Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Agus Hariyanto
UPTD SMAN 1 Kertosono
JL. Panglima Sudirman No 10 Kertosono Kabupaten Nganjuk
e-mail: hariyanto.agoes@gmail.com
Naskah diterima tanggal: 10-9-2016, Direvisi akhir tanggal: 15-12-2016, disetujui tanggal: 30-12-2016
Abstract: Discovery learning is designed with the aim that students can find their own
concepts on what they study and work effectively in a group. The purpose of this study was
to determine the effect of discovery learning PhET aided simulation program on learning
achievement compare to the discovery learning. The study used a quasi-experiment with 2
x 2 factorial design. The technique of data collection began with the test of prior ability of
students and at the end of the study they were given physics learning achievement tests.
The technique of data analysis using ANOVA test two paths. The results show that the
physics achievement of students studying by means of discovery learning with PhET
simulation aid was better than those who studied with discovery learning. In conclusion,
discovery learning with PhET simulation aid affects positively towards students’ learning
achievement.
Abstrak: Discovery learning dirancang dengan tujuan agar siswa dapat menemukan sendiri
konsep yang dipelajari dan bekerja secara efektif dalam kelompok. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh discovery learning berbantuan program simulasi PhET
terhadap prestasi belajar dibandingkan dengan discovery learning. Penelitian menggunakan
quasi experiments dengan desain faktorial 2 x 2. Teknik pengumpulan data kemampuan
awal dengan melakukan tes kemampuan awal pada awal penelitian dan pada akhir penelitian
diberikan tes prestasi belajar fisika. Teknik analsis data menggunakan uji anava dua jalur.
Hasil uji Anava dua jalur menunjukkan bahwa prestasi belajar fisika kelompok siswa yang
belajar melalui discovery learning berbantuan paket program simulasi PhET lebih tinggi
daripada kelompok siswa yang belajar melalui discovery learning. Dengan demikian, discovery
learning berbantuan program simulasi PhET mempengaruhi secara positif prestasi belajar
siswa.
dengan kebutuhan abad ke-21. Kurikulum 2013 Pembelajaran fisika di sekolah hendaknya
bertujuan untuk mempersiapkan manusia menekankan pada pemberian pengalaman
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup langsung untuk mengembangkan kompetensi
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, agar mengembangkan ide-ide dalam kehidupan
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta nyata. Siswa diharapkan menemukan penge-
mampu berkontribusi pada kehidupan ber- tahuan dan keterampilan bukan hanya meng-
masyarakat, berbangsa, bernegara, dan ingat seperangkat fakta tetapi juga menemukan
peradaban dunia (Peraturan Menteri Pendidikan sendiri dengan cara observasi, bertanya,
dan Kebudayaan RI No. 70 tahun, 2013) melalui mengajukan hipotesa, mengumpulkan data, dan
pembelajaran yang menekankan pendekatan mengambil kesimpulan (NSTA, 2004). Keaktifan
saintifik (scientific approach). dan kemampuan siswa dalam menemukan
Keberhasilan atau kegagalan suatu proses konsep haruslah dilatih agar proses pembelajaran
pembelajaran dapat dilihat melalui prestasi dapat berjalan dengan baik (Wenning, 2011).
belajar yang diperoleh siswa (Amiroh, 2014). Kesulitan yang dihadapi siswa dalam melatih
Prestasi belajar merupakan bagian yang sangat keaktivan dan menemukan sendiri konsep yang
penting dan merupakan hasil akhir yang dicapai dipelajari dikarenakan pembelajaran yang masih
setelah melalui proses pembelajaran (Rahma, berpusat pada guru (Klahr & Nigam, 2004).
