Вы находитесь на странице: 1из 23

GANGGUAN PERILAKU

A. Pengertian perilaku

Prilaku adalah cermin kepribadian seseorang yang tampak dalam perbuatan dan
interaksi terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. Prilaku merupakan
internalisasi nilai-nilai yang diserap oleh seseorang selama proses berinteraksi
dengan orang diluar dirinya. Prilaku seseorang menunjukan tingkat kematangan
emosi, moral, agama, sosial, kemandirian dan konsep dirinya. Prilaku manusia
terbentuk selama proses perjalanan hidupnya. Pada anak, prilaku dapat
terbentuk melalui kebiasaan sehari-hari secara non-formal. Artinya, suatu
perbuatan yang dilakukan atas anjuran orang dewasa ataupun prilaku orang
dewasa yang sengaja ditujukan kepada anak untuk diikuti.

Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Soekidjo,N,1993 :


55), Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau
seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. (Soekidjo,N,1993 : 58)

Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya.


Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan
menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. (Notoatmojo,S, 1997 : 60)

Perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan
bahkan dapat di pelajari. (Robert Kwik, 1974, sebagaimana dikutip oleh
Notoatmojo,S 1997)

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu dengan


lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup. (Sri
Kusmiyati dan Desminiarti, 1990 : 1)

Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan
respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. (Sunaryo,
2004 : 3)
Dilihat dari segi biologis,

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Dari sudut pandang biologis, semua makhluk hidup mulai dari
tumbuhan, hewan, dan manusia berperilaku karena mempunyai aktivitas
masing-masing. Perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas
manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak
luar

Dilihat dari segi psikologis

Menurut Skiner (1938) perilaku adalah suatu respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar) . penertian ini di kenal dengan teori
SOR(stimulus-organisme-respons).

Perilaku mempunyai beberapa dimensi:

• fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan
intensitasnya

• ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun


sosial) dimana perilaku itu terjadi

• waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa
yang akan datang

B. Penyebab gangguan

Jenis gangguan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, salah satunya adalah
melalui peranan ego.

Ada tiga fungsi ego yang tergolong terganggu yaitu meliputi :


1. Ego yang lemah tetapi masih utuh, Ego ini sangat rentan, baik terhadap
tekanan dari luar maupun dorongan dari dalam. Ego akan melahirkan gangguan
neorus’s (neorusteni) yaitu adanya “syaraf yang lemah”.

2. Ego yang retak

Dengan ego yang retak, maka ego terpecah dalam bagian-bagian yang terpisah
oleh parti-parti (sulcus/sulci) seperti dalam otak akibatnya dalam informasi dari
suatu bagian kebagian lainnya berjalan “meloncat-loncat”/ tidak menyambung.
Begitulah terjadi gangguan seperti pada penderita skizofrenia. Ego ini
melahirkan psikosis, yaitu retak dalam jiwa sehingga antara rangsang dan
tanggapan tidak sesuai. Dalam satu aliran psikologis, ego diartikan sebagai
komponen penting dalam kepribadian yang justru berfungsi untuk
menghubungkan jiwa individual dengan dunia luar atau dunia nyata. Dalam
pengertian yang lebih jelas, egolah yang menentukan penyesuaian diri individu
terhadap lingkungannya.

3. Ego bolong (pourous)

Yang dimaksud dengan ego bolong adalah adanya lubang atau bolong ditempat-
tempat tertentu. Seperti kita ketahui, ego ini dapat diibaratkan sebagai filter(
penyaring ) informasi dari luar kedalam dan tindakan sebaliknya. Dari luar
diolah, diartikan melalui proses yang disebut persepsi sehingga informasi itu
mempunyai makna tertentu. Pada kejadian ego “bolong” ini, pada tempat-
tempat tertentu terdapat lubang sehingga rangsang dari luar atau dorongan dari
dalam keluar begitu saja tanpa ada saringan. Ego ini melahirkan psikopat, yaitu
gangguan dalam mempertimbangkan suatu prilaku.

C. Gangguan prilaku

Tunalaras adalah anak yang berprilaku kurang sesuai dengan lingkungan.


Menurut UU RI NO. 2 thn 1989 tentang sistim pendidikan nasional junto PP. NO.
72 thn 1991 tentang pendidikan luar biasa, tunalaras adalah gangguan,
hambatan atau kelainan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri
dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Jadi, tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan.

Kelompok, usia, maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan


dirinya maupun oranglain, dan oleh karena itu memerlukan pelayanan
pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun lingkungan.

