Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ARTIKEL
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Biologi Abad 21
yang dibina oleh Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc, Ph. D
Disusun oleh :
Kelompok 6 / Kelas B
Indah Syafinatu1), Kuni Mawaddah2), Leviana Erinda3), Lia Kusuma4), Lydia Bayu5), Nikita Rizky6)
Program Studi Pendidikan Biologi UM, Jalan Semarang 5 Malang
lydiabayu210@gmail.com
Abstrak
Pembelajaran abad 21 salah satunya menekankan pada kemampuan literasi informasi. Pemahaman lama tentang
literasi menganggap bahwa ketika seseorang telah mempunyai kemampuan membaca, menulis dan berhitung maka
dikatakan telah memiliki kemampuan literasi. Hal ini berbeda dengan pemahaman literasi modern. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model Blanded Learning untuk mengukur kemampuan literasi
digital, visual, dan teknologi berbasis lesson study. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
mengimplementasikan lesson study. Adapun subyek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi
Angkatan 2014 semester tujuh kelas A yang menempuh mata kuliah Pembelajaran Biologi Abad 21 berjumlah 30
orang. Pengimplementasian lesson study ini dilakukan dalam 1 kali putaran. Tahapan pelaksanaan LS terdiri dari 3
tahapan yaitu: (1) tahap perencanaan (plan), (2) tahap pelaksanaan (do), serta (3) tahap refleksi (see). Dari data
dapat diperoleh literasi digital memiliki rata-rata persentase paling tinggi yakni sebesar 83,3%, aspek literasi
teknologi berada pada peringkat 2 dengan nilai persentase sebesar 83,175% dan aspek literasi visual memiliki nilai
rata-rata persentase sebesar 72,5%. Secara keseluruhan kemampuan literasi ICT mahasiswa sudah bagus, hanya saja
pada literasi digital perlu ditingkatkan lagi.
Kata Kunci: Blended Learning, literasi digital, visual dan teknologi, lesson study
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi yang nyata saat ini adalah perkembangan internet
yang merupakan jaringan global. Tersedianya jaringan internet memudahkan segala aktivitas
pendidik dan peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi telah membuat banyak pihak menyadari bahwa masalah utama yang
dihadapi dalam dunia pendidikan bukan hanya bagaimana mendapatkan akses terhadap
informasi, tetapi bagaimana memilih informasi yang sesuai dengan kebutuhan secara selektif
(Pattah, 2014).
Pembelajaran abad 21 salah satunya menekankan pada kemampuan literasi informasi.
Pemahaman lama tentang literasi menganggap bahwa ketika seseorang telah mempunyai
kemampuan membaca, menulis dan berhitung maka dikatakan telah memiliki kemampuan
literasi. Hal ini berbeda dengan pemahaman literasi modern (Trianto, 2007).
Literasi sendiri merupakan suatu topik yang banyak diperbincangkan dewasa ini. Seiring
dengan berkembangnya teknologi yang semakin pesat, mendorong terjadinya perubahan dalam
konsep literasi itu sendiri. Awalnya literasi hanya merujuk pada kemampuan untuk membaca dan
menulis teks serta kemampuan untuk memaknai (UNESCO, 2005), namun saat ini konsep
literasi ini terus berkembang dan terbagi ke dalam beberapa bentuk literasi, seperti literasi
digital, visual, dan teknologi.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) inilah, pendekatan
pembelajaran pun mengalami banyak perubahan. Pembelajaran masa lampau (konvensional),
dengan guru sebagai pemeran utamanya dan kelas sebagai tempat pelaksanaannya kini telah
berubah. Saat ini pendekatan pembelajaran telah berubah ke arah pembelajaran masa depan atau
sebagai pembelajaran abad pengetahuan. Orang dapat belajar di mana saja, kapan saja, dengan
siapa saja. Itulah ciri pembelajaran abad pengetahuan, yang menurunkan banyak model, antara
lain model blended learning, yaitu hybrid course yang mengkombinasikan pembelajaran tatap
muka (face to face learning) dan pembelajaran berbasis komputer (computer based learning)
(Syarif, 2012).
Perlunya dan signifikansi blended leaning terletak pada potensinya. Blended learning
merepresentasikan keuntungan yang jelas untuk menciptakan pengalaman belajar yang
memberikan pembelajaran yang tepat pada masa yang dan waktu yang tepat pada setiap individu.
