Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Keterangan Luksian
Lukisan Popo Iskandar “Kucing” (1975), mengungkapkan salah satu dari berbagai
karakter yang pernah dibuat dengan objek binatang. Dengan deformasi yang
mengandalkan efek-efek goresan yang spontan dan transparan, binatangitu seakan
baru bangkit dari tidur dan mengibaskan badanya. Dengan warna hitam belang-belang
putih, kucing ini tampak sebagai sosok binatang yang misterius.
Popo Iskandar dikenal sebagai pelukis yang sangat esensial dalam menangkap objek-
objeknya. Namun demikian, kecenderungan itu tidak sama dengan Rusli yang lebih
mengandalkan kekuatan garis dalam warna. Popo masih mengembangkan berbagai
unsur visual lain dan cara pengolahannya. Hal itu bisa dilihat misalnya pada
pengolahan nilai tekstur, efek-efek teknik transparan atau opaque dalam medium cat,
maupun pengolahan deformasi dan komposisi objek-objeknya. Di samping itu, pelukis
ini juga selalu melakukan penggalian psikologis untuk menampilkan esensi dan
ekspresi objek yang akan ditulis. Dengan demikian, karakter objek-objek itu bisa
diungkapkan secara khas. Dalam serial objek kucing ia menggali esensi berbagai gerak
kucing yang biasa dilihat karakternya sebagai binatang jinak, lucu, indah, bahkan juga
bisa memancarkan sifat-sifat misterius.
Lukisan : Dinamika Keruangan (Fadjar Sidik - 1969)
Ukuran : 94 x 64 cm.
Keterangan Lukisan
Dalam lukisan “Dinamika Keruangan” (1969) ini, Fadjar Sidik menampilkan ritme-ritme
bentuk dari
dua gugusan elemen visual dengan dominan warna hitamdan warna kuning oker. Di
sela-sela susunan bentuk terdapat bulatan-bulatan merah yang memberikan aksentuasi
seluruh ritme itu, sehingga timbul klimaks ritme yang meneteskan kelegaan. Jika dalam
lukisan itu terdapat bentuk bulatan dan sabit, hal itu sama sekali bukan representasi
relijius yang berkaitan dengan nilai simbolik bulan penuh atau bulan sabit. Demikian
juga gugusan bentuk-bentuk segi empat dan geliat sulur garis hitam, bukan abstraksi
bentuk ular dan serangganya yang mempunyai nilai magis simbolik. Pelukis ini lebih
menekankaan bagaimana dalam kanvasnya hadir ekspresi visual yang membuat
dinamika, ketegangan, ritme, keseimbangan, atau karakter- karakter lain.
Lukisan : Wajah Gadis (Fadjar Sidik - 1960)
Ukuran : 47 x 38.
Dari karya "Wajah Gadis" ( 1960 ), ini diperhatikan bahwa sebelum sampai pada karya-
karya abstrak " Dinamika Keruangan ", Fajar Sidik mengalami periode gaya realisme
dan impresionisme. Karya-karya tersebut dibuat pada masa di sanggar Pelukis Rakyat
dan masa menetapnya di Bali pada tahun 1970-an.
Lukisan : Nenek (Amang Rahman Jubair - 1976)
Ukuran : 70 x 90 cm.
Keterangan LUkisan
Lukisan Amang Rahman yang berjudul “Nenek” (1976) ini mengungkapkan ekspresi
kerentaan dan kesunyian seorang nenek. Penggambaran kulit muka yang keriput dan
penempatan figurfigur nenek lain yang semakin menjauh ke batas cakrawala semakin
memberi tekanan pada suasana yang sunyi. Apalagi citra hamparan tanah dan
keluasan langit bernada kosong itu sekaligus berwarna muram dan berat. Lukisan ini
merupakan salah satu karya Amang Rahman yang memang mempunyai
kecenderungan Surrealis, dengan ciri penggambaran objek yang ganjil dan
penempatan pada ruang-ruang kosong sekaligus dengan multiperspektif.
