Вы находитесь на странице: 1из 7

Nama : Endang Nur Hidayati

NIM : 161610101049

Kelas : 57

Buku “Penyambung Lidah Rakyat”

BAB 1 ( Alasan Menulis Bab Ini )

Pada bab ini menjelaskan pro dan kontra mengenai Sukarno. Di sebagian
akhir kepemimpinanya, ada yang mengatakan Sukarno dibenci oleh rakyat
Indonesia. Sebagian lainnya mengatakan mencintai Sukarno. Di bab inilah berisi
pandangan Sukarno mengenai hal tersebut. Ada juga pengakuan dari Sukarno
yang menyukai wanita dan mengapa beliau seperti itu. Pada bab ini diceritakan
juga mengapa beliau lebih menyukai negara-negara blok timur dan kisahnya
bersama John F. Kennedy, dan media-media asing yang menjelek-jelekan
namanya. Dan yang terpenting, meskipun Sukarno selalu menolak jika ada yang
mengusulkan biografi dirinya, pada akhirnya ia bertemu dengan Cindy Adams
dan tertarik untuk menulis kisah hidupnya. Soekarno meminta kepada para
pembaca, untuk mengingat bahwa, lebih daripada bahasa, kata‐kata yang tertulis
adalah bahasa yang keluar dari lubuk hati. Soekarno menulis buku ini bukan
bermaksud untuk mendapatkan simpati atau meminta supaya setiap orang suka
dan terkagum-kagum padanya. Melainkan Beliau ingin agar pembaca dapat
menambah pengertian yang lebih baik tentang dirinya dan dengan itu menambah
pengertian yang lebih baik terhadap Indonesia yang tercinta.

BAB 2 ( Putera Sang Fadjar )

Pada bab ini mencertitakan Sukarno lahir pada tanggal 06 Juni tahun 1901
ketika fajar menyingsing dalam kepercayaan orang jawa ditakdirkan menjadi
seorang pemimpin. Ada semacam gurauan di bab ini mengenai kelahiran Sukarno
ke dunia ini. Pada paragraf selanjutnya menceritakan tentang leluhur Sukarno
yang juga pejuang, yang pernah terlibat dengan Belanda sejak penjajah datang ke
Indonesia. Dikisahkan juga bagaimana orang tua Sukarno dipertemukan.

BAB 3 ( Modjokerto: Kesedihan Dimasa Muda )

Pada bab ini diceritakan Sukarno hidup dalam kemiskinan yan mana pada
masa kecilnya cukup menyedihkan, sampai-sampai beliau tidak bisa membeli
mercon seperti teman-temannya dan menangis kemudian protes kepada ibunya. Di
kisahkan juga bagaimana Sukarno dididik oleh Bapaknya dengan keras. Nama
Sukarno sendiri didapat karena ia sering sakit-sakitan di masa kecil. Ada cerita
sejarah juga bagaimana kemudian ia diberi nama Sukarno oleh bapaknya.
Selain itu juga diceritakantentang cinta pertama dengan wanita Belanda dan
proses Sukarno harus bersekolah di sekolah Belanda. Namun beliau harus
mengulang kelas karena tidak fasih bahasa Belanda dan juga belajar selama satu
jam setiap pagi dengan guru lesnya. Pada usia ke-15 tahun, beliau pergi ke
Surabaya untuk melanjutkan sekolah.

BAB 4 ( Surabaja: Dapur Nasionalisme )

Pada bab 4 ini, di kota Surabaya Sukarno yang baru menginjak usia muda
tahun berpetualang. Beliau tinggal dengan Tjokroaminoto yang merupakan
pemimpin Sarekat Islam. Sukarno tinggal di kamar gelap tanpa pintu.
Di Surabaya, Sukarno tidak mengalami masa senang. Karena alasan-alasan
tertentu. Dan beliau mencari kesenangan dengan membaca. Di titik inilah
Sukarno mulai memasuki “Dunia Pemikiran”. Di masa ini Sukarno juga bertemu
pemimpin-pemimpin politik dan terkadang mengajukan pertanyaan. Dan setapak
demi setapak Sukarno mulai mencintai tanah air. Juga ada kisah penghinaan anak
Belanda di sekolah. Sukarno bersekolah dengan cara yang tidak mudah dan
terkadang pulang dalam keadaan babak belur. Di Surabaya juga tempat Sukarno
mendapat ramalan akan menjadi orang besar. Dan tentu saja, itu benar-benar
terjadi. Yang paling menyenangkan, Sukarno menceritakan kisah cintanya dengan
gadis Belanda. Sayangnya, ketika beliau melamar gadis pujaannya, hanya
penolakan dan hinaan yang diperoleh Sukarno.Pada akhirnya Sukarno menikah di
usia 21 tahun dengan putri Tjokroaminoto. Selanjutnya, Sukarno ingin
melanjutkan sekolah ke Belanda. Namun akhirnya tidak jadi karena tidak
mendapat restu ibunya dan melanjutkan ke Bandung.