Quid dalam sunardi (1995) membuat klasifikasi prilaku menyimpang anak


tunalaras dalam 4 dimensi prilaku menyimpang yaitu:

1. Condoct disorders (unsosialized aggression) yaitu ketidak mampuan untuk


mengendalikan diri, beberapa prilakunya adalah :

a. Berkelahi, memukul, menyerang orang lain.

b. Pemarah, tidak patuh, menentang.

c. Merusak milik rang lain, nakal.

d. Menolak arahan, tidak pernah diam.

e. Lekas marah, mencari perhatian, sombong.

2. Socialized aggresion yaitu prilaku agresif yang dilakukan secara berkelompok,


beberapa prilakunya adalah :

a. Berteman dengan anak-anak jahat.

b. Mencuri secara berkelompok.

c. Setia dengan teman-teman yang nakal.

d. Menjadi anggota gang.


e. Keluar rumah sampai larut malam.

3. Anxiety wilthrawal (personality problem) yaitu anak yang mengalami


masalah kepribadian, beberapa prilakunya adalah :

a. Cemas, takut, tegang.

b. Sangat pemalu, menyendiri, tidak berteman.

c. Sedih, depresi.

d. Terlalu sensitiv, terlalu perasa, mudah malu.

4. Immaturity (inadequary) yaitu kelompok prilaku yang menunjukan Mental


illnes emotional disturbance

a. Emotional disorder (gangguan emosional)

b. Emotional handicap (emosional cacat)

c. Social maladjustment (ketidakmampuan sosial)

d. Serious emotional disturbance (gangguan emosional yang serius)

D. Bentuk – bentuk gangguan perilaku

1. personality disorder

personality disorder adalah gangguan-gangguan dalam perilaku yang


memberikan dampak atau dinilai negatif oleh masyarakat. Pemahaman ini
bersumber pada masalah perkembangan, yaitu bahwa manusia berkembang
dari sejak lahir dalam suatu proses dimana terjadi interaksi antara dirinya
dengan lingkungannya. Proses inilah yang menyebabkan kondisi di dalam diri
seseorang (inner world) menimbuklan adanya perkembangan kepribadian,
termasuk didalamnya tugas-tugas perkembangan dan moralitas dalam
berperilaku.
2. Penyimpangan perilaku

Semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlakudalam


masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga, dan lain-lain)
dapat disebut sebagai perilaku menyimpang (Sarwono, 1989:197).

Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma


yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha darimereka yang
berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku
menyimpang.Menurut jenisnya terdapat dua kategori perilaku menyimpang,
yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.

a. Penyimpangan Primer (Primary Deviation) Penyimpangan yang dilakukan


seseorang akan tetapi si pelaku masih dapat diterima masyarakat. Ciri
penyimpangan ini bersifat temporer atausementara, tidak dilakukan secara
berulang-ulang dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Contohnya :
menunggak iuran listrik, telepon, BTN dsb. melanggar rambu-ra mbu lalu lintas,
ngebut di jalanan.

b. Penyimpangan Sekunder (secondary deviation) Penyimpangan yang berupa


perbuatan yang dilakukan seseorang yang secara umum dikenal sebagai
perilaku menyimpang. Pelaku didominasioleh tindakan menyimpang tersebut,
karena merupakan tindakan pengulangan dari penyimpangan sebelumnya.

Penyimpangan ini tidak bisaditolerir oleh masyarakat. Contohnya : pemabuk,


pengguna obat-obatan terlarang.- pemerkosa, pelacuran. (Robert M. Z. Lawang)

Bentuk-bentuk gangguan perilaku digolongkan ke dalam empat dimensi


kemanusiaan, yaitu: dimensi individualitas, sosialitas, moralitas, dan
religiusitas. Permasalahn dimensi individualitas, seperti prestasi rendah,
motivasi belajar menurun, atau kesulitan alat pelajaran. Permasalahn dimensi
sosialitas, seperti bentrok dengan guru, pendiam, sering bertengkar, sukar
menyesuaikan diri, pemalu, penakut, kurang bergaul, kasar, dan manja.
Permasalahn dimensi moralitas, seperti melanggar tata tertib sekolah,
membolos, tidak senonoh, minggat, nakal, kasar, terlibat narkoba, atau
terlambat masuk sekolah. Permasalah dimensi religius, seperti tidak melakukan
salat atau perbuatan-perbuatan lain yang menyimpang dari agama yang
dianutnya.( Prayitno dan Amti, 2005:46)

“Bentuk-bentuk gangguan perilaku dapat dibagi menjadi dua sifat, yaitu


perilaku regresif dan agresif.” Contoh-contoh bentuk gangguan perilaku yang
bersifat regresif antara lain: suka menyendiri, pemalu, penakut, mengantuk,
atau tak mau masuk sekolah, sedangkan bentuk yang bersifat agresif, antara
lain: berbohong, membuat onar, memeras teman, dan prilaku-prilaku lain yang
dapat menarik perhatian orang lain atau merugikan orang lain seperti
mengganggu orang lain. (Dalyono, 2001:265).