2013). Keberhasilan yang dicapai siswa dalam Kegiatan yang berpusat pada guru kurang
melakukan kegiatan belajar merupakan sebuah mendukung pengembangan pengetahuan dan
bukti prestasi belajar. keterampilan peserta didik dalam penguasaan
Konsep-konsep fisika dalam bidang konsep fisika (Crebert, dkk, 2011). Guru tidak
kelistrikan banyak yang bersifat abstrak, serta hanya mentransfer pengetahuan kepada siswa
sulit untuk dipelajari secara nyata (Tambade & tetapi juga dapat memfasilitasi siswa dalam
Wagh, 2011). Berdasarkan wawancara dengan mengkonstruksi pengetahuannya (AAPT, 2009).
siswa, didapatkan bahwa siswa mengalami Aktivitas pembelajaran tidak hanya difokuskan
kendala ketika mempelajari karakteristik pada upaya mendapatkan penguasaan konsep
rangkaian seri dan paralel. Di samping itu siswa saja, melainkan juga siswa berpartisipasi aktif
kesulitan menentukan besar dan arah arus dalam dalam pembelajaran melalui kelompok untuk
rangkaian tertutup. Pada dasarnya, kendala- mencari informasi, membahas pertanyaan, dan
kendala dalam mempelajari listrik arus searah mencapai informasi melalui percobaan (Balim,
tidak akan terjadi, jika siswa diberikan analogi 2009).
dan penggunaan model yang tepat mengenai Upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam
konsep listrik arus searah (Mursalin, 2012). menemukan sendiri konsep yang dipelajari dan
Mengatasi kesulitan siswa dalam memahami prestasi belajar diperlukan metode pembelajaran
konsep listrik arus searah dapat diatasi dengan yang inovatif. Salah satu alternatif pembelajaran
multimedia. Multimedia merupakan alat yang adalah discovery learning. Beberapa penelitian
dapat menciptakan presentasi dinamis dan mengenai penerapan discovery learning dalam
interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, pembelajaran menyatakan bahwa discovery
animasi, audio dan video (Asthana, 2010) serta learning dapat meningkatkan kemampuan siswa
bersifat konstruktivis, memberikan umpan baik, mengkonstruksi untuk membangun penge-
dan menyediakan tempat kerja (Finkelstein, tahuannya sendiri dibandingkan dengan
2006). Multimedia interaktif cocok untuk pembelajaran konvensional (Klahr & Nigam,
mengatasi kesulitan siswa dalam mengeksplorasi 2004; Putrayasa, dkk., 2014; Indarti, dkk.,
kemampuan mengungkapkan ide mengenai 2014). Di samping itu, siswa memiliki kemampuan
konsep yang dipelajari (Podolefsky, Perkins, & untuk secara aktif mencari, mengolah, meng-
Adams, 2010).
konstruksi, dan mencari sendiri makna sesuatu membantu siswa memaksimalkan w aktu
yang dipelajari (Nisa’ & Suliyanah, 2014). pembelajaran dalam memahami dan menum-
Masih ditemukan adanya kelemahan dalam buhkan motivasi siswa dalam belajar fisika
pelaksanaan discovery learning dalam (Sadaghiani, 2011). Adanya komputer ber-
pembelajaran Fisika (Kartikowati, 2011). Selain dampak terhadap keaktifan siswa dalam
itu, discovery learning dapat membebani siswa pembelajaran (Armstrong & Retterer, 2008),
karena membutuhkan waktu yang lama dalam tambahan/penguatan pengetahuan terhadap
penerapannya pada tahap data collection informasi dan kemampuan berpartisipasi
(Rohim, dkk., 2012). (Hrastinski & Monstad, 2013) dan peningkatan
Usaha perbaikan perlu dilakukan untuk pengguna situs fisika di internet (Squire &
mengatasi kendala yang dihadapi dalam Dikkers, 2012).
