Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mempelajari pertumbuhan bakteri merupakan faktor terpenting


dalam mengetahui beberapa aspek fisiologis. Hal itu karena karakteristik
pertumbuhan mencerminkan kejadian fisiologis suatu bakteri. Oleh karena
itu dalam melakukan penelitian biasanya para peneliti melakukan
manipulasi pertumbuhan (misalnya menggunakan kultur yang lama) untuk
dapat mempelajari suatu aspek fisiologis (Tjahjadi, 2007).
Pertumbuhan tidak selalu berhubungan dengan pembelahan.
Banyak spesies bakteri bentuk batang, disebabkan oleh karena banyak
faktor–faktor estrogen, gagal mengadakan pembelahan, walaupun
pembelahan inti, pertumbuhan dinding, membran, dan isi sel terus
berlangsung. Hasilnya ialah bukan penambahan jumlah sel, tetapi
terbentuk filamen yang panjang dan tidak tersekat. Pertumbuhan diartikan
penambahan dan dapat dihubungkan dengan penambahan ukuran, jumlah
bobot, massa dan banyak parameter lainnya dari suatu bantuk hidup.
Penambahan ukuran atau massa suatu sel individual biasanya terjadi pada
pendewasaan (maturasi) untuk kemudian dilanjutkan dengan cara
pembelahan sel (Irianto, 2006).
Berdasarkan komposisi kimianya , dikenal medium sintetik dan
medium non sintetik atau kompleks. Komposisi kimia medium sintetik
diketahui dengan pasti dan biasanya dibuat dari bahan-bahan kimia yang
kemurniannya tinggi dan ditentukan dengan tepat. Maka medium
semacam itu dapat diulangi pembuatannya kapan saja dan akan diperoleh
hasil yang sama. Dipihak lain, komposisi kimiawi medium non sintetik tidak
diketahui dengan pasti. Contohnya ialah bahan–bahan yang terdapat
dalam kaldu nutrient, yaitu ekstrak daging dan pepton yang terdapat
komposisinya kimiawi yang tidak pasti (Ratna, 1993).
Fase dalam pertumbuhan bakteri telah dikenal luas oleh ahli
mikrobiologi. Terdapat 4 fase pertumbuhan bakteri ketika ditumbuhkan
pada kultur curah (bacth culture) yaitu fase adaptasi (log phase) fase
pembayangan (exponential phase) fase statis (stationer phase) dan fase
kematian (death phase) (Tjahjadi, 2007).

A. Mikroorganisme
1. Morfologi mikroorganisme.

Dunia mikroorganisme terdiri dari berbagai kelompok jasad


renik (makhluk halus). Kebanyakan bersel satu atau uniseluler. Ciri
utama yang membedakan kelompok mikroorganisme tertentu dari
mikroba terdiri dari monera (virus dan siano bakteri), protista, fungi
(khamir dan kapang), alga (mikroskopis)dan protozoa. Perbedaan
ini penting untuk memisahkan semua protista menjadi 2 kategori,
yakni prokariota dan eukariota.

2. Bentuk dan Susunan Mikroorganisme.

Bentuk umum mikroorganisme terdiri dari satu sel


(uniseluler), seperti yang umum didapatkan pada bakteri, ragi, dan
mikro alga. Bentuk mikroorganisme dapat juga berbentuk filamen
atau serat, yakni rangkaian sel yang terdiri dari 2 sel atau lebih yang
berbentuk rantai, seperti yang umum didapatkan pada bakteri
fungi dan mikro alga. Bentuk filamen pada kenyataannya dapat
berupa filamen semu bila hubungan antara sel satu dengan yang
lainnya tidak nyata atau tidak ada, misalnya pada beberapa jenis
ragi dan fungi. Sedangkan bentuk filamen benar, kalau hubungan
antara sel satu dengan lainnya terdapat hubungan yang jelas, baik
hubungan secara morfologis (bentuk) ataupun secara fisiologis
(fungsi sel), misalnya pada beberapa jenis fungi dan mikro alga.
Bentuk lain mikroorganisme adalah koloni, yakni gabungan
dua sel atau lebih di dalam satu ruang seperti yang didapatkan pada
mikro alga dan bakteri. Bentuk jaringan semu bila susunan serat
membentuk jaringan seperti yang didapatkan pada fungi atau
jamur, tetapi jaringan tersebut tidak berfungsi seperti layaknya
jaringan yang dimiliki tanaman tinggi atau hewan (Waluyo, 2007)