Seseorang yang cenderung suka mengganggu sesamanya memperlihatkan


keadaan jiwa yang tidak stabil, kurang sehat, atau sedang dilanda kegelisahan.
Dalam usaha membebaskan diri dari berbagai belenggu tersebut, ia tak
menemukan cara lain selain melakukan perbuatan yang menyimpang seperti
mengganggu orang lain disekitarnya.

Kecenderungan anak mengganggu sesama teman menunjukkan bahwa adanya


ketidaksenangan serta ketidakpuasan si pelaku terhadap kondisi hidupnya.
Misalnya, ia tidak menyukai sikap keras kedua orang tuanya, merasa dirinya
tidak aman, di rumah atau di sekolah acapkali diganggu orang lain, tengah
menghadapi masalah besar, atau tak mampu membalaskan dendamnya.

E. Macam-macam gangguan prilaku pada anak

1. Attention deficit hyperactivity disorder

a. Tipe-tipe ADHD yaitu :

i. Rentan perhatian pendek, Ialah ketidak mampuan seseorang untuk


memfokuskan dan mempertahankan perhatian secara selektif. Baik pada
kegiatan belajar maupun bermain.
ii. Hiperaktifitas,

Adalah perilaku yang memperlihatkan gerakan yang berlebihan, tanpa tujuan,


dan sukar untuk memperhatikan. Umumnya mereka tidak bisa diam dan
bersikap semaunya. Aktivitas yang berlebihan dapat dilihat dari gerak kaki,
tangan, mata, dan kepalanya terus bergerak tanpa tujuan yang jelas.

iii. Impulsivitas

Adalah pola tingkah laku yang tiba-tiba, tanpa difikir terlebih dahulu, dan
bertindak sesuai implus yang meggerakannya. Dalam perkataan lain anak
bertindak menurut garak hati atau drongan sesaat. Tindakan ini seolah-olah
tidakmemperhitungkan konsekuensi dari tindakannya, sebetulnya anak
tersebut sadar akan konsekuensi negatif dari perbuatannya, akan tetapi ia tidak
dapat melawannya.

b. Gejala prilaku ADHD

i. Gejala anak memiliki rentan perhatian pendek

Anak yang memiliki rentan perhatian pendek memiliki ciri-ciri (betty B. Osman,
2002) sebagai berikut :

• Sering mendapat kesulitan untuk tetap memperhatikan tugas atan permainan.

• Sering seakan akan tidak mendengarkan kalau diajak bicara secara langsung.

• Sering tidak memahami semua instruksi dan gagal menyelesaikan pekerjaan


sekolah, pekerjaan sehari-hari.

• Sering mendapat kesulitan mengatur tugas atau kegiatan.

• Sering menghindari, tidak suka atau enggan terlalu tekun dalam tugas
ataupun bermain.g

• Sering kehilangan benda-banda miliknya seperti: mainan, pensil, buku, dll.


• Mudah terganggu oleh rangsangan dari sekitarnya.

• Sering alfa dalam kegiatan sehari-hari.

ii. Gejala anak hiperaktif

Ciri-ciri anak yang hiperaktif (betty B. Osman, 2002) antara lain:

• Tangan dan kaki sering tidak bisa diam, jika duduk sering kalin resah.

• Sering kali menggalkan kursi di kelas.

• Sering kali kesana kian kemari atau banyak memanjat-manjat.

• Sering tidak bisa diam ketika bermain atau melakukan kegiatan waktu luang.

• Bergerak terus seperti didorong sebuah motor.

• Bicara terus menerus.

Faktor penyebab anak hiperaktif :

• Ada gangguan pada masa hamil misalnya, preeclampsia (meningkatnya


tekanan darah),

• Kerusakan otak ketika lahir,

• Cedera otak sesudah lahir.

Faktor-faktor penyebab tersebut jarang menjadi penyebab tunggal, biasanya


faktor-faktor psikologis juga ikut mendukung munculnya hiperaktif seperti
suasana rumah yang penuh pertengkaran.

iii. Gejala anak impulsif

Ciri-ciri anak impulsif ( Betty B. Osman, 2002) antara lain:

• Sering menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan.

• Sering tidak sabar menunggu giliran.

• Sering menyela pembicaraan atau permainan orang lain.