discovery learning. Untuk mengurangi kele- Program simulasi PhET merupakan media
mahan pada tahap problem statement simulasi interaktif menyenangkan berbasis
diperlukan menghadirkan pertanyaan atau penemuan berupa software dan dapat di-
masalah untuk mendorong siswa untuk membuat gunakan untuk memperjelas konsep-konsep
tebakan intuitif (Schunk, 2008). Pertanyaan fisis atau fenomena yang telah dipraktikumkan
tersebut dapat diakomodasi dalam multimedia (Mubarrok & Mulyaningsih, 2014). Pembelajaran
yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum dengan menggunakan simulasi PhET membuat
pembelajaran dimulai (Cohen, 2008). Waktu sisw a tertarik dan semangat melakukan
yang lama pada tahap data collection dapat praktikum sehingga menuntaskan hasil belajar
diatasi dengan menghadirkan multimedia siswa (Prihatiningtyas, dkk., 2013). Di samping
interaktif yang dapat mempersingkat waktu itu pembelajaran fisika dengan menggunakan
dalam melakukan percobaan (Mubarrok & multimedia interaktif PhET memberikan hasil
Mulyaningsih, 2014). Selanjutnya melalui belajar lebih baik daripada kelas yang hanya
ilustrasi-ilustrasi yang diberikan dapat men- menggunakan praktikum saja tanpa disertai
ciptakan suasana yang kondusif agar siswa aktif penggunaan media PhET (Mubarrok &
mengemukakan ide-idenya (Cohen, 2008). Mulyaningsih, 2014).
Ilustrasi yang dihadirkan guru haruslah Pembelajaran yang mengolaborasikan
menarik perhatian siswa (Podolefsky, Moore, & pembelajaran discovery learning dan paket
Perkins, 2012). Memahami materi fisika program simulasi PhET diharapkan menciptakan
diperlukan bantuan simulasi komputer agar siswa suasana pembelajaran yang menarik, membuat
tertarik dengan yang akan dipelajari (Adegoke, siswa lebih aktif, dan meningkatkan motivasi
2010). Program simulasi komputer sangat cocok untuk memahami ilmu fisika sehingga membantu
dalam penerapan discovery learning (Jong, & siswa dalam meningkatkan prestasi belajar
Joolingen, 1998). Simulasi berbagai macam fisika. Tahapan discov ery learning yang
fenomena fisika secara audio dan visual disisipkan paket program simulasi PhET yaitu
menyerupai aslinya dapat dihadirkan ke hadapan tahapan stimulation, problem statement, dan
siswa dalam bentuk program komputer (Chini, data collection. Tujuan penggunaan paket
dkk., 2012). Dengan simulasi komputer dapat program simulasi PhET untuk mengatasi
ditampilkan gambar yang menyerupai aslinya kelemahan discovery learning.
dengan menggunakan perangkat lunak grafis 3D Penyajian paket program simulasi PhET pada
(Martinez, dkk., 2011). tahap stimulation bertujuan untuk memberikan
Kemajuan teknologi dan informasi berdampak fenomena kepada siswa lebih detail daripada
pada perkembangan media visual yang pada menggunakan peralatan laboratorium. Sehingga
akhirnya efektif membantu kegiatan pembe- diharapkan siswa mampu mengamati fenomena
lajaran (Swaak, dkk, 2004). Komputer dapat dengan jelas disertai dengan simulasi dan
kemampuan menemukan dan meyelidiki sendiri learning berbantuan paket program simulasi
informasi, sehingga dapat meningkatkan prestasi PhET dan LKS. Instrumen pengukuran terdiri dari
belajar, 2) Bagi pendidik, sebagai referensi dan soal kemampuan awal fisika dan prestasi belajar
tambahan wawasan dalam melaksanakan fisika untuk mengukur prestasi belajar fisika
pembelajaran agar lebih bervariasi, menye- siswa materi listrik arus searah.
nangkan dan memberdayakan siswa untuk Teknik analisis data dilakukan pengujian
berpartisipasi aktif sehingga pembelajaran hipotesis dan uji prasyarat analisis yaitu uji
menjadi lebih bermakna, 3) Bagi sekolah, hasil normalitas dan uji homogenitas, dilakukan
penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengujian kesamaan awal dari sampel yang
dalam usaha meningkatkan kualitas pem- digunakan. Kemudian dilakukan uji hipotesis
belajaran di sekolah dalam upaya meningkatkan penelitian dengan Anava Dua Arah (Two-Way
hasil belajar siswa, 4) Bagi peneliti lain, sebagai Anova).
