Вы находитесь на странице: 1из 10

Kasus 1

Topik : Commotio Cerebri

Tanggal Kasus : 18 Agustus 2018

Presenter : dr. Suci Fitriyani

Tanggal Presentasi :

Pendamping : dr. Novieka Dessy M

Tempat Presentasi : RS Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso Banjarmasin

Objektif Presentasi : Keterampilan, Diagnostik, Dewasa

Deskripsi : Perempuan, 15 tahun, Sakit kepala, mual,

muntah darah SMRS, mimisan, lecet, dan nyeri di bekas luka

Tujuan : Diagnosis dan tatalaksana Komussio Cerebri

Bahan Bahasan : Kasus

Cara Membahas : Diskusi

Data Pasien : Namda Pasien : An. A I

Data untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis

Commotio Cerebri

2. Riwayat Pengobatan

1
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :

Pasien mengeluhkan nyeri kepala, pusing, mual, muntah darah 1 kali SMRS,

mimisan, dan nyeri di daerah luka lecet, post KLL ± 30 SMRS, Os tidak ingat

akan kejadian yang dialaminya, menurut yang melihat Os, Os jatuh dari motor

bagian kepala dan muka terkena aspal, sempat pingsan ± 5 menit dan muntah

darah SMRS, ketika di rumah sakit Os sadar dan muntah bukan darah 1 kali.

4. Riwayat Keluarga

Riwayat Diabetes Melitus, Hipertensi dan Asma disangkal

5. Riwayat Pekerjaan

Pasien merupakan seorang pelajar

6. Lain-lain :

a. Pemeeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

Vital Sign : TD : 110/80 mmHg

N : 100 kali / menit

RR : 22 kali / menit
o
T : 37, 1 C

SpO2 : 98 %

Kulit : Kelembaban cukup. Ikterik (-) Pucat ()

2
Kepala dan Leher :

 Kepala

 Oksipital

Inspeksi : tidak tampak adanya hematom ataupun luka robek.

Palpasi : nyeri tekan (-)

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : tidak dilakukan

 Mata : Konjungtiva anemis (-/-) ikterik (-/-)

 Hidung : Sekret (-) epitaksis anterior (+), tidak merasa seperti menelan darah.

 Mulut : Mukosa kering. sianosis (-)

 Leher : Pembesaran KGB (-) peningkatan JVP (-)

Pemeriksaan Thorax

Pulmo

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris. Retraksi (-), jejas (-)

Palpasi : Fremitus vokal simetris kanan dan kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler. Ronkhi (-). Wheezing (-)

Cor

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS IV linea midclavikula

sinistra

3
Perkusi : Batas jantung

Atas : ICS II linea parasternalis sinistra

Bawah : ICS V linea parasternalis sinistra

Kanan : ICS IV linea parasternal dextra

Kiri : ICS IV linea midklavikula sinistra

Auskultasi : S1>S2. Reguler. Murmur (-) Gallop (-)

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Supel. H/L/M tidak teraba. Nyeri tekan (-) .

Perkusi : Timpani

Pemeriksaan Ekstrimitas : akral hangat, edema (-)

Hasil Pembelajaran

1. Diagnosis Kerja

Commotio Cerebri

2. Subyektif

Objektif / Dasar Diagnosis

Hasil pemeriksaan fisik menunjang diagnosis, pada kasus ini, diagnosis

ditegagkan berdasarkan :

1) Gejala Klinis : Tanda dan gejala Commotio cerebri (geger otak) yang

digolongkan sebagai cedera kepala ringan, memiliki gejala klinis seperti,

pingsan yang berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala,

4
yang tidak disertai kerusakan jaringan otak. Nyeri kepala, vertigo,

mungkin muntah dan tampak pucat.

2) Pada pemeriksaan fisik :

 inspeksi pada bagian kepala tidak tampak tanda-tanda

perdarahan atau pembekakan, ataupun luka robek. wajah hanya

terdapat luka lecet di bagian pelipis, dan pada bagian dada

pasien tidak tampak adanya jejas apapun. Interpretasinya pada

Commotio Cerebri dimana digolongkan sebagai cedera kepala

ringan kadang tidak ditemukan luka didaerah kepala yang

berarti atau hanya keluhan yang mendasari .

 Pada Palpasi tidak ditemukan hematom ataupun luka robek,

nyeri tekan (-)

3) Pemeriksaan Laboratorium :

Hb : 12, 3 Gr/dl

Ht : 36,1 vol %

Leukosit : 15,000 /ul

Trombosit : 456,000 /mm3

GDS : 133 mg / dl

5
4) Assessment (1,2)

 Definisi

Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda paksa

tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral

sementara. Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama

pada kelompok usia produktif, dan sebagian besar karena kecelakaan

lalulintas.