• Sering kehilangan dengan barang miliknya sperti: mainan, alat tulis, buku.

• Tindakan sering ceroboh.

Ada beberapa faktor penyebab anak implusif antara lain :

• Fisiologis

Mekanisme menahan diri dari otak tidak berfungsi secara memandaikarena


faktr genetik, pembawaaqn atau disfungsineurogis. Jadi, dapat dikatakan
sebagai anak memang membawa potensi untuk menjadi impulsif sejak lahir.

• Kecemasan

Anak-anak yang cemas, tegang sering kali bereaksi seolah-olah mereka berada
pada keadan panik.Anak brtindak berdasarkan pikiran pertama yang melintas
dikepalanya tanpa pertimbangan berbagai alternatif dengan tenang.

• Pengaruh Lingkungan

Sebagian anak menjadi impulsif lewat pengaruh lingkungan.Umumnya orang


tua impulsif cenderung mendukung tumbuh tingkah laku impulsif pada anak.

Jika anak memiliki ciri rentang perhatian pendek,hiperaktif,dan impulsif, anak


tersebut memiliki gejala ADHD jenis kombinasi.

2. Cacat mental

a. Pengertian cacat mental

Cacat mental sama artinya dengan retardasi mental, lemah mental,


keterbelakangan mental, mental defektif, mental handicapped, defisiensi
mental atau intellectually deficit.

Cacat mental dalam DSM IV (1994) disebut sebagai retardasi mental. Pada
bagian tersebut retardasi mental merupakan gangguan yang ditandai leh fungsi
intelektual tergulong sub normal (IQ =70 atau lebih rendah) yang terjadi pada
masa perkembangan ( sebelum usia 18 tahun) dan disertai defisit perilaku.
Perilaku adaptif yang dimaksud adalah kemampuan individu untuk berdikari
yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya.diinggris cacat mental disebut
dengan istilah defisiensi mental. Contohnya undang-undang mengenai defisiensi
mental di Inggris tahun 1913 dan diamandemenkan pada tahun 1927. Pada
undang-undang tersebut dinyatakan defek mental didefinisikan sebagai suatu
keadaan perkembangan pikiran yang terhenti atau tidak lengkap, terjadi
sebelum usia 18 tahun, dan dapat disebabkan oleh penyebab yang inheren atau
diinduksi oleh penyakit atau trauma. (S. M. Lumbantobing, 2001)

b. Mengenal anak cacat mental

Ada beberapa pertanda yang dapat digunakan untuk mengenali anak cacat
mental (S. M. Lumbantobing, 2001).

• Sejak lahir perkembangan mentalnya terbelakang disemua aspek


perkembangan. Kecuali perkembangan motorik misalnya: mereka dapat berdiri,
merangkak, dan berjalan.

• Terbelakang dalam perkembangan bicara.

• Kurang memberi perhatian terhadap sekitarnya, misalnya: tidak bereaksi


terhadap bunyi atau suara yang terdengar.

• Kurang dapat berkonsentrasi. Perhatian terhadap mainan hanya berlangsung


singkat atau bila diberi mainan tidak mengacuhkannya.

• Kesiagaannya kurang, misalnya jika mainannya jatuh dihadapannya ia tidak


berusaha mengambilnya.

• Kurang memberi respon terhadap lingkungan jika dibanding dengan anak


normal.

• Usia 2-3 tahun masih suka memasukan mainan kedalam mulutnya.


Sunaryo Kartadinata (1998/1999) mengatakan karakteristik anak cacat mental
antara lain: (1) keterbatsan intelegensi, (2) keterbatasan sosial dengan ciri-ciri:
cenderuing berteman dengan anak yang lebih muda, ketergantungan terhadap
orang tua, tidak mampu memikul tanggung jawab. (3) keterbatasan fungsi-
fungsi mental lainnya seperti: kurang mampu mempertimbangkan sesuatu,
kurang mampu membedakan yang baik dengan yang buruk, yang benar dan
yang salah, tidak membayangkan terlebih dahulu konsekuensi suatu perbuatan.

