Вы находитесь на странице: 1из 13

PENERAPAN MODEL BLANDED LEARNING UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN

LITERASI DIGITAL, VISUAL, DAN TEKNOLOGI BERBASIS LESSON STUDY (LS)

ARTIKEL
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Biologi Abad 21
yang dibina oleh Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc, Ph. D

Disusun oleh :
Kelompok 6 / Kelas B

Indah Syafinatu Zafi (140341601596)


Kuni Mawaddah (140341605515)
Leviana Erinda (140341605939)
Lia Kusuma Wardani (140341605082)
Lydia Bayu Fitriana (140341604708)
Nikita Rizky (140341604916)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2017
PENERAPAN MODEL BLANDED LEARNING UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN
LITERASI DIGITAL, VISUAL, DAN TEKNOLOGI BERBASIS LESSON STUDY (LS)

Indah Syafinatu1), Kuni Mawaddah2), Leviana Erinda3), Lia Kusuma4), Lydia Bayu5), Nikita Rizky6)
Program Studi Pendidikan Biologi UM, Jalan Semarang 5 Malang
lydiabayu210@gmail.com

Abstrak
Pembelajaran abad 21 salah satunya menekankan pada kemampuan literasi informasi. Pemahaman lama tentang
literasi menganggap bahwa ketika seseorang telah mempunyai kemampuan membaca, menulis dan berhitung maka
dikatakan telah memiliki kemampuan literasi. Hal ini berbeda dengan pemahaman literasi modern. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model Blanded Learning untuk mengukur kemampuan literasi
digital, visual, dan teknologi berbasis lesson study. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
mengimplementasikan lesson study. Adapun subyek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi
Angkatan 2014 semester tujuh kelas A yang menempuh mata kuliah Pembelajaran Biologi Abad 21 berjumlah 30
orang. Pengimplementasian lesson study ini dilakukan dalam 1 kali putaran. Tahapan pelaksanaan LS terdiri dari 3
tahapan yaitu: (1) tahap perencanaan (plan), (2) tahap pelaksanaan (do), serta (3) tahap refleksi (see). Dari data
dapat diperoleh literasi digital memiliki rata-rata persentase paling tinggi yakni sebesar 83,3%, aspek literasi
teknologi berada pada peringkat 2 dengan nilai persentase sebesar 83,175% dan aspek literasi visual memiliki nilai
rata-rata persentase sebesar 72,5%. Secara keseluruhan kemampuan literasi ICT mahasiswa sudah bagus, hanya saja
pada literasi digital perlu ditingkatkan lagi.
Kata Kunci: Blended Learning, literasi digital, visual dan teknologi, lesson study