BAB 5 ( Bandung: Gerbang Ke dunia Putih )

Pada bab ini diceritakan di Bandung tempat di mana Sukarno mulai


menggunakan peci dan kemudian menjadi simbol pejuang kemerdekaan beberapa
puluh tahun kemudian. Di bandung pula Sukarno melanjutkan pendidikan dengan
10 orang Indonesia diantara orang berkulit putih berambut merah. Namun, Karena
suatu alasan, Pak Tjokro dianggap dalang dibalik pemogokan buruh dan
ditangkap Belanda. Sebagai menantu, Sukarno terpanggil untuk membantu
keluarga mertuanya, Memutuskan berhenti kuliah dan bekerja sebagai klrek di
stasiun kereta api dengan gaji 165 rupiah sebulan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga Pak Tjokro. Pada 7 Bulan kemudian Pak Tjokro dibebaskan dan Sukarno
kembali kuliah. Lalu akhirnya ia mengembalikan Utari ke Pak Tjokro tanpa
mengaulinya sedikit pun selama masa 2 tahun pernikahan. Setelah itu Sukarno
menikahi wanita yang lebih tua, namun menjadi pendamping yang sesuai untuk
Sukarno, yaitu Inggit.

BAB 6 (Marhaenisme)

Pada Bab ini diceritakan tentang pemikiran Sukarno mengenai dan


menemukan paham Marhaenisme. Marhaenisme adalah Sosialisme Indonesia
dalam praktik. Nama itu diambil dari nama petani yang ditemui Sukarno
kemudian beliau mengilhami pemikirannya. Di bagian ini Sukarno juga
menceritakan tentang pidato pertamanya di lapangan yang dihadiri ribuan orang.
Pidatonya dihentikan dan sejak saat itu, nama Sukarno di black list oleh
Pemerintahan Belanda. Diceritakan pula bagaimana Sukarno akhirnya berhasil
menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar. Meskipun pernah mendapat nilai
3 atau pun melakukan “gotong royong” dengan sesama pemuda Indonesia dalam
setiap ujian. Ketika lulus, Sukarno masih mengingat kata-kata Presiden
universitas yang berbunyi, “Ir. Sukarno, ijasah ini dapat robek dan hancur menjadi
abu di satu saat. Ia tidak kekal. Ingatlah, bahwa satu-satunya kekuatan yang bisa
hidup terus dan kekal adalah karakter dari seseorang. Oleh karena itu, beliau akan
tetap hidup dalam hati rakyat, sekalipun sesudah mati.

BAB 7 ( Bahasa Indonesia )

Pada Bab ini diceritakan bahwa selepas lulus, Sukarno menolak pekerjaan
kepadanya. Karena ia tidak sudi bekerja untuk kepentingan Belanda. Sukarno
hanya pernah mengerjakan sebuah rumah saja. Itu pun karena hal tersebut
merupakan permintaan seorang professor yang dihormatinya. Karena sudah tidak
punya uang, maka Sukarno menjadi guru. Walau untuk mendapatkan pekerjaan
itu ia harus berbohong karena pada sat itu situasinya sedang sulit. Di bab inilah
Sukarno mulai mendapatkan pengikut kemudian berpidato dengan siapapun yang
ditemuinya. Beliau juga matang dengan pemikiran-pemikirannya sendiri dan
memiliki ideologi politik yang berbeda. Kemudian beliau mendirikan
perkumpulannya sendiri. Dan studi klub itu tumbuh di solo, Surabaya, dan Kota
lainnya di Indonesia. Kemudian beliau menerbitkan majalah perkumpulan – Suluh
Indonesia Muda. Dan Sukarno adalah penyumbang tulisan pertama pada majalah
tersebut.