Faktor penyebab :

i. Peristiwa kelahiran

Kehamilan yang tidak dikontrol, bimbingan persalinan yang tidak tepat, bantuan
persalinan salah, fasilitas persalinan yang kurang memadai banyak
mengakibatkan kerusakan pada otak anak. S. M. Lumbantobing (2001)
mengemukakan peningkatan kemampuan membimbing persalinan serta
pengelolaan semasa hamil dapat mengurangi kemungkinan cacat mental.

ii. Infeksi

Anak menderita infeksi yang merusak otak seperti meningitis encephalitistu


berkolusis, dan lain-lain. Sekitar 30%-50% dari mereka yang mengalami
kerusakan otak akibat penyakit-penyakit tersebut menderita defisit neurologik
dan cacat mental.

iii. Malnutrisi berat

Kekurangan makanan bergizi semasa bayi dapat mengganggu pertumbuhan dan


fungsi susunan saraf pusat. Malnutrisi ini kebanyakan terjadi pada kelompok
ekonomi lemah.

iv. Kekurangan yodium

Kekurangan yudium dapat mempengaruhi perkembangan mental anak,


termasuk salah satu penyebab cacat mental untuk mengenal anak cacat mental
anak secara dini, beberapa gejala ini dapat dijadikan indikator;
v. Terlambat memberi reaksi antara lain; lambat memberi senyum jika anak
diajak tertawa atau digelitik. Anak tideak memperhatikan atau seolah-olah
tidak melihat jika dirangsang dengan gerakan tangan kita. Anak cacat mental
akan terlambat bereaksi terhadap bunyi-bunyian, seolah-olah terganggu
pendengarannya. Anak cacat mental juga lambat mengunyah makanan,
sehingga ia seringkali mengalami gangguan.

vi. Memandang tangannya sendiri

Bayi yang berusia antara 12-20 minggu bila berbaring sering memperlihatkan
gerakan tangannya sendiri. Pada anak cacat mental gejala ini masih terlihat
walaupun usianya sudah tua dari 20 minggu.

vii. Memasukkan benda ke mulut

Kegiatan memasukan benda ke dalam mulut merupakan aktivitas yang khas


untuk anak usia 6 sampai 12 bulan. Anak cacat mental masih suka memasukkan
benda atau mainan ke dalam mulutnya walaupun usianya sudah mencapai 2
atau 3 tahun.

viii. Kurang perhatian dan kurang konsentrasi

Anak cacat mental kurang memperhatikan lingkungan sekitar. Perhatiannya


terhadap mainan hanya berlangsung singkat saja. Malahan seringkali tidak
mengacuhkan kejadian-kejadian di sekelilingnya. Bila diberi mainan, ia kurang
tertarik dan tidak berusaha untuk mengambilnya.

3. Kesulitan Berbicara,

a. Pengertian Kesulitan Berbicara

Anak dikatakan mengalami kesulitan belajar jika secara umum berbicara anak
tidak sesuai dengan kemampuan anak seusianya serta mengandung berbagai
kesulitan dalam artikulasi, penyuaraan, dan kelancaran berbicara.
b. Ciri-ciri Kesulitan Berbicara

Ciri-ciri anak mengalami kesulitan berbicara adalah ; jika anak

• Tidak jelas mengucapkan kata misalnya “doloy” untuk “tolong”

• Mengalami kelainan nada, kenyaringan suara, dan kualitas anak.

• Tidak lancar dalam mengucapkan kata-kata. Misalnya jika anak berbicara


dengan suara cepat atau tersendat sendat sehingga ucapannya tidak jelas jika ia
berbicara dengan orang lain.

Gejala-gejala tersebut diatas terlihat pada perilaku anak seperti :

• Terlihat frustasi ketika berbicara

• Berusaha mengulangi beberapa kata

• Memiliki kesulitan berbicara dengan teman

• Menolak berbicara di depan kelas

• Tidak suka bercerita.

• Sulit mengucapkan kata-kata.

• Jumlah perbendaharaan kata lebih sedikit di banding dengan anak seusianya.

• Susunan kata tidak teratur.

4. Temper tantrum

a. Pengertian temper tantrum

Anak temper tantrum adalah anak yang marah secara berlebihan. Perilaku ini
sering terjadi pada anak berusia 4 tahun. Kebiasaan mengamuk akan lebih
sering dilakukan bila anak mengetahui bahwa dengan cara ini keingiannya akan
dipenuhi.
Temper tantrum merupakan salah satu ciri anak bermasalah dalam
perkembangan emosi mereka antara lain:

• Marah berlebihan, contohnya ingin merusak diri dan barang-barangnya,

• Tidak dapat mengungkapkan apa yang diinginkan,

• Takut yang sangat kuat sehingga mengganggu interaksi dengan


lingkungannya,

• Malu, hingga menarik diri dari lingkungannya.

• Hipersensitif maksudnya, sangat peka, sulit mengatasi perasaan


tersinggungnya, dan pandangan cenderung negatif bersifat murung.

b. Gejala perilaku anak temper tantrum

Secara umum ada beberapa ciri untuk mengenali bahwa anak sedang temper
tantrum.

• Anak tampak merengut dan mudah marah.

