Ibu Balita
Jenis penelitian yang digunakan adalah Data yang tersaji pada Tabel 2
cross sectional. Populasi penelitian ini menunjukkan sebanyak 39 responden
adalah ibu balita di Desa Pliken s.d bulan atau 55,7% menyatakan motivasi dalam
September 2014 yang terdata di kategori tinggi, 22 orang atau 31,4%
Posyandu setempat. Kriteria inklusi menyatakan motivasi dalam kategori
sampel adalah: 1) Ibu balita yang sedang, dan 9 orang lainnya atau 12,9%
berkunjung ke Posyandu Desa Pliken, 2) menyatakan motivasi dalam kategori
Ibu balita yang bersedia menjadi rendah. Dengan demikian dapat
responden. Instrumen penelitian disimpulkan bahwa ibu balita di Desa
menggunakan kuesioner. Analisis data Pliken mempunyai motivasi yang tinggi

163
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

dalan mengikuti kegiatan Posyandu. apabila kunjungan ke Posyandu tidak


Dengan motivasi yang tinggi maka ibu dilakukan maka akan berdampak tidak
balita rajin dan aktif mengikuti kegiatan terpantaunya pertumbuhan dan
Posyandu setiap bulannya, sehingga perkembangan balita dan selanjutnya
perkembangan dan kesehatan anaknya berisiko keadaan gizinya memburuk
dapat terpantau dengan baik. sehingga mengalami gangguan
pertumbuhan.
Data hasil penelitian menunjukkan
bahwa responden secara umum memiliki Motivasi ibu balita untuk mengikuti
motivasi yang tinggi untuk mengikuti kegiatan Posyadu dapat dikaitkan
kegiatan Posyandu. Hal ini ditandai dengan pendapat teori Lawrence Green
dengan adanya 27 responden atau 45% yang dikutip Notoatmodjo (2005)
menyatakan motivasi dalam kategori menyangkut faktor-faktor utama dalam
tinggi dan 20 orang atau 33,3% mendiagnosa perilaku kesehatan
menyatakan motivasi dalam kategori seseorang, khususnya Faktor
sedang. Jadi dapat dikatakan bahwa predisposisi (predisposing factors).
mayoritas responden mempunyai Faktor ini mendahului terhadap perilaku
motivasi untuk mengikuti kegiatan yang menjadi dasar atau motivasi
Posyandu secara aktif. Tingginya perilaku, juga sebagai faktor yang
motivasi ini tidak lepas dari adanya mempermudah terjadinya perilaku
pelayanan yang baik dari kader seseorang antara lain: pengetahuan,
Posyandu serta kinerja kader yang baik sikap, keyakinan, kepercayaan, nila-nilai,
dalam menjalankan tugasnya, seperti budaya dan lain-lain berkenaan dengan
pada data hasil penelitian yang telah motivasi seseorang atau kelompok untuk
dijelaskan sebelumnya. bertindak. Misalnya, seorang ibu mau
membawa anaknya ke Posyandu, karena
Motivasi yang tinggi pada ibu balita
tahu bahwa di Posyandu anaknya akan
sangat penting agar perkembangan
dilakukan penimbangan anak untuk
kesehatan anaknya yang masih balita
mengetahui pertumbuhannya. Tanpa
dapat terpantau dan terjaga dengan lebih
adanya pengetahuan ini, ibu tersebut
baik. Suharti (2012) menyatakan bahwa
mungkin tidak akan membawa anaknya
perilaku ibu untuk datang dan
ke Posyandu. Dalam arti umum, dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan di
dikatakan faktor predisposisi sebagai
Posyandu merupakan upaya untuk
preferensi (pribadi) yang dibawa
mencegah dan mendeteksi sedini
seseorang atau kelompok ke dalam
mungkin gangguan dan hambatan
suatu pengalaman belajar. Preferensi ini
pertumbuhan pada balita, sehingga
mungkin mendukung atau menghambat
perilaku sehat, dan dalam setiap kasus
Tabel 3. Hasil Analisis Chi Square faktor ini mempunyai pengaruh.
Meskipun berbagai faktor demografis
Nilai seperti umur, jenis kelamin, juga sangat
Ketera
Hubungan Chi p penting sebagai faktor predisposisi.
ngan
Square
Peranan 17,344 0,031 Signifik Hasil analisis Chi Square untuk
Kader an hubungan antara peranan kader dengan
dengan motivasi ibu balita. Adapun hasil analisis
Motivasi statistiknya adalah sebagai berikut.

