Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang
rawan umumnya di karenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Dikehidupan sehari-
hari yang semakin padat dengan aktifitas masing-masing manusia dan untuk
mengejar perkembangan zaman, manusia tidak akan lepas dari fungsi normal
muskuloskeletal terutama tulang yang menjadi alat gerak utama bagi manusia,
tulang membentuk rangka penujang dan pelindung bagian tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh,. namun dari ulah
manusia itu sendiri, fungsi tulang dapat terganggu karena mengalami fraktur.
Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut
dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Mansjoer,
2008).
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6
juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1.3 juta orang
mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki
prevalensi cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstrimitas bawah sekitar 40% dari
insiden kecelakaan yang terjadi. Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi
diintegritas pada tulang. Penyebab terbanyaknya adalah insiden kecelakaan, tetapi
faktor lain seperti proses degeneratif dan osteoporosis juga dapat berpengaruh
terhadap terjadinya fraktur (Depkes RI, 2011).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat tahun 2011 terdapat lebih dari
delapan juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta
orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki
prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah yakni sekitar
46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Insiden fraktu di USA diperkirakan
menimpa satu orang pada 10.000 populasi setiap tahunnya (Armis, 2011). Sekitar
delapan juta orang mengalami kejadian fraktur yang berbeda dan penyebab yang
berbeda.
Kecelakaan merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia selain kematian,
kecelakaan juga dapat menimbulkan patah tulang dan kecacatan (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Data dari Riset Kesehatan Dasar 2010 di
Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena
jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam ataupun tumpul. Dari 45.987
peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%), dari
20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770
orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam atau tumpul, yang mengalami
fraktur sebanyak 236 orang (1,7%). Hasil survei tim Depkes RI didapatkan 25%
penderita fraktur mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15%
mengalami stress psikologis karena cemas bahkan depresi, dan 10% mengalami
kesembuhan dengan baik.
Berdasarkan data yang dimiliki Jajaran Dirlantas Polda Kalimantan Tengah,
jumlah kecelakaan lalu lintas di tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2014, dimana terjadi 948 kasus kecelakaan selama 2015. Jumlah ini
meningkat 8% yakni ditemukannya 940 insiden
kecelakaan pada tahun 2014. Peningkatan angka kecelakaan ini disebabkan oleh
banyak faktor diantaranya faktor cuaca, faktor jalan, faktor kendaraan, dan faktor
manusia.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur
(patah tulang).Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau ruda paksa.Fraktur dibagi
atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga
berhubungan dengan dunia luar dan fraktur tertutup yaitu jika fragmen tulang
tidak berhubungan dengan dunia luar.Secara umum fraktur terbuka bisa diketahui
dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai
perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang
dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan berupa sudut yang bisa
mengarah kesamping, depan atau belakang.
Dampak dari fraktur snagat komplek, dampak terhadap diri maupun pada
keadaan keluarga.Dampak biologis, pada klien fraktur ini terjadi perubahan pada
bagian tubunya yang terkena trauma, peningkatan metabolisme karena digunakan
untuk penyembuhan tulang, terjadi perubahan asupan nutrisi melebihi kebutuhan
biasanya terutama kalsium dan zat besi. Dampak psikologi berupa klien akan
merasa cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari fraktur, perubahan gaya
hidup, kehilangan peran baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat, dampak
daro hospitalisasi rawat inap dan harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru
serta takutnya terjadi kecacatan pada dirinya.
Dampak lain terjadi pada masalah sosio dimana klien akan kehilangan perannya
dalam keluarga dan dalam masyarakat karena harus menjalani perawatan yang
waktunya tidak akan sebentar dan juga perasaan akan ketidakmampuan dalam
melakukan kegiatan seperti kebutuhannya sendiri seperti biasanya, sedangkan
dampak spiritual yakni klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai
dengan keyakinan baik dalam jumlah ataupun dalam beribadah yang diakibatkan
karena rasa nyeri dan ketidakmampuan (Muttaqin, 2012).