Blended learning menjadi batasan yang benar-benar universal dan global dan membawa
kelompok pembelajar bersama-sama melintasi budaya dan zona waktu yang berbeda. Pada
konteks ini blended learning dapat menjadi salah satu pengembangan paling signifikan pada
abad 21 (Yusuf, 2011).
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis mengambil judul “Penerapan model
Blanded Learning untuk Mengukur Kemampuan Literasi Digital, Visual, dan Teknologi Berbasis
Lesson Study” yang memiliki tujuan untuk mengetahui penerapan model Blandd Learning untuk
mengukur kemampuan literasi digital, visual, dan teknologi berbasis lesson study.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan mengimplementasikan lesson
study. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan mengimplementasikan lesson study.
Adapun subyek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Angkatan 2014
Semester Tujuh Kelas A yang menempuh mata kuliah Pembelajaran Biologi Abad 21 berjumlah
30 orang. Pengimplementasian lesson study ini dilakukan dalam 1 kali putaran. Tahapan
pelaksanaan LS terdiri dari 3 tahapan yaitu: (1) tahap perencanaan (plan), (2) tahap pelaksanaan
(do), serta (3) tahap refleksi (see).
Tahap perencanaan (Plan) bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang
diyakini mampu membelajarkan siswa secara efektif serta membangkitkan partisipasi siswa
dalam pembelajaran. Perencanaan ini dilakukan secara kolaboratif oleh beberapa orang pendidik
yang termasuk dalam suatu kelompok Lesson Study (jumlah bervariasi 6-10 orang). Biasanya
ditetapkan dulu siapa pendidik yang akan menjadi Pengajar (Guru Model), kemudian guru model
menyusun lesson design dan chapter design (Susilo, 2014)
Tahap pelaksanaan (Do) dimaksudkan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang
telah direncanakan. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai guru model dan anggota
kelompok lainnya mengamati (Susilo, 2014). Pada tahap pelaksanaan (Do) guru menerapkan
model pembelajaran Blended Learning dengan tahapan pendahuluan, seeking of information,
acquisition of information, synthesizing of knowledge, dan penutup.
Tahap pengamatan dan refleksi (See) dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Pendidik yang bertugas sebagai guru model mengawali
diskusi dengan menyampaikan kesan dan pemikirannya mengenai pelaksanaan pembelajaran
(Susilo, 2014).
Indikator kemampuan yang dinilai dalam penelitian ini adalah penilaian komunikasi dan
penilaian literasi ICT (literasi digital, visual, dan teknologi). Penilaian komunikasi dilakukan
dengan mengobservasi siswa dengan indikator komunikasi lisan/oral, komunikasi yang reseptif,
strategi komunikasi, memahami maksud, berkomunikasi untuk suatu tujuan, dan kemampuan
presentasi/menjelaskan. Penilaian kemampuan literasi ICT yaitu (a) literasi digital dengan
indikator memilih, mengevaluasi, dan mempertimbangkan sumber, pesan, dan efek, (b) literasi
visual dengan indikator PPT mencantumkan judul yang jelas dan mengidentifikasi ilustrasi, PPT
jelas dan mudah dimengerti, menggunakan warna secara tepat untuk memperjelas PPT, dan
menambahkan informasi yang singkat untuk menjelaskan PPT, dan (c) literasi teknologi dengan
indikator mengetahui teknologi berbasis komputer, produk digital dan multimedia, desain, dan
seleksi dan penggunaan.