164
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

Hasil analisis chi square untuk Peranan aktif kader Posyandu yang
hubungan antara peranan kader dengan tinggi juga sangat dibutuhkan untuk
motivasi ibu balita menunjukkan angka mendukung peningkatan taraf kesehatan
sebesar 17,344 dengan nilai p sebesar masyarakat, khususnya kesehatan ibu
0,031. Hubungan dinyatakan signfikan dan anak balita. Hal ini dapat dikaitkan
karena nilai p < 0,05. Jadi, terdapat dengan tugas Kader Posyandu. Menurut
hubungan yang signifikan antara Iswarawanti (2010), secara teknis, tugas
peranan kader dengan motivasi ibu kader yang terkait dengan gizi adalah
balita. melakukan pendataan balita, melakukan
penimbangan serta mencatatnya dalam
Peranan kinerja kader dalam
Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan
mendukung motivasi ibu balita untuk
makanan tambahan, mendistribusikan
berkunjung ke Posyandu dapat
vitamin A, melakukan penyuluhan gizi
dikaitakan dengan teori Lawrence Green
serta kunjungan ke rumah ibu yang
(1980) yang dikutip dalam Notoatmodjo
menyusui dan ibu yang memiliki balita.
(2005), tentang peranan Faktor Penguat
Kader diharapkan berperan aktif dan
(Reinforcing faktors) dalam mendiagnosa
mampu menjadi pendorong, motivator
perilaku kesehatan seseorang
dipengaruhi oleh tiga faktor utama. dan penyuluh masyarakat. Kader
diharapkan dapat menjembatani antara
Terkait dengan Faktor Penguat
petugas/ahli kesehatan dengan
(Reinforcing faktors), dikatakan bahwa
untuk berperilaku sehat, terkadang masyarakat serta membantu masyarakat
mengidentifikasi dan menghadapi/
masyarakat tidak hanya memerlukan
menjawab kebutuhan kesehatan mereka
pengetahuan dan sikap positif serta
sendiri. Kader juga diharapkan dapat
dukungan fasilitas saja, melainkan juga
menyediakan informasi bagi pejabat
diperlukan perilaku contoh (acuan) dari
kesehatan berwenang yang mungkin
para petugas, terlebih lagi petugas
tidak dapat mencapai masyarakat
kesehatan, kader dan tokoh masyarakat.
langsung, serta mampu mendorong para
Faktor penguat adalah faktor yang
pejabat kesehatan di sistem kesehatan
mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku, juga sebagai faktor yang agar mengerti dan merespons kebutuhan
masyarakat. Kader dapat membantu
menentukan apakah tindakan kesehatan
mobilisasi sumber daya masyarakat,
memperoleh dukungan atau tidak. Faktor
mengadvokasi masyarakat serta
yang termasuk disini yaitu faktor sikap
membangun kemampuan lokal.
dan perilaku para petugas termasuk
petugas kesehatan, kader dan tokoh
masyarakat. Disamping itu undang- KESIMPULAN
undang, peraturan-peraturan, baik dari
Terdapat hubungan yang signifikan
pusat maupun pemerintah daerah, yang
antara peranan kader dengan motivasi
terkait dengan kesehatan juga diperlukan
ibu balita di Desa Pliken. Hal tersebut
untuk memperkuat perilaku masyarakat
dibuktikan dengan hasil analisis chi
tersebut. Berdasarkan uraian di atas,
square balita menunjukkan angka
maka jelas bahwa kinerja kader
sebesar 17,344 dengan nilai p sebesar
mempunyai peranan yang penting dalam
0,031 yang lebih kecil dari nilai p sebesar
mendukung motivasi ibu balita untuk
0,05. Kader Posyandu mempunyai
berkunjung ke Posyandu.
peranan penting dan nyata dalam

165
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

memotivasi ibu balita untuk berkunjung tengah Kabupaten Demak. Skripsi.


ke Posyandu. Universitas Diponegoro, Semarang.
Tidak dipublikasikan.
Pohan, I.S. (2007) Jaminan Pelayanan
KEPUSTAKAAN
Kesehatan Dasar-Dasar Pengertian
Azwar. (1999). Mutu pelayanan dan Penerapan. Jakarta: EGC.
kesehatan: Perspektif internasional. Soekanto, Soerjono. (2002). Sosiologi
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran suatu pengantar. Jakarta: Rajawali.
EGC. Suharti, Erni (2012). Hubungan faktor
Gerungan, W.A.J., (2002). Psikologi pengetahuan, sikap dan dukungan
sosial. Bandung: Eresco, keluarga dengan perilaku kunjungan
Gibson, J.L., Ivanicevich, J.M. & Donelly ke posyandu pada ibu pekerja di
Jr. J.H, (2006). Organisasi dan Banjarnegara Jawa Tengah Tahun
manajemen, perilaku, struktur dan 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan
proses. Jakarta: Erlangga, Masyarakat Universitas Indonesia.
Iswarawanti, D.N.. (2010). Kader Depok. Tidak dipublikasikan.
posyandu: Peranan dan tantangan Taufik, M. (2007). Prinsip–Prinsip
pemberdayaannya dalam usaha Promosi Kesehatan Dalam Bidang
peningkatan gizi anak di indonesia. Keperawatan. Jakarta: CV.
Jurnal Manajemen Pelayanan Infomedika.
Kesehatan, 13, (4), pp Thoha, M. (2011). Perilaku rganisasi;
Shaikh, B.T, Hatcher, J. 2005. Health Konsep dasar dan aplikasinya,
seeking behaviour and health service Jakarta: Rajawali.
utilization in Pakistan: challenging the Tinuk. (2003). Pemberdayaan
policy makers. J Public Health Masyarakat. Semarang: Universitas
(Oxford). (27): 49–54. Diponegoro.
Health seeking behavior and health Wati, I.K. (2014). Faktor-faktor yang
service utilization in pakistan: berhubungan dengan minat ibu
Challenging the policy makers. terhadap kunjungan ke posyandu di
Journal of Public Health. Kelurahan Kembang-arum Kota
Kerlinger, F.N. & Pedhazur, E.Z. (1997), Semarang Tahun 2014. Skripsi.
Analisis dan Korelasi regresi Ganda, STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.
Terjemahan, Nur Cahaya, Yulifah, R, & Johan (2009). Asuhan
Yogyakarta. kebidanan komunitas. Jakarta:
Meilani, N dkk. (2009). Kebidanan Salemba Medika.
komunitas. Yogyakarta: Fitramaya. Zulkifli. (2003). Posyandu dan kader
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi kesehatan. Pelaksanaan program
kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: deteksi dini tumbuhkembang balita di
Rineka Cipta. posyandu. http://library.usu.ac.id/
Nugroho. (2010). Faktor-faktor yang index. php/component/journal/index.
berhubungan dengan motivasi ibu Diakses tanggal 21 Pebruari 2015.
balita datang ke posyandu di Desa
Wonowoso Kecamatan Karang-

166

Вам также может понравиться