Masalah lain yang juga sangat penting adalah kesiapan pasien dan keluarga dalam
perawatan klien, dimana lama perawatan pasien mengalami fraktur relatif lebih
lama hari perawatan atau relatif lama dirawat, hal ini berkaitan dengan keadaan
ekonomi dan kesiapan keluarga dalam mendampingi klien di rumah sakit.
Lama perawatan merupakan selisih dari tanggal terakhir pasien dirawat dan
tanggal pasien masuk ruang perawatan, lama perawatan snagat dipengaruhi oleh
kondisi klien sendiri, pada pasien fraktur biasanya mempunyai lama perawatan
relatif lebih lama dibanding lama perawatan pasien yang mengalami penyakit
infeksi. Lama perawatan di rumah sakit dipengaruhi oleh jenis dan lokasi fraktur
(Hoppenfeld dan Murthi, 2011).
Lama hari rawat inap pasien merupakan salah satu indikator mutu pelayanan
Rumah Sakit. Lama hari rawat dapat menggambarkan kondisi penyakit klien
selama menjalani perawatan dan menggambarkan mutu dan efektifitas pelayanan,
pengobatan dan kinerja pelayanan Rumah Sakit (Depkes, 2005). Yusuf (2011),
menyatakan bahwa semakin banyak masalah yang muncul, seperti terjadinya
dekubitus pada klien yang menjalani perawatan yang lama merupakan akibat
buruknya mutu pelayanan di suatu rumah sakit.
Jenis fraktur terdiri dari 2 macam yaitu closed fraktur (Simple Fracture), tidak
menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh dan open fraktur
(Compound Fracture/ komplikata/kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada
kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit)
atau mebran muosa sampai ke patahan tulang, pada jenis fraktur ini mempunyai
lama rawat inap lebih lama pada open fraktur, dimana pada jenis ini menimbulkan
komplikasi lebih banyak.
Lokasi fraktur ini berkaitan dengan trauma langsung yang mengenai organ tubuh
seseorang.Lokasi fraktur meliputi ektrimitas superioritas atas dan ektrimitas
superioritas bawah. Pasien dengan lokasi fraktur ektremitas akan cenderung lebih
cepat melakukan mobilisasi atau melakukan aktivitasnya sehari-hari bila
dibandingkan dengan pasien dengan lokasi fraktur pada ektrimita bawah karena
aktrimitas bawah merupakan organ yang menjadi oenyangga dari seluruh organ di
atasnya (Hoppenfeld dan murthi, 2011)`
Salah satu tindakan yang paling sering dan dianggap baik adalah tindakan dengan
ORIF (open reduction internal fixation). ORIF adalah pembedahan terbuka pada
daerah fraktur dengan memasukkan skrup/pen ke dalam fraktur yang berfungsi
untuk memfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara bersamaan dan
mengimobilisasi daerah fraktur (Rosyidi, 2013)
Tidak semua kasus fraktur harus ditangani dengan operasi, misalnya fraktur
tertutup, fraktur tertutup bisa ditangani secara operatif/pembedahan, dan harus
dilakukan sesegera mungkin. Fraktur terbuka merupakan kasus emergensi karena
dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam
waktu enam sampai delapan jam (golden period). Karena fraktur terbuka
cenderung mengalami infeksi, maka proses penyembuhannya akan lebih lama
dibanding fraktur tertutp (Sain,2011). Semua tulang dalam anggota tubuh bisa
mengalami fraktur, namun yang paling sering ditemukan adalah fraktur
ekstremitas.
