Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas dan dijabarkan berturut-turut mengenai latar belakang
dari judul yang diangkat oleh penulis, masalah yang muncul dari judul yang telah
diangkat, tujuan dari pembahasan masalah, dan manfaatnya bagi mahasiswa dan kampus
serta cara mendapatkan bahan bahasan.
Salah satu negara yang pernah di jajah oleh negara asing adalah Indonesia. Selain
belanda indonesia juga pernah di jajah oleh negara Jepang, Portugis, Spanyol. Belanda
menjajah indonesia kurang lebih 3,5 abad dan hal ini berdampak besar terhadap
kehidupan masyarakat di indonesia.
Arsitektur colonial yang ada biasanya tercermin dari puri-puri kerajaan masing-
masing daerah di Bali yang kental akan arsitektur kolonialnya. Namun di beberapa kasus
ternyata arsitektur colonial ini merambah ke bangunan trandisional Bali yang ada pada
masyarakat sekitar. Salah satu contohnya adalah bangunan dengan fungsi rumah tinggal
yang ditemukan di Kabupaten Buleleng, adapun dari peninggalan ini mencerminkan
konsep-konsep Arsitektur Kolonial yang dimana dapat dirasakan sampai saat ini sehingga
dapat dijadikan media edukasi dan menambah wawasan.
1|ARSITEKTUR INDOSESIA
Dalam observasi dari tugas mata kuliah Arsitektur Indonesia ini, saya
mengindentifikasi tentang Arsitektur Kolonial Bangunan Rumah Tinggal di Kabupaten
Buleleng, Bali yang dimana objek yang kami pilih adalah rumah yang sampai saat ini
masih di tempati oleh orang belanda, tetapi tidak menetap di bali khusnya Buleleng. Yang
tepatnya di Jalan Gajah Mada Kota Singaraja, Pemilihan objek ini berdasarkan pada
sejarah, periodesasi, serta ciri-ciri dari Arsitektur Kolonial yang ada di bangunan ini.
Berdasarkan judul yang dibahas di latar belakang diatas, maka muncul beberapa
masalah yang akan dibahas, yaitu:
1. Bagaimana Unsur-unsur Bangunan Kolonial Pada Rumah tinggal di Jl. Gajah Mada
Singaraja Buleleng ?
Berdasarkan judul yang dibahas di rumusan diatas, maka tujuan penulisan yang di
dapat, yaitu:
1. Bagi mahasiswa
Untuk mengetahui lebih dalam tentang arsitektur kolonial yang ada di indonesia,
khususnya di bali.
Untuk memenuhi tuntunan tugas dalam matakuliah arsitektur indonesia.
2. Bagi Dosen
2|ARSITEKTUR INDOSESIA
Agar lebih mendalami mata kuliah Arsitektur Indonesia khususnya tentang
Arsitektur Kolonial di Indonesia.
3. Bagi Penulis Lain
Sebagai bahan refrensi saat menulis karya tentang arsitektur kolonial.
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab pendahuluan ini akan mengemukakan tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, manfaat, dan sitematika penulisan yang ada di makalah ini.
Bab ini berisi tentang tinjauan teori yang akan digunakan untuk melakukan
pembahasan objek di Bab IV. Tinjauan yang dimaksud yaitu mengenai definisi dan
pengertian Arsitektur Kolonial, Perkembangan Arsitektur Kolonial di Indonesia,
Periodisasi Arsitektur Kolonial di Indoesia, dan Langgam Arsitektur yang Mempengaruhi
Arsitektur Kolonial di Indonesia.
Dalam bab ini secara khusus menguraikan tentang objek yang dibahas yaitu
bangunan Rumah tinggal di Buleleng. Hal yang dibahas adalah letak / lokasi objek,
sejarah berdiri, dan fungsi. Di bagian pembahasan akan diuraikan analisa mengenai
elemen-elemen arsitektur kolonial Belanda yang terdapat pada bangunan dan dikaitkan
dengan Peran bagi perkembangan arsitektur di Indonesia.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan menguraikan tentang pembahasan objek yang di observasi.
BAB IV PENUTUP
Pada bagian penutup terdapat kesimpulan dari pembahasan dan juga saran- saran
sebagai usaha dalam mengembangkan makalah dan pembacanya.
3|ARSITEKTUR INDOSESIA
BAB II
Gaya desain Kolonial adalah gaya desain yang berkembang di beberapa negara di
Eropa dan Amerika. Dengan ditemukannya benua Amerika sekitar abad 15-16,
menambah motivasi orang-orang Eropa untuk menaklukkan dan menetap pada “dunia
baru”, yaitu daerah yang mereka datangi dan akhirnya dijadikan daerah jajahan. Motivasi
mereka menjelajah samudra bervariasi, dari meningkatkan taraf hidup sampai membawa
misi untuk menyebarkan agama. Selain itu juga tersimpan sedikit hasrat untuk
memperoleh pengalaman dan petualangan baru.