HASIL
Tabel 1. Ringkasan Kegiatan Penerapan Model Blended Learning untuk Mengukur Kemampuan
Literasi Digital, Visual, dan Teknologi Berbasis Lesson Study
No. Lesson Materi Dosen Observer Waktu & Kegiatan
Study Model Plan Do See
ke-
1. 1 Literasi Nikita IndahS. 29,30,31 Oktober 2 2 November
Digital, R. Kuni M. dan 1 November November 2017
Literasi Leviana E. 2017 2017 Kegiatan :
Visual, Lia K. Kegiatan : Refleksi
dan Lydia B. Mengumpulkan Kegiatan : kegiatan
Literasi data pembuatan Pelaksanaa pembelajara
Teknolo makalah, n n bersama
gi menentukan model pembelajar observer
pembelajaran, an dan dosen
membuat lesson
design & chapter
design, membuat
google classroom,
membuat soal,
membuat
instrument
penilaian
kemampuan
berkomunikasi dan
literasi ICT
Penilaian Kemampuan Berkomunikasi berdasarkan Penilaian Observer
Penilaian kemampuan berkomunikasi pada materi Literasi Digital, Literasi Visual, dan
Literasi Teknologi diperoleh berdasarkan penilaian observer. Indikator yang dinilai untuk
mengukur kemampuan berkomunikasi mahasiswa terdiri dari 6 indikator, yaitu komunikasi lisan;
komunikasi yang reseptif: mendengarkan, membaca, dan melihat; penggunaan strategi dalam
berkomunikasi; memahami maksud; berkomunikasi secara komunikatif untuk suatu tujuan; dan
kemampuan menjelaskan/presentasi. Hasil pengukuran kemampuan berkomunikasi oleh observer
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Penilaian Kemampuan Berkomunikasi berdasarkan Penilaian Observer
Hasil pengamatan kemampuan literasi visual oleh observer ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Penilaian Kemampuan Literasi Visual berdasarkan Penilaian Observer
ANALISIS
Dari gambar tabel 1 didapatkan hasil penerapan model Blended Learning pada
pembelajaran “Literasi Digital, Literasi Visual dan Literasi Teknologi” yang meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dan literasi ICT berbasis lesson study, dengan tahapan sebagai
berikut
a. Perencanaan (Plan)
Tim LS pada tahap plan dilakukan pada tanggal 29 Oktober – 1 November 2017 dengan
mengumpulkan data pembuatan makalah mengenai materi literasi digital, literasi visual
dan literasi teknologi, menentukan model pembelajaran yang akan dilakukan yaitu model
Blended Learning, membuat lesson design & chapter design, membuat soal LKM yang
akan digunakan pada saat pembelajaran serta membuat instrument penilaian komunikasi
dan literasi ICT.
b. Pelaksanaan (Do)
Tahap pelaksanaan dilakukan pada tanggal 2 November 2017 dengan dosen model Nikita
Rizky, sebagai observer yaitu Indah Syafinatu Zafi, Kuni Mawaddah, Lia Kusuma, Lydia
Bayu, dan Leviana Erinda ditambah dengan dosen pendamping yaitu Ibu Warni, Ibu
Rosyida dan Ibu Nova. Model yang digunakan yaitu Blended Learning dengan
menggunakan aplikasi google classrrom dimana tahapan pembelajaran yaitu (1) pada
awal pembelajaran guru memberi apersepsi kepada mahasiswa (2) dosen model meminta
salah satu mahasiswa untuk mempresentasikan tugas mind map tentang topic
pembelajaran hari ini di depan kelas (3) mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil
dengan anggota 5 mahasiswa (4) masing-masing kelompok dibagikan satu buah laptop
untuk proses pembelajaran dan soal LKM yang diunduh melalui google classroom (5)
mahasiswa diminta untuk menjawab soal LKM tersebut dan mengunggah jawabannya di
google classroom (6) hasil pengerjaan soal LKM dibuat dalam bentuk powerpoint (7)
dosen model meminta perwakilan kelompok untuk mengambil undian maju presentasi,
pemberi tanggapan, penanya, dan pemberi kesimpulan (8) kelompok yang mendapat
undian presentasi, mempresentasikan hasil pembuatan powerpointnya di depan kelas dan
didiskusikan bersama-sama (9) kemudian dua mahasiswa menyampaikan kesimpulan dan
refleksi untuk pembelajaran hari ini.
c. Refleksi (See)
Kegiatan refleksi dilakukan oleh dosen model, observer, dosen pendamping, dosen dan
teman sejawat. Hasil dari kegiatan refleksi adalah secara keseluruhan pembeajaran sudah
berjalan dengan baik, akan tetapi masih terdapat berbagai kekurangan yang terjadi pada
pembelajaran dimana yaitu jaringan wifi yang kurang bagus, proses pembelajaran yang
menggunakan laptop milik orang lain terkendala oleh ketidakbiasaan, penjelasan untuk
kesimpulan pembelajaran masih kurang jelas, dan suasana kelas yang pada awal
pembelajaran kurang kondusif. Dosen model sudah tegas dan memiliki suara yang
lantang. Sehingga untuk pembelajaran selanjutnya banyak hal yang harus diperhatikan.
Pada tabel 2, merupakan tabel untuk menilai kemampuan komunikasi mahasiswa yang
dilakukan oleh observer dengan menggunakan 6 indikator, yakni : komunikasi lisan/oral,
komunikasi yang reseptif, strategi komunikasi, memahami maksud, berkomunikasi untuk satu
tujuan, dan kemampuan presentasi/menjelaskan. Pada tabel 3, tabel 4 dan tabel 5 merupakan
tabel untuk menilai kemampuan literasi ICT mahasiswa yang dilakukan oleh observer. Aspek
yang dinilai pada kemampuan literasi ICT ada 3 yakni : literasi digital, literasi visual dan literasi
teknologi.