B. Medium Pertumbuhan.
Medium adalah suatu bahan terdiri atas campuran nutrisi atau zat
hara (nutrien) yang digunakan menumbuhkan mikroorganisme di atas atau
di dalamnya. Selain itu, medium dapat dipergunakan pula untuk isolasi,
perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis, dan penghitungan jumlah
mikroorganisme. Hal ini erat kaitannya dengan postulat koch; untuk
menetapkan suatu jenis mikroba sebagai penyebab penyakit
harus terlebih dahulu harus mendapatkan mikroba dalam keadaan murni
(pure culture) untuk diselidiki sifat-sifatnya. Untuk tujuan tersebut sangat
diperlukan suatu medium (perbenihan) sebagai tempat tumbuh
dan isolasi mikroorganisme (Waluyo,2008).
Untuk keperluan hidupnya, semua makhluk hidup memerlukan
bahan makanan. Bahan makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan
mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan bahan-bahan
organik dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut
dengan nutrien (zat gizi).
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan
pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik
(reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang
diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor
elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen.
Makhluk hidup menggunakan sumber-sumber nutrien dapat dalam
bentuk padat, tetapi ada juga yang hanya dapat menggunakan sumber
nutrien dalam bentuk cair (larutan). Bila jasad hidup menggunakan sumber
nutrien dalam bentuk padat digolongkan tipe holozoik, sedangkan yang
menggunakan nutrien dalam bentuk cairan tergolong dalam tipe holofitik.
Namun ada hidup holofitik dapat juga menggunakan sumber nutrien
dalam bentuk padat, tetapi bahan tersebut dicerna dahulu di luar sel
dengan bantuan enzim ekstraseluler (Waluyo,2007).
Teknik pembuatan medium terus mengalami perkembangan
bagan. Sampai dengan tahun 1930, penyiapan medium sangat memakan
waktu karena harus dibuat dari bahan mentah. Sekarang telah tersedia
medium dalam bentuk bubuk (terdehidrasi). Penyiapan medium menjadi
lebih mudah; tinggal menimbang, melarutkan dalam air, menyesuaikan pH
(kalau perlu), menempatkan dalam wadah yang sesuai dan kemudian baru
mensterilkan. Namun negara kita, sebagian besar medium jadi masih harus
diimpor dari negara-negara maju (Waluyo,2008).
1. Persyaratan Medium Biakan.
Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium
yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan
mikroorganisme. Zat hara digunakan yang sesuai dengan mikroorganisme.
Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel,
keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakan. Lazimnya, medium
biakan beris air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen,
sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen serta unsur-unsur sekelumit (trace
element). Dalam bahan dasar medium dapat pula ditambahkan faktor
pertumbuhan berupa asam amino, vitamin atau nukleotida.
Medium biakan yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme dalam bentuk padat, semi-padat, dan cair. Medium padat
diperoleh dengan menambahkan agar. Agar berasal dari ganggang merah.
Agar digunakan sebagai pemadat karena tidak dapat diuraikan oleh
mikroba, dan bahan pemadat dalam medium adalah 1,5-2,0%
(Waluyo,2008).
2. Penggolongan Medium Biakan.
Perbedaan sifat-sifat mikroba terhadap induk semangnya akan
berpengaruh terhadap medium apa yang akan dipakai. Sifat
mikroorganisme terhadap hospesnya dapat sebagai parasit obligat, parasit
fakultatif, komensalis, saprofitis, dan lainnya.
Berdasarkan sumber karbon yang digunakan, mikroba dibagi
menjadi dua kelompok. Mikroba yang menyintesis semua komponen sel
dari karbon dioksida dinamakan autotrof, sedangkan mikroba yang
memerlukan satu atau lebih senyawa organik sebagai sumber karbon
disebut heterotrof. Namun disamping sumber karbon organik, heterotrof
juga memerlukan karbon dioksida. Macam zat organik yang diperlukan 10
macam atau lebih senyawa organik dari yang sederhana sampai kompleks.
Berdasarkan keheterotrofannya mikroba dapat digolongkan
beberapa kelompok besar medium, yakni:
a. Media Hidup
Media hidup pada umumnya dipakai dalam laboratorium virologi
untuk pembiakan berbagai virus, sedangkan dalam laboratorium
bakteriologi hanya beberapa kuman tertentu saja, dan terutama pada
hewan percobaan.
b. Media Mati
Pada media mati juga dikenal adanya media sintesis. Media sintesis
merupakan media yang mempunyai kandungan dan isi bahan yang telah
diketahui secara terperinci. Media sintesis sering digunakan untuk
mempelajari sifat faali dan genetika mikroorganisme.
Medium mati berdasarkan konsistensinya terbagi menjadi
beberapa macam, yakni:
1) Media Padat.
Media padat diperoleh dengan cara menambahkan agar-agar. Agar
berasal dari ganggang merah yang berfungsi sebagai bahan pemadat. Alga
digunakan karena bahan ini tidak diuraikan oleh mikroorganisme, dan
dapat membeku pada suhu di atas 45˚C. Media padat terbagi menjadi
media agar miring, dan agar deep.
Medium padat biasanya digunakan untuk mengamati penampilan
atau morfologi koloni dan untuk mengisolasi biakan murni. Bahan
membuat medium menjadi padat ini dapat agar-agar, gelatin atau silika
gel. Namun yang paling sering agar-agar. Bahan utama agar-agar
adalah galaktan, yakni kompleks karbohidrat yang diekstraksi dari alga
laut genus gelidium, namun sebagian mikroba tidak dapat menggunakan
agar-agar sebagai makanannya. Sehingga dapat semata-mata sebagai
bahan pemadat.
2) Media Setengah Padat (Semi Solid Medium).
Media setengah padat dibuat dengan bahan sama dengan media
padat, akan tetapi yang berbeda adalah komposisi agarnya. Media ini
digunakan untuk melihat gerak kuman secara mikroskopik dan kemapuan
fermentasi. Medium setengah padat dalam keadaan panas berentuk cair,
tetapi dalam keadaan dingin berbentuk padat. Berdasarkan keperluannya
medium ini dapat dibuat tegak atau miring.
3) Media Cair
Secara umum medium cair adalah medium yang berbentuk cair
medium cair digunakan untuk berbagai tujuan seperti pembiakan mikroba
dalam jumlah besar, penelaahan fermentasi, dan berbagai macam uji.
Beberapa macam medium cair adalah kaldu nutrien, kaldu glukosa, air
pepton, perbenihan kauffmann, medium deret gula-gula, kaldu laktosa,
BGLBB (Brilliant Green Lactosa Bile Broth), air bulyon, dan lain sebagainya.
(Waluyo,2008).

