Вы находитесь на странице: 1из 7

Pajak Berganda Internasional

Pajak berganda internasional terjadi karena adanya pengenaan pajak atas suatu objek
pajak oleh dua negara atau lebih. Dengan adanya pengenaan pajak berganda mengakibatkan
orang yang dikenakan pajak (subjek pajak) memikirkan beban pajak yang lebih besar jika
dibandingkan apabila hanya dikenakan pajak oleh satu negara.

Pengenaan pajak berganda yang dilakukan oleh dua negara umumnya terjadi karena
masing-masing negara mengatur pengenaan pajak berdasarkan asas sumber dan asas domisili.
Asas sumber merupakan asas yang mengenakan pajak kepada seseorang atau badan
berdasarkan pada sumber penghasilan yang diperoleh. Sementara itu, asas domisili merupakan
asas yang mengenakan pajak kepada seseorang atau badan berdasarkan domisilinya.

Dengan adanya pengenaan pajak karena adanya asas sumber dan asas domisili, maka
besar kemungkinan akan terjadi pengenaan pajak berganda atas suatu objek pajak. Misalkan,
Tuan Amirudin berdomisili di Singapura dan memiliki saham di PT Claras yang berkedudukan
di Indonesia. Pada tahun 2009, PT Claras membagikan deviden kepada Tuan Amirudin sebesar
Rp. 300 juta. Deviden yang dibayarkan PT Claras kepada Tuan Amirudin akan dipotong pajak
sebesar Rp60 juta (tarif 20% sesuai Pasal 26 UU PPh). Karena negara Singapura juga menganut
asas domisili, Singapura mengenakan pajak kepada Tuan Amirudin atas penghasilan yang
diperolehnya dari PT Claras. Dalam kasus ini, Tuan Amirudin dikenakan pajak dua kali lipat
atas objek pajak deviden yang diperolehnya.

Pajak berganda juga bisa timbul bila seseorang memenuhi definisi subjek pajak dalam
negeri oleh dua negara karena telah berdomisili dalam kurun waktu yang ditentukan dalam
undang-undang oleh kedua negara tersebut. Misalkan, Tuan Edward warga negara Amerika
bekerja di Indonesia lebih dari 183 hari. Sesuai UU PPh Indonesia, Tuan Edward akan menjadi
subjek pajak dalam negari dan akan dijekanakan pajak di Indonesia.

Selanjutnya menurut undang-undang pajak Amerika, Tuan Edward tetap dianggap


sebagai penduduk Amerika walaupun tidak tinggal di Amerika. Amerika akan mengenakan
pajak atas seluruh penghasilan yang diterima Tuan Edward. Dengan adanya dua ketentuan yang
berbeda dari kedua negara, maka Tuan Edward akan dikenakan pajak dua kali lipat karena
dianggap menjadi subjek pajak yang berdomisili di dua negara.
Penghindaran Pajak Berganda Internasional

Penghindaran pajak berganda internasional dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan
cara unilateral (sepihak) dan kedua, dengan cara bilateral. Penghindaran pajak berganda
internasional dengan cara sepihak dilakukan dengan memasukkan ketentuan-ketentuan untuk
menghindarkan pajak berganda dalam undang-undang suatu negara dengan suatu prosedur
yang jelas.

Penggunaan penghindaran pajak berganda internasional secara sepihak merupakan


wujud kedaulatan suatu negara untuk mengatur sendiri masalah pemungutan pajak dalam suatu
undang-undang. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi Wajib Pajak dalam negerinya sendiri
yang melakukan usaha atau mempunyai penghasilan di negara lain, mengikuti kebiasaan
internasional menarik modal asing, dan lain sebagainya.

Sementara itu, penghindaran pajak berganda internasional dengan cara bilateral


dilakukan melalui suatu perundingan dua negara yang berkepentingan untuk menghindari
terjadinya pajak berganda. Pada prinsipnya, penghindaran pajak berganda dengan cara bilateral
dimaksudkan untuk memberikan kejelasan dalam membagi hak pengenaan pajak (pemajakan)
suatu negara dengan negara lain terhadap suatu objek pajak sehingga Wajib Pajak tidak
terbebani dengan membayar pajak dua kali.