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi yang nyata saat ini adalah perkembangan internet
yang merupakan jaringan global. Tersedianya jaringan internet memudahkan segala aktivitas
pendidik dan peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi telah membuat banyak pihak menyadari bahwa masalah utama yang
dihadapi dalam dunia pendidikan bukan hanya bagaimana mendapatkan akses terhadap
informasi, tetapi bagaimana memilih informasi yang sesuai dengan kebutuhan secara selektif
(Pattah, 2014).
Pembelajaran abad 21 salah satunya menekankan pada kemampuan literasi informasi.
Pemahaman lama tentang literasi menganggap bahwa ketika seseorang telah mempunyai
kemampuan membaca, menulis dan berhitung maka dikatakan telah memiliki kemampuan
literasi. Hal ini berbeda dengan pemahaman literasi modern (Trianto, 2007).
Literasi sendiri merupakan suatu topik yang banyak diperbincangkan dewasa ini. Seiring
dengan berkembangnya teknologi yang semakin pesat, mendorong terjadinya perubahan dalam
konsep literasi itu sendiri. Awalnya literasi hanya merujuk pada kemampuan untuk membaca dan
menulis teks serta kemampuan untuk memaknai (UNESCO, 2005), namun saat ini konsep
literasi ini terus berkembang dan terbagi ke dalam beberapa bentuk literasi, seperti literasi
digital, visual, dan teknologi.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) inilah, pendekatan
pembelajaran pun mengalami banyak perubahan. Pembelajaran masa lampau (konvensional),
dengan guru sebagai pemeran utamanya dan kelas sebagai tempat pelaksanaannya kini telah
berubah. Saat ini pendekatan pembelajaran telah berubah ke arah pembelajaran masa depan atau
sebagai pembelajaran abad pengetahuan. Orang dapat belajar di mana saja, kapan saja, dengan
siapa saja. Itulah ciri pembelajaran abad pengetahuan, yang menurunkan banyak model, antara
lain model blended learning, yaitu hybrid course yang mengkombinasikan pembelajaran tatap
muka (face to face learning) dan pembelajaran berbasis komputer (computer based learning)
(Syarif, 2012).
Perlunya dan signifikansi blended leaning terletak pada potensinya. Blended learning
merepresentasikan keuntungan yang jelas untuk menciptakan pengalaman belajar yang
memberikan pembelajaran yang tepat pada masa yang dan waktu yang tepat pada setiap individu.
Blended learning menjadi batasan yang benar-benar universal dan global dan membawa
kelompok pembelajar bersama-sama melintasi budaya dan zona waktu yang berbeda. Pada
konteks ini blended learning dapat menjadi salah satu pengembangan paling signifikan pada
abad 21 (Yusuf, 2011).
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis mengambil judul “Penerapan model
Blanded Learning untuk Mengukur Kemampuan Literasi Digital, Visual, dan Teknologi Berbasis
Lesson Study” yang memiliki tujuan untuk mengetahui penerapan model Blandd Learning untuk
mengukur kemampuan literasi digital, visual, dan teknologi berbasis lesson study.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan mengimplementasikan lesson
study. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan mengimplementasikan lesson study.
Adapun subyek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Angkatan 2014
Semester Tujuh Kelas A yang menempuh mata kuliah Pembelajaran Biologi Abad 21 berjumlah
30 orang. Pengimplementasian lesson study ini dilakukan dalam 1 kali putaran. Tahapan
pelaksanaan LS terdiri dari 3 tahapan yaitu: (1) tahap perencanaan (plan), (2) tahap pelaksanaan
(do), serta (3) tahap refleksi (see).
Tahap perencanaan (Plan) bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang
diyakini mampu membelajarkan siswa secara efektif serta membangkitkan partisipasi siswa
dalam pembelajaran. Perencanaan ini dilakukan secara kolaboratif oleh beberapa orang pendidik
yang termasuk dalam suatu kelompok Lesson Study (jumlah bervariasi 6-10 orang). Biasanya
ditetapkan dulu siapa pendidik yang akan menjadi Pengajar (Guru Model), kemudian guru model
menyusun lesson design dan chapter design (Susilo, 2014)
Tahap pelaksanaan (Do) dimaksudkan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang
telah direncanakan. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai guru model dan anggota
kelompok lainnya mengamati (Susilo, 2014). Pada tahap pelaksanaan (Do) guru menerapkan
model pembelajaran Blended Learning dengan tahapan pendahuluan, seeking of information,
acquisition of information, synthesizing of knowledge, dan penutup.
Tahap pengamatan dan refleksi (See) dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Pendidik yang bertugas sebagai guru model mengawali
diskusi dengan menyampaikan kesan dan pemikirannya mengenai pelaksanaan pembelajaran
(Susilo, 2014).
Indikator kemampuan yang dinilai dalam penelitian ini adalah penilaian komunikasi dan
penilaian literasi ICT (literasi digital, visual, dan teknologi). Penilaian komunikasi dilakukan
dengan mengobservasi siswa dengan indikator komunikasi lisan/oral, komunikasi yang reseptif,
strategi komunikasi, memahami maksud, berkomunikasi untuk suatu tujuan, dan kemampuan
presentasi/menjelaskan. Penilaian kemampuan literasi ICT yaitu (a) literasi digital dengan
indikator memilih, mengevaluasi, dan mempertimbangkan sumber, pesan, dan efek, (b) literasi
visual dengan indikator PPT mencantumkan judul yang jelas dan mengidentifikasi ilustrasi, PPT
jelas dan mudah dimengerti, menggunakan warna secara tepat untuk memperjelas PPT, dan
menambahkan informasi yang singkat untuk menjelaskan PPT, dan (c) literasi teknologi dengan
indikator mengetahui teknologi berbasis komputer, produk digital dan multimedia, desain, dan
seleksi dan penggunaan.