C. Sterilisasi.
Bahan atau peralatan yang dipergunakan dalam bidang
mikrobiologi harus dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan
mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang mengganggu atau
merusak media atau mengganggu kehidupan dan proses yang sedang
dikerjakan. Setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh
semua bentuk hidup terutama mikroorganisme disebut dengan sterilisasi
(Waluyo,2007).
Keberhasilan mempelajari perilaku kehidupan mikroorganisme dan
bekerja dalam bidang mikroorganisme bergantung pada kondisi
kebersihan medium dan alat serta kemurnian jenis mikroorganisme yang
dipelihara. Untuk menjamin kondisi demikian perlu dilakukan
pembersihan atau sterilisasi alat, medium dan prosedur kerja atau teknik
penanganan mikroorganisme. Sterilisasi adalah proses yang menyebabkan
bahan , medium atau alat terbebas dari semua bentuk kehidupan.
Pengendalian mikroorganisme sangat penting dalam kegiatan
rumah tangga, industri , dan lapangan medis untuk mencegah dan
memperlakukan mikroorganisme terutama mikroorganisme penyebab
penyakit. Tindakan sterilisasi juga dilalukan untuk mencegah kerusakan
bahan makanan dan hasil-hasil industri. Cara yang biasa dalam
mengendalikan mikroorganisme meliputi tindakan fisik dan kimiawi yang
dapat mematikan fungsi dan merusak struktur mikroorganisme.
Metode kimia untuk mengendalikan pertumbuhan
mikroorganisme meliputi: Antiseptik, adalah bahan kimia yang digunakan
terhadap jaringan hidup sehingga mencegah pertumbuhan
mikroorganisme. Disinfektan adalah bahan kimia yang dapat mencegah
pertumbuhan mikroorganisme yang aktif (bentuk fase vegetatif) pada
bahan/alat yang tidak hidup. Bahan kemoterapik adalah bahan kimia yang
dapat menghancurkan atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme
pada jaringan hidup. Zat kimia yang dipakai diantaranya etilen oksida
(untuk sterilisasi alat-alat dari plastik dan pipet); Betapropiolakton (untuk
jaringan yang hidup) (Subandi,2012).
D. Uraian Bahan
1. Air suling (FI III : 96)
Nama resmi : Aqua Destilatta
Nama lain : Air suling / aquadest
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Carian jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : sebagai pelarut.
2. Pepton (FI III : 721)
Nama Resmi : Pepton
Nama Lain : Pepton kering
Pemerian : serbuk kuning kemerahan sampai coklat, bau khas
tidak busuk.
Kelarutan : Larut dalam air, memberikan larutan berwarna
coklat kekuningan yang bereaksi agak asam; praktis tidak larut
dalam etanol (95%) p dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sumber nitrogen