BAB 8 ( Mendirikan P.N.l.)

Di bab inilah Sukarno mendirikan PNI setelah Serikat Islam terpecah. Dan
PNI menjadi satu-satunya partai politik. Tujuan PNI membuat pengikutnya
gemetar yaitu dengan kata Kemerdekaan sekarang. Tahun 1928 adalah tahun
propaganda PNI bergerak. Dan di masa inilah Sukarno mendapat julukan “Singa
Podium”. Diceritakan pula beberapa pro dan kotra di dalam PNI. Mulai dari
pemakaian seragam hingga memasukan pelacur sebagai anggota PNI sekaligus
menjadi mata-mata. Lagipula pelacur adalah anggota PNI yang selalu punya uang
dan memberikan hasil gilang gemilang.Walaupun di masa ini Sukarno sudah
diakui sebagai pemimpin, namun kondisinya masih tetap melarat. Baginya
kemiskinan bukanlah sesuatu yang patut dimalukan.

BAB 9 (Masuk Tahanan)

Pada bab ini menceritakan dimana pada masa itu, beberapa tokoh yang
dianggap berbahaya oleh Pemerintah Belanda akan berakhir dengan penjara.
Sukarno pun sudah menyadarinya bahwa cepat atau lambat, beliau akan
mendapatkan gilirannya. Pada bagian mengerikannya, nasib pejuang sangat
memprihatinkan. Bahkan dalam bab ini disebutkan bahwa ada dari 300 orang,
yang selamat hanya 4 orang saja. Ada pula yang langsung digantung. Di suatu
pagi setelah rapat, giliran Sukarno pun tiba. Ia pun ditangkap Belanda. Dan pada
akhirnya Sukarno pun berakhir di Rumah Penjara Banceuy.

Bab 10 (Penjara Banceuy)

Pada bab ini diceritakan bahwa Banceuy adalah penjara tingkat rendah
yang didirikan di abad kesembilan belas. Gambaran penjara ini keadaanya sangat
kotor, bobrok, dan tua. Usut punya usut, disebutkan bahwa penangkapan Sukarno
sudah direncanakan selama berbulan-bulan. Di saat bersamaan, dengan ribuan
orang ditangkap termasuk 4 tokoh PNI. Pada bab ini, Sukarno banyak
menceritakan pengalaman pahitnya selama ditahan di penjara Banceuy. Bahkan
beliau sempat berpikir rasanya lebih baik mati. Di penjara ini terdapat orang-
orang Indonesia yang bekerja sebagai sipir. Dan melalui merekalah Sukarno
berkomunikasi dengan dunia luar terdapat juga Bos Penjara yang bisa disuap.
Tapi tetap saja, di penjara ini, hiburan bagi Sukarno hanya sebuah permainan
mendengarkan kawannya menceritakan kembali kisah Mahabarata dan Ramayana,
yang mana membuat perasaannya ringan dan memberi kekuatan.

Bab 11 (Pengadilan)

Pada bab ini dicertakan Sukarno menolak untuk dibela secara hukum oleh
pengacara karena beliau berniat membela dirinya sendiri. Sebelum pengadilan
diadakan, di dalam penjara, beralaskan kaleng tempat buang air, Sukarno
menyusun pembelaannya yang dikenal sebagai Indonesia Menggugat yang berisi
penderitaan rakyat Indonesia akibat penghisapan selama tiga setengah abad di
bawah penjajahan Belanda. Di pengadilan Sukarno dituduh melanggar pasal-pasal
penyebar kebencian atau mengambil bagian dari organisasi yang mempunyai
tujuan menjalankan kejahatan disamping itu untuk usaha menggulingkan
kekuasaan Hindia Belanda. Pada akhirnya, Sukarno kalah dan dijatuhi hukuman
paling berat, yakni 4 tahun penjara, setelah itu ditempatkan di penjara Suka
Miskin.

