Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh :
Saraswati Lestari
1610104292
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
Saraswati Lestari
1610104292
Latar Belakang : Obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan bagi orang
dewasa dan usia balita dimana anak yang mengalami obesitas akan menjadi obesitas
pada saat dewasa. Lebih dari 2,1 miliar balita memiliki berat badan berlebih atau
obesitas yang menyebabkan munculnya berbagai penyakit seperti diabetes tipe 2,
penyakit jantung, sleep apnea dan masalah psikis yang menyebabkan menurunnya
rasa percaya diri anak yang berpengaruh pada prestasi. Pola makan merupakan
pencetus terjadinya kegemukan dan obesitas karena mengkonsumsi makanan porsi
besar (melebihi dari kebutuhan) seperti makanan tinggi energi, tinggi lemak, tinggi
karbohidrat sederhana dan rendah serat.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan
dengan kejadian obesitas pada anak usia 3-8 tahun di TK dan SD Budi Mulia Dua
Seturan Yogyakarta tahun 2017.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey
analitik mengunakan pendekatan waktu cross sectional. Metode pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik total sampling dengan jumlah sampel pada penelitian ini
terdiri dari 124 anak. Analisis statistik menggunakan chi-square.
Hasil : Anak dengan status gizi overweight terdapat 78 anak (62,9%) dan
obesitas sebanyak 18 anak (14,5%). Pola makan beresiko terdapat 72 anak (58,1%)
dan tidak beresiko 52 anak (41,9%).
Simpulan dan Saran : Ada hubungan yang signifikan antara pola makan
dengan kejadian obesitas pada anak di TK dan SD Budi Mulia Dua Yogyakarta
dengan nilai p value=0,002 < 0,05. Diharapkan sekolah sebagai salah satu pusat
pendidikan dasar mampu memberikan pendidikan gizi pada anak, melakukan
pemantauan gizi, penyediaan makan baik dari segi porsi maupun jenis sesuai umur
anak serta dapat bekerja sama baik dengan instansi pendidikan, puskesmas serta
orang tua untuk penanggulangan obesitas
PENDAHULUAN
Obesitas pada anak adalah salah menjadi gemuk pada usia remaja dan
satu kondisi medis pada anak yang memiliki faktor resiko penyakit
ditandai dengan berat badan diatas rata- kardiovaskuler seperti kenaikan
rata dan indeks massa tubuh (IMT) tekanan darah, peningkatan kolesterol
yang diatas normal, yaitu menurut darah dan diabetes. Lebih jauh,
umur lebih dari Z score +2 SD masalah komplikasi kesehatan dapat
(Ginanjar, 2012). meningkat, termasuk beberapa
Kegemukan atau obesitas permasalahan kesehatan dan penyakit
menjadi salah satu masalah kesehatan sesak nafas (Kumala, 2010).
bagi orang dewasa dan anak usia balita. Obesitas pada anak di dunia
Kegemukan pada masa balita akan meningkat dari 4,2% di tahun 1990
menetap sampai dewasa, resiko menjadi 6,7% di tahun 2010, dan
diperkirakan akan mencapai 9,1% di meningkatkan komitmen dari berbagai
tahun 2020. Obesitas pada balita pihak, setiap tanggal 25 Januari setiap
tertinggi di AS, sebesar 8,4% dari tahun diperingati sebagai Hari Gizi
anak-anak berusia antara dua sampai nasional (HGN) (Riskesdas, 2015).