Cara yang lazim dilakukan adalah dengan melakukan perjanjian perpajakan (tax treaty).
Cara ini dilakukan melalui suatu perundingan dua negara yang berkepentingan untuk
menghindarkan terjadinya pajak berganda. Indonesia, misalnya telah melakukan perjanjian
perpajakan dengan 58 negara yang sering disebut dengan nama Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty.

Jumlah treaty yang dibuat oleh Indonesia dengan negara lain tentu akan terus bertambah
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan transaksi ekonomi antarnegara terkait dengan
persoalan perpajakan yang terjadi di setiap negara. Bahkan, terhadap treaty yang sudah
berjalan, dapat dilakukan perubahan sesuai dengan kepentingan kedua belah pihak.

Dasar hukum dilakukannya perjanjian perpajakan mengacu pada ketentuan Pasal 32A
UU PPh yang menagaskan bahwa pemerintah berwenang melakukan perjanjian dengan
pemerintah negara lain dalam rangka penghindaran pajak berganda dan pencegahan
pengelakan pajak. Perjanjian perpajakan ini diperlukan guna meningkatkan hubungan ekonomi
dan perdagangan dengan negara lain.
Perjanjian perpajakan merupakan perangkat hukum yang berlaku khusus (lex spesialis)
yang mengatur hak-hak pemajakan dari masing-masing negara guna memberikan kepastian
hukum dan menghindarkan pengenaan pajak berganda serta mencegah pengelaan pajak.
Dengan adanya perjanjian perpajakan diharapkan akan memperlancar transaksi ekonomi
antarnegara serta mendorong incestasi atau penanaman modal antarnegara. Perjanjian
perpajakan ini pada akhirnya bertujuan memberikan rasa keadilan, kepastian hukum, dan
kesejahteraan antarnegara.

Perjanjian perpajakan dalam penyusunan mengacu pada UU No. 24 Tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional. Perjanjian perpajakan merupakan perjanjian internasional yang dibuat
serta tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik. Dalam pembuatan
perjanjian perpajakan ini, pemerintah berpedoman pada kepentingan nasional dan berdasarkan
prinsip-prinsip persamaan kedudukan, saling menguntungkan, dan memperlihatkan, baik
hukum nasional maupun hukum internasional yang berlaku.

Perjanjian perpajakan dalam pengesahannya tidak dilakukan dengan undang-undang


oleh karena perjanjian perpajakan tidak berkenaan dengan hal-hal yang diatur dalam Pasal 10
UU No. 24 Tahun 2000 yaitu tidak berkenaan dengan masalah politik, perdamaian, pertahanan,
dan keamanan negara perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara Republik
Indonesia kedaulatan atau hak berdaulat negara, hak asasi manusia dan lingkungan hidup
pembentukan kaidah hukum baru dan pinjaman dan/atau hibah luar negeri.

Pengesahan perjanjian perpajakan sesuai Pasal 11 UU No. 24 Tahun 2000 dilakukan


dengan Keputusan Presiden (Keppres) yaitu dengan menyampaikan salinan Keputusan
Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Setelah perjanjian perpajakan disahkan atau
diratifikasi, maka perjanjian perpajakan menjadi satu elemen hukum pajak yang harus
dilaksanakan oleh Indonesia.

Prof. Gunadi dalam bukunya Pajak Internasional (edisi revisi, 2007) menyebutkan ada
tiga model perumusan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty yaitu
model OECD (model yang disusun oleh negara anggota OECD-Organizanitation for Economic
Cooperation and Development), model UN (United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa)
dan model US (United Stated of Amerika). Ketiga model ini digunakan sesuai dengan
kebutuhan atau kesepakatan dari negara-negara yang akan melakukan perjanjian dengan
berbagai variasinya. OECD model umumnya digunakan oleh negara-negara anggota yang
tergabung dalam OECD. Sementara itu, model UN digunakan oleh negara berkembang dengan
negara maju, namun dapat juga menggunakan OECD model. Untuk US model digunakan oleh
negara Amerika Serikat dengan negara mitra rundingnya.

