Вы находитесь на странице: 1из 2

Cium Tangan Ibumu

Rubrik: Artikel Lepas | Oleh: Kesha Meisatu - 29/04/12 | 09:30 | 07 Jumada al-Thanni 1433
H

 Ada 66 komentar dan ada 2 reaksi


 76819 hits
 21 email

Ilustrasi (123rf.com/Jasmin Merdan)

dakwatuna.com – Sahabat sekalian, suatu waktu saya pernah menghadiri suatu acara
training motivasi di kampus saat masa kuliah dahulu. Pada waktu itu ada statement trainernya
yang masih saya ingat sampai sekarang. Ia berkata: “rata-rata orang sukses di seluruh dunia
itu, mempunyai hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya khususnya dengan ibunya”
jadi jika kita ingin sukses maka sebelum itu yang harus diperhatikan ialah bagaimana
hubungan kita dengan orang tua saat ini? Apakah penuh kehangatan atau penuh dengan
kebencian? Yang saat ini hubungan dengan orang tuanya penuh kehangatan bersyukurlah
Anda orang yang beruntung. Untuk mereka yang punya hubungan tidak baik dengan orang
tuanya berdoalah agar dimudahkan Allah untuk memperbaiki hubungan dengan mereka.

Sangat penting sekali mempunyai hubungan yang baik dengan orang tua, khususnya ibu.
Kenapa? Karena ridha Allah ialah ridha orang tua, dan doa ibu itu Subhanallah, tanpa hijab di
hadapan Allah mudah menembus langit. Sehingga doa seorang ibu yang dipanjatkan untuk
anaknya sangat mudah untuk Allah kabulkan. Mungkin sebagian dari kira ada yang tidak
sadar bahwa, kemungkinan kesuksesan-kesuksesan kita selama ini adalah buah dari doa ibu
kita kepada Allah tanpa kita ketahui. Dan seorang ibu itu tanpa disuruh pasti akan selalu
mendoakan anaknya di tiap nafasnya kala bermunajat kepada Allah. Tapi seorang anak belum
tentu selalu berdoa untuk orang tuanya ketika Shalat.

Mungkin sebagian dari kita suka mengeluh tentang sifat buruk orang tua kita, entah karena
ibu nya cerewet, suka ikut campur, suka nyuruh-nyuruh, tidak gaul dan lain sebagainya. Jika
kita seperti ini maka tragis. Kenapa tragis? Karena kita terlalu focus dengan secuil
kekurangan orang tua kita dan melupakan segudang kebaikan yang telah diberikan kepada
kita selama ini. Di pihak lain ada Orang-orang seusia Anda di luar sana di pinggir jalanan, di
bawah kolong jembatan dan di tempat lainnya mereka juga suka mengeluh, tapi yang mereka
keluhkan ialah bukan karena sifat orang tua atau ibu mereka, tapi mereka mengeluh karena
mereka tidak punya lagi orang tua. Bersyukurlah kita yang saat ini masih mempunyai orang
tua. Jika ingin tahu rasanya tidak punya ibu, coba tanyakan kepada teman-teman Anda yang
ibu nya telah tiada. Mungkin perasaan mereka sangat sedih dan kekurangan motivasi dalam
hidup. Coba bayangkan jika kita tidak punya ibu lagi, maka ketika kita akan pergi ke luar
rumah untuk sekolah atau bekerja, maka tidak ada lagi tangan yang bias kita cium, jika kita
tidak punya ibu lagi maka mungkin tidak ada lagi makanan yang tersedia di meja makan saat
kita pulang, jika kita tidak punya ibu lagi ketika hari lebaran rumah terasa sepi dan lebaran
terasa tanpa makna, jika kita tidak punya ibu lagi kita hanya bisa membayangkan wajah
tulusnya di pikiran kita dan melihat baju-bajunya di lemarinya.

Banyak di antara kita suka mengeluh tentang sifat negative ibu kita, tapi kita tidak pernah
berfikir mungkin hampir setiap malam ibu kita di keheningan sepertiga malam bangun untuk
shalat tahajjud mendoakan kita sampai bercucuran air mata agar kita sukses dunia dan
akhirat. Mungkin di suatu malam beliau pernah mendatangi kita saat tidur dan mengucap
dengan bisik “nak, maafkan ibu ya… ibu belum bisa menjadi ibu yang baik bagimu” kita
mungkin juga lupa di saat kondisi ekonomi rumah tangga kurang baik, ibu kita rela tidak
makan agar jatah makannya bisa dimakan anaknya. Ketika kita masih kecil ibu kira rela tidur
dan lantai dan tanpa selimut, agar kita bisa tidur nyaman di kasur dengan selimut yang
hangat.

Setelah semua pengorbanan telah diberikan oleh ibu kita selama ini, lalu coba renungkan apa
yang kita perbuat selama ini kepada ibu kita? Kapan terakhir kita membuat dosa kepadanya?
Kapan terakhir kita membentak-bentaknya? Pantaskah kita membentak ibu kita yang selama
Sembilan bulan mengandung dengan penuh penderitaan? Pantaskah kah kita membentak
ayah kita yang setiap hari pergi pagi pulang malam, lebur setiap hari, ngutang sana-ngutang
sini agar kita terpenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu maka berusahalah untuk berbakti
kepada orang tuamu khususnya kepada Ibumu. Karena masa depan mu ada di desah doa-
doanya setiap malam. Dan ingat “perilaku kita dengan orang tua kita saat ini akan
mencerminkan perilaku anak kita kepada diri kita nanti”.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/04/29/20087/jangan-cium-tangan-
ibumu/#ixzz2V2OjaSq8
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Вам также может понравиться