HASIL
Tabel 1. Ringkasan Kegiatan Penerapan Model Blended Learning untuk Mengukur Kemampuan
Literasi Digital, Visual, dan Teknologi Berbasis Lesson Study
No. Lesson Materi Dosen Observer Waktu & Kegiatan
Study Model Plan Do See
ke-
1. 1 Literasi Nikita IndahS. 29,30,31 Oktober 2 2 November
Digital, R. Kuni M. dan 1 November November 2017
Literasi Leviana E. 2017 2017 Kegiatan :
Visual, Lia K. Kegiatan : Refleksi
dan Lydia B. Mengumpulkan Kegiatan : kegiatan
Literasi data pembuatan Pelaksanaa pembelajara
Teknolo makalah, n n bersama
gi menentukan model pembelajar observer
pembelajaran, an dan dosen
membuat lesson
design & chapter
design, membuat
google classroom,
membuat soal,
membuat
instrument
penilaian
kemampuan
berkomunikasi dan
literasi ICT
Penilaian Kemampuan Berkomunikasi berdasarkan Penilaian Observer
Penilaian kemampuan berkomunikasi pada materi Literasi Digital, Literasi Visual, dan
Literasi Teknologi diperoleh berdasarkan penilaian observer. Indikator yang dinilai untuk
mengukur kemampuan berkomunikasi mahasiswa terdiri dari 6 indikator, yaitu komunikasi lisan;
komunikasi yang reseptif: mendengarkan, membaca, dan melihat; penggunaan strategi dalam
berkomunikasi; memahami maksud; berkomunikasi secara komunikatif untuk suatu tujuan; dan
kemampuan menjelaskan/presentasi. Hasil pengukuran kemampuan berkomunikasi oleh observer
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Penilaian Kemampuan Berkomunikasi berdasarkan Penilaian Observer

No. Indikator Kemampuan Berkomunikasi Presentase


1. Komunikasi lisan/oral 78,3%
2. Komunikasi yang reseptif 81,5%
3. Strategi komunikasi 73,9%
4. Memahami maksud 82,6%
5. Berkomunikasi untuk satu tujuan 85,8%
6. Kemampuan presentasi/menjelaskan 77,1%

Penilaian Kemampuan Literasi ICT berdasarkan Penilaian Observer


Penilaian kemampuan literasi ICT pada materi Literasi Digital, Literasi Visual, dan
Literasi Teknologi diperoleh berdasarkan penilaian observer. Aspek yang dinilai untuk
mengukur kemampuan literasi ICT mahasiswa terdiri dari 3 aspek, yaitu literasi digital, literasi
visual, dan literasi teknologi. Hasil pengamatan kemampuan literasi digital oleh observer
ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Penilaian Kemampuan Literasi Digital berdasarkan Penilaian Observer

No. Indikator Kemampuan Literasi Digital Presentase


1. Memilih 90%
2. Mengevaluasi 85%
3. Mempertimbangkan sumber, pesan, dan efek 75%

Hasil pengamatan kemampuan literasi visual oleh observer ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Penilaian Kemampuan Literasi Visual berdasarkan Penilaian Observer

No. Indikator Kemampuan Literasi Digital Presentase


1. Judul PPT 70,6%
2. Kejelasan PPT 80,4%
3. Warna dan kekontrasan PPT 65,2%
4. Informasi PPT 72,8%
Hasil pengamatan kemampuan literasi teknologi oleh observer ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Penilaian Kemampuan Literasi Teknologi berdasarkan Penilaian Observer

No. Indikator Kemampuan Literasi Digital Presentase


1. Mengetahui teknologi berbasis komputer 92,3%
2. Produk digital & multimedia 75%
3. Desain 80,4%
4. Seleksi dan penggunaan 85%

