Вы находитесь на странице: 1из 5

Campak dapat diberikan pasca pemaparan terhadap penyakit.

Reaksi tidak bertambah , dan campak


dapat tercegah.

Penggunaan vaksin virus tidak aktif (mati) tidak dianjurkan

Imunisasi pasif. Imunisasi dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvaselen,
globulin plasenta, atau gamma dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan
menggunakan imunogobulin serum (gamma globulin) dengan dosis 0,25 Ml/kg diberikan secara
intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin. Proteksi
sempurna terindikasi untuk bayi, untuk anak dengan sakit kronik dan untuk kontak di bangsal rumah
sakit dan lembaga-lembaga anak. Kelemahan mungkin disempurnakan dengan gamma globulin
dengan dosis 0,05 Ml/kg. Gamma globulin dalah sekitar 25 kali lebih kuat dalam titer antibodi dari
pada kumpulan serum dewasa, dan ia mencegah resiko hepatitis. Kelemahan berfariasi, dan pola
klinis yang di modifikasi dapat berfariasi dari mereka yang dengan sedikit atau tidak adagejala sampai
mereka yang dengan sedikit atau tidak ada modifikasi. ensefalitis dapat menyertai campak yang di
modifikasi dengan gamma globulin.

Sesudah hari ke 7-8 imkubasi, jumlah antibodi yang diberikan harus ditambah pada setiap proteksi.
Jika njeksi ditunda sampai hari ke 9, 10 atau 11 sedikit demam telah mulai dan hanya dapat
diharapkan sedikit modifikasi dari penyakit.

Pegobatan.

Sedatif antipiretik untuk demam tinggi, tirah baring dan masukan cairan yang cukup dapat
terindikasi. Pelembaban ruangan mungkin perlu pada laringitis atau batuk yang mengiritasi secara
berlebihan, dan paling baik mempertahankan ruangan hangat dari pada dingin penderita harus
dilindungi dari terpajan pada cahaya yang kuat selama masa fotofobia. Komlikasi otitis media dan
peneumonia memerlukan terapi anti mikroba yang tepat.

Pada komplikasi seperti ensefalitis, panensefalitis sklerotikans subakut, peneumonia sel raksasa dan
koagulasi intrafaskuler tersebar setiap kasus harus dinilai secara individual. Perawatan pendukung
yang baik sangat penting.gamma globulin, gamma globulin hiperimun dan steroit bernilai terbatas.
Senyawa anti virus yang tersedia sekarang tidak efektif. Pengobatan dengan vitamin A oral (400.000
IU) mengurangi morbiditas dan mortalitas anak dengan campak berat di negara berkembang.

Rubella adalah penyakit anak menular yanglazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama
ringan. Ruam serupa dengan campak (rubeola) ringan atau demam skarlet, dan pembesaran serta
nyeri limfonodi pascaoksipital, retroaurikuler, dan servikalis poterior. Pada anak yang lebih tua atau
dewasa terutama wanita dewasa. Infeksi kadang- kadang dapat berat dengan manisfestasi
keterlibatan sendi dan purpura

Rubella pada awal kehamilan dapat menyebabkan anomali kongenital berat. Sindrom rubella
kongenital adalah penyakit menular aktif dengan keterlibatan multisistem, spektrum ekspresi klinis
luas, dan periode infeksi aktif pascalahir dengan pelepasan virus yang lama

Etiologi.

Rubella disebabkan oleh virus yang mengandung-RNA pleomoorfik, yang sekarang didaftar pada
famili Tograiridae, genus Rubivirus. Virus biasanya diisolasi pada biakan jaringan dan dan
keberadaannya diperagakan oleh kemampuan el ginjal kera hijauAfrika ( Afrikcan green monkey
kidney AGMK) TERINFEKSI Rubella menahan tantangan dengan entero virus. Selama penyakit klinis
virus berada dalam sekresi nasofaring , darah, tinja, dan urin. Virus telah ditemuka dari nasofaring 7
hari sebelun eksantem dan 7-8 hari sesudah menghilangnya. Penderita dengan penyakit subklinis
juga infeksius.