lima tahun (World Health Statistik, Hasil studi pendahuluan yang
2014). prevalensi obesitas pada anak dilakukan di TK dan Play group Budi
balita di tahun 2007, 2010, dan 2013 Mulia Dua yang merupakan sekolah
berturut-turut 12,2%, 14,0%, dan full day school dengan jumlah siswa
11,9%, pada anak usia prasekolah dan siswi TK dan SD kelas I-III
berusia 3-12 tahun yang diukur sebanyak 422 anak. Sekolah ini
berdasarkan indeks massa tubuh memliliki program khusus yaitu
menurut umur lebih dari Z score pemantauan kesehatan anak terutama
dengan menggunakan baku masalah gizi yaitu dengan pengukuran
antropometri (Riskesdas, 2015). tinggi badan dan berat badan setiap
Penyebab terjadinya obesitas enam bulan sekali yang dilakukan oleh
diantaranya adalah faktor genetik, petugas kesehatan dibagian unit
faktor kesehatan, faktor psikologis, kesehatan sekolah (UKS). Berdasarkan
faktor kurang gerak/olahraga, faktor data sekunder yang diperoleh dari UKS
lingkungan dan juga pola makan. Pola terjadinya kenaikan prevalensi obesitas
makan yang merupakan pencetus dari tahun 2012-2015. Pada tahun
terjadinya kegemukan dan obesitas 2012/2013 sebanyak 15 orang dari 122
adalah mengkonsumsi makanan porsi siswa. Pada tahun ajaran 2013/2014
besar (melebihi dari kebutuhan), sebanyak 115 orang dari 901 siswa dan
makanan tinggi energi, tinggi lemak, pada tahun ajaran 2014/2015 sebanyak
tinggi karbohidrat sederhana dan 137 orang dari 781 siswa yang terdiri
rendah serat. Sedangkan perilaku dari Play Group, TK, dan SD
makan yang salah adalah tindakan
memilih makanan berupa junk food, METODE PENELITIAN
makanan dalam kemasan dan minuman Penelitian ini menggunakan
ringan (soft drink) (Diana, 2013). desain penelitian survei analitik dengan
Pemahaman masyarakat tentang pendekatan waktu cross sectional.
dampak obesitas pada anak belum Populasi sebanyak 422 anak,
sepenuhnya diketahui, menurut mereka penggambilan sampel menggunakan
anak yang gemuk selalu dianggap kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan
sebagai anak yang sehat dan konsep sejumlah 124 anak. Analisa statistik
semakin gemuk semakin sehat menggunakan chi square. Antopometri
(Soetjiningsih, 2012). data tinggi dan berat badan didapatkan
Berdasarkan Rencana Aksi dari data sekunder dan ditentukan
Nasional Pembinaan Gizi Masyarakat status gizi dengan cara melakukan
sasaran jangka panjang yang ingin pengukuran berat badan dan tinggi
dicapai adalah masalah gizi tidak badan, kemudian indeks massa tubuh
menjadi masalah kesehatan, (IMT) dihitung berdasarkan indikator
berdasarkan ukuran-ukuran universal IMT/U
yang telah disepakati. Untuk itu, pada standar antopometri Kemenkes
sejalan dengan upaya pemerintah tahun 2007 dengan kategori gemuk >1
melalui gerakan nasional percepatan SD saimpai dengan 2 SD dan obesitas
perbaikan gizi sebagai wujud >2 SD. Penggambilan data sekunder
komitmen pemerintah untuk menggunakan kuesioner.