Lebih lanjut, Prof. John Hutagaol dalam bukunya Perjanjian Penghindaran Pajak Belanda
(2000) menjelaskan bahwa model OECD memberikan hak pemajakan yang lebih luas kepada
negara domisili sedangkan model UN memberikan hak pemajakan lebih luas kepada negara
sumber ats penghasilan yang timbul dari wilayahnya. Model UN umumnya digunakan oleh
negara-negara tersebut adalah negara-negara pengimpor model ataupun jasa. Sebaliknya,
model OECD digunakan oleh negara-negara maju sebagai negara pengekspor modal maupun
jasa. Indonesia di dalam melakukan perundingan menggunakan model UN yang dimodifikasi
dengan ketentuan UU PPh.

Guna memudahkan melihat struktur model perjanjian yang sudah dilakukan antara
Pemerintah Indonesia dengan negara mitra rundingannya, dibawah ini dapat dilihat struktur
model perjanjian antara Indonesia dengan beberapa negara mitra rundingnya, misalnya dengan
Pemerintah India dan Pemerintah Kanada.

Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda antara Pemerintah Indonesia dengan


Pemerintah India dilakukan dengan Keputusan Presiden RI No. 47 Tahun 1987 tentang
Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintah RI dengan Pemerintah Republik India Mengenai
Penghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak yang Berhubungan dengan
Pajak-Pajak atas Penghasilan Beserta Protokolnya. Secara garis besar isi persetujuan berisi
pasal-pasal sebagai berikut.

Artikel 1 : Persetujuan Scope (Orang dan Badan yang Tercakup dalam Persetujuan )

Artikel 2 : Taxes Covered (Pajak-pajak yang Dicakup dalam Persetujuan)

Artikel 3 : General Definitions (Pengertian-pengertian umum)

Artikel 4 : Resident (Penduduk)

Artikel 5 : Permanent Establishment (Bentuk Usaha Tetap)

Artikel 6 : Income From Immoveable Property (Penghasilan dari Harta Tak Bergerak)

Artikel 7 :Business Profits (Laba Usaha)

Artikel 8 : Shipping and Air Transport (Perkapalan dan Pengangkutan Udara)


Artikel 9 : Associated Enterprises (Perusahaan-perusahaan yang Mempunyai Hubungan
Istimewa)

Artikel 10 : Devidends (Deviden)

Artikel 11 : Interest (Bunga)

Artikel 12 : Royalties (Royalti)

Artikel 13 : Capital Gains (Keuntungan dari Pemindahtanganan Harta)

Artikel 14 : Independent Personal Services (Pekerjaan Bebas)

Artikel 15 : Dependent Personal Services (Pekerjaan dalam Hubungan Kerja)

Artikel 16 : Director’s Fees (Penghasilan Para Direktur)

Artikel 17 : Entertainers and Athletes (Para Seniman dan Olahragawan)

Artikel 18 : Remuneration and Pensions In Respect of Government Service (Balas Jasa


dan Pensiun Sehubungan dengan Jabatan dalam Pemerintahan)

Artikel 19 : Non-Government Pensions and Annuities (Pensiun dan Tunjangan Hari Tua
Badan-Badan Non-Pemerintah)

Artikel 20 : Student and Apprentices (Siswa dan Peserta Latihan)

Artikel 21 : Professors, Teachers, and Research Scholars (Dosen, Guru, dan Peneliti)

Artikel 22 : Other Income (Penghasilan Lain-lain)

Artikel 23 : Elimination of Double Taxation (Penghindaran Pajak Berganda)

Artikel 24 : Non-Discrimination (Non-Diskriminasi)

Artikel 25 : Mutual Agreement Procedure (Tata Cara Persetujuan Bersama)

Artikel 26 : Exchange of Informtion (Pertukaran Informasi)

Artikel 27 : Diplomatic and Consular Activities (Kegiatan-kegiatan Diplomatik dan


Konsuler)

Artikel 28 : Entry into Force (Berlakunya Persetujuan)

Artikel 29 : Termination (Berakhirnya Persetujuan)


Sementara itu, persetujuan penghindaran pajak berganda antara Pemerintah Indonesia
dengan Pemerintah Kanada, dilakukan dengan Keputusan Presiden RI No.57 Tahun 1979.
Secara garis besar pasal-pasalnya berisi hal-hal sebagai berikut.