Alasan dilakukan penelitian diruang Dahlia RSUD D Palangka Raya karena
berdasarkan survey yang dilakukan banyaknya terdapat kasus fraktur yang
dilakukan tindakan ORIF juga data yang didapaatkan hanya data secara umum
tentang fraktur, belum ada data secara khusus membedakan berdasarkan jenis dan
lokasi fraktur.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di BLUD RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 17-18 mei 2016 jumlah penderita fraktur
semakin meningkat, tahun 2013 jumlah semua penderita yang dirawat di ruang
Dahlia sebanyak 250 orang yang mengalami farktur ekstrimitas atas berjumlah 92
orng (36,8%) dan yang dilakukan tindakan ORIF sebanyak 53 orang (57,6%)
Dengan rata-rata lama hari rawat inap 3-6 hari, sedangkan yang mangalami
frakutr ektrimitas bawah sebanyak 158 orang (63,2%) dan yang dilakukan tidakan
ORIF sebanyak 103 orang (65,1%) dengan rata-rata lama hari rawat inap 10-15
hari.
Data tahun 2014 jumlah penderita sebanyak 280 orang yang mengalami fraktur
ektrimitas atas berjumlah 88 orang (31,4%) dan yang dilakukan tindakan ORIF
sebanyak 48 orang (54,5%) dengan rata-rata lama hari rawat inap 4-6 hari,
sedangkan yang mengalami fraktur ektrimitas bawah sebanyak 192 orang (68,1%)
dan yang dilakukan tindakan ORIF sebanyak 135 orang (70,3%) dengan rata-rata
lama hari rawat inap8-15 hari.
Sedangkan tahun 2015 jumlah penderita sebanyak 571 orang yang mengalami
fraktur ektrimitas atas berjumlah 252 orang (44,1%) dan yang dilakukan tindakan
ORIF sebanyak 104 orang (41,2%) dengan rata-rata lama hari rawat inapp 3-7
hari, sedangkan yang mengalami fraktur ekstrimitas bawah sebanyak 319 orang
(55,9%) dan yang dilakukan tindakan ORIF sebanyak 126 orang (39,4%) dengan
rata-rata lama hari rawat inap 5-12 hari.

Sedangkan data pasien fraktur di Ruang Dahlia pada bulan Januari 2016-Mei 2016
penderita sebanyak 200 orang,, yang mengalami fraktur ekstrimitas atas berjumlah
98 orang (49%) dan yang dilakukan tindakan ORIF sebanyak 84 orang (85,7%)
dengan rata-rata lama hari rawat inap 3-7 hari, sedangkan yang mengalami fraktur
ektrimitas bawah sebanyak 102 orang (51%) dan yang dilakukan tindakan ORIF
sebanyak 88 orang (86,2%) dengan rata-rata lama hari rawat inap 5-12 hari.
(Rekaam Medik RSUD dr.A Palangka Raya Tahun 2016).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
jenis dan lokasi fraktur dengan lama perawatan pada pasien post pemasangan
ORIF di ruang Dahlia RSUD dr. A Palangka Raya Tahun 2016.
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
1.3.2 Tujuan khusus
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis
1.4.2 Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Fraktur


2.1.1 Pengertian Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah suatu kondisi dimana kontinuitas jaringan
tulang dan/atau tulang rawan terputus secara sempurna atau sebagian yang
pada disebabkan oleh rudapaksa atau osteoporosis (Smeltzer & Bare,
2013; American Academy Orthopaedic Surgeons [AAOS], 2013).
2.1.2 Penyebab Fraktur
2.1.2.1 Berdasarkan Muttaqin (2008), fraktur juga disebabkan oleh:
a. Trauma langsung
Trauma langsung dapat menyebabkan tekanan langsung
pada tulang sehingga menyebabkan terjadinya fraktur
pada tulang yang terkena tekanan. Jaringan lunak
disekitar trauma, biasanya juga akan mengalami
kerusakan. Fraktur yang dapat terjadi akibat trauma
langsung ini yaitu fraktur komunitif.
b. Trauma tidak langsung
Trauma tidak langsung yaitu trauma yang terjadi di
daerah lain yang jauh dari tulang yang fraktur
2.1.2.2 Menurut Price dan Wilson (2012) ada 3 yaitu:
a. Cidera atau benturan
1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap
tulang sehingga tulang patah secara spontan.
Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang
dan kerusakan pada kulit di atasnya.
2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada
jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh
dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang
mendadak dari otot yang kuat.
b. Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang
telah menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan
osteoporosis.
c. Fraktur beban
Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-
orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas
mereka, seperti baru di terima dalam angkatan bersenjata
atau orang- orang yang baru mulai latihan lari.
2.1.2.3 Menurut Helmi (2012), hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya fraktur adalah:
a. Fraktur traumatik, disebabkan karena adanya trauma
ringan atau berat yang mengenai tulang baik secara
langsung maupun tidak.
b. Fraktur stres, disebabkan karena tulang sering mengalami
penekanan.
c. Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti
kondisi patologis penyakit yang akan menimbulkan
fraktur.
2.1.3 Jenis Fraktur
2.1.3.1 Berdasarkan hubungan dengan dunia luar fraktur dibagi menjadi
x(Smeltzer & Bare, 2013; Lewis, 2011):
3 Fraktur Tertutup (simple/close fracture)
4 Fraktur tertutup adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit,
tetapi terjadi pergeseran tulang didalamnya.Pasien dengan fraktur tertutup
harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa sesegera mungkin.
Pasien diajarkan bagaimana cara mengontrol pembengkakan dan nyeri
yaitu dengan meninggikan ekstremitas yang cedera, dan mulai melakukan
latihan kekuatan otot yang dibutuhkan untuk pemindahan atau
menggunakan alat bantu jalan.
5 Fraktur Terbuka (complicated/ open fracture)
6 Fraktur terbuka merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membran
mukosa sampai ke patahan tulang. Klasifikasi fraktur terbuka menurut
Gustilo – Anderson (Smeltzer & Bare, 2013) adalah:
7 Grade I: dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya, kerusakan
jaringan lunak minimal, biasanya tipe fraktur simple transverse dan fraktur
obliq pendek.
8 Grade II: luka lebih dari 1 cm panjangnya, tanpa kerusakan jaringan lunak
yang ekstensif, fraktur komunitif sedang dan ada kontaminasi.
9 Grade III: yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jarimgan
lunak yang ekstensif, kerusakan meliputi otot, kulit dan struktur
neurovascular.Grade III ini dibagi lagi kedalam: III A : fraktur grade III,
tapi tidak membutuhkan kulit untuk penutup lukanya. III B: fraktur grade
III, hilangnya jaringan lunak, sehingga tampak jaringan tulang, dan
membutuhkan kulit untuk penutup (skin graft). III C: fraktur grade III,
dengan kerusakan arteri yang harus diperbaiki, dan beresiko untuk
dilakukannya amputasi.
10
11 Berdasarkan garis frakturnya, patah tulang di bagi menjadi (Syamsuhidajat
R, 2011):
12 Fraktur komplet, merupakan salah satu tipe fraktur dimana terjadi patahan
di seluruh penampang tulang.
13 Fraktur inkomplet, sering kali disebut dengan fraktur greenstick, yaitu
patahan hanya terjadi pada sebagian fragmen tulang.
14 Fraktur transversa, merupakan patahan horizontal yang melewati tulang
biasanya di sebabkan oleh pukulan langsung maupun tidak langsung
terhadap tulang.
15 Fraktur oblik, merupakan fraktur pada sudut miring di antara dua korteks,
biasanya terjadi akibat tekanan langsung maupun tidak langsung dengan
agulasi dan kompresi.
16 Fraktur spiral, merupakan fraktur kurva di sekitar dua korteks, biasanya
terjadi akibat gerakan memutar langsung maupun tidak langsung, dengan
bagian distal pada tulang tidak dapat berpindah.