Tabel 2 menunjukkan hasil dari indikator komunikasi yaitu kemampuan mahasiwa dalam
berkomunikasi dengan orang lain didapatkan hasil, indikator komunikasi lisan/oral diperoleh
persentase 78,3%, indikator komunikasi yang reseptif diperoleh persentase 81,5%, indikator
strategi komunikasi diperoleh persentase 73,9%, indikator memahami maksud diperoleh
persentase 82,6%, indikator berkomunikasi untuk satu tujuan diperoleh persentase 85,8%, dan
indikator kemampuan presentasi/menjelaskan diperoleh persentase 77,1%. Indikator dengan
persentase tertinggi adalah indikator berkomunikasi untuk satu tujuan, sedangkan indikator
dengan persentase terendah adalah strategi komunikasi. Secara keseluruhan kemampuan
mahasiswa dalam berkomunikasi sudah bagus dan perlu ditingkatkan lagi untuk indikator
strategi komunikasi.
Tabel 3 menunjukkan hasil dari indikator literasi ICT pada aspek literasi digital yakni
kemampuan mahasiswa untuk kemampuan untuk menemukan, mengatur, memahami,
mengevaluasi, dan menganalisis informasi dengan menggunakan teknologi digital. Berdasarkan
hasil yang di dapat, indikator memilih diperoleh persentase dengan nilai tertinggi sebesar 90%,
indikator mengevaluasi diperoleh persentase sebesar 85%, dan indikator mempertimbangkan
sumber, pesan dan efek diperoleh persentase dengan nilai terendah sebesar 75%.
Tabel 4 menunjukkan hasil dari indikator literasi ICT pada aspek literasi digital.
Berdasarkan hasil yang di dapat, indikator judul ppt diperoleh persentase sebesar 70,6%,
indikator kejelasan ppt diperoleh persentase dengan nilai tertinggi sebesar 80,4%, indikator
warna dan kekontrasan ppt diperoleh persentase dengan nilai terendah sebesar 65,2% dan
indikator informasi ppt diperoleh persentase sebesar 72,8%.
Tabel 5 menunjukkan hasil dari indikator literasi pada aspek literasi teknologi.
Berdasarkan hasil yang di dapat, indikator mengetahui teknologi berbasis computer diperoleh
persentase dengan nilai tertinggi sebesar 92,3%, indikator produk digital & multimedia diperoleh
persentase dengan nilai terendah sebesar 75%, indikator desain diperoleh persentase sebesar
80,4%, dan indikator seleksi dan penggunaan diperoleh persentase sebesar 85%.
Berdasarkan hasil kemampuan literasi ICT, aspek literasi digital memiliki rata-rata
persentase paling tinggi yakni sebesar 83,3%, aspek literasi teknologi berada pada peringkat 2
dengan nilai persentase sebesar 83,175% dan aspek literasi visual memiliki nilai rata-rata
persentase sebesar 72,5%. Secara keseluruhan kemampuan literasi ICT mahasiswa sudah bagus,
hanya saja pada literasi digital perlu ditingkatkan lagi.
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, pembelajaran dilakukan melalui lesson study. Lesson study yang
diterapkan dalam pembelajaran merupakan salah satu langkah untuk mencapai tujuan pendidikan
yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 20013 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Setiawan dan Susilo (2015) menyatakan bahwa dosen dituntut bersikap profesional
untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Tahap pertama dari lesson study adalah plan yang diawali dengan pembentukan tim
lesson study yang terdiri dari mahasiswa calon dosen model, mahasiswa calon observer, dan
dosen pendamping yaitu Ibu Warni, Ibu Nova, dan Ibu Rosyida. Keaggotaan yang beragam dari
segi usia, latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar akan lebih memperkaya tim dan
memungkinkan anggota kelompok saling memperoleh keuntungan karena terjadinya proses
saling belajar antar anggota kelompok. Sesuai dengan pendapat Diputra dan Tristiansari (2016)
yaitu bahwa heterogenitas anggota kelompok perlu dipertimbangkan dalam pembentukan
kelompok lesson study. Tahap perencanaan (Plan) bertujuan untuk menghasilkan rancangan
pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan siswa secara efektif serta membangkitkan
partisipasi siswa dalam pembelajaran (Susilo, 2014).