Artikel 1 : Personal Scope (Orang-Orang dan Badan-Badan yang Tercakup oleh


Persetujuan Ini)

Artikel 2 : Taxes Covered (Pajak-pajak yang Tercakup oleh Persetujuan Ini)

Artikel 3 : General Definitions (Pengertian Umum)

Artikel 4 : Fiscal Domicile (Domisili Fiskal)

Artikal 5 : Permanent Establishment (Bentuk Usaha Tetap)

Artikel 6 : Income From Immoveable Property (Penghasilan dari Harta Tak Bergerak)

Artikel 7 : Business Profits (Laba Usaha)

Artikel 8 : Shipping and Air Transport (Perkapalan dan Pengangkutan Udara)

Artikel 9 : Associated Enterprises (Perusahaan-perusahaan yang Berhubungan Erat Satu


Sama Lain)

Artikel 10 : Devidends (Deviden)

Artikel 11 : Interest (Bunga)

Artikel 12 : Royalties (Royalti)

Artikel 13 : Gains From The Alienation (Keuntungan dari Pemindahtanganan Harta)

Artikel 14 : Professional Services (Pekerjaan Bebas)

Artikel 15 : Dependent Personal Services (Tenaga Pribadi dalam Hubungan


Perburuhan)

Artikel 16 : Director’s Fees (Pendapatan Selaku Pengurus atau Komisaris)

Artikel 17 : Artistes and Athletes (Para Seniman dan Olahragawan)

Artikel 18 : Pensions and Annuities (Pensiun dan Pembayaran Berkala)


Artikel 19 : Government Service (Jabatan Pemerintahan)

Artikel 20 : Student (Para Siswa)

Artikel 21 : Income not Expressly Mentioned (Pendapatan yang Tidak Secara Tegas
Diatur)

Artikel 22 : Capital (Harta Kekayaan)

Artikel 23 : Elimination of Double Taxation (Penghindaran Pajak Berganda)

Artikel 24 : Non-Discrimination (Non-Diskriminasi)

Artikel 25 : Mutual Agreement Procedure (Prosedur Persetujuan Bersama)

Artikel 26 : Exchange of Informtion (Tukar-Menukar Bahan Keterangan)

Artikel 27 : Diplomatic and Consular Activities (Pejabat-pejabat Diplomatik dan


Konsuler)

Artikel 28 : Miscellaneous Rules (Ketentuan-ketentuan Lain)

Artikel 29 : Entry into Force (Saat Berlakunya Persetujuan)

Artikel 30 : Termination (Berakhirnya Persetujuan)

Dua model perjanjian perpajakan tersebut secara umum mengatur pasal-pasal yang
judulnya hampir sama, namun dalam hal isinya disesuaikan dengan kesepakatan para pihak
sebagaimana halnya sebuah perjanjian. Perbedaan kedua model perjanjian tersebut, terlihat dari
jumlah pasal yang dibuat. Perjanjian perpajakan Indonesia dengan India terdiri atas 29 pasal
sedangkan Indonesia dengan Kanada terdiri dari 30 pasal. Perbedaannya terdapat dalam Pasal
28 perjanjian antara Indonesia dengan Kanada yang mencantumkan pasal tentang
Miscellaneous Rules (ketentuan-ketentuan Lain). Sementara itu, perjanjian antara Indonesia
dengan India tidak mencantumkan hal tersebut.