17 Fraktur kompresi, terjadi akibat adanya tekanan atau desakan tulang pada
satu sisi, biasanya disebabkan akibat adanya tekanan, gaya aksial
diterapkan langsung di atas sisi fraktur.
18 Fraktur kominutif, terjadi bila terdapat beberapa patahan pada fragmen
tulang atau terjadi bila trauma sampai menghancurkan tulang menjadi tiga
atau lebih fragmen/keping.
19 Fraktur impaksi, merupakan fraktur dengan salah satu ujung irisan ke ujung
atau ke fragmen retak, biasanya terjadi akibat adanya tekanan, gaya aksial
diterapkan langsung pada distal fragment.
20
21 Lokasi Fraktur
22 Fraktur dapat terjadi di bagian ekstremitas atau anggota gerak tubuh yang
disebut dengan fraktur ekstremitas.Fraktur ekstremitas adalah fraktur yang
terjadi pada tulang yang membentuk lokasi ekstremitas atas (tangan,
pergelangan tangan, lengan, siku, lengan atas, dan bahu) dan ekstremitas
bawah (pinggul, paha, lutut, kaki bagian bawah, pergelangan kaki, dan
kaki) (UT Southwestern Medical Center, 2016).
23
24 Manifestasi Klinis Fraktur
25 Manifestasi klinis menurut UT Southwestern Medical Center (2016) adalah
nyeri, hilangnya fungsi, deformitas/perubahan bentuk, pemendekan
ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna. Adapun
penjelasan dari manifestasi klinis adalah sebagai berikut:
26 Nyeri yang dirasakan terus menerus dan akan bertambah beratnya selama
beberapa hari bahkan beberapa minggu. Nyeri yang dihasilkan bersifat
tajam dan menusuk yang timbul karena adanya infeksi tulang akibat
spasme otot atau penekanan pada syaraf sensoris (Helmi, 2012; AAOS,
2013).
27 Setelah terjadinya fraktur, bagian yang terkena tidak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah dari tulang yang normal.
Bergesernya fragmen pada fraktur akan menimbulkan perubahan bentuk
ekstremitas (deformitas) baik terlihat atau teraba yang dapat diketahui
dengan membandingkan bagian yang terkena dengan ekstremitas yang
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi
normal otot tergantung pada integritas tulang yang menjadi tempat
melekatnya otot (Smeltzer & Bare, 2013).
28 Pada kasus fraktur panjang akan terjadi pemendekan tulang sekitar 2,5
sampai 5 cm yang diakibatkan adanya kontraksi otot yang melekat di atas
dan bawah titik terjadinya fraktur (Smeltzer & Bare, 2013).
29 Saat pemeriksaan palpasi pada bagian fraktur ekstremitas, teraba adanya
derik tulang yang disebut sebagai krepitus. Derik tulang tersebut muncul
akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lain (Smeltzer & Bare,
2013; Dent, 2008).
30 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi karena trauma
dan perdarahan saat terjadinya fraktur. Tanda ini biasanya terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cidera (AAOS, 2013). Tidak semua
manifestasi klinis diatas dialami pada setiap kasus fraktur seperti fraktur
linear, fisur, dan impaksi.Diagnosis tergantung pada gejala, tanda fisik, dan
pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien akan mengeluh adanya cidera
pada area tersebut (Smeltzer & Bare, 2013).
31
32 Menurut Bararah & Jauhar (2013) manifestasi klinis dari fraktur meliputi:
33 Nyeri
34 Nyeri merupakan masalah yang paling sering dijumpai pada pasien
fraktur.20Nyeri pada fraktur bersifat kronis sehingga tidak dapat diprediksi
dan sering kali membuat pasien frustasi dan mengalami depresi psikologis.
35 Hilangnya fungsi (fungsiolaesa)
36 Fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya
otot, sehingga pada penderita fraktur, ekstremitas tidak dapat berfungsi
dengan normal.
