Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Pengertian perilaku
Prilaku adalah cermin kepribadian seseorang yang tampak dalam perbuatan dan
interaksi terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. Prilaku merupakan
internalisasi nilai-nilai yang diserap oleh seseorang selama proses berinteraksi
dengan orang diluar dirinya. Prilaku seseorang menunjukan tingkat kematangan
emosi, moral, agama, sosial, kemandirian dan konsep dirinya. Prilaku manusia
terbentuk selama proses perjalanan hidupnya. Pada anak, prilaku dapat
terbentuk melalui kebiasaan sehari-hari secara non-formal. Artinya, suatu
perbuatan yang dilakukan atas anjuran orang dewasa ataupun prilaku orang
dewasa yang sengaja ditujukan kepada anak untuk diikuti.
Perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan
bahkan dapat di pelajari. (Robert Kwik, 1974, sebagaimana dikutip oleh
Notoatmojo,S 1997)
Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan
respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. (Sunaryo,
2004 : 3)
Dilihat dari segi biologis,
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Dari sudut pandang biologis, semua makhluk hidup mulai dari
tumbuhan, hewan, dan manusia berperilaku karena mempunyai aktivitas
masing-masing. Perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas
manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak
luar
Menurut Skiner (1938) perilaku adalah suatu respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar) . penertian ini di kenal dengan teori
SOR(stimulus-organisme-respons).
• fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan
intensitasnya
• waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa
yang akan datang
B. Penyebab gangguan
Jenis gangguan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, salah satunya adalah
melalui peranan ego.
Dengan ego yang retak, maka ego terpecah dalam bagian-bagian yang terpisah
oleh parti-parti (sulcus/sulci) seperti dalam otak akibatnya dalam informasi dari
suatu bagian kebagian lainnya berjalan “meloncat-loncat”/ tidak menyambung.
Begitulah terjadi gangguan seperti pada penderita skizofrenia. Ego ini
melahirkan psikosis, yaitu retak dalam jiwa sehingga antara rangsang dan
tanggapan tidak sesuai. Dalam satu aliran psikologis, ego diartikan sebagai
komponen penting dalam kepribadian yang justru berfungsi untuk
menghubungkan jiwa individual dengan dunia luar atau dunia nyata. Dalam
pengertian yang lebih jelas, egolah yang menentukan penyesuaian diri individu
terhadap lingkungannya.
Yang dimaksud dengan ego bolong adalah adanya lubang atau bolong ditempat-
tempat tertentu. Seperti kita ketahui, ego ini dapat diibaratkan sebagai filter(
penyaring ) informasi dari luar kedalam dan tindakan sebaliknya. Dari luar
diolah, diartikan melalui proses yang disebut persepsi sehingga informasi itu
mempunyai makna tertentu. Pada kejadian ego “bolong” ini, pada tempat-
tempat tertentu terdapat lubang sehingga rangsang dari luar atau dorongan dari
dalam keluar begitu saja tanpa ada saringan. Ego ini melahirkan psikopat, yaitu
gangguan dalam mempertimbangkan suatu prilaku.
C. Gangguan prilaku
Jadi, tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan.
c. Sedih, depresi.
1. personality disorder
iii. Impulsivitas
Adalah pola tingkah laku yang tiba-tiba, tanpa difikir terlebih dahulu, dan
bertindak sesuai implus yang meggerakannya. Dalam perkataan lain anak
bertindak menurut garak hati atau drongan sesaat. Tindakan ini seolah-olah
tidakmemperhitungkan konsekuensi dari tindakannya, sebetulnya anak
tersebut sadar akan konsekuensi negatif dari perbuatannya, akan tetapi ia tidak
dapat melawannya.
Anak yang memiliki rentan perhatian pendek memiliki ciri-ciri (betty B. Osman,
2002) sebagai berikut :
• Sering seakan akan tidak mendengarkan kalau diajak bicara secara langsung.
• Sering menghindari, tidak suka atau enggan terlalu tekun dalam tugas
ataupun bermain.g
• Tangan dan kaki sering tidak bisa diam, jika duduk sering kalin resah.
• Sering tidak bisa diam ketika bermain atau melakukan kegiatan waktu luang.
• Fisiologis
• Kecemasan
Anak-anak yang cemas, tegang sering kali bereaksi seolah-olah mereka berada
pada keadan panik.Anak brtindak berdasarkan pikiran pertama yang melintas
dikepalanya tanpa pertimbangan berbagai alternatif dengan tenang.
• Pengaruh Lingkungan
2. Cacat mental
Cacat mental dalam DSM IV (1994) disebut sebagai retardasi mental. Pada
bagian tersebut retardasi mental merupakan gangguan yang ditandai leh fungsi
intelektual tergulong sub normal (IQ =70 atau lebih rendah) yang terjadi pada
masa perkembangan ( sebelum usia 18 tahun) dan disertai defisit perilaku.