Вам также может понравиться

  • TINJAUAN TINGKAT KEYAKINAN DAN JASA AKUNTANSI
    TINJAUAN TINGKAT KEYAKINAN DAN JASA AKUNTANSI
    Документ6 страниц
    TINJAUAN TINGKAT KEYAKINAN DAN JASA AKUNTANSI
    coknanaa2
    Оценок пока нет
  • CG Bagian Witri
    CG Bagian Witri
    Документ3 страницы
    CG Bagian Witri
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Kumbis, Jawaban Uts
    Kumbis, Jawaban Uts
    Документ4 страницы
    Kumbis, Jawaban Uts
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • 100 Transaksi
    100 Transaksi
    Документ4 страницы
    100 Transaksi
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Orak Orek
    Orak Orek
    Документ10 страниц
    Orak Orek
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Materi Untuk Sap 3
    Materi Untuk Sap 3
    Документ14 страниц
    Materi Untuk Sap 3
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Ringkasan Jurnal Hal 8-10
    Ringkasan Jurnal Hal 8-10
    Документ2 страницы
    Ringkasan Jurnal Hal 8-10
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Corporate Governance
    Corporate Governance
    Документ26 страниц
    Corporate Governance
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Resume Earning Management Financial Acco
    Resume Earning Management Financial Acco
    Документ17 страниц
    Resume Earning Management Financial Acco
    Anonymous Bf6GUCZzx
    Оценок пока нет
  • Sfac No 2
    Sfac No 2
    Документ12 страниц
    Sfac No 2
    putuemmy
    100% (6)
  • Penjelasan Asas UMKM
    Penjelasan Asas UMKM
    Документ2 страницы
    Penjelasan Asas UMKM
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Uts CG
    Uts CG
    Документ9 страниц
    Uts CG
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • RMK Ak Hotel Sap 14
    RMK Ak Hotel Sap 14
    Документ8 страниц
    RMK Ak Hotel Sap 14
    Utami Kartika
    Оценок пока нет
  • PENGERTIAN KLASTER
    PENGERTIAN KLASTER
    Документ4 страницы
    PENGERTIAN KLASTER
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • RMK Sap 2 Ak - Hotel Fixa
    RMK Sap 2 Ak - Hotel Fixa
    Документ18 страниц
    RMK Sap 2 Ak - Hotel Fixa
    ayuputritya
    Оценок пока нет
  • Ak Bank LPD Sap 7
    Ak Bank LPD Sap 7
    Документ8 страниц
    Ak Bank LPD Sap 7
    Ayu Pramesti
    Оценок пока нет
  • Sfac No 2
    Sfac No 2
    Документ12 страниц
    Sfac No 2
    putuemmy
    100% (6)
  • Kumbis, Jawaban Uts
    Kumbis, Jawaban Uts
    Документ4 страницы
    Kumbis, Jawaban Uts
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Bisnis Pariwisata Sebagai Penunjang Ekonomi
    Bisnis Pariwisata Sebagai Penunjang Ekonomi
    Документ16 страниц
    Bisnis Pariwisata Sebagai Penunjang Ekonomi
    Ayu Pramesti
    Оценок пока нет
  • CHAPTER 1, No. 3
    CHAPTER 1, No. 3
    Документ1 страница
    CHAPTER 1, No. 3
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Penjelasan Asas UMKM
    Penjelasan Asas UMKM
    Документ2 страницы
    Penjelasan Asas UMKM
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Uts CG
    Uts CG
    Документ9 страниц
    Uts CG
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Pengauditan 2
    Pengauditan 2
    Документ13 страниц
    Pengauditan 2
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Bisnis Pariwisata Sebagai Penunjang Ekonomi
    Bisnis Pariwisata Sebagai Penunjang Ekonomi
    Документ16 страниц
    Bisnis Pariwisata Sebagai Penunjang Ekonomi
    Ayu Pramesti
    Оценок пока нет
  • Pengantar Hukum Bisnis BUMD Dan BUMN
    Pengantar Hukum Bisnis BUMD Dan BUMN
    Документ15 страниц
    Pengantar Hukum Bisnis BUMD Dan BUMN
    Hendra Maulanasyah
    Оценок пока нет
  • GCG Pedoman 2006
    GCG Pedoman 2006
    Документ39 страниц
    GCG Pedoman 2006
    Dwitya Aribawa
    100% (2)
  • Struktur Kepemilikan
    Struktur Kepemilikan
    Документ4 страницы
    Struktur Kepemilikan
    DianYunita
    Оценок пока нет
  • Pengauditan 2
    Pengauditan 2
    Документ13 страниц
    Pengauditan 2
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • 2012-2-00603-AK Bab2001
    2012-2-00603-AK Bab2001
    Документ20 страниц
    2012-2-00603-AK Bab2001
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • RMK Sap 2 Ak - Hotel Fixa
    RMK Sap 2 Ak - Hotel Fixa
    Документ18 страниц
    RMK Sap 2 Ak - Hotel Fixa
    ayuputritya
    Оценок пока нет