memerangi masalah gizi, sekaligus
untuk menggalang kepedulian dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat Jenis Kelamin
- Perempuan 72 58,1
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi - Laki-Laki 52 41,9
obesitas anak di TK Asal Domisili
dan SD Kelas III Budi - Sleman 76 61,3
Mulia Dua Yogyakarta - Kota Yogyakarta 28 22,6
Obesitas F % - Kulon Progo 4 3,2
- Bantul 16 12,9
Normal 28 22,6 Jumlah Saudara Kandung
Overweight 78 62,9 - Tidak Ada 76 61,3
Obesitas 18 14,5 - 1 Orang 30 24,2
Total 124 100 - 2 Orang 18 14,5
Sumber: Data Primer, 2017 Total 124 100
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan pada Tabel 4.1
diketahui jumlah anak di TK dan SD Berdasarkan Tabel 4.2
Kelas III Budi Mulia dua diketahui kelompok anak yang
Yogyakarta didominasi kelompok berusia 3-5 tahun sebanyak 54 anak
berat badan overweight sebanyak 78 (43,5%) dan kelompok anak yang
anak (62,9%), kelompok berat berusia 6-8 tahun sebanyak 70 anak
badan normal sebanyak 28 (22,6%) (56,5%). Menurut WHO, usia 3-5
anak dan kelompok berat badan tahun adalah usia yang tepat untuk
obesitas sebanyak 18 anak (14,5%). memasuki usia prasekolah. Dimana
Obesitas dapat diartikan kelebihan usia tersebut adalah usia emas atau
lemak yang tidak normal dan dapat golden age dan anak dalam periode
menimbulkan dampak negatif pertumbuhan dan perkembangan
terhadap kesehatan. Seseorang dapat sehingga membutuhkan
dikatakan obesitas jika mempunyai pendampingan dari orang tua secara
berat badan diatas (30%) dari berat lebih intensif dan pada usia tersebut
badan normal (Aora, 2008). anak bisa memperoleh pendidikan
Sedangkan seorang dikatakan melalui bangku sekolah, sehingga
overweight bila berat badannya 10% dapat meningkatkan kecerdasan
sampai dengan 20% berat badan anak. Sama halnya usia standar yang
normal, sedangkan seseorang ditetapkan pemerintah minimal 6
disebut obesitas apabila kelebihan tahun.
berat badan mencapai lebih 20% Tabel 4.2 menunjukkan
dari berat normal (Kusumah, 2007). mayoritas berjenis kelamin
perempuan sebanyak 72 anak
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi (58,1%) dan yang berjenis kelamin
karakteristik anak laki-laki sebanyak 52 anak (41,9%).
berdasarkan usia, jenis Berdasarkan data Parameter
kelamin, asal domisili dan Kependudukan Provinsi Daerah
jumlah saudara di TK dan Istimewa Yoygakarta pada tahun
SD Budi Mulia Dua 2010 menyatakan bahwa kelompok
Yogyakarta usia balita dan anak didominasi oleh
jenis kelamin perempuan yaitu usia
Karakteristik Anak F % 0-4 tahun sebanyak 124.558 balita
Usia dan usia 5-9 tahun sebanyak
- 3-5 tahun 54 43,5 121.410 anak. Mayoritas siswa
- 6-8 tahun 70 56,5
berasal dari Sleman sebanyak 76
anak (61,3%), Kota Yogyakarta
sebanyak 28 anak (22,6%), Bantul Pekerjaan Ibu
sebanyak 16 anak (12,9%), dan - Bekerja 95 76,6
- Tidak Bekerja 29 23,4
sebanyak 4 anak (3,2%) dari Riwayat Keluarga yang Gemuk
Kulonprogo (Tabel 4.2). Asal - Ayah 60 48,4
domisili siswa didominasi berasal - Ibu 31 25,0
dari Sleman dikarenakan letak - Ayah dan Ibu 13 10,5
sekolah berada di kabupaten - Kakek/ Nenek 10 8,1
- Saudara Kandung 10 8,1
Sleman. Kementrian Pendidikan dan Pendapatan Orang Tua
Kebudayaan (Kemendikbud) - ≤ Rp. 5 juta 0 0
mengeluarkan Permendikbud nomor - Rp. 5 juta 48 38,7
17 tahun 2017 tentang penerimaan - Rp. 5 juta - 10 juta 76 61,3
siswa didik baru pada taman kanak- - ≥ Rp 15 juta 0 0
Total 124 100