Perilaku adaptif yang dimaksud adalah kemampuan individu untuk berdikari
yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya.diinggris cacat mental disebut
dengan istilah defisiensi mental. Contohnya undang-undang mengenai defisiensi
mental di Inggris tahun 1913 dan diamandemenkan pada tahun 1927. Pada
undang-undang tersebut dinyatakan defek mental didefinisikan sebagai suatu
keadaan perkembangan pikiran yang terhenti atau tidak lengkap, terjadi
sebelum usia 18 tahun, dan dapat disebabkan oleh penyebab yang inheren atau
diinduksi oleh penyakit atau trauma. (S. M. Lumbantobing, 2001)
Ada beberapa pertanda yang dapat digunakan untuk mengenali anak cacat
mental (S. M. Lumbantobing, 2001).
Faktor penyebab :
i. Peristiwa kelahiran
Kehamilan yang tidak dikontrol, bimbingan persalinan yang tidak tepat, bantuan
persalinan salah, fasilitas persalinan yang kurang memadai banyak
mengakibatkan kerusakan pada otak anak. S. M. Lumbantobing (2001)
mengemukakan peningkatan kemampuan membimbing persalinan serta
pengelolaan semasa hamil dapat mengurangi kemungkinan cacat mental.
ii. Infeksi
Bayi yang berusia antara 12-20 minggu bila berbaring sering memperlihatkan
gerakan tangannya sendiri. Pada anak cacat mental gejala ini masih terlihat
walaupun usianya sudah tua dari 20 minggu.
3. Kesulitan Berbicara,
Anak dikatakan mengalami kesulitan belajar jika secara umum berbicara anak
tidak sesuai dengan kemampuan anak seusianya serta mengandung berbagai
kesulitan dalam artikulasi, penyuaraan, dan kelancaran berbicara.
b. Ciri-ciri Kesulitan Berbicara
4. Temper tantrum
Anak temper tantrum adalah anak yang marah secara berlebihan. Perilaku ini
sering terjadi pada anak berusia 4 tahun. Kebiasaan mengamuk akan lebih
sering dilakukan bila anak mengetahui bahwa dengan cara ini keingiannya akan
dipenuhi.
Temper tantrum merupakan salah satu ciri anak bermasalah dalam
perkembangan emosi mereka antara lain:
Secara umum ada beberapa ciri untuk mengenali bahwa anak sedang temper
tantrum.
5. Agresifitas
a. Definisi agresif
Salah satu bentuk prilaku anak yang mengalami kesulitan perkembangan sosial
adalah anak berprilaku agresif. Agresif adalah tingkah laku menyerang baik
secara fisik maupun verbal atau melakukan ancaman sebagai pernyataan
adanya rasa permusuhan. Tingkah laku agresif ini mengakibatkan kerugian atau
malukai orang lain. Kerugian itu dapat berupa kerugian sikologis ataupun
kerugian fisik.
• Tingkah laku menganggu ini pada dasarnya melanggar aturan atau norma
yang berlaku disekolah seperti ; berkelahi, merusak alatpermainan milik teman,
mengganggu anak lain.
6. Gangguan Eliminisi
Adalah gangguan pada perkembangan anak dan remaja dimana tidak dapat
mengontrol buang air kecil ( BAK ) dan buang air besar ( BAB ) setelah mencapai
usia normal untuk mampu melakukannya. Terbagi menjadi dua yaitu:
• Enuresis
Adalah dimana anak tidak mampu mengontrol BAKnya bukan karena akibat dari
kerusakan neurologis atau penyakit lainnya . kita sering menyebutnya dangan
mengompol.
• Enkopresis
Gangguan kecemasan sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan
berlanjut ke masa dewasa biasanya berupa : gangguan obsesif kompulsif,
gangguan kecemasan umum, dan fobia banyak terjadi pada anak-anak dan
remaja, yang memiliki gejala seperti pada orang dewasa. Gangguan kecemasan
akibat perpisahan adalah gangguan masa kanak-kanak yang ditandai dengan
rasa takut berpisah dari orang yang paling dekat dengannya seperti orang tua,
saudara,dll. Gejalanya antara lain berupa mimpi buruk, sakit perut, mual dan
muntah saat mengantisipasi perpisahan.gangguan kecemasan ini dapat
berlanjut hingga depresi. Depresi pada anak – anak dan remaja tidaklah
berbeda dengan orang dewasa, mereka memiliki perasaan tidak
berdaya,kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri. Namun depresi pada
anak tidak nampak nyata bila dibanding dengan orang dewasa. Ciri – ciri depresi
pada anak antara lain adalah mereka menolak untuk masuk sekolah, tak mau
pisah dengan orang tua. Depresi pada anak dan remaja biasanya diikuti dengan
gangguan lain seperti CD, ODD, masalah akademik. Depresi pada remaja yang
berkelanjutan akat berakibat ganguan depresi yang lebih serius pada masa
dewasa.
Adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang
dari aturan yang berlaku di sekolah yang disebabkan sejak kecil orangtua tidak
mengajarkan perilaku benar dan salah pada anak. Ciri – cirinya, apabila ia
memunculkan perikau anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal
seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan
temannya, menunjukkan unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.
1. Penggunaan narkoba
Remaja yang menggunakan narkoba bukan berarti memiliki moral yang lemah.
Banyaknya zat candu yang terdapat pada narkoba membuat remaja sulit
melepaskan diri dari jerat narkoba jika tidak dibantu orang-orang sekelilingnya.
Zat kokain dan methamphetamine yang terdapat dalam narkoba akan
memunculkan energi dan semangat dalam waktu cepat. Sedangkan heroin,
benzodiazepines dan oxycontin membuat perasaan tenang dan rileks dalam
otak. Ketika otak sudah tidak menerima lagi asupan zat-zat tersebut, maka akan
timbul rasa sakit dan itulah yang membuat seseorang kecanduan.
2. Mengonsumsi alkohol
Alkohol merupakan substansi utama yang paling banyak digunakan remaja dan
sering berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor yang merupakan
penyebab utama kematian remaja. Menurut Clinical and Experimental
Research, remaja yang mengonsumsi alkohol, daya ingatnya akan berkurang
hingga 10 persen. Substance Abuse and Mental Health Services Administration
juga mengatakan bahwa 31 persen remaja yang minum alkohol mengaku stres
karena jarang diperhatikan oleh orang tua.
Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Ohio University menyebutkan
bahwa remaja yang melakukan hubungan seks di usia dini cenderung menjadi
pribadi yang meresahkan masyarakat, yaitu menjadi seorang pemalak.
4. Aborsi
Hampir setiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di
luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari
rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia
saat ini sangat memperihatinkan. Survei Pusat Penelitian Kesehatan Universitas
Indonesia menemukan jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya
mencapai 2,3 juta dan 30% di antaranya dilakukan oleh remaja. Menurut
National Abortion Federation, sebanyak 4 dari 5 wanita di Amerika telah
melakukan hubungan seks sebelum usia 20 tahun, dan sebanyak 70 persennya
adalah remaja. Karena mental yang belum siap, mereka pun melakukan aborsi.
Pengetahuan seks yang kurang menjadi salah satu pemicunya.
5. Kecanduan Game
Seorang anak boleh saja bermain game, asalkan waktunya dibatasi dan hal yang
terpenting adalah pemilihan game yang tepat untuk anak-anak.
1. Faktor-faktor psikobiologik.
a. Riwayat genetika keluarga yang terjadi pada kasus retardasi mental, autisme,
skizofrenia kanak-kanak, gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan gangguan
ansietas atau kecemasan.
2. Dinamika keluarga.
b. Disfungsi sistem keluarga (misal kurangnya sifat pengasuhan orang tua pada
anak, komunikasi yang buruk) disertai dengan keterampilan koping yang tidak
baik antaranggota keluarga dan model peran yang buruk dari orang tua.
Sehingga menyebabkan gangguan pada perkembangan anak dan remaja.
3. Faktor lingkungan.
a. Kemiskinan.
Perawatan pranatal yang buruk, nutrisi yang buruk, dan kurang terpenuhinya
kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi dapat memberi pengaruh
buruk pada pertumbuhan dan perkembangan normal anak.
b. Tunawisma.
Anak-anak tunawisma memiliki berbagai kebutuhan kesehatan yang
memengaruhi perkembangan emosi dan psikologi mereka. Berbagai penelitian
menunjukkan adanya peningkatan angka penyakit ringan kanak-kanak,
keterlambatan perkembangan dan masalah psikologis diantara anak tunawisma
ini bila dibandingkan dengan sampel kontrol (Townsend, 1999).
c. Budaya keluarga.
Perilaku orang tua yang secara dramatis berbeda dengan budaya sekitar dapat
mengakibatkan kurang diterimanya anak-anak oleh teman sebaya dan masalah
psikologik.
a. Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di rumah sakit
jiwa.
Pengobatan di unit-unit ini biasanya diberikan untuk klien yang tidak sembuh
dengan metode alternatif, atau bagi klien yang beresiko tinggi melakukan
kekerasan terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain.
c. Farmakoterapi.