sumber informasi dan referensi dalam usaha
mengembangkan teori pembelajaran atau ilmu HASIL DAN PEMBAHASAN
pengetahuan menjadi lebih luas lagi. Data Kemampuan Awal Siswa
Tes kemampuan awal dilaksanakan pada awal
METODE pembelajaran pada kelas kontrol dan eks-
Jenis penelitian ini adalah quasi experiment perimen. Setelah dilakukan tes kemampuan awal,
dengan desain factorial 2x2 seperti ditunjukkan didapatkan siswa kelompok kemampuan awal
pada Tabel 1. tinggi dan rendah. Hasil tes kemampuan awal
Sampel dipilih dengan teknik cluster dapat dilihat pada Gambar 1.
sampling. Sampel penelitian yaitu kelas X yang Dari Gambar 1 terlihat bahwa skor rata-
tersebar di tiga sekolah yaitu, SMAN 1 rata kemampuan awal di kelas eksperimen dan
Kertosono, SMAN 1 Patianrowo, dan SMAN 1 kelas kontrol selisihnya sangat kecil sekali yaitu
Ngronggot. Penelitian ini dilaksanakan bulan 3,52. Hal ini berarti bahwa tingkat kemampuan
Maret 2015-April 2016. Instrumen penelitian awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas adalah tersebar merata. Jumlah kemampuan
instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. awal tinggi dan rendah pada kelas eksperimen
Instrumen pelakuan terdiri dari silabus, Rencana dan kelas kontrol jumlahnya hampir sama dan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meng- tersebar merata di dalam masing-masing kelas.
gunakan sintaks pembelajaran discov ery Gambaran perbandingan nilai rata-rata
kemampuan awal tinggi dan rendah pada kelas
Tabel 1. Model Rancangan Pendekatan
nilai Fhitung = 17,989 dengan angka signifikansi percobaan secara mandiri (Adams, 2010).
Podolefsky, dkk. (2013) menginvestigasi
sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini dapat
penggunaan simulasi PhET untuk menyelesaikan
diinterpretasikan bahwa prestasi belajar fisika
soal-soal Force Concept Inventory (FCI).
kelompok siswa yang belajar melalui discovery
Hasilnya siswa mampu menjawab soal-soal FCI
learning berbantuan paket program simulasi PhET
dengan baik karena simulasi PhET menampilkan
lebih tinggi daripada kelompok siswa yang belajar
situasi yang mendekati dengan permasalahan
melalui discovery learning. kehidupan nyata.
Podolefsky, Perkins, & Adams (2010)
menjelaskan bahwa dengan menggunakan
simulasi PhET, siswa mendesain eksperimen
secara mandiri, membuat prediksi, dan
Sumber df F Sig.
Kelas Ekperimen-Kontrol 1 35,461 0,000
Kelompok Tinggi-Rendah 1 17,293 0,000
Kelas Eksperimen-Kontrol*Kelompok Tinggi-Rendah 1 2,789 0,002
menggunakan petunjuk yang mendukung ide simulasi komputer mampu meningkatkan tingkat
siswa dalam memecahkan masalah. Siswa juga pemahaman pada materi listrik statis.
mampu mengembangkan pemahaman seperti Dengan demikian, siswa yang belajar
yang dilakukan oleh para ahli dengan cara menggunakan discovery learning tanpa simulasi
menggambarkan hubungan sebab-akibat dan PhET kurang maksimal dalam memahami konsep
menggunakan konsep multi reprensentasi dalam fisika. Hal ini disebabkan karena discovery
menyelesaikan masalah. learning tidak dapat melingkupi seluruh materi
Simulasi PhET juga mampu menghubungkan yang dibelajarkan dan membutuhkan persiapan
gagasan yang dimiliki siswa dengan kehidupan dan proses pembelajaran yang lama. Akibatnya,
nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari prestasi belajar fisika rendah.