EPIDEMOLOGI.

Manusia adalan salah satunya hospes alamiah rubella, yang disebarkan oleh droplet oral atau secara
transplasenta melalui kongenital. Sebelum pembentukan program vaksin runbella pada tahun 1969,
puncaki insiden peyakit adalah pada anak umur 5-14 tahun. Sekarang kebanyakan kasus terjadi mada
remaja dan dewasa muda yang rentan. Wabah besar telah dilaporkan pada mahasiswa perguruan
tinggi dan pada ppulasi yang tidak divaksinasi, seperti masyarakat Amish. Epidemi rumah sakit
diantara pegawai dengan penularan pada penderita yang rentan telah membantu rumah sakit
mensyaratkan bahwa pegawai yang mempunyai kontak dengan penderita harus imun terhadap
rubela. Personil perawatan kesehatan ditempat praktek dokter harus juga di periksa ntibodi rubela
dan jika perlu di imunisasi. Antibodi ibu adalah protektif selama usia 6 bulan pertama. Anak laki-laki
dan wanita sama-sama terkena. Pada populasi yang rapat seperti institusi dan asrama tentara hampir
100% dari individu yng rentan dapat terinfeksi. Pada kelompok keluarga penyebaran virus kurang: 50-
60% anggota keluarga yang rentan mendapat penyakit. Banyak infeksi yang subklinis, dengan rasio
2:1 antara penyakit yang tidak tampak dengan penyakit yang tampak. Rubela biasanya terjadi selama
musim semi. Penyakit ini dapat sukar di diagnosis secara klinis karena ruam enterovirus dan ruam
yang lain dapat menghasilkan penampakan yang serupa. Satu serangan biasanya memberikan
imunitas permanen. Epidemi terjadi 6-9 tahun sebelum faksin tersedia. Pemeriksaan serologis
sebelum penggunaan faksin rubela menunjukan bahwa sekitar 80% populasi dewasa di Amerika
Serikat dan benua lain mempunyai antibodi terhadap rubela. Di populasi pulau seperti populasi
Trimidad dan Hawai, hanya 20% orang dewasa dapat di deteksi antibodi.

Bayi dengan rubela merupakan sumber infeksi untuk anak yang lebih tua yang tidak imun dan orang
dewasa non imun termasuk wanita hamil dan personil ruang perawatan.

Manifestasi klinis

Masa inkubasi adalah 14-21 hari. Fase prodomal gejala kataral ringan adalah lebih pendek dari pada
fase prodomal campak dan mungkin sangat ringan sehingga tidak di perhatikan. Tanda yang paling
khas adalah adenopati retroaurikuler, servikal posterior, dan dibelakang oksipital. Tidak ada penyakit
lain yang menyebabkan pembesaran nyeri limfonodi ini yang sampai sebesar limfonodi rubela.
Enantem mungki muncul tepat sebelum munculnyaruam kulit. Ruam ini terdiri dari bintik-bintik
merah tersendiri pada Palatum molle dapat menyatu menjadi warna kemerahan dan meluas pada
rongga belakang mulut limfadenotati jlas pada sekitar 24jam sebelum ruam muncul dan dapat tetap
selama satu minggu atau lebih. Eksanemnya lebih berfariasi dari pada eksantem rubeola. Eksantem
mulai pada muka dan menyebab dengan cepat. Evolusinya begitu cepat sehingga ruam dapat
menghilang pada muka pada saat ruam lanjutanya muncul pada badan. Makulopakula tersendiri ada
pada sejumlah besar kasus ada juga daerah kemerahan luas yang menyebar dengan cepat keseluruh
badan, biasanya dalam 24jam. Ruam dapat menyatu, terutama pada muka. Selama hari ke dua ruam
dapat mempunyai gambaran sebesar ujung jarum, terutama diseluruh tubuh, menyerupai ruam
demam sekarlet. Dapat terjadi gatal ringan. Erupsi biasanya jelas pada hari ke tiga deskuaminasi
minimal. Rubela tanpa ruam telah di uraikan.