Adapun pembagian trauma kapitis adalah:

 Simple head injury

 Commotio cerebri

 Contusion cerebri

 Laceratio cerebri

 Basis cranii fracture

Simple head injury dan Commotio cerebri sekarang digolongkan

sebagai cedera kepala ringan. Sedangkan Contusio cerebri dan Laceratio

cerebri digolongkan sebagai cedera kepala berat.

Commotio cerebri (geger otak) adalah gangguan fungsi otak tanpa

adanya kerusakan anatomi jaringan otak akibat adanya cisera kepala.

Commotio cerebri ditandai dengan keadaan pingsan yang berlangsung tidak

lebih dari 10 menit akibat trauma kepala, yang tidak disertai kerusakan

6
jaringan otak. Pasien mungkin mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin

muntah dan tampak pucat.

Vertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar pada labirin atau

terangsangnya pusat-pusat dalam batang otak. Pada commotio cerebri

mungkin pula terdapat amnesia retrograde, yaitu hilangnya ingatan sepanjang

masa yang terbatas sebelum terjadinya kecelakaan. Amnesia ini timbul akibat

terhapusnya rekaman kejadian di lobus temporalis. Pemeriksaan tambahan

yang selalu dibuat adalah foto tengkorak, EEG, pemeriksaan memori. Terapi

simptomatis, perawatan selama 3-5 hari untuk observasi kemungkinan

terjadinya komplikasi dan mobilisasi bertahap.

 Etiologi:

o Trauma tumpul → berat ringannya cedera tergantung pada proses

akselerasi-deselerasi, kekuatan benturan & kekuatan rotasi

internal.

o Trauma tajam → kerusakan tergantung pada velocity benda tajam

tsb.

o Coup & Contracoup

 Klasifikasi Cidera Kepala

o Berdasarkan Kerusakan Jaringan Otak

 Simple head injury


 Commotio cerebri
 Contusion cerebri

7
 Laceratio cerebri
 Basis cranii fracture

o Berdasarkan berat ringanya

 Cidera Kepala Ringan


 Cidera Kepala Sedang
 Cidera Kepala Berat

 Patofisiologi

Benturan pada kepala menimbulkan gelombang tekanan di dalam

rongga tengkorak yang kemudian disalurkan ke arah lobang foramen

magnum ke arah bawah canalis spinalis batang otak teregang dan

menyebabkan lesi iritatif yg reversible terhadap sistem ARAS. Muntah

dapat juga terjadi bila pusat muntah dan keseimbangan di medula

oblongata terangsang.

Terapi RS Bhayangkara :

- Observasi kesadaran

- Observasi tanda vital

- Ivfd RL 20 Tmp

- Inj keterolak 3 x 10 mg

- Inj ondancentron 3 x 4 mg

- Inj citicolin 2 x 250 mg

Pemeriksaan Penunjang :

8
- Pro Rongent skull

Komplikasi :

Jangka pendek :
1. Hematom Epidural
2. Hematom subdural
3. Perdarahan Intraserebral
4. Oedema serebri
Jangka Panjang :
1. Gangguan neurologis
2. Sindrom pasca trauma

Pendidikan :

Pendidikan dilakukan kepada pasien dan keluarganya serta diberikan

penjelasan tentang ciri bila terjadi penuran kesadaran dan tanda-tanda kegawat

daruratan.

Konsultasi :

Dijelaskan adanya penanganan lebih lanjut dengan mengkonsultasikan ke

dokter Spesialis saraf untuk melakukan tidakan selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. M. Rudolph Abraham, I.E. Hoffman Julien, D. Rudolph Colin. Buku ajar

pediatric Rudolph volume 1. jakarta : EGC. 2006

2. Harsono, Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Gajah Mada University

Press, 2003

3. Prof. DR. Dr. Iskandar Wahidiyat, Prof. DR. Dr. Sudigdo Sastroasmoro,

Prof. Dr. Corry S. Matondang. Diagnosa Fisis Pada Anak Edisi ke 2.

Jakarta : PT Sagung Seto. 2000

4. Chusid, Neuroanatomi Korelatif dan Neurology Fungsional, bagian dua.

Gajah Mada University Press

5. Iskandar J, Cedera Kepala, PT Dhiana Populer. Kelompok Gramedia,

Jakarta

6. Sidharta P, Mardjono M, Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta

10

Вам также может понравиться