Arsitektur kolonial lebih banyak mengadopsi gaya neo-klasik, yakni gaya yang
berorientasi pada gaya arsitektur klasik Yunani dan Romawi. Ciri menonjol terletak pada
bentuk dasar bangunan dengan trap-trap tangga naik (cripedoma). Kolom-kolom dorik,
ionik dan corinthian dengan berbagai bentuk ornamen pada kapitalnya. Bentuk pedimen,
yakni bentuk segi tiga berisi relife mitos Yunani atau Romawi di atas deretan kolom.
Bentuk-bentuk tympanum (konstruksi dinding berbentuk segi tiga atau setengah
lingkaran) diletakkan di atas pintu dan jendela berfungsi sebagai hiasan.
4|ARSITEKTUR INDOSESIA
arsitektur kolonial disamping itu juga adanya pengaruh dari keinginan para arsitek untuk
berbeda dari arsitektur kolonial yang sudah ada.
Arsitektur klonial Belanda adalah gaya desain yang cukup popular di Netherland
tahun 1624-1820. Ciri-cirinya yakni fasad simetris, material dari batu bata atau kayu
tanpa pelapis, entrance mempunyai dua daun pintu, pintu masuk terletak di samping
bangunan, denah simetris, jendela besar berbingkai kayu, terdapat dormer (bukaan pada
atap). Arsitektur kolonial adalah arsitektur cangkokan dari negeri induknya
Eropa kedaerah jajahannya, Arsitektur kolonial Belanda adalah arsitektur Belanda
yang dikembangkan di Indonesia, selama Indonesia masih dalam kekuasaan
Belanda sekitar awal abad 17 sampai tahun 1942.
5|ARSITEKTUR INDOSESIA
Model bangunan berarsitektur Kolonial ini memiliki kekhasan bentuk bangunan
terutama pada fasade bangunannya. Diantara ciri-ciri bangunan Kolonial yaitu:
Penggunaan gewel (gable) pada fasade bangunan yang biasanya berbentuk segitiga.
6|ARSITEKTUR INDOSESIA
Model denah yang simetris dengan satu lantai atas.
Model atap yang terbuka dan kemiringan tajam.
Mempunyai pilar di serambi depan dan belakang yang menjulang ke atas bergaya
Yunani.
Penggunaan skala bangunan yang tinggi sehingga berkesan megah.
Model jendela yang lebar dan berbentuk kupu tarung (dengan dua daun jendela),
dan tanpa overstek (sosoran).
2.3. Periodesasi
Pada waktu ini Indonesia masih disebut sebagai Nederland Indische (Hindia
Belanda) di bawah kekuasaan perusahaan dagang Belanda yang bernama
VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Selama periode ini arsitektur kolonial
Belanda kehilangan orientasinya pada bangunan tradisional di Belanda serta tidak
mempunyai suatu orientasi bentuk yang jelas. Yang lebih buruk lagi, bangunan-bangunan
tersebut tidak diusahakan untuk beradaptasi dengan iklim dan lingkungan setempat.
3. Tahun 1902-1920-an
Antara tahun 1902 kaum liberal di negeri Belanda mendesak apa yang dinamakan
politik etis untuk diterapkan di tanah jajahan. Sejak itu, pemukiman orang Belanda
tumbuh dengan cepat. Dengan adanya suasana tersebut, maka “indische
7|ARSITEKTUR INDOSESIA
architectuur” menjadi terdesak dan hilang. Sebagai gantinya, muncul standar arsitektur
yang berorientasi ke Belanda. Pada 20 tahun pertama inilah terlihat gaya arsitektur
modern yang berorientasi ke negeri Belanda.
Pada tahun ini muncul gerakan pembaruan dalam arsitektur, baik nasional maupun
internasional di Belanda yang kemudian mempengaruhi arsitektur kolonial di Indonesia.
Hanya saja arsitektur baru tersebut kadang-kadang diikuti secara langsung, tetapi kadang-
kadang juga muncul gaya yang disebut sebagai ekletisisme (gaya campuran). Pada masa
tersebut muncul arsitek Belanda yang memandang perlu untuk memberi ciri khas pada
arsitektur Hindia Belanda. Mereka ini menggunakan kebudayaan arsitektur tradisional
Indonesia sebagai sumber pengembangannya.
8|ARSITEKTUR INDOSESIA
BAB III
Lokasi rumah tinggal Coock & Subawa , terdapat di Jln. Gajah Mada Singaraja,
Buleleng, Bali. Adapun untuk lokasi dari rumah tinggal ini memiliki jarak 300 meter dari
Sekolah SMPN 1 Singaraja. Sedangkan untuk akses jalan pada rumah tinggal memiliki
lebar 12 meter di area jalan raya Singaraja.