Mukosa faring dan konjungtifa sedikit meradang berbeda dengan rubeola tidak ada fotofobia.
Demam ringan atau tidak ada selama ruam dan menetap selama 1,2 atau kadang 3 hari. Suhu jarang
melebihi 3,4°C (101°F). Anoreksia, nyeri kepala, dan malaise tidak biasa. Limpa sering sedikit
membesar. Angka sel darah putih normal atau sedikit menurun trombositopeni jarang, dengan atau
tanpa purpura. Terutama pada wanita yang lebih tua dan dewasa, poliartritis dapat terjadi dengan
artralgia, pembengkakan, nyeri dan efusi tetapi sendi-sendi kecil tangan paling sering terkena.
Lamanya biasanya beberapa hari jarang artritis ini menetap selama berbulan-bulan. Parastesia juga
telah dilaporkan pada satu edemi orkidalgia dilaporkan pada sekitar 8% laki-laki usia perguruan tinggi
yang terinfeksi.

Diagnosis banding.

Karena gejala serupa dan ruam dapat terjadi pada banyak infeksi virus yang lain, rubela merupakan
penyakit yang sukar untuk di diagnosis secara klinis kecuali bila pederita di temukan selama epidemi.
Riwayat telah mendapat rubela atau vaksin rubela tidak dapat dipercaya; imunitas harus ditentukan
dengan uji untuk antibodi. Terutama kadar bentuk lebih berat. Rubela dapat terancukan dengan tipe
demam sekarlet dan rubeola ringan. Ruseola infantum (eksantema subitum) dibedakan dari rubela
oleh keparahan demamnya dan oleh munculnya ruam pada akhir episode demam bukannya pada
saat gejala-gejala dan tanda-tandanya sedang naik. Ruam karena obat mungkin sangat sukar
dibedakan dari rubela. Pembesaran khas limfenodi sangat mendukung diagnosis rubela. pada
mononukleosis infeksiosa ruam dapat terjadi menyerupai ruam rubela dan pembesaran limfenodi
pada setiap penyakit dapat menimbulkan penyakit. Tanda-tanda hematologi mononukleosis
infeksisiosa akan cukup membedakan dua penyakit tersebut. Infeksi entrovirus yang disertai dengan
rum dapat dibedakan dengan beberapa keadaan pada manesfistasi pernafasan atau saluran cerna
dan tidak adanya adenopati retroaurikuler.

Uji diagnostik meliputi isolasi virus dari berbagai jaringan dan uji serologis. Antibodi hemaglutinasi-
inhibisi (HI) merupakan metode penentuan imunitas biasa terhadap rubela. Beberapa uji yang lebih
baru termasuk aglutinasilateks, imunoassay enzim dan imunoassay fluoresen sensitifitasnya tampak
sama atau lebih baik dari pada uji HI. Imunoglobulin (IG) M spesifik-rubela dapat ada dalam darah
bayi baru lahir yang terkena.

Komplikasi dan proknosis.

Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang-kadang terjadi resistensi
terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensafilitis serupa dengan ensafilitis yang ditemukan
pada rubeola yang terjadi sekitar 1/6000 kasus. Prognosis rubela anak adalah baik. Sedang prognosis
rubela kongenetal berfariasi menurut infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak
terbebas dari defisit neuromotor termasuk sindrom autistik.

Pencegahan.

Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau kelemahan penyakit dapat diberikn secara berfariasi
dengan injeksi intramuskuler globulin imunserum (GIS) yang diberikan dengan dosis besar (0,25-0,5
ml/kg atau 0,12-0,20 ml/lb) dalam tujuh sampai 8 hari paska pemajanan. Efektifitas globulin imun
tidak dapat di ramalkan. Tampaknya tergantung pada kadar antibodi produk yang digunakan pada
faktor yang belum diketahui. Manfaat gis telah dipertanyakan karena pada beberapa keadaan ruam
dicegah dan manisfestasi klinis tidak ada atau minimal walaupun virus hidup dapat diperagakan
dalam darah. Bentuk pencegahan ini tidak terindikasi, kecuali pada wanita hamil nonimun. Sejak
tahun 1979 faksin virus hidup RA 27/3 (fibroblasparuembrional manusia deretan WI-38) telah
digunakan hanya pada imunisasi aktif terhadap rubela di Amerika Serikat. Faksin RA 27/3 mempunyai
banyak manfaat melebihi faksin rubela lain yang dahulu digunakan karena ia menghasilkan antibodi
nasofaring dan berbagai antibodi serum, memberikan proteksi yang lebih baik terhadap preinfeksi
dan sangat lebih menyerupai proteksi yang diberikan oleh infeksi alamiah. Faksin sensitif panas dan
cahaya karena faksin harus disimpan dalam lemari es pada suhu 4° dan igunakan sesegera faksin ini
dilarutkan kembali. Faksin diberikan sebagai satu injeksi subkutan.

Antibodi berkembang pada sekitar 98% dari mereka yang di faksinasi. Walaupum virus mungkin
menetap, terutama pada nasofaring dan pelepasan terjadi dari 18-25 hari sesudah faksinasi,
penularan nampaknya tidak merupakan masalah.

Lama persistensi antibodi rubela pasca faksinasi dengan RA 27/3 tidak tentu tetapi mungkin seumur
hidup. Cara-cara pencegahan adalah paling penting untuk melindungi janin. Faksinasi ini terutama
penting sehingga wanita mempunyai imunitas terhadap rubela sebelum mencapai usia subur,
dengan penularan penyakit alamiah atau dengan imunisasi aktif. Status imun dapat dievaluasi
dengan uji serologis yang tepat.

Program faksinasi rubela di Amerika Serikat mengharuskan imunisasi untuk laki-laki dan wanita umur
12 dan 15 bulan serta pubertas dan wanita pasca pubertas tidak hamil. Imunisasi adalah efektif pada
umur 12 bulan tetapi mungkin tertunda sampai 15 bulan dan diberikan sebagai faksin. Campak-
parotitis-rubela (measles-mumps-rubela[MMR]) imunisasi rubela harus diberikan pada wanita pasca
pubertas yang kemungknan rentan pada setiap kunjungan kesehatan. Untuk wanita yang
mengatakan bahwa mereka mungkin hamil imunisasi harus ditunda. Uji kehamilan tidak segera rutin
diperlukan tetapi harus diberikan nasihat mengenai sebaiknya menghindari kehamilan selama 3
bulan sesudah imunisasi. Kebijakan imunisasi sekarang telah berhasil memecahkan siklus epidemi
rubela yang biasa di Amerika Serikat dan menurunkan insidensindrom rubela konginetal yang
dilaporkan pada hanya 20 kasus pada tahun 1994. Namun imunisasi ini tidak mengakibatkan
penurunan presentasi wanita usia subur yang rentan terhadap rubela.

Wanita hamil tiak boleh diberi faksin rubela hidup tetapi imunisasi yang tidak sengaja biasanya tidak
harus merupakan alasan untuk menghentikan kehamilan. Bayi lebih dari 200 wanita yang
terimunisasi selama kehamilan dengan RA 27/3 faksin telah diteliti:tidak ada kasus sindrom rubela
kongenital yang nyata secara klinis yang ditemukan terjadi. Kontraindikasi lain meliputi status
defisiensi imun, sakit demam berat, hipersensifitas terhadap komponen-komponen faksin dan tetapi
dengan antimetabolit. Kortikosteroit, dan bahan seperti steroit.