dan menggunakan fenomena sains dalam
simulasi PhET untuk memahami dunia nyata. Discovery Learning Berbantuan Paket
Hasil penelitian ini didukung oleh temuan-temuan Program Simulasi PhET ditinjau dari
sebelumnya. Prihartiningtyas, dkk. (2013) Kemampuan Awal Tinggi dan Rendah
mengungkapkan bahwa penggunaan simulasi terhadap Prestasi Belajar Fisika
PhET mampu menuntaskan hasil belajar fisika Kemapuan awal merupakan prasyarat untuk
pada materi optik di kelas X SMA Negeri 3 mempelajari pengetahuan yang baru. Semakin
Sragen. Ketuntasan individu untuk kelas yang baik kemampuan awal yang dimiliki siswa,
dibelajarkan menggunakan simulasi PhET sebesar semakin mempermudah siswa dalam belajar hal-
100% lebih tinggi daripada ketuntasan individu hal yang baru. Siswa dapat belajar lebih
pada kelas yang dibelajarkan menggunakan kit bermakna apabila pembelajarannya mengaitkan
optik sederhana. Cahyani (2013) menemukan antara pengetahuan baru dengan kemampuan
perbandingan gain normalisasi untuk kelompok awal siswa.
yang dibelajarkan dengan menggunakan simulasi Kemampuan awal merupakan prasyarat
PhET (0,74) dan kelompok yang dibelajarkan terjadinya belajar bermakna. Kemampuan awal
menggunakan Powerpoint (0,56) yaitu bahwa dapat dijadikan sebagai pondasi belajar yang
kelompok yang dibelajarkan dengan mengguna- dapat membantu pemahaman siswa terhadap
kan simulasi PhET lebih efektif daripada kelompok suatu konsep. Liu, dkk. (2008) menemukan
yang dibelajarkan menggunakan Powerpoint. bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal
Alrsa’i & Aldhamit (2014) melakukan penelitian berbeda akan memiliki pendekatan yang berbeda
di Al-Husain Bin Talal University di Jordan dan dalam menyelesaikan masalah menggunakan
hasilnya adalah prestasi belajar siswa yang simulasi komputer. Bill (2005) menambahkan
dibelajarkan menggunakan simulasi PhET bahwa penggunaan simulasi komputer dapat
berbasis pembelajaran inkuiri lebih tinggi dari- melibatkan siswa dalam menggunakan ke-
pada prestasi belajar siswa yang dibelajarkan mampuan awalnya.
menggunakan traditional lecture pada materi Hasil kajian empirik ini didukung oleh
listrik dan magnet. Rata-rata prestasi belajar temuan-temuan dari penelitian sebelumnya.
siswa yang dibelajarkan menggunakan simulasi McBride, dkk. (2010) melakukan analisis tentang
PhET sebesar 45,45 dan rata-rata prestasi penggunaan kemampuan awal fisika siswa ke
belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan dalam konteks yang baru. McBride, dkk.
traditional lecture sebesar 35,25. Tambade & mengungkapkan bahwa penggunaan kemam-
Wagh (2011) menemukan bahwa simulasi puan awal dalam proses pembelajaran akan
komputer adalah cara yang sesuai untuk memudahkan siswa memahami konsep serta
meningkatkan pemahaman siswa pada materi hubungan antarkonsep. Pritchard, dkk. (2008)
listrik statis. Hasil penelitian ini menunjukkan menunjukkan bahwa kemampuan awal yang baik
bahwa siswa yang dibelajarkan menggunakan akan memberikan keuntungan bagi siswa dalam
mengikuti posttest. Pritchard, dkk. juga dahulu teori-teori yang ada di buku dan kemudian
mengungkapkan bahwa tingkat keberhasilan menggunakan simulasi komputer untuk mem-
proses pembelajaran tergantung dari kemam- prediksi kesesuaian dengan teori-teori yang
puan awal siswa. sudah ada (Liu dkk., 2008). Siswa yang memiliki
Faktor tunggal paling penting yang kemampuan tinggi mampu menganalisis informasi
mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang teroganisir yang didapat lebih tepat dan akurat
diketahui oleh siswa. Pengetahuan awal dalam menyelesaikan masalah (Kozma & Russsel,
merupakan faktor penting bagi siswa dalam 2008).
