Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Agung Haryanto
10-2010-207
Jakarta
1
Bab I
Pendahuluan
Munculnya penyakit yang meresahkan masyarakat sangat erat kaitannya dengan aktivitas
yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Untuk mewujudkan keadaan sehat, banyak upaya
yang harus dilaksanakan, diantaranya adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Secara
umum pelayanan kesehatan dibagi 2 yaitu pelayanan kesehatan personal atau pelayanan
kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kedokteran keluarga adalah
termasuk dalam pelayanan kedokteran dimana pelayanan dokter keluarga ini memiliki
karakteristik tertentu dengan sasaran utamanya adalah keluarga. Kesehatan merupakan hasil
interaksi berbagai faktor. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peran
mempengaruhi kesehatan serta berkaitan erat dengan host (pejamu) dan agent (penyebab
penularan).1
Dalam Epidemiologi pengertian penyebab timbulnya penyakit adalah suatu proses
interaksi antara: Pejamu (host), Penyebab (agent), dan Lingkungan (environment). Segitiga
epidemiologi (John Gordon) menggambarkan relasi tiga komponen penyebab penyakit seperti
pejamu, agent dan lingkungan.2
Dalam menjelaskan hubungan antara faktor sosial dan kesehatan, kesehatan dalam hal ini
akan merujuk pada satu pengertian mengenai kesehatan. Menurut Blum “kesehatan manusia
terdiri dari tiga unsur yang saling berinteraksi dan saling terkait secara hirarkis, yaitu apa yang
dinamakannya kesehatan somatik yang ditandai berlangsungnya fungsi fisiologi dan integrasi
anatomi, kesehatan psikis yang mengacu pada berbagai kemampuan seperti kemampuan
mengetahui, mengamati, menyadari, dan menanggapi keadaan sehat somatiknya sendiri; dan
kesehatan sosial yang mengacu pada kesesuaian perilaku individu dengan anggota lain dalam
keluarganya, dengan keluarganya, dan dengan sistem sosial. Blum menggambarkannya sebagai
hubungan antara 4 faktor yaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.2
2
Gambar 1. Kerangka Blum mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan
3
Bab II
I. Identitas Pasien :
Nama : Tn. Y
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Satpam
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Makaliwe 1, RT 07/ RW 12, Grogol
V. Spiritual Keluarga :
Ketaatan beribadah : Cukup
Keyakinan tentang kesehatan : Cukup
No Nama Hub dgn Umur Pendi- Pekerjaan Agama Keadaan Keadaan Imunisasi KB Kete-
kesehatan
KK dikan gizi rangan
1 Tn. Y KK 65 th SD Satpam Islam Cukup Cukup Lupa - -
2 Ny. E Istri 60 th SD IRT Islam Baik Cukup Lupa - -
3 Ny.N Anak 30 th SMP IRT Islam Baik Cukup Lupa - -
4 Ny. R Anak 28 th SMP IRT Islam Baik Cukup Lupa - -
5 Tn.F Anak 25 th SMP Buruh Islam Baik Cukup Lupa - -
6 Tn.R Anak 23 th SMP Buruh Islam Baik Cukup Lupa - -
5
7 An. T Anak Ny. 7 th SD Pelajar Islam Baik Cukup Lengkap - -
N
8 An. S Anak Ny, 4 th - - Islam Baik Cukup Lengkap - -
R
X. Keluhan Tambahan :
Wajah sebelah kiri terasa kaku, penglihatan sebelah kiri juga kurang jelas
XI. Riwayat Penyakit sekarang :
Pasien mengaku memiliki riwayat darah tinggi sejak dua tahun yang lalu. Pasien
mengaku sering mengkonsumsi jeroan, dan jarang berolahraga. Awalnya pasien hanya
minum obat warung untuk mengurangi pusingnya tersebut, namun tidak ada
perubahan, kemudian pasien datang berobat ke Puskesmas, dan didiagnosis menderita
penyakit darah tinggi. Pasien diberikan obat oleh puskesmas, dan beliau teratur
berobat serta minum obat. Semenjak sakit pasien juga teratur berolahraga dan
menjaga pola makannya.
d. Rehabilitatif : -
XVII. Prognosis :
Penyakit : dubia ad bonam
Keluarga : dubia ad bonam
Masyrakat : dubia ad bonam
XVIII. Resume
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 11 Juli 2013,
didapatkan bahwa pasien adalah penderita Hipertensi. Pasien memiliki pengetahuan yang
cukup tentang penyakitnya sehingga mampu melakukan pola hidup yang baik seperti
olahraga teratur, istirahat yang cukup, serta berobat yang teratur. Rumah pasien tergolong
rumah yang kurang sehat, dilihat dari adanya kali di depan rumah, dimana kali tersebut
tempat pembuangan limbah rumah tangga dan terdapat ada sampah. Pasien disarankan
untuk melakukan pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul
7
dengan minum obat secara teratur, kontrol tekanan darahnya secara rutin minimal 1 bulan
sekali, olahraga secara teratur, memperbaiki pola makan, dan melakukan hal-hal yang
terdapat dalam perilaku hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien sebagai kelompok resiko
tinggi, dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan mengontrol tekanan
darah secara teratur dan hidup dengan pola makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan
yang menyeluruh hendaknya didukung pula oleh kondisi rumah yang sehat.