Karya-karya seni lukis modern Indonesia yang berkembang setelah tahun 1970-an
memang lebih memiliki keragaman ungkapan dindividual. Dengan lebih menekankan
pada problem-problem personal, karya-karya perupa pada masa itu memang terkesan
menghadiri problem-problem konteks sosial dan potik surutnya paradigma estetik
kontekstualisme kerakyatan, dan meluasnya paradigma estetik universalisme yang
humanis.
Lukisan : Tamansari III (G. Sidharta Soegijo - 1975)
Ukuran : 55 x 50 cm.
Walaupun lebih dikenal sebagai pematung, G. Sidharta juga banyak berkarya dengan
medium seni grafis dan seni lukis. Dalam karya grafis ini a menampilkan abstraksi seni
hias bangunan Taman Sari Kraton Yogyakarta. Bentuk - bentuk itu tidak lagi dimaknai
sebagaimana nilai simbolik aslinya, tetapi hanya diambil esensi dan karakter
keindahannya untuk ditampilkan dalam semangat modern. Ukiran seni hias yang
diubah dalam susunan bebas, membuat citra relief menjadi bidang datar, dan memakai
warna-warna kontras cerah, memberikan citra sebagai idiomvisual seni modern.
Lukisan : Tanpa Judul (Pierre Soulages - 1950)
Teknik : Lithografi.
Keterangan Lukisan
Bersama pelukis Hans Hartung, ia merupakan salah satu pelukis abstrak terkemuka
dalam kelompok School of Paris pada tahun 1950-an. Soulages juga mengadakan
perjalanan dan pameran di Amerika Serikat dan Jepang. Dengan reputasi tersebut
karya-karyanya banyak dipajang di museummuseum Amerika. Kecenderungan idiom
visual karya-karya Soulages memang senada dengan spirit abstrak ekspresionisme
yang berkembang di Amerika Serikat pada waktu itu, terutama pada spontanitas garis
Frans Kline. Karya-karya Soulages juga tidak memakai judul-judul, tetapi sebagai
penanda ia hanya merujuk pada tanggal, bulan, dan tahun penciptaannya.
Lukisan : Tanpa Judul (Victor Vasarely - 1908)
Teknik : Lithografi.
Ukuran : 59 x 47 cm.
Keterangan Lukisan
Litografi ini merupakan prototipe karya Vasarely yang kemudian berkembang menjadi
bentuk-bentuk optical illusion art atau yang populer dengan sebutan Optical Art (OpArt).
Sebagai suatu fenomena visual awal, karya sejenis ini bercirikan perwujudan bentuk
abstrak dengan pola dasar geometri dan outline-nya yang formal. Dalam proses
selanjutnya, bentuk-bentuk itu semakin kompleks, tetapi dengan kecenderungan
perancangan yang teratur dan terukur. Dengan demikian, dalam pandangan mata,
bentuk-bentuk visual itu dapat merangsang retina, sehingga menimbulkan ilusi gerak
dan menyilaukan. Efek tersebut menjadi semakin kuat, apabila bentuk-bentuknya dibuat
dengan warna yang komplementer.
Lukisan : Dialog (Boyke Aditya K.S - 1991)
Suasana fantastis dengan imaji mistis tersirat dalam karya Boyke Aditya K.S. yang
berjudul “Dialog” (1991) dalam gaya Surrealisme. Sebuah lanskap dunia imajinatif hadir
dengan makhluk-makhluk khayat yang tinggal dengan terjerat dalam sulur-sulur yang
membentuk labirin. Sosok merah dalam bentuk transformatif manusia binatang
mengulurkan tangan, melakukan dialog dengan figur berwarna hijau yang berdiri
menunggang kerbau. Karya ini secara visual menunjukkan idiom yang bersumber dari
seni tradisi wayang maupun stilisasi dari berbagai seni tradisi yang lain. Oleh karena itu,
sebagai ungkapan Surrealis, karya ini dapat dikatagorikan dalam bentuk Surrealisme
biomorphic yang menggunakan idiom-idiom visual stilisasi bentuk bentuk makhluk
hidup.