kanak, SD, SMP, SMA/SMK diatur
mengenai sistem zonasi yang harus Sumber : Data Primer, 2017
diterapkan sekolah menerima calon
peserta didik yang berdomisili pada Tabel 4.3 menunjukkan
radius zona terdekat dari sekolah mayoritas pendidikan orang tua
sebesar 90% dari total jumlah terbanyak dari kelompok Perguruan
peserta didik yang diterima. Tinggi dengan pendidikan ayah
Tabel 4.2 menunjukkan sebanyak 98 responden (79%) dan
jumlah saudara kandung didominasi pendidikan ibu 92 responden
oleh kelompok yang tidak memiliki (74,2%). Tidak ada orang tua siswa/i
saudara (anak tunggal) sebanyak 76 yang berpendidikan rendah, hal ini
anak (61,3. Kelompok yang tidak dikarenakan Provinsi Daerah
memiliki saudara (anak tunggal) Istimewa Yogyakarta sebagai pusat
mendominasi dikarenakan usia Tabel 4.3 diketahui pendapatan
pernikahan orang tua siswa berkisar orang tua siswa didominasi oleh
6-7 tahun. kelompok Rp 5.000.000 – Rp
10.000.000 yaitu sebanyak 76
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden (61,3%). Pendapatan
karakteristik orang tua tergolong tinggi dikarenakan kedua
responden berdasarkan orang tua bekerja sehingga
pendidikan, pekerjaan, pendapatan berasal dari penghasilan
riwayat keluarga dan kedua orang tua. Pendapatan
pendapatan orang tua di berkaitan dengan status sosial
SD Budi Mulia Dua ekonomi, anak yang berasal dari
Yogyakarta latar belakang keluarga
Karakteristik Orang Tua F % berpendapatan tinggi memiliki daya
Pendidikan Ayah beli yang tinggi sehingga orang tua
- SD 0 0 cenderung akan memenuhi apa yang
- SMP 0 0
diinginkan anaknya.kota pendidikan
- SMA 26 21
- Perguruan Tinggi 98 79 di Indonesia dengan jumlah
Pendidikan Ibu Perguruan Tinggi sebanyak 137
- SD 0 0 Perguruan Tinggi yang berstatus
- SMP 0 0 masih aktif.
- SMA 32 25,8
Pekerjaan orang tua siswa
- Perguruan Tinggi 92 74,2
Pekerjaan Ayah didominasi kelompok bekerja
- Bekerja 124 100 dengan jumlah ayah yang bekerja
- Tidak Bekerja 0 0 sebanyak 124 responden (100%)
dan ibu yang bekerja sebanyak 95
responden (76,6%) (Tabel 4.3). Dalam international obesity journal
Ayah adalah kepala keluarga yang 2010 menjelaskan bahwa bila salah
mempunyai tanggung jawab untuk satu orangtua obesitas, kira-kira 40-
memberikan nafkah kepada anggota 50% anaknya akan menjadi obesitas,
keluarga. Seorang ibu yang bekerja sedangkan bila kedua orangtua
di luar rumah akan menghabiskan obesitas, 80% anaknya akan menjadi
sebagian waktunya di luar, hal ini obesitas.
akan menyebabkan timbulnya
perasaan bersalah kepada anaknya Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pola
khususnya dalam hal penyiapan makan anak di TK dan
makan. Sehingga, ibu bekerja akan SD kelas III Budi Mulia
lebih sering membelikan makanan Dua Yogyakarta
untuk anaknya di luar rumah untuk Pola makan F %
mengurangi rasa bersalah tersebut. Pola makan beresiko 72 58,1
Riwayat keluarga yang gemuk Pola makan tidak beresiko 52 41,9
Total 124 100
didominasi oleh ayah yaitu 60
Sumber : Data Primer 2017
(48,4%) responden (Tabel 4.3).
Dalam keluarga baik ayah atau ibu
Pada penelitian ini diketahui
jika dari mereka ada yang
pola makan didominasi oleh
mengalami obesitas, kemungkinan
kelompok pola makan beresiko
besar anaknya akan mengalami
sebanyak 72 anak (58,1%) dan
obesitas juga. Sel penyebab
kelompok pola makan tidak
kegemukan sudah ada pada diri
beresiko sebanyak 52 anak (41,9%)
manusia sejak awal kelahiran bayi.