37 Deformitas
38 Deformitas disebabkan akibat adanya pergeseran antar fragmen. Pada
fraktur ekstremitas, untuk mengetahui adanya deformitas dapat dilakukan
dengan cara membandingkan dengan ekstremitas yang normal.
39 Krepitus
40 Krepitus sering kali disebut dengan derik tulang dan teraba akibat adanya
gesekan antar fragmen tulang.
41 Pembengkakan lokal
42 Pembengkakan pada pasien fraktur biasanya akibat adanya perdarahan
akibat trauma fraktur.
43
44 Selain tanda dan gejala yang telah dijelaskan diatas, pada pasien fraktur
juga sering kali terlihat tanda- tanda seperti pemendekan ekstremitas,
perubahan warna, ekimosis, gangguan neurovaskuler, putusnya kontinuitas
tulang, dan gangguan fungsi muskuloskeletal.
45
46 Proses Penyembuhan Fraktur
47 Fraktur akan menyatu baik di bebat atau tidak, tanpa suatu mekanisme
alami untuk menyatu. Namun tidak benar bila dianggap bahwa penyatuan
akan terjadi jika suatu fraktur dibiarkan tetap bergerak bebas. Sebagian
besar fraktur dibebat, tidak untuk memastikan penyatuan, tetapi untuk
meringankan nyeri, memastikan bahwa penyatuan terjadi pada posisi yang
baik dan untuk melakukan gerakan lebih awal dan mengembalikan fungsi
(Smeltzer & Bare, 2013).
48
49 Proses penyembuhan fraktur beragam sesuai dengan jenis tulang yang
terkena dan jumlah gerakan di tempat fraktur. Penyembuhan dimulai
dengan lima tahap, yaitu sebagai berikut:
50 Tahap kerusakan jaringan dan pembentukan hematom (1-3 hari)
51 Pada tahap ini dimulai dengan robeknya pembuluh darah dan terbentuk
hematoma di sekitar dan di dalam fraktur. Tulang pada permukaan fraktur,
yang tidak mendapat persediaan darah, akan mati sepanjang satu atau dua
milimeter. Hematom ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel
jaringan fibrosis dan vaskuler sehingga hematom berubah menjadi jaringan
fibrosis dengan kapiler di dalamnya (Sjamsuhidajat dkk, 2011).
52 Tahap radang dan proliferasi seluler (3 hari–2 minggu)
53 Setelah pembentukan hematoma terdapat reaksi radang akut disertai
proliferasi sel di bawah periosteum dan di dalam saluran medula yang
tertembus.Ujung fragmen dikelilingi oleh jaringan sel yang
menghubungkan tempat fraktur.Hematoma yang membeku perlahan-lahan
diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke dalam daerah
tersebut (Sjamsuhidajat dkk, 2011).
54 Tahap pembentukan kalus (2-6 minggu)
55 Sel yang berkembangbiak memiliki potensi kondrogenik dan osteogenik,
bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang
dan dalam beberapa keadaan, juga kartilago. Populasi sel juga mencakup
osteoklas yang mulai membersihkan tulang yang mati.Massa sel yang
tebal, dengan pulau-pulau tulang yang imatur dan kartilago, membentuk
kalus atau bebat pada permukaan periosteal dan endosteal.Sementara
tulang fibrosa yang imatur menjadi lebih padat, gerakan pada tempat
fraktur semakin berkurang pada empat minggu setelah fraktur menyatu
(Sjamsuhidajat dkk, 2011).
56 Osifikasi (3 minggu-6 bulan)
57 Kalus (woven bone) akan membentuk kalus primer dan secara perlahan–
lahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas
yang menjadi struktur lamellar dan kelebihan kalus akan di resorpsi secara
bertahap. Pembentukan kalus dimulai dalam 2-3 minggu setelah patah
tulang melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus
ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu (Smeltzer & Bare, 2013).