proses pembelajaran (Yarden & Yarden, 2010). Hasil uji anava perbandingan prestasi
Tingkat kemampuan awal siswa harus menjadi belajar siswa berkemampuan awal rendah yang
tumpuan untuk mengembangkan pembentukan belajar melalui discovery learning berbantuan
konsep baru pada diri siswa. Siswa membangun paket program simulasi PhET lebih tinggi daripada
pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan siswa yang belajar melalui pembelajaran
yang sudah dimiliki. Situasi pembelajaran menjadi discovery learning. Nilai rata-rata prestasi
optimal karena serasi dengan kemampuan awal belajar siswa berkemampuan awal rendah yang
siswa. belajar melalui discovery learning berbantuan
Kemampuan awal merupakan prasyarat paket program simulasi PhET sebesar 40,51 dan
untuk mempelajari konsep yang baru. Ke- nilai rata-rata prestasi belajar siswa ber-
mampuan awal yang dimiliki sisw a akan kemampuan awal rendah yang belajar melalui
memberikan sumbangan yang besar dalam discovery learning sebesar 33,01.
memprediksi keberhasilan belajar siswa pada Siswa berkemampuan awal rendah yang
masa selanjutnya (Chia & Chin, 2008). Semakin belajar melalui discovery learning berbantuan
relevan kemampuan awal yang dimiliki siswa, paket program simulasi PhET dapat meng-
semakin mempermudah siswa dalam belajar hal- eksplorasi konsep-konsep sains dengan langkah-
hal yang baru. Siswa dapat belajar lebih langkah mereka sendiri dengan menggunakan
bermakna apabila pembelajarannya mengaitkan simulasi komputer secara efektif (Penuel, dkk.,
antara pengetahuan baru dengan kemampuan 2006). Wu, dkk. (2001) menambahkan bahwa
awal siswa, karena kemampuan awal yang baik siswa kemampuan awal rendah mendapatkan
membantu meningkatkan penguasaan konsep bantuan dari siswa yang kemapuan awal tinggi
oleh siswa. dalam menggunakan simulasi komputer sehingga
Kemampuan awal mempengaruhi keber- siswa berkemampuan awal rendah mampu
hasilan siswa memberikan interpretasi terhadap memahami konsep fisika dengan bantuan
apa yang diamati. Kemampuan awal siswa akan simulasi PhET dalam kelompoknya. Lazonder, dkk.
membantu mengenali fenomena-fenomena yang (2009) melakukan penelitian tentang peng-
diamati dalam kegiatan demonstrasi maupun gunaan simulasi komputer pada sisw a
eksperimen. Miller, dkk. (2013) menyatakan berkemampuan awal rendah dan hasilnya siswa
bahwa kemampuan awal siswa akan menentukan berkemampuan awal rendah mampu memahami
keberhasilannya dalam melakukan observasi. materi yang diajarkan dengan bantuan simulasi
Siswa akan mengaitkan hasil observasi dengan komputer. Kompleksitas simulasi yang di-
pengetahuan yang sudah dimiliki. Penguasaan tampilkan PhET tergolong rendah. Ketika
konsep siswa terbentuk sebagai hasil perpaduan kompleksitas simulasi rendah, maka simulasi itu
antara hasil pengamatan dengan kemampuan akan sangat maksimal digunakan oleh siswa
awal tersebut. yang kemampuan awal rendah (Lee, dkk., 2006).
Siswa kemampuan awal tinggi yang belajar Dari uraian di atas penulis berpendapat
melalui discovery learning berbantuan paket bahwa prestasi belajar fisika kelompok siswa
program simulasi PhET mempelajari terlebih yang belajar melalui discov ery learning
berbantuan paket program simulasi PhET lebih yaitu dalam peningkatan prestasi belajar siswa
tinggi daripada kelompok siswa yang belajar yang menjadi lebih baik. Selain itu, hasil kajian
melalui discovery learning. Prestasi belajar fisika empirik yang didukung oleh temuan-temuan dari
kelompok siswa berkemampuan awal tinggi yang penelitian sebelumnya membuktikan bahwa
belajar melalui discovery learning berbantuan prestasi belajar fisika kelompok siswa ber-
paket program simulasi PhET lebih tinggi daripada kemampuan awal tinggi yang belajar melalui
kelompok siswa berkemampuan awal tinggi yang discovery learning berbantuan paket program
belajar melalui discovery learning. Sedangkan simulasi PhET yaitu lebih tinggi daripada
prestasi belajar fisika kelompok siswa ber- kelompok siswa berkemampuan awal tinggi yang
kemampuan awal rendah yang belajar melalui belajar melalui discovery learning.