Bab 12 (Penjara Sukamiskin)

Pada Bab ini diceritakan di Sukamiskin, Sukarno dipekerjakan untuk


membuat garis di percetakan. Dan beliau juga diawasi dan dibatasi agar tidak
membicarakan soal-soal politik dengan manusia lainnya. Namun tetap, Sukarno
tetap bisa mengakali semuanya dan menerima kabar-kabar dari luar melalui cara-
cara tertentu. Pada suatu saat Sukarno menceritakan kehidupan di dalam penjara
atau yang dkenal sebagai Putera Sang Fajar berada di lingkungan yang tidak
seharusnya beliau berada. Menurut pengakuannya, Sukarno berkembang di dalam
penjara. Beliau juga mulai mendalami Islam. Namun karena tulisan Sukarno
dalam Indonesia Menggugat, banyak protes dari ahli hukum di seluruh eropa. Dan
hukuman diubah menjadi dua tahun. Ketika keluar dari penjara, Sukarno
menjawab pertanyaan Direktur penjara dengan jawaban, “Seorang pemimpin tidak
berubah karena hukuman. Saya masuk penjara untuk memperjuangkan
kemerdekaan, dan saya meninggalkan penjara dengan pikiran yang sama.”

Bab 13 (Keluar dari Penjara)

Pada bab ini menceritakan Sukarno setelah keluar penjara mengucapkan


pidato yang paling terkenal menurutnya. Pada bab inilah terjadi dialog antara
Sukarno dan Bung Hatta. Karena keduanya berselisih paham mengenai cara
mendapatkan kemerdekaan. Namun tidak ada kesepakatan dan keduanya tetap
meyakini cara masing-masing. Setelah keluar dari penjara, Sukarno tidak berubah.
Beliau tetap berpidato kesana-kemari seperti biasanya. Bab ini Sukarno juga
menceritakan pengalaman-pengalamannya, tentang pekerjaan, kekurangan uang,
menjadi pemimpin partai Partindo, hingga ketika mendapatkan pakaian-pakaian
yang bagus. Namun Sukarno masih orang yang sama. Dan pada akhirnya, beliau
kembali ditangkap oleh Belanda karena dianggap terlalu berbahaya.

Bab 14 ( Masuk Kurungan )

Pada bab ini diceritakan akhirnya Sukarno kembali masuk ke Sukamiskin.


Hanya saja kali ini beliau ditempatkan di sel khusus, dibuat di tengah-tengah
ruangan besar yang telah dikosongkan. Selama 8 bulan lamanya sukarno hidup
seperti pertapa yang bisu. Pada akhirnya, hukuman yang menanti adalah
pembuangan. Sebelum di buang Sukarno sempat bertemu kedua orang tuanya
setelah sekian lama. Dan mungkin saja, ini pertemuan yang terakhir.8 hari
kemudian, Sukarno sampai di Pulau Bunga, pulau yang terpencil.

Bab 15 (Pembuangan)

Pada bab ini menceritakam kampung itu bernama Endeh, penjara terbuka
bagi Sukarno. Saat di pengasingan inilah mertua Sukarno meninggal di
pelukannya. Juga berita kematian Pak Cokro juga sampai. Di sinilah Sukarno
merasa sedih, namun beliau berusaha menyembunyikannya agar Inggit tidak ikut
menderita melihatnya menderita karena jauh dari cita-citanya. Bab ini cukup
panjang. Sukarno menceritakan bagaimana ia hidup di pengasingan. tentang
takhayul, menulis cerita sandiwara, bergaul dengan penduduk setempat, hingga
memikirkan masa depannya tentang revolusi. Di tempat ini juga Sukarno
mendekati kematian karena menderita malaria.
Bab 16 (Bengkulu)
Pada sekitar 5 tahun Sukarno berada di Pulau Bunga ketika beliau sakit
malaria. Hari itu sekitar Februari 1938 ketika beliau dapat kabar akan dipindahkan
ke Bengkulu.Setelah dipindahkan, Sukarno mendapat penolakan. Orang-Orang di
kota tidak suka perubahan ketika sukarno membuat rencana mendirikan
masjid.Akhirnya, Sukarno menjadi guru di Muhammadiyah. Di bab ini
diceritakan tentang Fatmawati.Di bab inilah diceritakan bagaimana Fatmawati
tumbuh besar dan Sukarno ingin memperistrinya. Namun Inggit tidak setuju. Juga
fakta bahwa menceraikan Inggit akan meruntuhkan Sukarno dalam bidang politik.
Biar bagaimana pun, Inggitlah yang telah menemaninya selama berpuluh-puluh
tahun dalam pengasingan.Sebelum diperoleh suatu keputusan mengenai
Fatmawati, Jepang menyerang Sumatra pada 12 Februari 1942.