ANALISIS
Dari gambar tabel 1 didapatkan hasil penerapan model Blended Learning pada
pembelajaran “Literasi Digital, Literasi Visual dan Literasi Teknologi” yang meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dan literasi ICT berbasis lesson study, dengan tahapan sebagai
berikut
a. Perencanaan (Plan)
Tim LS pada tahap plan dilakukan pada tanggal 29 Oktober – 1 November 2017 dengan
mengumpulkan data pembuatan makalah mengenai materi literasi digital, literasi visual
dan literasi teknologi, menentukan model pembelajaran yang akan dilakukan yaitu model
Blended Learning, membuat lesson design & chapter design, membuat soal LKM yang
akan digunakan pada saat pembelajaran serta membuat instrument penilaian komunikasi
dan literasi ICT.
b. Pelaksanaan (Do)
Tahap pelaksanaan dilakukan pada tanggal 2 November 2017 dengan dosen model Nikita
Rizky, sebagai observer yaitu Indah Syafinatu Zafi, Kuni Mawaddah, Lia Kusuma, Lydia
Bayu, dan Leviana Erinda ditambah dengan dosen pendamping yaitu Ibu Warni, Ibu
Rosyida dan Ibu Nova. Model yang digunakan yaitu Blended Learning dengan
menggunakan aplikasi google classrrom dimana tahapan pembelajaran yaitu (1) pada
awal pembelajaran guru memberi apersepsi kepada mahasiswa (2) dosen model meminta
salah satu mahasiswa untuk mempresentasikan tugas mind map tentang topic
pembelajaran hari ini di depan kelas (3) mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil
dengan anggota 5 mahasiswa (4) masing-masing kelompok dibagikan satu buah laptop
untuk proses pembelajaran dan soal LKM yang diunduh melalui google classroom (5)
mahasiswa diminta untuk menjawab soal LKM tersebut dan mengunggah jawabannya di
google classroom (6) hasil pengerjaan soal LKM dibuat dalam bentuk powerpoint (7)
dosen model meminta perwakilan kelompok untuk mengambil undian maju presentasi,
pemberi tanggapan, penanya, dan pemberi kesimpulan (8) kelompok yang mendapat
undian presentasi, mempresentasikan hasil pembuatan powerpointnya di depan kelas dan
didiskusikan bersama-sama (9) kemudian dua mahasiswa menyampaikan kesimpulan dan
refleksi untuk pembelajaran hari ini.
c. Refleksi (See)
Kegiatan refleksi dilakukan oleh dosen model, observer, dosen pendamping, dosen dan
teman sejawat. Hasil dari kegiatan refleksi adalah secara keseluruhan pembeajaran sudah
berjalan dengan baik, akan tetapi masih terdapat berbagai kekurangan yang terjadi pada
pembelajaran dimana yaitu jaringan wifi yang kurang bagus, proses pembelajaran yang
menggunakan laptop milik orang lain terkendala oleh ketidakbiasaan, penjelasan untuk
kesimpulan pembelajaran masih kurang jelas, dan suasana kelas yang pada awal
pembelajaran kurang kondusif. Dosen model sudah tegas dan memiliki suara yang
lantang. Sehingga untuk pembelajaran selanjutnya banyak hal yang harus diperhatikan.

Pada tabel 2, merupakan tabel untuk menilai kemampuan komunikasi mahasiswa yang
dilakukan oleh observer dengan menggunakan 6 indikator, yakni : komunikasi lisan/oral,
komunikasi yang reseptif, strategi komunikasi, memahami maksud, berkomunikasi untuk satu
tujuan, dan kemampuan presentasi/menjelaskan. Pada tabel 3, tabel 4 dan tabel 5 merupakan
tabel untuk menilai kemampuan literasi ICT mahasiswa yang dilakukan oleh observer. Aspek
yang dinilai pada kemampuan literasi ICT ada 3 yakni : literasi digital, literasi visual dan literasi
teknologi.
Tabel 2 menunjukkan hasil dari indikator komunikasi yaitu kemampuan mahasiwa dalam
berkomunikasi dengan orang lain didapatkan hasil, indikator komunikasi lisan/oral diperoleh
persentase 78,3%, indikator komunikasi yang reseptif diperoleh persentase 81,5%, indikator
strategi komunikasi diperoleh persentase 73,9%, indikator memahami maksud diperoleh
persentase 82,6%, indikator berkomunikasi untuk satu tujuan diperoleh persentase 85,8%, dan
indikator kemampuan presentasi/menjelaskan diperoleh persentase 77,1%. Indikator dengan
persentase tertinggi adalah indikator berkomunikasi untuk satu tujuan, sedangkan indikator
dengan persentase terendah adalah strategi komunikasi. Secara keseluruhan kemampuan
mahasiswa dalam berkomunikasi sudah bagus dan perlu ditingkatkan lagi untuk indikator
strategi komunikasi.
Tabel 3 menunjukkan hasil dari indikator literasi ICT pada aspek literasi digital yakni
kemampuan mahasiswa untuk kemampuan untuk menemukan, mengatur, memahami,
mengevaluasi, dan menganalisis informasi dengan menggunakan teknologi digital. Berdasarkan
hasil yang di dapat, indikator memilih diperoleh persentase dengan nilai tertinggi sebesar 90%,
indikator mengevaluasi diperoleh persentase sebesar 85%, dan indikator mempertimbangkan
sumber, pesan dan efek diperoleh persentase dengan nilai terendah sebesar 75%.
Tabel 4 menunjukkan hasil dari indikator literasi ICT pada aspek literasi digital.
Berdasarkan hasil yang di dapat, indikator judul ppt diperoleh persentase sebesar 70,6%,
indikator kejelasan ppt diperoleh persentase dengan nilai tertinggi sebesar 80,4%, indikator
warna dan kekontrasan ppt diperoleh persentase dengan nilai terendah sebesar 65,2% dan
indikator informasi ppt diperoleh persentase sebesar 72,8%.
Tabel 5 menunjukkan hasil dari indikator literasi pada aspek literasi teknologi.
Berdasarkan hasil yang di dapat, indikator mengetahui teknologi berbasis computer diperoleh
persentase dengan nilai tertinggi sebesar 92,3%, indikator produk digital & multimedia diperoleh
persentase dengan nilai terendah sebesar 75%, indikator desain diperoleh persentase sebesar
80,4%, dan indikator seleksi dan penggunaan diperoleh persentase sebesar 85%.
Berdasarkan hasil kemampuan literasi ICT, aspek literasi digital memiliki rata-rata
persentase paling tinggi yakni sebesar 83,3%, aspek literasi teknologi berada pada peringkat 2
dengan nilai persentase sebesar 83,175% dan aspek literasi visual memiliki nilai rata-rata
persentase sebesar 72,5%. Secara keseluruhan kemampuan literasi ICT mahasiswa sudah bagus,
hanya saja pada literasi digital perlu ditingkatkan lagi.

PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, pembelajaran dilakukan melalui lesson study. Lesson study yang
diterapkan dalam pembelajaran merupakan salah satu langkah untuk mencapai tujuan pendidikan
yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 20013 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Setiawan dan Susilo (2015) menyatakan bahwa dosen dituntut bersikap profesional
untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Tahap pertama dari lesson study adalah plan yang diawali dengan pembentukan tim
lesson study yang terdiri dari mahasiswa calon dosen model, mahasiswa calon observer, dan
dosen pendamping yaitu Ibu Warni, Ibu Nova, dan Ibu Rosyida. Keaggotaan yang beragam dari
segi usia, latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar akan lebih memperkaya tim dan
memungkinkan anggota kelompok saling memperoleh keuntungan karena terjadinya proses
saling belajar antar anggota kelompok. Sesuai dengan pendapat Diputra dan Tristiansari (2016)
yaitu bahwa heterogenitas anggota kelompok perlu dipertimbangkan dalam pembentukan
kelompok lesson study. Tahap perencanaan (Plan) bertujuan untuk menghasilkan rancangan
pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan siswa secara efektif serta membangkitkan
partisipasi siswa dalam pembelajaran (Susilo, 2014).
Tahap plan dilakukan dengan pembuatan makalah dari berbagai sumber informasi
mengenai materi literasi digital, visual, dan teknologi. Materi yang digunakan dalam makalah
tersebut dilanjutkan dengan pembuatan chapter design, lesson design dan LKM yang akan
digunakan pada saat pembelajaran. Chapter design adalah kegiatan merinci apa saja materi yang
masuk dalam topik pembelajaran untuk 1 kali pertemuan dalam bentuk peta pikiran untuk
menentukan materi esensial dan non esensial (Susilo, 2014). Chapter design hasil plan dapat
dilihat pada gambar 1. Setelah membuat chapter design, selanjutnya peserta membuat lesson
design. Dalam pembuatan lesson design, komponen yang harus ada dalam lesson design adalah
mata kuliah, sks, dosen, rema, materi, cara pembelajaran, asesmen, pendahuluan, inti, penutup,
alokasi waktu, dan nama 1 siswa yang paling rendah nilainya. Pembuatannya dari atas kanan
turun ke bawah mengikuti garis kurva (Susilo, 2014). Lesson design hasil plan dapat dilihat
pada gambar 2.
Gambar 1. Lesson Chapter Materi Pembelajaran