3. Agar (FI III : 74)


Nama resmi : Agar
Nama lain : Agar–agar
Pemerian : Berkas potongan memanjang, tipis seperti selaput
dan berlekatan, atau bentuk keeping, serpihan atau butiran; jingga
lemah kekuningan, abu–abu kekuningan sampai kuning pucat atau
tidak berwarna; tidak berbau lemah; rasa lendir jika lembab liat;
jika kering rapuh.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam air
mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai bahan pemadat medium.

4. Ekstrak beef (Ditjen Pom, 1979)


Nama resmi : Ekstrak daging sapi
Sinonim : Ekstrak beef
Pemerian : Masa berbentuk pasta,
berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua, bau dan rasa
seperti daging, sedikit asam.
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tidak embus
cahaya, tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai sumber protein
1. Purwoko, Tjahjadi. 2007. Fisiologi Mikroba. Jakarta : Bumi Aksara.
2. Irianto, K. 2006, Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid
2, CV. Yrama Widya. Bandung.
3. Ratna, 1985, Mikrobiologi Dasar, Gramedia, Jakarta.
4. Waluyo. L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang
5. Sofyan.1995.Analisis Mikrobiologi Pangan.PT Raja Gravindo
Persada.Jakarta.
6. Suriawiria,Unus.1986.Buku Materi Pokok Mikrobiologi modul 1-
9.Karunika.Jakarta.
7. Waluyo,Lud.2004.Mikrobiologi Umum.UMM Press.Malang
8. Subandi. 2012a. Mikrobiologi. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
9. Subandi. 2012b. Mikrobiologi Perkembangan, Kajian, dan Pengamatan
Dalam Perspektif Islam. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
10. Ditjen POM Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta, 9.
11. Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit erlangga : Jakarta

Вам также может понравиться