Tahap plan dilakukan dengan pembuatan makalah dari berbagai sumber informasi
mengenai materi literasi digital, visual, dan teknologi. Materi yang digunakan dalam makalah
tersebut dilanjutkan dengan pembuatan chapter design, lesson design dan LKM yang akan
digunakan pada saat pembelajaran. Chapter design adalah kegiatan merinci apa saja materi yang
masuk dalam topik pembelajaran untuk 1 kali pertemuan dalam bentuk peta pikiran untuk
menentukan materi esensial dan non esensial (Susilo, 2014). Chapter design hasil plan dapat
dilihat pada gambar 1. Setelah membuat chapter design, selanjutnya peserta membuat lesson
design. Dalam pembuatan lesson design, komponen yang harus ada dalam lesson design adalah
mata kuliah, sks, dosen, rema, materi, cara pembelajaran, asesmen, pendahuluan, inti, penutup,
alokasi waktu, dan nama 1 siswa yang paling rendah nilainya. Pembuatannya dari atas kanan
turun ke bawah mengikuti garis kurva (Susilo, 2014). Lesson design hasil plan dapat dilihat
pada gambar 2.
Gambar 1. Lesson Chapter Materi Pembelajaran
KESIMPULAN
Penerapan model blanded learning dapat mengukur kemampuan literasi digital, visual,
dan teknologi pada mahasiswa, hal ini berdasarkan hasil pengamatan bahwa aspek literasi digital
memiliki rata-rata persentase paling tinggi yakni sebesar 83,3%, aspek literasi teknologi berada
pada peringkat 2 dengan nilai persentase sebesar 83,175% dan aspek literasi visual memiliki nilai
rata-rata persentase sebesar 72,5%. Secara keseluruhan kemampuan literasi ICT mahasiswa
sudah bagus, hanya saja pada literasi digital perlu ditingkatkan lagi.
DAFTAR RUJUKAN
Diputra, Komang Sujendra dan Tristiantari, Ni Ketut Desia. 2016. Mengembangkan
Profesionalisme Guru-guru IPA melalui Pendampingan Lesson Study. Jurnal Widya
Laksana. 5(2): 60-68.
Direktorat Ketenagaan: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2010. Modul Pendamping
Pengembangan BERMUTU. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Discoll, M. 2002. Blended Learning: Let’s Get Beyond the Hype.
Greenstein, L. 2012. Assessing 21st Century Skills. London : SAGE Publication
Pattah, S. 2014. Literasi Informasi : Peningkatan Kompetensi Informasi dalam Proses
Pembelajaran. Jurnal Ilmu Perpustakaan & Kearsipan Khizanah Al Hikmah. Vol.2 No.2,
hal.117-128.
Setiawan, Deny dan Susilo, Herawati. 2015. Peningkatan Keterampilan Metakognitif Mahasiswa
Program Studi Biologi melalui Penerapan Jurnal Belajar dengan Strategi Jigsaw dipadu
PBL Berbasis Lesson Study pada Matakuliah Biologi Umum. Makalah disajikan dalam
Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015 dengan tema: “Peran Biologi dan Pendidikan
Biologi dalam Menyiapkan Generasi Unggul dan Berdaya Saing Global”, Prodi
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 21 Maret 2015.
Susilo, Herawati. 2014. Lesson Study sebagai Sarana Meningkatkan Kompetensi Pendidik,
(Online) file:///C:/Users/user/Downloads/Lesson-Study-Sebagai-Sarana-Meningkatkan-
Kompetensi-Pendidik-herawati.pdf , diakses pada 9 Oktober 2017
Syarif, Izuddin. 2012. Pengaruh Model Blended Learning terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar
Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. Nomor 2. Volume 2. Hal. 234-249.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
UNESCO. 2005. Education for All: Literacy for Life, (online),
(http://unesdoc.unesco.org/images/0014/001416/141639e.pdf), diakses pada 30 Oktober
2017.
Waris, dan Susilo, Herawati. 2014. Improving Learning Motivation And Cognitive Learning
Outcomes Using Blended Learning-Based Guided Inquiry Strategy Through Lesson
Study In Genetics. Makalah disajikan dalam The Second International Conference on
Education and Language (2nd ICEL) 2014, Bandar Lampung University (UBL),
Indonesia.
Yusuf, T.M. 2011. Mengenal Blended Learning. Lentera Pendidikan. No. 2. Volume 14
Desember 2011. Hal. 232-242.