Gambar 2. Lesson Design Materi Pembelajaran


Setelah menentukan chapter design dan lesson design, team LS menentukan model
pembelajaran yang akan dilakukan yaitu model blended learning. Pemilihan model blended
learning adalah pada model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan literasi teknologi,
karena pada abad 21 diharapkan mahasiswa terampil dalam literasi teknologi.
Tahapan kedua adalah do menurut Diputra dan Tristiansari (2016) menyatakan bahwa
pada tahap ini dosen model melaksanakan pembelajaran di kelas, sementara anggota lain
bertindak sebagai observer, yang mengamati proses pembelajaran dengan menggunakan
instrumen penelitian yang telah dikembangkan. Dengan demikian, bersamaan dengan
dilaksanakannya proses pembelajaran, dilakukan pengambilan data yang diperlukan untuk
kepentingan refleksi. Dalam lesson study, fokus pengamatan diarahkan pada pembelajaran yang
dialami dan dilakukan mahasiswa (Lewis & Hurd, 2011). Pengamatan dilaksakan oleh observer
terhadap mahasiswa. Observer yaitu Indah Syafinatu Zafi, Kuni Mawadah, Leviana Erinda, Lia
Kusuma, dan Lydia Bayu, ditambah dengan dosen pendamping yaitu Ibu Warni, Ibu Nova, Ibu
Rosyida serta Ibu Herawati Susilo.
Pelaksanaan DO, mahasiswa dibimbing oleh dosen model, Nikita Rizki, melaksanakan
kegiatan dengan model blended learning. Selama kegiatan tersebut, kemampuan komunikasi
mahasiswa terekam selama tahap diskusi sedangkan kemampuan literasi ICT terekam selama
mahasiswa menyelesaikan LKM, untuk kemampuan literasi digital mahasiswa dilihat dari
bagaimana mahasiswa menganalisis situs hoax, untuk literasi visual terekam pada saat
mahasiswa membuat PPt, dan untuk literasi teknologi terekam pada keahlian mahasiswa dalam
memaksimalkan penggunaan teknologi. Pembelajaran yang tepat perlu diterapkan sebagai upaya
menerapkan kemampuan literasi baik digital, visual dan teknologi salah satunya dengan
menerapkan pembelajaran model blended learning. Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi (2010) blended learning menggabungkan pembelajaran tatap muka dan pemanfaatan
sumber daya jaringan internet sebagai suplemen pembelajaran. Penggunaan metode ini tergolong
baru dalam dunia pendidikan. Blended learning merupakan pembelajaran yang
mengkombinasikan atau menggabungkan berbagai teknologi berbasis web, untuk mencapai
tujuan pendidikan (Driscoll, 2002). Menurut Waris dan Susilo (2014) dengan menggunakan
Blended Learning, siswa dapat mengakses, membaca dan mempelajari lebih banyak literatur dan
lebih luas, yang akan meningkatkan dan mengembangkan wawasan mereka. Dengan
menggunakan pembelajaran Blended, bahan ajar dapat dikompilasi dan disajikan dalam bentuk
perangkat audio visual, sehingga siswa tertarik untuk belajar, bahan ajar dapat disimpan dalam
bentuk compact disk atau flash disk, sehingga siswa dapat mempelajari materi secara berulang.
dimana saja dan kapan saja Begitu pula waktu yang dihabiskan untuk belajar oleh siswa akan
lebih lama. Oleh karena itu model blended learning dapat digunakan dalam pembelajaran untuk
mengukur kemampuan literasi ICT.
Penelitian yang kami lakukan hanya satu siklus sehingga peningkatan keterampilan
komunikasi dan literasi ICT belum dapat diukur karena nilai diambil satu kali yaitu selama
tahap diskusi. Pada tabel 2 merupakan tabel untuk menilai kemampuan komunikasi dan tabel 3,
tabel 4, dan tabel 5 merupakan tabel untuk menilai kemampuan literasi ICT mahasiswa yang
dilakukan oleh observer. Aspek penilaian pada pembelajaran adalah aspek komunikasi dan
literasi ICT, untuk aspek komunikasi terdiri dari komunikasi lisan/oral, komunikasi yang
reseptif, strategi komunikasi, memahami maksud, berkomunikasi untuk satu tujuan, dan
kemampuan presentasi/menjelaskan. komunikasi, yang digunakan (dimodifikasi dari
Greenstein). Aspek literasi ICT dibagi menjadi tiga sub untuk literasi digital yang menjadi aspek
penilaian adalah memilih, mengevaluasi, dan mempertimbangkan sumber, untuk literasi visual
aspek penilaian terdiri dari judul PPt, kejelasan PPt, warna dan kekontrasan serta informasi PPt,
dan literasi teknologi aspek penilaiannya terdiri dari mengetahui ICT, produk
digital&multimedia, desain dan seleksi (modifikasi Greenstein).
Dari data keenam indikator kemampuan berkomunikasi yang diukur selama proses pembelajaran
didapatkan hasil bahwa yang memiliki rata-rata tertinggi adalah indikator kemampuan
berkomunikasi untuk satu tujuan dengan presentase 85,8%, presentase selanjutnya yaitu
indikator memahami maksud dengan presentase 82,6%, indikator komunikasi yang reseptif
dengan presentase 81,5%, indikator komunikasi lisan/oral dengan presentase 78,3%, indikator