• Perhatian, pelukan, atau pendekatan khusus lainnya tampak tidak


memperbaiki suasana hatinya.

• Dia mencoba melakukan sesuatu diluar kebiasaannya atau meminta sesuatu


yang dia yakini tidak akan diperolehnya.

• Dia meningkatkan tuntutannya dengan cara merengek dan tidak mau


menerima jawaban “tidak”.

• Dia melanjutkn dengan menangis, menjerit, menendang, memukul, atau


menahan nafas.

5. Agresifitas

a. Definisi agresif
Salah satu bentuk prilaku anak yang mengalami kesulitan perkembangan sosial
adalah anak berprilaku agresif. Agresif adalah tingkah laku menyerang baik
secara fisik maupun verbal atau melakukan ancaman sebagai pernyataan
adanya rasa permusuhan. Tingkah laku agresif ini mengakibatkan kerugian atau
malukai orang lain. Kerugian itu dapat berupa kerugian sikologis ataupun
kerugian fisik.

Schasfer dan millman (dalam yosefini, 1990) menggolongkan prilaku agresif


kedalam prilaku bermasalah dalam kelompok, dimana ank mengalami kesulitan
dalam berhubungan dengan rang lain.

b. Gejala-gejala anak agresif

Gejala-gejala anak agresif adalah sebagai berikut:

• Sering mendorong, memukul, atau berkelahi

• Menyerang dengan menggunakan kaki, tangan, tubuhnya untuk mengganggu


permainan yang dilakukan untuk mengganggu teman-teman.

• Menyerang dalam bentuk verbal seperti ; mencaci, mengejek, mengolok-olok,


berbicara kotor dengan teman.

• Tingkah laku mengganggu ini muncul, umumnya karena ingin menunjukkan


kekuatan di kelompok.

• Tingkah laku menganggu ini pada dasarnya melanggar aturan atau norma
yang berlaku disekolah seperti ; berkelahi, merusak alatpermainan milik teman,
mengganggu anak lain.

6. Gangguan Eliminisi

Adalah gangguan pada perkembangan anak dan remaja dimana tidak dapat
mengontrol buang air kecil ( BAK ) dan buang air besar ( BAB ) setelah mencapai
usia normal untuk mampu melakukannya. Terbagi menjadi dua yaitu:
• Enuresis

Adalah dimana anak tidak mampu mengontrol BAKnya bukan karena akibat dari
kerusakan neurologis atau penyakit lainnya . kita sering menyebutnya dangan
mengompol.

• Enkopresis

Ketidakmampuan mengontrol BABnya yang bukan disebabkan masalah organik.

7. Kecemasan dan Depresi

Gangguan kecemasan sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan
berlanjut ke masa dewasa biasanya berupa : gangguan obsesif kompulsif,
gangguan kecemasan umum, dan fobia banyak terjadi pada anak-anak dan
remaja, yang memiliki gejala seperti pada orang dewasa. Gangguan kecemasan
akibat perpisahan adalah gangguan masa kanak-kanak yang ditandai dengan
rasa takut berpisah dari orang yang paling dekat dengannya seperti orang tua,
saudara,dll. Gejalanya antara lain berupa mimpi buruk, sakit perut, mual dan
muntah saat mengantisipasi perpisahan.gangguan kecemasan ini dapat
berlanjut hingga depresi. Depresi pada anak – anak dan remaja tidaklah
berbeda dengan orang dewasa, mereka memiliki perasaan tidak
berdaya,kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri. Namun depresi pada
anak tidak nampak nyata bila dibanding dengan orang dewasa. Ciri – ciri depresi
pada anak antara lain adalah mereka menolak untuk masuk sekolah, tak mau
pisah dengan orang tua. Depresi pada anak dan remaja biasanya diikuti dengan
gangguan lain seperti CD, ODD, masalah akademik. Depresi pada remaja yang
berkelanjutan akat berakibat ganguan depresi yang lebih serius pada masa
dewasa.

8. Conduct Disorder (CD )

Adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang
dari aturan yang berlaku di sekolah yang disebabkan sejak kecil orangtua tidak
mengajarkan perilaku benar dan salah pada anak. Ciri – cirinya, apabila ia
memunculkan perikau anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal
seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan
temannya, menunjukkan unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.

9. Oppositional defiant disorder ( ODD )

Perilaku dalam gangguan ini menunjukkan sikap menentang, seperti


berargumentasi, kasar, marah, toleransi yang rendah terhadap frustasi, dan
menggunakan minuman keras, zat terlarang, atau keduanya. Namun dalam
gangguan ini tidak melanggar hak-hak orang lain sampai tingkat yang terlihat
dalam gangguan perilaku.