58 Konsolidasi (6-8 bulan)
59 Bila aktivitas osteoklastik dan osteoblastik berlanjut, fibrosa yang imatur
berubah menjadi tulang lamellar.Sistem itu sekarang cukup kaku untuk
memungkinkan osteoklas menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur,
dan dekat di belakangnya osteoblas mengisi celah-celah yang tersisa antara
fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan
mungkin perlu sebelum tulang cukup kuat untuk membawa beban yang
normal (Sjamsuhidajat dkk, 2011).
60 Remodeling (6-12 bulan)
61 Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan, atau bahkan beberapa tahun, pengelasan kasar ini dibentuk
ulang oleh proses resorpsi dan pembentukan tulang akan memperoleh
bentuk yang mirip bentuk normalnya (Sjamsuhidajat dkk, 2011).

Вам также может понравиться

  • Bu Mei
    Bu Mei
    Документ1 страница
    Bu Mei
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Intervensi & Implementasi Baru
    Intervensi & Implementasi Baru
    Документ14 страниц
    Intervensi & Implementasi Baru
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Cover 1
    Cover 1
    Документ1 страница
    Cover 1
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Cover 2
    Cover 2
    Документ1 страница
    Cover 2
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Letaflet Campak
    Letaflet Campak
    Документ2 страницы
    Letaflet Campak
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Proses Tahapan Pembusukan Pada Daging Ikan
    Proses Tahapan Pembusukan Pada Daging Ikan
    Документ8 страниц
    Proses Tahapan Pembusukan Pada Daging Ikan
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • 5 Rysrur 6 Iueayhs RH
    5 Rysrur 6 Iueayhs RH
    Документ1 страница
    5 Rysrur 6 Iueayhs RH
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • A. Konsep Dasar Medis 1. Definisi
    A. Konsep Dasar Medis 1. Definisi
    Документ11 страниц
    A. Konsep Dasar Medis 1. Definisi
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • A. Konsep Dasar Medis 1. Definisi
    A. Konsep Dasar Medis 1. Definisi
    Документ11 страниц
    A. Konsep Dasar Medis 1. Definisi
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Pustaka
    Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Pustaka
    Документ3 страницы
    Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Pustaka
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Lembar Pengesaha1
    Lembar Pengesaha1
    Документ1 страница
    Lembar Pengesaha1
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Studi Kasus Dahlia
    Studi Kasus Dahlia
    Документ59 страниц
    Studi Kasus Dahlia
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • FARANGITIS
    FARANGITIS
    Документ42 страницы
    FARANGITIS
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Pengkajian Keperawatan
    Pengkajian Keperawatan
    Документ32 страницы
    Pengkajian Keperawatan
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Документ5 страниц
    Bab I Pendahuluan
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Pengkajian Keperawatan
    Pengkajian Keperawatan
    Документ32 страницы
    Pengkajian Keperawatan
    onmyown
    Оценок пока нет
  • PERSIAPAN PASIEN
    PERSIAPAN PASIEN
    Документ21 страница
    PERSIAPAN PASIEN
    Apredi Jhony
    0% (1)
  • NARKOBA
    NARKOBA
    Документ18 страниц
    NARKOBA
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Soal Pengayaan Gelombang Mekanik
    Soal Pengayaan Gelombang Mekanik
    Документ4 страницы
    Soal Pengayaan Gelombang Mekanik
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Proposal Penyuluhan
    Proposal Penyuluhan
    Документ9 страниц
    Proposal Penyuluhan
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Документ5 страниц
    Bab I Pendahuluan
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal
    Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal
    Документ2 страницы
    Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Документ10 страниц
    Satuan Acara Penyuluhan
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Pustaka
    Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Pustaka
    Документ3 страницы
    Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Pustaka
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Makalah Putri Dan Randy
    Makalah Putri Dan Randy
    Документ13 страниц
    Makalah Putri Dan Randy
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Apredi Jhony
    Оценок пока нет