Lukisan : Meraba Diri (Ivan Sagita - 1988)
Ukuran : 72 x 90 cm.
Keterangan Lukisan
Lukisan Ivan Sagita yang berjudul “Meraba Diri” (1988) ini mempunyai kecenderungan
gaya Surrealisme, dengan menekankan pengungkapan problem-problem psikologis
lewat tanda-tanda yang bersifat simbolis. Dalam karya-karyanya yang lain, pelukis ini
juga sering mengangkat persoalan pencarian nilai-nilai kemanusiaan dengan memakai
simbol-simbol atau atribut-atribut sosiokultural yang ada. Tema-tema kemanusiaan itu
sering muncul dalam penggambaran yang absurd, karena sering muncul dalam
juxtaposition atau penjajaran bentuk-bentuk yang irasional seperti dalam tiga figur
kosong yang belajar dalam lukisan ini. Dengan teknik realisme yang kuat dan warna-
warna cenderung berat, karya-karya Ivan semakin kental dengan suasana misteri.
Lukisan : Kelahiran (Sutjipto Adi - 1985)
Lukisan dalam suasana surrealis ini menggambarkan manusia dalam sosok anatomis
lapisan-lapisan daging yang berdiri di tengah ruang. Kengerian sosok itu terhubung
dengan bayangan figur-figur pada lantai dalam ketegangan, dan pada dinding serta
tangga lantai yang juga membayang figur-figur dalam kematian. Akan tetapi pada ujung
ruang ini digambarkan dua anak yang melonjak dalam keceriaan. Karya ini
menyampaikan makna tentang harapan baru yang tumbuh dari kelahiran. Terlebih hal
itu di tengah dunia yang berisi ketegangan dan kecemasan tentang berbagai kematian.
Lukisan : Pencarian Tempat (I Gusti Nengah Nurata - 1989)
Keterangan Lukisan
Dalam lukisan “Pencarian Tempat” (1989), I.G. Nengah Nurata menghadirkan kasih
perjalanan
spiritual dalam gaya Surrrealisme dekoratif yang sarat dengan imaji. Pada lanskap
tanah kering bersela batu-batu karang yang bermutasi sebagai makhluk demonis, di
antaranya tumbuh pohon yang meranggas. Seorang Brahmana membawa panji yang
berkibar, duduk di atas gajah tunggangannya berjalan diikuti sekawanan binatang yang
mengiringinya. Langit gelap dengan sosok kala yang berkamuflase dalam awan-awan
cumulo, menatap tajam ke arah rombongan sang Brahmana. Selain itu masih ada buru
dan binatang buas yang menghadang. Sebagai latar belakang, diungkapkan dengan
dominasi warna coklat umber, sehingga menguatkan kesan magis dalam karya
tersebut.
Lukisan : Yang Berusaha Tumbuh (Dede Eri Supria - 1992)
KeteranganLUkisan
Secara visual karya “Yang Berusaha Tumbuh” (1992) ini melukiskan persemaian yang
tumbuh di
antara reruntuhan beton gedung, namun dibalik itu menyiratkan pergolakan antara
kekuatan dengan kelemahan, harapan sekaligus keputusasaan. Dengan bahasa
visualnya yang khas, Dede berharap tumbuhnya modernisasi jangan sampai
merugikan pihak lain. Halal untuk mengejar kemajuan, akan tetapi tanpa mengabaikan
yang lemah atau bahkan marjinal. Karenanya, karya ini ringan, namun mengandung
pesan moral yang kuat.
KLIPING TENTANG
KARYA SENI LUKIS
DISUSUN OLEH :
1. FAISAL DILIYANTO
2. FEBRIYANTO
3. M.BALGIS
4. SILMIATUN K