discovery learning berbantuan paket program
simulasi PhET lebih tinggi daripada kelompok Saran
siswa berkemampuan awal rendah yang belajar Memperhatikan manfaat penggunaan discovery
melalui discovery learning. learning berbantuan paket program simulasi
PhET pada prestasi siswa, metode pembelajaran
SIMPULAN DAN SARAN ini bisa dikenalkan di sekolah-sekolah dan menjadi
Simpulan alternatif metode pengajaran oleh para guru.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa digunakan oleh para guru sebagai alternatif
discovery learning berbantuan paket program dalam. Penelitian lanjutan yang bisa dilakukan
simulasi PhET mempengaruhi prestasi belajar adalah menggunakan discov ery learning
siswa dibandingan dengan discovery learning berbantuan paket program simulasi PhET pada
tanpa program simulasi PhET. Pengaruh tersebut materi yang lain.
PUSTAKA ACUAN
AAPT. 2009. The Role, Education Qualificatios, and Profesional Development of Secondary
School Physics Teacher. College Park: The American Assosiation of Physics Teachers on
Physics Ellipse.
Adams, W.K. 2010. Student Engagement and Learning with PhET Interactive Simulations.Online
First. DOI 10.1393/ncc/i2010-10623-0, diakses 20 Mei 2015.
Adegoke, A.B. 2010. Integrating Animations, Narratives, and Textual Information For Improving
Physics Learning. Electronic Journal of Research in Educational Pschology, 8(2) 725-748.
Alfieri, L., Brooks, P.J., & Aldrich, N.J. 2011. Does Discovery-Based Instruction Enhance
Learning? Journal of Educational Psychology. DOI: 10.1037/a0021017.
Alrsa’i, M.S & Aldhamit, Y.A. 2014. The Effect of Computer Simulation on Al-Husein Bin Talal
University Student’s Understanding of Elecricity and Magnetism Concepts and their
Attitudes towared Physics Learning. International Journal of Educational Research and
Technology. 5(1), 54-60. Diakses 20 September 2014.
Amiroh, D. 2014. Pengaruh Visual Scaffolding Berbasis Think Pair Share terhadap Prestasi Belajar
Fisika ditinjau dari Pengetahuan Awal Siswa SMAN 9 Malang. Tesis. Malang: Program
Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Armstrong, K. & Retterer, O. 2008. Blogging as L2 writing: A Case Study. AACE Journal, 16(3)
233-251, http://search.ebscohost.com), diakses 20 Oktober 2013.
Asthana. 2010. Multimedia in Education-Introductin, the Elements of, ducational Requirements,
Classroom Architecture and Resources, Concersns, http://encyclopedia.jrank.org/
Swaak, J., Jong, T., & Joolingen, W.R. 2004. The Effects of Discovery Learning and Expository
Instruction on the Acquisition of Eefinitional and Intuitive Knowledge. Journal of
Computer Assisted Learning. 20, 225-234.
Tambade, P.S. & Wagh, B.G. 2011. Assessing the Effectiveness of Computer Assisted
Instructions in Physics at Undergraduate Level. Eurasian Journal of Physics Eduacation,
3(2) 127-136, http://www.eurasianjournals.com/index.php/ejpce. diakses 23 Juli 2014.
Wenning, C.J. 2011. The Levels of Inquiry Model of Science Teaching. Journal of Physics
Teacher Education, 6(2)11-16, http://www2.phy.ilstu.edu/pte/publications/LOI-model-
of-science-teaching.pdf, diakses 20 Februari 2014.
Wu, H.K., Krajcik, J.S., & Soloway, E. 2001. Promoting Understanding of Chemical
Representations: Students’ Use of a Visualization Tool in the Classroom. Journal of
Research in Science Teaching. 38(7) 821-842, diakses 3 Maret 2014.
Yarden, H. & Yarden, A. 2010. Learning Using Dynamic and Static Visualizations: Students’
Comprehension, Prior Knowledge and Conceptual Status of a Biotechnological Method.
Res Science Education, 40, 375-402, diakses 2 Mei 2014.