kemampuan presentasi/menjelaskan dengan presentase 77,1%, dan indikator dengan presentase
terendah yaitu strategi komunikasi 73,9%. Kemampuan berkomunikasi untuk satu tujuan
memperoleh presentase tertinggi, yang mana rata-rata mahasiswa telah mampu mengetahui
tujuan dari komunikasi yang dilakukan dan mampu mengorganisasi tujuan tersebut dengan baik,
kemudian menyajikan suatu informasi untuk mencapainya. Kemampuan ini lebih dikuasai
mahasiswa dibandingkan dengan indikator kemampuan berkomunikasi lainnya, karena mereka
telah mengetahui maksud tugas yang diberikan oleh dosen, sehingga komunikasi yang dilakukan
memiliki arah tujuan yang sama.
Penelitian ini selain mengukur kemampuan berkomunikasi juga menekankan pada
kemampuan literasi Information Communication Technologi (ICT). Kemampuan Information
Communication Technologi (ICT) yang diukur terdiri dari tiga aspek, yaitu kemampuan literasi
digital, literasi visual, dan literasi teknologi. Berdasarkan data hasil pengukuran kemampuan
literasi digital yang dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran menunjukkan bahwa
indikator dengan presentase tertinggi yaitu kemampuan memilih sumber yang tepat dan
mengevaluasinya. Indikator tersebut memiliki presentase sebesar 90%. Hal ini menunjukkan
bahwa selama proses pembelajaran mahasiswa telah mampu memilih sumber yang terpercaya.
Indikator mengevaluasi menempati presentase kedua dengan presentase sebesar 85%, yang
menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa kadang mampu mengecek kehandalan penulis dan
memastikan konsistensi informasi yang diperoleh. Sedangkan kemampuan mempertimbangkan
sumber, pesan, dan efek hanya mencapai presentase 75%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
mahasiswa telah sadar bahwa beberapa sumber bersifat bias dan mampu mempengaruhi
pemikirannya, sedangkan beberapa mahasiswa lainnya hanya mampu menerima berbagai
informasi digital dan bisa menemukan informasi yang salah.
Berdasarkan data hasil pengukuran kemampuan literasi visual yang dilakukan oleh
observer selama proses pembelajaran menunjukkan bahwa kemampuan literasi digital
mahasiswa masih perlu dikembangkan. Presentase tertinggi dari keempat indikator kemampuan
literasi visual yaitu kejelasan PPT dengan presentase sebesar 80,4%. Hal ini menunjukkan bahwa
penjelasan dari PPT yang disusun oleh mahasiswa jelas dan agak mudah dimengerti, karena
sebagian besar kelompok hanya mencantumkan gambar tanpa diberikan penjelasan dalam PPT.
Indikator selanjutnya yaitu informasi PPT dengan presentase 72,8%, judul PPT dengan
presentase 70,6%, sedangkan warna dan kekontrasan PPT berada pada presentase terendah, yaitu
65,2%. Kemampuan digital mahasiswa dapat dipengaruhi oleh terbatasnya alokasi waktu,
sehingga dalam penyusunan PPT kurang maksimal.
Berdasarkan data hasil pengukuran kemampuan literasi teknologi yang dilakukan oleh
observer selama proses pembelajaran menunjukkan bahwa kemampuan literasi teknologi
mahasiswa cukup baik. Hal ini ditunjukkan pada presentase tertinggi dari kemampuan literasi
teknologi, yaitu mengetahui teknologi berbasis komputer dengan presentase 92,3%. Perolehan
skor tidak maksimal dikarenakan mahasiswa tidak terbiasa dengan komputer lain. Mahasiswa
mahir menggunakan komputer jika menggunakan komputer miliknya sendiri. Indikator
selanjutnya yaitu kemampuan seleksi dan penggunaan teknologi, dengan presentase 85%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa telah mampu menggunakan teknologi dan dapat
menggabungkannya untuk prsentasi. Indikator selanjutnya yaitu desain produk, dengan
presentase 80,4% yang menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa telah mampu mendesain
produk yang berisi beberapa obyek dan elemen yang tepat. Sedangkan untuk indikator produk
digital dan multimedia hanya memperoleh presentase 75%, yang mana mahasiswa belum
mengoptimalkan penggunaan grafik, video, suara, dan unsur-unsur pendukung lainnya.
Tahap ketiga dalam penelitian ini adalah tahap refleksi (see) dimaksudkan untuk
menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Pendidik yang bertugas
sebagai guru model mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan dan pemikirannya
mengenai pelaksanaan pembelajaran. secara keseluruhan dari hasil pengamatan observer
pembelajaran sudah berjalan dengan baik akan tetapi terdapat beberapa kendala seperti koneksi
internet yang membuat pembelajaran kurang maksimal. Proses refleksi yang dilakukan oleh
dosen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan aktivitas belajar siswa dan akan
menghasilkan dosen profesional (Susilo, 2014).