Bab III
Tinjauan pustaka
Pendahuluan
Di negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Indonesia,
hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja
pada pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka
8
panjang yang ditimbulkannya. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
yaitu hipertensi primer yang diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.4
Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainya
disebabkan oleh hipertensi sekunder. Dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya
beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya penanganan
hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Banyak pernelitian dilakukan terhadap hipertensi
primer baik mengenai patogenesis maupun tentang pengobatannya.2,3
Definisi
Suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).
Penulisan tekanan darah (contoh: 120/80 mmHg) didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut
jantung.1
Hipertensi adalah tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg secara
kronik. Berdasarkan penyebabnya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :2,3
1. Hipertensi essensial/primer. Jenis hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat
diketahui. disebut juga hipertensi idiopatik. Sekitar 90% penderita hipertensi menderita
jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan pengobatan lebih banyak ditujukan bagi
penderita hipertensi essensial ini.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Jenis hipertensi yang menjadi penyebabnya dapat
diketahui, sering disebut hipertensi renal karena kelainan ginjal menjadi penyebab tersering.
Penyebab hipertensi sekunder ini antara lain kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid, atau penyekit kelenjar adrenal.Terdapat pada sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular
renal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio
aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.
Batasan
Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90
mmHg dan tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Tekanan darah di antara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension. Batasan
tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin sedangkan batasan hipertensi yang
memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh kaplan (1985) sebagai berikut:
pria yang berusia <45 dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu berbaring 130/90
mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia >45 dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya
145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg atau lebih
dinyatakan hipertensi.3
The Sixth Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (1997) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang
dalam pengobatan antihipertensi.3
Patogenesis
Hipertensi esensial adalah multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor-
faktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya kenailan tekanan darah
tersebut adalah :
1. Faktor resiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok dan genetis
2. System saraf simpatis
Tonus simpatis
Variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel pembuluh
darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstitium juga
memberikan kontribusi akhir
4. Pengaruh system otokrin setempat yang berperan pada system rennin, angiotensin dan
aldosteron.
10
Faktor risiko dan gejala klinis
Faktor risiko terjadinya hipertensi, adalah antara lain : 6,7,8
1. Obesitas (Kegemukan)
Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan
antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah penderita obesitasobesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada penderita
hipertensi dengan berat badan normal.
2. Stress
Diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).
Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu).
3. Faktor Keturunan (Genetik)
Apabila riwayat hipertensi didapat pada keuda orang tua, maka dugaan hipertensi essensial
akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur) apabila salah
satunya adalah penderita hipertensi.
4. Jenis Kelamin (Gender)
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita. Hipertensi
berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali
dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya
status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan
kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.
5. Usia
Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juiga
semakin besar.
6. Asupan garam
Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan diikuti oleh
peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem
pendarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah yang terganggu
7. Gaya hidup yang kurang sehat
11
Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun kebiasaan merokok,
minum minuman beralkohol dan kurang olahraga dapat pula mempenegaruhi peningkatan
tekanan darah.
Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa: pusing,
mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah,
mata berkunang-kunang, mimisan (jarang dilaporkan). 8
Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada hipertensi
primer.bergantung pada tingginya tekanan darah yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-
kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi
pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung.8
Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, dan migrain dapat ditemukan sebagai gejala
klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala.8
Penatalaksanaan
1. Pengobatan Non-farmakologis.
Penatalaksanaan dengan mengubah diet :7,8
Tujuan Diet
- Menurunkan tekanan darah (diastole) ≤ 90 mmHg
- Menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh
- Mencapai dan menjaga BB dengan IMT 18.5 – 25
Syarat Diet
Menerapkan Diet Garam Rendah, yaitu sebagai berikut:
- Cukup energi, protein, mineral dan vitamin
- Komsumsi karbohidrat kompleks
- Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit
- Jumlah konsumsi natrium disesuaikan dengan berat tidaknya hipetensi
- Hindari bahan makanan yang tinggi natrium
- Konsumsi bahan makanan yang mengandung tinggi kalium, tinggi serat
13
Jenis Diet
- Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi berat. Tidak
ditambahkan garam dapur dalam pengolahan makanannya. Hindari juga bahan
makanan yang tinggi kadar natriumnya.
- Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi tidak terlalu
berat. Boleh menggunakan ½ sdt (2 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya.
Hindari juga bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
- Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi ringan. Boleh
menggunakan 1 sdt (4 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya.
2. Pengobatan Farmakologi
Pengobatan hipertensi berlandaskan beberapa prinsip :7,8
1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan kausal
2. Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan
harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komlikasi
3. Upaya menurunkan tekanan darh dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi
selain dengan perubahan gaya hidup
4. Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan
kemungkinan besar untuk seumur hidup
14
5. Pengobatan menggunakan algoritma yang dianjurkan The Joint National Committee
on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (1997).
Pada sebagian besar pasien pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat anti hipertensi yang
dipilih, dan jika perlu dosisnya secara perlahan-lahan dinaikan, bergantung pada umur,
kebutuhan, dan hasil pengobatan. Obat anti hipertensi yang dipilih sebaiknya yang mempunyai
efek penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis sekali sehari, dan setelah 24 jam efek
penurunan tekanan darahnya masih diatas 50% efek maksimal. Obat antihipertensi kerja panjang
yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam lebih disukai daripada obat
jangka pendek disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :7,8
1. Kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari
2. Harga obat dapat lebih murah
3. Pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten
4. Mendapat perlindungan terhadap faktor risiko seperti kematian mendadak, serangan
jantung, dan strok, yang disebabkan oleh peninggian tekanan darah pada saat bangun
setelah tidur malam hari
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmaklogis hipertensi yang dianjurkan oleh
JNC7 :
Diuretika, terutama jenis Thiazide (thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB)
15
Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang gunakan pasien untuk penyakit
lain
Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam
menurunkan resiko kardiovaskular
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan ke rumah pasien, didapatkan bahwa pasien adalah
penderita Hipertensi stage I. Pasien sebelumnya kurang memiliki pengetahuan tentang kesehatan
sehingga melakukan pola makan yang salah, kurang tidur, kurang olahraga dan berobat tidak
teratur. Rumah pasien tergolong rumah yang tidak sehat dilihat dari dekatnya rumah dengan kali
tempat pembuangan limbah rumah tangga dan adanya sampah di kali tersebut. Pasien disarankan
untuk melakukan pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan
minum obat secara teratur, kontrol tekanan darahnya secara rutin minimal 1 bulan sekali dan
olahraga secara teratur, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam
perilaku hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi dianjurkan
untuk berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah secara teratur dan
hidup dengan pola makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hendaknya
didukung pula oleh kondisi rumah yang sehat.
3.2 Saran
Pada penderita Hipertensi, untuk melakukan pola hidup yang sehat, agar tekanan darah tetap
stabil yaitu dengan cara mengontrol makanan yang dikonsumsi, istirahat yang cukup dan teratur
minum obat anti hipertensinya dan selalu di kontrol tekanan darahnya dengan datang ke
Puskesmas terdekat. Pada keluarga pasien sebagai kelompok risiko tinggi, untuk berperilaku
hidup sehat dengan cara mengontrol makanan, istirahat cukup dan olah raga teratur.
16
Lampiran
17
Daftar Pustaka
18
1. Sunarto, K. Sosiologi Kesehatan. Pusat Penerbitan Universitas Indonesia. Hlm. 2.3-2.5,
2002
2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's
Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div., 2005.
3. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta Kedokteran,
Jakarta, Media Aaesculapius FKUI, 2001.
4. WHO Techn. Rep. Ser. 231, Arterial Hypertension & IHD (Preventive Aspects WHO
Chronicle 1962
5. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu, Balai Penerbit
FKUI, 2003.
6. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin Dunia
Kedokteran No. 150, 2006 35
7. Boedhi-Darmojo, R. Community Prevalence of hypertension in Indonesia 8th World
Congress of Cardiology, Tokyo, 1978
8. Kartari, dkk.: Blood Pressure values and Prevalence of Hypertension in certain Ethnic
Groups in Indonesia, Bull. Health Studies, 1976
9. Mustacchi P. The Interface of the work environment and hypertension, Med. Clin. N-Am.,
61.3,531, 1977
10. Boedhi-Darmojo. R, Imam Parsudi dkk. Knowledge and Attitude of doctors on
Hypertension, 3rd ASEAN Congress of Cardiology, Singapore (1980), in MEDIKA II,7,
634-638, 1985
19