Manifestasi klinis yang mungkin menyertai imunisasi rubela dalah demam. Limfadenopati khas,
ruam, dan artritis serta artralgia. Dua terakhir ini terjadi pada sering anak wanita lebih tua dan
wanita dewasa dan dapat berakhir selama beberapa minggu. Dua sindrom yang tidak biasa telah
dilaporkan sehubungan dengan faksin rubela; satu dengan prestesia tangan dan lengan yang terjadi
pada malam hari berakhir selama 1jam dan dapat sering kumat selama malam hari; yang lain
dimanifestasikan dengan nyeri belakang lutt dan keterbatasan gerakan. Gejala-gejala lebih buruk
pada pagi hari menghilang selama siang hari. Sindrom ini dapat berakhir selama 5 minggu. Kedua
sindrom dapat kumat.

Menejemen wanita hamil yang terpajan pada atau sedang mendapat rubela.

Wanita hamil, terutama pada awal kehamilan tetapi juga selama masa seluruh kehamilan harus
menghindari berpajanan dengan rubela tana memandang penyakit selama masa anak atau riwayat
imunisasi aktif. Pemanjanan wanita hamil pada bayi dengan sindrom rubela kongenetal harus
berhati-hati trhadapnya karena plepasan virus yang lama. Resiko cidera pada janin berkurang pada
minggu ke 14 kehamilan.
Karena selitar 80% wanita usia subur imun terhadap rubela sebagai infeksi alamiah atau imunisasi
status imun terhadap rubela dari wanita yang mungkin menjadi hamil yang mungkin harus
ditentukan.

Jika wanita hamil yang status imunnya tidak diketahui terpajan pada rubela, antibodi harus dilakukan
sesegera sebagai cara gawat darurat. Jika ditentukan telah imun, wanita tersebut harus di yakinkan
kembali bahwa kehamilan dapat di lanjutkan tanpa resiko tambahan. Jika wanita tersebut ditemukan
rentan dan aborsi terapeutik tidak dapat diterima atau tidak tersedia imunisasi pasif dengan GIS, 20-
30 ml intramuskuler harus dicoba segera. Imunisasi aktif wanita hamil tidak dianjurkan.

Jika pemajanan terhadap rubea terjadi pada wanita hamil yang rentan dan padanya aborsi tersedia
dan di inginkan karena kemungkinan yang sangat bahaya pada janin adalah mungkin dapat
dianjurkan tidak memberi GIS, amatidia dengan teliti dan ulangi antibodi rubela jika rubela kemudian
berkembang pada stadium kehamilan yang mana dia merasa resiko lebih besar dari pada yang di
inginkan untuk mengharapkan atau jika uji antibodi serial menunjukan bahwa infeksi subklinis telah
terjadi, aborsi dapat dilakukan.

Reinfeksi

Insiden reinfeksi pada pemajanan individu yang secara serelogis imun pada virus liar adalah 3-10%
pada mereka yang menunjukan uimunitas serologis tanpa riwayat imunisasi dan 14-18% pada
mereka yang di imunisasi dengan faksin RA 27/3. Infeki telah di tunjukan pada janin yang telah
mendapat faksin rubela. Kaitan reinfeksi hail ang secara serplogis imun terhadap timbulnya mal
formal kongenital tetap harus ditentukan. Sampai pertanyaan harus dijawab, semua wanita hamil
harus melakukan setiap upaya menghindari pemajanan terhadap rubela.

Pengobatan

Jika tidak terjadi komplikasi, pengobatan adalah simtomatis. Adamantanamin hidrokhlorida


(amantadin) telah di laporkan efektif di invitro dalam menghambat stadium awal infeksi rubela pada
sel yang di biakan. Upaya untuk mengobati anak yang sedang menderita rubela konginetal dengan
obat ini tidak berhasil. Karena amantadin tidak dianjurkan pada wanita hamil, penggunaanya
terbatas. Interferon dan isoprenosin telah digunakan dengan hasil yang terbatas.

Вам также может понравиться