KESIMPULAN
Penerapan model blanded learning dapat mengukur kemampuan literasi digital, visual,
dan teknologi pada mahasiswa, hal ini berdasarkan hasil pengamatan bahwa aspek literasi digital
memiliki rata-rata persentase paling tinggi yakni sebesar 83,3%, aspek literasi teknologi berada
pada peringkat 2 dengan nilai persentase sebesar 83,175% dan aspek literasi visual memiliki nilai
rata-rata persentase sebesar 72,5%. Secara keseluruhan kemampuan literasi ICT mahasiswa
sudah bagus, hanya saja pada literasi digital perlu ditingkatkan lagi.

DAFTAR RUJUKAN
Diputra, Komang Sujendra dan Tristiantari, Ni Ketut Desia. 2016. Mengembangkan
Profesionalisme Guru-guru IPA melalui Pendampingan Lesson Study. Jurnal Widya
Laksana. 5(2): 60-68.
Direktorat Ketenagaan: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2010. Modul Pendamping
Pengembangan BERMUTU. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Discoll, M. 2002. Blended Learning: Let’s Get Beyond the Hype.
Greenstein, L. 2012. Assessing 21st Century Skills. London : SAGE Publication
Pattah, S. 2014. Literasi Informasi : Peningkatan Kompetensi Informasi dalam Proses
Pembelajaran. Jurnal Ilmu Perpustakaan & Kearsipan Khizanah Al Hikmah. Vol.2 No.2,
hal.117-128.
Setiawan, Deny dan Susilo, Herawati. 2015. Peningkatan Keterampilan Metakognitif Mahasiswa
Program Studi Biologi melalui Penerapan Jurnal Belajar dengan Strategi Jigsaw dipadu
PBL Berbasis Lesson Study pada Matakuliah Biologi Umum. Makalah disajikan dalam
Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015 dengan tema: “Peran Biologi dan Pendidikan
Biologi dalam Menyiapkan Generasi Unggul dan Berdaya Saing Global”, Prodi
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 21 Maret 2015.
Susilo, Herawati. 2014. Lesson Study sebagai Sarana Meningkatkan Kompetensi Pendidik,
(Online) file:///C:/Users/user/Downloads/Lesson-Study-Sebagai-Sarana-Meningkatkan-
Kompetensi-Pendidik-herawati.pdf , diakses pada 9 Oktober 2017
Syarif, Izuddin. 2012. Pengaruh Model Blended Learning terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar
Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. Nomor 2. Volume 2. Hal. 234-249.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
UNESCO. 2005. Education for All: Literacy for Life, (online),
(http://unesdoc.unesco.org/images/0014/001416/141639e.pdf), diakses pada 30 Oktober
2017.
Waris, dan Susilo, Herawati. 2014. Improving Learning Motivation And Cognitive Learning
Outcomes Using Blended Learning-Based Guided Inquiry Strategy Through Lesson
Study In Genetics. Makalah disajikan dalam The Second International Conference on
Education and Language (2nd ICEL) 2014, Bandar Lampung University (UBL),
Indonesia.
Yusuf, T.M. 2011. Mengenal Blended Learning. Lentera Pendidikan. No. 2. Volume 14
Desember 2011. Hal. 232-242.

Вам также может понравиться