Bab 17 (Pelarian)

Pada bab ini Belanda tetap menahan sukarno ketika Jepang datang di
Bengkulu. Bab ini menceritakan perjalanan Sukarno menuju Padang sebelum
akhirnya diberangkatkan ke Australia. Sebelum pergi, Sukarno masih sempat
menemui Fatmawati dan mengucapkan harapannya. Namun sebelum tiba di kapal
yang akan membawanya, kapal itu telah meledak. Akhirnya Sukarno bebas dari
pasukan Belanda yang mengawalnya. Setelah 9 tahun tidak berpidato, Sukarno
kembali berpidato. Sukarno membentuk Komando Rakyat yang bertugas sebagai
pemerintah sementara. Perintah pertama Sukarno saat itu adalah tidak melawan
terhadap tentara Jepang. Dan Jepang dengan cepat menguasai Padang dengan
tank-tank, kereta berlapis baja, dan bala tentara berjalan kaki.

Bab 18 (Jepang Mendarat)

Akhirnya Jepang tiba di Indonesia. Tepatnya di daerah Sumatra. Tentara


Belanda melarikan diri dan meninggalkan rakyat Indonesia tanpa perlindungan.
Awalnya, rakyat menganggap Jepang sebagai pahlawan yang mengusir Belanda.
Namun tak lama kemudian, Jepang melarang bendera Indonesia berkibar dan
hanya boleh ada bendera Jepang. Di bab inilah terjadi kejadian bersejarah di mana
Sukarno dan wakil Jepang saling menjanjikan suatu hal satu sama lain. Jepang
tahu bahwa Sukarno dekat dengan rakyat sehingga meminta bantuan agar tidak
terjadi kerusuhan. Selanjutnya, Sukarno mengatur semua permasalahan yang
dihadapi Jepang. Karena ini juga jalan dalam merebut kemerdekaan Indonesia
yang sudah lama diimpi-impikan.

Bab 19 (Pendudukan Jepang)

Panglima tertinggi tentara pendudukan yang bermarkas di Jakarta


memerintahkan para pemimpin bangsa Indonesia membentuk suatu badan
pemerintahan sipil, tetapi itu tidak akan terjadi tanpa Sukarno.
Setelah itu, perintah militer menyuruh mendatangkan Sukaarno. Setelah melalui
perjalanan melelahkan dari Sumatra ke Pulau Jawa, setelah 13 tahun pergi,
akhirnya Sukarno kembali lagi. Dan keinginan Sukarno ketika baru datang adalah
memiliki Jas Baru buatan De Koning. Sukarno pun tinggal di Jakarta, di rumah
besar bekas milik orang Belanda dan kembali berjuang bersama pemimpin
lainnya.

Bab 20 (Kolaborator atau Pahlawan)

Meskipun di masa lalu Sukarno dan Bung Hatta pernah berselisih paham,
pada akhirnya keduannya bekerja sama. Sukarno bekerja secara terang-terangan
dan Bung Hatta bekerja secara rahasia. Hanya ada Sharir yang menyaksikan
rencana untuk masa depan tersebut. Lalu terbentuklah Putera (Pusat Tenaga
Rakyat) dan Sukarno menjadi ketuanya. Melalui Putera lah Sukarno memberikan
seruan-seruan kepada rakyat. Sukarno juga mulai berpidato lagi. Menumbuhkan
nasionalisme dan memanfaatkan pemerintahan Jepang untuk kepentingan
Indonesia. Sukarno juga terlibat dalam upaya-upaya menyelamatkan orang-orang
penting supaya tidak dihukum mati oleh Jepang. Di bab inilah diceritakan
perjuangan sambil memanfaatkan situasi dari keadaan pemerintahan Jepang.

Bab 21 (Putraku yang Pertama)

Pada akhirnya, hubungan Sukarno dan Inggit tidak bisa diteruskan.


Mereka bercerai. Pada Juni 1943, Fatmawati dan Sukarno akhirnya kawin. Di
usia ke 43 tahun, akhirnya Sukarno bergembira karena Tuhan yang Maha
Pengasih mengarunia seorang anak.

Вам также может понравиться