(Tabel 4.4). Pola makan yang
Sejumlah sel penyebab kegemukan
beresiko diantaranya tidak sarapan
akan bertambah seiring
pagi sehingga pada saat makan siang
bertambahnya usia yang terus
anak cenderung makan dengan porsi
mengadakan reaksi sampai pada
lebih banyak, kebiasaan makan fast
usia lanjut (Sitorus, 2008). Selain
food, kebiasaan makan
itu, ada beberapa sindrom genetik
snack/camilan, kurangnya konsumsi
seperti Prader - Willi , Turne, dan
buah dan sayur, kebiasaan minum
obesitas umumnya berasal dari
softdrink.
keluarga dengan orang tua obesitas.
B. Analisis Bivariat
Tabel 4.5 Tabulasi silang karateristik kejadian obesitas dengan karateristik anak
berdasarkan umur, jenis kelamin, asal domisili dan jumlah saudara di
TK dan SD kelas III Budi Mulia Dua Yogyakarta
Obesitas
P
Karakteristik Responden
Normal Overweight Obesitas Total % value
F % F % F %
Usia
- 3-5 tahun 14 11,3 32 25,8 8 6,5 54 43,5
- 6-8 tahun 14 11,3 46 37,1 10 8,1 70 56,5 0,711
Jenis kelamin
- Perempuan 17 13,7 45 36,3 10 8,1 72 41,9 0,936
- Laki-Laki 11 8,9 33 26,6 8 6,5 52 58,1
Asal Domisili
- Sleman 16 12,9 48 38,7 12 9,7 76 61,3
- KotaYogyakarta 9 7,3 17 13,7 2 1,6 28 22,6 0,799
- Kulon Progo 0 0 3 2,4 1 0,8 4 3,2
- Bantul 3 2,4 10 8,1 3 2,4 16 12,9
Jumlah saudara
- Tidak Punya 17 13,7 46 37,1 13 10,5 76 61,3
- 1 orang 8 6,5 20 16,1 2 1,6 30 24,2 0,892
- 2 orang 3 2,4 12 9,7 3 2,4 18 14,5
Total 28 22,6 78 62,9 18 14,5 124 100
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel 4.6 Tabulasi silang kejadian obesitas dengan karateristik orang tua responden
berupa pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga yang gemuk dan
pendapatan orang tua pada anak di TK dan SD Kelas III Budi Mulia
Dua Yogyakarta
Obesitas
Tabel 4.8 Tabulasi silang pola makan dengan karateristik anak berupa umur jenis
kelamin, asal, dan jumlah saudara di TK dan SD Kelas III Budi Mulia 2
Yogyakarta
Pola Makan
Karakteristik P value
Beresiko Tidak Beresiko Total
Responden
F % F % F %
Usia
- 3-5 tahun 29 23,4 25 20,2 54 43,5 0,077
- 6-8 tahun 43 34,7 27 21,8 70 56,5
Jenis kelamin
- Perempuan 40 32,3 32 25,8 72 58,1 0,505
- Laki-Laki 32 25,8 20 16,1 52 41,9
Asal Domisili
- Sleman 44 35,5 32 25,8 76 61,3
- Kota Yogyakarta 15 12,1 13 10,5 28 22,6 0,696
- Kulon Progo 3 2,4 1 0,8 4 3,2
- Bantul 10 8,1 6 4,8 16 12,9
Jumlah saudara
- Tidak punya 47 37,9 29 23,4 76 61,3
- 1 orang 15 12,1 15 12,1 30 24,2 0,524
- 2 orang 10 8,1 8 6,5 18 14,5
Total 72 58,1 52 41,9 124 100
Sumber : Data Primer, 2017