F. Macam-macam gangguan prilaku pada remaja

Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi pergaulan bebas kedalam


tiga tingkatan, yaitu :

a. Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah,


pergi dari rumah tanpa pamit

b. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti


mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin

c. Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar


nikah, pemerkosaan dll.

Contoh pergaulan bebas :

1. Penggunaan narkoba

Remaja yang menggunakan narkoba bukan berarti memiliki moral yang lemah.
Banyaknya zat candu yang terdapat pada narkoba membuat remaja sulit
melepaskan diri dari jerat narkoba jika tidak dibantu orang-orang sekelilingnya.
Zat kokain dan methamphetamine yang terdapat dalam narkoba akan
memunculkan energi dan semangat dalam waktu cepat. Sedangkan heroin,
benzodiazepines dan oxycontin membuat perasaan tenang dan rileks dalam
otak. Ketika otak sudah tidak menerima lagi asupan zat-zat tersebut, maka akan
timbul rasa sakit dan itulah yang membuat seseorang kecanduan.

2. Mengonsumsi alkohol

Alkohol merupakan substansi utama yang paling banyak digunakan remaja dan
sering berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor yang merupakan
penyebab utama kematian remaja. Menurut Clinical and Experimental
Research, remaja yang mengonsumsi alkohol, daya ingatnya akan berkurang
hingga 10 persen. Substance Abuse and Mental Health Services Administration
juga mengatakan bahwa 31 persen remaja yang minum alkohol mengaku stres
karena jarang diperhatikan oleh orang tua.

3. Hubungan Seksual Pra Nikah

Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks


pranikah adalah membaca buku porno dan menonton film porno. Adapun
motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka, pengaruh teman,
kebutuhan biologis dan merasa kurang taat pada nilai agama.

Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Ohio University menyebutkan
bahwa remaja yang melakukan hubungan seks di usia dini cenderung menjadi
pribadi yang meresahkan masyarakat, yaitu menjadi seorang pemalak.

4. Aborsi

Hampir setiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di
luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari
rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia
saat ini sangat memperihatinkan. Survei Pusat Penelitian Kesehatan Universitas
Indonesia menemukan jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya
mencapai 2,3 juta dan 30% di antaranya dilakukan oleh remaja. Menurut
National Abortion Federation, sebanyak 4 dari 5 wanita di Amerika telah
melakukan hubungan seks sebelum usia 20 tahun, dan sebanyak 70 persennya
adalah remaja. Karena mental yang belum siap, mereka pun melakukan aborsi.
Pengetahuan seks yang kurang menjadi salah satu pemicunya.

5. Kecanduan Game

Terlalu sering bermain game akan membahayakan fisik dan psikologisnya.


Seperti dikutip dari Psychiatric Time, alasan anak-anak bermain game adalah
ingin mencoba sesuatu yang baru dan untuk menghilangkan stres akibat tugas
sekolah atau karena suatu masalah.

Seorang anak boleh saja bermain game, asalkan waktunya dibatasi dan hal yang
terpenting adalah pemilihan game yang tepat untuk anak-anak.

G. Faktor yang mempengeruhi gangguan perilaku

1. Faktor-faktor psikobiologik.

Faktor-faktor psikobilogik biasanya akibat :

a. Riwayat genetika keluarga yang terjadi pada kasus retardasi mental, autisme,
skizofrenia kanak-kanak, gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan gangguan
ansietas atau kecemasan.

b. Struktur otak yang tidak normal. Penelitian menemukan adanya abnormalitas


struktur otak dan perubahan neurotransmitter pada pasien yang menderita
autisme, skizofrenia kanak-kanak, dan ADHD.

c. Pengaruh pranatal, seperti infeksi pada saat di kandungan ibu, kurangnya


perawatan pada masa bayi dalam kandungan, dan ibu yang menyalahgunakan
zat, semuanya dapat menyebabkan perkembangan saraf yang abnormal yang
berkaitan dengan gangguan jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan dengan
berkurangnya suplai oksigen pada janin saat dalam kandungan yang sangat
signifikan dan menyebabkan terjadinya retardasi mental dan gangguan
perkembangan saraf lainnya.

d. Penyakit kronis atau kecacatan dapat menyebabkan kesulitan koping bagi


anak.