Nama Pemilik : Bapak Subawa & Ibu Coock ( Generasi ke5 Orang belanda )
Bangunan ini memiliki atap yang lancip dengan kemiringan rata-rata 40 derajat,
bangunan ini memiliki tembok yang tebal dan dicat dengan warna putih yang
menggambarkan ciri-ciri arsitektur colonial belanda pada umumnya. Bangunan ini juga
9|ARSITEKTUR INDOSESIA
memiliki pintu dan jendela double yang mencirikan arsitektur colonial. Dengan melihat
lebih dari 4 ciri-ciri arsitektur colonial pada bangunan ini saya menganggap bangunan
ini sudah termasuk bangunan colonial.
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan tukang kebun yang ada di rumah ini,
bangunan ini di bangun pada tahun 1940 dan bangunan ini sudah melakukan 4 kali
renovasi tetapi tidak menghilangkan bentuk dan juga ciri khas dari bangunan ini, hanya
di renovasi di cat ulang dan juga pembersihan area dalam dan luar bangunan saja.
Bangunan ini di tempati oleh sepasang suami istri yang bernama Ibu Coock dan Bapak
Subawa. Pemilik ini masih orang belanda yang menikah ke Singaraja bali tetapi tidak
menetap di Indonesia.
10 | A R S I T E K T U R I N D O S E S I A
BAB IV
PEMBAHASAN
Terdapat beberapa ciri pada objek studi yang menunjukkan bahwa bangunan
tersebut adalah bangunan yang memiliki gaya Arsitektur Kolonial. Ciri-ciri tersebut
antara lain:
Gambar 4.1
Sumber : Observasi tgl 14 desember 2017
11 | A R S I T E K T U R I N D O S E S I A
2. Memiliki Pintu Yang Berbentuk Kupu-kupu Tarung
Gambar 4.2
Sumber : Observasi tgl 14 desember 2017
Pada bangunan ini sangat kental sekali gaya rasitektur kolonialnya, di lihat dari
bentuk pintu dengan skala yang besar dan juga memiliki daun jendela yang ganda atau
bias di bilang bukaan pintu model kupu-kupu tarung. Hal ini di rancang oleh orang-orang
belanda agar saat sang bangunan ini tidak akan gelap saat pintu tertutup dan hanya daun
yang di bagian luar saja yang di tutup.
12 | A R S I T E K T U R I N D O S E S I A
3. Jendela dengan model bukaan kupu-kupu tarung Dan dimensi jedela yang
sangat besar
Gambar 4.3
Sumber : Observasi tgl 4 desember 2017
13 | A R S I T E K T U R I N D O S E S I A
4. Bangunan ini memiliki tinggi bangunan dengan skala besar dan memiliki Atap
yang runcing
Gambar 4.4
Sumber : Observasi tgl 4 desember 2017
Bangunan ini memiliki tinggi yang sangat tinggi dibandingkan bangunan yang
ada di Indonesia pada umumnya. Bangunan ini juga memiliki atap yang sangat runcing
di bandingkan atap yang ada di Indonesia, sedangkan di Indonesia pada umumnya
memiliki ketinggiang bangunan hanya 3 meter – 3,3 meter saja dan kemiringan atap 37
derajat karena Indonesia memiliki iklim tropis. Tetapi bangunan ini memiliki ketinggian
kira-kira 5-6 meter.
14 | A R S I T E K T U R I N D O S E S I A
5. Penggunaan dinding yang tebal ( 1 Batu )
Gambar 4.5
Sumber : Observasi tgl 4 desember 2017
Bangunan colonial pada umunya memiliki tebal tembok yang dengan skala 2kali
tebal tembok rumah yang ada di Indonesia pada umumnya.
Hal itu di buat bertujuan untuk menanggulangi cuaca panas yang ada di
Indonesia, dengan hal itu ruangan yang ada di di dalam akan selalu merasa adem dan
nyaman setiap hari.
15 | A R S I T E K T U R I N D O S E S I A
BAB V
PENUTUP
Pada bagian bab ini terdapat kesimpulan dari pembahasan dan juga saran- saran
sebagai usaha dalam mengembangkan makalah dan pembacanya.
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu Arsitektur kolonial merupakan
sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang berkembang selama masa pendudukan
Belanda di tanah air. Arsitektur kolonial menyiratkan adanya akulturasi diiringi oleh
proses adaptasi antara dua bangsa berbeda. Proses adaptasi yang dialami oleh dua bangsa
terbentuk dengan apa yang dinamakan arsitektur kolonial.
Arsitektur colonial yang ada biasanya tercermin dari puri-puri kerajaan masing-
masing daerah di Bali yang kental akan arsitektur kolonialnya. Namun di beberapa kasus
ternyata arsitektur colonial ini merambah ke bangunan trandisional Bali yang ada pada
masyarakat sekitar.
16 | A R S I T E K T U R I N D O S E S I A
DAFTAR PUSTAKA
Kutipan, Karton,2004, sistem budaya, sistem sosial, dan sistem teknologi dapat
mempengaruhi wujud arsitektur.
17 | A R S I T E K T U R I N D O S E S I A