2. Dinamika keluarga.

Dinamika keluarga yang tidak sehat dapat mengakibatkan perilaku menyimpang


yang dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Penganiayaan anak. Anak yang terus-menerus dianiaya pada masa kanak-


kanak awal, perkembangan otaknya menjadi terhambat (terutama otak kiri).
Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak berkaitan dengan berbagai
masalah psikologis, seperti depresi, masalah memori, kesulitan belajar,
impulsivitas, dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod, 1998).

b. Disfungsi sistem keluarga (misal kurangnya sifat pengasuhan orang tua pada
anak, komunikasi yang buruk) disertai dengan keterampilan koping yang tidak
baik antaranggota keluarga dan model peran yang buruk dari orang tua.
Sehingga menyebabkan gangguan pada perkembangan anak dan remaja.

3. Faktor lingkungan.

Lingkungan dan kehidupan sosial yang tidak menguntungkan akan menjadi


penyebab utama pula, seperti :

a. Kemiskinan.

Perawatan pranatal yang buruk, nutrisi yang buruk, dan kurang terpenuhinya
kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi dapat memberi pengaruh
buruk pada pertumbuhan dan perkembangan normal anak.

b. Tunawisma.
Anak-anak tunawisma memiliki berbagai kebutuhan kesehatan yang
memengaruhi perkembangan emosi dan psikologi mereka. Berbagai penelitian
menunjukkan adanya peningkatan angka penyakit ringan kanak-kanak,
keterlambatan perkembangan dan masalah psikologis diantara anak tunawisma
ini bila dibandingkan dengan sampel kontrol (Townsend, 1999).

c. Budaya keluarga.

Perilaku orang tua yang secara dramatis berbeda dengan budaya sekitar dapat
mengakibatkan kurang diterimanya anak-anak oleh teman sebaya dan masalah
psikologik.

H. Penanganan Gangguan Perilaku

1. Perawatan berbasis komunitas, yaitu dengan cara-cara :

a. Pencegahan primer melalui berbagai program sosial yang ditujukan untuk


menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan anak. Contohnya adalah
perawatan pranatal awal, program penanganan dini bagi orang tua dengan
faktor resiko yang sudah diketahui dalam membesarkan anak, dan
mengidentifikasi anak-anak yang berisiko untuk memberikan dukungan dan
pendidikan kepada orang tua dari anak-anak ini.

b. Pencegahan sekunder dengan menemukan kasus secara dini pada anak-anak


yang mengalami kesulitan di sekolah sehingga tindakan yang tepat dapat segera
dilakukan. Metodenya meliputi konseling individu dengan program bimbingan
sekolah dan rujukan kesehatan jiwa komunitas, layanan intervensi krisis bagi
keluarga yang mengalami situasi traumatik, konseling kelompok di sekolah, dan
konseling teman sebaya.

c. Dukungan terapeutik bagi anak-anak diberikan melalui psikoterapi individu,


terapi bermain, dan program pendidikan khusus untuk anak-anak yang tidak
mampu berpartisipasi dalam sistem sekolah yang normal. Metode pengobatan
perilaku pada umumnya digunakan untuk membantu anak dalam
mengembangkan metode koping.
d. Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga. Penting untuk membantu keluarga
mendapatkan keterampilan dan bantuan yang diperlukan guna membuat
perubahan yang dapat meningkatkan fungsi dari semua anggota keluarga.

2. Pengobatan berbasis rumah sakit dan Rehabilitasi.

a. Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di rumah sakit
jiwa.

Pengobatan di unit-unit ini biasanya diberikan untuk klien yang tidak sembuh
dengan metode alternatif, atau bagi klien yang beresiko tinggi melakukan
kekerasan terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain.

b. Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan program sekolah di


tempat (on-site) yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan khusus anak yang
menderita penyakit jiwa. Seklusi dan restrein untuk mengendalikan perilaku
disruptif masi menjadi kontroversi. Penelitian menunjukkan bahwa metode ini
dapat bersifat traumatik pada anak-anak dan tidak efektif untuk pembelajaran
respon adaptif. Tindakan yang kurang restriktif meliputi istirahat (time-out),
penahanan terapeutik, menghindari adu kekuatan, dan intervensi dini untuk
mencegah memburuknya perilaku.

c. Farmakoterapi.

Medikasi digunakan sebagai satu metode pengobatan. Medikasi psikotropik


digunakan dengan hati-hati pada klien anak-anak dan remaja karena memiliki
efek samping yang beragam. Pemberian metode ini berdasarkan :

• Perbedaan fisiologi anak-anak dan remaja mempengaruhi jumlah dosis,


respon klinis, dan efek samping dari medikasi psikotropik.

• Perbedaan perkembangan neurotransmiter pada anak-anak dapat


mempengaruhi hasil pengobatan psikotropik, mengakibatkan hasil yang tidak
konsisten, terutama dengan antidepresan trisiklik

Вам также может понравиться